Anda di halaman 1dari 13

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah membentuk Komite Ekonomi Nasional (KEN).

Banyak kalangan berharap lembaga ini mampu membantu pemerintah mengatasi berbagai
persoalan ekonomi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pekan lalu mengumumkan
pembentukan Komite Ekonomi Nasional (KEN). Keberadaan komite ini didasarkan pada
Peraturan Presiden No 31/2010. KEN akan bertugas hingga akhir masa tugas kabinet
Indonesia Bersatu II, dan hal ini masih ada dengan postingan saya sebelumnya yang berjudul
Pebisnis yang Jadi Pemikir.

Lembaga ini bertugas untuk memberikan rekomendasi atas kebijakan pemerintah. Tujuan
pembentukan komite juga diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan ekonomi
nasional yang inklusif, seimbang, dan berkelanjutan. Saat mengumumkan lahirnya KEN,
Presiden SBY menegaskan bahwa dalam mengatasi berbagai persoalan ekonomi diperlukan
adanya kajian yang tujuannya jelas untuk mendapatkan solusi, Segudang Harapan di Pundak
KEN. Lembaga itu diharapkan bisa efektif menjadi policy review dan policy development
dalam membantu pemerintah membuat kebijakan yang lebih implementatif dan terukur dalam
menjalankan program pembangunan.

Mari kita me-refresh solution to economic problem, itu sebetulnya. Jadi, harus fokus. Bukan
kajian untuk kepentingan akademik tapi arahnya adalah kebijakan (policy). Yang akan jadi
bagian atau masukan penting untuk kebijakan di jajaran pemerintah, ujar Presiden SBY saat
memberikan arahan kepada pengurus lembaga itu di Istana Negara pekan lalu. Karena itu,
Presiden SBY juga memberikan pekerjaan rumah kepada lembaga ini. Sedikitnya, ada
delapan pekerjaan rumah yang harus dianalisis dan dikaji lembaga ini. Pertama, KEN harus
mengkaji kebijakan APBN sebagai salah satu alat utama pemerintahan dan mendorong
pengurangan utang luar negeri secara jangka panjang.

Dalam hal ini, KEN juga diminta mengkaji desentralisasi fiskal yang tengah diperkuat
pemerintah. Kedua, bagaimana KEN merancang konektivitas ekonomi antarprovinsi.
Tujuannya agar kegiatan ekonomi bisa lebih bersinergi dan menciptakan pertumbuhan yang
berkait pula antarsatu daerah dengan daerah lain. Karena itu, KEN harus cermat melihat peta
Indonesia, peta pasar, jaringan antarprovinsi. Tujuannya, untuk membuat kesimpulan yang
lebih terukur dalam memberikan rekomendasi kepada pemerintah. Perlu konektivitas
antarprovinsi, pertumbuhan.

Sehingga tercipta konektivitas ekonomi yang bagus, tukas Presiden SBY. Sedangkan target
pertumbuhan 7% hingga 2014 menjadi pekerjaan rumah ketiga KEN.Salah satunya,
bagaimana KEN mampu memantapkan roadmap untuk pencapaian target tersebut dengan
menggunakan pendekatan program investasi hingga sasaran ekspor. Keempat, KEN ditugasi
pemerintah untuk mengkaji bagaimana mengurangi angka kemiskinan. Meski setiap tahun
menurut pemerintah terjadi pengurangan angka kemiskinan, hal itu belum memuaskan.
Karena itu, perlu dilakukan kajian agar penurunan angka kemiskinan menjadi signifikan.

Menurut Presiden SBY, pengurangan angka kemiskinan adalah bentuk keadilan yang sejati.
Insya Allah bisa dan kita akan daya gunakan ini untuk menggunakan kebijakan yang
dijalankan pemerintah, tambah Presiden SBY. Kelima, pemerintah juga berharap agar
lembaga ini mampu memberikan masukan bagaimana mengurangi angka pengangguran dan
menciptakan lapangan kerja. Hal ini sangat berkorelasi dengan tugas sebelumnya untuk
mengurangi angka kemiskinan agar nilai kesejahteraan bisa dirasakan masyarakat secara
merata. Keenam, masalah lain yang juga tak kalah penting adalah bagaimana kajian terhadap
ketahanan pangan dan air. Mengingat ketahanan pangan dan air juga menjadi salah satu
faktor penentu tingkat kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan tugas KEN yang ketujuh adalah bagaimana mengkaji ketahanan energi. Hal ini
diperlukan agar masalah krisis energi jangan terjadi. Lalu, tugas KEN kedelapan adalah
bagaimana mengkaji kebijakan yang dikembangkan agar sumber pembiayaan dalam negeri
semakin besar dan kuat seraya mengurangi beban hutan luar negeri. Sederet pekerjaan rumah
telah diberikan kepada KEN yang diketuai pengusaha Chairul Tanjung. Pemilik saham
terbesar Carrefour ini akan didampingi Chatib Basri sebagai wakilnya dan pengamat ekonomi
dari Institute for Development of Economics and Finance Indonesia (Indef) Aviliani sebagai
sekretaris.

Mereka pun akan didampingi nama-nama yang banyak dikenal masyarakat. Yaitu, Ninasapti
Triaswati, Umar Juoro, Christianto Wibisono, John A Prasetio, Faisal H Basri, Siti Hartati
Murdaya, James T Riady, Raden Pardede, HS Dillon, Peter Gontha, Hermanto Siregar, Badia
Perizade, M Syafii Antonio, Sharif Cicip Sutardjo,Erwin Aksa, Sandiaga Uno, dan Purbaya
Yudhi Sadewa. Dengan berbagai latar belakang keanggotaan yang ada, 24 anggota KEN
tersebut diharapkan dapat menghasilkan sejumlah kajian yang komprehensif melalui lembaga
yang bersifat ad hoc ini. Latar belakang seperti akademisi, pelaku usaha, dan pengamat
ekonomi menjadikan orang-orang yang ada di dalamnya mempunyai nilai plus.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa berharap latar belakang yang beragam ini
bisa memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan solusi bagi perekonomian yang
sedang dihadapi. Hatta dalam sambutannya juga mengatakan bahwa KEN bertugas
melakukan kajian atas permasalahan perekonomian baik dalam skala nasional, regional, dan
global. Lembaga ini juga dapat memberikan berbagai saran tindak strategis demi percepatan
pembangunan perekonomian nasional kepada pemerintah.

