RIA WIJAYANTI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
ABSTRAK
RIA WIJAYANTI. Arang Aktif dari Ampas Tebu sebagai Adsorben pada
Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Dibimbing oleh BETTY MARITA
SOEBRATA dan GUSTAN PARI.
Ampas tebu, sebagai limbah pabrik gula adalah suatu bahan yang
mengandung karbon cukup tinggi. Hal tersebut yang mendasari bahwa ampas tebu
dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang aktif untuk pemurnian
minyak goreng bekas. Pemurnian minyak goreng bekas menggunakan arang aktif
merupakan salah satu metode yang dapat dikembangkan karena bahan bakunya
mudah didapatkan dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Pengaktifan arang
dilakukan setelah proses karbonisasi dengan 3 faktor, yaitu konsentrasi H3PO4,
suhu aktivasi, dan waktu aktivasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
yang menghasilkan arang aktif terbaik adalah arang aktif yang diaktivasi pada
suhu 700°C selama 120 menit untuk arang aktif tanpa aktivasi kimia dan arang
aktif dengan perendaman H3PO4 10% yang diaktivasi pada suhu 800°C selama
120 menit untuk arang aktif dengan aktivasi kimia. Kesetimbangan adsorpsi asam
lemak bebas dipelajari menggunakan isoterm Freundlich dan Langmuir pada
kondisi yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa isoterm Freundlich memiliki
linearitas yang lebih tinggi dibandingkan isoterm Langmuir. Hasil pemurnian
menunjukkan bahwa arang aktif yang digunakan dapat menurunkan kadar asam
lemak bebas dalam minyak goreng bekas. Penurunan kadar asam lemak bebas
terbesar diperoleh dari arang aktif dengan aktivasi kimia (49,7%).
ABSTRACT
RIA WIJAYANTI. Active Carbon from Bagasse for Adsorbent in Cooking Oil
Purification. Under the direction of BETTY MARITA SOEBRATA and
GUSTAN PARI.
Bagasse, a waste of sugar factory, is a subtance which has high carbon
content. This shows that bagasse can be applied as active carbon in cooking oil
purification. Cooking oil purification using an active carbon as adsorbent was a
good method because of low cost process. In this research, carbon activation was
relied on 3 factors carbonisation process, e.g. H3PO4 concentration, activation
temperature, and activation time. Research result showed that the best activation
without chemical treatment was carried out at 700 °C for 120 minute and the best
activation with chemical activation was carried out at 800 °C for 120 minute with
H3PO4 10%. The adsorption equilibrium of free fatty acid was studied using
Freundlich and Langmuir isotherm at similar condition. In this research,
Freundlich isotherm showed better linearity than Langmuir isotherm. The
purification result showed that active carbon from bagasse was capable of
reducing free fatty acid content in cooking oil. The higher free fatty acid reduction
was given by activated carbon with chemical treatment (49,7%).
ARANG AKTIF DARI AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN
PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS
RIA WIJAYANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PRAKATA
Dengan menyebut Asma Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji syukur hanyalah bagi Allah Rabb semesta alam yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat, dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dengan judul "Arang Aktif dari Ampas Tebu sebagai
Adsorben pada Pemurnian Minyak Goreng Bekas". Penelitian ini dilaksanakan
dari Mei sampai November 2008 di Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan,
Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Kimia, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Betty Marita Soebrata, S.Si., M.Si. dan Bapak Dr. Gustan Pari, M.Si., APU selaku
pembimbing tugas akhir yang telah memberikan arahan kepada penulis. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada seluruh staf dan laboran Kimia Fisik dan
Lingkungan, staf dan laboran Laboratorium Kimia Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan Bogor, pak Khotib, Ade, Maipa, Susan, Yuyun, dan
rekan-rekan mahasiswa kimia 41. Terakhir penulis menghaturkan terima kasih
kepada Ibu, Bapak, serta Wawan atas dukungan materi, doa, semangat, dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Ria Wijayanti
RIWAYAT HIDUP
Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses terjadinya
perpindahan massa akibat dari fasa gerak
Gambar 1 Tanaman tebu (Witono 2003) (fluida pembawa adsorbat) ke permukaan
adsorben. Adsorpsi terjadi karena adanya gaya
Tebu termasuk keluarga Graminae atau tarik menarik antara molekul adsorbat dengan
rumput-rumputan dan cocok ditanam pada tempat-tempat aktif di permukaan adsorben.
daerah dengan ketinggian 1 sampai 1300 Proses adsorpsi pada arang aktif terjadi
meter di atas permukaan air laut. Di Indonesia melalui tiga tahap dasar, yaitu zat terjerap
terdapat beberapa jenis tebu, di antaranya tebu pada arang bagian luar, kemudian menuju
hitam (cirebon), tebu kasur, POJ 100, POJ pori-pori arang, dan terjerap pada dinding
2364, EK 28, dan POJ 2878. Setiap tebu bagian dalam arang.
memiliki ukuran batang dan warna yang Mekanisme peristiwa adsorpsi
berlainan. Tebu termasuk tanaman berbiji berlangsung sebagai berikut: molekul adsorbat
tunggal yang tingginya berkisar antara 2 berdifusi melalui suatu lapisan batas ke
sampai 4 meter. Batang tebu memiliki banyak permukaan luar adsorben (difusi eksternal),
ruas yang setiap ruasnya dibatasi oleh buku- sebagian ada yang teradsorpsi di permukaan
buku sebagai tempat tumbuhnya daun. Bentuk luar, sebagian besar berdifusi lanjut di dalam
daunnya berupa pelepah dengan panjang pori-pori adsorben (difusi internal). Bila
mencapai 1-2 meter dan lebar 4-8 cm. kapasitas adsorpsi masih sangat besar,
Permukaan daunnya kasar dan berbulu. Bunga sebagian besar akan teradsorpsi dan terikat di
tebu berupa bunga majemuk dengan bentuk permukaan, namun bila permukaan sudah
menjuntai di puncak sebuah poros gelagah. jenuh atau mendekati jenuh dengan adsorbat,
Tebu mempunyai akar serabut. dapat terjadi dua hal.
Tebu dari perkebunan diolah menjadi gula 1. Terbentuk lapisan adsorpsi kedua dan
di pabrik gula. Dalam proses produksi gula, seterusnya di atas adsorbat yang telah
dari setiap tebu yang diproses dihasilkan terikat di permukaan, gejala ini disebut
ampas tebu sebesar 90%, gula yang adsorpsi multilayer.
dimanfaatkan hanya 5% dan sisanya berupa 2. Tidak terbentuk lapisan kedua dan
tetes tebu (molase) dan air (Witono 2003). seterusnya sehingga adsorbat yang belum
Ampas tebu merupakan limbah pabrik gula teradsorpsi berdifusi keluar pori dan
yang sangat mengganggu apabila tidak kembali ke arus fluida.
dimanfaatkan. Ampas tebu mengandung serat Ada dua metode adsorpsi, yaitu adsorpsi
(selulosa, pentosan, dan lignin), abu, dan air secara fisik (fisisorpsi) dan adsorpsi secara
(Syukur 2006). Adanya serat memungkinkan kimia (kimisorpsi). Kedua metode ini terjadi
digunakannya ampas tebu sebagai pakan bila molekul-molekul dalam fase cair diikat
ternak, tetapi adanya lignin dengan kandungan pada permukaan suatu fase padat sebagai
cukup tinggi (19.7%) dan kadar protein yang akibat dari gaya tarik-menarik pada
rendah (28%) menyebabkan penggunaannya permukaan padatan (adsorben), mengatasi
energi kinetik dari molekul-molekul V = volume larutan (ml)
kontaminan dalam cairan ( adsorbat). Bila C1 = konsentrasi awal larutan (mg/l)
gaya pengikatan pada permukaan merupakan C2 = konsentrasi akhir larutan (mg/l)
gaya van der Waals, reaksinya dapat balik, m = bobot adsorben (g)
multilayer, dan tidak ada transfer elektron,
adsorpsinya disebut fisisorpsi. Bila gaya Isoterm Freundlich
pengikatannya merupakan interaksi kimiawi, Isoterm yang paling umum digunakan
artinya terjadi rekonfigurasi dan transfer adalah isoterm Freundlich yang lebih baik
elektron antara adsorbat dan adsorben, dalam mencirikan kebanyakan proses
monolayer, dan reaksinya tidak dapat balik, adsorpsi. Isoterm Freundlich merupakan
maka peristiwa adsorpsinya disebut proses adsorpsi yang terjadi secara fisisorpsi
kimisorpsi. banyak lapisan. Fisisorpsi adalah adsorpsi
Beberapa faktor yang mempengaruhi yang hanya melibatkan gaya intermolekul
adsorpsi antara lain: (ikatan van der Waals) dan ikatannya lemah.
