Anda di halaman 1dari 39

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324889080

SEMAY (SMART ERA MARKETING IN AGRICULTURAL YIELD) : STRATEGI DAN


INOVASI PEMASARAN BERBASIS SMART DESA UNTUK MENINGKATKAN
PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN di INDONESIA

Conference Paper · March 2017


CITATIONS READS

0 622

3 authors, including:

Anik Susma Wardani


Airlangga University
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Anik Susma Wardani on 02 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


i

SEMAY (SMART ERA MARKETING IN AGRICULTURAL


YIELD) : STRATEGI DAN INOVASI PEMASARAN
BERBASIS SMART DESA UNTUK MENINGKATKAN
PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN di INDONESIA

Diusulkan Oleh:

Anik Susma Wardani / 041311133155 / 2013 (Ketua Kelompok)

Nabila Widiastuti / 041311133011 / 2013 (Anggota Kelompok)

Sanjivani Bulandari Radji / 041311133140 / 2013 (Anggota


Kelompok)

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2017
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini diajarkan untuk mengikuti Kompetisi KaryaTulis Tingkat


Mahasiswa Nasional (Katulistiwa ) 9 Tahun 2017

Judul Karya Tulis : Semay (Smart Era Marketing In Agricultural


Yield) : Strategi Dan Inovasi Pemasaran
Berbasis Smart Desa Untuk Meningkatkan
Pembangunan Sektor Pertanian Di Indonesia
Ketua Kelompok
a). Nama Lengkap : Anik Susma Wardani
b).Tempat,Tanggal Lahir : Surabaya, 23 Agustus 1994
c). NIM : 041311133155

d). Fakultas : Ekonomi dan Bisnis


e). Universitas : Airlangga

f). Prestasi :-

AnggotaKelompok
Nama Anggota1 : Nabila Widiastuti
Tempat,Tanggal Lahir : Ponorogo, 12 Januari 1995
NIM : 041311133011
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Universitas : Airlangga
Prestasi :-

NamaAnggota 2 : Sanjivani Bulandari R


Tempat,Tanggal Lahir : Banyuwanyi, 13 Juli 1993

NIM : 041311133140
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Universitas : Airlangga
Prestasi : -
iii

Dosen Pembimbing
Nama Lengkap dan Gelar : Drs.Ec. Tri Haryanto, M.P., Ph.D
NIP : 196811131993031003

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok

( Drs.Ec. Tri Haryanto, M.P., Ph.D ) ( Anik Susma Wardani )


NIP: 196811131993031003 NIM: 041311133155

Dengan ini menyatakan bahwa karya Tulis dengan judul:


“Semay (Smart Era Marketing In Agricultural Yield) : Strategi Dan Inovasi
Pemasaran Berbasis Smart Desa Untuk Meningkatkan Pembangunan Sektor
Pertanian Di Indonesia”
Adalah benar –benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau saduran dari
karya tulis Orang lain serta belum pernah dilombakan dan dipublikasikan dalam
bentuk apapun. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh panitia KATULISTIWA 9 berupa
didiskualifikasi dari Kompetisi

Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, untuk dapat dipergunakan bila mana
diperlukan.
Surabaya, 31 Maret 2017
Ketua Kelompok

Anik Susma Wardani


(041311133155)
i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrahNya
penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa
tersusun dengan baik.

Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa literatur
seperti buku, jurnal, dan media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat
memahami tentang inovasi smart desa yang diterapkan pada sektor pertanian atau bisa disebut
juga dengan Semay. Pada era digitalisasi seperti saat ini Semay dapat diterapkan untuk sektor
pertanian dalam hal monitoring ketersediaan komoditas pertanian danmemantau harga
komoditas pertanian, dengan tujuan yaitu menaikkan Nilai Tukar Petani (NTP) yang beberapa
tahun belakangan terus mengalami penurunan. Nilai Tukar Pertanian dianggap penting karena
berdampak pada kesejahteraan petani.

Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
penerbitan paper ini di masa mendatang.

Surabaya, Maret 2017

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

Cover

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi ………………………………………………………………………………..…….ii

Abstrak ……………………………………………………………………………………….iii

I. PENDAHULUAN:

1.1 Latar Belakang ……..………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah ………………………….……………………………………….…3

1.3 Tujuan dan Manfaat ……………………………..…………………………………….4

II. TINJAUAN PUSTAKA:

2.1 Landasan Teori …………………………..……………………………………………6

2.2 Penelitian Terdahulu ………………………………..………..……………………….11

2.3 Hipotesis …………………………..…………………………………………………12

III. METODE PENULISAN

3.1 Pendekatan Penelitian …………………………..……………………………………13

3.2 Alat Analisis …………………………………………………………………………14

IV. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Analisis Permasalahan ……………………..………..……………………………….18

4.2 Hasil Analisa ……………………………….………………………………………..22

V. KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Simpulan …………………………..…………………………………………………26

5.2 Saran ………………………………………………………………………………...26

Daftar Pustaka

Lampiran
iii

Abstrak

IOT (Internet of Things) adalah struktur yang menyediakan identitas eksklusif dan kemampuan
untuk memindahkan data melalui jaringan tanpa memerlukan dua cara handshaking dari satu
orang ke orang lainnya. Hal ini memungkinkan jalan untuk menghubungkan kapan saja di mana
saja dengan apa pun dan siapa pun dengan menggunakan topologi jaringan. Oleh karena itu
munculah "Smart Village" dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT)
untuk mengatasi tantangan pedesaan. Fokus utama dunia mengenai “Smart Village” menurut
World Bank adalah pada sektor pertanian. Rancangan dasar teknologi pertanian mengontrol
sistem pertanian dan memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Sektor pertanian merupakan
salah satu penyumbang terbesar dalam pembangunan perekonomian di Indonesia dibuktikan
dengan kontribusinya sebesar 13.8% dan pertumbuhan sebesar 4.18%. Sektor pertanian juga
mencakup jumlah tenaga kerja yang cukup besar. Namun, Menurut BPS adanya sektor pertanian
di desa yang tidak mengurangi permasalahan khas desa saat ini terletak pada prosentase
kemiskinannya yang cukup besar yakni 62%. Indikator kesejahteraan petani yang dilihat dari
NTP (Nilai Tukar Petani) kian menurun dari tahun ke tahun. NTP tahun 2014 berada di angka
102.03 setelah mengalami penurunan sebesar 2.89 dari tahun sebelumnya. Belum lagi
permasalahan lainnya yakni agribisnis di Indonesia ini disebabkan oleh masih terbatasnya
sarana pemasaran produk pertanian sehingga NTP masih kecil. Kondisi tersebut akhirnya
mendorong pemerintah untuk menggagas konsep Smart Desa sebagai solusi untuk
memudahkan permasalahan-permasalahan yang ada di pedesaan salah satunya di sektor
pertanian. Gagasan ini merupakan inovasi yang bergerak dengan bantuan teknologi digital yang
lebih relevan dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu SEMAY (Smart Era Marketing In
Agricultural Yield) dibuat untuk pengaplikasian internet of thing untuk desa.

