Anda di halaman 1dari 19

BAHAN AJAR

SISTEM LAYANAN INFORMASI


KEUANGAN (SLIK)
• pkk.puslatan@gmail.com
Keluar
• Gunakan akun lain

Badan Pengembangan SDM Pertanian


Kementerian Pertanian
2022
BAB I
MENGENAL SISTEM LAYANAN INFORMASI KEUANGAN
(SLIK)

A. Apa itu SLIK ?


SLIK pada dasarnya adalah suatu sistem yang menggantikan peran penting
dari Sistem Informasi Debitur (SID) yang dikelola oleh pihak Bank Indonesia. Pada 1
Januari 2018, proses BI Checking yang menggunakan sistem SID digantikan dengan
sistem SLIK yang dikelola oleh lembaga Otoritas Jasa Keuangan atau disingkat OJK.
Sistem Layanan Informasi Keuangan atau SLIK sendiri merupakan sistem
informasi yang pengelolaannya dibawah tanggung jawab OJK yang bertujuan untuk
melaksanakan tugas pengawasan dan pelayanan informasi keuangan, yang salah
satunya berupa penyediaan informasi debitur (iDeb).
SLIK memperluas cakupan iDeb yaitu melingkupi lembaga keuangan bank
dan lembaga pembiayaan (finance) dan juga ke lembaga keuangan non-bank yang
mempunyai akses data debitur dan kewajiban melaporkan data debitur ke Sistem
Informasi Debitur (SID). Selain itu, SLIK juga dipakai untuk melaporkan, fasilitas
penyediaan dana, data agunan, dan data terkait lainnya dari berbagai jenis lembaga
keuangan, masyarakat, Lembaga Pengelolaan Informasi Perkreditan (LPIP) dan
pihak lainnya.
Hadirnya SLIK juga akan membuat pihak BI, OJK, dan Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) bisa saling terkoneksi dengan baik. Sehingga, hal ini akan membuat
ketiga lembaga tersebut saling mengakses informasi seperti laporan hasil
pemeriksaan pihak bank, laporan keuangan bank, dan juga berbagai informasi
penting lainnya. Jadi, kehadiran SLIK OJK akan membuat setiap lembaga keuangan
mampu menyampaikan laporan debitur dan diharapkan agar setiap informasi dari
pihak debitur bisa terjaga dengan aman dan terkendali.

B. Dasar Hukum
SLIK dilaksanakan berdasarkan (SE) OJK yang tercantum dalam nomor
50/SEOJK.03/2017 terkait Pelaporan dan Permintaan Informasi Debitur.
Selain itu, dalam UU NO. 21 Tahun 2011 juga sudah diputuskan bahwa pihak
bank sentral Indonesia wajib mengalihkan layanan SID nya kepada pihak OJK. OJK
dengan pihak BI juga memiliki wewenang yang sama dalam mengatur sistem
informasi pihak debitur agar mampu menjaga kesehatan bank.

C. Fungsi SLIK
Fungsi utama dari SLK OJK ini sebenarnya sudah tercantum dengan jelas di
dalam Surat Edaran (SE) OJK Nomor 50/SEOJK.03/2017 tentang Pelaporan dan
Permintaan Informasi Debitur. Di dalamnya sudah dijelaskan bahwa SLIK OJK bisa
digunakan untuk memperlancar proses penyediaan dana, penerapan manajemen
risiko, meningkatkan disiplin pada industri keuangan, dan penilaian kualitas debitur.
Bila kita bandingkan dengan Sistem Informasi Debitur atau SID, SLIK OJK
adalah suatu sistem yang di dalamnya mempunyai cakupan akses yang sangat luas.
Kenapa? Karena sistem yang diterapkan oleh SID dari BI Checking hanya mampu
mengakses lembaga penyedia layanan keuangan atau lembaga perbankan lewat BI
saja. Namun saat ini, semuanya bisa dimudahkan dengan SLIK OJK, karena sudah
tidak lagi melalui BI.
Pihak kreditur yang harus menjadi pelapor adalah Bank Umum, Bank Umum
Syariah, BPR, sampai unit usaha syariah lainnya. Selain itu, beberapa pihak lain juga
diberikan ijin untuk menjadi pelapor, seperti financial technology atau fintech,
lembaga keuangan mikro, sampai koperasi simpan pinjam yang sebelumnya sudah
terdaftar dan memenuhi persyaratan khusus.
Dilansir dari CNBC, terdapat beberapa data pokok di dalam SLIK, seperti
nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan NIK. Lalu, SLIK juga mempunyai data
keuangan debitur yang sangat lengkap yang berasal dari informasi terkait pinjaman
mulai dari jenis pinjaman, kualitas pinjaman, sampai dengan plafon kredit.
Selain itu, informasi terkait fasilitas kredit atau pembiayaan, agunan, penjamin,
surat berharga, hingga transaksi rekening administratif juga terdapat di dalam SLIK.