1. Sifat fisika dan kimia adsorben, yaitu luas Selain itu, pada mekanisme fisisorpsi, selain
permukaan, pori-pori, dan komposisi terjadi ikatan antara adsorbat dengan
kimia adsorben, juga memungkinkan terjadinya
2. Sifat fisika dan kimia adsorbat, yaitu ikatan antar adsorbat yang terdapat pada
ukuran molekul, polaritas molekul, dan larutan maupun limbah (Sunarya 2006).
komposisi kimia Menurut Atkins (1999), pada proses
3. Konsentrasi adsorbat dalam fase cair adsorpsi zat terlarut oleh permukaan padatan
(larutan) diterapkan isoterm Freundlich yang
4. Sifat fase cair, seperti pH dan temperatur diturunkan secara empiris dengan bentuk
5. Lamanya proses adsorpsi tersebut persamaan:
berlangsung. x
Perbesaran luas permukaan dapat = k c 1/ n
m
dilakukan dengan pengecilan partikel apabila dilogaritmakan, persamaan akan
adsorben, tetapi pengecilan ukuran tidak boleh menjadi:
terlalu kecil karena dapat menyebabkan x 1
adsorben terbawa oleh aliran fluida. log = log k + log c
m n
Isoterm Adsorpsi Keterangan:
Isoterm adsorpsi merupakan fungsi x/m = jumlah adsorbat teradsorpsi perunit
konsentrasi zat terlarut yang terjerap pada bobot adsorben (mg/g)
padatan terhadap konsentrasi larutan. c = konsentrasi keseimbangan adsorbat
Persamaan yang dapat digunakan untuk dalam larutan setelah adsorpsi
menjelaskan data percobaan isoterm dikaji k,n = konstanta empiris
oleh Freundlich, Langmuir, serta Brunauer,
Emmet, dan Teller (BET). Tipe isoterm Isoterm Langmuir
adsorpsi dapat digunakan untuk mempelajari Tipe isoterm Langmuir merupakan proses
mekanisme adsorpsi. Adsorpsi fase cair-padat adsorpsi yang berlangsung secara kimisorpsi
pada umumnya menganut tipe isoterm satu lapisan. Kimisorpsi adalah adsorpsi yang
Freundlich dan Langmuir (Atkins 1999). terjadi melalui ikatan kimia yang sangat kuat
Adsorben yang baik memiliki kapasitas antara sisi aktif permukaan dengan molekul
adsorpsi dan persentase penjerapan yang adsorbat dan dipengaruhi oleh densitas
tinggi. elektron. Adsorpsi satu lapisan terjadi karena
Kapasitas adsorpsi dapat dihitung dengan ikatan kimia biasanya bersifat spesifik,
menggunakan rumus: sehingga permukaan adsorben mampu
mengikat adsorbat dengan ikatan kimia.
⎛ C − C2 ⎞
Q=⎜ 1 ⎟ xV Isoterm Langmuir diturunkan berdasarkan
⎝ m ⎠ teori dengan persamaan:
Persentase penjerapan dapat dihitung dengan x αβc
menggunakan rumus: =
m 1+ β c
⎛ C − C2 ⎞
% Penjerapan = ⎜⎜ 1 ⎟⎟ X 100% Isoterm Langmuir dipelajari untuk
⎝ C1 ⎠ menggambarkan pembatasan sisi adsorpsi
Keterangan: dengan asumsi bahwa sejumlah tertentu sisi
Q = kapasitas adsorpsi per bobot molekul sentuh adsorben ada pada permukaannya dan
(mg/g) semua memiliki energi yang sama, serta
adsorpsi bersifat balik (Atkins 1999). komponen air di dalam bahan pangan yang
Konstanta α dan β dapat ditemukan dari kurva digoreng yang dapat menyebabkan reaksi
hubungan c terhadap c dengan hidrolisis minyak, adanya oksigen dari
x/m atmosfer yang dapat mempercepat reaksi
prsamaaan: oksidasi minyak, dan suhu proses yang sangat
c 1 1 tinggi yang berdampak pada percepatan
= + c proses kerusakan minyak. Ketaren (1986)
m αβ α
mengemukakan bahwa dalam proses
penggorengan, minyak berfungsi sebagai
Isoterm Brunauer, Emmet, Teller (BET) medium penghantar panas, menambah rasa
Isoterm BET merupakan metode umum gurih, menambah nilai gizi, dan sumber kalori
untuk menentukan luas permukaan adsorben dalam pangan. Kerusakan minyak akibat
dari data adsorpsi, dengan persamaan: pemanasan dapat diamati dari perubahan
x 1 (c − 1)x warna, kenaikan kekentalan, peningkatan
= +
n(1 − x ) cn cn kandungan asam lemak bebas, dan kenaikan
konstanta n dan c dapat diperoleh dari bilangan peroksida. Selain itu dapat juga
kemiringan garis perpotongan kurva dilihat dari penurunan bilangan iod dan
hubungan x terhadap x. penurunan kandungan asam lemak tak jenuh.
n(1 − x ) Menurut Ketaren (1986), tujuan utama
proses pemurnian minyak adalah
Minyak Goreng menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak,
Minyak dan lemak mengandung warna yang tidak menarik, serta
komponen utama berupa trigliserida yang memperpanjang masa simpan minyak
merupakan ester dari asam lemak dan gliserol. sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai
Jenis minyak yang digunakan untuk bahan mentah dalam industri. Kotoran-
menggoreng biasanya termasuk minyak nabati kotoran yang ada dalam minyak dapat berupa
seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, komponen yang tidak larut dalam minyak,
dan minyak kacang tanah yang mengandung komponen dalam bentuk suspensi koloid, dan
asam lemak tak jenuh terutama asam oleat dan komponen yang larut dalam minyak.
linoleat (Selfiawati 2003). Komponen yang tidak larut dalam minyak
Lemak dan minyak merupakan suatu adalah lendir, getah, abu, dan mineral.
trigliserida yang terbentuk dari kondensasi Komponen dalam bentuk suspensi koloid
satu molekul gliserol dengan tiga molekul adalah fosfolipid, karbohidrat, dan senyawa
asam lemak. Lemak dan minyak sebagai yang mengandung nitrogen. Komponen yang
bahan pangan dibagi menjadi dua golongan, larut dalam minyak berupa asam lemak bebas,
yaitu lemak yang siap dikonsumsi tanpa sterol, hidrokarbon, monogliserida,
dimasak, misalnya mentega dan lemak yang digliserida, dan zat warna yang terdiri dari
dimasak bersama-sama bahan pangan atau karotenoid dan klorofil.
dijadikan sebagai medium penghantar panas Tahapan proses pemurnian minyak yang
dalam memasak bahan pangan, misalnya dilakukan adalah pemisahan gum
minyak goreng (Ketaren 1986). (degumming), netralisasi, pemucatan
Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik (bleaching), dan penghilangan bau
asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak (deodorisasi). Kadang-kadang satu atau lebih
sampai terbentuk akrolein yang menimbulkan dari tahapan tersebut tidak perlu dilakukan,
rasa gatal pada tenggorokan. Bila minyak bergantung pada tujuan penggunaan minyak,
mengalami pemanasan yang berlebihan, misalnya minyak yang digunakan untuk bahan
bagian molekulnya yaitu gliserol akan non pangan hanya memerlukan proses
mengalami kerusakan dan minyak tersebut penjernihan dan pemisahan gum sedangkan
akan mengeluarkan asap biru yang sangat minyak untuk pembuatan sabun hanya
mengganggu lapisan selaput mata. Molekul- memerlukan proses pemisahan gum
molekul gliserol tersebut menjadi kering dan (Djatmiko dan Ketaren 1985).
membentuk aldehida tidak jenuh yang disebut
akrolein. Titik asap suatu minyak goreng BAHAN DAN METODE
bergantung pada kadar gliserol bebasnya.
Semakin tinggi titik asapnya, semakin baik Bahan dan Alat
mutu minyak goreng tersebut (Winarno 1986). Bahan yang digunakan adalah ampas tebu
Perubahan sifat fisiko kimia pada minyak dari Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta,
dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: keberadaan
arang aktif komersil, dan minyak goreng dilakukan analisis yang sama terhadap sifat
bekas. arang, arang yang diaktivasi tanpa bahan
Alat yang digunakan adalah tungku kimia sebagai kontrol, dan arang aktif
pemanas, tungku aktivasi (retort) yang komersial.
dilengkapi ketel uap, dan software SPSS versi Setelah analisis sifat arang aktif, dilakukan
13.0. pengujian kemampuan arang aktif untuk
memurnikan minyak goreng bekas. Sifat
Rancangan Percobaaan minyak goreng yang dianalisis sebelum dan
Rancangan percobaan yang digunakan sesudah dimurnikan adalah kadar asam lemak
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak bebasnya. Percobaan pendahuluan dilakukan
Lengkap Faktorial dengan dua kali ulangan. untuk mendapatkan takaran minimum arang
Faktor-faktor perlakuan yang digunakan aktif yang dibutuhkan dan waktu kontak yang
adalah: diperlukan.
1. Konsentrasi bahan kimia pengaktif, yaitu
H3PO4 5% (a1) dan H3PO4 10% (a2) Pembuatan arang aktif (Ferry 2002)
2. Suhu pengaktifan, yaitu 700 °C (b1) dan Sejumlah ampas tebu sebanyak kurang
800 °C (b2) lebih 18,5 kg dimasukkan ke dalam tungku
3. Waktu pengaktifan, yaitu 60 menit (c1) pengarangan dan dipanaskan selama 5 jam.
dan 120 menit (c2). Arang yang dihasilkan diaktifkan secara kimia
dan gas, yaitu direndam dengan H3PO4 5%
Model rancangan dan 10% selama 24 jam kemudian ditiriskan.