Sementara itu, Chairul yang ditunjuk menjadi Ketua KEN mengaku, ketika dilantik dia baru
saja menerima perpres tentang pengangkatan dirinya.Pengusaha yang menggeluti sejumlah
sektor mulai perbankan,usaha,ritel dan lainnya ini enggan untuk menjelaskan panjang lebar
tentang rencana yang hendak dilakukannya sebagai Ketua KEN. Menurutnya, pertama yang
terpenting baginya adalah bekerja dan berbuat yang terbaik bagi bangsa. Sejumlah pihak,
khususnya yang ada dalam pemerintahan menyambut baik pembentukan KEN ini.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo misalnya mengatakan pembentukan KEN dapat


memberikan kajian terhadap aspek- aspek perekonomian saat ini di Indonesia. Kami
menyambut baik adanya KEN. Karena saya yakin lembaga ini akan melakukan kajian
terhadap aspek-aspek dalam perekonomian saat ini di Indonesia, dan kemudian melakukan
review atau memberikan rekomendasi, ujarnya di Jakarta (15/6). Dengan kerja sama anggota
komite independen dari berbagai latar belakang, seperti akademisi, praktisi, pebisnis, maupun
dari birokrat, bisa mendapatkan analisis serta masukan yang obyektif. Perekonomian
Indonesia memerlukan ahli ekonomi yang dapat memberikan analisis dan kajian.

Indonesia butuh kajian tentang cara bagaimana memperbaiki penerimaan negara, menjaga
ekonomi makro supaya tumbuh secara kuat, berkesinambungan, dan seimbang. Setidaknya
menurut im.eyeeagle bahwa lembaga ini bisa berfungsi sebagai otak kiri pemerintah. Di mana
fungsi otak kiri adalah untuk berpikir nalar, analisa, kemampuan berbahasa, dan kemampuan
menghitung.
Pertumbuhan Ekonomi 2011 Diproyeksikan 6,5 Persen
Rabu, 15 Desember 2010 14:19 WIB | Ekonomi & Bisnis | Makro | Dibaca 428 kali

Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memproyeksikan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011
berada pada kisaran 6,3-6,5 persen, lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada 2010.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 6,3-6,5 persen, dengan tingkat inflasi berada
pada posisi 5 persen, plus minus 1 persen," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono, saat
menyampaikan paparan pada "Seminar Outlook Ekonomi 2011", yang diselenggarakan ANTARA, di Jakarta,
Rabu.
Menurut Hartadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih besar dibanding 2010, tercermin dari
pertumbuhan pada kuartal IV yang mencapai 6,1 persen dan pada kuartal III sebesar 5,8 persen.
Ia menjelaskan, salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan pada kuartal III dan IV 2010 adalah masih
lambatnya penyerapan belanja pemerintah.
Hartadi menambahkan, untuk mencapai pertumbuhan pada 2011, pemerintah harus mampu
memperlambat derasnya arus modal baik yang masuk ke dalam negeri maupun ke luar negeri.
"Pada sisi arus masuk modal (capital inflow) ke dalam negeri harus dijaga, jangan sampai terlalu besar
masuk ke instrumen SBI (Sertifikat Bank Indonesia), karena SBI merupakan instrumen moneter bukan
instrumen investasi," ujarnya.
Kalaupun ada likuiditas yang berlebih sebaiknya harus didukung dengan kebijakan pemerintah yang dapat
mendorong penyerapan oleh sektor riil.
Menurutnya, arus modal yang masuk mencapai 16 miliar dolar AS, di mana sekitar 10 persen di antaranya
sudah masuk ke SBI.
Ia mengakui, SBI merupakan salah satu target investor karena masih memberikan margin yang cukup
aktraktif, ditandai dengan banyaknya short term capital yang masuk ke instrumen tersebut.
Pada posisi seperti itu, terdapat tiga kondisi yang dihadapi yaitu, BI tidak bisa terlalu cepat menurunkan
suku bunga Bank Indonesia (BI Rate), karena akan berdampak pada inflasi. BI berupaya memperpanjang
jatuh tempo SBI dan mengalihkan instrumen SBI ke deposito berjangka (time deposit).
"Selama 2010 pemerintah telah berhasil memperlambat masuknya dana ke SBI, dan mengalihkannya ke
SBN (surat berharga negara)," ujarnya.
Ia juga menjelaskan, untuk mencapai pertumbuhan 2011 diharuskan ada bauran kebijakan yang dapat
menyerap giro wajib minimum tanpa mengubah tingkat suku bunga.
Senada dengan Hartadi, Staf Ahli Menteri Perekonomian Bidang Investasi, Kemitraan Pemerintah dan
Swasta, Djatmiko juga menuturkan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh dengan laju 6,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi akan didukung kondisi ekonomi makro yang stabil pada 2010 akan mendorong
prospek ekonomi yang cerah dan akan direspon positif oleh investor.
"Minat investor terhadap surat utang negara masih akan terus meningkat, akibatnya nilai transaksi akan
naik signifikan dengan yield 5 tahun turun menjadi di bawah 8 persen," kata Djatmiko.
Ia melanjutkan, konsumsi rumah tangga akan memberi kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
2011 sekitar 58,6 persen.
Kinerja ekspor dan impor juga meningkat seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi global dan
menguatnya permintaan dalam negeri.
"Ekspor Indonesia masih memiliki daya saing meski nilai tukar rupiah cenderung menguat. Sehingga pada
2011, ekspor akan memberi kontribusi terhadap PDB sekitar 25,4 persen dan impor sebesar 23 persen,"
ujarnya.

