Anda di halaman 1dari 4

Budi Haryanto Analisis Curah Hujan Untuk Kurva Intensity-Duration Frequency (IDF)

di Wilayah Tabang, Kabupaten Kutai Kertanegara

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK KURVA INTENSITY-DURATION FREQUENCY (IDF)


di WILAYAH TABANG, KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA

Oleh: Budi Haryanto

Abstract

Rainfall is the most important component in the hydrologic process. Rainfall characteristics are
intensity (I), duration (t), depth (d), and frequency. Intensity that is related to duration and frequency can
be expressed by Intensity – Duration Frequency curve (IDF). This IDF curve is very useful to determine
floods design using the Rational formula. In this study, daily rainfall depth was calculated by frequency
analysis, which was started by determining the daily maximum mean rainfall in Tabang, followed by
finding their statistical parameters to choose the best distribution. Finally, intensity was obtained using
Mononobe formula. Result of this study indicated that rainfall distribution in study area fit to Log Pearson
III.

Keywords: rainfall, intensity, duration, and frequency.

PENDAHULUAN Dalam perencanaan jalan misalnya,


analisis hidrologi perlu mendapat perhatian dengan
Wilayah Tabang, Kabupaten Kutai
seksama. Karena hasil analisis hidrologi
Kertanegara sebagai bagian Propinsi Kalimantan
selanjutnya menjadi masukan yang sangat
Timur saat ini juga tidak ketinggalan dalam geliat
menentukan dalam perencanaan drainase jalan.
pembangunan di wilayahnya. Terutama
Kegagalan sistem drainase jalan yang direncanakan
pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan,
akan dapat menyebabkan terjadinya luapan air
gedung-gedung perkantoran dan lain sebagainya.
yang menggenangi badan jalan. Apabila badan
Pembangunan jalan saat ini cukup menjadi
jalan tergenang oleh limpasan air permukaan,
perhatian. Hal ini dilakukan untuk menjawab
apalagi dalam waktu yang relatif cukup lama,
kebutuhan masyarakat untuk membuka
selain jelas mengakibatkan kerugian dari sisi
keterisoliran sehingga akses ke dan dari daerah-
ekonomi, genangan air tersebut lambat laun juga
daerah sekitarnya menjadi lebih mudah. Dengan
dapat menyebabkan kerusakan struktur jalan itu
demikian pada akhirnya diharapkan dapat memacu
sendiri. Kemungkinan tersebut sudah semestinya
gerak laju perekonomian daerah.
harus dihindari.
Tabang, seperti juga Kalimantan Timur
Dalam proses pengalihragaman hujan
pada umumnya, memiliki curah hujan yang cukup
menjadi aliran permukaan, terdapat beberapa sifat
tinggi. Oleh karena itu, sudah sewajarnya hal ini
hujan yang penting diperhatikan, antara lain adalah
mendapat perhatian terutama dalam kegiatan-
intensitas hujan, durasi atau lamanya kejadian
kegiatan perencanaan infrastruktur di atas. Karena
hujan, kedalaman hujan, frekuensi dan luas daerah
tentunya tidak diinginkan terjadinya kegagalan
tangkapan hujan (Soemarto, 1987). Komponen
fungsi bangunan karena banjir akibat hujan,
hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat dianalisis
misalnya. Di sini, ilmu hidrologi memegang
berupa hujan titik maupun hujan rerata yang
peranan penting dalam perencanaan.
meliputi luas daerah tangkapan (catchment area)
TINJAUAN PUSTAKA dari yang kecil hingga yang besar.
Hujan adalah komponen masukan penting Analisis hubungan dua parameter hujan
dalam proses hidrologi. Curah hujan yang tinggi yang penting berupa intensitas dan durasi hujan
terlebih bila dibarengi durasi hujan yang dapat dihubungkan secara statistik dengan
berlangsung lama akan dapat menyebabkan frekuensi kejadiannya. Penyajian secara grafis
terjadinya banjir. Kemungkinan terjadinya banjir hubungan ini dikenal berupa kurva Intensity-
akan makin besar bila alur sungai atau saluran Duration-Frequency (IDF). Intensitas hujan adalah
drainase tidak mempunyai kapasitas yang cukup ketinggian hujan yang terjadi pada suatu kurun
sehingga mampu memikul beban debit aliran waktu dimana air hujan yang jatuh tersebut
permukaan yang lewat akibat hujan. terkonsentrasi. (Loebis, 1982). Intensitas hujan
dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam.

