Anda di halaman 1dari 6

Salib 3: BAGAIMANAKAH ANAK ABRAHAM DITEBUS?

SALIB 3
BAGAIMANAKAH ANAK ABRAHAM DITEBUS?

TANTANGAN: Orang-orang Muslim menerima ajaran Al-Quran, yang


mengatakan bahwa manusia bisa diselamatkan dari neraka dan mendapatkan
surga dengan melakukan perbuatan baik. Inilah sebabnya mereka menolak
keyakinan Kristen akan penebusan dosa atau melalui kematian Kristus
sebagai pengganti di kayu salib. Menurut iman ini, manusia tidak bisa
menyelamatkan diri sendiri melalui perbuatan baik. Namun, keselamatan
hanya bisa terjadi melalui adanya pihak ketiga, yang sebagai pengganti
menanggung hukuman atas dosa-dosa kita. Benarkah memang tidak ada sama
sekali jejak penebusan melalui kematian pengganti dari pihak lain yang bisa
ditemukan di dalam Al-Quran? Haruskah orang Muslim, dengan demikian,
secara penuh menolak iman penebusan melalui kematian Kristus sebagai
pengganti bagi kita di kayu salib?

JAWABAN: Secara sepintas memang nampak demikian, karena Al-Quran


(Surat an-Nisa' 4:157) mengatakan bahwa Kristus tidaklah dibunuh ataupun
disalibkan, karena Ia sama sekali tidak mati. Justru, Allah dikatakan sudah
menyelamatkan Dia dari musuh-musuhnya, yang berniat untuk membunuh-
Nya. Bukannya mati dan bangkit dari kematian, Ia dikatakan diangkat
langsung ke surga (Surat an-Nisa' 4:158), dimana Ia, menurut tradisi Islam
(Hadits), hidup saat ini sampai hari kedatangan-Nya yang kedua kali. Lebih
lagi, menurut Al-Quran, bahkan kalaupun Kristus mati, kematian-Nya tidak
bisa menjadi pengganti menanggung hukuman yang seharusnya dipikul
manusia, karena, secara jelas Al-Quran mengajarkan, tidak ada manusia yang
dibebani oleh dosa yang bisa memikul beban dosa orang lain ( Surat al-An'am
6:164, al-Isra' 17:15; Fatir 35:18; al-Zumar 39:7 and an-Najm 53:38)
Namun, kalau diselidiki secara lebih mendalam, ada kekecualian yang bisa
ditemukan. Salah satu bagian yang paling penting di dalam Al-Quran, yang
berbicara mengenai penebusan dari pihak ketiga, bisa ditemykan dalam
konteks kisah mengenai anak Abraham yang dikorbankan sebagai korban
sembelihan.

Kisah ini ditemukan di dalam Surat as-Saffat 37:99-111: “99 Dan Ibrahim
berkata:"Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan
memberi petunjuk kepadaku. 100 Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku

1
(seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.' 101 Maka Kami beri
dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar 102 Maka tatkala
anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.' 103 Tatkala keduanya
telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya ) 104 Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim
105 sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik
106 Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.' 107 Dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. 108 Kami abadikan
untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang
kemudian,: 109 (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". 110
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik..
111 Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

Ayat yang paling penting adalah ayat 107. Kalau diterjemahkan secara
harafiah dari bahasa Arab, maka ayat itu berarti demikian “Dan sudah
menebuslah kami akan dia dengan sebuah korban sembelihan yang agung
(besar).” (Dalam transkripsi Arab: wa-faday-naa-hu bi-dhabhin 'adhim) Untuk
bisa menangkap keseluruhan kekuatan makna dari ayat Al-Quran ini, kita
perlu merenungkan setiap unsur di dalam wahyu Allah ini. Kita akan
melakukannya dengan mengajukan pertanyaan yang muncul baik dari
ayatnya maupun dari konteksnya.

1. “Dan sudah menebus …” (wa-faday-): Di sini Al-Quran dengan jelas


memberikan kesaksian akan adanya penebusan (fidya, fidaa') yang sudah
terjadi melalui adanya korban sembelihan. Atas dasar pengajaran yang ada di
kebanyakan bagian lain di dalam Al-Quran, seorang Muslim akan bertanya
kepada dirinya sendiri : Mengapa Allah harus melakukan sesuatu (menebus,
memberikan korban untuk disembelih, mengorbankannya)” Mengapa ia tidak
membiarkan saja Abraham melakukan hal itu kepada anaknya? Mengapakah
tebusan itu diperlukan?
2. “… kami …” (-naa-): Al-Quran tidak hanya mengatakan tentang telah
terjadinya penebusan, tetapi bahwa Allah sendirilah sang Penebus itu.
Keagungan dari kata jamak “kami” di sini bukan menunjuk kepada malaikat
atau manusia, tetapi kepada Allah sendiri. Di sini orang Muslim tidak bisa

