Oleh :
WIJI NURASTUTI
STTI RESPATI YOGYAKARTA
0
HALAMAN PENGESAHAN
4. Pembimbing**)
a. Nama Lengkap (Gelar) : Wasit Ginting, M.Kom
b. Jabatan Akademik : Asisten Ahli
c. Unit Kerja / PT : STTI Respati Yogyakarta
5. Jumlah Tim Peneliti : Mandiri
7. Lokasi Penelitian : Sleman - Yogyakarta
8. Jumlah Biaya : Rp. 1.570.000,-
(Satu Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Ribu Rupiah)
Mengetahui/ Menyetujui :
1
SURAT KETERANGAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :**)
1. Nama :
NIP/NIDN :
Jabatan Fungsional :................................................. (.............AK) Bidang
Ilmu :
Unit Kerja / PT :
2. Nama :
NIP/NIDN :
Jabatan Fungsional : .................................................. (..........AK)
Bidang Ilmu :
Unit Kerja / PT :
Memberikan rekomendasi untuk Karya Ilmiah dengan judul :
Nama :
NIP/NIDN :
Jabatan Fungsional : ............................................................... (............AK)
Bidang Ilmu :
Unit Kerja / PT :
Yogyakarta,
Yang memberikan rekomendasi
(............................................) (.............................................)
NIP NIP
2
Bab I
Pendahuluan
3
sebagai dasar indikator pembangunan. Dalam laporan International sejak tahun 1995
– 2004 posisi perempuan di Indonesia dilihat dari Pembangaunan Gender (GDI) dan
Pemberdayaan Gender (GEM) cenderung melemah dan bahkan semakin tertinggal di
kawasan Asia Tenggara, sebab di negara lain lebih cepat perkembangannya.
4
Mayoritas perempuan pekerja sektor formal menduduki posisi yang kurang penting.
Hal ini memang sering dikaitkan dengan kemampuan perempuan yang lebih terbatas,
yang seringkali merupakan cerminan dari pendidikannya. Alasan lain yang sering
pula dikemukakan adalah perempuan hanya cocok bagi pekerjaan yang feminin atau
pekerjaan yang berkaitan dengan nalurinya dalam peran sebagai ibu rumah tangga
atau mitra pembantu laki-laki, misalnya guru, perawat, pelayan restoran, juru masak,
operator telepon, teller bank, dan sejenisnya (Barry, 1989 seperti dikutip oleh
Chrysanti Hasibuan-Sedyono dalam Gardiner, 1994:214).
Bekerja sebagai seorang Dosen sangat berarti bagi wanita itu sendiri, hal itu
dapat memberikan dampak yang positif seperti timbulnya harga diri, lebih mandiri
dan dapat menunjang kehidupannya. Di sisi lain, dampak negatif dari pekerjaan dapat
berupa penyakit yang timbul akibat melakukan pekerjaan, kecelakaan dan gangguan-
gangguan yang ditimbulkan oleh lingkungan kerjanya.
Pekerja perempuan dalam fungsi sebagai ibu ataupun sebagai sosok
perempuan yang tidak atau belum menikah, bekerja di luar rumah memerlukan energi
yang lebih besar bila dibandingkan dengan perempuan dalam peran kodratinya saja.
Perempuan yang tidak atau belum menikah di dalam kehidupan dengan orangtuanya
ataupun hidup sendiri maupun hidup bersama keluarga lain membebani perempuan
tersebut dengan beragam persoalan. Persoalan yang dihadapi perempuan sebagai ibu
rumah tangga, mendidik, mengasuh anak, melayani suami serta pekerjaan-pekerjaan
rumah tangga lainnya. (Molo, 1993 dan Setyawati, 1995).
Peran perempuan bagi pekerja perempuan tanpa disadari telah meningkatkan
tekanan fisik maupun mental. Peran perempuan dapat dikatakan memiliki konsep
dualisme cultural, yakni adanya konsep domestic sphere ( lingkungan
domestik ) dan public sphere (lingkungan publik ). Lingkungan publik adalah
lingkungan pekerjaan di luar rumah yang diakui secara formal di masyarakat seperi
kedudukan, prestise, kepuasan gaji, dan status sosial. Lingkungan domestik adalah
lingkungan yang tidak pernah lepas dari kodratnya sebagai perempuan yaitu ibu yang
5
melahirkan, menyusui, membimbing, mendidik, mengasuh anak dan mendapingi
suami. (Rahayu, dalam Arianta dan Azwar 1993). Dalam perannya sebagai istri,
tenaga kerja perempuan lebih banyak mengalami konflik-konflik perkawinan dalam
rumah tangganya (Susmayati, 1995).
