Anda di halaman 1dari 13

Perkenalkan kami adalah super girl atau bisa dikatakan wonder girl.

Sekarang kami bekerja di sebuah


perusahaan, bukan perusahaan besar sih tapi lebih tepatnya adalah CV. Kami disini sudah lumanyan
lama, ada yang sudah lima tahun ada juga yang baru masuk enam bulan yang lalu. Kami juga tinggal
bersama, karena kami datang dari berbagai kota, jadi tempat kami kerja telah menyiapkan sebuah
mess yang tidak jauh dari perusahaan. kira-kira untuk menuju mess membutuh waktu kurang lebih 2
menit saja. Karena mess dan perusahaan di satu gedung yang sama.

Satu demi satu aku akan perkenalkan personil super girl. Yang paling dituakan adalah fitri,
sebutannya adalah mami, yang kedua adalah mba anik atau lebih sering dipanggil tante. Berikutnya
adalah retno, wati, titin(kabur), yeye (kabur), devi, sani(aku sendiri), nur, monic (nenek), ajenk,
komang, ganis(dipulangkan), nophy dan yang terakhir adalah puji. Sebenarnya masih banyak
personil yang lain. tapi ada yang kabur dan pindah. Aku tidak tahu nama-nama mereka karena aku
sudah tidak menemui mereka di sini. Ada tiga nama senior yang masih ku ingat yaitu; dian(berhenti),
liza(pindah), achi (kabur)

Mungkin kalian yang membaca cerpen ini akan bertanya-tanya kenapa begitu banyak personil yang
kabur. Alasannya hanya satu yaitu; tidak betah. Kami termasuk orang-orang yang bisa dikatakan
kebal terhadap omelan dan berbagai aturan yang membuat kami hampir gila. Kami berasal dari
berbagai asal muasal, ada yang berasal dari flores, bogor, jogya, solo, klaten, magelang, wonosobo
dan magetan.

Hari ini kami akan pergi liburan selama dua hari ke Jakarta dan ini tidak di ketahui oleh perusahaan.
ini adalah misi rahasia. Ini kami lakukan karena tidak mungkin kami meminta ijin pada perusahaan,
karena kami sudah mengetahui hasilnya yaitu nihil. Dari pada memperoleh sakit hati, mendingan
kami di marahi habis-habisan setelah kami pulang. Rencananya kami akan menginap dirumahku di
bogor.

“nur, kamu udah siap belum?”seru retno.

“bentar lagi.”

“kamu itu emang nggak perna cepat ya.”ujar ku pada nur.

“ah, pinky nich.”ujarnya sambil memilih kerudongnya.

“kamu pakai baju apa dev?”tanya monic memasuki kamar kami.

“aku juga bingung nich nek.”sahut devi.

“taksi uda di telepon belum?”retno muncul di depan kamar kami.

“belum.”jawab monic.

“nek, smslah.”saran devi.

“smslah, nenek lagi nggak punya pulsa nih.”

“re, smslah.”ujarku.
Retno segera kembali ke kamarnya dan segera menyambar hpnya yang berada di atas kasur. Retno
kembali ke kemarku “nek, nomornya berapa?”

“lihat aja di hpku.”

“hpnya dimana nek?”tanya retno kembali lagi.

“di atas loker.”jawab monic sambil mencoba berbagai baju.

“kenapa sih kalian ribet banget.”ujarku saat melihat tingkah devi dan monic yang melepas shirtnya
untuk sekian kalinya.

“kamu sih enak, pakai baju apa saja masuk, lah nenek ini gimana.”ujar nenek berusaha memakai
celana pendeknya.

“jangan pakai yang seksi-seksi ya, dirumah aku banyak cowok.”saranku pada nenek.

“itu dia yang kita cari. Ada yang cakep nggak di rumah kamu?”tanya devi dengan antusias.

“dev, ingat.”ujar nur.

Suasana di koridor labih risuh daripada pasar. Semua sibuk mencari sandal yang akan di kenakan,
mereka mencari sandal yang kira-kira enak dipakai, walaupun itu bukan sandal milik mereka.

“ndut, sandal kamu yang kemarin dibeli dimana?”teriak ajenk.