Keywords: Smart Village, Internet of Things, Agriculture Yield, NTP


1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Indonesia yaitu sektor
dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak sebesar 35,9 persen dari seluruh total tenaga
kerja di Indonesia pada tahun 2011. Selain itu kontribusi sektor pertanian terhadap
PDB cukup besar yaitu peningkatan rata-rata 4,0 persen/tahun. Pada tahun 2000
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar Rp. 66,2 trilyun menjadi RP. 166,8
trilyun pada tahun 2011 (Bappenas, 2015). Meskipun menjadi unggulan karena berperan
dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, sektor pertanian belum mampu membuat para
petani tersebut mendapatkan kesejahteraan yang layak. Pengelolaan dan sistem yang
digunakan masih bersifat tradisional membuat proses dari sektor pertanian menjadi tidak
efisien. Kurangnya informasi mengenai harga pasar pada komoditas pertanian yang
didapat oleh para petani berdampak pada kesejahteraan petani. Biaya produksi yang
dikeluarkan lebih besar dibanding dengan pendapatan dari hasil penjualan komoditas
pertanian. Hal tersebut merupakan salah satu faktor mengapa
Nilai Tukar Petani (NTP) setiap tahun terus mengalami penurunan.

Nilai Tukar Petani


106.00
105.00
104.00
103.00
102.00
101.00
100.00
99.00
98.00
97.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

NILAI TUKAR PETANI

Sumber : BPS.go.id, 2016

Gambar 1.1
Nilai Tukar Petani di Indonesia
Tahun 2008 – 2017
2

Nilai Tukar Petani (NTP) Indonesia bersifat fluktuatif namun cenderung terus
menurun. Penurunan yang sangat tajam terjadi antara tahun 2013 menuju tahun 2014,
turun dari 104,92 ke 102,03 di tahun 2014. Dan penurunan terus terjadi hingga tahun
2016. Kondisi tersebut seiring dengan naiknya angka kemiskinan di pedesaaan. Pada
tahun 2012 angka kemiskinan di pedasaan sebesar 63,4 persen lebih besar dibanding
kemiskinan diperkotaan yang hanya sebesar 36,6 persen.
Era digitalisasi seperti saat ini menjadikan internet adalah salah satu kebutuhan
baru dalam masyarakat. Internet menjadi sangat dekat dengan kehidupan masyarakat
karena saat ini internet dapat menunjang setiap aktivitas. Internet of Things (IoT)
merupakan konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas
internet yang tersambung secara terus-menerus. Implementasi IoT telah dapat
dirasakan oleh masyarakat antara lain pada bidang sektor pembangunan, sektor energi,
sektor rumah tangga, sektor kesehatan, sektor industri, transportasi, perdagangan,
keamanan, teknologi dan jaringan.

Sumber : yudhanto, 2017


Gambar 1.2
Aktivitas Manusia yang Terhubung dengan Internet

Penerapan IoT secara langsung merubah sistem dari bidang yang


menerapkannya. Sistem yang berbasis digital dinilai lebih baik, karena sistem digital
menjadikan bidang tersebut bersifat transparan, efisien, cepat, dan mudah. Selain itu
pengembangan IoT terus dilakukan salah satunya dengan memanfaatkannya untuk
mengangkat daerah pedesaan atau dikenal dengan istilah Smart Village.
3

Smart village merupakan isu yang hangat di tingkat internasional pada saat ini.
Banyak pemerintahan negara di dunia mulai menerapkan konsep Smart Village untuk
mengatasi beberapa permasalahan seperti ekonomi, kependudukan, transportasi,
pendidikan, kesehatan, birokrasi, energi dan yang paling baru adalah bidang pertanian.
Smart Village in Agricultural Yield (SEMAY) merupakan gagasan baru yang
mendapat perhatian khusus oleh masyarakat dunia. Karena banyak orang mulai
memperhatikan bidang pertanian yang saat ini mulai meredup karena banyak yang
hanya terfokus pada pengembangan industri.
Konsep SEMAY adalah hal yang baru dan tepat jika diterapkan di Indonesia.
Permasalahan dalam bidang pertanian yang banyak, terutama menyangkut NTP yang
terus menurun dapat diselesaikan dengan cara tersebut. Selain dapat memonitor
komoditas pertanian, merekatkan hubungan antar warga, SEMAY juga dapat menjadi
penghubung penjual komoditas, petani, dan pembeli komoditas pertanian dengan
harga yang menguntungkan untuk kedua belah pihak.
Guna mendukung program SEMAY diperlukannya dukungan semua elemen
masyarakat terutama pemerintahan desa yang diperlukan untuk membantu
melaksanakan program tersebut. Pemerintah desa menjadi ujung tombak
pembangunan daerah perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam melaksanakan
program SEMAY dengan melakukan sosialisasi dan pendataan pada setiap petani di
desa tersebut.
Penelitian ini terfokus pada pembangunan aplikasi yang mampu memberikan
keuntungan bagi penjual dan pembeli komoditas pertanian. Namun dengan tujuan
utama kesejahteraan bagi petani. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan
metode pengumpulan data yaitu studi kepustakaan. Sistem yang akan dibangun oleh
penulisyaitu berbentu web dimana aplikasi dan database terpusat di server yang dapat
diakses di masing-masing desa dengan username dan password yang telah tersedia.
Seluruh data akan terintegrasi baik pada tingkat kecamatan maupun kabupaten.
Penelitian yang mengambil tema “...... “ , diharapkan mampu menyelesaikan
permasalahan di bidang pertanian dengan cara digital, efisien, dan transparan
khususnya untuk membantu kesejahteraan para petani.