Seorang pekerja wanita , dalam kasus ini adalah seorang Dosen wanita dapat
menjalankan peran yang berbeda-beda. Hal ini dapat mengakibatkan tuntutan yang
berbeda-beda pula dari masing-masing peran. Differensiasi dalam beberapa peran itu
dapat menumbuhkan kompetisi dalam menggunakan waktu, energi, perhatian dan
komitmen. Hal ini dapat menimbulkan konflik peran perempuan yang berkaitan
dengan stres dan kelelahan kerja akibat beban kerja yang berat.
Berdasarkan faktor-faktor di atas maka peneliti berkeinginan melakukan
penelitian tentang Peran Ganda Dan Tingkat Kelelahan Dosen Wanita Di Yogyakarta.
6
Bab II
Tinjauan Pustaka
Banyak hal yang ditanyakan yang berhubungan dengan tingkat tipe kerja
kognitif yang berbeda mengikuti putaran circadian berbeda dan tingkat putaran-
putaran ini dipisahkan oleh variabel individu berbeda seperti pagi sampai sore hari,
gaya kognitif, dan jenis kelamin subjek. Mengenai hal ini Mackenberg dkk (1974)
melaporkan topik yang memerlukan latihan teratur lebih efektif dipelajari pada jam
pagi, sedangkan subjek yang memerlukan restrukturisasi atau pemikiran kompleks
lebih efektif dipelajari pada sore hari. Studi saat ini dilakukan untuk meneliti lebih
jauh tentang variabel yang mempengaruhi interaksi antara tipe pekerjaan dan
pelaksanaan pada hari kerja yang berbeda.
Selain itu efek jenis kelamin menghasilkan pekerjaan-pekerjaan analogi.
Subjek perempuan menunjukkan skor lebih tinggi dari laki-laki. Variabel jenis
kelamin dimasukkan karena hasil penemuan mengindikasikan bahwa skor perempuan
secara signifikan lebih tinggi dibanding laki-laki pada skala Studi Metodis ILP
(Watkins dan Hattie, 1981), dan laki-laki lebih diklasifikasikan ke dalam tipe pagi
daripada perempuan oleh kuesioner kerja saat pagi hari sampai sore hari (Horne dan
Otsberg, 1976). Secara umum diharapkan bahwa bekerja di pagi hari akan bekerja
lebih baik daripada yang bekerja di sore hari pada kondisi pagi hari dan tipe sore hari
akan bekerja lebih baik daripada pagi hari pada kondisi sore hari. Kinerja tersebut
dengan pekerjaan ringan akan lebih baik pada pagi hari daripada sore hari dan kinerja
untuk pekerjaan analogi akan lebih baik pada sore hari dibanding pagi hari.
Hubungan antara jenis kelamin, tipe circadian, dan hari kerja dalam pelaksanaan
kerja akan menjadi interaktif dan pelaksanaan kerja akan berhubungan dengan level
pemrosesan.
7
Intensitas dan lamanya kerja fisik dan Problem Fisik: tanggung jawab,
mental kekhawatiran konflik
Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja
dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan
maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan
tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga
otot statis 15 – 20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan
berlangsung sepanjang hari. Menurut Astrand dan Rodahl (1977) kerja dapat
dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang
dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot. Lebih lanjut Suma’mur
(1982) dan Grandjean (1993), juga menyatakan bahwa kerja otot statis merupakan
kerja berat (Strenous), kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis dan
dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi
8
energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat yang lebih
lama.
9
Tabel 3. 1
Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi,
Suhu Tubuh dan Denyut Jantung
Kategori Konsumsi Ventilasi Suhu Rektal Denyut
Beban Kerja Oksigen Paru (1/min) (oC) Jantung
(1/min) (denyut/min)
Ringan 0,5 - 1,0 11 – 20 37,5 75 - 100
Sedang 1,0 – 1,5 20 – 31 37,5 – 38,0 100 - 125
Berat 1,5 – 2,0 31 – 43 38,0 – 38,5 125 - 150
Sangat 2,0 – 2,5 43 – 56 38,5 – 39,0 150 - 175
Berat
Sangat 2,5 – 4,0 60 – 100 >39 >175
berat sekali
Christensen (1991: 1699). Encyclopedia of Occupational Health & Safety.
