Ditugaskan untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Hukum Investasi dan Modal
NIM : 202201020151
UNIVERSITAS KADIRI
A. Latar Belakang
Dalam teori ini menekankan bahwa investasi memiliki posisi yang sangat
strategis dalam tataran pembangunan perekonomian suatu negara. Disebutkan juga
bahwa ada persyaratan tertentu agar pertumbuhan yang mantap (steady state
growth) dapat tercapai dan pembangunan tidak tersendat-sendat.
Dengan mengambil studi kasus pada perekonomian negara maju, teori Harrod-
Domard menyimpulkan bahwa investasi memiliki pengaruh ganda untuk jangka
panjang (long-term). Pada satu sisi, investasi berpengaruh terhadap perkembangan
produksi nasional suatu negara karena tersedianya stok modal yang menjadi faktor
penting kelangsungan dunia usaha. Di sisi lain, investasi berpengaruh pada
permintaan agregat. Oleh karena itu, untuk mencapai steady-state growth atau
pertumbuhan ekonomi yang mantap diperlukan kondisi di mana para pelaku usahanya
memiliki harapan dan pandangan yang cenderung stabil.
Di sisi lain. perekonomian negara yang lesu sangat dihindari bagi para perencana
negara. Untuk itulah formulasi kebijakan ekonomi yang pro investasi didorong untuk
terus meningkat guna mengatasi masalah stagnasi atau kelesuan ekonomi agar
pertumbuhan ekonomi terus membaik. Meningkatnya investasi akan menjamin
kontinuitas pembangunan ekonomi, menyerap tenaga kerja dan menekan kemiskinan,
sehingga terdapat perbaikan tingkat kesejahteraan rakyat secara keseluruhan dan
merata.
Kita patut bersyukur kerja keras seluruh komponen bangsa dengan direktif yang
terarah dan terukur tahapan demi tahapan telah berhasil kita lalui dalam membangun
pondasi kemajuan bangsa, tercermin dari kemudahan berinvestasi di Indonesia untuk
mengungkit bergeraknya investasi telah banyak mengalami perbaikan yang berarti.
Disamping itu Lembaga pemeringkat Fitch Ratings (Fitch) pada tahun 2019 ini
mempertahankan peringkat sovereign credit rating Indonesia pada level BBB/outlook
stabil ( Investment Grade), penegasan rating Indonesia tersebut mencerminkan
keyakinan lembaga rating atas perekonomian Indonesia dan resiliensi sektor eksternal
Indonesia di tengah kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian.
Kita juga patut berlega hati ditengah kondisi perekonomian global yang semakin
tidak menentu, pencapaian yang cukup gemilang terlihat dari realisasi investasi
penanaman modal Indonesia. Selama triwulan II tahun 2019 realisasi Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 95,6 triliun (naik 18,6%) dan realisasi
investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 104,9 triliun (naik 9,6%)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Pada kuartal I 2019, realisasi
investasi tercatat mengalami peningkatan sebesar 5,3 persen dibandingkan dengan
kuartal I 2018 menjadi Rp195,1 Triliun.
Bila ditarik rentang waktu kebelakang investasi tumbuh hampir 6 kali lipat dari
tahun 2016 ke 2018, yang pada awalnya hanya sebesar 3,92 miliar dollar AS menjadi
23 miliar dollar AS. Diharapkan ke depan Indonesia mampu menembus 40 besar
dalam peringkat kemudahan investasi di dunia pada tahun 2019. Untuk itu diperlukan
adanya kesepemahaman dan kerja keras dari seluruh Kementerian/Lembaga untuk
dapat melakukan pemangkasan terhadap 50 persen dari 42 ribu regulasi yang
dianggap masih menghambat proses investasi masuk ke dalam negeri.
Kita tentunya masih perlu terus memadukan langkah dari berbagai pemangku
kepentingan untuk membangun sinergitas dalam mendukung satu visi meningkatkan
kualitas investasi dan keseimbangan penyebaran investasi, utamanya pada sektor riil
yang padat karya. Hilirisasi industri dan subtitusi impor kiranya perlu terus
digelorakan, agar dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja.