D. Manfaat SLIK
Slik merupakan sistem yang memiliki manfaat untuk kreditur dan calon debitur,
dilansir dari laman OJK, berikut ini adalah manfaat dari SLIK OJK untuk kreditur:

• Membantu mempercepat proses analisis dan pengambilan keputusan


pemberian Kredit Tanpa Agunan atau kartu kredit.
• Meminimalisir risiko pinjam kredit kilat yang bermasalah di masa depan.
• Meminimalisir dan mengurangi tingkat ketergantungan pelapor atau pemberi
pinjaman kredit kilat kepada agunan konvensional.
• Pemberi pinjaman kredit kilat bisa menilai reputasi pinjam kredit kilat calon
debitur sebagai pengganti ataupun pelengkap agunan.
• Mengefisiensi biaya operasional
• Mendorong adanya transparansi pengelolaan pinjam kredit secara kilat.

Manfaat bagi Masyarakat atau Calon Debitur

Untuk setiap nasabah baru, terutama yang tergolong pebisnis UMKM, akan
mampu mendapatkan akses yang lebih luas kepada pihak pemberi pinjam kredit kilat
dengan cara mengandalkan reputasi keuangannya tanpa harus tergantung pada
kemampuan dalam menyediakan agunan.
Selain itu, SLIK OJK juga mampu mendorong penerima tanpa kartu kredit
dalam menjaga reputasi KTA tanpa menggunakan kartu kredit. Ruang lingkup
pelapor SLIK bukan saja pada industri perbankan, tapi bisa juga pada jasa keuangan
atau non lembaga jasa keuangan yang turut berpartisipasi untuk menjadi pelapor
SLIK.
Disisi lain, untuk lembaga keuangan mikro seperti Peer to peer lending dan
lembaga lain diluar OJK seperti koperasi simpan pinjam, mereka bisa menjadi pihak
pelapor bila memang sudah berhasil memenuhi syarat dan memperoleh persetujuan
dari pihak OJK.
Secara umum, OJK sebenarnya sudah menjelaskan bahwa kehadiran SLIK
ini bisa digunakan untuk mendapatkan informasi terkait data pinjam kredit kilat
perbankan seperti data pokok para debitur, baki debet, plafon pinjam kredit kilat,
beban bunga, kualitas KTA tanpa kartu kredit, penalti pinjaman, sampai dengan
cicilan pembayaran.
Selain itu, SLIK juga mampu memberikan informasi terkait status agunan dan
juga rincian penjamin pinjam kredit kilat. Saat ini, karena banyaknya fintech dengan
basis aplikasi pinjaman online, setiap debitur bisa lebih mudah dalam mengambil
cicilan karena prosesnya yang sangat cepat dalam hitungan menit saja.Untuk itu,
setiap debitur harus berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk melakukan
pinjaman online pribadi di fintech. Terlebih lagi, akhir-akhir ini banyak pihak yang
tertipu dengan fintech ilegal.

