Anda di halaman 1dari 19

3.

Persamaan kesetimbangan

3.1. Syarat-syarat kesetimbangan


Suatu benda akan berada dalam kesetimbangan apabila besarnya gaya aksi
sama dengan gaya reaksi. Dengan kata lain, jumlah atau resultan semua gaya
sama dengan nol, dan resultan semua momen terhadap suatu titik sembarang
pada benda tersebut sama dengan nol. Gaya aksi merupakan gaya luar,
sedangkan gaya reaksi merupakan gaya dalam. Gaya reaksi merupakan gaya
tumpuan, maka reaksi tumpuan adalah besarnya gaya dalam yang dilakukan
oleh tumpuan untuk mengimbangi gaya luar agar benda dalam kesetimbangan.
Oleh karena itu, besarnya gaya reaksi sama dengan jumlah gaya luar yang
bekerja (membebani) suatu konstruksi.
Pada struktur dua dimensi, gaya-gaya tersebut dinyatakan dalam gaya-gaya
pada arah sumbu X dan gaya-gaya pada arah sumbu Y, maka persamaan
kesetimbangan yang harus dipenuhi adalah:
Σ Fx = 0 ; Jumlah gaya pada arah sumbu x sama dengan nol
Σ Fy = 0 ; Jumlah gaya pada arah sumbu y sama dengan nol
ΣM=0 ; Jumlah momen dari gaya-gaya tersebut terhadap sembarang
titik pada bidang x-y sama dengan nol. ( 3.1.)
Melalui ketiga persamaan kesetimbangan pada struktur dua dimensi
tersebut, dapat dihitung paling banyak tiga bilangan yang belum diketahui
( bilangan anu ). Sehingga, struktur yang dapat dianalisis dengan menggunakan
persamaan kesetimbangan di atas adalah struktur statis tertentu dua dimensi
yang hanya memiliki tiga reaksi.
Contoh struktur statis tertentu dua dimensi yang hanya memiliki tiga reaksi
adalah:
a. Struktur balok sederhana (simple beam), yang ditumpu dikedua ujungnya
dengan satu tumpuan berupa tumpuan sendi (mempunyai dua reaksi tumpuan,
Rv dan Rh) dan satu ujung lagi berupa tumpuan rol (mempunyai satu reaksi
tumpuan, Rv).

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 25


Rh

Rv Rv

Gambar 3.1.

b. Struktur kantilever, yaitu struktur yang ditumpu dengan tumpuan jepit


pada satu ujung ( mempunyai tiga reaksi Rv, Rh, dan M) , dan ujung lainnya
bebas (tidak ada tumpuan).

M
Rh

Rv

Gambar 3.2

Pada struktur tiga dimensi, persamaan keseimbangan gaya pada sumbu x-y-z
dapat ditulis sebagai berikut:
ΣFx = 0 → Jumlah gaya-gaya pada arah sumbu X sama dengan nol
ΣFy = 0 → Jumlah gaya-gaya pada arah sumbu Y sama dengan nol
ΣFz = 0 → Jumlah gaya-gaya pada arah sumbu Z sama dengan nol
ΣMx = 0 → Jumlah momen dari gaya-gaya terhadap titik sembarang
pada sumbu sumbu X sama dengan nol
ΣMy = 0 → Jumlah momen dari gaya-gaya terhadap titik sembarang
pada sumbu sumbu Y sama dengan nol
ΣMz = 0 → Jumlah momen dari gaya-gaya terhadap titik sembarang
pada sumbu sumbu Z sama dengan nol ( 3.2. )
Struktur 3D mempunyai enam persamaan linear keseimbangan gaya,
sehingga akan dipeoleh enam bilangan yang belum diketaui (bilangan anu) .
Dengan demikian maka struktur 3D akan dapat dianalisis jika mempunyai

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 26


paling banyak enam reaksi tumpuan. Struktur yang seperti ini disebut dengan
struktur statis tertentu Tiga Dimensi.
Pada struktur dalam satu bidang, terdapat beberapa kondisi khusus yang
mungkin terjadi:
1. Jika hanya terdapat dua buah gaya, maka sistem akan setimbang jika
kedua gaya tersebut sama besarnya sedangkan arahnya saling berlawanan
2. Jika hanya terdapat tiga buah gaya, maka sistem akan setimbang jika
ketiga gaya tersebut memiliki satu titik tangkap yang sama atau disebut
sebagai gaya konkruen
3. Gaya-gaya yang tidak dalam kondisi setimbang dapat direduksi menjadi
satu gaya resultan dan satu momen resultan.