Yijk = µ + Ai + Bj + Abij + Ck + ACik + Setelah itu arang dipanaskan pada tungku
BCjk + ABCijk + Eijk aktivasi (retort) pada suhu 700 dan 800 °C,
Yijk = nilai respon yang diamati kemudian ke dalam tungku aktivasi tersebut
µ = efek rata-rata yang sebenarnya dialirkan uap air selama 60 dan 120 menit.
Ai = pengaruh konsentrasi H3PO4 taraf Arang aktif kemudian didinginkan selama
ke-i 24 jam, ditimbang, dan dihitung
Bj = pengaruh suhu pengaktifan taraf rendemennya. Sebelum diperlakukan lebih
ke-j lanjut, arang aktif disimpan dalam plastik
C = pengaruh waktu pengakifan taraf yang tertutup rapat. Arang aktif kemudian
ke-k ditumbuk dengan dan diayak dengan ayakan
Abij = pengaruh interaksi antara berukuran 100 mesh dan selanjutnya siap diuji
konsentrasi H3PO4 taraf ke-i dan kualitasnya.
suhu aktifasi taraf ke-j
ACik = pengaruh interaksi antara Pemurnian Minyak Goreng (Ketaren 1986)
konsentrasi H3PO4 taraf ke-i dan Arang aktif dikeringkan di dalam oven 105
waktu pengaktifan taraf ke-k °C selama 2 jam. Percobaan pendahuluan
BCjk = pengaruh interaksi antara suhu untuk mengetahui jumlah arang aktif yang
pengaktifan taraf ke-j dan waktu digunakan dilakukan dengan memasukkan
pengaktifan taraf ke-k sejumlah arang aktif dengan bobot beragam
ABCijk = pengaruh interaksi antara dari 2.5, 5.0, 7.5, dan 10.0% (b/v) ke dalam 25
konsentrasi H3PO4 taraf ke-i, suhu ml larutan standar asam laurat 0,3%,
taraf ke-j, dan waktu pengaktifan kemudian di kocok dengan alat shaker selama
taraf ke-k 1 jam. Sampel disaring dengan bantuan
Eijk = galat dari rancangan faktorial. pompa vakum kemudian diukur kadar asam
lemak bebasnya.
Metode Waktu kontak yang dibutuhkan untuk
Sejumlah ampas tebu dikarbonisasi selama adsorpsi secara optimal ditentukan dengan
5 jam. Pengaktifan arang dilakukan setelah memasukkan sejumlah arang aktif (dengan
proses karbonisasi dengan 3 faktor, yaitu bobot tetap) ke dalam 25 ml contoh minyak
konsentrasi bahan pengaktif (H3PO4 5% dan kemudian dikocok dengan alat shaker selama
H3PO4 10%), suhu pengaktifan (700 dan 800 0, 60, 90, dan 120 menit, kemudian disaring
°C), dan waktu pengaktifan (60 dan 120 dengan kertas saring, lalu diukur kadar asam
menit). Analisis sifat arang aktif meliputi lemak bebasnya.
rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat
mudah menguap, kadar karbon terikat, daya
jerap benzena, daya jerap kloroform, dan daya
jerap iodin. Sebagai pembanding juga
b = bobot awal contoh (g)
Pengujian kualitas arang aktif Penentuan kadar karbon terikat (SNI
1995)
Penentuan rendemen Karbon dalam arang adalah zat yang
Arang aktif yang diperoleh terlebih dahulu terdapat pada fraksi padat hasil pirolisis selain
dibersihkan, kemudian ditimbang. Rendemen abu (zat anorganik) dan zat-zat atsiri yang
dihitung berdasarkan rumus: masih terdapat pada pori-pori arang. Definisi
Rendemen (%) = b(1 − c ) ×100% ini hanya berupa pendekatan.
a(1 − d ) Kadar karbon terikat (%) = 100% - ( b + c )
a = bobot contoh sebelum pemanasan (g) b = kadar zat mudah menguap (%)
b = bobot contoh setelah pemanasan (g) c = kadar abu (%)
c = kadar air arang aktif (%)
d = kadar air arang (%) Penentuan daya jerap iodin (SNI 1995)
Contoh kering sebanyak 0,25 gram
Penentuan kadar air (SNI 1995) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang
Contoh sebanyak 1 gram (bobot kering dibungkus kertas karbon, lalu ditambahkan 25
udara) ditempatkan di dalam cawan porselen mL larutan I2 0,1 N, kemudian dikocok
yang telah diketahui bobot keringnya. Cawan selama 15 menit pada suhu kamar lalu
yang telah berisi contoh tersebut dipanaskan disaring. Filtrat sebanyak 10 mL dititrasi
di dalam oven bersuhu 105°C selama 4 jam. dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga
berwarna kuning muda lalu diberi beberapa
Kadar air (%) = a − b ×100% tetes larutan kanji 1%, dan titrasi dilanjutkan
a sampai warna biru tepat hilang.
a = bobot contoh sebelum pemanasan (g) Daya jerap iodin (mg/g) =
b = bobot contoh setelah pemanasan (g) A x Na
(V − ( )) × 12,693 × fp
Penentuan kadar zat mudah menguap (SNI Nb
1995) S
Contoh kering sebanyak 1 gram V = volume titran (ml)
dimasukkan ke dalam cawan porselen yang A = volume titrat (ml)
telah diketahui bobot keringnya. Selanjutnya Na = normalitas Na2S2O3 (N)
contoh dipanaskan dalam tanur pada suhu Nb = normalitas I2 (N)
950°C selama 10 menit, kemudian fp = faktor pengenceran
didinginkan dalam desikator selama 1 jam dan S = bobot arang aktif (g)
ditimbang. Cawan ditutup serapat mungkin BE I2 = 126,93
(bila perlu diikat dengan kawat) selama
pemanasan dan dihindari terjadinya Penentuan daya jerap benzena (C6H6) dan
pembakaran contoh. kloroform (CHCl3)
Kadar zat mudah menguap (%) = Contoh kering sebanyak 1 gram
a −b dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah
×100% diketahui bobot keringnya. Cawan yang berisi
a
a = bobot contoh sebelum pemanasan (g) contoh tersebut kemudian dimasukkan ke
b = bobot contoh setelah pemanasan (g) dalam desikator yang telah dijenuhkan dengan
uap benzena atau kloroform dan diinkubasi di
Penentuan kadar abu (SNI 1995) dalamnya selama 24 jam agar kesetimbangan
Contoh kering sebanyak 1 gram adsorpsi tercapai. Selanjutnya cawan yang
dimasukkan ke dalam cawan porselen yang berisi contoh tersebut dibiarkan selama 5
telah ditentukan bobot keringnya. Selanjutnya menit di udara terbuka agar uap benzena atau
contoh dipanaskan di dalam tanur pada suhu kloroform yang menempel di cawan petri
750°C selama 6 jam. Setelah itu didinginkan dapat dihilangkan (mengurangi kesalahan
di dalam desikator selama 1 jam dan positif), kemudian ditimbang.
ditimbang. Pemanasan dan penimbangan Daya jerap C6H6 atau CHCl3 (%) =
diulang hingga diperoleh bobot yang konstan. a −b
×100%
Waktu pemanasan cukup 1 jam selama a
pengulangan. a = bobot contoh sebelum inkubasi (g)
a b = bobot contoh setelah inkubasi (g)
Kadar abu (%) = ×100%
b
a = bobot sisa contoh (g)
Analisis isoterm adsorpsi Freundlich dan aktivasi, suhu aktivasi, dan adanya
Langmuir penambahan H3PO4.
Sejumlah arang aktif dengan bobot
optimum yang didapatkan dari uji a2b2c2
pendahuluan dimasukkan ke dalam 25 ml a2b2c1
larutan standar asam laurat pada beberapa a2b1c2
konsentrasi, yaitu 2000, 3000, 4000, dan 5000 a2b1c1
ppm selama 90 menit pada suhu kamar. a1b2c2
P erlaku ann
Kemudian disaring menggunakan kertas a1b2c1
a1b2c2
a1b2c1 pengeringan dengan oven 105 °C. Kadar air
a1b1c2
a1b1c1
dari sampel diharapkan mempunyai nilai
b2c2
rendah karena kadar air yang tinggi akan
b2c1 mengurangi daya jerap arang aktif terhadap
b1c2 gas maupun cairan gas (Pari 1996).
b1c1
b0c0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Kadar zat mudah menguap
Kadar air (%) Penetapan kadar zat mudah menguap
bertujuan mengetahui kandungan senyawa
Keterangan: yang belum menguap pada proses karbonisasi
a0b0 = arang aktif tanpa aktivasi dan aktivasi tetapi menguap pada suhu 950
SNI = persyaratan Standar Nasional Indonesia °C. Kadar zat mudah menguap yang
(1995) dihasilkan berkisar antara 5,0-9,0% (Gambar
4).
