Anda di halaman 1dari 15

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PERLINDUNGAN HUKUM DEBITUR ATAU NASABAH TERHADAP


KETIDAKAKURATAN DATA INFORMASI PERKREDITAN YANG
DIHASILKAN LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN

M. Sidiq Cendikia*, Hendro Saptono, Sartika Nanda Lestari


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : c.sidiq@gmail.com

Abstrak

Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan adalah lembaga atau badan yang menghimpun dan
mengolah data kredit dan data lainnya untuk menghasilkan Informasi Perkreditan. Informasi
Perkreditan memuat informasi mengenai debitur atau nasabah yang dapat digunakan untuk menilai
kemampuan debitur atau nasabah dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Informasi Perkreditan
yang tidak akurat dapat mengakibatkan kerugian bagi debitur atau nasabah, sehingga Lembaga
Pengelola Informasi Perkreditan tidak memenuhi hak-hak konsumen serta tidak mengindahkan
kewajiban sebagai pelaku usaha yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (UUPK).
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 mengamanatkan penyelesaian sengketa
sektor jasa keuangan di luar pengadilan dilakukan oleh Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
(LAPS) sebagai Lex Specialis dari BPSK. Kemudian Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
tersebut telah menyalahi kewajibannya untuk menjaga keakuratan data yang diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 15/PBI/1/2013. Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan bertanggung jawab
untuk menyelesaikan pengaduan terkait ketidakakuratan Informasi perkreditan. Hingga saat ini, masih
belum ada LAPS yang menaungi langsung Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan, kemudian
tanggung jawab Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan secara khusus masih belum memuat
kewajiban untuk melakukan ganti kerugian yang dialami debitur atau nasabah. Sehingga perlu
dibentuknya LAPS yang menaungi langsung Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan, dan
dibentuknya pengaturan mengenai kewajiban Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan untuk
melakukan ganti kerugian.
Kata kunci: Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan, Perlindungan, Ketidakakuratan,
Informasi Perkreditan.

Abstract

Private Credit Bureau is an institution that collect and processing the credit data and others data
to produce Credit Information. The data is obtained from Financial Institution and/or Non-Financial
Institution. Credit Information contain about all information that can used to know debtor or
customer’s capability to fulfill their financial responsibility. The inaccurate Credit Information can
inflict a customer disadvantage, such as can affect the institution that provide credit facility to know
about the customer, and it doesn’t fulfill the customer’s rights and corporate responsibility as regulated
in Consumer Law. Then the Private Credit Bureau was violating its responsibility to maintain
accuration of information that regulated by PBI number 15/1/PBI/2013. Otoritas Jasa Keuangan
Regulation Number 1/POJK.07/2014 mentions alternative dispute resolution in financial service sector
is under Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) jurisdiction, but until now there is no
LAPS that cope the Private Credit Bureau, and the Private Credit Bureau’s responsibility to give the
compensation to the customer is not be regulated yet. So must be formed LAPS that cope the Private
Credit Bureau and must be formed the specific regulation that regulate the Private Credit Bureau’s
responsibility to provide the compensation to the customer who experienced a disadvantage.
Keywords: Private Credit Bureau, Protection, Inaccuration, Credit Information

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN informasi profil dan/atau scoring kredit


Dalam perjalanannya, sistem debitur, fasilitas pencegahan dini
perkreditan di Indonesia banyak dihadapi terhadap pelemahan kualitas kredit /
dengan masalah-masalah, salah satunya pembiayaannya, dan dapat memberikan
masalah yang paling dikhawatirkan setiap informasi ataupun penilaian kemampuan
bank adalah kredit macet, sehingga bank para debitur dalam memenuhi kewajiban
dalam hal menyalurkan kredit harus keuangannya. Dengan adanya Lembaga
memiliki Manajemen Risiko yang baik Pengelola Informasi Perkreditan, lembaga
untuk kategori Risiko Kredit. Risiko yang menyediakan fasilitas penyediaan
Kredit yaitu risiko yang timbul sebagai dana dapat mengetahui profil calon
akibat kegagalan counterparty memenuhi debitur yang dianalisa berdasarkan data
kewajibannya.1 non-kredit seperti data pembayaran
Untuk mencegah timbulnya Risiko rekening listrik, telepon dan lainnya.
Kredit, bank membutuhkan informasi Sehingga masyarakat yang tidak memiliki
perkreditan yang lebih komprehensif catatan di perbankan tetap dapat diketahui
dengan cakupan data yang lebih luas profil risikonya yang menjadi salah satu
mencakup juga data dari luar industri pertimbangan bank dalam pemberian
keuangan. Sebagaimana International kredit.3
Best Practices, pada umumnya produk Dapat muncul sebuah permasalahan
informasi perkreditan yang lebih apabila data Informasi Perkreditan yang
komprehensif disediakan oleh pengelola dihasilkan oleh Lembaga Pengelola
informasi perkreditan yang dikelola Informasi Perkreditan tidak akurat,
swasta (Private Credit Bureau).2 dimana terjadi ketidaksesuaian data
Dengan demikian, Bank Indonesia Informasi Perkreditan dengan kenyataan
(selanjutnya disebut BI) menerbitkan yang ada. Hal demikian dapat diketahui
Peraturan Bank Indonesia (selanjutnya apabila debitur atau nasabah yang dalam
disebut PBI) Nomor: 15/1/PBI/2013 hal ini sebagai konsumen mendapati
tentang Lembaga Pengelola Informasi Informasi Perkreditan yang dihasilkan
Perkreditan. Melalui Lembaga Pengelola oleh Lembaga Pengelola Informasi
Informasi Perkreditan, diharapkan Perkreditan dan menemukan
kebutuhan industri keuangan akan ketidaksesuaian data yang ada pada
informasi perkreditan yang lebih Informasi Perkreditan tersebut.
komprehensif akan terpenuhi. Mengingat bahwa salah satu fungsi
Lembaga Pengelola Informasi Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
Perkreditan berfungsi memberikan dengan output-nya yaitu Informasi
Perkreditan adalah menilai kemampuan
1
Booklet Perbankan Indonesia 2015, (Jakarta: debitur atau nasabah memenuhi
Otoritas Jasa Keuangan Departemen Perizinan dan
3
Informasi Perbankan, 2015) hal. 25 Diakses melalui http://www.bi.go.id/id/ruang-
2
Diakses melalui media/info-
http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/PBI terbaru/Pages/BISosialisasikanKetentuanLPIP.aspx
_15_1_PBI.aspx tanggal 18 April 2016 tanggal 1 Mei 2016