Jurnal “ APLIKA”, Volume 7 Nomor 2, September 2007 38


Budi Haryanto Analisis Curah Hujan Untuk Kurva Intensity-Duration Frequency (IDF)
di Wilayah Tabang, Kabupaten Kutai Kertanegara

Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan Dalam analisis frekuensi dikenal istilah
dalam perhitungan debit banjir rencana berdasar kala ulang (return period). Kala ulang diartikan
metode Rasional. sebagai waktu dimana hujan atau debit dengan
besaran tertentu rata-rata akan disamai atau
Durasi hujan tidak lain adalah lamanya
dilampaui minimal sekali dalam jangka waktu
kejadian hujan (Sudjarwadi, 1987). Intensitas hujan
tersebut.
yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan
durasi yang pendek dan meliputi daerah yang
ANALISIS HIDROLOGI TABANG
relatif tidak terlalu luas. Hujan yang meliputi
daerah relatif luas jarang sekali dengan disertai Data Hujan
intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan
Data hujan harian maksimum tahunan
durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas
yang tercatat pada stasiun pengukuran hujan di
hujan tinggi dengan durasi yang panjang jarang
Tabang dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1998
terjadi, tetapi apabila terjadi berarti volume air
memperlihatkan data-data seperti yang ditunjukkan
hujan yang jatuh sangat besar.
dalam Tabel 1 berikut ini.
Sri Harto (1993) menyebutkan bahwa
analisis IDF memerlukan analisis frekuensi dengan Tabel 1. Data hujan Tabang
menggunakan seri data yang diperoleh dari
rekaman data hujan. Dalam statistik dikenal empat No Tahun Hujan (mm)
macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan 1 1993 63
dalam hidrologi yaitu distribusi Normal, Log- 2 1994 50
Normal, Gumbel dan Log Pearson III. Masing- 3 1995 106
masing distribusi mempunyai sifat yang khas,
4 1996 124
sehingga data curah hujan harus diuji
kecocokannya dengan sifat statistik masing-masing 5 1997 107
distribusi tersebut. 6 1998 60

Apabila di lapangan terdapat data hujan


Analisis Frekuensi
jam-jaman, maka intensitas curah hujan dihitung
menggunakan metode Talbot : Dari data hujan harian maksimum tahunan
seperti yang tertera dalam Tabel 1 di atas,
a dilakukan analisis frekuensi untuk distribusi
I (1) Normal, Log-Normal, Gumbel dan Log Pearson
bt
III. Hasilnya ditabulasi seperti yang ditunjukkan
dalam Tabel 2 berikut ini.
dengan:
I : intensitas curah hujan (mm/jam)
Tabel 2. Tabel analisis distribusi frekuensi data
t : durasi hujan (jam)
hujan Tabang
a dan b : konstanta yang tergantung lamanya
curah hujan yang terjadi di daerah
Curah Hujan Rancangan (mm)
aliran. Periode
Ulang Log-
Log
(thn) Normal Person Gumbel
Seandainya data curah hujan yang tersedia Normal
III
hanya curah hujan harian, maka untuk menghitung 2 85.00 80.19 80.61 80.82
intensitas hujan dapat digunakan rumus Mononobe 5 110.97 110.20 110.43 117.73
sebagai berikut : 10 124.58 130.18 129.78 142.17

2/3
15 131.38 141.48 137.35 153.89
R  24  20 135.71 149.18 145.36 165.61
I  24   (2)
24  t  25 139.42 156.12 153.84 173.05
30 141.58 160.31 157.20 177.63
dengan: 40 145.60 168.40 164.14 191.37
I : intensitas curah hujan (mm/jam) 50 148.38 174.23 171.38 195.95
T : durasi hujan (jam) 100 157.04 193.71 188.92 218.69
R24 : curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Jurnal “ APLIKA”, Volume 7 Nomor 2, September 2007 39