Gambar 3 Pengaruh perlakuan pada kadar air
arang aktif SNI
AAK
a1b2c2
disebabkan karena terjadi reaksi antara H2O Kadar zat mudah menguap (%)
yang terdapat pada arang aktif dengan CO Gambar 4 Pengaruh perlakuan pada kadar zat
yang menghasilkan gas CO2 dan H2. mudah menguap arang aktif
Berdasarkan hasil analisis ragam
(Lampiran 5) didapatkan bahwa perlakuan Kadar zat mudah menguap dari semua arang
konsentrasi H3PO4 serta interaksi antara aktif memenuhi persyaratan Standar Nasional
konsentrasi H3PO4, suhu, dan waktu aktivasi Indonesia (1995) karena mempunyai nilai
berpengaruh nyata terhadap kadar air arang yang lebih rendah dari 25% (Lampiran 2).
aktif. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa Kadar zat mudah menguap tertinggi terdapat
perlakuan b1c1 (tanpa H3PO4, suhu aktivasi pada arang aktif dengan perlakuan a2b1c1
700 °C, dan waktu aktivasi 60 menit) (perendaman dengan H3PO4 10%, suhu
merupakan perlakuan terbaik karena aktivasi 700 °C, dan waktu aktivasi 60 menit)
menghasilkan kadar air terendah dan dan kadar zat mudah menguap terendah
perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan terdapat pada arang aktif dengan perlakuan
lainnya. b2c1 (tanpa H3PO4, suhu aktivasi 800 °C, dan
Kadar air yang terkandung di dalam arang waktu aktivasi 60 menit).
aktif dipengaruhi oleh jumlah uap air di udara, Berdasarkan hasil analisis ragam
lama proses pendinginan, penggilingan dan (Lampiran 6) didapatkan bahwa konsentrasi
pengayakan. Semakin lama proses H3PO4, suhu aktivasi serta interaksi antara
pendinginan, penggilingan, dan pengayakan konsentrasi H3PO4 , suhu, dan waktu aktivasi
dapat meningkatkan kadar air dalam arang berpengaruh nyata terhadap kadar zat mudah
aktif. Kadar air yang tinggi dapat mengurangi menguap arang aktif. Hasil uji Duncan
daya adsorpsi arang aktif terhadap cairan menunjukkan bahwa perlakuan b1c1 (tanpa
maupun gas. konsentrasi H3PO4, suhu aktivasi 700 °C, dan
waktu aktivasi 60 menit) merupakan dihasilkan memiliki kadar abu yang lebih
perlakuan terbaik karena efisien, walaupun tinggi.
tidak mempunyai kadar zat mudah menguap Berdasarkan hasil analisis ragam
terendah tetapi secara statitik tidak berbeda (Lampiran 7) didapatkan bahwa perlakuan
nyata dengan perlakuan yang menghasilkan konsentrasi H3PO4, suhu aktivasi, waktu
kadar zat mudah menguap terendah, yaitu aktivasi, interaksi antara konsentrasi H3PO4
b2c1 (tanpa H3PO4, suhu aktivasi 800 °C, dan dengan suhu aktivasi, interaksi antara
waktu aktivasi 60 menit). konsentrasi H3PO4 dengan waktu aktivasi, dan
Peningkatan suhu aktivasi cenderung interaksi antara suhu dengan waktu aktivasi
menurunkan kadar zat terbang. Hal ini dapat berpengaruh nyata terhadap kadar abu arang
terjadi karena pada suhu tinggi penguraian aktif. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
senyawa nonkarbon berlangsung sempurna. perlakuan b1c1 (tanpa H3PO4, suhu aktivasi
Kadar zat terbang yang tinggi akan 700 °C, dan waktu aktivasi 60 menit)
mengurangi kemampuan arang aktif dalam menghasilkan arang aktif terbaik karena lebih
mengadsorpsi gas dan larutan. efisien. Perlakuan ini tidak menghasilkan
kadar abu terendah, namun secara statistika
Kadar abu perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan
Penentuan kadar abu bertujuan perlakuan yang menghasilkan kadar abu
menentukan kandungan oksida logam dalam terendah, yaitu a2b1c1 (konsentrasi H3PO4
arang aktif. Abu merupakan komponen 10%, suhu aktivasi 700 °C, dan waktu aktivasi
anorganik yang tertinggal setelah bahan 60 menit).
dipanaskan pada suhu 500-600 °C dan terdiri Kadar abu yang besar dapat mengurangi
dari kalium, natrium, magnesium, kalsium, kemampuan arang aktif untuk mengadsorpsi
dan komponen lain dalam jumlah kecil. gas dan larutan karena kandungan mineral
yang terdapat dalam abu seperti kalium,
SNI natrium, magnesium, dan kalsium akan
AAK menyebar ke dalam kisi-kisi arang aktif
a2b2c2
sehingga menutupi pori-pori arang aktif
a2b2c1
a2b1c2
(Sudrajat 1985). Besarnya nilai kadar abu
a2b1c1 disebabkan karena proses pengarangan
dilakukan di udara terbuka sehingga terjadi
Perlakuan
a1b2c2
a1b2c1 kontak udara yang mengakibatkan proses
a1b1c2
pembentukan arang menjadi tidak sempurna
a1b1c1
b2c2
dan kemungkinan terbentuknya abu juga
b2c1 semakin besar.
b1c2
b1c1
Kadar karbon terikat
Penentuan kadar karbon terikat bertujuan
b0c0
0 10 20 30 40 50 60 70
Kadar abu (%)
mengetahui kandungan karbon setelah
karbonisasi. Kadar karbon terikat yang
Gambar 5 Pengaruh perlakuan pada kadar abu dihasilkan berkisar antara 31,0-66,9%
arang aktif (Gambar 6). Kadar karbon terikat tertinggi
terdapat pada arang aktif dengan perlakuan
Kadar abu yang dihasilkan berkisar antara a2b2c1 (perendaman dengan H3PO4 10%,
28,0-62,7%. Berdasarkan Gambar 5 terlihat suhu aktivasi 800 °C, dan waktu aktivasi 60
bahwa kadar abu tertinggi terdapat pada arang menit) dan kadar karbon terikat terendah
aktif dengan perlakuan b2c2 (tanpa H3PO4, terdapat pada arang aktif dengan perlakuan
suhu aktivasi 800 °C, dan waktu aktivasi 120 b2c2 (tanpa H3PO4, suhu aktivasi 800 °C, dan
menit) dan kadar abu terendah terdapat pada waktu aktivasi 120 menit).
arang aktif dengan perlakuan a2b1c1 Berdasarkan hasil analisis ragam
(perendaman dengan H3PO4 10%, suhu (Lampiran 8) didapatkan bahwa perlakuan
aktivasi 700 °C, dan waktu aktivasi 60 menit). konsentrasi H3PO4, suhu aktivasi, waktu
Kadar abu dari semua arang aktif tidak aktivasi, interaksi antara konsentrasi H3PO4
memenuhi persyaratan Standar Nasional dengan suhu aktivasi, interaksi antara
Indonesia (1995) karena mempunyai nilai konsentrasi H3PO4 dengan waktu aktivasi, dan
yang lebih tinggi dari 10%. Demikian juga interaksi antara suhu dengan waktu aktivasi
bila dibandingkan dengan arang aktif berpengaruh nyata terhadap kadar karbon
komersial maka semua arang aktif yang terikat arang aktif. Hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa perlakuan b1c1 (tanpa banyak mengandung senyawa nonkarbon
H3PO4, suhu aktivasi 700 °C, dan waktu sehingga gas atau uap yang dapat diserap
aktivasi 60 menit) menghasilkan arang aktif menjadi lebih sedikit (Pari 1996).
terbaik karena lebih efisien. Perlakuan ini
tidak menghasilkan kadar karbon terikat SNI
Perlakuan
a1b2c2
a1b2c1
a1b1c2
SNI
a1b1c1
AAK
b2c2
a2b2c2
b2c1
a2b2c1
b1c2
a2b1c2
b1c1
a2b1c1
b0c0
Perlakuan
a1b2c2
0 5 10 15 20 25 30
a1b2c1
Daya jerap benzena (%)
a1b1c2
a1b1c1
Gambar 7 Pengaruh perlakuan pada daya
b2c2
b2c1
jerap benzena arang aktif
b1c2
b1c1 Berdasarkan hasil analisis ragam
b0c0
(Lampiran 9) didapatkan bahwa perlakuan
0 10 20 30 40 50 60 70
konsentrasi H3PO4, suhu aktivasi, waktu
Kadar karbon terikat (%)
aktivasi, dan interaksi ketiganya berpengaruh
Gambar 6 Pengaruh perlakuan pada kadar nyata terhadap daya jerap benzena. Hasil uji
karbon terikat arang aktif Duncan menunjukkan bahwa perlakuan
a2b2c2 (konsentrasi H3PO4 10%, suhu aktivasi
Kadar karbon terikat dipengaruhi oleh 800°C, dan waktu aktivasi 120 menit)
kadar zat terbang dan kadar abu setiap sampel. merupakan perlakuan terbaik karena
Semakin besar kadar zat terbang dan kadar menghasilkan daya jerap benzena tertinggi
abu maka kadar karbon terikat akan semakin dan perlakuan ini berbeda nyata dengan
rendah. Kadar karbon terikat juga dipengaruhi perlakuan yang lain.