Ekonomi Global Diprediksi Masih Belum Stabil


Rabu, 15 Desember 2010 13:52 WIB | Ekonomi & Bisnis | Makro | Dibaca 351 kali

Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi, Agustinus Prasetyantoko mengatakan, perekonomian global
pada 2011 masih dipenuhi ketidakpastian yang terjadi secara struktural dan sulit untuk disembuhkan.
"Kita berada dalam kondisi lanskap perekonomian global yang belum stabil, bila analisis mengatakan
sekarang ini era-nya Timur termasuk Indonesia, pertanyaannya adalah, siapkah kita?" kata Pengamat
ekonomi dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Atma Jaya Jakarta, Agustinus
Prasetyantoko di Jakarta, Rabu.
Dalam diskusi "Outlook Ekonomi dan Prospek Sektor Rill 2011" yang diselenggarakan dalam rangkaian HUT
ANTARA ke-73 di Wisma ANTARA Jakarta, Agustinus mengatakan, krisis finansial 2007-2008 seharusnya
menyadarkan semua pihak untuk tidak berharap bahwa ekonomi global akan kembali stabil seperti pada
era 1990-an.
Menurut dia, di tahun depan hingga jangka menengah krisis akan menjadi normalitas.
"Proyeksi 2011, kita memang sudah berada on the track tetapi belum tentu situasi akan seperti yang kita
harapkan, karena ketidakstabilan itu kepastian," katanya.
Ketidakpastian ekonomi, kata Prasetyantoko disebabkan ekonomi dunia sudah tua.
Ketidakstabilan telah terjadi secara struktural sehingga semakin sulit untuk disembuhkan, oleh karena itu
Prasetyantoko menyimpulkan bahwa ekonomi dunia berada dalam posisi yang sulit.
"Sementara itu prospek ekonomi Indonesia memang sudah diakui semua pihak," katanya.
Ia menambahkan ada beberapa riset yang menyebutkan potensi ekonomi Indonesia di mana pada 2030
diramalkan akan menggantikan Jepang dalam perekonomian global dengan menempati peringkat kelima
dunia.
"Potensi itu belum aktual dan butuh kerja keras, kita sebagai bangsa cenderung gagal mengaktualisasi
potensi kita," katanya.
Menurut dia, ada tiga hal konstruksi kebijakan yang harus didorong untuk mengaktualisasi potensi
Indonesia khususnya pada 2011 demi mencapai target pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen.
"Tiga hal itu dari sisi fiskal di mana kapasitas birokrasi harus didongkrak, kedua persoalan infrastruktur
yang harus diperbaiki, dan ketiga tentang supporting system yang harus bagus," katanya.
(H016/B010)

Presiden: Inovasi dan Ekonomi Harus Sinergi


Selasa, 14 Desember 2010 12:35 WIB | Ekonomi & Bisnis | Makro | Dibaca 377 kali

Surabaya (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa pengembangan
inovasi dan ekonomi harus berjalan seiring dan saling melengkapi karena inovasi dan teknologi merupakan
salah satu mesin pertumbuhan ekonomi.
"Inovasi dan teknologi benar-benar menjadi mesin bagi pembangunan ekonomi. Inovasi dan teknologi
tidak bisa dipertentangkan," kata Presiden saat menyampaikan kuliah umum di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya, Jatim, Selasa siang.
Kepala Negara dalam kuliah umumnya memaparkan pentingnya inovasi, pengembangan teknologi
dikaitkan dengan pembangunan ekonomi nasional dan tujuan jangka panjang untuk menjadi negara yang
maju di abad-21.
"Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh populasi yang berkualitas, kapital, dan ide," tegas Presiden.
Karena itu, Presiden mengajak para ilmuwan dan praktisi yang bergerak di bidang pengembangan inovasi
dan teknologi untuk mengutamakan dan mendorong kemajuan enam hal.
Keenam hal tersebut yaitu mendorong ekonomi lebih kompetitif, efisien dan produktif, meningkatkan
komponen inovasi dan teknologi dalam daya saing nasional.
Presiden juga meminta adanya perhatian khusus pada pengembangan ekonomi kreatif, meningkatkan
kemampuan pembangunan infrastruktur dengan baik dan efisien, pengembangan industri strategis dan
pertahanan serta pengembangan daya inovasi sejak awal.
Peringatan dies natalis ke-50 ITS dihadiri oleh Presiden yang memberikan kuliah umum dengan judul
"Teknologi, Ekonomi dan Masa Depan Indonesia".
Hadir dalam acara itu Ibu Negara Ani Yudhoyono, Mensesneg Sudi Silalahi, Mendiknas Mohammad Nuh,
Seskab Dipo Alam, Menpora Andi Mallarangeng dan Gubernur Jatim Soekarwo serta Wagub Jatim Saifullah
Yusuf, dan Rektor ITS Prof Ir Priyo Suprobo.
Presiden juga meresmikan gedung pusat robotika nasional serta gedung pusat energi di universitas teknik
tersebut. Selain itu, Kepala Negara juga membuka pertemuan "Forum Inovasi Nasional 2010" di Bandung
yang diselenggarakan Institut Teknologi Bandung melalui telekonferensi.
Pada Selasa siang, Presiden didampingi Ibu Negara dan rombongan dijadwalkan meninjau salah satu
perusahaan pengerah tenaga kerja di Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.

Menkeu Sambut Baik Komite Ekonomi Nasional


Rabu, 16 Juni 2010 07:37
Jakarta  - Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyambut baik pembentukan Komite Ekonomi Nasional (KEN) karena dapat
memberikan kajian terhadap aspek-aspek perekonomian saat ini di Indonesia. "Kami menyambut baik adanya Komite Ekonomi
Nasional karena saya yakini akan melakukan kajian terhadap aspek-aspek dalam perekonomian saat ini di Indonesia, dan kemudian
melakukan review atau memberikan rekomendasi," ujarnya seusai rapat kerja dengan panja perpajakan di Gedung DPR RI, Jakarta,
Selasa malam.

Ia menyakini komite independen yang terdiri dari akademisi, praktisi, pebisnis, maupun dari birokrat ini akan memberikan masukan
serta analisis dan mungkin Kementerian Keuangan akan diundang untuk mendengarkan analisis serta masukan yang obyektif.