“ada dikardusnya.”jawab nophy dari dalam kamanya.

“kak, aku pakai sandal apa ya?”tanya wati dengan bingung.

“kamu pakai sandal nenek aja.”saran retno.

Wati memasuki kamar kami. “nek, sandal kamu yang warna hitam mana? Wati pinjamlah.” Ujar wati
dengan wajah memelas.

“ada di kardus yang paling pojok.”sahut nenek sambil memasang mascara.

“san, kamu pakai baju yang mana?”tanya komang saat melihat aku yang belum berpakain siap.

“seperti biasa.”jawabku dengan ringan.

Komang sudah siap dengan setelan baju lurusan batik miliknya.

Aku membuka lemari dan memandangi baju-baju yang tak seberapa di lemariku. Aku langsung
tertuju pada kemeja hitamku dan celana pendek hitamku. Dengan segera aku sudah siap untuk
meluncur. Aku ke kamar sebelah, disana ada ajenk, nophy, puji sedang make up, sedangkan
penghuni satunya yaitu nenek make up di kamarku.

“san, sandal kamu mana yang coklat?”tanya komang.

“ada di kardusnya.”jawabku dari kamar ajenk.

“sani pakai sandal apa?”tanya komang dari luar pintu.


“kayanya aku pakai sepatu deh.”jawabku.

“iya san, itu keren banget.”ujar ajenk.

“keren?”ujar puji dengan gayanya yang menyebalkan.

“puji, jam tangan kamu yang kemarin aku pinjam dimana?”seru retno.

“eh, kalian itu bisa ngomong nggak pake teriak, bisa nggak sih?”ujar monic dengan sewot.

“nenek sewot banget sih.”ujar wati.

Beberapa menit kemudian.

“taksinya uda datang belum?”tanyaku tak sabar.

“tadi sih uda aku sms.”jawab retno.

“nur, kamu lama banget sih.”ujar puji jengkel.

“orang taksinya juga belum datang.”sahut nur tanpa ekspresi.

“sms lagi dech.”saranku pada retno.

Retno mengeluarkan hpnya dari tasnya. “katanya sih bentar lagi.”ujar retno sesaat kemudian.

“persiapan untuk ganti baju uda dibawakan.”aku mengingatkan ke semua personil.

“ngapain kita bawa baju? orang nanti kita mau beli di bogor aja kok.”ujar monic keluar dari
kamarnya.

“hari ini kita akan bersenang-senang. Tidak ada satu orangpun yang bisa menghalangi kita untuk
liburan. Daripada kita lebaran disini, menjengkelkan. Udah gitu nggak dikasih makan lagi.”ujar ajenk
penuh dengan kebahagian.

“yeah………kita hari ini bebas.”seru nophy.

Iphone bordering, retno segera menyambar gagang telepon “hallo.”sapa retno “oh ya, bilangin
tunggu sebentar.”ujar retno kemudian. “woiiiii……..taksinya uda sampai.”seru retno.

“berapa taksi?”tanya devi.

“ya dualah.”jawab retno.

Aku kembali ke kamar dan menyambar tasku, aku mencek segala sesuatunya untuk dibawa. Hp,
dompet, tiket, semua telah berada dalam tas. Aku segera keluar kamar dan menghampiri komang
yang asyik mendengarkan lagu favoritnya. Komang telah terserang virus olehku. Aku menularkan
penyakit yang tak mungkin sembuh untuk beberapa tahun kedepan yaitu; suka nonton serial korea
dan suka dengar lagu korea. Bisa dikatakan semua lagu yang ada di hpku adalah lagu bahasa korea.

“turun yok.”ujarku pada komang.

“tunggu yang lainlah.”jawab retno dari belakang.


“nurrrrr, kamu itu lama banget sih.”teriak puji.

“ya uda turun dulu aja.”sahut nur dari dalam kamar.

“terus kami mau sampai kapan nungguin kamu di bawa.”sahut ajenk yang sekarang berdiri di depan
pintu kamar kami.

Monic dan devi sekarang memilih-milih sandal “nek, aku bagusnya pakai sandal mana yah?”tanya
devi dengan mencoba beberapa sandal dan sepatu.