oleh lamanya waktu reaksi yang menyebabkan
zat kimia yang bereaksi semakin banyak Daya jerap kloroform
sehingga jumlah karbon yang tersisa semakin Daya jerap kloroform yang dihasilkan
sedikit. Dengan kata lain kadar abu yang berkisar antara 13,64-38,89% (Gambar 8).
dihasilkan pada proses tersebut semakin Daya jerap tertinggi terdapat pada arang aktif
banyak (Pari 1996). dengan perlakuan a2b2c2 (perendaman
dengan H3PO4 10%, suhu aktivasi 800°C, dan
Daya jerap benzena waktu aktivasi 120 menit) dan daya jerap
Daya jerap benzena yang dihasilkan kloroform terendah terdapat pada arang aktif
berkisar antara 9,3-24,1% (Gambar 7). Semua dengan perlakuan a1b1c1 (perendaman
arang aktif tidak memenuhi persyaratan dengan H3PO4 5%, suhu aktivasi 700°C, dan
Standar Nasional Indonesia (1995) karena waktu aktivasi 60 menit). Semua arang aktif
mempunyai nilai daya jerap benzena di bawah memiliki daya jerap kloroform yang lebih
25%. Daya jerap benzena tertinggi terdapat rendah dibandingkan dengan daya jerap
pada arang aktif dengan perlakuan a2b2c2 kloroform dari arang aktif komersial. Semua
(perendaman dengan H3PO4 10%, suhu arang aktif juga tidak memenuhi standar
aktivasi 800 °C, dan waktu aktivasi 120 kualitas arang aktif menurut Departemen
menit) dan daya jerap benzena terendah Kesehatan RI karena nilai daya jerap
terdapat pada arang aktif dengan perlakuan kloroformnya kurang dari 40%.
a1b1c1 (perendaman dengan H3PO4 5%, suhu Rendahnya daya jerap kloroform ini
aktivasi 700°C, dan waktu aktivasi 60 menit). dikarenakan masih adanya senyawa-senyawa
Rendahnya daya jerap arang aktif terhadap nonkarbon yang menempel pada permukaan
benzena disebabkan karena pori-pori yang arang aktif dan menutupi pori-pori arang aktif
terbentuk pada permukaan arang aktif masih
sehingga menurunkan daya jerapnya terhadap dibandingkan dengan arang aktif komersial
kloroform. tetapi hanya ada 2 arang aktif yang memenuhi
persyaratan Standar Nasional Indonesia
AAK (1995) karena daya jerap iodinnya melebihi
a2b2c2 750 mg/g, yaitu arang aktif dengan perlakuan
a2b2c1
a1b2c2 (perendaman dengan H3PO4 5%, suhu
a2b1c2
a2b1c1
aktivasi 800 °C, dan waktu aktivasi 120
a1b2c2
menit) dan a2b2c2 (perendaman dengan
Perlakuan
Perlakuan
a1b2c2
a1b2c1
Gambar 8 Pengaruh perlakuan pada daya a1b1c2
kapasitas adsorpsi
%penjerapan (E)(
80 80
aktivasi kimia) dan arang aktif dengan 60 60
(Q)mg/g
penambahan H3PO4 (menggunakan aktivasi 40 40
kimia). Berdasarkan hasil uji Duncan 20 20
(Lampiran 11) diperoleh arang aktif terbaik 0 0
dari perlakuan tanpa H3PO4 adalah b1c2 (suhu 2.5 5 7.5 10
aktivasi 700 °C dan waktu aktivasi 120 menit) %Bobot adsorben
sedangkan arang aktif terbaik dari perlakuan Q E
menggunakan H3PO4 adalah a2b2c2
(perendaman dengan H3PO4 10%, suhu
aktivasi 800 °C, dan waktu aktivasi 120 Gambar 11 Pengaruh bobot arang aktif
menit). a2b2c2 pada kapasitas
adsorpsi dan persentase
Uji Pendahuluan penjerapan asam lemak bebas
Uji pendahuluan dilakukan terlebih dahulu
untuk menentukan bobot arang aktif dan Pengaruh waktu kontak terhadap kapasitas
waktu kontak optimum pada pemurnian adsorpsi dan persentase penjerapan asam
minyak goreng bekas. Standar asam lemak lemak bebas dapat dilihat pada Gambar 12.
bebas yang digunakan adalah asam laurat Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
karena merupakan asam lemak yang paling peningkatan kapasitas adsorpsi dan persentase
dominan dalam minyak goreng kelapa sawit. penjerapan seiring dengan peningkatan waktu
Pengaruh bobot adsorben terhadap kapasitas kontak.
adsorpsi dan persentase penjerapan asam
laurat dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. 90 90
85
Hasil penelitian menunjukkan adanya
kapasitas adsorpsi Q
85
% penjerapan (E)
80
penurunan kapasitas adsorpsi dan peningkatan 75
80
(Q)mg/g
70 75
persentase penjerapan asam lemak bebas 65 70
seiring dengan bertambahnya bobot adsorben. 60
65
55
Hal ini sesuai yang dilakukan oleh Barros 50 60
80
75 75
mg/g
70
100 100
65 65
% penjerapan (E)
80 80 60
Kapasitas adsorpsi
55 55
60 60 50
(Q) mg/g
45 45
40 40
1 1.5 2
20 20 waktu (jam)
0 0
2.5 5 7.5 10 Q E
%Bobot adsorben
Q E
Gambar 13 Pengaruh waktu kontak pada
Gambar 10 Pengaruh bobot arang aktif b1c2 kapasitas adsorpsi dan
pada kapasitas adsorpsi dan persentase penjerapan asam
persentase penjerapan asam lemak lemak bebas pada arang aktif
bebas a2b2c2
Lamanya proses adsorpsi ditentukan
berdasarkan kapasitas adsorpsi dan persentase 3.5000
L og X/M
2.0000
maka lama proses adsorpsi tersebut diambil 1.5000
R2 = 0.9913
adsorpsi cenderung tetap untuk kedua jenis 2.6005 2.8387 2.9937 3.2565
kedua jenis arang aktif adalah 90 menit. Gambar 15 Isoterm Freundlich adsorpsi asam
lemak bebas oleh arang aktif b1c2
Isoterm Adsorpsi
Tipe isoterm adsorpsi dapat digunakan Berdasarkan perbandingan dari kedua tipe
untuk mengetahui mekanisme adsorpsi asam isoterm adsorpsi tersebut ternyata linearitas
lemak bebas oleh arang aktif. Adsorpsi fase isoterm adsorpsi tipe Freundlich lebih tinggi
padat cair biasanya menganut tipe isoterm dibandingkan dengan isoterm Langmuir. Oleh
Freundlich dan Langmuir (Atkins 1999). karena itu, isoterm tipe Freundlich lebih baik
Ikatan yang terjadi antara molekul adsorbat digunakan untuk mencirikan mekanisme
dengan permukaan adsorben dapat terjadi adsorpsi asam lemak bebas oleh arang aktif
secara fisisorpsi dan kimisorpsi. b1c2 (suhu aktivasi 700 °C dan waktu aktivasi
Isoterm adsorpsi arang aktif b1c2 (suhu 120 menit).
aktivasi 700 °C dan waktu aktivasi 120 menit) Hasil yang sama diperoleh pada isoterm
tipe Langmuir dan Freundlich diperlihatkan adsorpsi asam lemak bebas oleh arang aktif
pada Gambar 14 dan 15. Isoterm adsorpsi a2b2c2 (perendaman dengan H3PO4 10%,
arang aktif a2b2c2 (perendaman dengan suhu aktivasi 800 °C, dan waktu aktivasi 120
H3PO4 10%, suhu aktivasi 800 °C, dan waktu menit). Kedua tipe isoterm menunjukkan
aktivasi 120 menit) tipe Langmuir dan linearitas yang tinggi, yaitu 94,8% untuk
Freundlich diperlihatkan pada Gambar 16 dan isoterm Langmuir dan 99,4% untuk isoterm
17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Freundlich (Gambar 16 dan 17). Berdasarkan
semua kurva adalah linear. perbandingan dari kedua tipe isoterm adsorpsi
Linearitas kedua tipe isoterm pada tersebut ternyata linearitas tipe isoterm
adsorpsi menggunakan b1c2 (suhu aktivasi Freundlich lebih tinggi dibandingkan isoterm
700 °C dan waktu aktivasi 120 menit) Langmuir, sehingga tipe isoterm Freundlich
menunjukkan linearitas yang tinggi, yaitu lebih tepat digunakan untuk mencirikan
94,2% untuk isoterm Langmuir dan 99,1% mekanisme adsorpsi asam lemak bebas oleh
untuk isoterm Freundlich. Hasil ini arang aktif a2b2c2 (perendaman dengan
menunjukkan bahwa kedua tipe isoterm H3PO4 10%, suhu aktivasi 800 °C, dan waktu
terjadi pada proses adsorpsi asam lemak bebas aktivasi 120 menit).
oleh arang aktif.