"Saya yakini itu adalah suatu komite yang independen dan nanti akan memberikan masukan dan mungkin akan melakukan analisis dan
kita mungkin diundang untuk mendengarkan analisisnya. Itu merupakan masukan objektif, dan saya yakini kalau dilihat dari individu-
individu yang ada justru akan mempunyai kredibilitas yang baik," ujarnya.

Menkeu juga mengakui saat ini diperlukan banyak ahli ekonomi yang dapat memberikan analisis dan kajian ekonomi dalam
memajukkan perekonomian Indonesia.

"Kita memerlukan begitu banyak ahli yang kemudian melakukan kajian tentang, misalnya bagaimana memperbaiki penerimaan negara,
bagaimana menjaga ekonomi makro kita supaya tumbuh secara kuat, berkesinambungan dan seimbang. Itu saya pikir baik sekali,"
ujarnya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menugaskan kepada Komite Ekonomi Nasional, delapan hal yang perlu ditelaah dan
segera diberikan rekomendasi.

Yang pertama, Kepala Negara meminta agar KEN menelaah postur dan skema APBN sebagai salah satu alat utama pemerintahan dan
mendorong pengurangan hutang luar negeri secara jangka panjang. "Yang kedua, `economic connectivity`, domestik ekonomi,
domestik market, sehingga bisa timbul perdagangan dalam negeri yang bagus. Beri rekomendasi bagaimana `grand design economic
connectivity` termasuk `national logistic`," kata Presiden.

Berikutnya berturut-turut, upaya pemerintah untuk mencapai pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan, pengurangan kemiskinan,
pengurangan pengangguran dan lapangan kerja, ketahanan pangan dan air, ketahanan energi dan bagaimana `policy` yang
dikembangkan agar sumber pembiayaan dalam negeri semakin besar dan kuat seraya mengurangi beban hutan luar negeri.
Komite Ekonomi Nasional, dibentuk melalui Perpres nomor 31 tahun 2010. Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa saat
menyampaikan laporan kepada Presiden dalam acara yang juga dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono itu, anggota komite nasional
terdiri atas 24 tokoh dari berbagai bidang dan latar belakang.

"Ke-24 orang tersebut terdiri atas kalangan akademisi, pelaku usaha dan pemerhati ekonomi yang kredibel," kata Hatta. Komite
Ekonomi Nasional diketuai oleh Chairul Tanjung, Wakil Ketua Chatib Basri dan Sekretaris Aviliani.

Anggota KEN terdiri dari Nina Sapti Triawati, Umar Juoro, Christianto Wibisono, John A Prasetyo, Faisal Basri, TP Rahmat, Siti Hartati
Murdaya, James T Riady, Raden Pardede, Jisman S Simanjuntak, HS Dillon, Peter Gontha, Hermanto Siregar, Chris Canter, Ichsan
Tanjung, M Syafii Antonio, Syarif Cicip Sutardjo, Erwin Aksa, Sandiaga Uno dan Purbaya Yudhi Sadewa. Komite Ekonomi Nasional dan
Komite Inovasi Nasional akan bertugas hingga akhir masa tugas kabinet Indonesia Bersatu II yaitu Oktober 2014.. Antara/fld/VOI News

MEMBANGUN MANUSIA PEDESAAN

Banyak definisi mengenai arti pembangunan, salah satunya adalah proses perubahan secara
dimensional yang memuat peubahan-perubahan sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-
institusi sosial Todaro. Disisi lain pembangunan dapat juga perubahan dari suatu kondisi
nasional tertentu menuju kondisi nasional lain yang lebih menyejahterakan (Saul M. Kant),
dan dengan definisi tersebut dapat kita mengartikan pembangunan sebagai proses
transformasi yang lebih mengarah pada tujuan yang lebih baik dan kemajuan atau perubahan
sosial.

Dalam teori pembangunan (grand theory of development) senantiasa memiliki muatan, dalam
hal ini kita akan menggunakan definisi dari Todaro (1999)[1], bahwa pilar pembangunan
memiliki tiga inti : kecukupan, jati diri (self esteem), dan kebebasan (freedom). Jika
diterjemahkan lebih jauh, kecukupan memiliki maksud bahwa  terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan dasar mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan. Jati diri jika
dikaji lebih jauh memiliki makna bahwa penemuan terhadap konsepsi diri dan bagaimana
menggunakannya sebagai doktrin dalam menjalani kehidupan (self orientation). Yang
terakhir adalah kebebasan atau kemampuan memilih, dan hal ini jika dijadikan sebagai
pandangan maka turunannya adalah pada terjewantahkannya hak-hak invidu pada persoalan
atau kondisi kebebasan politik, keamanan, kepastian akan hukum, kemerdekaan beraspirasi
atau berekspresi, tersalurkannya aspirasi secara politik, dan terdapatnya persamaan akan
kesempatan-kesempatan yang ada.

Otonomi daerah (otoda)  No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah yang dicetuskan
juga belum terimplementasikan pada semua segmen pada lapisan masyarakat, mungkin ini
pula yang menjadi kelemahan pembangunan bangsa secara umum, dan pembangunan
pedesaan secara khususnya. Mengapa demikian, dikarenakan konsep-konsep tersebut terlalu
mengawan-awan pada kebutuhan kepentingan semata dan belum tersosialisasi dengan baik
pada masyarakat dan masih banyaknya  birokrat belum mampu memaknai arti dan bagaimana
mengimplemantasikannya, serta instrumen apa yang mesti digunakan agar sasaran tercapai.

