JENI YULIKA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK
JENI YULIKA. Penjerapan Zat Warna Reaktif Cibacron Red Menggunakan Adsorben
Sekam Padi. Dibimbing oleh BETTY MARITA SOEBRATA dan MOHAMMAD
KHOTIB.
Limbah tekstil yang mengandung zat warna dapat mencemari lingkungan perairan.
Penelitian ini memanfaatkan sekam padi sebagai adsorben zat warna reaktif Cibacron Red
yang banyak digunakan dalam industri tekstil. Sekam padi dibuat menjadi adsorben tanpa
modifikasi (ATM) dan adsorben termodifikasi asam (AMA). Kondisi optimum ATM
diperoleh dengan waktu adsorpsi 30 menit, 1.0 g adsorben, dan 150 ppm konsentrasi
awal. Kondisi optimum AMA diperoleh dengan waktu adsorpsi 60 menit, 2.0 g adsorben,
dan 150 ppm konsentrasi awal. Kondisi optimum arang aktif (AA) sebagai pembanding
memiliki waktu adsorpsi 30 menit, 3.0 g adsorben, dan 150 ppm konsentrasi awal.
Kapasitas adsorpsi ATM, AMA, dan AA pada kondisi optimum adalah 2879.00, 6898.3,
dan 2470.00 µg/g. Efisiensi penjerapan ATM, AMA, dan AA pada kondisi optimum
berturut-turut adalah 19.86, 91.71, dan 40.51%. Tipe isoterm ketiga jenis adsorben yang
digunakan adalah isoterm Freundlich. Penerapan terhadap limbah tekstil menunjukkan
penurunan warna setelah dijerap oleh ATM, AMA, dan AA, masing-masing sebesar
52.05, 98.86, dan 48.69% dengan intensitas warna awal 1485 Pt-co. Pengukuran KOK
limbah awal adalah 7372.0 mg/L, setelah dijerap dengan ATM, AMA, dan AA masing-
masing menurun sebesar 43.30, 98.56, dan 52.58%. Pengukuran KOB limbah awal
sebesar 149.09 mg/L, dan menurun setelah dijerap oleh ATM, AMA, dan AA masing-
masing 63.41, 76.09, dan 72.46%. Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan bahwa sekam
padi berpotensi sebagai penjerap zat warna, sehingga mampu mengurangi tingkat
pencemaran lingkungan perairan.
ABSTRACT
JENI YULIKA. Adsorption of Cibacron Red Reactive Dye Using Rice Husk as
Adsorbent. Supervised by BETTY MARITA SOEBRATA and MOHAMMAD KHOTIB.
Textile wastewater containing dyes can pollute aquatic environment. This study
utilized rice husk as adsorbent for Cibacron Red reactive dyes which are widely used in
textile industries. Husks were made into adsorbent without modification (ATM) and acid
modified adsorbent (AMA). The optimum condition was obtained under adsorption time
of 30 minutes, 1.0 g of adsorbent, and initial concentration of dye solution was 150
ppm. The optimum condition for AMA was obtained under adsorption time of 60
minutes, 2.0 g of adsorbent, and 150 ppm initial concentration of dye solution. The
optimum condition of activated charcoal (AA) as a comparison was 30 minute time of
adsorption, 3.0 g of adsorbent, and 150 ppm initial concentration dye
solution. Adsorption capacity of ATM, AMA, and AA at the optimum conditions was
2879.00, 6898.30, and 2470.00 µg/g, respectively. Adsorption efficiency of ATM, AMA,
and AA at the optimum conditions was 19.86, 91.71, and 40.51%, respectively. All three
types of adsorbent followed the Freundlich isotherm. Application of the adsorbent on
waste of textile manufacture showed a decrease in colour after adsorption by ATM,
AMA, and AA, up to 52.05, 98.86 and 48.69%, respectively, with the initial colour
intensity of 1485 Pt-Co. Starting with COD of the wastewater which was 7372.0 mg/L,
the values decreased after the adsorption with ATM, AMA, and AA were 43.30, 98.56
and 52.58%, respectively. Starting with BOD of 149.09 mg/L, the values decreased after
adsorption by ATM, AMA, and AA were 63.41, 76.09, and 72.46%, respectively. Based
on these results, rice husk is potentially used as an adsorbent of dyes, thereby reducing
the level of pollution of aquatic environment.
PENJERAPAN ZAT WARNA REAKTIF CIBACRON RED
MENGGUNAKAN ADSORBEN SEKAM PADI
JENI YULIKA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi : Penjerapan Zat Warna Rreaktif Cibacron Red Menggunakan
Adsorben Sekam Padi
Nama : Jeni Yulika
NIM : G44052917
Disetujui
Diketahui:
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat, kasih sayang, nikmat,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya
ilmiah berjudul Penjerapan Zat Warna Reaktif Cibacron Red Menggunakan
Adsorben Sekam Padi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana sains pada Departemen Kimia FMIPA IPB, yang penelitiannya
dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni 2009 sampai dengan Februari 2010
bertempat di Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Betty Marita Soebrata, S.Si,
M.Si. dan Bapak Mohammad Khotib, S.Si. selaku pembimbing yang telah
memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis selama pelaksanaan
penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih penulis berikan kepada keluarga tercinta, Ayah, Ibu,
Kakak tercinta dan Robby Hardian Kusuma yang selalu memberikan semangat,
doa, dan kasih sayang dalam berbagai bentuk yang tak pernah putus. Terima kasih
juga kepada Pak Nano, Pak Mail, Bu Ai, dan seluruh staf Laboratorium Kimia
Fisik atas fasilitas dan bantuan yang diberikan selama penelitian. Ucapan terima
kasih tak lupa penulis berikan kepada Andayani, Mega SL, Ayu, Hafidz, FAjar,
Savitri, dan teman-teman seperjuangan Kimia 42 serta teman-teman yang tidak
dapat disebutkan namanya satu persatu yang turut membantu, memberikan
semangat, dan dukungannya dalam penyusunan karya ilmiah.
Akhir kata, penulis menyampaikan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
pembaca.