“itu bagus.”jawab monic saat devi memakai sendalnya yang berwarna coklat.

“ini bagus ya?”ujar devi sambil melihat-lihat sendalnya yang berada di kakinya.

“itu bagus dev.”ujar nohpy.

“bagus ya.”ujar devi.

“woiiiii…taksinya uda nungguin tuch.”teriak retno saat hendak menuruni tangga.

Aku, retno, komang, puji sudah turun terlebih dahulu. Kami menunggu para personil lain di luar
gedung dan duduk di tanga. “mereka lama banget sih.”ujar puji.

“kaya kamu nggak tahu saja.”sahutku.

Inilah kelemahan kami semua, saat kami akan bepergian kami akan saling menunggu. Ada miss lelet
diantara kami, orang itu tak lain dan tak asing adalah nurhayati.

Beberapa saat kemudian akhirnya mereka menunjukkan dirinya. “nur cepatan.”seru devi.

“tunggu bentar, gelang aku yang warna putih dimana ya?”tanya nur yang masih berada di atas.

“ya udah nggak usah dipakai.”teriak devi dari dapur. “nur jangan lupa kunci kamar ya.”

“iya.”jawab nur dari kejauhan.

Aku, ajenk, nophy, komang dan retno masuk kedalam taksi yang sama. Sedankan nophy, monic, nur
dan puji dilain taksi.

Kami sekarang munuju bandara supadio yang berada di Pontianak. Kira-kira dari mess sampai ke
bandara membutuhkan wakti 20 menit. Di Pontianak jarang sekali terjadi kemacetan, bisa dikatakan
Pontianak bebas dari kemacetan. Pontianak itu terkenal dengan lidah buaya dan lempok duriannya.
Tapi menurut kita-kita, lidah buaya itu tidak terlalu enak. Contohnya saja waktu aku pulang ke bogor
untuk pertama kalinya. Aku telah membawa berbagai makanan dari lidah buaya dan hasilnya adalah
tak ada satu orangpun yang doyan dengan makanan tersebut. Mungkin lidah orang Pontianak dan
orang rumah berbeda. dalam hati aku berkata “percuma aku beli mahal-mahal.” Cerita tentang
retno juga tidak bedah jauh. orang rumahnya tak ada yang suka dengan oleh-oleh yang dibawa
retno. Kasihan sekali dia. He..he…

Dua puluh menit kemudian.


Kami telah sampai di bandara, aku dan personil super girl yang lain segera check in. jangan perna
membandingkan bandara soekarno hatta dengan supadio karena itu bagaikan langit dan bumi. Tak
ada barang yang perlu di masukkan kedalam bagasi, karena kami hanya membawa tas kecil.

“wow…akhirnya aku ke bandara juga.”ujar nophy.

“norah banget sih kamu ndut.”sindir devi.

“iya nich.”timpal puji.

“ kan aku pengen pulang ke padang.”ujar nophy.

Kami segera menuju ruang tunggu, dan setelah satu jam kemudian kami sudah berada dalam
pesawat Batavia jurusan Jakarta. Aku duduk bersama nur, retno. Puji dan nophy berebut untuk
duduk di dekat jendela, tapi akhirnya yang berhasil duduk dekat pintu adalah puji.

Selamat pagi bapak ibu, saya adalah pilot anda hari ini. “siapa yang perduli.”ucap puji di belakang.
Saya adalah pilot Daniel dan co pilot harry akan membawa anda sekalian menuju kota Jakarta.
Sekarang waktu menunjukkan pukul 08.00 dan kita akan sampai di Jakarta pukul 09.10. “berisik
banget sih itu orang.”ujar nophy dari belakang.

Aku berdiri “berisik banget sih kalian.” Semua orang menoleh padaku.

“sani ini berisik banget sih.”ujar puji tanpa dosa.

“heh, yang berisik itu kalian, bukan aku.”

“uda pinky, para gembel itu jangan diurusi.”ujar nur menarik tanganku.

