Persamaan kesetimbangan
Rv Rv
Gambar 3.1.
M
Rh
Rv
Gambar 3.2
Pada struktur tiga dimensi, persamaan keseimbangan gaya pada sumbu x-y-z
dapat ditulis sebagai berikut:
ΣFx = 0 → Jumlah gaya-gaya pada arah sumbu X sama dengan nol
ΣFy = 0 → Jumlah gaya-gaya pada arah sumbu Y sama dengan nol
ΣFz = 0 → Jumlah gaya-gaya pada arah sumbu Z sama dengan nol
ΣMx = 0 → Jumlah momen dari gaya-gaya terhadap titik sembarang
pada sumbu sumbu X sama dengan nol
ΣMy = 0 → Jumlah momen dari gaya-gaya terhadap titik sembarang
pada sumbu sumbu Y sama dengan nol
ΣMz = 0 → Jumlah momen dari gaya-gaya terhadap titik sembarang
pada sumbu sumbu Z sama dengan nol ( 3.2. )
Struktur 3D mempunyai enam persamaan linear keseimbangan gaya,
sehingga akan dipeoleh enam bilangan yang belum diketaui (bilangan anu) .
Dengan demikian maka struktur 3D akan dapat dianalisis jika mempunyai
A B
a b
L
Gambar 3.3a.
RAH PH
B
RAV RBV
Gambar 3.3b.
Pada tumpuan A yang berupa sendi akan terjadi dua macam reaksi, yaitu
reaksi vertikal dan reaksi horizontal. Sedangkan pada tumpuan B yang berupa
rol hanya akan terjadi satu macam reaksi, yaitu reaksi vertikal. Kedua jenis
tumpuan ini tidak dapat menahan rotasi sehingga tidak terjadi momen.
Gambar 3.3b menunjukkan diagram benda bebas ( free body diagram ) dari
balok A-B, yang menggambarkan kondisi balok A-B beserta beban dan reaksi-
reaksi setaranya. RAV menyatakan komponen vertikal dari reaksi tumpuan A,
RAH menyatakan komponen horizontal dari reaksi tumpuan A, sedangkan RBV
menyatakan komponen vertikal dari reaksi tumpuan B.
Ketiga persamaan keseimbangan pada persamaan 3.1. dapat digunakan
untuk menghitung reaksi tumpuan di tumpuan A dan tumpuan B. Untuk mencari
besarnya reaksi tumpuan vertikal A ( RAV ) digunakan persamaan
kesetimbangan Σ MB = 0, yaitu jumlah momen dari gaya P dan gaya-gaya reaksi
di tumpuan A ( RAH dan RAV ) terhadap titik B sama dengan nol. Di sini perlu
diperhatikan perjanjian tanda untuk momen gaya, yaitu jika momen tersebut
berputar searah putaran jarum jam maka bertanda positif ( + ), dan bertanda
negatif ( - ) jika berarah sebaliknya.
Σ MB = 0
RAV . L + RAH . 0 - PV . b – PH . 0 = 0
RAV . L = PV . b
PV .b
RAV
L
Untuk mencari reaksi horizontal di A ( RAH ) dapat menggunakan
persamaan kesetimbangan ΣFx = 0 , yaitu jumlah gaya – gaya searah sumbu X
(sumbu horizontal) sama dengan nol. Dari gambar diagram benda bebas
1/4 L 1/4 L
L=8m
Gambar 3.4.
RAH PH=1,414
B
RAV RBV
Gambar 3.5.
Mencari reaksi di tumpuan A
Σ MB = 0
RAV . L + RAH . 0 - PV . 0,25 L – PH . 0 - M = 0
RAV . 8 + 0 - 1,414 . 0,25 . 8 – 0 - 5 = 0
RAV . 8 = + 2,828 + 5
7,828
RAV
8
RAV = 0,29785 KN
ΣFx = 0
RAH – PH = 0
RAH = PH
RAH = 1,414 KN
Mencari reaksi di tumpuan B
Σ MA = 0
- RBV . L + PV . 0,75 L – PH . 0 - M = 0
- RBV . 8 + 1,414 . 0,75 . 8 – 0 - 5 = 0
RBV . 8 = 8,484 - 5
3,484
RBV
8
RBV = 0,4355 KN
Kontrol kesetimbangan :
ΣFY = 0
RAV + RBV – PV = 0
0,29785 + 0,4355 - 1,414 = 0 → Terpenuhi
3.3. Gaya-gaya dalam
NF NF
Gambar 3.6.
SF SF
Gambar 3.7.
c.Momen lentur
Momen atau momen lentur adalah pengaruh hasil kali antara gaya – gaya
luar maupun reaksi tumpuan terhadap suatu titik yang ditinjau. Momen lentur
biasa dinotasikan dengan BM ( Bending Moment ).
BM BM
Gambar 3.8.