Jeni Yulika
RIWAYAT HIDUP
Halaman
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Sekam Padi ............................................................................................ 2
Adsorpsi ................................................................................................ 2
Isoterm Adsorpsi.................................................................................... 2
Isoterm Freundlich ................................................................................. 2
Isoterm Langmuir .................................................................................. 3
Arang Aktif ........................................................................................... 3
Modifikasi Adsorben ............................................................................. 3
Zat Warna Reaktif.................................................................................. 3
Cibacron Red ......................................................................................... 4
Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) ......................................................... 4
Kebutuhan oksigen Biokimia (KOB) ..................................................... 4
LAMPIRAN ................................................................................................... 15
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Sekam padi................................................................................................. 2
12 Intensitas warna limbah awal dan setelah dijerap oleh ATM, AMA,
dan AA….................................................................................................... 11
14 Persen penurunan nilai KOK setelah dijerap oleh ATM, AMA, dan AA... .. 11
15 Persen penurunan nilai KOB setelah dijerap oleh ATM, AMA, dan AA... .. 12
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
komponen yang teradsorpsi per unit adsorben kovalen membentuk struktur heksagonal datar
dan konsentrasi komponen tersebut pada dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya.
kesetimbangan. Freundlich menyusun isoterm Susunan kisi-kisi heksagonal datar tampak
adsorpsi dengan mengasumsikan bahwa seolah-olah seperti pelat-pelat datar yang
permukaan adsorben adalah heterogen. saling bertumpuk dengan sela-sela
Formulasi persamaan isotermnya (Barral et al. diantaranya.
2007) dituliskan sebagai berikut: Manes (1998) menyatakan bahwa arang
1 aktif adalah bentuk umum dari berbagai
Q k Cn macam produk yang mengandung karbon
Apabila dilogaritmakan, persamaan akan yang telah teraktifkan untuk meningkatkan
menjadi: luas permukaannya. Luas permukaan,
1 dimensi, dan distribusi arang aktif bergantung
log Q log k log C
n pada bahan baku, pengarangan, dan proses
x aktivasi. Berdasarkan pada ukuran porinya,
Dengan Q adalah (µg/g) yaitu jumlah ukuran pori arang aktif diklasifikasikan
m menjadi tiga, yaitu mikropori (diameter <2
adsorbat yang teradsorpsi per satuan bobot nm), mesopori (diameter 2–50 nm), dan
adsorben, C (ppm) adalah konsentrasi makropori (diameter >50 nm) (Baker et al.
keseimbangan adsorbat dalam larutan setelah 1997).
adsorpsi, sedangkan k dan n adalah tetapan
empiris yang menunjukkan ikatan antara Modifikasi Adsorben
adsorbat dan adsorben.
Modifikasi adsorben bertujuan
Isoterm Langmuir meningkatkan kapasitas dan efisiensi adsorpsi
dari adsorben. Modifikasi dapat dilakukan
Isoterm Langmuir merupakan isoterm dengan memberi perlakuan kimia seperti
paling sederhana yang mengasumsikan bahwa direaksikan dengan asam dan basa atau
setiap sisi adsorpsi adalah ekuivalen, dan dengan perlakuan fisika seperti pemanasan
kemampuan partikel untuk terjerap pada sisi dan pencucian (Marshall dan Mitchell 1996).
tersebut, tidak bergantung pada ditempati atau Asam sulfat merupakan salah satu asam yang
tidaknya sisi yang berdekatan (Atkins 1999). sering digunakan untuk memodifikasi
Isoterm Langmuir disebut juga adsorpsi kimia adsorben, selain HCl, asam fosfat, asam nitrat,
karena adanya reaksi antara molekul-molekul dan asam sitrat.
adsorbat dengan adsorben yang membentuk Asam yang digunakan pada
ikatan kovalen dan ion. Isoterm Langmuir penelitian ini adalah asam sulfat, dan
diturunkan berdasarkan persamaan berikut. diharapkan mampu mengaktifkan gugus
x C
hidroksi pada selulosa. Mekanisme reaksi
m 1 C
pada umumnya dapat digambarkan sebagai
Konstanta α, β dapat ditentukan dari kurva penjerapan unsur positif pada zat warna
hubungan C terhadap C dengan persamaan reaktif terhadap gugus hidroksil pada selulosa
x /m yang terionisasi (Manurung et al. 2004).
C 1 1
C
x/m Zat Warna Reaktif
Isoterm langmuir dipelajari untuk
Zat warna adalah senyawa organik
mengambarkan pembatasan sisi adsorpsi
berwarna yang digunakan untuk memberi
dengan asumsi bahwa sejumlah tertentu sisi
warna ke suatu objek atau suatu kain
sentuh adsorben ada pada permukaannya dan
(Fesssenden dan Fessenden 1986). Zat warna
semuanya memiliki energi yang sama, serta
merupakan gabungan dari zat organik tidak
bahwa adsorpsi bersifat dapat balik (Atkins
jenuh dengan kromofor sebagai pembawa
1999).
warna dan auksokrom sebagai pengikat warna
Arang Aktif dengan serat. Kromogen adalah senyawa
aromatik berisi kromofor, yaitu zat pemberi
Arang aktif merupakan senyawa padatan warna yang berasal dari radikal kimia, seperti
bersifat amorf, memiliki luas permukaan dan kelompok azo (N=N). Agar warna dapat
pori-pori sangat banyak (Baker et al. 1997), masuk dengan baik ke dalam serat, maka
dihasilkan dari proses pembakaran bahan diperlukan bahan dari auksokrom, yaitu
mengandung karbon. Arang aktif tersusun dari radikal yang memudahkan terjadinya
atom-atom karbon yang berikatan secara
4
pelarutan, misalnya kelompok pembentuk (Ciba 2002). Cibacron Red merupakan zat
garam –NH2 atau OH (Wardhana 1995). warna reaktif dalam kelas azo. Zat warna azo
Menurut Purwaningsih (2008) zat warna merupakan jenis zat warna yang mempunyai
digolongkan menjadi dua, yaitu zat warna sistem kromofor dari gugus azo (-N=N-) dan
alam dan zat warna sintetis. Zat warna alam berikatan dengan gugus aromatik. Zat warna
adalah zat warna yang berasal dari alam, baik ini mempunyai bobot molekul sebesar
yang berasal dari tanaman, hewan, maupun 1000,25 g/mol dan umumnya analisisnya
bahan metal. Zat warna sintetis adalah zat menggunakan spektroskopi sinar tampak
warna buatan, yang dapat dibuat dari bahan- dengan panjang gelombang maksimum 517
bahan kimia. Susanto (1973) menyatakan nm (Aldrich 2007). Struktur Cibacron Red
beberapa zat warna sintesis, diantaranya dapat dilihat pada Gambar 2.
adalah zat warna naftol, zat warna indigosol,
zat warna reaktif, dan zat warna indanthreen.