Oleh karena itu diperlukan adanya dukungan dari seluruh pemangku kepentingan
guna memastikan beragam terobosan kebijakan yang telah ditempuh pemerintah
dalam memastikan meningkatnya investasi, seperti Online Single Submission/OSS)
dipastikan berjalan lancar dengan dukungan penuh dari seluruh pemangku
kepentingan pusat dan daerah. Disamping itu, dengan telah dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019 tentang Pemberian Insentif dan
Kemudahan Investasi di Daerah, diharapkan akan terjadi akselerasi pertumbuhan
ekonomi melalui peningkatan investasi dan kemudahan berusaha.
Kita tentunya berharap K/L dan Pemerintah Daerah dapat menyatukan sinergitas
dalam memastikan berbagai regulasi dan kelembagaan yang dirancang untuk
memudahkan bergeraknya investasi tersebut dapat benar-benar berjalan di tataran
praksis, sehingga dipastikan adanya jaminan kecepatan dalam mngeluarkan izin
terhadap kegiatan usaha dan investasi yang berkaitan dengan industrialisasi, industri
produk substitusi impor, dan industri berorientasi ekspor serta yang lebih penting
adalah dapat dipastikan pengawalan yang terukur terhadap proses dan realisasi usaha
dan investasi yang sudah menerima izin.
Kedepan diharapkan upaya menarik investasi seyogyanya dapat terus fokus pada
investasi padat karya, industri pengolahan sumber daya alam, dan industri yang
berorientasi ekspor. Indonesia membutuhkan industri dengan serapan tenaga kerja
yang tinggi, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan penyerapan tenaga kerja,
sehingga investasi yang lebih kepada investasi yang padat karya dan industri
pengolahan. Misalnya investasi di industri makanan dari bahan baku hasil perikanan
memang tidak memiliki nilai yang cukup besar. Namun, keberadaannya dapat
membawa multiplier effect atau efek pengganda terhadap penyerapan tenaga kerja
dan peningkatan pendapatan nelayan dan hasil produksinya bisa diekspor untuk
mendongkrak devisa.
B. Rumusan Masalah
C. Pembahasan
Visi Indonesia Maju 2045 dengan melabuhkan Indonesia menjadi negara yang
memiliki pendapatan Rp 320 juta per kapita per tahun, dengan Produk Domestik
Bruto (PDB) mencapai 7 triliun dollar AS, sejatinya merupakan visi besar dalam
mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil, dan Makmur.
Salah satu yang menjadi pilar penting dalam menggapai visi besar Indonesia
Maju 2045 mendatang adalah memastikan berbagai langkah strategis dalam
penyiapan mendatangkan investasi ke Indonesia, hal ini diperlukan karena investasi
sangat berperan dalam membuka lapangan kerja seluas-luasnya, utamanya dalam
fokus menghilangkan hambatan investasi sehingga dapat menciptakan ekosistem yang
mendukung berkembangnya iklim investasi yang kondusif.
Dengan mengambil studi kasus pada perekonomian negara maju, teori Harrod-
Domard menyimpulkan bahwa investasi memiliki pengaruh ganda untuk jangka
panjang (long-term). Pada satu sisi, investasi berpengaruh terhadap perkembangan
produksi nasional suatu negara karena tersedianya stok modal yang menjadi faktor
penting kelangsungan dunia usaha. Di sisi lain, investasi berpengaruh pada
permintaan agregat. Oleh karena itu, untuk mencapai steady-state growth atau
pertumbuhan ekonomi yang mantap diperlukan kondisi di mana para pelaku usahanya
memiliki harapan dan pandangan yang cenderung stabil.
Visi Indonesia Maju 2045 harus menjadi perhatian serius kita semua untuk
mendukung akselerasinya, sehingga dapat menjadi kekuatan bangsa Indonesia dalam
menghadapi berbagai perubahan geostrategis ekonomi global. Diperlukan adanya
lompatan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan
mengupayakan mitigasi risiko akibat dinamika ekonomi global, melalui akselerasi
pembangunan demi mendekatkan visi Indonesia Maju, salah satunya dengan rencana
penerapan Omnibus Law.
Dengan adanya Omnibus Law diharapkan dapat menjadi lompatan besar dan
langkah terobosan dalam mengupayakan iklim investasi yang kondusif,
sehingga hyper-regulation baik sektoral maupun operasional yang selama ini menjadi
penghambat masuknya investasi diharapkan dapat diminimalisir guna memastikan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dapat berjalan sesuai harapan.
