Anda di halaman 1dari 4

Pernahkah Kredit Anda Ditolak...

KARENA BI-CHECKING ?

Sebuah percakapan di suatu siang yang terik di salah satu bank di Jakarta….

“Mohon maaf Pak Adhie, permohonan kredit Bapak tidak dapat Kami setujui.
Berdasarkan data BI-Checking (informasi kredit) yang berasal dari Sistem Informasi
Debitur, Bapak tercatat memiliki kredit macet di bank lain.” Cerita selanjutnya, Pak
Adhie merasa aneh dan terganggu karena sang Customer Service bank tersebut
bisa mengetahui kondisi kreditnya di bank lain, padahal bukankah hal tersebut
harusnya menjadi rahasia. Pak Adhie pun berusaha mengingat – ingat kata – kata
sang Customer Service tadi. BI-Checking ? Sistem Informasi Debitur ?

BI-Checking dan SID

Mungkin pertanyaan Pak Adhie di atas pernah juga Anda tanyakan kepada bank,
terutama bagi anda yang permohonan kreditnya pernah ditolak. Apa sebenarnya
yang dimaksud dengan BI-Checking ? Apa pula sebenarnya Sistem Informasi
Debitur ? BI-Checking adalah proses pengecekan oleh lembaga keuangan baik bank
maupun non-bank, kepada suatu system yang disebut Sistem Informasi Debitur
(SID) yang dikelola Bank Indonesia. Sedangkan informasi Debitur Individual (IDI)
merupakan output dari SID. SID sendiri berisi data debitur dari seluruh anggotanya
yang terdiri dari Bank Umum, BPR, dan beberapa Perusahaan Pembiayaan.

Cara kerjanya, semua lembaga tersebut menyampaikan laporan setiap bulannya


kepada Bank Indonesia, yang berisikan seluruh data debitur termasuk kondisi
fasilitas kredit untuk posisi akhir bulan sebelumnya. Laporan ini disampaikan
anggota SID antara tanggal 1 s/d 12 setiap bulan untuk posisi laporan bulan
sebelumnya. Selanjutnya, laporan tersebut akan diolah dalam SID dan
menghasilkan output berupa BI-Checking/IDI. Data yang ditampilkan pada IDI
berupa informasi identitas debitur dan kondisi fasilitas kredit/pembiayaan, dan
kondisi pembayaran selama 24 (dua puluh empat) bulan terakhir sejak posisi data
dalam BI-Checking tersebut di-update.

Lalu, informasi apa saja yang bisa menunjukkan kondisi pembayaran ? Kondisi
pembayaran antara lain digambarkan dengan informasi hari tunggakan dan kualitas
kredit. Apakah statusnya lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan,
atau macet. Contohnya apabila anda pernah menunggak pembayaran kredit dan
dikategorikan macet dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir maka data tsb akan
terlihat di BI-Checking yang anda akses saat ini.

Namun, perlu dipahami bahwa informasi kualitas kredit ini bersumber dari bank
atau perusahaan pembiayaan yang menjadi anggota SID. Bukan dari BI.
Pemahaman yang ada selama ini, informasi Debitur macet dianggap sebagai
blacklist yang dikeluarkan oleh BI. Faktanya, BI melalui BI-Checking hanya
menampilkan informasi kondisi kredit yang semua datanya berasal dari anggota
SID.

Pihak yang dapat menerima BI-Checking

BI mengatur pihak yang bisa meminta BI-Checking, yaitu lembaga keuangan


anggota SID (Bank Umum, BPR dan Perusahaan Pembiayaan), Debitur, dan pihak
lainnya dalam rangka pelaksanaan Undang – Undang. Untuk anggota SID,
permintaan BI-Checking hanya dapat digunakan untuk kelancaran proses
penyediaan dana, penerapan manajemen risiko, dan identifikasi kualitas debitur
untuk pemenuhan ketentuan BI yang berlaku. Penggunaan IDI diluar dari
peruntukan yang telah diatur BI tidak diperbolehkan, terlebih untuk kepentingan
pemasaran produk dari suatu lembaga keuangan.

Selain lembaga keuangan anggota SID, saat ini seorang debitur juga bisa meminta
BI-Checking di BI maupun ke anggota SID. Permintaan tersebut hanya boleh
dilakukan oleh Debitur sendiri, atau pihak yang diberi kuasa. Untuk debitur badan
usaha, permintaan harus dilakukan oleh pengurus yang berwenang atau pihak yang
diberikan kuasa untuk itu. Pemberian BI-Checking untuk pihak lainnya hanya dapat
dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan yang diatur dalam Undang –
Undang.