E. Kelebihan Sistem Layanan Informasi Keuangan dari Sistem Informasi


Debitur
Sebelum terbentuknya OJK, pengawasan terhadap sektor perbankan di
Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia. Pengaturan dan pengawasan bank oleh BI
meliputi wewenang sebagai berikut:
1. Kewenangan memberikan izin (right to license)
Yaitu kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan dan pendirian suatu
bank. Cakupan pemberian izin oleh BI meliputi pemberizn izin dan pencabutan
izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan
kantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan
bank, pemberian izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan
usaha tertentu.
2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate)
Yaitu kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek
usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat
yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.
3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control)
Yaitu kewenangan melakukan pengawasan bank melalui pengawasan
langsung (on-site supervision) dan pengawasan tidak langsung (off-site
supervision). Pengawasan langsung dapat berupa pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk mendapat gambaran tentang
keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank
terhadap peraturan yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat
praktik-praktik yang tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha
bank. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui alat pemantauan
seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan
dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya, apabila diperlukan BI dapat
melakukan pemeriksaan terhadap bank termasuk pihak lain yang meliputi
perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur
bank. Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama BI
melaksanakan tugas pemeriksaan.
4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction)
Yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak
memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank
beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat.
Salah satu pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah
pengawasan terhadap sistem informasi debitur. Sistem Informasi Debitur
adalah sistem yang menyediakan informasi debitur yang merupakan hasil
olahan dari laporan debitur yang diterima bank Indonesia. Dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 Tentang Sistem Informasi Debitur
memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk mengatur dan
mengembangkan penyelenggaran sistem informasi antar bank maupun
lembaga lain di bidang keuangan, khususnya dalam rangka memperoleh dan
menyediakan informasi debitur. Hal tersebut dilakukan oleh Bank Indonesia
dalam rangka memperlancar proses penyediaan dana untuk mendorong
pembangunan ekonomi dan penerapan manajemen risiko kredit yang efektif
serta tersedianya informasi kualitas debitur yang dapat diandalkan, maka
diperlukan adanya sistem informasi debitur yang lengkap, akurat, terkini, dan
utuh.
Sehubungan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan sebagai suatu kebijakan politik hukum
nasional dalam menerapkan pengaturan dan pengawasan di sektor
perbankan, yang sebelumnya berada di bawah kewenangan dari Bank
Indonesia sebagai regulasi pengaturan dan pengawasan di bidang perbankan.
Semua kewenangan dalam pengaturan dan pengawasan sektor jasa
keuangan yang dilakukan oleh Bank Indonesia beralih kepada Otoritas Jasa
Keuangan, melalui pasal 55 ayat 2 Undang-Undang OJK yang menyebutkan
bahwa sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
beralih dari Bank Indonesia ke OJK serta merubah SID menjadi SLIK.
Sistem Layanan Informasi Keuangan adalah sistem informasi yang dikelola
oleh OJK untuk mendukung pelaksanaan tugas pengawasan dan layanan
infoormasi di bidang keuangan. Otoritas Jasa Keuangan juga memiliki fungsi
dan tujuan untuk menyelenggarakan pengaturan dan pengawasan terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan, terutama di sektor
perbankan dengan menggunakan sistem yang terintegrasi. Tercatat 1.648
pelapor per Desember 2017 yang diawasi oleh OJK sebagai lembaga yang
melakukan pengawasan dan pengaturan di sektor perbankan.Regulasi dan
pengawasan sektor keuangan perbankan juga menempati posisi yang sangat
penting dalam rangka mengantisipasi potensi pelanggaran yang mungkin saja
terjadi akibat kesalahan dari pelapor. Salah satu bentuk kesalahan yang
dilakukan oleh pelapor adalah kesalahan akibat input data informasi debitur
yang tidak akurat sehingga debitur tersibut terindikasi sebagai kredit macet.
Dalam menentukan telah terjadinya kredit macet, OJK memiliki sistem yang
mencantumkan informasi dari para debitur yang disebut Sistem Layanan
Informasi Keuangan. Sistem tersebut memiliki informasi dari para nasabah
yang melakukan kegiatan kredit, dari debitur yang pembayarannya lancar
hingga debitur yang pembayarannya macet. Apabila terdapat nasabah yang
terindikasi sebagai kredit macet, maka nasabah tersebut tidak dapat
melakukan pinjaman kredit di tempat lain yang telah menjadi pelapor.
Dengan adanya SLIK akan memperlancar proses penyediaan dana,
penerapan manajemen resiko, penilaian kualitas debitur, dan meningkatkan
disiplin industri keuangan serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi
mengenai pelaporan dan permintaan informasi debitur.
Untuk menanggulangi terjadinya kesalahan-kesalahan dalam Sistem Layanan
Informasi Keuangan, OJK melakukan beberapa upaya agar terhindar dari
kesalahan tersebut, berupa upaya preventif dan represif:
1. Upaya Preventif
Upaya preventif yang dilakukan oleh OJK yaitu sosialisasi ketentuan
SLIK terhadap pelapor. Selain itu OJK juga menganalisis kesalahan
pelaporan yang dilakukan baik yang ditemukan oleh OJK maupun hasil dari
laporan masyarakat. Apabila OJK merasa hasil analisis tersebut harus
dilakukan pengawasan maka OJK dapat berkoordinasi dengan pelapor
terkait hal itu. Otoritas Jasa Keuangan akan melakukan audit terhadap pihak
pelapor agar terhindar dari ketidakakuratan dalam melakukan input data
informasi debitur. Satuan Kerja yang berwenang dalam melakukan audit saat
ini yaitu Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan. Dari Departemen
tersebut, lalu akan berkoordinasi dengan Pengawas, misalkan terhadap
pengawasan bank, maka akan koordinasi dengan departemen Pengawasan
Bank atau berkaitan dengan pembiayaan maka akan berkoordinasi dengan
Departemen Pengawasan IKNB.