3.2. Diagram benda bebas dan Perhitungan reaksi tumpuan


Beban yang bekerja pada suatu struktur ditransmisikan melalui berbagai
bagian dari struktur tersebut ke sejumlah titik atau tumpuan tertentu. Resultan
gaya dan resultan momen yang terjadi pada titik atau tumpuan ini disebut
sebagai reaksi tumpuan. Dalam perhitungan reaksi tumpuan, pada prinsipnya
antara beban atau gaya luar yang bekerja pada struktur dan reaksi tumpuan
mempunyai arah yang saling berlawanan agar tercipta kesetimbangan gaya.
Biasanya reaksi tumpuan digambarkan pada arah sumbu X dan sumbu Y,
dengan perjanjian tanda gaya bernilai positif jika searah dengan sumbu X dan
sumbu Y positif dan bernilai negatif jika berarah sebaliknya.
Balok sederhana satu bentang A-B dengan panjang bentang L, memiliki
tumpuan A berupa sendi dan tumpuan B berupa rol, dibebani sebuah beban
terpusat berupa gaya miring P di tengah bentang ( gambar 3.3a.). Akan dicari
besarnya reaksi di setiap tumpuan.
P

A B
a b
L

Gambar 3.3a.

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 27


PV P

RAH PH
B

RAV RBV

Gambar 3.3b.
Pada tumpuan A yang berupa sendi akan terjadi dua macam reaksi, yaitu
reaksi vertikal dan reaksi horizontal. Sedangkan pada tumpuan B yang berupa
rol hanya akan terjadi satu macam reaksi, yaitu reaksi vertikal. Kedua jenis
tumpuan ini tidak dapat menahan rotasi sehingga tidak terjadi momen.
Gambar 3.3b menunjukkan diagram benda bebas ( free body diagram ) dari
balok A-B, yang menggambarkan kondisi balok A-B beserta beban dan reaksi-
reaksi setaranya. RAV menyatakan komponen vertikal dari reaksi tumpuan A,
RAH menyatakan komponen horizontal dari reaksi tumpuan A, sedangkan RBV
menyatakan komponen vertikal dari reaksi tumpuan B.
Ketiga persamaan keseimbangan pada persamaan 3.1. dapat digunakan
untuk menghitung reaksi tumpuan di tumpuan A dan tumpuan B. Untuk mencari
besarnya reaksi tumpuan vertikal A ( RAV ) digunakan persamaan
kesetimbangan Σ MB = 0, yaitu jumlah momen dari gaya P dan gaya-gaya reaksi
di tumpuan A ( RAH dan RAV ) terhadap titik B sama dengan nol. Di sini perlu
diperhatikan perjanjian tanda untuk momen gaya, yaitu jika momen tersebut
berputar searah putaran jarum jam maka bertanda positif ( + ), dan bertanda
negatif ( - ) jika berarah sebaliknya.
Σ MB = 0
RAV . L + RAH . 0 - PV . b – PH . 0 = 0
RAV . L = PV . b
PV .b
RAV 
L
Untuk mencari reaksi horizontal di A ( RAH ) dapat menggunakan
persamaan kesetimbangan ΣFx = 0 , yaitu jumlah gaya – gaya searah sumbu X
(sumbu horizontal) sama dengan nol. Dari gambar diagram benda bebas