Bagaimana Membangun Desa

Pedesaan adalah perangkat negara yang secara administratif paling kecil dan sederhana di
seluruh nusantara ini kita mengenal  misalnya nagari di Sumatera Barat, Huta di Sumatera
Utara, kampung di Kalimantan Barat, kampong di Sulawesi Selatan, Ngata di Sulawesi
Tengah, serta desa di Jawa dan Madura. Satuan-satuan sosial yang ada itu terbentuk atas
dasar ikatan teritorial, genealogis (keturunan) atau keduanya. Demikian pula luas wilayah
mereka beragam ada yang sangat luas ada pula yang tidak.
Sangat tampak bahwa membangun desa dengan mengamati masalah yang terdapat pada
wilayah pedesaan, masalah yang paling dominan adalah ketergantungan masyarakat akan
input-input pertanian, ketergatungan ini telah lama dialami bangsa indonesia dalam hal
memajukan pertanian namun telah lama pula belum mengalami pembenahan. Sejak revolusi
hijau dan menjadi pilar pembangunan pertanian yang menopang laju rencana pembangunan
lima tahun yang dicanangkan orde pembangunan nasional. Masalah lain yang tidak kalah
dominannya adalah tidak berpihaknya UUPA pada masyarakat penghuni pedesaan, telah
banyak menjadi potret perlawanan masyarakat desa yang dihuni petani atas tanah yang
mereka miliki. Gambaran yang dapat kita lihat adalah kasus obyektif yang dipaparkan oleh
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia tahun 1996, yang diterbitkan pada tahun 1997
antara lain, pembebasan lahan di Menamang di Kalimantan Timur, dusun Rantau Kasih di
Palembang, Banongan di Jawa Timur, Tanah Marga Ngambur, Tanah Menggala di Lampung,
dan masih banyak lagi di pelosok negeri yang dibingkai dengan penindasan dalam
penguasaan tanah yang mereka kelola selama berpuluh-puluh tahun. Tidak sedikit metode
yang digunakan dalam pembebasan lahan sumber kehidupan petani yang bermukim di
pedesaan, secara gamblang di gambarkan oleh Bachriadi (1997)[2] bahwa pengambilalihan
tanah masyarakat petani pedesaan dengan cara-cara kurang manusiawi, antara lain
Delegitimasi bukti-bukti hak rakyat atas tanah, dengan asumsi bahwa tanah-tanah yang
dikelola petani yang telah berumur sekitar 30 tahun merupakan sasaran empuk untuk
dinyatakan sebagai tanah negara. Dengan melalui jalur hukum yang secara modal dan
jaringan kaum petani sangat jarang memenangkan peradilan atas tanah yang diangkat sebagai
suatu kasus. Penetapan ganti rugi secara sepihak, rata-rata sengketa yang terjadi atas lahan
petani diberikan ganti rugi yang semena-mena dan tidak berdasarkan atas kesepakatan
bersama, serta tidak dijadikan sebagai bahan pertimbangan kemudian hari ketika terjadi
penggusuran. Manipulasi persetujuan rakyat, penggusuran maupun pengambilalihan lahan
petani rata-rata dilakukan dengan cara memanipulasi tandatangan maupun cap jempol
mereka, baik dengan cara penipuan maupun dengan paksaan. Tuduhan sebagai
pembangkang, pengacau, atau anti pembangunan. Dengan tuduhan-tersebut para petani yang
diambil alih lahannya dipaksakan berada pada kondisi kesalahan politik dalam sengketa yang
terjadi, selain itu mereka (petani) terkondisikan kehilangan banyak hak-hak perdata.
Diskriminasi administratif. Adanya bentuk diskriminasi dalam hal proses pengambilalihan
lahan mereka, rata-rata dipersulit dalam kepengurusan akte, sertifikat, KTP, dllnya sebelum
lahan mereka diambil alih.

Sangat mirislah hati kita memandang potret pembangunan pertanian Indonesia, selain melalui
mekanisme halus sebelumnya dapat pula dirasakan kengerian yang dilakukan dalam
mengambil alih lahan masyarakat pedesaan, selanjutnya bahriadi melanjutkan bahwa
intimidasi, teror, dan kekerasan fisik. Tahap-tahap proses dalam mengambil lahan petani
bukan saja menyerang secara psikologis dan fisik, bukan saja pada pribadi kepala keluarga
sebagai penanggungjawab atas lahan akan tetapi juga pada keluarga para petani.
Pemancangan tanda-tanda larangan, pematokan, pembongkaran dan pembuldoseran. Dalam
penyerobotan lahan petani rata-rata mereka dikondisikan berada pada posisi logika terbalik
bahwa ketika petani telah masuk ketanah yang diserobot mereka diarahakan pada kondisi
tindak pidana, dan sekali lagi ketika mereka dihadapkan pada persoalan hukum dan pihak
berwajib yakin saja mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Penangkapan, pemenjaraan, dan
pencegatan-pencegatan. Manusia memang adalah makhluk berbeda guna sampai pada
tujuannya apapun dilakukan, termasuk menyiksa petani dalam rangka persetujuan penyerahan
lahan.
Jika demikian gambaran pelayanan pembangunan pertanian Indonesia bagaimanakah
mungkin pembangunan pertanian bangsa ini dapat berjalan, jika desa sebagai lumbung
pertanian maka bagaimanakah penyelesaiannya, dan ini sungguh menjadi pekerjaan rumah
yang berat bagi kita. Pedesaan sangat identik dan memang sarat sebagai basis pertanian,
sedangkan kondisi pertanian hari ini telah mendapatkan tekanan lebih besar pada persoalan
bertambahnya jumlah penduduk yang kian hari kian bertambah, dan belum maksimalnya
implementasi dalam pelaksanaan hukum UUPA tahun 1959, hal ini tentunya menggerogoti
peluang-peluang usaha pada teritorial pedesaan. Pertanian juga merupakan sektor yang
bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam dan hampir seluruhnya berada di pedesaan,
dengan fokus pengembangan yang ada maka secara teritorial pengembangan wilayah
pedesaan tercapai dan include pula kesejahteraan bagi masyarakat pedesaan.

Komponen-Komponen Pedesaan

Dalam mengelola lingkungan pedesaan ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam
mengeksplorasi. Komponen-komponen yang dapat menjadi alat perhatian, bahwa komponen
penting pedesaan adalah jenis pekerjaan, lingkungan alam, ukuran komunitas, kepadatan
penduduk, heterogenitas dan homogenitas penduduk, diferensiasi dan stratifikasi sosial,
mobilitas sosial dan sistem interaksi sosial.