Aku kembali duduk dan melihat awan dari balik jendela. Devi dan monic tidak ada bosannya untuk
berfoto. Mungkin orang yang melihat itu merasa kalau meraka itu orang yang pertama kali naik
pesawat. Beberapa saat kemudian para pramugari memasuki kabin penumpang dan mereka
mempraktekkan cara-cara untuk penyelamatan. Puji mulai dengan ocehannya dan mengulang kata-
kata pramugari dengan nada anak-anaknya.

Satu jam kemudia pesawat kami telah mendarat dengan sempurna. Super girl segera
mempersiapkan diri untuk meninggalkan pesawat. Kami berjalan di tengah lapangan dan menuju
sebuah bis yang telah menunggu untuk mengangkut semua penumpang menuju bandara. Kami
semua tak ada yang mendapatkan kursi duduk, jadi dengan terpaksa kami berdiri. Tidak lama
kemudian kami sampai di bandara soekarno hatta dengan selamat tak ada yang kurang. Dengan
santai kami berjalan menuju jalan keluar.

“uh…akhirnya kita sampai juga.”seru nur.

“wow..akhirnya kita sampai dengan selamat.”timpal monic.

“eh.. foto dulu.”saran devi seraya mengeluarkan camera digitalnya.

Dengan segera kami membentuk formasi untuk foto bersama. Kami secara berganti mengambil foto
dan perebutan untuk yang terdepan.
“sudah-sudah. Nanti kita ketinggalan bis lagi.”ujarku.

“yah…”seru semuanya dengan sedikit kecawa.

Kami kembali melanjutkan perjalan menuju pintu keluar.

“mana bisnya?”tanya puji saat kami sudah berada di depan bandara.

“sabar dong.”ujarku.

“itu ya, bisnya?”tanya nophy saat melihat bis damri mengahampiri kami.

“bukan, itukan ada tulisannya.”ujar ajenk.

“kok lama banget sih?”eluh monic.

“sabarlah.”ujar retno.

“itu bisnya.”seruku saat aku melihat bis damri datang dari arah barat.

“asyik.”seru semuanya.

Kami segera naik ke atas bis dengan tertib. aku memilih untuk duduk di dekat jendela dan ajenk
duduk di sampingku.

“pertama kita ke bogor dulu ya, setelah itu kita jalan-jalan ke kebun raya dan foto-foto
sepuasnya.”ujarku pada semuanya.

“asyik.”seru nophy.

Perjalanan dari bandara menuju bogor membutuhkan kira-kira dua jam setengah. Kami melewatkan
waktu dengan tidur karena kami cukup lelah saat berada di pesawat.

“kita sudah sampai.”ujarku pada ajenk saat bis damri memutar di sekitar gramedia baranang siang.

Semua bangun dan segera merapihkan rambut masing-masing. Bis sudah berada di terminal, kami
segera turun dan berjalan keluar terminal.

“sekarang kita kemana?”tanya monic dengan kebingungan.

“sekarang kita jalan aja ke kebun raya.”ujarku pada semua.

“yah, kok jalan kaki sih?”ujar monic sedikit tidak puas.

“kalau naik Angkot itu kita akan mutar-mutar, mendingan kita jalan kaki.”ujarku. “lihat itu, itu adalah
kebun raya.”lanjutku sambil menunjuk pada pohon-pohon yang sudah terlihat dari terminal.

“dekat juga.”ujar devi.

“nenek nich suka lebay. Padahal dulu sering jalan kaki juga.”sindir puji.

“uda cepatan yok.”ujar komang tak sabar.


Kami berjalan melewati botania square dan menyebrang menggunakan jembatan bawah tanah yang
telah di siapkan. Kami segera bergegas untuk menuju kebun raya yang tidak jauh lagi. Sepanjang
jalan kami lewatkan dengan foto-foto, mungkin orang yang melihat kami mengira kami ini orang
kampung yang baru saja sampai di kota. Tapi bukan super girl namanya kalau tidak narsis.

Kami sekarang sudah berada di pintu gerbang utama kebun raya, semua mengumpulkan uang untuk
membeli tiket. Tiket untuk masuk kebun raya adalah 10.000.

“wow..pohonnya gede banget.”seru nophy.