2
tidak mengajukan pertanyaan: Mengapa bukan Abraham sendiri yang
menebus anaknya? Mengapa harus Allah yang melakukannya? Dan karena
korban sembelihan itu disebut sebagai “besar (agung),” pasti berarti bahwa
korban itu bukan berasal dari dunia ini, tetapi dari surga. Di sini muncul
pertanyaan selanjutnya bagi orang Muslim: Mengapa bukan Abraham sendiri
yang menyediakan korban untuk disembelih, atau paling tidak membayar
untuk korban itu? Mengapa korban sembelihan itu harus dari surga, bukan
dari dunia ini?
3. “… dia …” (-hu): Kata ini menunjuk kepada anak Abraham, yang dalam
ketaatan yang besar menuruti ayahnya untuk melalukan semua yang
diperintahkan Allah kepadanya. Di sini seorang Muslim akan bertanya :
Apakah anak Abraham memang bersalah, sehingga ia harus ditebus? Tentu
saja tidak, karena ia merupakan teladan ketaatan yang mutlak. Atau apakah
Abraham melakukan dosa ketika ia mau mengorbankan anaknya, sehingga ia
yang harus ditebus? Sekali lagi jawabannya, “TIDAK!” Karena Allah dengan
jelas yang memerintahkan dia mengorbankan anaknya. Dari situ akan muncul
pemikiran baru : Perbuatan baik yang saya penuhi tidak membebaskan saya
dari dosa yang saya lakukan.
4. “… dengan sebuah kurban sembelihan, …” (bi-dhabhin): Al-Quran
memberikan kesaksian bahwa sebuah korban penebusan dibunuh, karena ia
menjadi korban sembelihan, yang mati ketika disembelih. Di sini seorang
Muslim akan bertanya: Mengapa perlu menyembelih sesuatu dan
mencurahkan darah, untuk bisa menebus anak itu?
5. “… yang agung (besar).” ('adhim): Ini adalah kata yang paling menarik di
dalam ayat ini. Kata ini mendorong adanya pertanyaan ini di dalam diri
seorang Muslim: Mengapa korban yang disembelih adalah agung (besar)?
Apakah korban itu agung (besar) karena ia berasal dari Allah, atau ia agung
(besar) dari dirinya sendiri? Karena salah satu dari 99 nama Allah adalah al-
'adhim (kebesaran yang agung), apakah bisa dikatakan bahwa korban yang
disembelih adalah sesuatu yang ilahi, karena ia memiliki nama ilahi?
Kalau anda mau mendapatkan jawaban yang memuaskan untuk semua
pertanyaan yang diajukan sendiri oleh Al-Quran, maka hanya ada satu jalan
keluar: Anda harus menerima Injil dan percaya kepada pengorbanan Kristus
yang menebuskan di kayu salib bagi segala dosa dunia. Korban yang besar
dari Allah ini sudah menebus anak Abraham, dan anda juga!

KABAR BURUK: Al-Quran memang menuliskan, bertolak belakang dengan


pandangan Muslim secara umum, jejak tentang adanya kematian pengganti
yang menebuskan dari pihak lain – yaitu, dalam kisah tentang bagaimana

3
anak Abraham ditebuskan.

KABAR BAIK: Untuk alasan ini seorang Mislim bisa, bahkan sesuai dengan
perkataan Al-Quran sendiri, menangkap iman yang besar kepada kematian
Kristus sebagai pengganti bagi kita di kayu salib. Umat Allah, dan dengan itu
ia akan bisa memahami bagian di dalam Al-Quran, yang tidak akan bisa
dimengerti tanpa keyakinan itu.

KESAKSIAN: Nama saya Barakatullah dan saya berasal dari Mesir. Saya dahulu
seorang perwira tentara dan seorang pemimpin agama Islam. Suatu hari saya
melihat secarik kertas yang menarik perhatian saya. Tertulis di dalam kertas
itu “Tetapi Aku berkata kepadamu!” Saya lalu mengambilnya dan membaca
kelanjutannya. Kristus berbicara disana dan Ia berkata, “Kamu telah
mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu.” Ayat dari Injil ini (Matius 5:43-44) sangat
mengejutkan saya. Sebagai seorang Muslim saya tahu tentang Kristus. Apakah
Ia memiliki hak untuk mengubah perintah dari Allah? Apakah Ia punya
otoritas untuk melakukannya? Untuk bisa menjawab pertanyaan ini, saya
mengikuti kursus sore hari yang diadakan oleh Universitas al-Azhar di Kairo.
Selama empat tahun saya belajar ilmu perbandingan agama dari sudut
pandang Islam, dan bisa mendapatkan gelar akademis. Saya harus
mempelajari agama Hindu, Budha, Konghucu, Yudaisme, dan Kristen,
termasuk Kitab Suci mereka. Dengan tekun saya mempelajari Al-Quran, dan
membandingkannya dengan kitab-kitab itu. Melalui penyelidikan itu saya
menjadi Kristen. Saya menemukan bahwa Kristus memiliki hak untuk
mengubah Hukum Allah, karena Dia, seperti Allah, memiliki hak untuk
memerintah manusia agar taat kepada-Nya, sebagaimana yang ditegaskan di
dalam Al-Quran (Surat Al 'Imran 3:50 dan as-Zukhruf 43:63) Hari ini saya
menceritakan kepada orang-orang Muslim apa yang saya pelajari pada waktu
itu. Penyelidikan mengenai bagaimana anak Abraham ditebus, seperti yang
anda baca dalam artikel ini, adalah penemuan yang saya dapatkan pada
waktu itu. Penemuan itu menolong saya untuk percaya kepada Yesus Kristus
sebagai Anak Allah yang disalibkan. Saya dan keluarga saya mengalami
banyak penganiayaan sejak saat itu. Tetapi sampai hari ini, saya tetap setia
kepada Kristus.

DOA: Saya bersyukur dari lubuk hati saya, ya Allah yang penuh rahmat,
bahwa Engkau sudah menebus anak Abraham. Engkau benar kalau membuang

4
saya ke neraka karena dosa saya. Tetapi Engkau menetapkan jalan yang
baru, tentang cara saya bisa diselamatkan. Saya percaya kepada penebusan
yang Engkau berikan, agar saya tidak harus masuk neraka.

PERTANYAAN: Menurut Al-Quran, siapakah yang menebus anak Abraham?


Mengapa ia perlu ditebus? Siapa yang menebus anda dari hukuman neraka?

UNTUK DIHAFALKAN: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
(Yohanes 3:16 – Perkataan Kristus di dalam Injil)

Anda mungkin juga menyukai