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat
digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan
aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang
bersangkutan. Di mana semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu
kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti
atau sebaliknya.
3.2 Penilaian beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja
Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode untuk
menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk
menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro
Cardio Graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat
manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Dengan
metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja dengan persamaan berikut :
10
10 Denyut
Denyut Nadi (Denyut/Menit) = × 60 (1)
Waktu Penghitungan
Selain metode 10 denyut tersebut, dapat juga dilakukan penghitungan denyut
nadi dengan metode 15 detik atau 30 detik. Penggunaan nadi kerja untuk menilai
berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan. Selain mudah, cepat,
sangkil, dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya cukup
riliabel. Disamping itu tidak terlalu mengganggu proses kerja dan tidak menyakiti
orang yang diperiksa. Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang
diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan
perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika maupun
kimiawi (Kurniawan, 1995).
Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak
cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan
oleh jumlah kJ (kilo Joulle) yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot
yang terlibat dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan
kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka
denyut nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja.
Astrand dan Rodahl (1977); Rodahl (1989) menyatakan bahwa denyut nadi
mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja.
Dan salah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan
merasakan pada arteri radialis di pergelangan tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa
jenis yang didefinisikan oleh Grandjean (1993) :
a. Denyut nadi istirahat: adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai.
b. Denyut nadi kerja: adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
c. Nadi kerja: adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
11
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting didalam
peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan yang
potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum tersebut oleh
Rodahl (1989) didefinisikan sebagai heart rate reserve (HR reserve). HR reserve
tersebut diekspresikan dalam persentase yang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Denyut nadi kerja − Denyut nadi istirahat
% HR Reserve = × 100 (2)
Denyut nadi maksimum − Denyut nadi istirahat
Lebih lanjut, Manuaba dan Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi
beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan
denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load) yang
dinyatakan dalam %CVL, dapat dihitung dengan rumus berikut.
100 × (Denyut nadi kerja - Denyut nadi istirahat)
% CVL = (3)
Denyut nadi maksimum - Denyut nadi istirahat
Denyut nadi maksimum untuk laki-laki dinyatakan dengan 220 dikurangi
umur dan untuk wanita dinyatakan dengan 200 dikurangi umur. Dari hasil
perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah
ditetapkan sebagai berikut :
<30% = Tidak terjadi kelelahan
30 s.d. <60% = Diperlukan perbaikan
60 s.d. <80% = Kerja dalam waktu singkat
80 s.d. <100% = Diperlukan tindakan segera
>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas
Selain cara-cara tersebut diatas, Kilbon (1992) mengusulkan bahwa
cardiovasculair strain dapat diestimasi dengan menggunakan denyut nadi pemulihan
(heart rate recovery) atau dikenal dengan metode ’Brouha’. Keuntungan dari metode
ini adalah sama sekali tidak mengganggu atau menghentikan pekerjaan, karena
pengukuran dilakukan tepat setelah subjek berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan
(P) dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama, kedua dan ketiga. P1, P2, P3
12
adalah rerata dari ketiga nilai tersebut dan dihubungkan dengan total cardiac cost
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika P1 – P2 ≥ 10, atau P1, P2 dan P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan
normal.
b. Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja
tidak berlebihan (not excessive).
c. Jika P1 – P2 < 10 dan jika P3 > 90, perlu redesain pekerjaan.
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi pada
ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual
fitness) dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak segera tercapai,
maka diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain
tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun variabel keseluruhan dari variabel
bebas (tasks, organisasi dan lingkungan kerja) yang menyebabkan beban kerja
tambahan.
13
mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari
suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil suatu keputusan atau
proses mengingat informasi yang lampau. Yang menjadi masalah pada manusia
adalah kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang
disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang
tua. Setiap kita tahu bahwa orang tua kebanyakan mengalami penurunan daya ingat.