2. Upaya Represif
Upaya represif merupakan upaya yang dilakukan oleh OJK ketika
telah terjadinya suatu pelanggaran. Apabila telah terjadinya
ketidakakuratan dalam input suatu data informasi debitur, maka pihak
OJK menerapkan sanksi terhadap pelapor yang melakukan pelanggaran
yang tertera dalam POJK Nomor 18/POJK.03/2017 Tentang Pelaporan
dan Permintaan Informasi Debitur Melalui Sistem Layanan Informasi
Keuangan, yaitu:
Dalam pasal-pasal tersebut menjelaskan bahwaOJK hanya akan
memberikan sanksi kepada pelapor, karena kewenangan OJK hanya
mengatur dan mengawasi pihak pelapor. Sanksi yang diberikan kepada
pihak debitur yang melakukan pelanggaran terdapat dalam perjanjian
kredit yang berdasarkan KUH Perdata pasal 1320 yang berisi :
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
c. Suatu pokok persoalan tertentu
d. Suatu sebab yang tidak terlarang
Sistem Layanan Informasi Keuangan memiliki beberapa kelebihan yang
tidak terdapat dalam Sistem Informasi Debitur yang sebelumnya dikelola
oleh Bank Indonesia. Beberapa kelebihan yang ada dalam SLIK yaitu:
a. SLIK memiliki infrastruktur yang lebih handal. Karena dengan
adanya SLIK, proses pelaporan berlangsung dengan cepat tanpa
mengganggu proses permintaan informasi
b. SLIK memiliki jaringan komunikasi data dengan internet, sehingga
coverage komunikasi data menjadi lebih luas dan biaya yang lebih
murah. Sedangkan SID melalui ekstranet. Sistem Layanan
Informasi Keuangan bisa diakses dimanapun melalui internet hanya
dengan menggunakan username yang telah diberikan, sedangkan
SID membuka jaringan khusus kepada bank untuk memberikan
akses terkait informasi debitur, sehingga tidak bisa secara online.
c. Monitoring SLIK lebih lengkap dan komprehensif. Sehingga
memudahkan dalam mengontrol dan menjaga ketersediaan,
kelangsungan dan kinerja pelayanan SLIK
d. SLIK dinilai cepat tanggap, karena apabila terdapat gangguan maka
terdapat warning sehingga dapat segera ditindak lanjuti. Dalam
SLIK, apabila terdapat warning akan terdeteksi otomatis secara
online melalui sistem yang telah dibuat.
e. Integritas data lebih baik dibandingkan dengan SID. Hal ini
dikarenakan beberapa hal, dari mulai penerapan single identitas
untuk debitur validasi lebih komprehensif sehingga integritas data
lebih baik. Untuk SLIK, data debitur diperoleh melalui Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang tertera dari Kartu Tanda Penduduk,
sedangkan SID menggunakan Debtor Identification Number (DIN).
Dengan menggunakan NIK, maka akan meminimalisir kesalahan
dalam informasi debitur, karena saat masih menggunakan DIN,
banyak terjadinya kesalahan dalam informasi debitur. Misalnya,
nasabah melakukan kegiatan kredit terhadap bank, kemudian
secara otomatis debitur tersebut akan mendapatkan nomor unik
untuk identitas debitur melalui sistem yang ada. Walaupun berbeda
setiap din yang didapatkan oleh debitur, terkadang terdapat
kemiripan antara data debitur yang diminta dengan data debitur
yang sudah ada dalam database SID Bank Indonesia. Dari sinilah
banyaknya terjadi ketidakakuratan dalam laporan informasi debitur.
BAB II.
MEKANISME SLIK