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 28


(gambar 3.3b.) tampak bahwa gaya yang memiliki komponen arah sumbu
horizontal adalah komponen gaya Px dan reaksi horizontal A ( RAH ).
ΣFx = 0
RAH – PH = 0
RAH = PH
Untuk mencari reaksi vertikal di tumpuan B dapat menggunakan persamaan
kesetimbangan Σ MA = 0, yaitu jumlah momen dari gaya P dan gaya-gaya reaksi
di tumpuan B ( RBV ) terhadap titik A sama dengan nol.
Σ MA = 0
- RBV . L + PV . a – PH . 0 = 0
RBV . L = PV . a
PV .a
RBV 
L
Selain itu, jika reaksi vertikal di tumpuan A telah diketahui, untuk mencari
reaksi vertikal di tumpuan B dapat juga dengan menggunakan persamaan
kesetimbangan ΣFY= 0 , yaitu jumlah gaya–gaya searah sumbu Y ( sumbu
vertikal ) sama dengan nol. Dari gambar diagram benda bebas ( gambar 3.3b. )
tampak bahwa gaya yang memiliki komponen arah sumbu vertikal adalah
komponen gaya PY, reaksi vertikal di tumpuan A ( RAV ) dan reaksi vertikal di
tumpuan B ( RBV ).
ΣFY = 0
RAV + RBV – PV = 0
RBV = PV - RAV
Contoh kasus :
Suatu balok sederhana satu bentang menerima beban berupa satu beban titik
miring dan satu momen dengan posisi seperti pada gambar berikut:
P=2 KN
M=5 KNm
45°
A B

1/4 L 1/4 L
L=8m
Gambar 3.4.

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 29


Penyelesaian:
Gambar diagram benda bebas dari balok di atas adalah sebagai berikut :
PV=1,414

RAH PH=1,414
B

RAV RBV
Gambar 3.5.
Mencari reaksi di tumpuan A
Σ MB = 0
RAV . L + RAH . 0 - PV . 0,25 L – PH . 0 - M = 0
RAV . 8 + 0 - 1,414 . 0,25 . 8 – 0 - 5 = 0
RAV . 8 = + 2,828 + 5
7,828
RAV 
8
RAV = 0,29785 KN
ΣFx = 0
RAH – PH = 0
RAH = PH
RAH = 1,414 KN
Mencari reaksi di tumpuan B
Σ MA = 0
- RBV . L + PV . 0,75 L – PH . 0 - M = 0
- RBV . 8 + 1,414 . 0,75 . 8 – 0 - 5 = 0
RBV . 8 = 8,484 - 5
3,484
RBV 
8
RBV = 0,4355 KN
Kontrol kesetimbangan :
ΣFY = 0
RAV + RBV – PV = 0
0,29785 + 0,4355 - 1,414 = 0 → Terpenuhi
3.3. Gaya-gaya dalam

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 30


Gaya-gaya dalam pada struktur yang dianalisis merupakan gaya-gaya yang
timbul atau terjadi di dalam penampang struktur yang diakibatkan oleh
pembebanan dan reaksi tumpuan. Gaya-gaya dalam ini dapat berupa:
a.Gaya aksial (gaya normal)
Gaya aksial ( gaya normal ) adalah gaya yang mempunyai arah searah
dengan sumbu batang atau terletak tegak lurus pada potongan normal batang.
Gaya aksial biasa dinotasikan N atau NF ( Normal Force ).

NF NF

Gambar 3.6.

b. Gaya lintang (gaya geser)


Gaya lintang ( gaya geser ) adalah gaya yang mempunyai arah tegak lurus
sumbu batang atau terletak pada potongan normal batang. Gaya lintang biasa
dinotasikan dengan D atau SF ( Shearing Force ).

SF SF

Gambar 3.7.
c.Momen lentur
Momen atau momen lentur adalah pengaruh hasil kali antara gaya – gaya
luar maupun reaksi tumpuan terhadap suatu titik yang ditinjau. Momen lentur
biasa dinotasikan dengan BM ( Bending Moment ).