Dengan demikian menurut Eberts (1985) penilaian beban kerja mental lebih
tepat menggunakan penilaian terhadap tingkat ketelitian, kecepatan maupun konstansi
kerja seperti seperti tes “Bourdon Wiersma”. Sedangkan jenis pekerjaan yang lebih
memerlukan kesiapsiagaan tinggi (Vigilance) seperti petugas ‘air traffic controllers’
di Bandar udara adalah sangat berhubungan dengan pekerjaan mental yang
memerlukan konsentrasi tinggi. Semakin lama orang berkonsentrasi maka akan
semakin berkurang tingkat kesiapsiagaannya. Maka uji yang lebih tepat untuk menilai
Vigilance adalah tes ”waktu reaksi”. Dimana waktu reaksi sering digunakan sebagai
cara untuk menilai kemampuan dalam melakukan tugas-tugas yang berhubungan
dengan mental.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
3).Observasi : Suatu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan
penelitian dan pengamatan secara langsung pada obyek
penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah Dosen
Wanita yang berdomisili di Daerah Istimewa.
b. Data sekunder : data tambahan untuk melengkapi data primer. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan (library research) yaitu
penelitian dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan
permasalahan yang ada. Literatur dapat berupa buku-buku, artikel, majalah,
internet dan lain-lain yang berhubungan dengan topik penelitian.
16
Validitas kuesioner diukur dengan menggunakan validitas butir yaitu
dengan mencari korelasi nilai butir dengan nilai total. Uji validitas alat ukur dalam
penelitian ini menggunakan program komputer SPSS 11.5, program Uji Kesahihan
Butir (Sugiyono, 2005).
17
BAB IV
Cronbach's N of
Alpha Items
.813 40
18
signifikasi 5% dan derajat bebas = 60-2 (diambil nilai derajat bebas = ∞) yaitu
sebesar 0,165. JIka nilai r pada Corrected Item-Total Correlation < r tabel,
maka variable tersebut dikatakan tidak valid. Dari table di atas, ada dua nilai r
< r table, jadi tidak semua variable adalah valid. Dari sini karena jumlah
variable yang tidak valid hanyalah kecil yakni dua dibandingkan dengan
jumlah kesemuanya yakni 60, maka tidak diperrlukan adanya perbaikan
kuesioner. Namun apabila peneliti ingin memperbaiki kuesioner tersebut juga
tidak masalah.
4.2 Analisis Data Responden
Gambar 4.1
Grafik Frekuensi Umur Responden
wanita
Count
0
jk
5
4
laki-laki
Count
0
23.0 24.0 25.0 26.0 27.0 28.0 29.0 30.0 31.0 32.0 33.0 34.0 35.0 37.0 38.0 39.0 40.0 41.0 42.0 45.0 46.0 48.0 49.0 50.0 52.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
umur
19
Gambar 4.2
Grafik Frekuensi Umur Responden
Belum Kawin
30
25
20
wanita
Count
15
10
jk
30
25
20
laki-laki
Count
15
10
0
1.00 2.00 1.00 2.00
status status
Tabel 4.1
Grafik Frekuensi Status Responden
status
belum kawin jumlah
laki-
status laki 10 20 30
wanita 4 26 30
jumlah 14 46 60
20
Gambar 4.3
Grafik Frekuensi Profesi Responden
20
wanita
Count
15
10
jk
25
20
laki-laki
Count
15
10
0
.00 1.00 2.00 3.00 .00 1.00 2.00 3.00 .00 1.00 2.00 3.00 .00 1.00 2.00 3.00
Dari gambar 4.3 di atas menunjukkan ada 4(empat) pengelompokan profesi dalam
kuisioner. Hal tersebuat dibuat untuk lebih memperjelas kondisi responden. Namun
empat profesi tersebut semuanya adalah profesi Dosen. Mahasiswa pasca maksudnya
adalah Dosen yang masih berstatus sebagai mahasiswa, sedangkan wiraswasta adalah
Dosen yang berwiraswasta. Jadi semua responden pada intinya adalah seseeorang
yang mempunyai profesi Dosen.
21
Tabel 4.2
Frekuensi Pekerjaan Dosen
pekerjaan
mahasiswa dosen dosen
pasca PTN PTS wiraswasta jumlah
laki-
status laki 4 2 22 2 30
wanita 7 7 13 3 30
jumlah 11 9 35 5 60
Data yang akan dianalisis merupakan hasil jawaban dari semua responden
atau kuesioner yang telah mereka terima. Penilain kuesioner yang diberikan pada
variabel bergerak dari angka 0 hingga 4. Semakin tinggi penilaian yang diberikan,
maka penerapan variabel yang dipersepsikan oleh responden akan semakin kuat.