Dapat kita cermati bersama Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dan Omnibus
LawPerpajakan memiliki peranan yang sangat strategis dengan posisi yang saling
menguatkan serta mendukung iklim berinvestasi dengan mengharmonisasikan
berbagai bauran kebijakan fiskal maupun operasional yang komprehensif.
Harapannya sudah barang tentu akan terjadi kemudahan proses perizinan yang
dapat ditingkatkan dengan adanya integrasi hukum yang lebih dinamis sehingga
berkorelasi positif dalam meningkatkan daya tarik investasi serta sebagai katalisator
penggerak ekonomi nasional.
Upaya untuk menciptakan lompatan besar demi mendekatkan visi Indonesia Maju
tersebut pasti membutuhkan sinergi berbagai bauran kebijakan dalam mendukung
investasi yang dapat dilakukan menggunakan instrumen Omnibus Law sebagai
payung hukum lokomotif penggerak masuknya investasi.
Dalam publikasi World Bank pada September 2019 dengan judul ‘Global
Economic Risks and Implications for Indonesia’, kunci dari pertumbuhan ekonomi
terletak pada seberapa besar Penanaman Modal Asing (PMA). Data Badan
Koordinator Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan realisasi PMA Triwulan II
(periode April - Juni 2019) mengalami peningkatan dengan total realisasi investasi
mencapai US$6.992juta dibandingkan dengan Triwulan I yang masih di angka
US$6.080,7juta.
Namun World Bank mencatat PMA yang masuk ke Indonesia pada 5 tahun
terakhir hanya sebesar 1,9% dari PDB yang masih jauh di bawah Kamboja yang
mencapai 11,8% dari PDB, Vietnam 5,9% dari PDB, serta Malaysia yang mencapai
3,5% dari PDB.
Visi Indonesia Maju 2045 harus didukung dengan gebrakan baru dalam
mengupayakan pertumbuhan ekonomi dengan menggerakan sektor–sektor produktif
baru, yang salah satu kuncinya adalah dengan mempercepat laju investasi sebagai
modal utama penggerak ekonomi nasional.
Skema Omnibus Law diharapkan menjadi terobosan yang inovatif dalam upaya
debirokratisasi dan deregulasi sesuai dengan arahan Presiden Jokowi serta menjadi
momentum krusial dalam mendobrak laju investasi nasional karena
penerapan Omnibus Law akan dapat mengarahkan pada cipta lapangan kerja yang
substansinya menciptakan ekosistem investasi yang kondusif untuk penguatan
perekonomian dengan penciptaan dan perluasan lapangan kerja, peningkatan
ekosistem investasi dan kemudahan serta perlindungan UMKM.
Pemerintah daerah juga diharapkan bisa melakukan hal serupa untuk memangkas
peraturan daerah yang menghambat dan membebani, merombak aturan yang tumpang
tindih agar bisa fleksibel menghadapi perubahan dunia, dengan menjadikan visi besar
dan framework yang harus memiliki fokus yang jelas sinkron dan terpadu dengan
mengedepankan konsistensi.
D. Kesimpulan
Dalam era globalisasi, peranan penanaman modal semakin penting terutama bagi
Negara-negara yang sedang emmbangun seperti Indonesia sehingga kompetisi untuk
merebut investasi berada dalam kondisi yang semakin ketat dan kompetitif. Hal ini
terutama disebabkan kebutuhan akan modal pembangunan yang besar selalu menjadi
masalah utama.
Para investor atau pemilik modal selalu menggutamakan untuk melakukan investasi di
Negara yang dapat memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha. Hukum
merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan perlindungan hukum
yang diberikan suatu sutau Negara bagi kegiatan penanaman modal. Melalui sistem
hukum dan peraturan hukum yang dapat memberikan perlindungan, akan tercipta
kepastian (predictability), keadilan (fairness) dan efisiensi (efficiency) bagi pihak
penanaman modal.
E. Daftar Pustaka
Dari “Doing Business 2006”, Bank Dunia. Menjual Indonesia Lewat RUU
Penanaman Modal. Siaran Pers Jaring Advokasi Tambang, 16 Desember 2006.