A. MENGENAL BI CHECKING DAN CARA KERJANYA


Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, OJK lantas menerapkan cara baru bagi
masyarakat yang ingin memperoleh informasi debitur atau yang disebut dengan iDeb.
Dengan adanya cara baru ini, maka masyarakat tidak perlu langsung datang ke OJK,
karena saat ini permintaan iDeb sudah bisa dilakukan secara online. Kondisi ini mulai
diberlakukan sejak tanggal 18 Maret 2020 lalu.
Berikut ini adalah caranya:
1. Untuk calon debitur yang ingin memperoleh iDeb SLIK OJK bisa langsung
mengisi formulir antrian online di
halaman https://konsumen.ojk.go.id/MinisiteDPLK/Registrasi.
2. Di dalamnya, terdapat formulir yang berisi beberapa pilihan, seperti jenis
pemohon, tanggal layanan dan juga kantor OJK.
3. Isi seluruh data yang diminta, seperti nama lengkap Anda, tempat tanggal lahir,
NIK, jenis kelamin, email, dan nomor telepon.
4. Lampirkan foto atau scan dokumen asli seperti KTP atau SIM untuk WNI, atau
Paspor untuk WNA. Sedangkan untuk badan usaha, kemudian persiapkan
dokumen identitas pengurus, NPWP badan usaha, dan juga akta pendirian.
5. Selanjutnya menunggu email dari OJK yang berisi bukti registrasi antrian SLIK
OJK online.
6. Setelah selesai diverifikasi dan mengantongi persetujuan, maka pihak debitur
harus menghubungi nomor WhatsApp OJK-SLIK yang sebelumnya sudah
tertera di email untuk melakukan proses verifikasi data.
7. Setelah selesai, maka iDEb SLIK OJK tersebut akan dikirimkan ke email
debitur.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, BI Checking adalah pencatatan