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kewajiban keuangannya, apabila terjadi perundang – undangan yang berlaku4,


ketidakakuratan data dalam Informasi sedangkan pendekatan normatif, adalah
Perkreditan tersebut, dikhawatirkan pendekatan yang dilakukan terhadap azas
memberikan dampak terhadap – azas hukum serta studi kasus yang
kepercayaan lembaga yang menyediakan dengan kata lain sering disebut sebagai
fasilitas penyediaan dana kepada debitur penelitian hukum kepustakaan5.
atau nasabah yang bersangkutan, yang Pada pendekatan dengan menggunakan
bahkan dapat menyebabkan debitur atau metode pendekatan yuridis normatif (legal
nasabah yang bersangkutan tidak research) dilakukan penelitian terhadap
mendapatkan fasilitas penyediaan dana, data sekunder dibidang hukum yaitu yang
sehingga dapat menimbulkan kerugian menyangkut bahan hukum primer, yaitu
bagi debitur atau nasabah tersebut. peraturan perundang – undangan dan
Dengan demikian perlu diketahui bahan hukum sekunder yang berupa hasil
bagaimana pengaturan, praktik, dan karya ilmiah para sarjana - sarjana6.
upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Pemilihan metode ini oleh peneliti
terkait dalam rangka melindungi debitur dikarenakan penelitian hukum ini adalah
atau nasabah dari kesalahan data suatu proses untuk melakukan eksplorasi
Informasi Perkreditan yang dihasilkan terhadap objek penelitian, dan berdasar
oleh Lembaga Pengelola Informasi pada prinsip – prinsip hukum guna
Perkreditan. menjawab masalah hukum yang akan
Berdasarkan latar belakang ini Penulis dihadapi. Oleh karena itu, pilihan metode
tertarik untuk melakukan penelitian lebih yang digunakan dalam penelitian ini
lanjut tentang bagaimana pengaturan adalah penelitian hukum normatif yang
mengenai perlindungan debitur atau berkaitan dengan prinsip – prinsip dan
nasabah terhadap ketidakakuratan data aturan perundang – undangan yang
Informasi Perkreditan yang dihasilkan berlaku mengenai perlindungan hukum
oleh Lembaga Pengelola Informasi bagi nasabah atau debitur terhadap
Perkreditan, oleh karena itu penulis ketidakakuratan data Informasi
mengangkat penelitian ini dengan judul Perkreditan yang dihasilkan oleh LPIP.
“PERLINDUNGAN HUKUM DEBITUR .
ATAU NASABAH TERHADAP III. HASIL PENELITIAAN DAN
KETIDAKAKURATAN DATA PEMBAHASAN
INFORMASI PERKREDITAN YANG A. Pengaturan Mengenai
DIHASILKAN LEMBAGA Perlindungan Debitur Atau Nasabah
PENGELOLA INFORMASI Terkait Ketidakakuratan Informasi
PERKREDITAN”. Perkreditan
1. Perlindungan Debitur atau
II. METODE PENELITIAN Nasabah Terkait Ketidakakuratan
Metode Pendekatan yang digunakan
oleh penulis dalam penyusunan Penulisan 4
Roni Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian
Hukum ini adalah menggunakan Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
pendekatan yuridis normatif. Pendekatan 1982). hal.20.
yuridis adalah suatu pendekatan yang 5
Soerjono Sokanto dan Sri Mamudji, Penelitian
mengacu pada hukum dan peraturan Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 13
6
Roni Hanitjo Soemitro, Op Cit. hal.11.

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Informasi Perkreditan Didalam sebagai konsumen.


Undang-Undang Perlindungan Terhadap kewajiban produsen-pelaku
Konsumen usaha sebagaimana disebutkan di dalam
Berdasarkan penelitian yang penulis Pasal 7 UUPK, produsen-pelaku usaha
lakukan, pengaturan perlindungan hukum harus memenuhinya dengan baik secara
debitur atau nasabah terkait bertanggung jawab. Produsen-pelaku
ketidakakuratan data Informasi usaha bertanggung jawab secara hukum
Perkreditan pada dasarnya diatur dalam atas segala kesalahannya dalam
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 menjalankan kewajiban-kewajiban itu.
tentang perlindungan konsumen. Menurut Produsen-pelaku usaha dapat dituntut
UU No. 8 Tahun 1999 tentang secara hukum atas setiap kelalaiannya
Perlindungan Konsumen, konsumen dalam menjalankan kewajiban-kewajiban
adalah setiap orang pemakai barang itu.8
dan/atau jasa yang tersedia dalam Dengan diberikannya Informasi
masyarakat, baik bagi kepentingan diri Perkreditan kepada lembaga yang
sendiri, keluarga, orang lain, maupun memintakan Informasi Perkreditan,
makhluk hidup lain dan tidak untuk sedangkan Informasi Perkreditan tersebut
diperdagangkan. Dengan demikian, diketahui terdapat ketidakakuratan data
nasabah atau debitur yang menggunakan didalamnya karena tidak sesuai dengan
jasa Lembaga Pengelola Informasi kenyataan yang ada, maka Lembaga
Perkreditan untuk memperoleh Informasi Pengelola Informasi Perkreditan sebagai
Perkreditan dapat diidentifikasikan sebagai pelaku usaha dapat dikatakan tidak
konsumen dari Lembaga Pengelola mengindahkan kewajibannya sebagaimana
Informasi Perkreditan tersebut. dimaksud dalam UUPK Pasal 7 huruf b,
Hukum Perlindungan konsumen yaitu memberikan informasi yang benar,
adalah keseluruhan asas-asas atau kaidah- jelas dan jujur mengenai kondisi dan
kaidah hukum yang mengatur dan jaminan barang dan/atau jasa yang dalam
melindungi konsumen dalam hubungan hal ini adalah Informasi Perkreditan.
dan masalahnya dengan penyedia barang Dalam hal terjadi kerugian akibat
atau jasa.7 adanya ketidakakuratan data pada
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Informasi Perkreditan, maka Lembaga
Perlindungan Konsumen (UUPK), telah Pengelola Informasi Perkreditan sebagai
mengatur secara umum mengenai pelaku usaha, sesuai dengan UUPK Pasal
perlindungan konsumen. Seperti 7 tentang kewajiban pelaku usaha,
pengaturan mengenai hak dan kewajiban khususnya pada huruf f dan g, Lembaga
masing-masing antara pelaku usaha dan Pengelola Informasi Perkreditan
konsumen. Dalam upaya untuk melindungi berkewajiban untuk memberi kompensasi,
konsumen, diantaranya UUPK mengatur ganti rugi dan/atau penggantian atas
mengenai kewajiban-kewajiban dari pihak kerugian akibat penggunaan, pemakaian
pelaku usaha yang dalam hal ini adalah dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan yang diperdagangkan, serta wajib
dan hak-hak dari nasabah atau debitur memberikan kompensasi, ganti rugi
dan/atau penggantian apabila barang
7
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu
8
Pengantar (Jakarta: Diadit Media, 2002), hal. 28 Ibid, hal. 74