BM BM

Gambar 3.8.
PV P
a b
Gaya-gaya dalam diperoleh dengan cara meninjau tampang pada titik yang
RAH = PH PH
akan dianalisis A dilihat kesetimbangan gaya antara
dan B gaya-gaya luar maupun
X
L
Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 31

PV .b PV .a
RAV  RBV 
L L
reaksi tumpuan dan gaya-gaya dalam yang harus ada pada tampang yang
ditinjau. Untuk menjelaskan hal ini perhatikan struktur balok sederhana pada
gambar 3.9. Dari analisis sebelumnya telah diperoleh reaksi pada tumpuan A
dan B seperti tergambar. Untuk meninjau gaya-gaya dalam pada titik X
(tampang X) dapat diasumsikan balok sederhana dipotong di X. Kemudian
ditinjau bagian potongan sebelah kiri X atau potongan sebelah kanan X.
Selanjutnya pada potongan balok tersebut diberikan gaya-gaya dalam seperti
termaksud di atas. Dengan menggunakan hukum kesetimbangan gaya pada
bagian potongan sebelah kiri atau bagian potongan sebelah kanan dapat dihitung
besarnya gaya-gaya dalam tersebut. Karena potongan X yang dibuat tersebut
posisinya sembarang, maka kita dapat menghitung gaya-gaya dalam di
sepanjang stuktur yang di analisis.

Gambar 3.9.

Tinjauan gaya normal ( gaya aksial )


Bagian potongan sebelah kiri :

PH NXki ΣFx = 0
X PH – NXki = 0
NXki = PH

Gambar 3.10.

Bagian potongan sebelah kanan:


ΣFx = 0
NXka PH NXka - PH = 0
Mekanika Teknik I – PTS/B UNS NXka =
Anis Rahmawati, PH
M.T. 32
(L-X)

Gambar 3.11.

Tinjauan gaya geser ( gaya lintang )


Bagian potongan sebelah kiri :

DXki ΣFy = 0
P .b
 V  D Xki  0
X L
PV .b P .b
D Xki  V
L L

Gambar 3.12.

Bagian potongan sebelah kanan:


ΣFy = 0
PV P .a
 V  PV  D Xka  0
L
DXka
(L-X)
PV .a P .(a  b  a )
D Xka  V
L
L P .b
D Xka  V
Gambar 3.13. L

Tinjauan Momen lentur


Bagian potongan sebelah kiri :

MX ΣMx = 0
P .b
 V . X  Mx  0
X L
P .b
V
P .b
MX  V . X
ΣMx = 0 L
L Gambar 3.14. P .a
M X  PV .(a  X )  V . ( L  X )  0
Bagian potongan sebelah kanan: L
P .a
M X  PV .a  V . X  PV .a  PV . X
PV L
MX P .a
M X   V . X  PV . X
Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T.L
(a-X) V P .a P .b
33

(L-X) MX  V . X
L L
Gambar 3.15.

3.4. Perjanjian tanda


Perjanjian tanda diperlukan untuk menentukan tanda positif atau negatif dari
gaya – gaya dalam.
a. Gaya Aksial (Gaya Normal)
Tanda positip gaya aksial menunjukkan gaya aksial tarik (arah gaya dalam
menjauhi bagian potongan yang ditinjau). Sedangkan tanda negatip untuk
gaya aksial menunjukkan gaya aksial desak/tekan (arah gaya dalam mendekati
bagian potongan yang ditinjau).

N N
(+) berarti tarik

N N
(-) berarti tekan

Gambar 3.16.

b. Gaya Lintang (Gaya Geser)


Untuk menentukan tanda gaya geser positip atau negatip perhatikan
skema keadaan bagian potongan batang seperti di bawah ini.
Gaya geser positip ditentukan:
1) Bila ditinjau bagian potongan sebelah kiri, gaya lintang pada potongan
tersebut berarah kebawah
2) Bila ditinjau bagian potongan sebelah kanan, gaya lintang pada potongan
tersebut berarah keatas

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 34


DXki

DXka

Bagian Sebelah Kiri Potongan X Bagian Sebelah Kanan Potongan X

Gambar 3.17.

Gaya geser negatip ditentukan:


1) Bila ditinjau bagian potongan sebelah kiri, gaya lintang pada potongan
tersebut berarah ke atas,
2) Bila ditinjau bagian potongan sebalah kanan, gaya lintang pada
potongan tersebut berarah ke bawah.