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna
yang dapat mengadakan reaksi dengan serat,
sehingga zat warna tersebut merupakan bagian
dari serat. Zat warna reaktif merupakan
golongan zat warna yang mempunyai gugus
aktif, sehingga dengan bahan utama akan
terjadi hubungan secara kimia. Oleh karena
itu, hasil pencelupan zat warna reaktif
mempunyai ketahanan cuci yang sangat baik Gambar 2 Struktur Cibacron Red (Aldrich
dan lebih kilap dari zat warna biasa 2007).
(Purwaningsih 2008).
Zat warna reaktif merupakan jenis zat Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK)
warna yang banyak digunakan dalam industri Kualitas air ditentukan oleh beberapa
tekstil, terutama dalam proses pencelupan. Zat parameter, salah satu diantaranya adalah KOK
warna reaktif adalah pewarna paling yang didefinisikan sebagai jumlah oksigen
permanen dari semua tipe zat warna. Berbeda yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
dengan zat warna lain, zat warna reaktif organik dalam sampel menjadi CO2 dan H2O.
membentuk ikatan kovalen yang kuat dengan Semua zat yang bereaksi dengan oksigen,
selulosa. Ketika ikatan kovalen terbentuk, hampir semuanya sekitar 85% dapat
molekul zat warna akan menjadi bagian dari teroksidasi menjadi CO2 dan H2O dalam
molekul serat selulosa. Zat warna reaktif suasana asam, sedangkan penguraian secara
menghasilkan warna yang cemerlang pada biologi tidak semua zat organik dapat
serat kain, aman dicuci dan tidak mudah diuraikan oleh bakteri (Fardiaz 1992).
luntur. Zat warna reaktif dapat digolongkan Nilai KOK merupakan parameter
berdasarkan gugus fungsi yang terdapat pencemaran air oleh zat-zat organik yang
didalamnya, antara lain monoklorotriazin, secara alamiah dapat dioksidasikan melalui
monofluoroklorotriazin, dikorotriazin, proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
difluorokloropirimidina, trikloropirimidina, berkurangnya oksigen terlarut di dalam air
vinil sulfona, dan vinil amida. Zat warna yang (Alaerts dan Santika 1984). Menurut Metcalf
hanya mengandung salah satu gugus fungsi dan Eddy (1991), KOK adalah banyaknya
disebut zat warna monofungsional, sedangkan oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
yang memiliki dua gugus fungsi disebut zat senyawa organik dalam air, dilakukan untuk
warna bifungsional (Jagson 2008). Zat warna menghitung kadar bahan organik yang dapat
reaktif mempunyai sifat yang umumnya sulit dioksidasi dengan menggunakan bahan kimia
terbiodegradasi, sehingga masih perlu oksidator kuat dalam media asam.
dikembangkan teknik pengolahan air limbah
yang mengandung zat warna reaktif. Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB)
Parameter KOB, secara umum banyak dipakai dengan air destilata kemudian dikeringkan
untuk menentukan tingkat pencemaran air dalam oven pada suhu 60 °C selama 24 jam
buangan. dan digiling sampai berukuran kurang lebih
Pemeriksaan KOB tehadap air limbah 100 mesh. Serbuk sekam padi ini selanjutnya
harus bebas dari udara luar untuk mencegah disebut adsorben tanpa modifikasi (ATM).
kontaminasi dari oksigen yang ada di udara Sekam padi yang telah dihaluskan
bebas. Konsentrasi air limbah juga harus ditambahkan asam sulfat pekat, lalu
berada pada suatu tingkat pencemaran dipanaskan pada suhu 160°C selama 36 jam.
tertentu, hal tersebut untuk menjaga agar Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk
oksigen terlalut tetap tersedia selama menghilangkan kelebihan asam dengan
pemeriksaan. Hal ini perlu diperhatikan pencucian 200 mL per gram adsorben.
mengingat pengukuran KOB dilakukan Kemudian bahan dikeringkan pada suhu
biasanya 5 hari, sehingga perlu 110°C. Serbuk sekam padi ini selanjutnya
dipertimbangkan akan kebutuhan oksigen disebut adsorben modifikasi asam (AMA).
yang akan digunakan selama waktu tersebut.
Pembuatan Larutan Zat Warna
Kelarutan oksigen dalam air terbatas, yaitu
sekitar 8 mg/L pada suhu kamar, dan pada Larutan stok zat warna konsentrasi 1000
suhu yang lebih rendah meningkat hingga ppm dibuat dengan cara melarutkan 1,00 g
mencapai 14,6 mg/L, hal tersebut juga akan serbuk Cibacron Red dalam air destilata dan
menigkat pada tekanan yang lebih rendah. diencerkan hingga satu liter. Kemudian
Pada suhu saat titik didih tercapai, kelarutan larutan tersebut dibuat dengan konsentrasi 0.5,
oksigen dalam air adalah nol (Hach et al. 1,0; 5,0; 10,0; 15,0; 20,0; dan 25,0 ppm untuk
1997). pembuatan kurva standar.
Penentuan Kondisi Optimum Waktu
BAHAN DAN METODE Adsorpsi, Bobot, dan Konsentrasi Awal Zat
Warna
Bahan dan Alat
ATM, AMA, dan Arang Aktif (AA)
Bahan-bahan yang digunakan adalah
dengan variasi bobot adsorben 1,0; 2,0; dan
sekam padi, serbuk zat warna Cibacron Red,
3,0 gram dimasukkan ke dalam 100 mL
arang aktif, dan limbah cair industri tekstil.
larutan zat warna Cibacron Red dengan
Alat-alat yang digunakan adalah
konsentrasi awal 50, 100, dan 150 ppm,
Spektronik 20D+ Thermo Electron
kemudian larutan dikocok dengan pengocok.
Corporation dan Spektronik Hach DR/2000.