4000 4000
3500 3500
3000
X /M ( p p m /g )
3000
2500 2500
X /M ( p p m /g )
y = 367.41x + 1064.8
2000 y = 328.76x + 1208.2 2000 R2 = 0.9482
1500 R2 = 0.9416 1500
1000 1000
500 500
0 0
398.5860 697.18945 985.58342 1805.0625 602.22174 802.61481 997.90214 1396.6357
C (ppm) C (ppm)
Gambar 14 Isoterm Langmuir adsorpsi asam Gambar 16 Isoterm Langmuir adsorpsi asam
lemak bebas oleh arang aktif b1c2 lemak bebas oleh arang aktif
a2b2c2
1.8
3.2000
1.6
3.1000 1.4
3.0000 1.2
lo g X /M m y = 0.0595x + 2.719
FFA (%)
2.9000 1
R2 = 0.9938
2.8000 0.8
0.6
2.7000
0.4
2.6000
0.2
2.5000
0
2.7798 2.9045 2.9991 3.1451 awal jelantah pemurnian
Minyak goreng
log C
0.8
yang diaktivasi pada suhu 700 °C selama 120
0.6 menit (b1c2) untuk arang aktif tanpa aktivasi
0.4 kimia dan arang dengan perendaman H3PO4
0.2 10% yang diaktivasi pada suhu 800 °C selama
0 120 menit (a2b2c2) untuk arang aktif dengan
awal jelantah pemurnian
Minyak goreng
aktivasi kimia. Perlakuan kimia dalam hal ini
mampu meningkatkan kualitas arang aktif dari
ampas tebu.
Gambar 18 Kadar asam lemak bebas pada Kedua tipe isoterm adsorpsi, yaitu
adsorpsi menggunakan arang Freundlich dan Langmuir terjadi pada proses
aktif b1c2 adsorpsi asam lemak bebas menggunakan
arang aktif. Linearitas isoterm adsorpsi tipe
Freundlich lebih besar dibandingkan dengan
isoterm adsorpsi tipe Langmuir sehingga tipe Darmawan S. 2006. Pembuatan Minyak
isoterm Freundlich lebih tepat digunakan Kemiri dan Pemurniannya dengan Arang
untuk mencirikan mekanisme adsorpsi asam Aktif dan Bentonit. Jurnal Penelitian
lemak bebas oleh arang aktif. Nilai linearitas Hasil Hutan 24:413-423.
isoterm Freundlich untuk arang aktif tanpa
aktivasi kimia dan dengan aktivasi kimia Djatmiko B, S Ketaren. 1985. Pemurnian
adalah masing-masing 99,1 dan 99,4% Minyak. Bogor: Agroindustri Press.
sedangkan untuk isoterm Langmuir masing-
masing 94,2 dan 94,8%. Ferry J. 2002. Pembuatan Arang Atif dari
Hasil pemurnian minyak goreng bekas Serbuk Gergajian Kayu sebagai
oleh arang aktif menunjukkan bahwa arang Biosorben pada Pemurnian Minyak
aktif yang dihasilkan kurang efektif untuk Goreng Bekas. [Skripsi]. Bogor: Fakultas
menurunkan kadar asam lemak bebas dalam Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
minyak goreng bekas. Penurunan kadar asam Institut Pertanian Bogor.
lemak bebasnya sebesar 18,1% untuk arang
aktif terbaik dengan perlakuan tanpa aktivasi Fengel D, Wegener G. 1995. Kayu: Kimia,
kimia dan 49,7% untuk arang aktif terbaik Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi.
dengan perlakuan aktivasi kimia. Sastrohamidjojo H, penerjemah.
Yogyakarta: Ugm Press. Terjemahan
Saran dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure,
Penggunaan H3PO4 sebagai bahan kimia Reaction.
pengaktif pada arang dari ampas tebu kurang
efektif untuk menghasilkan arang aktif dengan Gaikwad RW. 2004. Removal of Cd (ΙΙ) from
kualitas baik, oleh karena itu perlu dilakukan Aqueous Solution by Activated Charcoal
penelitian lebih lanjut dengan mengganti Derived from Coconut Shell. India:
bahan kimia lain sebagai bahan kimia Department of Chemical Engineering,
pengaktif. Kadar abu yang diperoleh dari Pravara Rural Engineering College.
semua arang aktif melebihi persyaratan
Standar Nasional Indonesia (1995) sehingga Kaur S, Walia TPS, Mahajan RK. 2008.
perlu digunakan metode untuk mengurangi Comparative Studies of Zinc, Cadmium,
kadar abu tersebut. Penggunaan arang aktif Lead, and Copper on Economically
sebagai adsorben pada senyawa yang lebih Viable Adsorbents. Journal of
polar dapat menjadi pilihan aplikasi lain Environmental and Engineering Sciences
karena arang aktif yang dihasilkan 7:83-90.
mempunyai daya jerap terhadap kloroform
yang lebih tinggi dibandingkan daya jerap Lembar Informasi Pertanian. 2005.
terhadap benzena. Fermentasi Ampas Tebu untuk Pakan
Ternak. http://www.iptek.net.id/ind/htm.
DAFTAR PUSTAKA [16 Feb 2008].
Andreas. 2004. Kajian Proses Pemurnian Pari G. 1996. Kualitas Arang Aktif dari 5
Minyak Goreng Bekas dengan Metode Jenis Kayu. Buletin Penelitian Hasil
Filtrasi Membran Berukuran Pori 0.05 Hutan 14:60-68.
µm. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pari G. 1996. Pembuatan Arang Aktif dari
Serbuk Gergaji Sengon (Paraserianthes
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2006. Luas falcataria) dengan Cara Kimia. Buletin
Areal dan Produksi Perkebunan Besar Penelitian Hasil Hutan 14:308-320.
Negara Menurut Jenis Tanaman di Jawa
Barat. Pari G. 1996. Pembuatan dan Koalitas Arang
http://jabar.bps.go.id//update2007/Food% Aktif dari Kayu Sengon (Paraserianthes
20Crops%20Statistica/htm. [10 Mar falcataria) sebagai Bahan Adsorben.
2008] Buletin Penelitian Hasil Hutan 14:274-
289.
Barros LM. 2003. Biosorption of cadmium
using the fungus aspergillus niger. Braz J Pari G. 2002. Teknologi Alternatif
Chem Eng 20:3 Pemanfaatan Limbah Industri
Pengolahan Kayu. Bogor: Program Pasca Widayat, Suherman, Haryani K. 2006.
Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Optimasi Proses Adsorpsi Minyak
Goreng Bekas dengan Adsorben Zeollit
Rasjiddin I. 2006. Pembuatan Arang Aktif Alam: Studi Pengurangan Bilangan
dari Tempurung Biji Jambu Mede Asam. Jurnal Teknik Gelagar 17:77-82.
(Anacardium occidentale) sebagai
Adsorben pada Pemurnian Minyak Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Goreng Bekas. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Jakarta: PT Gramedia.
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Witono JA. 2003. Produksi Furfural dan
Turunannya: Alternatif Peningkatan
Roy GM. 1985. Activated Carbon Nilai Tambah Ampas Tebu Indonesia.
Applications in the Food and http//www.chem-is
Pharmaceutical Industries. Lancaster: try.org/sect=fokus/htm. [16 Feb 2008].
Technomic.