DXka

DXki

Bagian Sebelah Kiri Potongan X Bagian Sebelah Kanan Potongan X

Gambar 3.18.

c. Momen lentur
Momen lentur positip ditentukan:
1) Bila ditinjau bagian potongan batang sebeiah kiri menyebabkan momen
pada potongan tersebut mempunyai arah berlawanan dengan arah
putaran jarum jam, maka tanda momen tersebut adalah positip
2) Bila ditinjau bagian potongan batang sebelah kanan menyebabkan mo-
men pada potongan tersebut mempunyai arah searah dengan arah
putaran jarum jam, maka tanda momen tersebut adalah positip.

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 35


MX MX

Bagian Sebelah Kiri Potongan X Bagian Sebelah Kanan Potongan X

Gambar 3.19.

Momen lentur negatip ditentukan:


1) Bila ditinjau bagian potongan batang sebeiah kiri menyebabkan momen
pada potongan tersebut mempunyai arah searah dengan arah putaran
jarum jam, maka tanda momen tersebut adalah negatip
2) Bila ditinjau bagian potongan batang sebelah kanan menyebabkan mo-
men pada potongan tersebut mempunyai arah berlawanan dengan arah
putaran jarum jam, maka tanda momen tersebut adalah negatip.

MX MX

Bagian Sebelah Kiri Potongan X Bagian Sebelah Kanan Potongan X

Gambar 3.20.

3.5. Diagram Gaya- Gaya Dalam


Hasil perhitungan gaya – gaya dalam selanjutnya dapat digambarkan
menjadi gambar diagram gaya normal ( NFD = Normal Force Diagram ),
diagram gaya geser ( SFD = Shear Force Diagram ) dan diagram momen
( BMD = Bending Momen Diagram ). Dengan menggunakan gambar diagram
tersebut dapat ditentukan besarnya masing-masing gaya dalam di sembarang
titik di sepanjang struktur.
Ketentuan umum mengenai penggambaran diagram gaya-gaya dalam
adalah:

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 36


a. Garis netral adalah garis yang digambarkan sejajar dengan sumbu batang
untuk memproyeksikan titik-titik tertentu yang di cari momen, gaya normal
dan gaya gesernya.
b. Momen positif digambarkan di bawah garis netral dan di beri tanda (+) atau
diarsir tegak.
c. Momen negatif digambarkan di atas garis netral dan diberi tanda (-) atau di
arsir mendatar.
d. Diagram gaya normal digambarkan di bawah garis netral jika positif (+) /
tarik / batang memanjang, serta diarsir tegak
e. Diagram gaya normal digambarkan di atas garis netral jika negatif (-) /
tekan / batang memendek, serta diarsir mendatar
f. Diagram gaya geser digambarkan di atas garis netral apabila positif serta di
arsir tegak.
g. Diagram gaya geser digambarkan di bawah garis netral bila negatif serta di
arsir mendatar.
h. Penggambaran diagram di buat dengan menggunakan skala gaya ataupun
skala panjang

Contoh kasus :
Balok sederhana satu bentang dibebani dua beban titik dengan posisi seperti
pada gambar berikut :

P1=16KN P2= 5 KN

4
RAH 3
A B
C D

3m 2m 3m

RAV RBV

Gambar 3.21.

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 37


Gambarkan diagram gaya geser ( SFD ) , diagram gaya normal ( NFD ),
dan diagram momen lentur ( BMD ) dari struktur balok tersebut !
Penyelesaian :
Gambar diagram benda bebas dari balok di atas adalah sebagai berikut :

P1 P2V

RAH A P2H B
C D
3m 2m 3m
RAV RBV

Gambar 3.22.