“iya, kaya badan kamu ndut.”ledek devi.

“sekarang kita ngapain nich?”tanya komang.

“ya foto-fotolah.”seru monic dan devi secara bersamaan.

“bagusnya di mana ya?”tanya monic sambil melihat-lihat sekitar.

“nenek cocoknya disini.”ujar puji menunjukkan akar pohon yang menggantung. “nenek manjat
sana.”lanjutnya sambil tertawa.

“ha..ha…kayanya untuk nenek itu cocok banget.”timpalku.

Kami melewatkan waktu dengan foto-foto dan terus berfoto ria di sepanjang jalan kebun raya. mulai
dari depan sampai belakang.

Setelah puas jalan-jalan di kebun raya kami segera munuju pasar bogor dan mencari beberapa
permak permik dan dilanjutkan makan di food court botania square.

“wah, uda jam enam nich.”ujarku. “kita sekarang pulang aja yok.”

“pulang?”tanya komang.

“maksudku kita kerumah aku, nggak enak nanti datang terlalu malam.”

“iya, nggak enak sama kakaknya sani.”ujar ajenk.

Dengan segera kami pulang menggunakan bis dan satu jam kemudian kami sudah berada di depan
perumahan. Sebelumnya aku sudah memberitahukan pada kakakku untuk kedatangan kami.
kakakku tinggal bersama suami dan anaknya tiga yang masih kecil-kecil. dan masih ada dua kakakku
yang lain tinggal di rumah yang sama, bisa dikatakan rumah kami sudah cukup penuh. Tapi kami
semua mau tidur dimana selain dirumahku. Semuanya tinggal di jawa, hanya aku saja yang tinggal di
bogor.

Dari kejauhan aku melihat warung milik kakakku masih buka. Super girl berjalan menelusuri jalan
kecil menuju rumahku.

“bor…”seruku saat aku sudah berada di depan warung.

“loh dek, katanya nyampe jam Sembilan.”ujar kakakku dengen keheranan.

Aku masuk kedalam warung “kenalkan ini kakakku.”


“tumbem kamu panggil kakak, dek.”sindirnya.

Nama kakakku yang ini adalah labora tapi di panggil dengan nama bora. aku dan personil super girl
yang lain menuju rumah.

Rumah masih terbuka lebar “assalamua’alaikum.”seruku dari luar. Semua heran saat aku memberi
salam ala agama islam. Maklum akukan agama katolik.

“wallaikumsalam.”sahut kakakku dari dalam.

Mereka saling pandang. Aku melepaskan sendalku dan masuk kedalam rumah di ikuti para personil
yang lain.

“kenalkan, ini kakakku.”aku memperkenalkan kakakku yang sedang menggendong babynya. “ini
teman-temanku. Yang ini namanya retno, nophy, monic, devi, ajenk, komang, puji dan yang terakhir
nur.”

Aku segera mengambil teko yang berisi air putih dan meletakkanya di atas meja. “sorry, yang ada
Cuma air putih. Kalau kalian mau yang lebih beli sendiri.”ujarku.

“nggak perlu repot-repot, yang penting sekarang adalah keluarkan yang masih ada.”ujar monic
sambil bercanda.

“sayangnya nggak ada lagi nek.”ujarku.

Keponakan aku yang bernama Daniel dan willy keluar dari kamar. “ante.”sapa Daniel.

“wah, ponakkan kamu ya pinky?”ujar nur. “namanya siapa?”tanya nur dengan ramah.

“Daniel.”jawab Daniel dengan malu-malu.

“kalau yang ini siapa?”tanya komang pada willy.

“willy.”jawabnya.

“kalian uda makan belum dek?”tanya kakakku yang bernama bora.

“sudah.”jawabku.

“terus kalian mau pulang jam berapa?”tanya kakak ku yang satunya lagi.

“rencananya kami pulang besok malam. kami ambil pesawat penerbangan terakhir.”jelas devi.

“oh. Terus rencana kalian besok mau kemana?”lanjutnya.

“kami besok pagi mau ke dufan dan setelah itu langsung pulang.”ujar retno.

“berarti kalian nggak kesini lagi.”

“iya.”jawab retno.

Aku segera mengelar tikar untuk tidur malam ini. Kami semua tidak mungkin tidur dikamar, karena
semua kamar telah di pakai. Jadi dengan terpaksa kami semua tidur di ruang tv. Aku tidur di tengah-
tengah dan semua memejamkan mata sekitar jam sepuluan, kerena kami harus mempersiapkan
tenaga untuk besok.

Keesok harinya.

“woi…bangun sudah pagi.”aku mendengar retno membangunkan komang.

“sudah pagi ya.”ujar komang dengan suara parauh.

“woi..bangun.”bisik rerno pada yang lain.

“san, bangun sudah pagi.”nur berusaha membangunkanku. Aku mengambil hpku dan milihat jam
berapa sekarang. “masih pagi nich.” Ujarku.

“ini sudah jam lima.”bisik nur.

“ini masih subuh.”

Retno beranjak dari posisinya menuju toilet. Tidak ada pagi yang terlewatkan tanpa toilet untuk
retno. Ritual pagi retno adalah buang air besar setiap paginya.

Aku segara bangun dan mencuci piring dan yang lain menyiapkan bahan-bahan untuk masak. Semua
yang ada di kulkas di keluarkan dan super girl siap untuk memasak. Kak bora bangun, dan setelah itu
pergi belanja.

Jam menunjukkan pukul 07.00 semua orang sudah bangun, willy menangis dengan suara
menggelegar. Nur berusaha mendiamkannya tapi tidak berhasil. Dengan segera nur membawa willy
keluar rumah dan membawanya ke warung. Dan sesaat kemudia willy sudah diam tanpa suara.

Satu demi satu dari kami mandi. Dan beberapa menit kemudian semua makanan sudah siap di meja.
aku membangunkan kakakku untuk makan pagi. Abang iparku tak ada di rumah karena kerja di
Jakarta.

“wah..ini enak banget.”puji kak wati saat melahap satu sedok sayur bikinan monic. “siapa ini yang
masak?”

“ini masakan nenek.”jawab retno.

“ini enak banget.”pujinya tak henti.

Makan pagi sudah, mandi sudah dan semua persiapan untuk berangkat ke dufan telah siap.
“makasih ya kak.”ujar retno saat kami hendak beranjak dari rumah.

Kak wati hanya tersenyum “hati-hati dijalan.”

“iya.”sahut kami semua.

Kami meninggalkan kota bogor menuju kota Jakarta. Dari bogor sampai ke dufan membutuhkan
waktu kurang lebih dua jam lebih. Tapi itu semua tak terasa karena kami sibuk dengan aktivitas kami
masing-masing. Komang dengan musicnya, nophy dengan teleponnya, devi dengan camera
digitalnya, dan semuanya tampak sedang pacaran lewat telepon.
“akhirnya sampai.”seruku saat kami berada di depan gerbang dunia fantasi.

“wah…aku sudah tidak sabar untuk naik kora-kora.”ujar devi antusias.

“aku nggak mau naik kora-kora.”ujar puji.

“pokoknya aku mau naik semua.”timpal monic.

“lets go.”seruku pada semuanya.

“lets go.”sahut mereka.

Petualangan hari ini kami mulai dengan permainan halilintar di lanjutkan dengan kora-kora dan yang
terakhirn adalah kincir angin raksasa. Dari sini kami bisa melihat semua pemandangan ancol yang
keren banget. Semuanya sibuk menceritakan perasaan mereka masing-masing saat menaiki wahana
yang mereka naiki.

“yang paling seru waktu kita main kincir-kincir. Itu keren banget sumpah.”ujar retno.

“yang paling menyeramkan itu waktu naik halilintar.”seru monic.

“nggak ah, yang paling serem itu kora-kora.”ujar puji.

“itu nggak seberapa, menurut aku yang paling seru adalah waktu kita naik perahu mengelilingi istana
boneka.”ujarku dengan tertawa.

“oh..benar banget. Disana kita bisa lihat nenek moyangnya nenek.”sindir puji.

“enak aja.”elak monic.

“pokoknya semuanya keren kok.”ujar devi kemudian.