Mengamati komponen yang pertama adalah jenis pekerjaan, rata-rata pekerjaan yang digeluti
masyarakat pedesaan adalah bertani, berkebun, dll, dengan memanfaatkan sumber daya alam
yang ada seperti hutan, air, dan lahan yang belum terkelola. Pekerjaan mereka rata-rata secara
fungsional dalam artian lahan garapan berdekatan dengan rumah tinggal. Komponen desa
yang kedua adalah hubungan masyarakat dengan lingkungan alam sekitar dimana ai menetap
atau bermukim, sifat dari pekerjaan pertanian yang didominasi secara pelaku oleh penduduk
desa berada dalam ruang terbuka. Sedangkan komponen desa yang ketiga adalah besaran
ukuran komunitas, jika ditinjau dari besaran komunitas masyarakat pedesaan maka
besarannya tidak sepadat jika dibandingkan dengan wilayah perkotaan, hal ini dikarenakan
sifat dasar dari sistem pertanian telah menghambat terciptanya konsentrasi penduduk petani
dalam komunitas besar dengan ribuan penduduk, dan sifat fundamental lainnya rata-rata
petani yang bermukim di pedesaan karena keberadaan lahan mengharuskan petani berada
secara permanen dekat lahan pertaniannya.

Gambaran penduduk pedesaan juga sangatlah homogen hal ini dapat dimaklumi dikarenakan
mereka lahir dan dibesarkan di wilayah tersebut, adapun yang menjadi titik homogenitas
mereka pada wilayah pekerjaan, ras, pendidikan dan gaya hidup (life style) dan ditopang kuat
oleh sistem interaksi sosial antara komunitas dengan komunitas kurang terjalin sehingga
interaksi internal semakin kuat dengan gambaran demikian maka diferensiasi sosial ditingkat
pedesaan sangat kurang aktual, dengan kondisi cenderung terkungkung demikian maka
mobilitas sosial dari masyarakat semakin mengarah pada alur urbanisasi dengan pengharapan
perubahan kehidupan yang lebih dan memberikan masalah tersendiri bagi kehidupan
perkotaan.

Selain yang demikian diatas kemandirian lokal masyarakat pedesaan perlu pula menjadi
sorotan sebagai pilar membangun wilayah pedesaan. Dasar kemandirian lokal seperti yang
digambarkan mantan rektor Universitas Hasanuddin, Radi A Gany bahwa kemandirian lokal
dapat dijadikan kesimpulan subjek pembangunan yang dapat mencakup orang perorangan,
kelompok, daerah, dan kawasan dalam hal : pengelolaan potensi dan sumber daya lokal,
pemeliharaan akan kelestarian dan fungsi kualitas lingkungan hidup, dan pengembangan
kerjasama dengan subjek pembangunan lainnya dalam suatu kesatuan masyarakat.

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Solusi

Telah dimaklumi bahwa pembangunan pedesaan telah sedikit mengalami kemajuan namun
masih banyak kendala yang menjadi hambatan dan masih perlu mendapat perhatian guna
pembenahan. Kendala-kendala tersebut antara lain a). Terbatasnya lapangan pekerjaan diluar
sektor pertanian, b). Lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi, baik secara sektoral maupun
spasial, ataupun hubungan antara pedesaan dan kota, c). Masih rendahnya kualitas
sumberdaya manusia di pedesaan, d). Rendahnya kualitas sarana dan prasarana, serta
pelayanan di wilayah pedesaan, e). Lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis
masyarakat, f). Lemahnya koordinasi antar bidang dalam pembangunan pedesaan.

Hakikat pembangunan masyarakat adalah pembangunan dari bawah (bottom-up), dalam


artian membangun dengan menjadikan masyarakat yang dominan masyarakat petani dengan
berbasis pada pedesaan. Banyak instrumen yang dapat dijadikan jembatan dalam mencapai
pembangunan masyarakat pedesaan antara lain, kesamaan sinergi konsep antara Lembaga
Swadaya Masyarakat dengan lembaga pemerintah. Disatu sisi terjadi pengawasan atas
kondisi yang terjadi pada masyarakat pedesaan dan disisi lain terdapat monitoring yang
dilakukan pemerintah yang memiliki keterbatasan dalam sumber daya dan dalam menjangkau
wilayah-wilayah pedesaan.

Perlu dilirik bahwa sebenarnya masyarakat pedesaan terkadang bukan modal berupa dana
segar atau bantuan hibah yang mereka perlukan akan tetapi bagaimana menemukan dan
menumbuhkan semangat hidup. Dengan perpaduan elemen Lembaga non Government dan
sinergi dengan pemerintah diharapakan akan menjadi pemicu pembangunan, karena pilar-
pilar tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada pembangunan
masyarakat pedesaan memadukan pertumbuhan dan pemerataan guna mencapai
kesejahteraan dan tercapainya konsep atas bottom-up, dalam artian pemberdayaan yang kita
pahami bersama adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai
sosial. Pemberdayaan juga meliputi penguatan individu sebagai anggota masyarakat, tetapi
juga pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat dan demikian pula dengan institusi-
institusi sosial yang dimiliki masyarakat pedesaan. Tapi perlu menjadi catatan bahwasanya
pemeberdayaan masyarakat pedesaan bukan menjadi sebuah ketergantungan pada berbagai
program akan tetapi menjadi kemandirian atas diri masyarakat, memampukan, dan
membagun kemampuan untuk memajukan diri menuju kehidupan yang lebih baik,
bermartabat dan tentunya memiliki jati dirinya sendiri sebagai doktrin membenahi hidup.