2. Rumusan Masalah
Setelah mengkaji latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini antara lain :
4

1. Bagaimana membuat perancangan model dan analisa Smart Era Marketing


Agriculture Yield (SEMAY) dengan menggunakan Bussines Model Canvas serta
Analisa SWOT?
2. Apakah perpaduan konsep Smart Village based on Internet of Things dapat
mengurangi permasalahan petani terhadap pemasaran produk pertanian berbasis
teknologi?
3. Bagaiman keunggulan SEMAY dibandingkan dengan platform sebelumnya?

3. Batasan Penelitian
sebagaimana telah diuraikan diatas, sehubungan dengan keterbatasan waktu dan
biaya maka dalam penyusunan penelitian ini peneliti memberikan batasan penelitian
yaitu : peneliti hanya membatasi penelitian di lingkup sektor pertanian dan sistem
manajemen marketing produk pertanian. Konsep penelitian diperuntukkan untuk
wilayah perdesaan yang telah diterapkan konsep BUMDES/ Smart Village oleh
pemerintah namun kurang maksimal dalam hal eksekusi dan hasil. Mengadopsi konsep
sebelumnya yakni bisnis startup “limakilo.id” yang dibuat oleh sebuah perusahaan
swasta, perbedaannya seamy dilakukan oleh pemerintah dengan memberdayakan
masyarakat sekitar pedesaan.

4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan pendapatan nasional negara, mengurangi ketimpangan
ekonomi dan pemerataan distribusi pendapatan dari sisi pembangunan ekonomi
2. Memajukan sektor pertanian agar kesejahteraan petani lebih meningkat dengan
pemanfaatan teknologi di era ekonomi digital
3. Meningkatkan efisiensi pemasaran produk hasil pertanian
4. Stabilisasi harga produk pertanian dengan memberi info harga serta stok hasil panen
kepada masyarakat agar tidak ada permainan harga produk pertanian di pasar
5. Untuk mengurangi tingkat pengangguran di desa dengan adanya SEMAY diharapkan
mampu memberi pekerjaan tambahan bagi warga desa.
5

5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Petani: Nilai Tukar Petani sebagai indikator tingkat kesejahteraan petani di desa
meningkat dengan pemanfaatan teknologi digital, efisiensi pemasaran produk hasil
pertanian di desa,
2. Masyarakat:informasi dan harga produk pertanian akan stabil jika seluruh sektor
pertanian di desa memanfaatkan konsep SEMAY ini
3. Negara: Pendapatan negara meningkat melalui sektor pertanian, pengangguran dapat
berkurang dengan adanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, ketimpangan
ekonomi berkurang dan distribusi pendapatan dapat merata
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Nilai Tukar Petani

Menurut BPS (2016) pengertian dari Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator
proxy kesejahteraan petani. NTP merupakan perbandingan antara Indeks harga yg diterima
petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib).

a. Arti Angka NTP :

• NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari
kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.

• NTP = 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya


sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani
sama dengan pengeluarannya.

• NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun,
lebih kecil dari pengeluarannya.

b. Kegunaan dan Manfaat

• Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang
yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam
penghitungan pendapatan sektor pertanian.

• Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang
yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di
pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil
pertanian. Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di
pedesaan.
7

• NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani
dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.

• Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan
produk lain. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk
pertanian dapat dilakukan.

2.1.2 Internet Of Things

Menurut Khaur, 2016 IOT menjelaskan jaringan di seluruh dunia miliaran atau triliunan
benda-benda yang dapat dikumpulkan dari lingkungan fisik di seluruh dunia disebarkan
melalui Internet dan dikirim ke pengguna akhir. IOT adalah teknologi masa depan dalam
komunikasi yang merupakan di balik konsep smart desa. IOT memungkinkan setiap objek
dalam sebuah system dapat saling berinteraksi dan berkoordinasi dengan jaringan nirkabel
untuk kelancara fungsi system.

Sumber: Khaur, 2016

2.1.3 Smart Village - Pertanian

Smart Desa adalah sebuah aplikasi teknologi canggih di bidang pertanian yang
memecahkan serangkaian rintangan teknis di bidang teknologi informasi untuk efisien
lebar daerah dan data yang dapat diandalkan transmisi bawah sistem terintegrasi (Bangera,
T et al,2016). Menurut Khaur (2016) smart cities atau smart village berasal dari
pengaplikasian teknologi IoT (Internet Of Things). N. Viswanadham, SowmyaVedula
(2010) mendefinisikan Smart Village (Smart Village Ekosistem) Sebuah
8

Ekosistem terdiri dari jaringan UKM, petani karyawan; lokal negara bagian dan pusat
pemerintahan; lainnya industri sosial dan organisasi politik; infrastruktur logistik dan
Teknologi Informasi layanan komunikasi yang menghubungkan perusahaan dan negara-
negara ke eksternal lingkungan ekonomi dan sosial; dan sumber daya termasuk alam
keuangan dan terampil sumber daya manusia dengan koneksi pengetahuan tentang
lingkungan industri berinteraksi bersama-sama dengan Landscape (ruang atau domain) dan
iklim untuk memberikan layanan untuk Desa. Model dari smart village yang dijelaskan
oleh Viswanadham sebagai berikut:

Sumber: Viswanadham (2010)

Menurut Viswanadham (2010) model smart village dalam sektor pertanian


digamabarkan sebagai berikut:
9

Inovasi smart village menurut Visnadham di sektor pertanian memberikan konsep baru
mengenai rantai pasok makanan di pedesaan dimana bagian distribusi/marketing produk
pertanian menjadi konsep yang paling penting. Visnadham bahwa inovasi dalam rantai
pasokan makanan dalam empat komponen. Inovasi harus datang dari semua aspek rantai
pasokan makanan ekosistem seperti diuraikan di bawah ini:

1. Produk dan nilai jaringan inovasi: Bahan Baku Produk Pertanian, Food Processing,
kesehatan dan kenyamanan tertanam Makanan yang kaya protein, Convenient Kemasan,
Standardisasi produk
2. Lembaga dan layanan rantai : Ketersediaan, harga dan kualitas dari penggunaan produk dan
jasa dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan kelembagaan.
3. Pengiriman layanan infrastruktur : Rantai distribusi, Kemasan, Sensor jaringan untuk
visibilitas, infrastruktur pengiriman, distribusi, pengembalian produk, biaya logistik
4. Sumber daya dan manajemen sumber daya : Air, listrik, posting panen penelitian, makanan
clusters, Food Court, pengembangan dan pengujian produk di laboratorium dan bakat.
10

2.1.4 Teori Pemasaran Bisnis

Pemasaran bisa diartikan ”managing” pasar untuk menghasilkan pertukaran dengan


tujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dikatakan sebagi suatu
proses tempat individu dan kelompok untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan suatu produk dan nilai kepada orang lain (Kotler dan Keller,
2009).

Pemasaran didefinisikan sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan dan keinginan


konsumen dan dalam proses tersebut diperlukan suatu kegiatan pemasaran sebagai suatu
rangkaian kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik
produsen ke titik konsumen. Pemasaran merupakan kegiatan produktif karena menciptakan
kegunaan (utility) baik kegunaan bentuk, tempat, waktu maupun milik (Kotler dan Keller,
2009).

Menurut Peter Drucker (dikutip dari Kotler, 2009 hal 45) tujuan dari pemasaran adalah
menciptakan laba yang besar melalui penjualan, tetapi bukan berarti fokus dari pemasaran
adalah penjualan, masyarakat sering menggambarkan pemasaran adalah seni menjual
produk tetapi sebenarnya penjualan merupakan hanya bagian kecil dari pemasaran itu
sendiri. Lebih lanjut menurut Peter Drucker walaupun orang mengasumsikan adanya akan
kebutuhan akan penjualan tetapi tujan pemasaran bukan untuk memperluas penjualan
kemana – mana. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan
sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya
menjual dirinya sendiri. Semua yang dibutuhkan selajutnya menyediakan produk dan jasa
tersebut.

b. Pemasaran Produk dalam Sektor Pertanian

Pemasaran Hasil Pertanian atau Tata niaga Pertanian merupakan serangkaian kegiatan
ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditas hasil-hasil pertanian mulai
dari produsen primer sampai ke tangan konsumen (FAO, 2014).Pemasaran produk pertanian
secara tradisional menyertakan beberapa rantai distribusi sehingga ketika sampai di tangan
konsumen produk mengalami kenaikan harga dibandingkan jika produk pertanian
dipasarkan dengan memangkas rantai distribusi. Alur yang lazim terjadi dalam pemasaran
produk pertanian adalah : Petani-pengumpul-bulog-pedagang-pengecer- konsumen.
11

d. E-Agribisnis

e-Agribisnis lazimnya didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan mulai proses


produksi, panen, pasca panen, pemasaran dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian tersebut (Soekartawi, 2003). Karena peran ICT juga merambah pada
kegiatan pertanian, maka muncullah istilah e-Agriculture dan e-Agribusiness. Jadi e-
Agriculture dan e-Agribusiness pada dasarnya adalah pemanfaatan ICT dalam bidang
pertanian atau bisnis di bidang pertanian. Dengan kata lain e-Agribusiness adalah e-
business di bidang pertanian. Definisi serupa juga disampaikan oleh Ingale et al. (2007).

2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.1 Pemanfaatan Teknologi dalam Pemasaran Produk Pertanian

Pemanfaatan teknologi informasi di bidang pertanian juga memegang peran yang


penting di Srilanka, Bangladesh, Myanmar dan Nepal. Penggunaan internet dalam bidang
pangan dan pertanian berangsur-angsur menggantikan pola konvensional, terutama dalam
memperoleh informasi tentang harga pasar, distribusi, pengadaan, dan penyimpanan
dengan lebih cepat, serta penyediaan bantuan teknis tentang teknologi informasi dan
komunikasi sektor pertanian kepada stakeholders. Internet juga dimanfaatkan dalam
pengembangan proyek peringatan dini (early warning and food information system)
guna mengambil keputusan yang tepat tentang bantuan pangan. impor pangan,
manajemen stok pangan dan program pangan bagi orang miskin. Disamping itu.
Teknologi informasi juga dimanfaatkan oleh pengambil keputusan di negara-negara
tersebut dalam menentukan kebijakan pertanian yang tepat di bidang pemasaran, produksi
maupun perdagangan produk-produk pertanian (Gunatilaka,& Munasinghe, (2005)
dalam Mohammad Ismet dan Agus Dwi Indiarto (2006)).
2.3 Hipotesis

Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang
disampaikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif antara pelaksanaan pemasaran produk pertanian berbasis
smart village dalam meningkatkan NTP petani yang kian menurun hingga berada di
titik 101.39 pada tahun 2016.
2. Terdapat peningkatan kepuasan melalui pelaksanaan pemasaran produk pertanian
berbasis smart village di kalangan konsumen karena harga lebih murah atas upaya
pemangkasan rantai distribusi produk pertanian.
12

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan analisis kualitatif dengan Analisis


SWOT sebagai alat yang menjelaskan kelebihan dan kekurangan konsep SEMAY dan
penjelasan alur disertai grafik perbandingan konsep limakilo.id dengan “SEMAY”. Penulis
akan memaparkan perbedaan konsep limakilo.id serta penyempurnaan konsep tersebut dengan
SEMAY sebagai bentuk inovasi konsep e-marketing di sektor pertanian. Dalam pendekatan ini
akan di analisis kekurangan dan kelebihan konsep selain menggunakan Analisa SWOT alat
lainnya adalah dengan menggunakan “Bussiness Canvas Model”.