Ampas tebu
Arang
Syarat Kualitas
Uraian
Butiran Serbuk
Kadar zat terbang (%) Maks 15 Maks 25
Kadar air (%) Maks 4.5 Maks 15
Kadar abu (%) Maks 2.5 Maks 10
Bagian tak mengarang 0 0
Daya serap terhadap I2 (mg/g) Min 750 Min 750
Karbon aktif murni (%) Min 80 Min 65
Daya serap terhadap benzena (%) Min 25 -
Daya serap terhadap biru metilena (mg/g) Min 60 Min 120
Bobot jenis curah (g/ml) 0.45-0.55 0.3-0.35
Lolos mesh - Min 90
Jarak mesh (%) 90 -
Kekerasan (%) 80 -
Komponen Maksimum
Air 0.30%
Bilangan peroksida 1.0 mg oksigen/100g
Asam lemak bebas (sebagai asam laurat) 0.30%
Logam-logam berbahaya:
Besi (Fe) 1.5 ppm
Timbal (Pb) 0.1 ppm
Tembaga (Cu) 0.1 ppm
Raksa (Hg) 0.05 ppm
Arsen (As) 0.1 ppm
Minyak pelican negatif
Keadaan (bau, warna, rasa) normal
Lampiran 4 Karakterisasi arang aktif dari ampas tebu
bobot bobot
bobot bobot bobot
bobot bobot isi isi
setelah setelah setelah
cawan bobot isi setelah setelah
jenis oven tanur tanur
kosong isi (gr) kering tanur tanur
105°C 950°C 750°C
(gr) (gr) 950°C 750°C
(gr) (gr) (gr)
(gr) (gr)
b0c0 20.861 1.001 21.800 0.939 21.601 0.740 21.154 0.293
22.811 1.000 23.747 0.936 23.453 0.642 23.117 0.306
b1c1 20.996 1.000 21.981 0.985 21.930 0.934 21.355 0.359
20.785 1.001 21.770 0.985 21.730 0.945 21.151 0.366
b1c2 22.256 1.001 23.234 0.978 23.191 0.935 22.673 0.417
20.887 1.002 21.868 0.981 21.827 0.940 21.387 0.500
b2c1 21.037 1.002 22.015 0.978 21.984 0.947 21.523 0.486
25.694 1.001 26.675 0.981 26.649 0.955 26.224 0.530
b2c2 21.046 1.001 22.002 0.956 21.970 0.924 21.662 0.616
25.694 1.002 26.652 0.958 26.619 0.925 26.333 0.639
a1b1c1 24.061 1.004 25.038 0.977 25.002 0.941 24.399 0.338
21.704 1.002 22.681 0.977 22.642 0.938 22.058 0.354
a1b1c2 18.258 1.004 19.225 0.967 19.183 0.925 18.635 0.377
19.599 1.003 20.562 0.963 20.509 0.910 19.944 0.345
a1b2c1 19.891 1.001 20.845 0.954 20.807 0.916 20.175 0.284
22.268 1.004 23.223 0.955 23.190 0.922 22.548 0.280
a1b2c2 21.007 1.002 21.976 0.969 21.940 0.933 21.402 0.395
20.799 1.003 21.767 0.968 21.729 0.930 21.189 0.390
a2b1c1 25.683 1.001 26.641 0.958 26.598 0.915 25.971 0.288
23.799 1.001 24.737 0.938 24.705 0.906 24.071 0.272
a2b1c2 22.281 1.001 23.252 0.971 23.213 0.932 22.547 0.266
22.091 1.002 23.065 0.974 23.028 0.937 22.393 0.302
a2b2c1 20.615 1.002 21.591 0.976 21.555 0.940 20.904 0.289
21.026 1.002 22.002 0.976 21.968 0.942 21.316 0.290
a2b2c2 22.939 1.001 23.916 0.977 23.883 0.944 23.233 0.294
24.049 1.003 25.028 0.979 24.995 0.946 24.379 0.330
AAK 22.301 1.001 23.175 0.874 22.901 0.600 22.358 0.057
22.959 1.001 23.829 0.87 23.528 0.569 23.015 0.056
Lanjutan Lampiran 4
Contoh perhitungan (b1c1):
Kadar air = bobot awal − bobot akhir setelah pemanasan 105 C ×100%
o
bobot awal
1.000 − 0.985 gr
= x100%
1.000 gr
= 1.500%
Kadar karbon terikat = 100% − (kadar zat mudah menguap + kadar abu )%
= 100%- (6.600 + 35.900)%
= 57.500%
Lanjutan Lampiran 4
Data penentuan daya jerap arang aktif pada iodin
volume daya
bobot
volume Na2S2O3 [Na2S2O3] jerap
No jenis sampel [I2] N Rerata
I2 (ml) terpakai N iodin
(gr)
(ml) (mg/g)
1 b0c0 0.252 10 8.32 0.1081 0.1030 159.6748
160.9963
2 0.252 10 8.30 0.1081 0.1030 162.3179
3 b1c1 0.250 10 5.69 0.0975 0.1069 610.5760
611.7337
4 0.250 10 5.67 0.0975 0.1069 612.8914
5 b1c2 0.250 10 4.69 0.0975 0.1069 726.3448
725.1871
6 0.250 10 4.71 0.0975 0.1069 724.0294
7 b2c1 0.251 10 4.82 0.0975 0.0929 624.7048
624.7869
8 0.252 10 4.80 0.0975 0.0929 624.8690
9 b2c2 0.251 10 4.87 0.1081 0.1030 618.0712
616.8449
10 0.252 10 4.87 0.1081 0.1030 615.6186
11 a1b1c1 0.252 10 5.72 0.1081 0.1035 506.9365
508.2517
12 0.252 10 5.70 0.1081 0.1035 509.5669
13 a1b1c2 0.250 10 5.53 0.1081 0.1035 536.1805
537.5062
14 0.250 10 5.51 0.1081 0.1035 538.8320
15 a1b2c1 0.253 10 3.39 0.1081 0.1035 810.1612
773.4814
16 0.253 10 3.95 0.1081 0.1035 736.8016
17 a1b2c2 0.252 10 3.53 0.0975 0.0929 792.7093
794.0309
18 0.252 10 3.51 0.0975 0.0929 795.3525
19 a2b1c1 0.252 10 5.10 0.1081 0.1035 588.4784
586.5056
20 0.252 10 5.13 0.1081 0.1035 584.5328
21 a2b1c2 0.251 10 5.23 0.0975 0.0929 570.3042
571.6311
22 0.251 10 5.21 0.0975 0.0929 572.9579
23 a2b2c1 0.251 10 4.01 0.0975 0.0929 732.1791
733.5059
24 0.251 10 3.99 0.0975 0.0929 734.8328
25 a2b2c2 0.250 10 3.17 0.0975 0.0929 847.0084
846.5938
26 0.253 10 3.10 0.0975 0.0929 846.1793
27 AAK 0.251 10 6.50 0.0975 0.1037 491.6162
488.8649
28 0.252 10 6.53 0.0975 0.1037 486.1135
Volume titrat x N Na 2 S 2 O3
(10 − ( )) × 12,693 × fp
N I2
Daya jerap iodin =
bobot arang aktif
5,69 ml x 0,0975 N
(10ml − ( )) × 12,693 × 2,5
0,1069 N
=
0,25 gr
= 610,5760 mg/g
Lanjutan Lampiran 4
Data karakterisasi arang aktif pada benzena
RESPON
Duncan
Subset
ABC N 1 2 3 4 5 6
A0B1C1 2 1.549200
A0B2C1 2 2.196600 2.196600
A0B1C2 2 2.196750 2.196750
A2B2C2 2 2.395200 2.395200 2.395200
A1B1C1 2 2.592100 2.592100
A2B2C1 2 2.594800 2.594800
A2B1C2 2 2.895700 2.895700 2.895700
A1B2C2 2 3.391450 3.391450
A1B1C2 2 3.836650 3.836650
A0B2C2 2 4.443350 4.443350
A1B2C1 2 4.787900 4.787900
A2B1C1 2 5.294700
Sig. .093 .168 .056 .059 .057 .084
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = .186.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
Lampiran 6 Hasil analisis ragam pada kadar zat mudah menguap
RESPON
Duncan
Subset
ABC N 1 2 3 4 5 6
A0B2C1 2 5.042200
A2B2C2 2 5.688650 5.688650
A2B2C1 2 6.087800 6.087800 6.087800
A0B1C1 2 6.097200 6.097200 6.097200
A1B1C1 2 6.331050 6.331050
A0B1C2 2 6.390500 6.390500
A2B1C2 2 6.690050 6.690050 6.690050
A1B2C2 2 7.082200 7.082200
A0B2C2 2 7.688450 7.688450
A1B2C1 2 8.329400 8.329400
A1B1C2 2 8.570350 8.570350
A2B1C1 2 9.040950
Sig. .057 .076 .078 .064 .097 .172
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = .218.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
Lampiran 7 Hasil analisis ragam dan uji Duncan pada kadar abu
RESPON
Duncan
Subset
AB N 1 2 3
12 30.606492
A2B1 2 34.497300
A2B2 2 35.973300
A0B1 2 36.231700
A0B2 2 45.779250
A1B1 2 50.725050
A1B2 2 62.655500
Sig. .173 .192 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = 15.048.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.270.
b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels
are not guaranteed.
c Alpha = .05.
Lanjutan Lampiran 7
RESPON
Duncan
Subset
AC N 1 2 3
12 30.606492
A2C1 2 34.497300
A2C2 2 35.973300
A0C1 2 36.231700
A0C2 2 45.779250
A1C1 2 50.725050
A1C2 2 62.655500
Sig. .173 .192 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = 15.048.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.270.
b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels
are not guaranteed.
c Alpha = .05.
RESPON
Duncan
Subset
BC N 1 2 3
16 31.763694
B1C1 2 36.231700
B1C2 2 45.779250
B2C1 2 50.725050
B2C2 2 62.655500
Sig. .222 .178 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = 15.048.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.424.
b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels
are not guaranteed.
c Alpha = .05.
Lampiran 8 Hasil analisis ragam dan uji Duncan pada kadar karbon terikat
RESPON
Duncan
Subset
AB N 1 2 3
A1B2 2 29.656050
A1B1 2 44.232750
A0B2 2 47.830250
A2B2 2 55.456350
A0B1 2 57.671100
A2B1 2 59.171600
12 62.240333
Sig. 1.000 .317 .090
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = 13.793.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.270.
b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels
are not guaranteed.
c Alpha = .05.
Lanjutan Lampiran 8
RESPON
Duncan
Subset
AC N 1 2 3
A1C2 2 29.656050
A1C1 2 44.232750
A0C2 2 47.830250
A2C2 2 55.456350
A0C1 2 57.671100
A2C1 2 59.171600
12 62.240333
Sig. 1.000 .317 .090
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = 13.793.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.270.
b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels
are not guaranteed.
c Alpha = .05.
RESPON
Duncan
Subset
BC N 1 2 3
B2C2 2 29.656050
B2C1 2 44.232750
B1C2 2 47.830250
B1C1 2 57.671100
16 61.008744
Sig. 1.000 .301 .336
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = 13.793.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.424.
b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels
are not guaranteed.
c Alpha = .05.