Lingkungan Hidup Vs Ekonomi, Pilih Mana? [1]

Bulan-bulan gini bicara lingkungan hidup cukup menarik, karena ada yang bisa dipersalahkan. Ngomongin
lingkungan hidup enaknya emang kalo lagi ada bencana alam yang ditenggarai sebagai kelalaian manusia,
intinya ngomongin lingkungan hidup itu sama dengan mencari kambing hitam. Sering banget rasanya kita lupa
akan jasa lingkungan hidup pada bulan-bulan dimana tidak ada bencana alam, soalnya lagi adem-adem aja. Nah
kalo udah ada bencana baru dech kita nyadar akan pentingnya lingkungan hidup. Kalo dah gitu, semua orang
bicara lingkungan hidup, gak peduli tahu lingkungan hidup atau nggak, yang pasti ngomong dah, soalnya
sederhana aja, nunjuk hidung yang dianggap salah.
Aku juga gak ngerti sih apa itu lingkungan hidup, tapi yang jelas aku ngerasa butuh dan jadi bagian di dalamnya.
Pernah suatu waktu aku ditanya oleh seseorang yang tinggal di kawasan hutan. “Pentingan mana sih, gajah
dengan manusia?”, tanyanya, saat itu emang lagi ngetren kegiatan resettlement di kawasan suaka dan deket
dari situ. Pertanyaan itu wajar, karena ada kekhawatiran hal itu (baca: resettlement) akan terjadi padanya, di sisi
lain cuma aktivitas “berhutan” inilah yang ia bisa lakukan untuk penghidupannya.

Jika pertanyaan itu ditarik pada bentuk lain, “Manakah yang harus lebih diprioritaskan, konservasi lingkungan
hidup atau pemenuhan kebutuhan manusia (motif ekonomi)?”. Bukankah semua yang ada di dunia ini untuk
kepentingan manusia? Manusia sentris. Artinya secara sederhana lingkungan hidup pun keberadaannya untuk
kepentingan manusia. Dalam pandangan umumnya, kebutuhan manusia hanya dua, yaitu makanan dan rasa
aman (food and security), kedua hal itulah yang memicu aktivitas manusia, berbagai perang yang terjadi, karena
dua hal itu.

Uniknya, pertanyaan tentang urgensi lingkungan hidup selalu berhadapan dengan kepentingan ekonomi.
Sebagian besar masih melihat lingkungan hidup dan ekonomi sebagai sesuatu yang tidak bisa berjalan seiring,
harus dipilih salah satu. Benarkah demikian?

Pertumbuhan Ekonomi Abaikan Lingkungan Hidup

MASALAH lingkungan hidup telah menjadi suatu penyakit kronis yang dirasa sangat sulit dipulihkan. Padahal

permasalahan lingkungan hidup yang selama ini terjadi di Indonesia

disebabkan paradigma pembangunan yang mementingkan pertumbuhan ekonomi dan

mengabaikan faktor lingkungan yang dianggap sebagai penghambat.

"Posisi tersebut dapat menyebabkan terabaikannya pertimbangan-pertimbangan lingkungan

hidup di dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. Akibatnya kualitas

lingkungan makin hari semakin menurun, ditandai dengan terjadinya pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup di berbagai wilayah di Indonesia," ujar Koordinator Kampanye

Tolak Pencemaran, Hening Suparlan dalam siaran persnya kepada Pembaruan di Jakarta, Rabu

Menurut dia, sampai hari ini belum terlihat upaya serius dari seluruh jajaran pemerintah dalam

mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal kasus-kasus pencemaran tidak terlihat adanya

penegakan hukum bagi perusahaan pencemar. Lemahnya pemahaman aparat penegak hukum

seperti kepolisian dan pengadilan mengenai peraturan perundangan lingkungan hidup,

misalnya, sering kali telah menyebabkan terjadinya tindakan kriminalisasi terhadap pegawai

perusahaan, Dikatakan, industri-industri besar yang dianggap memiliki kontribusi besar terhadap PAD seolah

mendapatkan kekebalan dari pemerintah daerah setempat, bahkan dari DPRD-nya.

Tidak adanya tindakan hukum yang tegas terhadap industri pencemar dan berlarut-larutnya

penyelesaian ganti rugi kepada masyarakat korban yang merupakan pengejawantahan dari

prinsip tanggung jawab mutlak sebagaimana yang tercantum dalam UU No.23/1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, menjadikan inisiatif masyarakat untuk mengarusutamakan

(mainstreaming) perlindungan lingkungan hidup dalam pembangunan ekonomi menghadapi

hambatan besar.

Berbagai kemudahan dan insentif diberikan kepada industri besar untuk memperluas dan

meningkatkan produksinya, walaupun industri tersebut telah menimbulkan berbagai kerugian

masyarakat dan kerusakan lingkungan. Sejalan dengan ini, untuk terwujudnya tata

kepemerintahan lingkungan hidup yang baik, maka pemenuhan hak warga negara seperti

tersebut di bawah ini haruslah diprioritaskan.


"Ada sejumlah hak warga negara yang harus diberikan yaitu hak warga negara atas informasi

yang benar dan akurat (Rights to information), hak warga negara untuk terlibat dalam proses

kebijakan (Rights to participation), hak warga negara atas keadilan (Rights to Justice),"

katanya.

Ditambahkan, beberapa prinsip yang perlu diterapkan pemerintah dalam mewujudkan hak

rakyat atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah: prinsip kehati-hatian dini

(Precautionary Principle). (E-5)

LINGKUNGAN HIDUP – PEPOHONAN dan EKONOMI MASYARAKAT

Dampak kerusakan lingkungan dan pemanasan global / global warming menyebabkan


musim ber panca roba tak menentu saat ini mengakibatkan pada hasil dan produktivitas
pertanian menjadi sangat rendah, terlebih lagi dengan Prosesi dan Ritual Penyebab Global
Warming yang dilakukan oleh “ Bangsa – Bangsa Besar Dunia “ membangun Bangsa
Indonesia terutama Kaum Pemudanya enggan untuk melangkah dalam Kehidupan Pertanian
maupun Beraktifitas sebagai Petani , karena dianggap Ber Profesi sebagai Petani adalah
Pekerjaan yang Tidak Mulia serta Tidak Membangun Kehidupan Ekonomi yang sangat
Produktif.