Hubungan antara BI-Checking dengan proses permohonan Kredit

Sejalan dengan penerapan prinsip kehati-hatian, semua lembaga keuangan harus


memperhitungkan dengan cermat langkah-langkah investasi yang diambilnya,
termasuk dalam penyaluran kredit. Secara umum, terdapat beberapa faktor yang
dianalisa oleh lembaga keuangan sebelum menyetujui permohonan kredit,
diantaranya prospek usaha, kinerja (performance) debitur dan kemampuan
membayar.

Salah satu alat yang digunakan untuk menilai faktor-faktor tersebut adalah dengan
melihat informasi calon Debitur dalam BI-Checking. Dengan BI-Checking, lembaga
keuangan dapat mengetahui profil calon Debiturnya atas fasilitas kredit yang
pernah diperoleh atau sedang dimiliki.

Sebagai contoh, apabila anda mendapat kredit dari salah satu bank dan pernah
macet dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir, maka fakta tersebut dapat dilihat
pada BI-Checking yang diakses oleh bank calon kreditur anda. Namun, penting
untuk diketahui bahwa keputusan bank atau perusahaan pembiayaan untuk
menyetujui atau menolak permohonan kredit tidak hanya bergantung pada hasil BI-
Checking. Mereka juga mempertimbangkan aspek lain sesuai kebijakan masing-
masing bank atau perusahaan pembiayaan.

Keakuratan BI-Checking

Apakah dimungkinkan data dalam BI-Checking tidak akurat ? Pertanyaan ini banyak
diajukan calon Debitur yang merasa data debiturnya tidak sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Apabila data yang ada di BI-Checking salah, tentunya hal ini akan
merugikan Debitur. Kemungkinan, seorang debitur ditolak kreditnya di tempat lain
karena data dalam BI-Checking ternyata salah. Lalu, siapa yang bertanggungjawab
atas kebenaran data debitur yang ada dalam BI-Checking ?

Pihak yang bertanggungjawab terhadap kebenaran data yang disampaikan kepada


BI tentunya adalah si pemilik data, yaitu lembaga keuangan anggota SID.
Merekalah yang mengetahui kondisi dari Debitur dan fasilitas kredit yang diberikan.
Ketidakakuratan data bisa disebabkan karena kesalahan teknis dalam pelaporan
anggota SID, sehingga data yang ada di BI tidak ter-update secara sempurna.
Tentunya BI selaku pengelola data sangat concern dengan akurasi data yang
ditampilkan dalam BI-Checking. BI mengeluarkan ketentuan yang berlaku untuk
anggota SID agar menyampaikan data dengan akurat, termasuk pengenaan sanksi
apabila mereka tidak menyampaikan data yang benar.

Selain itu, saat ini BI-Checking telah dapat diakses oleh Debitur sendiri. Debitur
cukup membawa asli Kartu Tanda Penduduk ke Gerai Info di Kantor Pusat Bank
Indonesia, ke bank atau perusahaan pembiayaan tempat Debitur memiliki fasilitas
kredit. Debitur hanya dapat memperoleh BI-Checking atas namanya sendiri. Apabila
ditemukan adanya kejanggalan atau kesalahan data, Debitur tersebut dapat
melakukan cross-check/klarifikasi dengan bank atau perusahaan pembiayaan
pemberi kredit. Tentunya, anggota SID harus melakukan koreksi data ke BI apabila
memang terdapat kesalahan pada data yang disampaikan.

Pada akhirnya, dengan BI-Checking diharapkan masyarakat menjadi lebih concern


terhadap fasilitas kredit yang diterimanya. Sedangkan bagi bank, BI-Checking
diharapkan bisa membantu proses persetujuan kredit, serta menjadi tools untuk
pelaksanaan manajemen risiko khususnya risiko kredit. Penggunaan BI-Checking
juga diharapkan bisa signifikan menekan angka kredit bermasalah, sehingga proses
intermediasi perbankan dapat berjalan baik.

Jadi, apabila anda memiliki kredit di bank atau perusahaan pembiayaan, cermati
kredit anda !!

Anda mungkin juga menyukai