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dan/atau jasa yang diterima atau dialami konsumen.9


dimanfaatkan tidak sesuai dengan Lebih lanjut dalam Pasal 23 disebutkan
perjanjian. bahwa pelaku usaha yang menolak
Berkenaan dengan hak-hak konsumen dan/atau tidak memberi tanggapan
menurut Pasal 4 UUPK, Apabila terjadi dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas
ketidakakuratan data Informasi tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud
Perkreditan, maka konsumen dari dalam pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3),
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan dan ayat (4), dapat digugat melalui Badan
(termasuk didalamnya debitur atau Penyelesaian Sengketa Konsumen atau
nasabah) mendapatkan produk yaitu mengajukan ke badan peradilan di tempat
Informasi Perkreditan yang tidak sesuai kedudukan konsumen.
dengan kondisi sebagaimana mestinya, Adanya pengaturan ini memungkinkan
karena terdapat data yang salah atau tidak debitur atau nasabah sebagai konsumen
akurat didalamnya. Dalam hal demikian, Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
dapat dipahami bahwa sebagai pelaku untuk mengajukan gugatan ganti kerugian
usaha, Lembaga Pengelola Informasi kepada Lembaga Informasi Perkreditan di
Perkreditan telah melanggar hak daripada tempat kedudukan debitur atau nasabah
konsumen itu sendiri, sebagaimana yang bersangkutan. Dalam hal terjadi
dijelaskan di dalam UUPK Pasal 4 huruf b ketidakakuratan data Informasi
yaitu hak untuk memilih barang dan/atau Perkreditan, hal yang demikian dapat
jasa serta mendapatkan barang dan/atau dilakukan apabila konsumen (termasuk
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan didalamnya debitur atau nasabah) telah
kondisi serta jaminan yang dijanjikan. mengalami kerugian akibat
Kemudian, menurut UUPK Pasal 4 huruf ketidakakuratan data Informasi
h, konsumen yang menerima Informasi Perkreditan, dan Lembaga Pengelola
Perkreditan yang tidak akurat tersebut Informasi perkreditan yang bersangkutan
berhak untuk mendapatkan kompensasi, menolak, tidak mananggapi, ataupun tidak
ganti rugi dan/atau penggantian, apabila dapat memenuhi ganti rugi akibat
barang dan/atau jasa yang diterima tidak ketidakakuratan data Informasi
sesuai dengan perjanjian atau tidak Perkreditan tersebut meski sudah
sebagaimana mestinya. dilakukan penanganan dan penyelesaian
UUPK mengatur juga Ketentuan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam
mengenai tanggung jawab pelaku usaha, PBI tentang Lembaga Pengelola Informasi
dalam hal ini Lembaga Pengelola Perkreditan pada Pasal 59 sampai dengan
Informasi Perkreditan, Lembaga Pengelola Pasal 62.
Informasi Perkreditan wajib memberikan Selain BPSK, penyelesaian sengketa
ganti rugi kepada debitur atau nasabah, melalui lembaga di luar pengadilan dapat
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 19 dilakukan oleh Lembaga Alternatif
UUPK. Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa
Berdasarkan hal ini, maka adanya Keuangan (LAPS-SJK). LAPS-SJK diatur
produk barang atau jasa yang cacat bukan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
merupakan satu-satunya dasar
pertanggungjawaban pelaku usaha. Hal ini
berarti bahwa tanggung jawab pelaku
9
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
usaha meliputi segala kerugian yang Perlindungan Konsumen (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), hal. 126