informasi dalam Sistem Informasi Debitur (SID) yang berisikan riwayat kelancaran
atau non performing credit payment (kolektibilitas) debitur. Perlu diingat bahwa SID
ini adalah database informasi debitur dan fasilitas kredit yang dapat dibagikan atau
ditukarkan antar lembaga keuangan.
BI Checking atau IDI Historis berisikan data mengenai data informasi
pencarian, data pokok debitur, kolom pemilik/pengurus, fasilitas beserta ringkasan
kredit dan garansi yang diberikan, kolom kredit/pembiayaan, agunan dan terakhir
penjamin.
Dari data tersebut, lembaga keuangan bank maupun non-bank dapat
mengambil keputusan untuk melanjutkan proses peminjaman kepada debitur atau
tidak.
Siapapun dapat melakukan permohonan untuk mengakses informasi debitur
melalui website resmi OJK , selama masih terdapat kuota pada jadwal antrian.
Sedangkan bagi lembaga keuangan yang terdaftar sebagai anggota Biro Informasi
Keuangan, semua data dapat diakses selama 24 jam setiap harinya.
Tak hanya itu, anggota Biro Informasi Kredit akan memberikan data bulanan
debitur menggunakan Sistem Informasi Debitur. Kemudian data akan diproses dan
tersimpan dalam database.

B. CARA CEK BI CHECKING ONLINE MELALUI SLIK


C. CARA CEK BI CHECKING OFFLINE MELALUI SLIK
D. PERSYARATAN PERMINTAAN INFORMASI DEBITUR
Berikut hal-hal yang wajib diketahui dan dipersiapkan oleh Sobat
Sikapi yang berkeinginan untuk menggunakan Layanan SLIK
Pertama, Pelayanan SLIK tidak dipungut biaya apapun. Harap berhati-
hati dan waspada terhadap oknum yang meminta atau melakukan
pemungutan dana.
Kedua, keseluruhan proses layanan SLIK hanya membutuhkan waktu 15
menit (5 menit untuk pencetakan dan 15 menit untuk pencetakan
dengan penjelasan iDeb).
Ketiga, permintaan informasi melalui layanan SLIK sebaiknya tidak
diwakilkan untuk menjaga kerahasiaan data pribadi. Namun demikian
jika Sobat Sikapi tidak dapat mengambil sendiri datanya maka dapat
diwakilkan dengan membuat Surat Kuasa yang dilengkapi dengan
materai 6000, Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli debitur dan KTP asli
penerima kuasa.
Keempat, KTP bagi Warga Negara Indonesia (WNI) atau Paspor bagi
Warga Negara Asing (WNA) untuk debitur perseorangan sedangkan
untuk debitur Badan Usaha wajib membawa fotokopi identitas badan
usaha dan identitas pengurus dengan menunjukkan identitas asli badan
usaha[1].
Untuk informasi lebih lanjut, Sobat Sikapi bisa menghubungi kontak OJK
157 atau mengunjungi website OJK di www.ojk.go.id.

E. TATA CARA BACA INFORMASI DEBITUR


BAB III
TIPS SEPUTAR SLIK

A. TIPS MENJAGA BI CHECKING TETAP AMAN


Agar tidak masuk blacklist BI Checking, ada banyak cara yang tepat untuk
menjaga Rekening Giro BI bersih dan skor kredit yang layak. Berikkut cara-cara
untuk menjaga BI Checking tetap aman, sebagai berikut:
1. Pantau pinjaman yang masih dalam proses pelunasan
Masyarakat biasanya mengetahui rata-rata pinjaman atau fasilitas kredit
yang ditawarkan oleh bank. Beberapa yang umum yaitu KTA, KPR, atau
KKB. Pastikan kategori pinjaman yang layak.
2. Lengkapi semua cicilan sebelum tanggal jatuh tempo.
Akar permasalahan yang menyebabkan buruknya BI Checking adalah
keterlambatan pembayaran angsuran kredit bahkan sampai menunggak,
sehingga masuk ke dalam daftar blacklist. Oleh karena itu, penting untuk
selalu diperhatikan agar membayar cicilan kredit tepat waktu.
3. Pahami Batasan Kartu Kredit Anda