PV P
a b
Gaya-gaya dalam diperoleh dengan cara meninjau tampang pada titik yang
RAH = PH PH
akan dianalisis A dilihat kesetimbangan gaya antara
dan B gaya-gaya luar maupun
X
L
Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 31
PV .b PV .a
RAV RBV
L L
reaksi tumpuan dan gaya-gaya dalam yang harus ada pada tampang yang
ditinjau. Untuk menjelaskan hal ini perhatikan struktur balok sederhana pada
gambar 3.9. Dari analisis sebelumnya telah diperoleh reaksi pada tumpuan A
dan B seperti tergambar. Untuk meninjau gaya-gaya dalam pada titik X
(tampang X) dapat diasumsikan balok sederhana dipotong di X. Kemudian
ditinjau bagian potongan sebelah kiri X atau potongan sebelah kanan X.
Selanjutnya pada potongan balok tersebut diberikan gaya-gaya dalam seperti
termaksud di atas. Dengan menggunakan hukum kesetimbangan gaya pada
bagian potongan sebelah kiri atau bagian potongan sebelah kanan dapat dihitung
besarnya gaya-gaya dalam tersebut. Karena potongan X yang dibuat tersebut
posisinya sembarang, maka kita dapat menghitung gaya-gaya dalam di
sepanjang stuktur yang di analisis.
Gambar 3.9.
PH NXki ΣFx = 0
X PH – NXki = 0
NXki = PH
Gambar 3.10.
Gambar 3.11.
DXki ΣFy = 0
P .b
V D Xki 0
X L
PV .b P .b
D Xki V
L L
Gambar 3.12.
MX ΣMx = 0
P .b
V . X Mx 0
X L
P .b
V
P .b
MX V . X
ΣMx = 0 L
L Gambar 3.14. P .a
M X PV .(a X ) V . ( L X ) 0
Bagian potongan sebelah kanan: L
P .a
M X PV .a V . X PV .a PV . X
PV L
MX P .a
M X V . X PV . X
Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T.L
(a-X) V P .a P .b
33
(L-X) MX V . X
L L
Gambar 3.15.
N N
(+) berarti tarik
N N
(-) berarti tekan
Gambar 3.16.
DXka
Gambar 3.17.
DXka
DXki
Gambar 3.18.
c. Momen lentur
Momen lentur positip ditentukan:
1) Bila ditinjau bagian potongan batang sebeiah kiri menyebabkan momen
pada potongan tersebut mempunyai arah berlawanan dengan arah
putaran jarum jam, maka tanda momen tersebut adalah positip
2) Bila ditinjau bagian potongan batang sebelah kanan menyebabkan mo-
men pada potongan tersebut mempunyai arah searah dengan arah
putaran jarum jam, maka tanda momen tersebut adalah positip.
Gambar 3.19.
MX MX
Gambar 3.20.
Contoh kasus :
Balok sederhana satu bentang dibebani dua beban titik dengan posisi seperti
pada gambar berikut :
P1=16KN P2= 5 KN
4
RAH 3
A B
C D
3m 2m 3m
RAV RBV
Gambar 3.21.
P1 P2V
RAH A P2H B
C D
3m 2m 3m
RAV RBV
Gambar 3.22.
RAH = 3 KN NCki
A C
Gambar 3.23.
ΣFx = 0
RAH – NCki = 0
NCki = RAH = 3 KN
Di titik D
RAH = 3 KN P2H = 3 KN
A C D ND
Gambar 3.24.
ΣFx = 0
RAH – P2H – ND = 0
ND = RAH – P2H
ND = 3 -3
ND = 0 KN
Di titik B
A C D B
Gambar 3.25.
RAV=11,5 KN
Gambar 3.26.
ΣFy = 0
RAV – P1 - Dc = 0
11,5 – 16 - Dc = 0
Dc = - 4,5 KN
Di titik D :
P2v=4 KN
P1=16 KN
DD
C 2m D
A 3m
RAV=11,5 KN
Gambar 3.27.
Di titik B :
P2v=4 KN
P1=16 KN
DB
A 3m C 2m D 3m B
(+)
A C ( - )D B
-4,5 KN (-)
8,5 KN
Gambar 3.29.
4. Momen lentur
Di titik A :
A C
l = 3m
RAV
Gambar 3.30.
ΣMC = 0
RAV . l – Mc = 0
Mc = 11,5 . 3
Mc = 34,5 KNm
Di titik D :
P1=16 KN
MD
P2v=4 KN
A D
3m C 2m
RAV=11,5 KN
Gambar 3.31.
ΣMD = 0
RAV . l – P1 . l - MD = 0
MD = 11,5 . 5 – 16 . 2
MD = 25,5 KNm
Di titik B :
P2v=4 KN
P1=16 KN
MD
A 3m C 2m D 3m B
ΣMB = 0
RAV . l – P1 . l – P2V . l – MB = 0
MB = 11,5 . 8 – 16 . 5 – 4 . 3
MB = 0 KNm
(+)
Gambar 3.33.