Budi Haryanto Analisis Curah Hujan Untuk Kurva Intensity-Duration Frequency (IDF)
di Wilayah Tabang, Kabupaten Kutai Kertanegara

Intensity-Duration-Frequency Curve selanjutnya digunakan dalam menentukan


intensitas hujan rancangan berdasarkan Persamaan
Setelah dilakukan pengujian terhadap ke
Mononobe (Pers.2) di atas. Hasil yang didapat
empat jenis distribusi frekuensi di atas, dipilih
ditunjukkan dalam Gambar 1 dan Tabel 3.
distribusi frekuensi Log-Person III yang

Tabel 3. Intensitas hujan (mm/jam) untuk berbagai periode ulang T

Pada Gambar. 1, persamaan garis Untuk periode ulang 50 tahun diperoleh


lengkung hujan untuk berbagai kala ulang persamaan kurva :
diperoleh dari Persamaan Mononobe. Persamaan (6)
2/3
Mononobe yang ditulis kembali : 171,38  24 
I 50   
24  t 
2/3
R24  24 
I   
24  t 
Untuk lebih memudahkan pembacaan
Jadi, untuk lengkung hujan 5, 10, 25 dan 50 sekaligus untuk kebutuhan praktis, selain dalam
tahunan adalah sebagai berikut. bentuk grafik IDF (Gambar. 1), hasil-hasil dari
Persamaan 2 untuk berbagai kala ulang
Untuk periode ulang 5 tahun diperoleh ditabulasikan pada Tabel 3.
persamaan kurva :
2/3 Intensity-Duration Frequency Curve
T=5 thn
110,43  24  TABANG
I5    (3) 350 T=10 thn

24  t  300
T=25 thn
T=50 thn
250
Intensity (mm/hour)

Untuk periode ulang 10 tahun diperoleh 200

persamaan kurva : 150

100

129,78  24 
2/3 (4)
I10   
50

24  t  0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
Untuk periode ulang 25 tahun diperoleh Duration (m inutes)

persamaan kurva :
Gambar 1. Kurva IDF kota Tabang
153,84  24 
2/3 (5)
I 25   
24  t 

Jurnal “ APLIKA”, Volume 7 Nomor 2, September 2007 40


Budi Haryanto Analisis Curah Hujan Untuk Kurva Intensity-Duration Frequency (IDF)
di Wilayah Tabang, Kabupaten Kutai Kertanegara

KESIMPULAN

1. Sebaran data curah hujan harian maksimum di


Tabang mengikuti distribusi Log Pearson III. PUSTAKA
2. Berdasarkan analisis frekuensi untuk curah
Joesron Loebis. (1982), ”Banjir Rencana untuk
hujan harian maksimum di Tabang diperoleh
Bangunan Air”, Departemen Pekerjaan
hujan rancangan untuk periode ulang 2, 5, 10,
Umum.
15, 20, 25, 30, 50 dan 100 tahunan berturut-
turut adalah 80,61; 110,43; 129,78; 137,35; Soemarto. CD. (1987), ”Hidrologi Teknik”, Usaha
145,36; 153,84; 157,20; 171,38; dan 188,92 Nasional, Surabaya.
mm.
Sosrodarsono. S., dan Takeda. (1999), “Hidrologi
3. Intensitas hujan yang berhubungan dengan utuk Pengairan”, PT. Pradnya Paramita,
durasi hujan dan frekuensinya dapat Jakarta.
diekspresikan dengan kurva IDF.
Sri Harto. Br. (1993), “Analisis Hidrologi”, PT.
4. Kurva IDF dapat digunakan untuk Gramredia, Jakarta.
mendapatkan intensitas hujan yang diperlukan
Sudjarwadi. (1987), “Teknik Sumber Daya Air”,
dalam menghitung banjir rencana dengan
PAU Ilmu Teknik UGM, Yogyakarta.
mempergunakan metode rasional.

Jurnal “ APLIKA”, Volume 7 Nomor 2, September 2007 41

41

Anda mungkin juga menyukai