Anda di halaman 1dari 6

ALKITAB 1: APAKAH AL-QURAN TIDAK MEMILIKI KESALAHAN?

ALKITAB 1
APAKAH AL-QURAN TIDAK MEMILIKI KESALAHAN?

TANTANGAN : Orang-orang Muslim tidak mau menghafalkan atau membaca


Alkitab, karena mereka percaya bahwa kitab-kitab di dalam Alkitab sudah
dipalsukan. Mengenai Al-Quran, mereka menghafalkan dan sering
membacanya, karena mereka yakin bahwa kitab itu tidak dipalsukan, dan
tidak memiliki kesalahan. Karena itu orang-orang Muslim mengajak orang-
orang Kristen untuk tidak lagi percaya kepada Alkitab, dan hanya percaya
kepada Al-Quran. Bisakah seorang Kristen menerima undangan ini? Apakah Al-
Quran benar-benar tidak memiliki kesalahan?

JAWABAN: Banyak orang Muslin percaya bahwa Allah menurunkan Al-Quran


dari surga kepada Muhammad. Tidak sedikit pula yang berpikir bahwa Al-
Quran diberikan kepada Muhammad oleh seorang malaikat dalam bentuk satu
buku yang lengkap. Mereka yakin bahwa Al-Quran tidak akan bisa
diselewengkan, karena Allah yang membuatnya menjadi tidak memiliki
kesalahan dan karena itu tidak akan bisa dicemarkan.

Kalau anda bertanya kepada seorang ahli Muslim mengenai bagaimana asal
mula terjadinya Al-Quran, anda akan mendapatkan gambaran yang sama
sekali berbeda. Mereka mengajarkan bahwa Muhammad tidak bisa membaca
dan menulis sebagai bukti bahwa ia tidak membuat Al-Quran sebagai tiruan
dari ajaran Yahudi ataupun Kristen. Lebih lagi, mereka menekankan bahwa
Muhammad tidak menerima Al-Quran seluruhnya sekaligus, tetapi bagian
demi bagian di dalam Al-Quran secara supranatural disampaikan kepadanya
dalam jangka waktu tertentu. Orang-orang Muslim itu mengatakan bahwa Al-
Quran belum menjadi buku ketika Muhammad wafat pada tahun 632. Orang-
orang Muslim yang menjadi sahabat Muhammad sudah menghafalkan
berbagai bagian dari Al-Quran dan juga mencatat beberapa bagiannya dalam
tulisan di kulit kayu, tulang atau dikulit binatang. Baru setelah tahun 653
seorang pejabat Muslim memerintahkan, atas mandat dari seorang penguasa
Muslim, untuk mengumpulkan berbagai bagian Al-Quran yang tersedia dan
kemudian menggabungkannya menjadi satu manuskrip yang dibakukan.
Setelah itu, Kalifah Usman memerintahkan agar semua manuskrip Al-Quran

1
yang lain dimusnahkan. Hanya versi resmi yang ada padanya yang diijinkan
untuk tetap ada. Bahkan sampai saat ini, kaum Shiah bertengkar dengan
kaum Sunni mengenai pengumpulan bagian di dalam Al-Quran ini. Mereka
saling berbantahan bahkan sampai sekarang, karena kaun Shiah yakin bahwa
dewan pengumpul itu dengan sengaja meninggalkan satu ayat Al-Quran yang
sangat penting yang isinya memberikan penghormatan yang sangat tinggi
kepada Ali, Imam kaun Shiah, melebihi semua orang Muslim lainnya.