Lampiran 9 Hasil analisis ragam pada daya jerap benzena
Lampiran 11 Hasil analisis ragam dan uji Duncan pada daya jerap iodin
Tests of Between-Subjects Effects
Bobot volume
adsorb bobot FFA Kapasitas
NaOH FFA % efisiensi
N0 en contoh % FFA terjerap adsorpsi
terpakai (ppm) penjerapan
(gr) (ppm) (Q), mg/g
(gr) (ml)
1 0 0.36 1.0301 0.6689 6889.7311
2 0 0.38 1.0781 0.6749 6951.7023
3 0.6250 0.24 1.0246 0.4535 4670.8882 2248.3285 89.9331 32.4240
4 0.6254 0.24 1.0049 0.4624 4762.4560 2156.7607 86.2153 31.1706
5 1.2501 0.14 1.0260 0.2642 2720.9669 4198.24.98 83.9583 60.6752
6 1.2500 0.14 1.0073 0.2691 2771.4802 4147.7365 82.9547 59.9452
7 1.8751 0.08 1.0118 0.1531 1576.6594 5342.5573 71.2303 77.2133
8 1.8759 0.08 1.0073 0.1538 1583.7030 5335.5137 71.1061 77.1115
9 2.5015 0.05 1.0096 0.0959 987.5594 5931.6573 59.2810 85.7273
10 2.5018 0.05 1.0047 0.0963 992.3758 5926.8479 59.2258 85.6577
Contoh perhitungan:
volume NaOH terpakai x Normalitas NaOH x 0.200
%FFA = x100%
bobot contoh
0.36 ml x 0.0968 N x 0.0200
= x 100%
1.0301 g
= 0.6689%
0.6689 gr 1.03 gr 1000 ml 1000 mg
FFA (ppm) = x x x
100 gr 1 ml 1L 1 gr
= 6889.7311 mg/L
= 6889.7311 ppm
volume
bobot FFA Kapasitas
% NaOH FFA %
N0 larutan % FFA terjerap biosorpsi
bobot terpakai (ppm) penjerapan
(gr) (ppm) (Q), mg/g
(ml)
1 0 0.36 1.0301 0.6689 6889.7311
2 0 0.38 1.0781 0.6749 6951.7023
3 2.50 0.24 1.0246 0.4535 4670.8882 2248.3285 89.9331 32.4240
4 2.50 0.24 1.0049 0.4624 4762.4560 2156.7607 86.2153 31.1706
5 5.00 0.14 1.0260 0.2642 2720.9669 4198.24.98 83.9583 60.6752
6 5.00 0.14 1.0073 0.2691 2771.4802 4147.7365 82.9547 59.9452
7 7.50 0.08 1.0118 0.1531 1576.6594 5342.5573 71.2303 77.2133
8 7.50 0.08 1.0073 0.1538 1583.7030 5335.5137 71.1061 77.1115
9 10.00 0.05 1.0096 0.0959 987.5594 5931.6573 59.2810 85.7273
10 10.00 0.05 1.0047 0.0963 992.3758 5926.8479 59.2258 85.6577
Penentuan bobot adsorben optimum untuk arang aktif a2b2c2 (H3PO4 10%, suhu
aktivasi 800°C, waktu 120 menit)
volume
bobot FFA kapasitas %
% NaOH FFA
N0 larutan % FFA terjerap adsorpsi penjerap
bobot terpakai (ppm)
(gr) (ppm) (Q), mg/g an
(ml)
1 0 0.36 1.0301 0.6689 6889.7311
2 0 0.38 1.0781 0.6746 6948.7023
3 2.50 0.26 1.0013 0.5022 5172.5277 1746.6890 69.7894 25.2440
4 2.50 0.26 1.0120 0.4969 5117.8379 1801.3788 72.0436 26.0344
5 5.00 0.16 1.0035 0.3084 3176.1156 3743.1011 74.5994 54.0972
6 5.00 0.17 1.0040 0.3275 3372.9422 3546.2745 70.6936 51.2525
7 7.50 0.12 1.0066 0.2306 2374.7506 4544.4661 60.5670 65.6789
8 7.50 0.13 1.0229 0.2458 2531.6512 4387.5655 58.4978 63.4113
9 10.00 0.09 1.0088 0.1725 1777.1788 5142.0379 51.4163 74.3153
10 10.00 0.09 1.0046 0.1733 1784.6088 5134.6079 51.2559 74.2079
lanjutan Lampiran 12
Penentuan waktu optimum
volume
bobot FFA
waktu NaOH FFA
jenis larutan %FFA terjerap Q efisiensi
(jam) terpakai (ppm)
(gr) (ppm)
(ml)
800°C/2/10% 1.0 1.0088 0.09 0.1727 1779.017 5140.2 51.3979 74.2888
800°C/2/10% 1.0 1.0046 0.09 0.1734 1786.454 5132.7624 51.2375 74.1813
800°C/2/10% 1.5 1.0009 0.04 0.0774 796.9148 6122.3019 61.1985 88.4826
800°C/2/10% 1.5 1.0006 0.04 0.0774 797.1537 6122.0630 61.1815 88.4791
800°C/2/10% 2.0 1.0069 0.04 0.0769 792.1661 6127.0506 61.2558 88.5512
800°C/2/10% 2.0 1.0015 0.04 0.0773 796.4373 6122.7794 61.2058 88.4895
700°C/2 1.0 1.0096 0.06 0.1151 1185.071 5734.1454 57.3071 82.8726
700°C/2 1.0 1.0047 0.05 0.0963 992.3758 5926.8409 59.2258 85.6577
700°C/2 1.5 1.0088 0.04 0.0768 790.6741 6128.5426 61.1802 88.5728
700°C/2 1.5 1.0095 0.04 0.0767 790.1258 6129.0909 61.2175 88.5807
700°C/2 2.0 1.0083 0.04 0.0768 791.0662 6128.1505 60.8362 88.5671
700°C/2 2.0 1.0093 0.04 0.0767 790.2824 6128.9343 61.0354 88.5784
volume
[FFA] As laurat
[FFA]awal NaOH X/M log
No %FFA akhir, ppm terjerap, log C
ppm terpakai (ppm/gr) X/M
(C) ppm (X)
(ml)
1 3910.8984 0.02 0.0386 397.9361 3512.9623 1403.7812 3.1473 0.4149
2 3910.8984 0.02 0.0388 399.2359 3511.6625 1401.0224 3.1464 0.4152
3 6919.2167 0.03 0.0578 595.6700 6323.5467 2524.5715 3.4022 0.4433
4 6919.2167 0.04 0.0775 798.7089 6120.5078 2444.9757 3.3883 0.4628
5 7674.5300 0.05 0.0962 990.9296 6683.6004 2673.1194 3.4270 0.4765
6 7674.5300 0.05 0.0952 980.2372 6694.2928 2676.9676 3.4276 0.4759
7 10646.0800 0.09 0.1748 1799.9464 8846.1336 3528.9957 3.5477 0.5126
8 10646.0800 0.09 0.1757 1810.1785 8835.9015 3532.3825 3.5481 0.5129
Data isoterm adsorpsi pada arang aktif a2b2c2 (H3PO4 10%, suhu aktivasi 800°C,
waktu 120 menit)
volume
[FFA] As laurat
[FFA]awal NaOH X/M
No %FFA akhir, ppm terjerap, log X/M log C
ppm terpakai (ppm/gr)
(C) ppm (X)
(ml)
1 3910.8984 0.03 0.0585 602.4315 3308.4669 1323.228 3.1216 2.7799
2 3910.8984 0.03 0.0584 602.0119 3308.8865 1323.1841 3.1216 2.7796
3 6919.2167 0.04 0.0776 799.5005 6119.7162 2447.593 3.3887 2.9028
4 6919.2167 0.04 0.0782 805.7291 6113.4876 2445.102 3.3883 2.9062
5 7674.5300 0.05 0.0966 994.7420 6679.7880 2671.8083 3.4268 2.9977
6 7674.5300 0.05 0.0972 1001.0622 6673.4678 2668.2131 3.4262 3.0005
7 10646.08 0.07 0.1357 1398.0174 9248.0626 3697.1546 3.5679 3.1455
8 10646.08 0.07 0.1355 1395.2540 9250.8260 3698.9988 3.5681 3.1447
Lampiran 14 Analisis kadar FFA pada minyak goreng bekas
%FFA pada minyak goreng sebelum dipakai
volume
Bobot NaOH (%) FFA rerata
Ulangan
minyak (gr) terpakai FFA (ppm) FFA
(ml)
1 1.0142 0.10 0.1909 1966.1605
2 1.0006 0.09 0.1741 1793.5958 1845.7878
3 1.0096 0.09 0.1726 1777.6070
volume
Bobot NaOH (%)
Ulangan FFA (ppm) rerata FFA
minyak (gr) terpakai FFA
(ml)
1 1.0128 0.84 1.6057 16538.5782
2 1.0033 0.84 1.6209 16695.1779 16709.2287
3 1.0033 0.85 1.6402 16893.9300
volume
bobot
NaOH
ulangan Jenis larutan %FFA FFA (ppm) rerata FFA
terpakai
(gr)
(ml)
1 700°C/2 1.0046 0.69 1.3297 13696.1497 13689.3398
2 700°C/2 1.0056 0.69 1.3284 13682.5298
1 800°C/2/10% 1.0065 0.42 0.8079 8321.0492 8409.5553
2 800°C/2/10% 1.0090 0.43 0.8251 8498.0614