1. Perhitungan reaksi tumpuan :


Mencari reaksi di tumpuan A
Σ MB = 0
RAV . 8 + RAH . 0 - P1 . 5 – P2V . 3 – P2H . 0 = 0
RAV . 8 + 0 - 16 . 5 – 4 . 3 - 0 = 0
RAV . 8 = 80 + 12
92
RAV 
8
RAV = 11,5 KN
ΣFx = 0
RAH – P2H = 0
RAH = P2H
RAH = 3 KN
Mencari reaksi di tumpuan B
Σ MA = 0
- RBV . 8 + P2V . 5 + P2H . 0 + P1 . 3 = 0
- RBV . 8 + 4 . 5 – 0 + 16 . 3 = 0
RBV . 8 = 20 + 48
68
RBV 
8
RBV = 8,5 KN

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 38


Kontrol kesetimbangan :
ΣFY = 0
RAV + RBV – P1 – P2V = 0
11,5 + 8,5 – 16 - 4 = 0 → Terpenuhi

2. Gaya Normal ( gaya aksial )


Di titik A
Gaya normal di titik A = RAH = 3 KN
Di titik C

RAH = 3 KN NCki
A C

Gambar 3.23.

ΣFx = 0
RAH – NCki = 0
NCki = RAH = 3 KN

Di titik D

RAH = 3 KN P2H = 3 KN
A C D ND

Gambar 3.24.

ΣFx = 0
RAH – P2H – ND = 0
ND = RAH – P2H
ND = 3 -3
ND = 0 KN

Di titik B

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 39


Gaya normal di titik B = 0 KN

Gambar Diagram Gaya Normal (NFD) untuk balok AB adalah sebagai


berikut :
3 KN

A C D B

Gambar 3.25.

3. Gaya geser ( gaya lintang )


Di titik A :
Gaya geser di titik A = RAV = 11,5 KN
Di titik C :
P1=16 KN
DC
A C
3m

RAV=11,5 KN
Gambar 3.26.
ΣFy = 0
RAV – P1 - Dc = 0
11,5 – 16 - Dc = 0
Dc = - 4,5 KN

Di titik D :

P2v=4 KN
P1=16 KN
DD
C 2m D
A 3m

RAV=11,5 KN

Gambar 3.27.

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 40


ΣFy = 0
RAV – P1 – P2V - DD = 0
11,5 – 16 - 4 - DD = 0
DD = - 8,5 KN

Di titik B :
P2v=4 KN
P1=16 KN
DB
A 3m C 2m D 3m B

RAV=11,5 KN RBV = 8,5 KN


Gambar 3.28.

Gaya geser di titik B = RBV = 8,5 KN


Di titik B diagram gaya geser harus berada di titik 0
Kontrol : ΣFy = 0
RAV – P1 – P2V – DB + RBV = 0
11,5 – 16 - 4 – DB + 8,5 = 0
DB = 0 KN→ memenuhi
Gambar Diagram Gaya Geser ( SFD ) untuk balok AB adalah sebagai
berikut :
11,5 KN

(+)

A C ( - )D B
-4,5 KN (-)

8,5 KN
Gambar 3.29.
4. Momen lentur
Di titik A :

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 41


Momen di titik A = 0 KNm, karena titik A merupakan tumpuan
sendi yang tidak dapat menahan momen.
Di titik C :
MC

A C
l = 3m
RAV

Gambar 3.30.

ΣMC = 0
RAV . l – Mc = 0
Mc = 11,5 . 3
Mc = 34,5 KNm

Di titik D :
P1=16 KN
MD
P2v=4 KN
A D
3m C 2m

RAV=11,5 KN

Gambar 3.31.
ΣMD = 0
RAV . l – P1 . l - MD = 0
MD = 11,5 . 5 – 16 . 2
MD = 25,5 KNm

Di titik B :

P2v=4 KN
P1=16 KN
MD

A 3m C 2m D 3m B

RAV=11,5 KN RBV = 8,5 KN

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 42


Gambar 3.32.

ΣMB = 0
RAV . l – P1 . l – P2V . l – MB = 0
MB = 11,5 . 8 – 16 . 5 – 4 . 3
MB = 0 KNm

Keterangan: momen di titik B harus bernilai 0 ( nol ) karena titik B


merupakan tumpuan rol yang tidak dapat menahan momen.
Gambar Diagram Momen Lentur ( BMD ) untuk balok AB adalah sebagai
berikut:

(+)

Gambar 3.33.

Mekanika Teknik I – PTS/B UNS Anis Rahmawati, M.T. 43

Anda mungkin juga menyukai