Ketika bertanya kepada ahli-ahli Muslim, yang sangat hafal akan Al-Quran
dan yang terlatih dalam seni membaca Al-Quran (tajwiid), anda akan melihat
bahwa tidak hanya ada “satu” Al-Quran, tetapi bahwa orang-orang Muslim
memiliki berbagai jenis Al-Quran. Ini yang mereka sebut sebagai “bacaan”
atau “cara melafalkan” (qira'aat) dari Al-Quran. Untuk setiap bacaan Al-
Quran mereka akan mengutip salah satu tokoh Muslim dari awal masa Islam,
yang cara lafalnya, sampai hari ini, dianggap yang paling benar. Setiap
bacaan dari tokoh yang demikian diriwayatkan oleh paling tidak dua orang
tokoh Muslim lain dengan cara masing-masing. Versi Al-Quran yang
didistribusikan hampir ke seluruh dunia sekarang ini sebagai sebuah kitab
berbahasa Arab yang memakai lafal baca ‘Asim (wafat 745) yang
diriwayatkan oleh Hafs (wafat 796). Namun sebenarnya, ada enam lagi cara
bacaan Al-Quran. Salah satunya adalah lafalan Nafi (wafat 785) –yang
diriwayatkan oleh Warsh (wafat 812)—yang sampai sekarang masih dipakai di
Maroko. Lima lafalan yang lain adalah dari Ibnu Amir (wafat 770), dari Ibnu
Katsir (wafat 773), dari Ibnu Amir (wafat 770), dari Hamzah (wafat 773) dan
dari Al Kasa’i (wafat 804). Beberapa ahli Muslim bahkan menerima sampai
sejumlah empat belas perbedaan bacaan Al-Quran yang masing-masing diberi
nama berdasarkan tokoh Islam pencetusnya yang diriwayatkan oleh dua ahli
Muslim dengan cara masing-masing. Pada tahun 1988 Saudi Arabia secara
resmi menerbitkan sebuah versi Al-Quran dimana bacaan menurut ‘Asim yang
diriwayatkan oleh Hafs dicetak di tengah setiap halaman, sementara di sisi
pinggir masing-masing halaman dicantumkan tulisan masing-masing penjamin
Muslim tentang ayat yang bersangkutan (kalau tidak ada perbedaan besar
dengan kebanyak teks lainnya). Saya sudah pernah mempelajari edisi Al-
Quran ini dan melihat bahwa arti dari kata-kata atau lafalan yang berbeda
dari Al-Quran itu bisa berbeda tergantung dari cara bacaannya itu.

KABAR BURUK : Kaum Shiah dan kaum Sunni masih tidak bisa sepakat
mengenai versi Al-Quran yang mana yang mencantumkan semua ayat-ayat

2
yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad. Bahkan sekarang ada 28 Al-
Quran yang berbeda yang secara rutin dibaca oleh orang-orang Muslim yang
taat (empat belas bacaan, masing-masing diriwayatkan dengan cara yang
berbeda oleh dua orang penjamin). Lalu yang mana dari antara Al-Quran ini
yang dianggap tidak memiliki kesalahan? Dan kalau seorang Muslim
mengatakan bahwa seluruh 28 bacaan itu tidak memiliki kesalahan, lalu apa
sebenarnya yang disebut sebagai “tidak memiliki kesalahan” itu? Karena itu
saya tidak percaya bahwa Al-Quran adalah sebuah kitab yang tidak memiliki
kesalahan yang dibuat oleh Allah.

KABAR BAIK: Masing-masing pandangan tentang Al-Quran yang berbeda-beda


itu sudah membebaskan saya dari belenggu kitab Al-Quran di dalam seluruh
aspek kehidupan saya. Kuasanya sudah dipatahkan. Saya tidak lagi terikat
kepada Al-Quran sebagai sebuah kitab, tetapi bisa dengan bebas menyelidiki
Kebenaran.

TAMBAHAN INFORMASI: Sangat menarik untuk mencari di museum-museum


dan koleksi pribadi di dunia ini dan kemudian melihat betapa berbedanya
manuskrip yang paling tua dari Al-Quran dengan versi Al-Quran yang ada saat
ini. Sebuah penjelasan singkat tentang manuskrip-manuskrip Al-Quran dari
masa-masa awal Islam tertulis di dalam buku tulisan François Déroche: The
Abbasid Tradition. Qur'ans of the 8th to the 10th centuries AD (Oxford
University Press 1992). Sebuah telaah menunjukkan adanya perbedaan-
perbedaan ini:

1. Manuskrip-manuskrip Al-Quran yang mungkin kemungkinan besar dituliskan


sebelum tahun 800 dibuat dengan menggunakan gaya tulisan miring (yang
disebut Naskah gaya Ma’il atau Hijazi) dimana sebagai contoh huruf Arab A
atau L tidak dituliskan secara tegak, dari atas ke bawah, sebagaimana di
dalam semua naskah Arab yang dipakai sekarang, tetapi dituliskan miring
dari kanan atas ke sisi kiri bawah. Lebih lagi, banyak kata-kata di dalam
manuskrip kuno itu yang kurang huruf dibandingkan dengan yang ada di
dalam Al-Quran sekarang ini.
2. Dalam manuskrip-manuskrip awal Al-Quran tidak konsonan bisa dibedakan
dengan jelas satu dengan yang lainnya. Huruf-huruf Arab N, T, Th, N dan Y,
sebagai contohnya, nampak sangat mirip di sana. Sepanjang dengan
berlalunya waktu, tambahan-tambahan tanda, yang disebut sebagai tanda-