Alhasil dengan Pola Pikir serta Pola Berpikir yang memiliki Montase serta analogi yang terjadi
berakibat sangat fatal dalam pemberdayaan Lingkungan Hidup Umat Manusia , Umat Hewan
dan Umat Tanaman serta Umat2 yang lain.
Kekritisan Kaum Pemuda Indonesia menjadi sangat kerdil dengan aplikasi bahwa segala
sesuatu yang berbau pertanian akan membawa Wahana Kemiskinan bagi kehidupannya
kelak ( Prosentase Pendapat yang didapat hampir 80% peserta Pelatihan Pertanian
Perkotaan Menganggapnya demikian ) , sungguh tragis dan memilukan memang , berangkat
dengan “ Kasih Sayang “ Pemikiran ini maka Lingkungan Hidup diupayakan untuk beramai –
ramai “ menghajar “ kelestarian hutan dan lingkungan hidup pinggiran hutan maupun
daerah persawahan subur untuk dijadikan Lahan Perkotaan yang sangat krusial dalam
prosesi perusakannya , ditambah dengan “ Klimatologi Pemikiran “ yang salah pada
teknologi membangun Jiwa Para Pemuda menjadi akselarator mesin penghancur bagi
Lingkungan Hidup secara Besar dan Makro.
Prosesi kerusakan dan kehancuran tidak saja berakibat pada konsepsional kehidupan
Lingkungan Hidup pertanahan saja ( Lapisan Aloviol ), melainkan juga menghapus tabiat
serta kearifan lokal masyarakat dalam berbudi pekerti ala Nusantara dan yang terakhir
adalah Prosesi Pemiskinan dan termiskinkan yang terjadi sebagai daya pikul sebab akibat
prosesi yang ada

Lingkungan Hidup adalah Lingkungan Variabel yang mempunyai Konteksual Erat dengan
Kehidupan Manusia , Kehidupan Hewan , Kehidupan Tumbuhan , Kehidupan Nuftah Alam
lainnya , kehidupan Lingkungan terapan yang telah dilaksanakan oleh para pemikir yang
tidak mengenal Nusantara telah memberangus keabadian alam semesta ini , dimana
Konsepsi Motto Struggle for Life menjadi Mesin Perang bagi manusia dengan alamnya ,
Konsepsi Un-conditional Love berubah menjadi kemarahan untuk mengalahkan alam dengan
semena – mena , alam dan lingkungan hanyalah menjadi catatan hidup semata.

Konsepsi Lingkungan ditaklukkan dengan Konsepsi Egositas berekonomi tahap lanjut yang
tidak berjalan seiring dengan Konsepsi Ekonomi Peradaban seorang manusia …… akibatnya
Pembangunan Perumahan / Perkantoran / Perindustrian mengubah lahan subur menjadi
lahan mereka , lahan hutan menjadi lahan mereka juga , akibatnya…..setelah sekian
tahun….Datum demi Datum terkompilasi menjadi Data yang menunjukkan bahwa kehidupan
dengan wawasan itu adalah salah besar sekali….

Mereka baru menjadi sadar dan tersadarkan bahwa Lingkungan mereka sudah mengalami
kerusakan yang berakibat pada hilangnya beberapa segmental kehidupan umat manusia itu
sendiri…kehidupan berekonomi menjadi sulit karena persaingan dalam mencari unit kerja
dibidang teknologi yang tidak arif dengan mereka sendiri , akhirnya beramai-ramailah kaum
masyarakat dan yang lain - lain untuk menjadi pendeklarasi Pembangunan Lingkungan
Hidup….

Jawaban spektakuler yang dilontarkan oleh masyarakat ( baca : kompleksitas masyarakat )


sangatlah indah dan baik serta terasa sempurna , tetapi mereka tidak paham bahwa
tindakan mereka adalah tindakan yang sangat menyesakkan dada serta mematikan pada
beberapa waktu kedepan.

Lingkungan Hidup tidak hanya Lingkungan Masyarakat Pepohonan semata , tetapi


Lingkungan Hidup adalah Kompleksitas Hidup yang harus dicerna secara arif dan bijaksana
serta dimaknai siklus alam adalah suatu siklus yang “ membangun dan merusak “ sebagai
kegiatan mata rantai dalam Lingkungan Hidup itu sendiri
Lingkungan Masyarakat Pepohonan tanpa manusia maupun nuftah alam lainnya akan
berakibat sangat jelek , karena siklus yang terpotong menjadi suatu siklus hampa dalam
berkehidupan ,.

Lingkungan Hidup dalam kegiatan Penanaman Pohon apabila dilakukan secara serampangan
maka akan berakibat rusaknya ranah dan tata giat lapisan tanah baik atas maupun bawah ,
air tanah dll , kegiatan penanaman pohon didaerah atas tanpa dilakukan pemetaan
pemikiran bijak didaerah bawah ( Baca : Perkotaan ) maka akan menjadi kegiatan sia – sia
dan malah menimbulkan kompleksitas lanjutan , kegiatan Lingkungan Hidup dengan
wawasan menanam pohon semata tanpa melibatkan aksi ekonomi masyarakat pertanian
disekitar penanaman justru hanya menambah polemik berkepanjangan dikemudian hari

Kegiatan Lingkungan Hidup berkaitan dengan wawasan menanam pohon seharusnya


memiliki tindakan axial dan memiliki axioma yang harus diperhitungkan dalam skala banding
lurus dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi , pertanian yang selaras
dengan alam , serta budaya malu terhadap alam dan budaya yang telah timbul dan hadir
selama berabad – abad lamanya

Kenapa kita tidak menanam Pepohonan Keras dengan melakukan tindakan awalan lain
seperti perbaikan lahan , perbaikan nuftah tanah dan perbaikan nuftah keliling dari lahan?
Kenapa kita hanya menanam pepohonan saja?
Kenapa kita tidak melakukan prosesi perbaikan ekonomi masyarakat dengan pertanian
terpadu didalam konteks penanaman tersebut?

Kenapa masyarakat kota tidak membarengi kegiatan menanam padi dan sayuran diatas
gedung bertingkat maupun didaerah selipan diperkotaan itu sendiri ?

Kenapa masyarakat kota tidak membentengi serta menghalangi pembangunan gedung2 dan
industry diatas lahan perkotaan yang nyata-nyata subur bagi pertanian?

Kenapa masyarakat kota tidak berusaha untuk menahan penggunaan air tanah secara
berlebihan?

Kembali lagi pada kita….maukah kita melakukan kegiatan lingkungan hidup secara
serampangan?

Ayo kita membangun….


Ayo kita berbagi dengan Alam….

Anda mungkin juga menyukai