Untuk mengetahui tingkat skor atau tinggi rendahnya skor penilaian dari masing-
Kategori penilaian tingkat kelelahan: ringan, sedang, dan berat. Diketahui jumlah
kategori : 3
Interval =
∑ skor maksimal - ∑ skor minimal
∑ kategori
∑ skor maksimal = 40
22
∑ skor minimal = 0
40 − 0
Interval = =13.33 ≈ 13
3
Interval =
∑ skor maksimal - ∑ skor minimal
∑ kategori
∑ skor maksimal = 1512.5
1512.5 - 437.0833
Interval = = 358.472
3
23
4.3.3 Tingkat kelelahan responden berdasarkan denyut nadi
Dimana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-
umur) untuk wanita. Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan
24
4.4 Perbandingan Tingkat Kelelahan Dosen Wanita dan Dosen Pria di DIY
a) Berdasar Kuesioner
60
Cumulative Frequency
50
40
sedang
30
20
10
kuesioner_
0
60
Cumulative Frequency
50
40
ringan
30
20
10
0
laki-laki wanita
jk
tingkat kelelahan
ringan sedang jumlah
laki-
status laki 9 (15 %) 21 (35%) 30
wanita 5 (8.33 %) 25 (41.67%) 30
jumlah 14 46 60
25
Chi-Square Tests
Dari statistic pearson chi-square, diketahui nilai sig : 0.222 > alpha
: 0.05 berarti Ho tidak ditolak sehingga tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kelelahan. Berarti berdasarkan data kuesioner
yang telah diisi oleh para responden, dapat disimpulkan bahwa
perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi adanya perbedaan
tingkat kelelahan.
b) Berdasar Reactimer
30
25
20
Count
berat
15
10
5
kode
30
25
20
sedang
Count
15
10
0
laki-laki wanita
jk
26
tingkat kelelahan
sedang berat jumlah
laki-laki 12 (20%) 18 (30%) 30
status
wanita 1 (1.67%) 29 (48.33%) 30
jumlah 13 47 60
27
c) Berdasar Denyut Nadi
25
diperlukan perbaikan
20
Count
15
10
tingkat_kelelahan
5
25
15
10
0
laki-laki wanita
jk
tingkat kelelahan
sedang berat jumlah
laki-laki 14 (23.33%) 16 (26.67%) 30
status
wanita 22 (36.67%) 8 (13.33%) 30
jumlah 36 24 60
28
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for jenis_
3.143 1.066 9.267
kelamin (wanita / laki-laki)
For cohort tingkat_
kelelahan = tidak terjadi 1.571 1.013 2.438
kelelahan
For cohort tingkat_
kelelahan = diperlukan .500 .253 .988
perbaikan
N of Valid Cases 60
29
4.5 Apakah ada interaksi pada tingkat kelelahan Dosen wanita dengan
Dosen Pria antara jenis kelamin dan jenis perusahaan?
Nilai sig : 0.718 > alpha : 0.05 berarti Ho ditolak Ada interaksi antara
jenis kelamin dengan profesi dosen. Ini berarti dalam penentuan besarnya
tingkat kelelahan ada interaksi antara jenis kelamin dengan profesi dosen.
30
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Berdasar Kuesioner
31
c. Berdasar Denyut Nadi
Dari 30 responden wanita terdapat 22 orang tidak terjadi kelelahan dan
8 orang yang diperlukan perbaikan.
Dari 30 responden laki-laki terdapat 14 orang tidak terjadi kelelahan
sedang dan 18 orang yang diperlukan perbaikan.
Dari statistic pearson chi-square, diketahui nilai sig : 0.035 < alpha :
0.05 berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan
tingkat kelelahan. Berdasarkan perhitungan denyut nadi, dapat disimpulkan
bahwa perbedaan jenis kelamin mempengaruhi adanya perbedaan tingkat
kelelahan. Artinya jenis kelamin responden berpengaruh terhadap
perbedaan tingkat kelelahan yang dirasakan.
Nilai Odds Ratio = 3.143, itu artinya dosen wanita mempunyai resiko
3 x lebih besar terkena kelelahan(diperlukan perbaikan) daripada dosen lelaki.
