Anda di halaman 1dari 1

Macapat

Pengertian
Macapat adalah membaca sembari berkidung. Apa yang semula dibaca, kini dinyanyikan. Ada
sembilan ragam tembang macapat, yaitu: dhandanggula, sinom, asmaradana, pangkur, mijil, gambuh,
durma, maskumambang, dan pucung. Bagaimana gesture saat orang melakukan macapat? 1). Orang duduk
bersila dengan rileks, 2). Tidak terpacak kaku (jinggleng njepaplem), 3) Tidak terlalu serius alias tak
bergerak, 4) Tidak muram (njethutut) sambil mengurut dahi (njengkerut).

Lectio Divina
Macapat rupanya sejalan dengan tradisi lectio divina continua yang sudah dipraktikkan dalam liturgi
gereja berabad-abad. Lectio divina artinya mendaras bacaan suci. Mirip tembang macapat, dalam lectio
divina teks kitab suci dibaca dengan cara menyanyikannya. Seperti kita ketahui bersama bahwa terdapat
empat tahap lectio divina, yakni lectio, meditatio,oratio, dan comtemplatio. Menurut Sindhunata, melalui
lectio divina orang menjalankan ruminatio.
Ruminatio berarti mengunyah berulang-ulang atau memamah berkali-kali. Ibarat seekor kerbau, sapi,
dan kambing, hewan ternak itu sambil rebahan terkantuk-kantuk akan mengunyah asupannya kembali.
Sepertinya, ternak itu tertidur namun sejatinya sedang mengalami kenikmatan puncak.
Ruminatio merupakan unsur baku lectio divina. Dalam lectio divina orang mengunyah sabda Tuhan seperti
kerbau nggayemi rumput segar tiada henti. Berkat ruminatio, orang merasa tenteram, damai ikhlas, tidak
angkuh, dan tidak menginginkan segala sesuatu yang mustahil diraih. Seperti yang dikidungkan Kitab
Mazmur, ''Jiwaku tenang laksana bayi di pangkuan bunda. Bagai bayi sehabis menetek, jiwaku tenteram
dan damai.''
Ketekunan menjalankan lectio divina bakal membuahkan florilegia-buket rohani. Saat orang
mengidungkan sabda Tuhan, ia bisa jadi menemukan kuotasi atau kata-kata yang menyentuh hati. Kuotasi
itu merupakan pencerahan yang bisa menjadi daya dorong adanya laku pertobatan dan pembaruan hidup.
Kuotasi yang dicatat dalam buku harian lama-lama terkumpul banyak. Catatan itulah yang disebut dengan
buket rohani. Dengan demikian, lectio divina bukan usaha akal budi untuk memahami sabda Ilahi,
melainkan upaya manusia yang hendak menyatu dengan kehendak Ilahi manunggaling kawula lan Gusti).
Buku Injil Papat Piwulang Sang Guru Sejati ing Tembang Macapat gubahan Sindhunata dan Suwandi
merupakan karya klasik sekaligus unik. Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes berbahasa Jawa, digubah
Sindhunata dan Suwandi secara lengkap dalam bentuk tembang macapat. Gereja Katolik punya kebiasaan
kuno lectio divina, yang sudah menjadi tradisi berabad-abad. Lectio divina merupakan tradisi mendaras
kitab suci para rohaniwan di biara dan rahib di pertapaan dengan cara mengidungkannya. Ibadat menjadi
indah karena dinyanyikan. Lectio divina juga merupakan japa mantra buat menolak segala niat jahat.

Peranan Macapat
Macapatan dilengkapi dengan suguhan wedang kopi atau teh, dan kudapan. Seraya mendengarkan
kekidungan, hadirin menyeruput wedang dan mengemil jajanan. Ajaran serius, dalam, dan berat yang
disampaikan lewat kidung macapat jadi mudah merasuk kalbu dan bersemayam dalam ingatan. Bagi orang
Jawa, tembang macapat memiliki daya magis yang membuat siapa pun bisa membatinkan kebajikan
leluhur. Tembang macapat ada yang bisa mengusir segala bentuk kesialan bila didaras berulang-ulang di
tengah malam — misalnya Kidung Montrowedha — bakal menjauhkan orang dari mara bahaya.1 Kidung
macapat Injil dalam buku ini sangat cocok digunakan dalam acara selapanan (peringatan 35 hari kelahiran
jabang bayi), malem midodaren (acara menjelang pesta pernikahan), dan pengetan memule arwah (malam
tirakatan mengenang arwah leluhur). Semoga melalui buku ini, seperti Sindhunata, pembaca mampu pula
nggayemi dan menggulirkan kebersahajaan florilegia-nya.

Sumber buku : Injil Papat : Piwulang Guru Sejati ing Tembang Macapat
GP. Sindhunata SJ dan Ag. Suwandi
Boekoe Tjap Petroek, Jogjakarta, Mei 2008

1
Ana kidung rumeksa ing wengi/Teguh ayu luput ing lelara/Luput ing bilahi kabeh/Jim setan datan purun/Paneluhan
tan ana wani/Miwah panggawe ala/Gunaning wong luput/Geni atemahan tirta/maling adoh tan wani perak ing
mami/Tuju guna pan sirna (Ada kidung penguasa malam/Sehat dijauhkan dari penyakit/Terbebas dari semua
kesialan/Jin dan setan tidak mau mendekat/Teluh tidak mempan/Termasuk hasrat mencelakai/guna-guna orang
keblinger/Api ditaklukkan air/Pencuri menjauh tak berani mendekat/Segala niat jahat pun sirna).”

Anda mungkin juga menyukai