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

(POJK) Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor


Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Jasa Keuangan, menentukan dalam hal
di Sektor Jasa Keuangan. LAPS-SJK Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
merupakan bentuk lex specialis dari BPSK belum terbentuk, maka konsumen dapat
khusus untuk menangani sengketa secara mengajukan permohonan fasilitasi
khusus antara pelaku usaha jasa keuangan penyelesaian sengketa kepada OJK.
dengan konsumen di sektor jasa keuangan. Namun apabila dilihat dalam ayat
Maka sejak saat dibentuknya LAPS-SJK, berikutnya yaitu ayat (2), dikatakan bahwa
pelaku usaha jasa keuangan dalam fasilitasi sengketa oleh OJK sebagaimana
usahanya untuk menyelesaikan sengketa dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan konsumen wajib memilih LAPS- dengan ketentuan dalam Peraturan OJK
SJK sebagai badan penyelesaian yang mengatur mengenai Perlindungan
sengketanya sesuai dengan ketentuan yang Konsumen Sektor Jasa Keuangan, yaitu
diatur oleh Otortitas Jasa Keuangan. POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
Sebelum melakukan penyelesaian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
sengketa di luar pengadilan melalui LAPS- Keuangan.
SJK, diwajibkan terlebih dahulu bagi Kemudian yang menjadi suatu
konsumen yang merasa tidak puas atau permasalahan, di dalam POJK tentang
merasa dirugikan yang diduga terjadi Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
karena kesalahan atau kelalaian lembaga Keuangan tersebut Lembaga Pengelola
jasa keuangan dalam kegiatan Informasi Perkreditan tidaklah termasuk
pemanfaatan pelayanan dan/atau produk kedalam pengertian Pelaku Usaha Jasa
lembaga jasa keuangan, untuk diselesaikan Keuangan, sebagaimana disebutkan dalam
kepada lembaga jasa keuangan yang Pasal 1 angka 1, Pelaku Usaha Jasa
bersangkutan untuk dilakukan internal Keuangan adalah, Bank Umum, Bank
dispute resolution.10 Hal demikian sesuai Perkreditan Rakyat, Perusahaan Efek,
dengan ketentuan Pasal 2 POJK tentang Penasihat Investasi, Bank Kustodian, Dana
LAPS-SJK, berarti dalam hal terjadi Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan
sengketa antara debitur atau nasabah Reasuransi, Lembaga Pembiayaan,
sebagai konsumen dengan Lembaga Perusahaan Gadai, dan Perusahaan
Pengelola Informasi Perkreditan terkait Penjaminan, baik yang melaksanakan
ketidakakuratan Informasi Perkreditan, kegiatan usahanya secara konvensional
nasabah atau debitur harus terlebih dahulu maupun secara syariah. Sehingga dapat
telah menempuh penyelesaian sengketa dikatakan bahwa Peraturan Otoritas Jasa
internal pada Lembaga Pengelola Keuangan (POJK) Nomor
Informasi Perkreditan yang bersangkutan. 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga
Hingga saat ini tidak ada LAPS-SJK Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor
yang menaungi langsung Lembaga Jasa Keuangan, menjadi percuma bagi
Pengelola Informasi Perkreditan, namun nasabah atau debitur sebagai konsumen
pada Pasal 11 ayat (1) Peraturan Otoritas Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
Jasa Keuangan (POJK) Nomor selama belum ada LAPS-SJK yang
1/POJK.07/2014 tentang Lembaga menaungi langsung Lembaga Pengelola
Informasi Perkreditan.
10
2. Perlindungan Debitur atau
Roesdaniel Ibrahim, Wawancara, Otoritas Jasa
Keuangan (Jakarta: 26 Agustus 2016).
Nasabah Terkait Ketidakakuratan

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Informasi Perkreditan Di Dalam PBI nasabah sebagai konsumen dari Lembaga


Nomor 15/1/PBI/2013 Pengelola Informasi Perkreditan diatur
Pengaturan mengenai Lembaga secara khusus di dalam PBI Nomor
Pengelola Informasi Perkreditan hingga 15/1/PBI/2013, dapat dilihat dari
saat ini masih diatur dalam Peraturan Bank pengaturan kewajiban Lembaga Pengelola
Indonesia (PBI) Nomor 15/1/PBI/2013 Informasi Perkreditan itu sendiri,
tentang Lembaga Pengelola Informasi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 34
Perkreditan (selanjutnya disebut PBI PBI tentang Lembaga Pengelola Informasi
tentang Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan, yaitu lembaga Pengelola
Perkreditan), namun sejak Informasi Perkreditan memiliki kewajiban:
diundangkannya UU Nomor 21 Tahun a. Menjaga akurasi, keterkinian,
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU keamanan dan kerahasiaan data;
OJK), wewenang pengaturan dan b. Memiliki sistem yang andal;
pengawasan di sektor jasa keuangan c. Memiliki kebijakan dan prosedur
beralih dari Bank Indonesia (BI) kepada operasional yang dituangkan dalam
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kemudian pedoman tertulis; dan
Berdasarkan Pasal 69 UU OJK, OJK d. Memiliki aturan main yang harus
berwenang untuk mengatur dan dipatuhi oleh setiap pihak yang
mengembangkan penyelenggaraan sistem menggunakan informasi perkreditan.
informasi antar bank maupun lembaga lain Didalam Pasal 34 tersebut, mewajibkan
di bidang keuangan. Selain itu menurut Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
Pasal 7 UU OJK, OJK juga berwenang untuk menjaga akurasi, keterkinian,
dalam pengaturan dan pengawasan sistem keamanan dan kerahasiaan data. Dalam hal
informasi debitur. Sehingga dengan apabila terjadi ketidakakuratan data
demikian pengaturan dan pengawasan Informasi Perkreditan, maka dapat
mengenai sistem informasi debitur, dan dikatakan bahwa Lembaga Pengelola
lembaga yang menyelenggarakan sistem Informasi Perkreditan tidak mengindahkan
informasi antar bank maupun lembaga kewajibannya sebagaimana dimaksud
keuangan yaitu Lembaga Pengelola dalam Pasal 34 huruf a tersebut, sehingga
Informasi Perkreditan beralih secara menurut Pasal 83, Lembaga Pengelola
otomatis dari BI kepada OJK.11 Informasi Perkreditan dikenakan sanksi
Meski hingga saat ini pengaturan berupa teguran tertulis dari OJK.
mengenai Lembaga Pengelola Informasi Dalam hal terjadi ketidakakuratan data
Perkreditan masih menggunakan PBI, Informasi Perkreditan yang dihasilkan oleh
namun pelaksanaan pengaturan dan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan,
pengawasan Lembaga Pengelola Informasi maka Lembaga Pengelola Informasi
Perkreditan telah dilaksanakan oleh OJK, Perkreditan dapat dikatakan tidak
hanya saja Data Kredit hingga saat ini mengindahkan kewajibannya,
bersumber dari Bank Indonesia dengan sebagaimana dijelaskan oleh PBI tentang
aplikasi Sistem Informasi Debitur.12 Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
Perlindungan hukum bagi debitur atau di dalam Pasal 34 huruf a, yaitu Lembaga
Pengelola Informasi Perkreditan
11
Direktorat Pelayanan Konsumen Bidang Edukasi dan berkewajiban untuk menjaga akurasi,
Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, keterkinian, keamanan dan kerahasiaan
Email, 9 September 2016.
12
Ibid, 4 Oktober 2016
data.