Anda dapat memilih kartu kredit berdasarkan batas kredit yang tersedia.
Sebaiknya gunakan kurang dari batas yang ditentukan. Lebih baik lagi,
jangan gunakan lebih dari 30% dari kartu kredit Anda.
4. Hindari membayar tagihan kartu kredit di nominal minimum
Membayar tagihan kartu kredit menggunakan pembayaran minimum
memang diperbolehkan, tapi hal ini akan mempengaruhi nilai BI checking
yang buruk. Pemasukan yang berlebih akan menambah nominal
pembayaran sehingga hutang dapat cepat terlunasi.
5. Simpan bukti transaksi untuk pemantauan laporan kredit
Bank dapat melakukan kesalahan sehingga berakibat adanya
ketidaksesuaian tagihan kredit, untuk itu sangat disarankan untuk
menyimpan bukti pembayaran kartu kredit untuk mencegah situasi ini.
Dengan adanya bukti tertulis, bank akan memperbaiki kesalahan ini, dan
pembayaran tagihan kredit tidak melebihi kemampuan.
6. Ambil kredit berdasarkan kebutuhan dan kemampuan Anda
Saat memutuskan untuk menggunakan kartu kredit, pertimbangkan limit
dari kartu kredit yang dipilih. Ketahuilah batasan kemampuan finansial diri.
Misalkan saat akan membeli rumah dan mengambil KPR. Pastikan telah
membaca rincian dan perkiraan KPR rumah tersebut.
B. CARA MEMBERSIHKAN BLACKLIST BI CHECKING ALIAS IDEB
SLIK

BI Checking akan dinilai buruk dikarenakan cicilan yang belum dibayar


atau lewat jatuh tempo, sehingga BI checking akan dinilai buruk dan
mendapatkan skor 3.
Namun, ada beberapa cara membersihkan blacklist BI Checking yang bisa
dilakukan sebagai berikut :
1. Pembayaran kredit atau hutang yang menunggak harus dibayar lunas
sesegera mungkin. Di bank manapun pengajuan kredit dilakukan hampir
dapat dipastikan pengajuan kredit akan ditolak jika nilai kredit masih buruk.
2. Rekening Giro perlu dikawal sampai kredit lunas. Pemantauan skor kredit
perlu dilakukan untuk melihata bagaimana nilai kreditnya berfluktuasi dari
waktu ke waktu. Jika tidak ada perubahan, perlu mengajukan keluhan ke
bank kreditur.
3. Setelah kewajiban terpenuhi perlu dilakukan konfirmasi ke OJK dengan
membawa surat penjelasan atau konfirmasi dari bank tempat kredit
diajukan. Setelah Pemeriksaan BI dinyatakan benar-benar bersih, perlu
menunggu beberapa waktu sebelum kembali mengajukan permohonan
kredit.

C. PEMERINGKATAN BI CHECKING

Manfaat BI Checking adalah memungkinkan pihak bank untuk melihat


credit score atau nilai kolektibilitas calon debitur. Secara umum, skor kredit
diukur menggunakan skala dari nilai 1 sampai 5. Berikut cara pembagian
kelompok kredit berdasarkan pemeringkatan BI Checking.
Nilai 1:
Kredit lancar, yang memastikan bahwa debitur tetap membayar tagihannya
tepat waktu setiap bulan, tanpa terlambat, sebelum jatuh tempo, alias lunas.
Nilai 2:
Debitur terdaftar menunggak dengan angsuran pinjaman 1 sampai dengan 90
hari atau sama dengan 3 bulan dalam kredit DPK atau kredit dalam Perhatian
Khusus.
Nilai 3:
Kredit tidak lancar, dimana debitur terlambat membayar kredit selama 91
sampai 120 hari.
Nilai 4:
Kredit diragukan, atau debitur dilaporkan terlambat mencicil kredit 121-180 hari.
Nilai 5:
Kredit buruk, atau debitur terlambat lebih dari 180 hari untuk pembayaran
kreditnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anwari, Y. (2013). Metode3 USG.


https://yannwari.wordpress.com/2013/05/16/metode-usg-
urgency-seriousness-growth-usg-

Berry, T. (2010). What is a SWOT Analysis. https://articles. Bplans.com/how-


to-perform-swot-analysis/

Cenya. (2008). Kecenderungan Perkembangan Lingkungan Strategis.


https

Anda mungkin juga menyukai