Adsorpsi dilakukan dengan variasi waktu
Metode Penelitian adsorpsi 30, 45, dan 60 menit (Raghuvanshi et
al. 2004), dilihat perubahan warna yang
Diagram alir penelitian ditunjukkan pada terjadi. Campuran disaring dan dibaca
Lampiran 1. Pembuatan larutan-larutan yang absorbansi filtratnya dengan spektronik 20D+
digunakan untuk KOK dan KOB terdapat pada panjang gelombang maksimum. Desain
pada Lampiran 2. penentuan kondisi optimum adsorpsi
dilakukan menggunakan desain rancangan
Adsorben
acak lengkap faktorial dengan program
Adsorben yang digunakan adalah sekam statistika. Kondisi yang digunakan sebagai
padi. Sekam padi diperoleh dari tempat faktor adalah waktu adsorpsi, bobot adsorben,
penggilingan padi, Dramaga-Bogor. Adsorben dan konsentrasi awal zat warna sedangkan
sekam padi dibuat menjadi ukuran kurang responnya kapasitas adsorpsi (Q) dan efisiensi
lebih 100 mesh. Adsorben sekam padi penjerapan (E).
kemudian dibandingkan dengan adsorben Kapasitas adsorpsi dan efisiensi
komersil, yaitu arang aktif yang terbuat dari penjerapan dapat dihitung dengan persamaan:
tempurung kelapa. V C o C a
Q
m
Preparasi Sekam Padi (Raghuvanshi et al. Co Ca
2004) E 100%
Co
Sekam dicuci dengan air mengalir hingga keterangan:
bersih kemudian direndam dengan air destilata Q = kapasitas adsorpsi per bobot adsorben
selama 48 jam. Setelah itu, direndam dengan (µg/g adsorben)
NaOH 0,1 N selama 12 jam dan dibilas
6
dengan hasil penelitian Raghuvanshi et al. Abdelwahab et al. (2005) yang menunjukkan
(2004) yang menyatakan bahwa efisiensi bahwa adsorben termodifikasi asam nitrat
penjerapan berbanding lurus dengan waktu memiliki nilai kapasitas adsorpsi yang lebih
sampai pada titik tertentu, kemudian tinggi dibandingkan adsorben tanpa
mengalami penurunan setelah melewati titik modifikasi.
tersebut. Begitu juga dengan kondisi bobot Lampiran 7 menunjukkan waktu dan
ATM yang menunjukkan adanya penurunan bobot optimum AMA yang diperoleh adalah
kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan selama 60 menit dan 2,0 gram adsorben.
seiring meningkatnya bobot adsorben, Namun, setelah melewati titik optimum
dikarenakan masih tersedianya ruang tapak tersebut, kapasitas adsorpsi menurun dan
aktif yang belum berikatan dengan efisiensi penjerapan meningkat. Penurunan
permukaan. Peningkatan sisi aktif akan kapasitas adsorpsi setelah mencapai nilai
meningkatkan penyebaran adsorbat, sehingga bobot optimum dimungkinkan adanya sisi
kapasitas adsorpsi lebih rendah dibandingkan aktif yang belum berikatan dengan adsorbat
dengan jumlah tapak aktif yang lebih sedikit. sehingga kapasitas adsorpsi 2,0 gram lebih
Kapasitas adsorpsi dan efisiensi besar dibandingkan 3,0 gram. Barros et al.
penjerapan meningkat seiring dengan (2003) menyatakan bahwa peningkatan bobot
kenaikan konsentrasi awal Cibacron Red adsorben akan menyediakan tapak aktif yang
hingga konsentrasi 150 ppm. Pencirian lebih besar, sehingga meningkatkan efisiensi
adsorpsi Cibacron Red menunjukkan bahwa penjerapan. Ketersediaan tapak aktif
kejenuhan permukaan adsorben bergantung diperbesar dengan penambahan bobot AMA,
pada konsentrasi Cibacron Red tersebut, pada tetapi peningkatan tapak aktif berbanding
konsentrasi yang rendah adsorben mampu terbalik dengan kapasitas adsorpsi. Hal ini
menjerap lebih banyak molekul Cibacron Red dikarenakan tapak aktif dalam jumlah besar
yang tersedia dengan cepat, sedangkan pada membutuhkan waktu penjerapan yang lebih
konsentrasi yang tinggi adsorben dapat lama.
menjerap molekul Cibacron Red dengan Konsentrasi awal Cibacron Red optimum
waktu yang lebih lama. Kapasitas adsorpsi yang diperoleh adalah 150 ppm. Kenaikan
adsorben akan lebih besar jika konsentrasi kapasitas adsorpsi mengindikasikan jumlah
larutan Cibacron Red lebih besar, hal ini molekul Cibacron Red yang terjerap pada
dikarenakan permukaan akan lebih cepat tapak aktif semakin besar. Konsentrasi yang
jenuh dengan molekul terjerap yang lebih tinggi akan meningkatkan jumlah molekul
besar. Cibacron Red dalam larutan, sehingga
semakin besar kemungkinannya akan terjerap.
Kondisi Optimum Adsorben Modifikasi Semakin besar konsentrasi, semakin tinggi
Asam jumlah molekul dalam larutan, sehingga
Kondisi optimum AMA diperoleh pada meningkatkan laju reaksi antara molekul
waktu 60 menit, bobot adsorben 2,0 gram, dan adsorbat dan adsorben (Barros et al. 2003).
konsentrasi awal zat warna 150 ppm dengan
Kondisi Optimum Arang Aktif
data yang terdapat pada Lampiran 6 dan 7.
Kapasitas adsorpsi yang diperoleh pada Data pada Lampiran 8 dan 9
kondisi optimum sebesar 6898,30 µg/g artinya menunjukkan pengaruh waktu adsorpsi,
sebanyak 6898,30 µg adsorbat yang terjerap bobot, dan konsentrasi terhadap kapasitas
dalam 2,0 g adsorben, dengan efisiensi adsorpsi dan efisiensi penjerapan oleh AA.
penjerapan 91,71% yang terlihat pada Tabel 3. Kondisi optimum AA ditunjukkan pada Tabel
4 berikut ini.