3
tanda diakritikal, ditambahkan kepada huruf-huruf dasarnya, sehingga
konsonan-konsonan Arab bisa dibedakan dalam bentuk tulisannya. Pada
awalnya tanda-tanda itu berupa garis-garis kecil; dan kemudian, setelah
sekitar tahun 900, titik dipakai di atas atau di bawah huruf dasar,
membedakan satu konsonan dengan konsonan lainnya. Karena itu, teks dari
Al-Quran yang awal sangat membingungkan kalau dilihat dari perbedaan
konsonan yang ada.
3. Baru setelah sekitar tahun 950 ada tanda-tanda vokal yang diletakkan di
semua kata-kata bahasa Arab di dalam manuskrip Al-Quran kuno: pertama-
tama berupa titik tebal, dan kemudian, sebagaimana sekarang, garis-garis
kecil atau huruf-huruf mungil yang diletakkan di atas atau di bawah
konsonan. Karena makna dari kata dalam bahasa Arab sangat bergantung
kepada vokal yang menyertainya, teks dari Al-Quran kuno itu juga
membingungkan dari sisi pemakaian vokal-nya.
Al-Quran yang paling tua saat ini, yang memakai manuskrip dengan memakai
konsonan dan tanda vokal seperti Al-Quran yang ada sekarang, tertanggal
tahun 1000. Mushaf itu dituliskan oleh seorang ahli kaligrafi terkenal dari
Baghdad yang bernama Ibn al-Bawwab. Semua mushaf Al-Quran yang ada
dahulu berbeda dengan Al-Quran yang ada sekarang. Kebingungan karena
penulisan yang ada di dalam mushaf-mushaf awal itu menjadi penyebab
munculnya bacaan yang berbeda-beda terhadap Al-Quran di masa
setelahnya.

KESAKSIAN: Nama saya Azali dan saya tinggal di Pakistan. Ketika saya masih
remaja, seorang guru agama Islam saya mengajarkan bahwa Al-Quran tidak
bisa dikalahkan, karena dimeteraikan oleh Allah (yang disebut ma’soum). Di
kelas saya semua muridnya beragama Islam, kecuali dua orang Kristen. Saya
ingin mereka juga masuk Islam. Karena itu saya ingin membuktikan kepada
mereka bahwa Al-Quran jauh lebih kuat daripada Alkitab mereka. Saya
menantang mereka untuk membawa Alkitab mereka, supaya mereka bisa
melihat sendiri bahwa Al-Quran jauh lebih kuat. Kemudian mereka membawa
Alkitab mereka, dan saya membawa Al-Quran saya. Saya yakin sekali bahwa
Al-Quran tidak bisa ditaklukkan, karena sudah dimeteraikan oleh Allah.
Karena itu, saya menantang untuk membakar kitab masing-masing. Kitab
yang terbakar adalah kitab yang lebih lemah dan kalah! Lalu saya membakar
Al-Quran saya, dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan melindunginya dari
api. Tetapi saya sangat terkejut, kitab saya langsung terbakar dan membara.

4
Ini sangat mengganggu perasaan saya. Lalu saya mau membuktikan kepada
orang-orang Kristen itu bahwa Alkitab mereka juga tidak lebih baik dan
berusaha membakar Alkitab itu. Tetapi biar bagaimanapun saya berusaha,
Alkitab mereka tidak mau terbakar walau bagaimanapun diusahakan pada
saat itu. Ini sangat membuat saya shock dan bahkan sampai jatuh pingsan.
Saat saya sadar kembali, saya percaya kepada kebenaran Alkitab. Orangtua
saya, keduanya Muslim yang sangat taat, sangat membenci iman saya yang
baru dan mengusir saya dari rumah. Saya mengalami masa-masa yang sulit
setelah itu, tetapi saya memiliki keyakinan yang sangat mendalam akan iman
saya yang baru. Lalu saya masuk ke sebuah Sekolah Alkitab. Hari ini saya
bersaksi kepada orang-orang Muslim di negara saya dan di seluruh dunia
dengan memakai internet bahwa Alkitab bisa dipercaya dan bahwa Al-Quran
bukannya tidak memiliki kesalahan.

DOA: Allah yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, saya sangat
tersentuh dengan kebenaran-kebenaran mengenai Al-Quran ini. Saya yakin
bahwa Engkau menyatakan diri-Mu melalui nabi-nabi dan rasul-Mu.
Tolonglah saya menemukan Firman-Mu yang benar dan siapkan saya untuk
menerima kebenaran-Mu.

PERTANYAAN: Mengapa Kalifah Usman memerintahkan pembakaran


terhadap manuskrip-manuskrip Al-Quran? Berapa banyak bacaan Al-Quran
yang berbeda di jaman ini dan apa saja nama-nama mereka yang didasari
oleh nma tokoh Islam yang memunculkannya? Bagaimana perbedaan Al-
Quran yang ada di jaman ini dibandingkan dengan manuskrip-manuskrip Al-
Quran yang ada di masa mula-mula?

UNTUK DIHAFALKAN: "Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN,


supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut
akan nama-Mu " (Mazmur 86:11 – Perkataan Nabi Daud)

Anda mungkin juga menyukai