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Lebih lanjut disebutkan didalam Pasal serta lembaga jasa keuangan lain yang
35, bahwa kebijakan dan prosedur dinyatakan diawasi oleh OJK berdasarkan
operasional sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan. Kaitannya
Pasal 34 huruf c tersebut salah satunya dengan hal tersebut adalah Lembaga
yaitu memuat mengenai prosedur Pengelola Informasi Perkreditan memiliki
penanganan dan penyelesaian pengaduan, kegiatan usaha yang mencakup berbagai
pasal ini mempertegas bahwa di dalam sektor, termasuk di dalamnya sektor jasa
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan keuangan, antara lain sektor perbankan,
itu sendiri wajib memiliki prosedur lembaga pembiayaan, dan lain sebagainya.
penanganan dan penyelesaian sengketa, Hal tersebut dapat diketahui apabila dikaji
sehingga apabila terjadi sengketa dengan melihat kepada kegiatan usaha
ketidakakuratan data dalam Informasi Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
Perkreditan, Lembaga Pengelola Informasi itu sendiri, yaitu dari kegiatan
Perkreditan wajib melakukan penyelesaian penghimpunan Data Kredit dan Data
sengketa secara internal oleh Lembaga Lainnya, fungsi dari Informasi Perkreditan
Pengelola Informasi Perkreditan yang sebagai produk dari Lembaga Pengelola
bersangkutan. Informasi Perkreditan, dan para pihak
B. Tanggung Jawab Lembaga yang berhak memperoleh Informasi
Pengelola Informasi Perkreditan Perkreditan.
Terhadap Ketidakakuratan Informasi Menurut Pasal 2 PBI nomor
Perkreditan. 15/1/PBI/2013 tentang Lembaga Pengelola
1. Lembaga Pengelola Informasi Informasi Perkreditan, Kegiatan usaha
Perkreditan Sebagai Lembaga Jasa yang dilakukan oleh Lembaga Pengelola
Keuangan Informasi Perkreditan terdiri dari
Lembaga Pengelola Informasi menghimpun Data Kredit dan/atau Data
Perkreditan merupakan Lembaga Jasa Lainnya dan mengolah Data Kredit
Keuangan, hal itu dapat diketahui apabila dan/atau Data Lainnya untuk
dilihat dari pengertian Lembaga Jasa menghasilkan Informasi Perkreditan.
Keuangan menurut UU Nomor 21 tahun Data Kredit adalah data mengenai
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan kondisi fasilitas penyediaan dana,
dalam Pasal 1 angka 4, lembaga jasa pembiayaan dari lembaga keuangan non
keuangan adalah lembaga yang bank, dan atau fasilitas lain yang dapat
melaksanakan kegiatan di sektor dipersamakan dengan itu. Data Kredit ini
perbankan, pasar modal, perasuransian, diperoleh dari Bank Indonesia, dan untuk
dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan memperkaya cakupan Data Kredit,
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
Disebutkan lebih lanjut bahwa Lembaga dapat melakukan kerjasama dengan
Jasa Keuangan Lainnya adalah pergadaian, lembaga keuangan. Data Lainnya adalah
lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan data selain Data Kredit yang dapat
ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan digunakan untuk menggambarkan
sekunder perumahan, dan lembaga yang kemampuan pihak tertentu dalam
menyelenggarakan pengelolaan dana memenuhi kewajiban keuangan. Untuk
masyarakat yang bersifat wajib, meliputi memperoleh Data Lainnya, Lembaga
penyelenggara program jaminan sosial, Pengelola Informasi Perkreditan dapat
pensiun, dan kesejahteraan, dan lain-lain, melakukan kerjasama dengan lembaga

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

keuangan dan non lembaga keuangan a. Lembaga Keuangan yang menjadi


seperti perusahaan listrik, perusahaan air anggota dari Lembaga Pengelola
minum, perusahaan jasa penagih utang, Informasi Perkreditan.
dan lembaga lainnya. Lembaga Keuangan yang dimaksud
Dari Data Kredit dan Data Lainnya hanya dapat menggunakan Informasi
tersebut diatas, dihasilkan Informasi Perkreditan untuk keperluan Lembaga
Perkreditan yang merupakan produk Keuangan yang bersangkutan dalam
dan/atau layanan yang dihasilkan oleh rangka Kelancaran proses penyediaan
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan dana untuk menilai kondisi keuangan
secara tertulis, lisan, dan atau dengan debitur atau calon debitur Lembaga
metode lainnya yang dimiliki oleh Keuangan; Penerapan manajemen risiko
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan. dalam menunjang kegiatan operasional
Sebagaimana yang telah dijelaskan di Lembaga Keuangan; dan/atau
atas, terlihat bahwa dalam kegiatan pemenuhan peraturan perundang-
penghimpunan Data Kredit dan Data undangan yang berlaku.
Lainnya, kegiatan usaha Lembaga b.Non Lembaga Keuangan yang menjadi
Pengelola Informasi Perkreditan sumber data Lembaga Pengelola
mencakup lembaga keuangan dan non Informasi Perkreditan yang
lembaga keuangan yang bergerak di bersangkutan.
berbagai sektor, termasuk didalamnya Pemberian Informasi Perkreditan hanya
sektor jasa keuangan. Kemudian isi dari dapat diberikan dalam rangka:
Informasi Perkreditan tersebut dapat Memperlancar dan mengamankan
merepresentasikan fungsi dari Informasi kegiatan operasional non Lembaga
Perkreditan itu sendiri, yaitu untuk Keuangan; dan/atau Pemenuhan
memberikan informasi profil dan/atau peraturan perundang-undangan yang
scoring kredit debitur, fasilitas berlaku.
pencegahan dini terhadap pelemahan c. Lembaga Pengelola Informasi
kualitas kredit/pembiayaannya, dan dapat Perkreditan Lain.
memberikan informasi ataupun penilaian Pemberian Informasi Perkreditan kepada
kemampuan para debitur dalam memenuhi Lembaga Pengelola Informasi
kewajiban keuangannya. Dengan demikian Perkreditan lain hanya dapat dilakukan
fungsi dari Informasi Perkreditan secara dalam rangka pelaksanaan kegiatan
garis besar adalah untuk membantu usaha Lembaga Pengelola Informasi
lembaga yang menyediakan dana kepada Perkreditan.
debitur atau nasabah untuk mengambil
suatu keputusan terkait pada debitur atau d.Debitur atau Nasabah.
nasabah yang bersangkutan. Lembaga Pemberian Informasi Perkreditan kepada
yang menyediakan dana kepada debitur debitur atau nasabah terbatas pada
atau nasabah tersebut merupakan lembaga Informasi Perkreditan atas nama debitur
jasa keuangan, antara lain bank, lembaga atau nasabah yang bersangkutan.
pembiayaan, dan sebagainya. e. Pihak Lain
Kemudian apabila dilihat dari pihak- Yang dimaksud dengan Pihak Lain
pihak yang berhak memperoleh Informasi antara lain penegak hukum dan instansi
Perkreditan menurut Pasal 50 adalah: publik, dan hanya dapat memperoleh
Informasi Perkreditan dalam rangka