Tabel 3 Kondisi optimum AMA
Q E Tabel 4 Kondisi optimum AA
Parameter optimum
(µg/g) (%) Q E
Parameter optimum
Waktu 60 menit (µg/g) (%)
Bobot 2,0 gram 6898,30 91,71 Waktu 30 menit
Konsentrasi 150 ppm Bobot 3,0 gram 2470,00 40,51
Konsentrasi 150 ppm
Hasil ini sesuai dengan penelitian
Raghuvanshi et al. (2004) yang membuktikan Kondisi optimum AA diperoleh pada
bahwa modifikasi asam pada adsorben dapat waktu adsorpsi selama 30 menit, bobot
meningkatkan kapasitas adsorpsi dan efisiensi adsorben 3,0 gram, dan konsentrasi awal zat
penjerapan. Begitu juga dengan penelitian warna 150 ppm, pada kondisi ini didapat nilai
9
150,0
isoterm Langmuir (Gambar 11). Berdasarkan
100,0 hasil tersebut dinyatakan bahwa penjerapan
50,0 dengan menggunakan adsorben sekam padi
0,0
mengikuti pola isoterm Freundlich yang
mengasumsikan bahwa permukaannya bersifat
0,0000 0,5000 1,0000
c (ppm) heterogen, terdapat sisi aktif adsorpsi yang
Gambar 8 Isoterm Langmuir adsorpsi memiliki afinitas tinggi, dan bagian lainnya
Cibacron Red oleh AMA. memiliki afinitas yang rendah, isoterm
Freundlich melibatkan gaya van der Waals
sehingga ikatan antara adsorbat dengan
adsorben bersifat lemah. Hal ini
memungkinkan adsorbat leluasa bergerak
hingga akhirnya berlangsung proses adsorpsi
banyak lapisan. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa proses adsorpsi yang terjadi untuk
adsorben sekam padi adalah adsorpsi secara
fisik. Hasil ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Diapati (2009) dan Susanti
Gambar 9 Isoterm Freundlich adsorpsi (2009) dengan menggunakan adsorben dari
Cibacron Red oleh AMA. ampas tebu dan kacang tanah, isoterm yang
dihasilkan mengikuti pola isoterm Freundlich.
Isoterm adsorpsi Cibacron Red oleh AMA Namun hasil ini berbeda dengan penelitian
menunjukkan linieritas sebesar 82,40% untuk yang dilakukan oleh Abdelwahab, et al.
isoterm Langmuir (Gambar 8) dan 98,90% (2005) yang menyatakan bahwa adsorpsi zat
untuk isoterm Freundlich (Gambar 9). warna Direct Red 23 dengan sekam padi tanpa
Berdasarkan linieritas kedua tipe isoterm perlakuan dan perlakuan asam, keduanya
adsorpsi tersebut, maka penjerapan mengikuti isoterm Langmuir.
11
98,56%
2415 µg/g. 100,00
1600 1485 80,00
1400 60,00 52,58%
Intensitas warna (Pt-Co)
43,30%
1200 40,00
1000 20,00
800 712 762 0,00
600 ATM AMA AA
Jenis adsorben
400 Gambar 14 Persen penurunan nilai KOK
200 setelah dijerap dengan ATM,
17 AMA, dan AA.
0
Limbah ATM AMA AA Nilai KOK yang diperoleh menunjukkan
contoh yang diukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
Gambar 12 Intensitas warna limbah tekstil mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam
awal dan setelah dijerap oleh 1 liter sampel air, dengan menggunakan zat
ATM, AMA, dan AA. pengoksidator K2Cr2O7 sebagai sumber
12
oksigen. Analisis KOK merupakan suatu yang ditetapkan oleh SK Gubernur Jawa Barat
reaksi oksidasi kimia yang menyerupai proses yaitu sebesar 60 mg/L.
oksidasi biologi di alam, sehingga tidak dapat
membedakan antara zat-zat yang sebenarnya
tidak teroksidasi dan zat-zat yang teroksidasi
secara biologi (Sudarmaji 1997, Alaerts dan
Santika 1984).
Hasil analisis penurunan nilai KOK
terbesar yaitu 98,56%, setelah limbah dijerap
menggunakan AMA. Berdasarkan hasil ini
dapat dikatakan bahwa AMA mampu
menjerap bahan-bahan organik yang terdapat
dalam limbah, oleh karenanya pengukuran
KOK hasil penjerapannya menurun akibat
berkurangnya kadar bahan organik yang ada Gambar 15 Persen penurunan nilai KOB
dalam limbah. Pengukuran KOK dilakukan setelah dijerap oleh ATM, AMA,
untuk memastikan bahwa limbah tekstil siap dan AA.
dibuang ke lingkungan perairan, karena selain Nilai KOB yang terukur tidak lebih besar
zat warna sebagai parameter pencemaran dari nilai KOK, menurut Purwaningsih (2008)
lingkungan perairan, nilai KOK dan KOB perbedaan nilai tersebut dipengaruhi oleh
juga perlu ditentukan agar sesuai dengan beberapa faktor, yaitu adanya bahan kimia
standar baku mutu air bersih. yang tahan terhadap oksidasi biokimia tetapi
tidak tahan terhadap oksidasi kimia seperti
Analisis KOB lignin, terdapat bahan kimia yang dapat
Analisis KOB merupakan pengukuran dioksidasi secara kimia dan peka terhadap
kadar oksigen terlarut dalam air yang oksidasi biokimia tetapi tidak dalam uji KOB5
digunakan dalam proses penguraian bahan- seperti sellulosa, lemak berantai panjang atau
bahan organik oleh mikroorganisme. sel-sel mikroba. Adanya bahan toksik dalam
Pengukuran nilai KOB membutuhkan waktu 5 limbah yang akan mengganggu uji KOB tetapi
hari dalam pengukuran agar diperoleh sekitar tidak uji KOK, dikarenakan mikroorganisme
60-70% kesempurnaan (Saeni 1989; dapat mati.
Eckenfelder 1989). Hasil analisis KOB yang
dilakukan terhadap limbah tekstil dan filtrat SIMPULAN DAN SARAN
hasil penjerapan menggunakan ATM, AMA
dan AA ditunjukkan pada Lampiran 15. Simpulan
Nilai KOB didapatkan dari perbandingan
Sekam padi dapat digunakan sebagai
kandungan oksigen terlarut (OT) yang tersisa
adsorben zat warna. Modifikasi asam terhadap
dari dua bagian contoh air. Bagian pertama,
sekam padi terbukti mampu meningkatkan
kandungan oksigen diukur setelah limbah
kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan zat
diambil yaitu pada hari ke-0 (OT0), sedangkan
warna Cibacron Red. Tipe isoterm mengikuti
bagian kedua diukur setelah diinkubasikan
tipe Freundlich yang mengasumsikan bahwa
selama selama hari ke-5 (OT5). Selama masa
permukaannya bersifat heterogen, membentuk
inkubasi, oksigen terlarut digunakan oleh
banyak lapisan, terdapat sisi aktif adsorpsi
mikroorganisme dalam proses kimiawi dan
memiliki afinitas yang tinggi, dan bagian
mikrobiologi untuk mendekomposisi bahan
lainnya memiliki afinitas yang rendah.