Ada interaksi pada tingkat kelelahan Dosen wanita dengan
Dosen Pria antara jenis kelamin dan jenis perusahaan
Nilai sig : 0.718 > alpha : 0.05 berarti Ho ditolak Ada interaksi antara jenis
kelamin dengan profesi dosen. Ini berarti dalam penentuan besarnya tingkat
kelelahan ada interaksi antara jenis kelamin dengan profesi dosen.
5.2 Saran
Tingkat kelelahan Dosen wanita dan Dosen Pria kemungkinan disebabkan
oleh aktivitas kerja fisik, kerja statis, lingkungan kerja, psikologis. Sebaiknya
instansi atau yayasan pengelola pendidikan atau Dinas terkait menyesuaikan
kapasitas kerja fisik dan mental, kerja yang lebih dinamis dan lebih bervariasi,
mengadakan reorganisasi kerja dan mendesain ulang lingkungan kerja agar lebih
nyaman. Khususnya pemberian penghargaan dan motivasi terhadap kinerja
Dosen.
Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menyempurnakan penelitian yang
sudah ada, dengan menggunakan metode analisis yang berbeda dan berfokus pada
side effect dari penelitian ini.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arinanta, L. I. dan Azwar, S. 1993. Peran Jenis Androgini dan konflik Peran
Ganda pada Ibu Bekerja. Jurnal Psikologi No. 2, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
De Greef, Marla & Van Den Brooek, Carla. 2004. Working paper. Quality of The
Working Environment and Productivity. Research Findings and Cases
Study. European Agency For Society and Health at Work. Belgium
Grandjean. 1995. Fitting The Task To The Man (4th Edition). A Text Book
Occupational Ergonomics, London, New York, Philadelphia.
33
Kurniawan, D. 2000. Pengaruh Gizi dan Kesehatan Tenaga Kerja Wanita
terhadap Peningkatan Produktivitas. Pusat Hiperkes, Majalah Hiperkes
dan Kesehatan Keselamatan, Vol. XXXIII, Jakarta.
34
Lampiran – Lampiran
1. Jadwal Pelaksanaan
2008
No Kegiatan Penelitian Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A Persiapan
1. Pertemuan tim
2. Instrumentasi
3. Penentuan lokasi
4. Pengurusan ijin
5. Observasi/survey
6. Menentukan pengambilan
data
B Pelaksanaan
1. Sebar Kuisioner
2. Uji Validitas & Realibilitas
3. Wawancara Awal
4. Penggunaan Reaction Timer
5. Penggunaan Stop watch
6. Wawancara Ulang
C Penyusunan Laporan
1. Olah data
2. Diskusi dan pembahasan
3. Pelaporan
4. Penggandaan dan penjilidan
35
2. Personalia Penelitian
1. Ketua Peneliti
a. N a m a : Wiji Nurastuti,SE,MT
b. Jenis kelamin : P
c. N.I.K. : 440206002
d. Disiplin Ilmu : Teknologi Informasi
e. Pangkat/Golongan : Penata Muda / IIIB
f. Jabatan funsional : -
g. Fakultas/Jurusan : Komputerisasi Akuntansi
h. Waktu penelitian : 20 minggu
2. Laboran/Teknisi : Triyana, S.Kom
3. Tenaga Administrasi : Fitri Yuli Astuti, A.Md
3. Biaya Penelitian
Biaya penelitian yang dikeluarkan sebesar Rp.
No. Uraian Jumlah (Rp.)
1 Studi pustaka 200.000,-
2 Persiapan 200.000,-
3 Bahan dan peralatan:
Kertas HVS 80.000,-
Tinta printer 75.000,-
Alat tulis 75.000,-
Dokumentasi 150.000,-
Peta daerah Istimewa Yogyakarta 45.000,-
4 Transportasi dan akomodasi 20 hari x Rp. 10.000 200.000,-
5 Pengambilan dan pengumpulan data 150.000,-
6 Pengolahan dan analisis data 100.000,-
7 Penyusunan laporan 75.000,-
8 Penggandaan dan penjilidan 100.000,-
9 Lain-lain 120.000,-
Total 1.570.000,-
36
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
37
PELATIHAN DAN SEMINAR
Wiji Nurastuti,SE,MT
NIK : 440206002
38