Setelah melewati satu putaran kami akhirnya turun dari kincir raksasa. Kami berkumpul di pintu
depan dan setelah itu kita lanjutkan berjalan menuju pantai ancol. Tak lupa kami berfoto untuk
terakhir kalinya di dufan. Semua mengekspresikan warna perasaan masing-masing.

“let’s go.”ujar nophy dengan logat jawanya.

Semuanya tertawa “yang beran itu bukan seperti itu.”ujar devi sambil mengulang kata lets go
dengan benar.

“terserahlah.”ujar nophy putus asa.

Beberapa menit kemudian kami telah sampai di pantai. Semua berebut untuk berfoto. Semua
mengambil posisi masing-masing yang menurut mereka pas di foto. Kami seperti para model yang
sedang pemotretan. Semua bergaya layaknya model profesioanl.

“san, kayanya keren dech kalau foto di jembatan.”ujar devi. kami segera menuju jambatan dan
berfoto sepuasnya. Kami bersenang-senang sampai pada akhirnya waktu yang menghentikan ke
narsisan kita hari ini.

Dengan segera kami kembali ke bandara soekarno hatta. “semoga kita nggak telah.”ujar anjenk.
“semoga nggak macet.”doa komang.

“amin.”sahut nur.

Kami sampai di bandara tepat pada waktunya, dengan bergegas kami memasuki bandara dan segera
check ini. Dengan nafas tersengal-sengal kami menuju ruang tunggu. Kami tak tahu apa yang akan
terjadi pada kami setelah ini. Mungkinkah bos kami sudah mengetahui apa yang kami lakukan. Kami
berdoa dalam hati masing-masing supaya tidak ketahuan. Biasanya sang bos tak perna mencek saat
libur, tapi kali ini kami tidak tahu.

Dua jam kemudian kami sudah sampai di Pontianak. Dengan menggunakan taksi kami menuju
kediaman kami. kata bos kita itu bukan rumah kita sih, tapi kita sudah menganggap itu rumah kami.
rumah untuk berteduh dari hujan dan panasnya matahari Pontianak. Dengan hati deg-degan kami
menuju mess.

“dari mana kalian.”tanya pak satpam saat melihat kami memasuki kawasan perusahaan.

“dari Jakarta.”jawab monic jujur.

“bapak dan ibu sudah menunggu kalian dari tadi.”ujar pak satpam. Alangkah terkejutnya kami saat
mendengar berita itu. Kami bagaikan tersambat petir yang begitu dasyat. Dengan hati resah kami
memasuki gedung. “mampus dech kita.”bisik puji.

Kami berlahan memasuki kantor yang begitu sempit kira-kira luasnya sekitar 4x3 meter. Seorang pria
dan wanita sedang duduk di kursi. “selamat malam pak, bu.”sapa monic.

“dari mana kalian?”tanya tuan crab.

“kita dari Jakarta pak.”jawab monic dengan suara serak.

“kenapa kalian tidak memberitahu kami sebelumnya?”lanjut tuan crab. Semua tidak menjawab.
“kenapa kalian tidak memberi tahu sebelumnya?”ulang nyonya crab.

“karena kami yakin kalau kami minta ijin, takutnya bapak sama ibu tidak memberi ijin.”ujar monic
kemudian.

“kalian itu jangan berprasangka seperti itu.”ujar tuan crab dengan menaikkan satu oktaf. Kami hanya
terdiam seribu bahasa.

“iya, kalian itu jangan bermain-main dengan fikiran kalian sendiri.”ujar nyonya crab dengan suara
seperti biasa.

“kalian itu kalau minta ijin dengan baik-baik pasti kami akan ijinkan.”ujar tuan crab.

“masa sih pak?”batinku.