organik yang terlarut dalam limbah, sehingga
Kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan
akan terbebas dari material organik dan dapat
Cibacron Red oleh adsorben sekam padi
dialirkan ke lingkungan dengan aman.
termodifikasi asam sulfat lebih besar
Berdasarkan hasil analisis KOB
dibandingkan dengan adsorben tanpa
menunjukkan bahwa penjerapan dengan
modifikasi dan arang aktif sebagai
menggunakan ATM, AMA dan AA dapat
pembanding. Persen penurunan intensitas
menurunkan nilai KOB limbah dari nilai
warna limbah industri tekstil, penurunan nilai
KOB awal yaitu 194,09 mg/L berturut-turut
KOK serta penurunan nilai KOB oleh
sebesar 63,41; 76,09; dan 72,46% (Gambar
adsorben sekam padi termodifikasi asam
15). Penjerapan dengan AMA merupakan
sulfat adalah yang terbesar jika dibandingkan
yang paling baik karena dapat menurunkan
dengan adsorben sekam padi tanpa modifikasi
nilai KOB paling besar menjadi 46,41 mg/L,
dan arang aktif. Hal ini dapat dikatakan bahwa
nilai ini berada dibawah standar baku mutu
13
adsorben sekam padi termodifikasi asam lebih cucullata in a fixed-bed column. Journal
efektif dalam menurunkan kadar zat warna, of Hazardous Materials 161:1427–1435.
nilai KOK, dan nilai KOB yang merupakan
Barros JLM, Macedo GR, Duarte MML, Silva
parameter daya cemar air.
EP, Lobato AKCL. 2003. Biosorption of
Saran cadmium using the fungus aspergillus
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka niger. Braz J Chem Eng 20:1-17.
tahapan selanjutnya yang perlu dilakukan
Bassett J, Denney RC, Jeffery GH, Mendham
adalah memperluas kisaran taraf yang
J.1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
digunakan sebagai faktor kondisi optimum
Kuantitatif Anorganik. Pudjaatmaka AH,
karena masih teramati pada ujung-ujung taraf.
Setiono L, penerjemah; Pudjaatmaka AH,
Pencirian lebih lanjut AMA dari sekam padi
editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
dengan Scanning electron microscopy (SEM)
EGC. Terjemahan dari: Vogel’s Textbook
dan spektrofotometri inframerah.
of Quantitative Inorganic Analysis
Including Elementary Instrumental
DAFTAR PUSTAKA Analysis.
Abdelwahab O, Nemr AE, Sikaily AE, Bird T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas.
Khaleed A. 2005. Use of Rice Husk for Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Adorption of Direct Dyes from Aqueous
Solution: a Case Study of Direct F. [Ciba] Specialty Chemicals Indonesia. 2002.
Scarlet. Egyptian Journal of Aquatic Cibacron Red B-E. [terhubung berkala].
Research 31:1–5 . http://agrippina.bcs.deakin.edu.au/bcs_ad
min/msds/msds_docs/Cibacron%20Red%
Aldrich S. 2007. Cibacron brilliant red 3G-A. 20B-E.pdf [15 Mei 2008].
[terhubung berkala]. http: //www.sigma-
aldrich.com [20 Apr 2009]. [Depkes]. 1977. Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 173/Men.Kes/Per./VIII/1977 ten-
Alaerts, Santika SS. 1984. Metode penelitian tang syarat-syarat evaluasi kualitas badan
air. Surabaya: Usaha Nasional Surabaya, air. Jakarta: Depkes.
Indonesia.
[Depkes]. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika jilid II. RI No. 416/Menkes/Per./IX/1990 tentang
Kartohadiprodjo II, penerjemah; syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
Rohhadyan T, editor. Oxford: Oxford bersih. Jakarta: Depkes.
University Press. Terjemahan dari:
Physical Chemistry. [Deptan]. 2009. Hasil Pencarian Lokasi Sub
Sektor Tanaman Pangan. [terhubung
BPS. 2009. Statistik Pertanian Indonesia. berkala].http://www.departemenpertanian
Jakarta: Biro Pusat Statistik. indonesia/search/hasil_lok_TP_PADI.asp
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2004. .xls. [23 Maret 2009].
SNI-06-6989.14-2004 Air dan Air Diapati M. 2009. Ampas Tebu sebagai
Limbah-Cara Uji Oksigen Terlarut secara Adsorben Zat Warna Reaktif Cibacron
yodometri (modifikasi azida). Serpong: Red [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
BSN. Bogor.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2004. Eckenfelder WW. 1989. Industrial Water
SNI-06-6989.15-2004 Air dan Air Pollution Control. Ed ke-2. New York:
Limbah-Cara Uji Kebutuhan Oksigen McGraw-Hill.
Kimiawi (KOK) Refluks terbuka dengan
refluks terbuka secara titrimetri. Serpong: Fardiaz, S. 1992. Polusi Air Dan Udara.
BSN. Bogor: PAU Pangan dan Gizi.
Baker FS, Miller CE, Repik AJ, Tollens ED. Fessenden RJ dan Fessenden JS. 1986. Kimia
1997. Activated Carbon. New York: J Organik jilid 1. Edisi ke-3. penerjemah;
Wiley. Pudjaatmaka AH. Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Organic Chemistry.
Baral SS, Dasa, SN Chaudhury GR, Swamya,
YV Rath P. 2009. Removal of Cr(VI) by Forlink. 2000. Paket terapan produksi
thermally activated weed Salvinia bersihpada industi tekstil. [terhubung
berkala].Http://www.Forlink.dml.or.id/pte
rabp/te.html. [6 Februari2009].
14
Hach CC, Klein RL, Gibbs CR. 1997. raradjonggrang yogyakarta dengan
Introduction to Biochemichal Oxygen metode elektrokoagulasi ditinjau dari
Demand. USA: Hach Company. parameter chemical oxygen demand
(KOK) dan warna [skripsi]. Yogyakarta:
Hattotuwa GBP, Ismail H, dan Baharin A.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
2002. Comparison of the Mechanical
Universitas Islam Indonesia
Properties of Rice Husk Powder Filled
Polypropylene Composites with Talc Raghuvanshi SP, Singh R, Kaushik CP. 2004.