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

melaksanakan fungsi dan tugasnya Perkreditan menghimpun Data Kredit dan


sebagaimana dimaksud dalam peraturan Data Lainnya dari lembaga keuangan dan
perundang-undangan. non lembaga keuangan terkait Debitur atau
Demikian dapat diketahui bahwa pihak- Nasabah yang bersangkutan. Setelah
pihak yang berhak menggunakan memperoleh Data Kredit dan Data
Informasi Perkreditan juga mencakup Lainnya, Lembaga Pengelola Informasi
Lembaga Keuangan dan Non Lembaga Perkreditan mengolah data-data tersebut
Keuangan, dimana lembaga jasa keuangan menjadi suatu Informasi Perkreditan, dan
termasuk di dalamnya. menyerahkannya kepada Nasabah atau
Dengan demikian melihat penjelasan Debitur yang bersangkutan. Namun,
mengenai kegiatan usaha Lembaga ternyata Nasabah atau Debitur menemukan
Pengelola Informasi Perkreditan di atas, ketidaksesuaian antara data di dalam
yang meliputi penghimpunan Data Kredit Informasi Perkreditan dengan kenyataan
dan Data Lainnya, fungsi dari Informasi yang ada. Sedangkan menurut Peraturan
Perkreditan, dan pihak-pihak yang berhak Bank Indonesia nomor 15/1/PBI/2013,
memperoleh Informasi Perkreditan, dapat Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
dikatakan bahwa kegiatan usaha LPIP berkewajiban untuk menjaga akurasi,
mencakup sektor jasa keuangan, dan dapat keterkinian, keamanan, dan kerahasiaan
mencocoki Pasal 1 angka 4 UU OJK data.
mengenai pengertian dari lembaga jasa Ketidakakuratan data Informasi
keuangan, sehingga dapat disimpulkan Perkreditan tersebut dapat memberikan
bahwa Lembaga Pengelola Informasi dampak terhadap kepercayaan lembaga
Perkreditan merupakan Lembaga Jasa yang menyediakan fasilitas penyediaan
Keuangan. dana kepada debitur atau nasabah yang
2. Gambaran Terjadinya Sengketa bersangkutan, yang bahkan dapat
Ketidakakuratan Informasi Perkreditan menyebabkan debitur atau nasabah yang
bersangkutan tidak mendapatkan fasilitas
penyediaan dana, sehingga dapat
menimbulkan kerugian finansial terhadap
debitur atau nasabah tersebut.

Bagan 1.1
Sumber: PBI No.15 tahun 2013
Untuk mengetahui profil
perkreditannya, seorang Debitur atau
Nasabah memintakan Informasi
Perkreditan atas nama sendiri kepada
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan.
Kemudian Lembaga Pengelola Informasi

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

3. Tanggung Jawab Lembaga melakukan kerjasama dengan Non


Pengelola Informasi Perkreditan Lembaga Keuangan.
d. Lembaga Pengelola Informasi
Perkredian Lain
Tujuan penggunaan Informasi Perkreditan
oleh Lembaga Pengelola Informasi
Perkreditan lain antara lain dalam rangka
proses verifikasi terhadap indikasi
ketidakakuratan Data Kredit dan/atau
Data Lainnya yang dikelola oleh
Lembaga Pengelola Informasi
Perkreditan.
Tanggung jawab Lembaga Pengelola
Bagan 1.2 Informasi Perkreditan terhadap
Sumber: PBI No.15 tahun 2013
ketidakakuratan data Informasi
Data Kredit dan Data Lainnya yang Perkreditan yang dihasilkannya diatur
diperoleh Lembaga Pengelola Informasi secara spesifik didalam Peraturan Bank
Perkreditan bersumber dari: Indonesia (PBI) Nomor 15/1/PBI/2013
a. Bank Indonesia (BI) tentang Lembaga Pengelola Informasi
Dalam menyelenggarakan kegiatan Perkreditan.
menghimpun dan mengolah Data Kredit Lembaga Pengelola Informasi
dan Data Lainnya untuk menghasilkan Perkreditan harus memiliki kebijakan dan
Informasi Perkreditan, Lembaga prosedur operasional mengenai prosedur
Pengelola Informasi Perkreditan penanganan dan penyelesaian pengaduan,
memperoleh Data Kredit dari Bank didalam Pasal 59 disebutkan bahwa
Indonesia melalui Sistem Informasi Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
Debitur (SID) dan Lembaga Pengelola wajib menindaklanjuti pengaduan yang
Informasi Perkreditan dikenakan biaya diajukan setiap pihak mengenai
perolehan data. ketidakakuratan data pada Informasi
b. Lembaga Keuangan Perkreditan yang dihasilkan Lembaga
Untuk memperluas dan memperkaya Pengelola Informasi Perkreditan.
cakupan Data Kredit dan/atau Data Dalam hal menindaklanjuti
Lainnya, Lembaga Pengelola Informasi pengaduan, Lembaga Pengelola Informasi
Perkreditan dapat melakukan kerjasama Perkreditan wajib melakukan penelitian
dengan Lembaga Keuangan. Data Kredit terlebih dahulu dan dapat melakukan
yang diperoleh Lembaga Pengelola koordinasi dengan pihak yang menjadi
Informasi Perkreditan dari Lembaga sumber Data Kredit dan Data Lainnya
Keuangan secara langsung antara lain untuk melakukan penelitian atas
mengenai data jumlah tanggungan permasalahan yang diadukan berdasar
keluarga, dan bukan merupakan Data dokumen dan/atau data yang dimiliki
Kredit yang bersumber dari BI. Lembaga Pengelola Informasi
c. Non Lembaga Keuangan Perkreditan. Hal tersebut dilakukan guna
Untuk memperluas dan memperkaya untuk mengetahui dari mana kesalahan
cakupan Data Lainnya, Lembaga sehingga mengakibatkan data yang
Pengelola Informasi Perkreditan dapat dimuat dalam Informasi Perkreditan