Ceramahan demi ceramahan kami dengarkan dari tuan dan nyonya crab. Dan sepertinya kata-kata
itu sudah kami dengar berulang kali, bahkan beratus-ratus kali. semua yang mereka katakan hanya
sementara tak ada yang bisa di pegang satu katapun dari mulut mereka. Mereka mengatakan seperti
ini sekarang dan beberapa jam lagi mungkin sudah berubah. Mendengar ceramahan mereka seperti
kami masih berada di dalam wahana kora-kora. Badan kami memang berada di kantor sempit ini tapi
jiwa kami masih tertinggal di dunia fantasi Jakarta. Tak ada satu katapun yang masuk dalam kepala
dan hati kami. karena kami sudah kebal dengan ceramah dan ocehan tuan dan nyonya crab. Mereka
berdua terlihat emosi saat pertama kali kami menginjakkan kaki di kantor. Seandainya mereka bisa
memarahi kami, mungkin mereka sudah lakukan itu. Tapi berhubung mereka tak bisa memarahi
kami karena satu alasan yang tidak kami mengerti, mereka lebih memilih untuk mengocehi kami
dengan kata-kata tak bermakna.

“san, ngantuk ni.”bisik puji padaku.

“sama.”sahutku.

“nggak bosan apa dia ngulang-ngulang kata-katanya itu.”bisik nophy.

“aku juga udah bosan dengarnya.”jawabku.

“dasar tuan crab itu sok tahu.”timpal puji.

Nur dengan santai menguap. “nur sudah ngantuk ya?”tanya nyonya crab.

“ini untuk pertama dan terakhir kalinya kalian seperti ini.”ujar tuan crab.

“saya tidak ingin kalian melakukan ini lagi.”timpal nyonya crab. “ya sudah kalian istirahat saja
sekarang.”suruh tuan crab.

“iya kalian itu harus menjaga kesehatan kalian, angin malam itu sangat berbahaya untuk kesehatan.
Jadi kalian jangan terlalu malam-malam tidurnya……..”lanjut tuan crab.

Ceramah kembali dimulai. “tadi nyuruh tidur.”bisik ajenk pada devi.

“dasar tuan dan nyoya crab itu selalu seperti itu.”bisik puji.

Monic retno dan devi tak bisa berkutik sedikit pun. Karena mereka berdiri tepat di depan nyonya dan
tuan crab. Kami tertawa melihat penderitaan mereka bertiga yang tidak bisa berkutik sedikitpun.
Kami tak henti-hentinya melirik jam yang ada di dinding kantor.

“ya sudah kalian tidur sana.”ujar nyonya crab.

“ayo taruhan, pasti masih nyambung lagi nich.”bisik puji.

“pasti nyambung lagi.”bisikku.

Ternyata prediksi kami semua benar, ceramah kembali dimulai setelah beberapa detik kemudian.
Mata kami sudah tak bisa ditahan lagi, kami begitu kelelahan hari ini.

“sudah kalian istirahat sana.”ulang tuan crab.

Untuk menghindari ceramahan lagi, puji segera membuka pintu dan keluar segera. Diikuti kami yang
dekat dengan pintu.

“yeahhhhhhhhhhhh.”seru nophy saat berada di dapur.


“mereka itu nggak bosan apa mengulang kata-katanya?”ujar nur.

Kami bersorak saat berada di dalam kamar. kami mengulang ulang kata-kata tuan dan nyonya crab
yang sanggat membosankan. Puji dengan suara menirukan kata-kata tuan crab dengan suaranya
yang kekanak-kanakan.

Ha..ha…semua kembali tertawa.

“Sudah-sudah sekarang kita tidur. Ingat besok kerja” ujar devi keluar dengan mengenakan handuk.

Dengan segera semuanya menuju kamar masing-masing dan menutup pintu rapat-rapat.

Petualangan hari ini telah berakhir dan ceramah malam telah kami dengarkan. Kami siap untuk
kembali kerja besok harinya. Penderitaan dan kebosanan akan kembali. Kehiduapan yang serba hijau
akan segera kambali. Disinilah kami berada sekarang, di peusahaan yang selalu fleksibel dalam
segala hal. Tak ada yang bisa dipegang peraturannya disini. Sekarang begini dan besok begitu. Tapi
bukan super girl namanya kalau tidak bisa melalui ini semua.

Kami adalah super girl yang selalu mengabaikan perkata-perkataan yang menurut kami tidak
penting.

Hidup super girl. YEAAHHH!!!!!!

The end

Anda mungkin juga menyukai