3.2 Alat Analisis

3.2.1 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program
kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang
(Opportunity) dan tantangan (ThreathS). Ada dua macam pendekatan dalam analisis
SWOT, yaitu:

A. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns


menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang
dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan
Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai
hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.
13

Tabel 1.1
Contoh Matriks Analisis SWOT

Sumber: Hisyam, 1998

Keterangan:

Sel A: Comparative Advantages Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan
peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa
berkembang lebih cepat.

Sel B: Mobilization Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu
menjadi sebuah peluang.

Sel C: Divestment/Investment Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan
peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang
kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan
karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang
diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau
memaksakan menggarap peluang itu (investasi).

Sel D: Damage Control Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan
karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi.
Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian)
sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

B. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui


perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar
14

diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu:

1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total perkalian
skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-
masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor
tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya.
Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim
digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah
dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor
dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor
adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya.
Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya
sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).

2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan
T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X,
sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y; 3.
Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.

3.2.2 Model Bisnis Kanvas

Model bisnis juga dapat didefinisikan sebagai arsitektur untuk produk, pelayanan dan
sistem informasi, termasuk di dalamnya deskripsi dari aktor-aktor bisnis dan
peraturannya, keuntungan potensial untuk berbagai aktor di dalamnya dan sumber-
sumber pendapatan (Timmers, 1998). Inti dari konsep model bisnis adalah rantai nilai dari
perusahaan (Porter, 1985). Model ini dirancang untuk digunakan sebagai alat bantu dalam
memanfaatkan peluang (Makinen dan Seppanen, 2007).
Model Bisnis Kanvas telah dijelaskan oleh Osterwalder dan Pigneur (2010) dalam
bukunya yang berjudul “Business Model Generation” (2010), Osterwalder dan Pigneur
membuat suatu kerangka model bisnis yang berbentuk kanvas dan terdiri dari sembilan
kotak yang berisikan elemen-elemen yang saling berkaitan. Menurut Osterwalder dan
Pigneur (2010), model bisnis kanvas adalah sebuah model bisnis yang menggambarkan
dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan menciptakan,
menyerahkan, dan menangkap nilai. Dewasa ini, tidak ada kepastian mengenai konsep
15

model bisnis. Maka dari itu, konsep model bisnis kanvas merupakan konsep yang dapat
menjadi bahasa bersama yang memungkinkan untuk menggambarkan dan memanipulasi
model bisnis untuk membuat alternatif kebijakan strategi yang baru.
Model bisnis kanvas digambarkan melalui sembilan blok bangunan dasar yang
menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan bermaksud untuk menghasilkan uang.
Sembilan blok ini mencakup empat bidang utama bisnis yaitu pelanggan, penawaran,
infrastruktur, dan kelayakan keuangan.

Business Model Canvas (BMC) salah satu alat strategi yang digunakan untuk
mendeskripsikan sebuah model bisnis dan menggambarkan dasar pemikiran tentang
bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Business Model
Generation lebih populer dengan sebutan Business Model Canvas adalah suatu alat untuk
membantu kita melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang atau kita akan jalani.
Mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi sederhana yang ditampilkan pada satu
lembar kanvas berisi rencana bisnis dengan sembilan elemen kunci yang terintegrasi
dengan baik didalamnya mencangkup analisis strategi secara internal maupun ekternal
perusahaan (Osterwalder, 2012).

Sumber: Osterwalder dan Pigneur (2012)


16

Tabel 1.2

Contoh Model Bisnis Kanvas

Sumber: strategyzer.com (2016)


17

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Permasalahan

Analisis permasalahan dalam penelitian disajikan dengan tampilan alur/ grafik


perbandingan konsep marketing komoditi pertanian antara limakilo.id dengan SEMAY.
Dalam alur/grafik dibawah ini menjelaskan proses kedua konsep bekerja disertai kelebihan
dan kekurangannya.

Grafik 1.1

Konsep limakilo.id

Kekurangan limakilo.id:
1. Dalam konsep limakilo, kesulitan yang dihadapi adalah banyaknya
petani yang kurang memahami teknologi smartphone karena di akses
secara individual
2. Rentang pemesanan dan pengiriman yang terbilang cukup lama ( 2
minggu )
3. Menanggung resiko besar jika harus melakukan stok barang
18

4. Harga harus lebih kompetitif meskipun harga beli lebih murah namun
ongkos kirim cukup memberatkan
5. Konsep pembelian produk dalam partai besar sehingga belum
menjangkau ke semua rumah tangga.
6. Petani harus mengirimkan produknya ke tempat operasional limakilo.id
sehingga meningkatkan biaya pengiriman produk pertanian apabila
petani berasal dari wilayah yang lebih jauh.

Kelebihan limakilo.id:

1. Tersedianya informasi hasil panen dari petani limakilo.id secara detail


mulai dari stok, harga per kilo, dan detail kondisi produk.
2. Kemudahan transaksi pembelian
3. Harga yang didapatkan konsumen lebih murah

Grafik 1.2
Konsep SEMAY
19

Dalam konsep SEMAY, peran utama jalannya konsep adalah pemerintah daerah setempat
seperti kepala desa dan pemuda desa. Kepala desa sebagai penanggung jawab dan
pengendali proses jalannya SEMAY ini. Tempat atau lokasi yang dijadikan pusat informasi
produk pertanian dilakukan di balai desa sebagai pusat kegiatan dan layanan informasi
untuk petani dan perangkat desa lainnya.