Filled Polypropylene Composites. Kinetics study of methylene blue dye
Polymer Testing 21:833–839 . bioadsorption on bagasse. App Ecol
Environ Research 2: 35-43.
Husni H, Wahyu R, Bastia A, Azwir. 2005.
Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Saeni MS. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor:
Kelapa Sawit (Elaies Guineensis Jacq.) Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen
Menggunakan NaOH dan Gas Nitrogen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar
sebagai Aktifator. Proceedings National Universitas Ilmu Hayati IPB.
Conference On Chemical Banda Aceh
Sembiring MT dan Sinaga TS. 2003. Arang
Engineering Sciences And Applications
Aktif (Pengenalan dan Proses
(CHESA), Banda Aceh, Indonesia.
Pembuatannya). USU digital library. 1-9.
Hussein H, Ibrahim SF, Kandeel K, Moawad
Setyaningsih H. 1995. Pengolahan limbah
H. 2004. Biosorption heavy metal from
batik dengan proses kimia dan adsorpsi
waste water using Pseudomonas sp. Elec
karbon aktif [tesis]. Jakarta: Program
J Biotechnol 7:1–8.
Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Jagson CL. 2008. Reactive dyes. [terhubung
Srihari V, Babu SM, Das A. 2005. Kinetics of
Berkala]. Http://www.jagson.com.htm.
Phenol-sorption by Raw Agro-wastes. J.
[10 Apr 2008].
Applied Sci. 6:47-50.
Jason PP. 2004. Activated carbon and some
Suardana IN. 2008. Optimalisasi Daya
applications for the remediation soil and
Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium
ground water pollution. [terhubung
(III). Jurnal Penelitian dan
berkala]. http://www.ce.edu/program
Pengembangan Sains & Humaniora 2:17-
areas [16 Feb 2008].
33.
Manes M. 1998. Activated Carbon Adsorption
Sudarmaji. 1997. Petunjuk Praktikum
Fundamental. Di dalam: R.A. Meyers
Kualitas Air.Laboratorium Hidrologi dan
(penyunting). Encyclopedia of Environ-
Kualitas Air. Yogyakarta: Fakultas
mental Analysis and Remediation.
Geografi UGM.
Volume 1. New York: J Wiley.
Susanti A. 2009. Potensi Kulit Kacang Tanah
Manurung R, Hasibuan R, Irvan. 2004.
sebagai Adsorben Zat Warna Reaktif
Perombakan zat warna azo reaktif secara
Cibacron Red [Skripsi]. Bogor: Institut
aerob-anaerob. [terhubung berkala].
Pertanian Bogor.
http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia
-renita2. [16 Feb 2008]. Susanto SSK. 1973. Seni Kerajinan Batik
Indonesia. Balai Penelitian Batik dan
Marshall WE, Mitchell M J. 1996. Agriculture
Kerajinan. Lembaga Penelitian dan
by-product as metal adsorbent: Sorption
Pendidikan Industri. Departemen
properties and resistance to Mechanical
Perindustrian Republik Indonesia.
abrasion. J Chem Tech Biotechnology 66:
192-198. Suwarsa S. 1998. Penjerapan Zat Warna
Tekstil BR Red HE 7B oleh Jerami Padi.
Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater
JMS 3: 32-40.
Engineering Treatment, Disposal and
Reuse. 3th Edition. New York : MC. Tchobanoglous G, Franklin LB. 1991.
Graw-Hill. Wastewater Enginering: Treatment,
Diposal, and Reuse. Singapura: McGraw-
Notodarmojo S. 2004. Pencemaran Tanah
Hill.
dan Air Tanah. Bandung: ITB Press.
Wardhana 1995. Dampak Pencemaran
Purwaningsih I. 2008. Pengolahan limbah
Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi
cair industri batik cv. Batik indah
Offset.
LAMPIRAN
16
Sekam Padi
Preparasi Sampel
Arang
Tanpa modifikasi Modifikasi asam aktif
Larutan-larutan KOK
Larutan K2Cr2O7 0,25 N
Sebanyak 12,259 gram serbuk K2Cr2O7 dikeringkan dalam oven pada suhu 150 oC
selama 2 jam, lalu dilarutkan dengan akuades dan ditepatkan volumenya sampai dengan 1
L dengan akuades.
Campuran H2SO4-Ag2SO4
Sebanyak 5 gram Ag2SO4 dimasukkan ke dalam 500 mL H2SO4 pekat, diaduk dan
didiamkan selama satu sampai dua hari untuk proses pelarutannya. Campuran disimpan di
dalam botol gelap dan ditutup.
Larutan-larutan KOB
Larutan Kalium Dikromat 0,025 N
Dibuat 1,2259 gram K2Cr2O7 (p.a) yang telah dikeringkan sebelumnya pada suhu
150°C selama 2 jam. Lalu dilarutkan ke dalam akuades dan di encerkan sampai 1000 mL.
Larutan MnSO4.H2O
Dibuat dengan melarutkan 36,4 gram MnSO4 ke dalam akuades dan kemudian
diencerkan sampai 100 mL.
Larutan Amilum
Dibuat 2 gram amilum dan 0.2 gram asam salisilat kemudian dilarutkan ke dalam
akuades yang telah dididihkan sebanyak 100 mL.
Contoh perhitungan:
Kapasitas adsorpsi
V C o C a
Q
m
Q = 100 ml x 1 liter /1000 ml x (50,0000 – 49,9624) mg/liter x 1000 µg/mg
1,0112 gram
= 7,2756 µg/g adsorben
Efisiensi adsorpsi
C Ca
E o 100 %
Co
Q(ATM2)
#54
#53
#52
#51
#50
.5
#48
#47
#46
#45
#44
#43
#42
#41 1430.8
#40
#39
#38
#37
#36
#35
#34
#33
#32
#31
#30
#29
#28
#27
#26
#25
#24
#23
#22
#21
0.
#19
#18
#17
#16
#15 2.4415
#14
#13
#12
#11
#10
#9
#8
#7
#6
#5
#4
#3
#2
#1
-1000.
30.000 #96
#95
#94
#93
#92
#91
#90
#89
#88
#87
#86
#85
#84
#83
#82
#81
#80
#79
#78
#77
#76
#75
#74
19.587 #691.