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

menjadi tidak akurat. b. Penanganan dan penyelesaian


Pasal 60 menjelaskan lebih lanjut, pengaduan;
dalam hal berdasarkan hasil dari c. Pemantauan penanganan dan
penelitian diketahui sebab penyelesaian pengaduan; dan
ketidakakuratan Informasi Perkreditan d. Perangkat organisasi yang menangani
disebabkan karena ketidakakuratan pengaduan
olahan Data Kredit dan/atau Data Lainnya Didalam pasal 61 disebutkan bahwa
oleh Lembaga Pengelola Informasi Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
Perkreditan yang bersangkutan, maka wajib menyelesaikan pengaduan debitur
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan atau nasabah yang disebabkan
wajib menindaklanjuti dengan melakukan ketidakakuratan hasil olahan Data Kredit
koreksi. Apabila berdasarkan hasil dari dan/atau Data Lainnya oleh Lembaga
penelitian diketahui sebab Pengelola Informasi Perkreditan paling
ketidakakuratan Informasi Perkreditan lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak
disebabkan karena ketidakakuratan Data tanggal diterimanya pengaduan, dan
Kredit atau Data Lainnya dari: Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
a. Lembaga keuangan yang merupakan dapat meminta kepada debitur atau
anggota Lembaga Pengelola Informasi nasabah untuk perpanjangan waktu
Perkreditan, dan/atau non lembaga penyelesaian pengaduan maksimal 20
keuangan yang bekerjasama dengan (dua puluh) hari kerja.
Lembaga Pengelola Informasi Lebih lanjut disebutkan Lembaga
Perkreditan dalam rangka memperluas Pengelola Informasi Perkreditan wajib
cakupan Data Lainnya, maka Lembaga menginformasikan batas waktu
Pengelola Informasi Perkreditan penyelesaian pengaduan dimaksud
meneruskan pengaduan debitur atau kepada pihak yang mengajukan
nasabah yang bersangkutan secara pengaduan. Dan dalam hal Lembaga
langsung kepada lembaga keuangan Pengelola Informasi Perkreditan telah
dan/atau non lembaga keuangan menyelesaikan pengaduan debitur atau
tersebut, dengan tembusan kepada Bank nasabah tersebut, Lembaga Pengelola
Indonesia. Informasi Perkreditan wajib
b.Lembaga keuangan yang bukan menginformasikan hasil penyelesaian
merupakan anggota Lembaga Pengelola pengaduan dimaksud kepada debitur atau
Informasi Perkreditan dimaksud, maka nasabah secara tertulis dan/atau
Lembaga Pengelola Informasi menggunakan sarana teknologi informasi
Perkreditan meneruskan pengaduan sesuai permintaan debitur atau nasabah.
debitur atau nasabah yang bersangkutan Pertanggungjawaban Lembaga
kepada Bank Indonesia Pengelola Informasi Perkreditan yang
Untuk menyelesaikan pengaduan sudah dijelaskan diatas merupakan suatu
debitur atau nasabah mengenai bentuk perwujudan dari kewajiban
ketidakakuratan Informasi Perkreditan, Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan sebagai pelaku usaha sebagaimana yang
wajib memiliki kebijakan dan prosedur telah disebutkan di dalam Pasal 7 UUPK.
tertulis yang paling kurang meliputi: Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
a. Penerimaan pengaduan; melakukan pengkajian dengan
berkoordinasi kepada lembaga keuangan

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dan non lembaga keuangan yang menjadi Badan Penyelesaian Sengketa


sumber dari Informasi Perkreditan Konsumen (BPSK).
tersebut guna menemukan dimana letak Selain BPSK, lembaga penyelesaian
dari kesalahan data Informasi Perkreditan sengketa di luar pengadilan juga ada
itu sendiri, kemudian setelah ditemukan Lembaga Alternatif Penyelesaian
sumber dari kesalahan Informasi Sengketa di Sektor Jasa Keuangan
Perkreditan tersebut, selanjutnya (LAPS-SJK) yang secara khusus
dilakukan koreksi dan kemudian menangani sengketa di sektor jasa
diserahkan kepada debitur atau nasabah keuangan yang diatur dalam Peraturan
yang bersangkutan. Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.
Dengan demikian dapat dikatakan 1/POJK.07/2014. Sampai saat ini tidak
bahwa Lembaga Pengelola Informasi ada LAPS-SJK yang menaungi
Perkreditan mengganti Informasi langsung Lembaga Pengelola Informasi
Perkreditan yang memuat data yang tidak Perkreditan, tetapi konsumen Lembaga
akurat tersebut, dengan Informasi Pengelola Informasi Perkreditan dapat
Perkreditan yang sudah dilakukan mengajukan permohonan fasilitasi
perbaikan sehingga tidak ada lagi unsur penyelesaian sengketa kepada OJK,
kesalahan didalamnya. namun demikian, peraturan mengenai
fasilitasi penyelesaian sengketa oleh
IV PENUTUP OJK ini mengacu pada POJK Nomor
A. Simpulan 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan
Berdasarkan hasil penelitian dan Konsumen Sektor Jasa Keuangan,
pembahasan yang telah dilakukan oleh dimana dalam peraturan ini Lembaga
penulis maka dapat disimpulkan bahwa: Pengelola Informasi Perkreditan tidak
1.Pengaturan mengenai perlindungan termasuk kedalam Pelaku Usaha Jasa
debitur atau nasabah terkait Keuangan, sehingga peraturan fasilitasi
ketidakakuratan Informasi Perkreditan penyelesaian sengketa oleh OJK di
pada intinya berkaitan dengan POJK tentang LAPS-SJK tersebut
kedudukan nasabah atau debitur sebagai menjadi percuma.
konsumen dari Lembaga Pengelola Adapun Pengaturan mengenai
Informasi Perkreditan, yaitu diatur perlindungan debitur atau nasabah
dalam Undang–Undang Nomor 8 Tahun sebagai konsumen Lembaga Pengelola
1999 tentang Perlindungan Konsumen Informasi Perkreditan terkait
(UUPK), dan secara lebih khusus diatur ketidakakuratan Informasi Perkreditan
dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang diatur dalam Peraturan Bank
Nomor 15/1/PBI/2013 tentang Lembaga Indonesia (PBI) Nomor 15/1/PBI/2013,
Pengelola Informasi Perkreditan. yaitu mengenai tanggung jawab
Perlindungan debitur atau nasabah Lembaga Pengelola Informasi
sebagai konsumen dalam UUPK Perkreditan untuk menjaga akurasi,
dirumuskan dalam hak konsumen dan kewajiban untuk adanya prosedur
kewajiban pelaku usaha serta penyelesaian sengketa secara internal,
pertanggungjawaban pelaku usaha, serta sanksi berupa teguran tertulis dari
kemudian UUPK sendiri memberikan Bank Indonesia (sekarang OJK).
ruang bagi konsumen untuk dapat 2.Tanggung jawab Lembaga Pengelola
mengajukan gugatan ganti rugi kepada Informasi Perkreditan apabila terjadi

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

ketidakakuratan Informasi Perkreditan melakukan ganti rugi atas segala


diatur secara khusus dalam Peraturan kerugian yang dialami debitur atau
Bank Indonesia (PBI) Nomor nasabah yang timbul akibat kesalahan
15/1/PBI/2013, yaitu Lembaga Informasi Perkreditan yang dihasilkan
Pengelola Informasi Perkreditan Lembaga Pengelola Informasi
berkewajiban menangani dan Perkreditan, karena tanggung jawab
menyelesaikan pengaduan terkait untuk melakukan koreksi saja dirasa
ketidakakuratan Informasi Perkreditan belum cukup apabila sudah ada
secara internal, dengan melakukan kerugian yang dialami debitur atau
koreksi terhadap Informasi Perkreditan nasabah yang bersangkutan, sehingga
yang memuat data yang tidak akurat seharusnya ada tanggung jawab
tersebut, dimana dalam prosesnya, melakukan ganti rugi. Hal yang
Lembaga Pengelola Informasi demikian berkaca pada UUPK sebagai
Perkreditan bekerjasama dengan peraturan yang lebih umum (lex
lembaga keuangan dan non lembaga generalis)
keuangan yang menjadi sumber dari
Informasi Perkreditan tersebut. V. DAFTAR PUSTAKA
B. Saran Az. Nasution, Hukum Perlindungan
Berdasarkan hasil penelitian dan Konsumen Suatu Pengantar (Jakarta:
pembahasan yang telah dilakukan penulis Diadit Media, 2002)
maka penulis memberikan beberapa saran Booklet Perbankan Indonesia 2015,
sebagai berikut: (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan
1.POJK No.1/POJK.07/2014 tentang Departemen Perizinan dan Informasi
LAPS-SJK Hingga saat ini masih belum Perbankan, 2015)
ada LAPS yang langsung menaungi Email, Direktorat Pelayanan Konsumen
Lembaga Pengelola Informasi Bidang Edukasi dan Perlindungan
Perkreditan. Meski POJK tentang Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, 7
LAPS-SJK mengamanatkan apabila September 2016, 4 Oktober 2016
belum ada LAPS yang menaungi Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo,
langsung, maka dapat memintakan Hukum Perlindungan Konsumen
fasilitasi penyelesaian sengketa oleh (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
OJK sesuai dengan ketentuan POJK 2011)
tentang Perlindungan Konsumen di Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji,
Sektor Jasa Keuangan, namun dalam Penelitian Hukum Normatif Suatu
POJK tersebut, Lembaga Pengelola Tinjauan Singkat, (Jakarta : PT Raja
Informasi Perkreditan itu sendiri tidak Grafindo Persada, 2004)
termasuk sebagai Pelaku Usaha Jasa Soemitro, Roni Hanitjo, Metodologi
Keuangan, sehingga fasilitasi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
penyelesaian sengketa oleh OJK (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982)
tersebut tidak dapat ditempuh. Dengan Wawancara Dengan Bapak Roesdaniel
demikian LAPS yang langsung Ibrahim, Staff Pelayanan Konsumen,
menaungi LPIP harus segera dibentuk. Otoritas Jasa Keuangan Jakarta
2.Perlunya aturan yang mengatur http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbanka
Lembaga Pengelola Informasi n/Pages/PBI_15_1_PBI.aspx diakses
Perkreditan untuk bertanggung jawab pada tanggal 18 April 2016

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

http://www.bi.go.id/id/ruang- 15/1/PBI/2013 Tentang Lembaga


media/infoterbaru/Pages/BISosialisasi Pengelola Informasi Perkreditan
kanKetentuan LPIP.aspx diakses pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
tanggal 1 Mei 2016 Nomor 1/POJK.07/2014 tentang
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Lembaga Alternatif Penyelesaian
tentang Perbankan Sengketa
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
tentang Perlindungan Konsumen 1/POJK.07/2013 tentang
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
tentang Otoritas Jasa Keuangan Keuangan
Peraturan Bank Indonesia Nomor:

15

Anda mungkin juga menyukai