Kelebihan SEMAY:

1. Memberdayakan masyarakat desa dengan adanya SEMAY


mampu mengurangi tingkat pengangguran di desa

2. Mengurangi migrasi pemuda desa ke kota karena pekerjaan di


desa masih di dominasi di sektor pertanian (non formal)

3. Perangkat desa dan masyarakat sekitar turut membantu dalam


akses dan penyajian informasi

4. Agar perangkat desa beserta jajarannya dan masyarakat sekitar


melek terhadap teknologi (internet)

5. Memberikan informasi spesialisasi akan produk pertanian di


beberapa tempat yang memiliki keunggulan hasil panen

6. Informasi yang disajikan dalam SEMAY tidak hanya sebatas


harga dan stok produk pertanian dalam satu tempat juga seluruh
wilayah

7. Sistem SEMAY dapat terintergrasi antar wilayah di Indonesia

Kekurangan SEMAY:

1. Apabila dalam implementasinya SEMAY banyak membutuhkan


sumber daya manusia dalam sosialisasi mengenai internet dan
konsep. Sumber daya manusia yang dibutuhkan harus memahami
teknologi terutama dunia website dan aplikasi android.
20

2. dalam implementasinya SEMAY membutuhkan banyak support


dan dana tidak hanya dari pemerintah setempat saja namun dari
investor. Contoh: support sponsor dari provider

4.2 Hasil Analisa

4.2.1 Analisis SWOT

Tabel 1.3
Matriks Analisis SWOT Smart Era Marketing Agriculture Yield (SEMAY)
Strenghts (S) : Weakness (W) :
FAKTOR 1. Memutus rantai 1. Kesadaran dan
INTERNAL distribusi komoditi kemauan petani serta
pertanian di penduduk desa untuk
tengkulak belajar menggunakan
2. Harga komoditi lebih teknologi internet
FAKTOR stabil 2. Investasi akan

EKSTERNAL 3. Kesejahteraan Petani pembiayaan website


meningkat karena dan aplikasi di internet
NTP naik harus terus berjalan
4. Memberdayakan
masyarakat sekitar
desa lainnya agar
mandiri dengan
melek teknologi
5. SEMAY menyajikan
informasi seputar
harga komoditi yang
lebih murah, jumlah
komoditi dalam
storage, musim
panen, hasil panen.
6. Ada peran
pemerintah di
dalamnya sehingga
terkontrol (bukan
milik perusahaan)
7. Pemerintah dapat
bekerjasama dengan
salah satu provider
terbesar di Indonesia
agar dapat
menggapai jaringan
internet ke pelosok
desa.
21

Opportunities (O) : Strategi S-O : Strategi W-O :


1. Dukungan pemerintah 1. Memanfaatkan 1. Sosialisasi yang tepat
besar terhadap sektor dukungan tentang internet di
pertanian karena pemerintah untuk desa akan membuat
sebagian besar tenaga lebih SEMAY lebih mudah
kerja Indonesia berada mengembangkan diterapkan
dalam sektor ini konsep SMART 2. Memanfaatkan
2. Mulai diterapkannya VILLAGE dukungan pemerintah
konsep SMART 2. Pengoptimalan dan investor untuk
CITIES/SMART marketing komoditi mengalokasikan dana
VILLAGE dimana salah pertanian dengan bagi ketersediaan
satu aspeknya mencakup distribusi produk dari akses layanan website
Smart Pertanian untuk petani langsung ke dan internet secara
mengembangkan desa di konsumen gratis bagi petani dan
seluruh dunia terutama masyarakat setempat
negara berkembang di satu tempat sebagai
3. Program”limakilo.id” server, contoh: balai
sebelumnya hanya desa.
sebatas aplikasi yang
menyajikan informasi
harga yang lebih murah
4. Program BUMDES dari
pemerintah juga belum
optimal
5. Banyaknya bisnis strat-
up digital/ e-commerce
yang mulai berkembang
di Indonesia
6. Bermuncullan para
technopreneur di
Indonesia dapat di
berdayakan untuk
membuat aplikasi dan
website SEMAY
22

Threats (T) : Strategi S-T : Strategi W-T :


1. Persaingan dengan 1. Peningkatan 1. Membenahi sarana
platform limakilo.id dan pedanaan, investasi prasarana dan
aplikasi berbasis android dan kemudahan teknologi supaya
lainnya seperti akses ke desa dapat dapat mengkases
bukalapak.com yang menjadikan SEMAY jaringan internet di
menyediakan informasi lebih optimal dan desa dengan mudah
harga produk pertanian dapat lebih 2. Mengadakan
2. Kondisi pedesaan dan kompetitif sosialisasi SEMAY
penduduknya, lokasi, 2. Mengoptimal
akses tempat tinggal kebijakan
petani ke balai desa pembangunan yang
3. Kebijakan pemerintah desentralisasi agar
dan dukungan dari kepala penerapan SEMAY
desa atau pejabat terkait dapat ditingkatkan
4. Kondisi Perekonomian oleh masing-masing
kepala desa

Sumber : Penulis

Berdasarkan matriks analisis SWOT di atas maka strategi penerapan konsep


Smart Era Marketing Agriculture Yield (SEMAY) adalah:

1. SEMAY diterapkan selain berupa website dan aplikasi berbasis android di smartphoe
dimana para petani yang terdaftar menjadi petani di SEMAY mampu memasarkan
produknya lebih mudah ke konsumen yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah
setempat
2. Dengan peran pemerintah pusat, desa, investor yang didukung sumber daya manusia
yang memiliki pengetahuan akan teknologi mampu mensosialisaskan SEMAY ke
masyarakat dan dapat diterapkan guna membantu kehidupan penduduk desa terutama
petani menjadi lebih sejahtera.
3. SEMAY diterapkan di wilayah pedesaan pada tiap Provinsi di Indonesia. Agar petani
di daerah terpencil dapat menjangkau fasilitas SEMAY, maka kepala desa setempat
menyediakan server utama di balai desa atau tempat berkumpulnya warga desa. Ini yang
membedakan konsep SEMAY dengan sebelumnya.