#72
#71
#70
#68
#67
#66
#65
#64
#63
#62
#61 19.097
#60
#59
#58
#57
E(ATM2)
#56
#55
#54
#53
#52
#51
#50
.5
#48
#47
#46
#45
#44
#43
#42
#41
#40
#39
#38 9.6219
#37
#36
#35
#34
#33
#32
#31
#30
#29
#28
#27
0.
#25
#24
#23
#22
#21
#20
#19
#18 .14714
#17
#16
#15
#14
#13
#12
#11
#10
#9
#8
#7
#6
#5
#4
#3
#2
#1
-10.00
1.0000
Desirability
30. 60. 50. 150. 1. 3.
Q(AMA)
#52
#51
#50
#49
#48
#47
#46 5372.2
#45
#44
#43
#42
#41
#40
#39
#38
#37
#36
#35
#34
#33
#32
#31
#30
#29
#28
#27
#26
#25
#24
#23
0.
#21
#20
#19
#18
#17 1613.6
#16
#15
#14
#13
#12
#11
#10
#9
#8
#7
#6
#5
#4
#3
#2
#1
-1000.
120.00 #96
#95
#94
#93
#92
#91
#90
#89
#88
#87
#86
#85
#84
#83
#82
#81
#80
#79
#78
#77
1.
#75
#74
#73
#72
#71
#70
#69
#68
#67 98.238
#66
#65
#64
#63
#62
91.710 #61
#60
#59
#58
#57
#56
#55
E(AMA)
#54
#53
#52
#51
#50
.5
#48
#47
#46
#45
#44
#43
#42
#41
#40 73.988
#39
#38
#37
#36
#35
#34
#33
#32
#31
#30
#29
#28
#27
#26
#25
#24
#23
0.
#21
#20
#19
#18
#17
#16
#15
#14
#13
#12
#11 49.737
#10
#9
#8
#7
#6
#5
#4
#3
#2
#1
30.000
.78000
Desirability
30. 60. 50. 150. 1. 2. 3.
Q(AA)
#50
#49
#48 2141.9
#47
#46
#45
#44
#43
#42
#41
#40
#39
#38
#37
#36
#35
#34
#33
#32
#31
#30
#29
#28
#27
#26
#25
#24
#23
#22
#21
0.
#19
#18
#17
#16
#15 163.92
#14
#13
#12
#11
#10
#9
#8
#7
#6
#5
#4
#3
#2
#1
-1000.
60.000 #96
#95
#94
#93
#92
#91
#90
#89
#88
#87
#86
1.
#84
#83
#82
#81
#80
#79
#78
#77 49.626
#76
#75
#74
#73
#72
#71
#70
#69
#68
#67
40.514 #66
#65
#64
#63
#62
#61
#60
#59
#58
#57
#56
#55
.5
#53
#52
#51
E(AA)
#50
#49
#48
#47
#46 28.124
#45
#44
#43
#42
#41
#40
#39
#38
#37
#36
#35
#34
#33
#32
#31
#30
#29
#28
#27
#26
#25
0.
#23
#22
#21
#20
#19
#18
#17
#16 6.6219
#15
#14
#13
#12
#11
#10
#9
#8
#7
#6
#5
#4
#3
#2
#1
-10.00
.67782
Desirability
30. 60. 50. 150. 1. 3.
Lampiran 10 Isoterm Langmuir dan Freundlich untuk adsorpsi Cibacron Red oleh
adsorben tanpa modifikasi
C0 *Ca
Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich
(ppm) c m (g)
(ppm) x* x/m c/(x/m) log c log x/m
25 24,9087 1,0003 0,0000 0,00001 2729442,7 1,3964 -5,0397
50 49,3121 1,0032 0,0001 0,00007 719176,5 1,6930 -4,1639
75 69,6210 1,0064 0,0005 0,00053 130259,7 1,8427 -3,2721
100 88,3266 1,0000 0,0012 0,00117 75664,6 1,9461 -2,9328
150 110,9173 1,0002 0,0039 0,00391 28385,8 2,0450 -2,4081
*Ca digunakan sebagai variabel c pada rumus Isoterm Langmuir dan Freundlich
1g
Nilai x = Cteradsorpsi (ppm) x Volume larutan (L) x
1000 mg
Persamaan garis isoterm Langmuir yang diperoleh y = -29216,50x + 2741338,71
R² = 72,0% maka dari persamaan C 1 1 C ,
x/m
diperoleh nilai α = -3,4227 x 10 5 dan β = -1,2485 x 10-10
-
Lampiran 12 Isoterm Langmuir dan Freundlich untuk adsorpsi Cibacron Red oleh arang
aktif
C0 *Ca
Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich
(ppm) c m (g)
(ppm) x* x/m c/(x/m) log c log x/m
25 23,8201 3,0020 0,0001 0,00004 606074,71 1,3769 -4,4056
50 45,3223 3,0043 0,0005 0,00016 291086,14 1,6563 -3,8077
75 66,2941 3,0054 0,0009 0,00029 228857,88 1,8215 -3,5381
100 84,3183 3,0013 0,0016 0,00052 161375,57 1,9259 -3,2819
150 113,2162 3,0038 0,0037 0,00122 92453,388 2,0539 -2,9120
*Ca digunakan sebagai variabel c pada rumus Isoterm Langmuir dan Freundlich
1g
Nilai x = Cteradsorpsi (ppm) x Volume larutan (L) x
1000 mg
Persamaan garis isoterm Langmuir yang diperoleh y = -5244x + 62519
R² = 82,9% maka dari persamaan C 1 1
C,
x/m
diperoleh nilai α = -1,9069 x 10-4 dan β = -0,0839
Persamaan garis isoterm Freundlich yang diperoleh y = 2,140x - 7,371
x 1
R² = 99,2% maka dari persamaan log = log k + log C,
m n
diperoleh nilai n = 0,4673 dan k = 4,256 x 10-8
y = a + b x
y = a + b x
27
KOK
20,3 10,6 mL 0,095 8000 x 10
10 mL
KOK 7372,0 mg/L
29
Contoh perhitungan:
Kebutuhan oksigen biokimia hari ke-5
KOB5 = ( OT0 OT5 ) sampel k (OT0 OT5 ) blanko fp
= (5,4500 2,8129) 0,99(7,0323 6,3290) 100
= 194,09 mg/L