4.2.2 Model Bisnis Kanvas SEMAY

Untuk dapat memahami lebih lanjut tentang alur hulu hingga hilir dari konsep SEMAY
ini maka diperlukan alat analisis Model Kanvas Bisnis (Tabel 1.4).
23

Keterangan :

1. Customer segment adalah target pasar yang dituju oleh SEMAY, yakni masyarakat
petani dan pedesaan di sekitarnya.
2. Customer Relationship adalah cara agar konsep SEMAY dapat menjadi daya tarik bagi
petani dan konsumen serta masyarakat desa lainnya yakni dengan adanya sosialisasi
mengani kelebihan dan keuntungan yang didapat bagi petani
3. Channels adalah media pelaksana SEMAY yakni gedung operasi dan pengelola sendiri.
4. Value Proposition adalah nilai yang ditawarkan oleh SEMAY yakni kemudahan akses
erhadap internet dan bantuan awal berupa pembebasan biaya website dan provider
bulanan untuk akses internet
5. Key Activities adalah aktivitas utama SEMAY yakni pendaftaran anggota tani dalam
akun profile milik mereka pribadi disertai keunggulan komoditi hasil panen lahan milik
mereka: pengumpulan informasi mengenai jenis komoditi, jumlah hasil panen, harga
komoditi langsung dari petani untuk konsumen: system prosentase bagi hasil dari laba
yang didapat petani untuk masuk ke kas desa guna pembiayaan akses internet
selanjutnya secara berkelanjutan; dikelola langsung oleh masyarakat sendiri di desa
tersebut.
6. Key Resources adalah sumber utama pelaksanaan SEMAY yakni pengelola website,
wifi router untuk akses internet, petani dan balai desa sebagai tempat server.
7. Key Partners adalah mitra utama SEMAY yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah,
kepala desa, petani dan pengelola server.
8. Cost structure adalah sumber pengeluaran SEMAY yakni biaya penyediaan langganan
website dan akses internet
9. Revenue Stream adalah sumber pendapatan SEMAY
24

Tabel 1.4
Model Bisnis Kanvas SEMAY

Sumber: Penulis (diolah)


25

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan pembahasan terakit penelitian. Dapat
disimpulkan bahwa:

1. Model rancangan dan analisa dengan menggunakan Analisis SWOT serta Bussines Model
Canvas mampu menjelaskan secara detail mengenai kelebihan konsep SEMAY
dibandingkan dengan konsep pemasaran produk pertanian berbasis internet.

2. Terdapat hubungan positif antara pelaksanaan pemasaran produk pertanian berbasis smart
village dalam meningkatkan NTP petani yang kian menurun hingga berada di titik
101.39 pada tahun 2016.
3. Terdapat peningkatan kepuasan melalui pelaksanaan pemasaran produk pertanian berbasis
smart village di kalangan konsumen karena harga lebih murah atas upaya pemangkasan
rantai distribusi produk pertanian.

4. Memberdayakan masyarakat desa dengan adanya SEMAY mampu mengurangi tingkat


pengangguran di desa

5. Mengurangi migrasi pemuda desa ke kota karena pekerjaan di desa masih di dominasi di
sektor pertanian (non formal)
6. Perangkat desa dan masyarakat sekitar turut membantu dalam akses dan penyajian
informasi
7. Agar perangkat desa beserta jajarannya dan masyarakat sekitar melek terhadap teknologi
(internet)

8. Memberikan informasi spesialisasi akan produk pertanian di beberapa tempat yang


memiliki keunggulan hasil panen
9. Informasi yang disajikan dalam SEMAY tidak hanya sebatas harga dan stok produk
pertanian dalam satu tempat juga seluruh wilayah
10. Sistem SEMAY dapat terintergrasi antar wilayah di Indonesia

5.2 Saran

Saran terkait penelitian ini untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat. Agar hasil
penelitian selanjutnya lebih kompleks dan akurat adalah konsep seperti SEMAY dapat
diteliti dengan metode kualitatif lainnya yang dapat membuat desain erpaduan konsep e-
agriculcutre dengan smart village.
4iii

DAFTAR PUSTAKA

. Badan Pusat Statistik. 2016. Indonesia

. Badan Pusat Statistik. 2016. Indonesia. Source :


http://daps.bps.go.id/file_artikel/66/Analisis%20SWOT.pdf

Bappenas. 2015. Analisis NTP Sebagai Bahan Penyusunan RPJMN 2015 – 2019. Jakarta.

Bangera, Tejas et al. 2016. IOT Based Smart Village. University of Mumbai : International
Journal of Engineering Trends and Technology (IJETT) – Volume 32 Number 6- February
2016. ISSN: 2231-5381 http://www.ijettjournal.org Page 301

Duan, Yane. "Research on Integrated Information Platform of Agricultural Supply Chain


Management Based on Internet of Things." JSW Journal of Software 6.5 (2011). Web.

Food and Agricuture Organization of United States (FAO). 2014. http://fao.org/

Hartono, dkk. 2010. Electronic Government Pemberdayaan Pemerintahan dan Potensi Desa
Berbasis WEB. Jurnal Teknologi Informasi Vol. 6 No. 1. Tanpa Kota.

Hisyam, M.S. 1998. Analisa SWOT Sebagai Langkah Awal Perencanaan Usaha. Makalah.
Jakarta : SEM Institute

ITU. ITU Internet Reports 2005: The Internet of Things, ITU (2005).

Kaur, Karandeep. 2016. The idea of Smart villages based on Internet of Things (IoT).
University of Guru Nanak Dev Amritsar : International Research Journal of Engineering
and Technology (IRJET).e-ISSN: 2395 -0056 Volume: 03 Issue: 05 | May-2016 p-ISSN:
2395-0072 © 2016, IRJET | Impact Factor value: 4.45 | ISO 9001:2008 Certified Journal
| Page 165.
Source: www.irjet.net

Kotler, P., Keller, K.L., 2009. Marketing Management, 13th edition, Pearson Prentice

Hall, USA.

N Viswanadham2010, Service Science & Engineering Research in India: Agenda for the third
Service Revolution in India, Report presented to the Science Advisory Council to the
Prime Minister of India.
5iii

N. Viswanadham, Sowmya Vedula. 2010. Design of Smart Village. Indian School of business
Hyderabad 500032, India.

Osterwalder and Pigneur. 2010. Business Model Generation

Osterwalder, A., Pigneur, Y. (2012). Business model generation: a handbook for visionaries,
game changers, and challengers. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur. 2012, Business model generation.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Soekartawi (2003). E-Commerce for Agricultural Products: Problems and Prospects. Paper
presented to the International Seminar on ’e-Commerce for Agribusiness’ organized
by International Students Association (ISA) at Los Banos, Philippines, 12 November
2003
Yudhanto, Yudha. 2007. Apa itu IoT (Internet of Things)?. Artikel Ilmu Komputer. Tanpa Kota.

vi

LAMPIRAN
iii

DATA DIRI

1. NAMA : Sanjivani Bulandari Radji

2. TEMPAT TANGGAL LAHIR : Banyuwangi, 13 Juli 1993

3. JENIS KELAMIN : Perempuan

4. ASAL SEKOLAH/UNIVERSITAS : Universitas Airlangga

5. TELEPON/NOMOR HP : 082234295960

6. EMAIL : sanjivanibulan@gmail.com

PRESTASI DAN PENGHARGAAN

NAMA PRESTASI PENYELENGGARA TAHUN/PERIODE JUDUL PROPOSAL


#1 Best Notes of The Website Young On 2013 Mengubah Amatir
Week di Young On Top (YOT) Jadi Mahir
Top
Awardee Beasiswa BAZNAS 2014-2017 -
SKSS Baznas
Periode 2.0
Best Staff Of The BEM UNAIR 2015 -
Month Periode Juli di
BEM UNAIR 2015
Delegasi UNAIR di BEM ITS 2015 -
National Economic
Symposium ITS
2015
Indonesian Delegate AIESEC Global 2015 -
Global Youth
Ambassador to China
focused on Education
Finalis Archipelago Fakultas Teknik 2017 Sharia Fisheries
Essay Competition Industri Unpatti, Financing (SFF)
2017 Ambon Berbasis Branchless
Banking : Inovasi
Pembiayaan
Pebankan Syariah
Untuk Meningkatkan vii
Kesejahteraan
Masyarakat Pesisir
iii

Karya Yang Pernah Ditulis :

1. Human Trafficking in Southeast Asia : Potential Solution By Means Of Integration and


Education untuk SEAGULL 2017
2. The Use of Feedback System By Means Of Customer Trust To Encourage Customer
Compulsive Buying : Evidence from Online Marketplace Bukalapak.com untuk MIST
UI 2017
3. Pengaruh Jamsostek Pada Ketenagakerjaan Dalam Upaya Peningkatan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia untuk NEFORIA UNHAS 2017
4. Sharia Fisheries Financing (SFF) Berbasis Branchless Banking : Inovasi Pembiayaan
Bank Syariah Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir untuk AEC
UNPATTI 2017
5. Sharia Agriculture Financing (SAF) Berbasis Branchless Banking : Inovasi
Pembiayaan Bank Syariah Untuk Peningkatan Produktivitas Pertanian Indonesia untuk
Katulistiwa UB 2017
6. Smart Era Marketing in Agricultural Yield (SEMAY) : Media Pemasaran Digital
Produk Pertanian Berbasis Smart Village untuk Katulistiwa UB 2017

Pengalaman Organisasi :

1. Staff Kominfo di HIMA Ekonomi Pembangunan Unair 2014


2. Staff Research and Paper di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) AcSES 2014
3. Staff Divisi Online di Earth Hour Surabaya 2014
4. Direktur Jenderal Komunikasi Eksternal BEM UNAIR 2015
5. Chief Operating Officer di Usaha Boga Rempah Jowo Tea 2016 - sekarang

viii

CURRICULUM VITAE
iii

ANIK SUSMA WARDANI


Surabaya, 23 Agustus 1994
Student at Airlangga University 2013
Economics Development/Faculty Of Economics &Bussiness
GPA 3.75

Jl. Menganti Babatan 2/10 E Wiyung-Surabaya Barat 60227


aniksusmawardani@gmail.com/083856547396

EDUCATION AND PROFESSIONAL QUALIFICATION

Formal Education
YEAR DESCRIPTION
2000-2006 SD NEGERI LIDAH WETAN 3/463 SURABAYA

2006-2009 SMP NEGERI 16 SURABAYA

2009-2012 SMK KETINTANG 1 SURABAYA (JURUSAN AKUNTANSI)

2013-now ECONOMIC DEVELOPMENT, FACULTY OF ECONOMICS & BUSSINESS


AIRLANGGA UNIVERSITY

Non formal Education


YEAR DESCRIPTION
2012 English Course at British 5 Int. finished level of Intermediate 1

2015-2016 Pelatihan Data Mikro dengan software STATA oleh Lembaga Penelitian
Semeru

2017 Pelatihan R program DEA from Prof. Alfonso Wageningen University

GRANT AND AWARD


YEAR DESCRIPTION
2012 Good Accounting from AKUNTAN PUBLIK, score 9,60 from 10,00

2014 PPA/BBM Scholarship Airlangga University

SOCIAL AND ORGANIZATION EXPERIENCE


9iii

2013 Staff RnP (Reasearch) of Ksei Acsess (Assosiation Economics Syariah)


2014-2017 Member Of Earth Hour Surabaya

2016 Staff and Coordinator Staff of Project HIMA Ekonomi Pembangunan


Staff of Project BEM UNAIR
2015-now Member of Ecocampus FEB UNAIR

2016-now Member Volunteer of Marine Buddies - WWF Indonesia Regional Surabaya,


Multimedia Division
2017 Divisi Peliputan Komunitas LOVE SUROBOYO

WORK EXPERIENCE
2011 Work Practice at Setya Bhakti Wanita Cooporation (Secretariat) when at
vocational high school
2012 Consultant bussiness of PT.Kontak Perkasa Future (stock)
2013 Freelance Waitress wedding event
2014 Freelance Clerk Toys Fair events at Galaxy Mall
2015 Freelance Photographers at My Pic Ciputra Waterpark

COMPUTER SKILLS AND COMPETENCES


Software Microsoft Office and Linux
Myob Accounting
Zahir Accounting
STATA
EVIEWS

Operating Windows 7 8and 10


System

INTERESTS AND ACTIVITIES

Drawing With art we can make a simple thing become beautifull thing although just
from a pencil.
I can express my idea and creativity when i Make a Property Campaign of
Earth Hour Surabaya at division of logistic

Photograph Street photography, Minimalism photography and jurnalistic


1iii
0

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai