net/publication/324889080
0 622
3 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Anik Susma Wardani on 02 May 2018.
Diusulkan Oleh:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
iii
LEMBAR PENGESAHAN
f). Prestasi :-
AnggotaKelompok
Nama Anggota1 : Nabila Widiastuti
Tempat,Tanggal Lahir : Ponorogo, 12 Januari 1995
NIM : 041311133011
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Universitas : Airlangga
Prestasi :-
NIM : 041311133140
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Universitas : Airlangga
Prestasi : -
iii
Dosen Pembimbing
Nama Lengkap dan Gelar : Drs.Ec. Tri Haryanto, M.P., Ph.D
NIP : 196811131993031003
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok
Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, untuk dapat dipergunakan bila mana
diperlukan.
Surabaya, 31 Maret 2017
Ketua Kelompok
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrahNya
penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa
tersusun dengan baik.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa literatur
seperti buku, jurnal, dan media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat
memahami tentang inovasi smart desa yang diterapkan pada sektor pertanian atau bisa disebut
juga dengan Semay. Pada era digitalisasi seperti saat ini Semay dapat diterapkan untuk sektor
pertanian dalam hal monitoring ketersediaan komoditas pertanian danmemantau harga
komoditas pertanian, dengan tujuan yaitu menaikkan Nilai Tukar Petani (NTP) yang beberapa
tahun belakangan terus mengalami penurunan. Nilai Tukar Pertanian dianggap penting karena
berdampak pada kesejahteraan petani.
Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
penerbitan paper ini di masa mendatang.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Cover
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Abstrak ……………………………………………………………………………………….iii
I. PENDAHULUAN:
Daftar Pustaka
Lampiran
iii
Abstrak
IOT (Internet of Things) adalah struktur yang menyediakan identitas eksklusif dan kemampuan
untuk memindahkan data melalui jaringan tanpa memerlukan dua cara handshaking dari satu
orang ke orang lainnya. Hal ini memungkinkan jalan untuk menghubungkan kapan saja di mana
saja dengan apa pun dan siapa pun dengan menggunakan topologi jaringan. Oleh karena itu
munculah "Smart Village" dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT)
untuk mengatasi tantangan pedesaan. Fokus utama dunia mengenai “Smart Village” menurut
World Bank adalah pada sektor pertanian. Rancangan dasar teknologi pertanian mengontrol
sistem pertanian dan memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Sektor pertanian merupakan
salah satu penyumbang terbesar dalam pembangunan perekonomian di Indonesia dibuktikan
dengan kontribusinya sebesar 13.8% dan pertumbuhan sebesar 4.18%. Sektor pertanian juga
mencakup jumlah tenaga kerja yang cukup besar. Namun, Menurut BPS adanya sektor pertanian
di desa yang tidak mengurangi permasalahan khas desa saat ini terletak pada prosentase
kemiskinannya yang cukup besar yakni 62%. Indikator kesejahteraan petani yang dilihat dari
NTP (Nilai Tukar Petani) kian menurun dari tahun ke tahun. NTP tahun 2014 berada di angka
102.03 setelah mengalami penurunan sebesar 2.89 dari tahun sebelumnya. Belum lagi
permasalahan lainnya yakni agribisnis di Indonesia ini disebabkan oleh masih terbatasnya
sarana pemasaran produk pertanian sehingga NTP masih kecil. Kondisi tersebut akhirnya
mendorong pemerintah untuk menggagas konsep Smart Desa sebagai solusi untuk
memudahkan permasalahan-permasalahan yang ada di pedesaan salah satunya di sektor
pertanian. Gagasan ini merupakan inovasi yang bergerak dengan bantuan teknologi digital yang
lebih relevan dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu SEMAY (Smart Era Marketing In
Agricultural Yield) dibuat untuk pengaplikasian internet of thing untuk desa.
BAB I
PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Indonesia yaitu sektor
dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak sebesar 35,9 persen dari seluruh total tenaga
kerja di Indonesia pada tahun 2011. Selain itu kontribusi sektor pertanian terhadap
PDB cukup besar yaitu peningkatan rata-rata 4,0 persen/tahun. Pada tahun 2000
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar Rp. 66,2 trilyun menjadi RP. 166,8
trilyun pada tahun 2011 (Bappenas, 2015). Meskipun menjadi unggulan karena berperan
dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, sektor pertanian belum mampu membuat para
petani tersebut mendapatkan kesejahteraan yang layak. Pengelolaan dan sistem yang
digunakan masih bersifat tradisional membuat proses dari sektor pertanian menjadi tidak
efisien. Kurangnya informasi mengenai harga pasar pada komoditas pertanian yang
didapat oleh para petani berdampak pada kesejahteraan petani. Biaya produksi yang
dikeluarkan lebih besar dibanding dengan pendapatan dari hasil penjualan komoditas
pertanian. Hal tersebut merupakan salah satu faktor mengapa
Nilai Tukar Petani (NTP) setiap tahun terus mengalami penurunan.
Gambar 1.1
Nilai Tukar Petani di Indonesia
Tahun 2008 – 2017
2
Nilai Tukar Petani (NTP) Indonesia bersifat fluktuatif namun cenderung terus
menurun. Penurunan yang sangat tajam terjadi antara tahun 2013 menuju tahun 2014,
turun dari 104,92 ke 102,03 di tahun 2014. Dan penurunan terus terjadi hingga tahun
2016. Kondisi tersebut seiring dengan naiknya angka kemiskinan di pedesaaan. Pada
tahun 2012 angka kemiskinan di pedasaan sebesar 63,4 persen lebih besar dibanding
kemiskinan diperkotaan yang hanya sebesar 36,6 persen.
Era digitalisasi seperti saat ini menjadikan internet adalah salah satu kebutuhan
baru dalam masyarakat. Internet menjadi sangat dekat dengan kehidupan masyarakat
karena saat ini internet dapat menunjang setiap aktivitas. Internet of Things (IoT)
merupakan konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas
internet yang tersambung secara terus-menerus. Implementasi IoT telah dapat
dirasakan oleh masyarakat antara lain pada bidang sektor pembangunan, sektor energi,
sektor rumah tangga, sektor kesehatan, sektor industri, transportasi, perdagangan,
keamanan, teknologi dan jaringan.
Smart village merupakan isu yang hangat di tingkat internasional pada saat ini.
Banyak pemerintahan negara di dunia mulai menerapkan konsep Smart Village untuk
mengatasi beberapa permasalahan seperti ekonomi, kependudukan, transportasi,
pendidikan, kesehatan, birokrasi, energi dan yang paling baru adalah bidang pertanian.
Smart Village in Agricultural Yield (SEMAY) merupakan gagasan baru yang
mendapat perhatian khusus oleh masyarakat dunia. Karena banyak orang mulai
memperhatikan bidang pertanian yang saat ini mulai meredup karena banyak yang
hanya terfokus pada pengembangan industri.
Konsep SEMAY adalah hal yang baru dan tepat jika diterapkan di Indonesia.
Permasalahan dalam bidang pertanian yang banyak, terutama menyangkut NTP yang
terus menurun dapat diselesaikan dengan cara tersebut. Selain dapat memonitor
komoditas pertanian, merekatkan hubungan antar warga, SEMAY juga dapat menjadi
penghubung penjual komoditas, petani, dan pembeli komoditas pertanian dengan
harga yang menguntungkan untuk kedua belah pihak.
Guna mendukung program SEMAY diperlukannya dukungan semua elemen
masyarakat terutama pemerintahan desa yang diperlukan untuk membantu
melaksanakan program tersebut. Pemerintah desa menjadi ujung tombak
pembangunan daerah perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam melaksanakan
program SEMAY dengan melakukan sosialisasi dan pendataan pada setiap petani di
desa tersebut.
Penelitian ini terfokus pada pembangunan aplikasi yang mampu memberikan
keuntungan bagi penjual dan pembeli komoditas pertanian. Namun dengan tujuan
utama kesejahteraan bagi petani. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan
metode pengumpulan data yaitu studi kepustakaan. Sistem yang akan dibangun oleh
penulisyaitu berbentu web dimana aplikasi dan database terpusat di server yang dapat
diakses di masing-masing desa dengan username dan password yang telah tersedia.
Seluruh data akan terintegrasi baik pada tingkat kecamatan maupun kabupaten.
Penelitian yang mengambil tema “...... “ , diharapkan mampu menyelesaikan
permasalahan di bidang pertanian dengan cara digital, efisien, dan transparan
khususnya untuk membantu kesejahteraan para petani.
2. Rumusan Masalah
Setelah mengkaji latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini antara lain :
4
3. Batasan Penelitian
sebagaimana telah diuraikan diatas, sehubungan dengan keterbatasan waktu dan
biaya maka dalam penyusunan penelitian ini peneliti memberikan batasan penelitian
yaitu : peneliti hanya membatasi penelitian di lingkup sektor pertanian dan sistem
manajemen marketing produk pertanian. Konsep penelitian diperuntukkan untuk
wilayah perdesaan yang telah diterapkan konsep BUMDES/ Smart Village oleh
pemerintah namun kurang maksimal dalam hal eksekusi dan hasil. Mengadopsi konsep
sebelumnya yakni bisnis startup “limakilo.id” yang dibuat oleh sebuah perusahaan
swasta, perbedaannya seamy dilakukan oleh pemerintah dengan memberdayakan
masyarakat sekitar pedesaan.
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan pendapatan nasional negara, mengurangi ketimpangan
ekonomi dan pemerataan distribusi pendapatan dari sisi pembangunan ekonomi
2. Memajukan sektor pertanian agar kesejahteraan petani lebih meningkat dengan
pemanfaatan teknologi di era ekonomi digital
3. Meningkatkan efisiensi pemasaran produk hasil pertanian
4. Stabilisasi harga produk pertanian dengan memberi info harga serta stok hasil panen
kepada masyarakat agar tidak ada permainan harga produk pertanian di pasar
5. Untuk mengurangi tingkat pengangguran di desa dengan adanya SEMAY diharapkan
mampu memberi pekerjaan tambahan bagi warga desa.
5
5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Petani: Nilai Tukar Petani sebagai indikator tingkat kesejahteraan petani di desa
meningkat dengan pemanfaatan teknologi digital, efisiensi pemasaran produk hasil
pertanian di desa,
2. Masyarakat:informasi dan harga produk pertanian akan stabil jika seluruh sektor
pertanian di desa memanfaatkan konsep SEMAY ini
3. Negara: Pendapatan negara meningkat melalui sektor pertanian, pengangguran dapat
berkurang dengan adanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, ketimpangan
ekonomi berkurang dan distribusi pendapatan dapat merata
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut BPS (2016) pengertian dari Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator
proxy kesejahteraan petani. NTP merupakan perbandingan antara Indeks harga yg diterima
petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib).
• NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari
kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.
• NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun,
lebih kecil dari pengeluarannya.
• Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang
yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam
penghitungan pendapatan sektor pertanian.
• Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang
yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di
pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil
pertanian. Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di
pedesaan.
7
• NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani
dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.
• Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan
produk lain. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk
pertanian dapat dilakukan.
Menurut Khaur, 2016 IOT menjelaskan jaringan di seluruh dunia miliaran atau triliunan
benda-benda yang dapat dikumpulkan dari lingkungan fisik di seluruh dunia disebarkan
melalui Internet dan dikirim ke pengguna akhir. IOT adalah teknologi masa depan dalam
komunikasi yang merupakan di balik konsep smart desa. IOT memungkinkan setiap objek
dalam sebuah system dapat saling berinteraksi dan berkoordinasi dengan jaringan nirkabel
untuk kelancara fungsi system.
Smart Desa adalah sebuah aplikasi teknologi canggih di bidang pertanian yang
memecahkan serangkaian rintangan teknis di bidang teknologi informasi untuk efisien
lebar daerah dan data yang dapat diandalkan transmisi bawah sistem terintegrasi (Bangera,
T et al,2016). Menurut Khaur (2016) smart cities atau smart village berasal dari
pengaplikasian teknologi IoT (Internet Of Things). N. Viswanadham, SowmyaVedula
(2010) mendefinisikan Smart Village (Smart Village Ekosistem) Sebuah
8
Ekosistem terdiri dari jaringan UKM, petani karyawan; lokal negara bagian dan pusat
pemerintahan; lainnya industri sosial dan organisasi politik; infrastruktur logistik dan
Teknologi Informasi layanan komunikasi yang menghubungkan perusahaan dan negara-
negara ke eksternal lingkungan ekonomi dan sosial; dan sumber daya termasuk alam
keuangan dan terampil sumber daya manusia dengan koneksi pengetahuan tentang
lingkungan industri berinteraksi bersama-sama dengan Landscape (ruang atau domain) dan
iklim untuk memberikan layanan untuk Desa. Model dari smart village yang dijelaskan
oleh Viswanadham sebagai berikut:
Inovasi smart village menurut Visnadham di sektor pertanian memberikan konsep baru
mengenai rantai pasok makanan di pedesaan dimana bagian distribusi/marketing produk
pertanian menjadi konsep yang paling penting. Visnadham bahwa inovasi dalam rantai
pasokan makanan dalam empat komponen. Inovasi harus datang dari semua aspek rantai
pasokan makanan ekosistem seperti diuraikan di bawah ini:
1. Produk dan nilai jaringan inovasi: Bahan Baku Produk Pertanian, Food Processing,
kesehatan dan kenyamanan tertanam Makanan yang kaya protein, Convenient Kemasan,
Standardisasi produk
2. Lembaga dan layanan rantai : Ketersediaan, harga dan kualitas dari penggunaan produk dan
jasa dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan kelembagaan.
3. Pengiriman layanan infrastruktur : Rantai distribusi, Kemasan, Sensor jaringan untuk
visibilitas, infrastruktur pengiriman, distribusi, pengembalian produk, biaya logistik
4. Sumber daya dan manajemen sumber daya : Air, listrik, posting panen penelitian, makanan
clusters, Food Court, pengembangan dan pengujian produk di laboratorium dan bakat.
10
Menurut Peter Drucker (dikutip dari Kotler, 2009 hal 45) tujuan dari pemasaran adalah
menciptakan laba yang besar melalui penjualan, tetapi bukan berarti fokus dari pemasaran
adalah penjualan, masyarakat sering menggambarkan pemasaran adalah seni menjual
produk tetapi sebenarnya penjualan merupakan hanya bagian kecil dari pemasaran itu
sendiri. Lebih lanjut menurut Peter Drucker walaupun orang mengasumsikan adanya akan
kebutuhan akan penjualan tetapi tujan pemasaran bukan untuk memperluas penjualan
kemana – mana. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan
sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya
menjual dirinya sendiri. Semua yang dibutuhkan selajutnya menyediakan produk dan jasa
tersebut.
Pemasaran Hasil Pertanian atau Tata niaga Pertanian merupakan serangkaian kegiatan
ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditas hasil-hasil pertanian mulai
dari produsen primer sampai ke tangan konsumen (FAO, 2014).Pemasaran produk pertanian
secara tradisional menyertakan beberapa rantai distribusi sehingga ketika sampai di tangan
konsumen produk mengalami kenaikan harga dibandingkan jika produk pertanian
dipasarkan dengan memangkas rantai distribusi. Alur yang lazim terjadi dalam pemasaran
produk pertanian adalah : Petani-pengumpul-bulog-pedagang-pengecer- konsumen.
11
d. E-Agribisnis
Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang
disampaikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif antara pelaksanaan pemasaran produk pertanian berbasis
smart village dalam meningkatkan NTP petani yang kian menurun hingga berada di
titik 101.39 pada tahun 2016.
2. Terdapat peningkatan kepuasan melalui pelaksanaan pemasaran produk pertanian
berbasis smart village di kalangan konsumen karena harga lebih murah atas upaya
pemangkasan rantai distribusi produk pertanian.
12
BAB III
METODE PENULISAN
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program
kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang
(Opportunity) dan tantangan (ThreathS). Ada dua macam pendekatan dalam analisis
SWOT, yaitu:
Tabel 1.1
Contoh Matriks Analisis SWOT
Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan
peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa
berkembang lebih cepat.
Sel B: Mobilization Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu
menjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan
peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang
kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan
karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang
diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau
memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan
karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi.
Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian)
sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu:
1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total perkalian
skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-
masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor
tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya.
Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim
digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah
dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor
dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor
adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya.
Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya
sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).
2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan
T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X,
sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y; 3.
Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.
Model bisnis juga dapat didefinisikan sebagai arsitektur untuk produk, pelayanan dan
sistem informasi, termasuk di dalamnya deskripsi dari aktor-aktor bisnis dan
peraturannya, keuntungan potensial untuk berbagai aktor di dalamnya dan sumber-
sumber pendapatan (Timmers, 1998). Inti dari konsep model bisnis adalah rantai nilai dari
perusahaan (Porter, 1985). Model ini dirancang untuk digunakan sebagai alat bantu dalam
memanfaatkan peluang (Makinen dan Seppanen, 2007).
Model Bisnis Kanvas telah dijelaskan oleh Osterwalder dan Pigneur (2010) dalam
bukunya yang berjudul “Business Model Generation” (2010), Osterwalder dan Pigneur
membuat suatu kerangka model bisnis yang berbentuk kanvas dan terdiri dari sembilan
kotak yang berisikan elemen-elemen yang saling berkaitan. Menurut Osterwalder dan
Pigneur (2010), model bisnis kanvas adalah sebuah model bisnis yang menggambarkan
dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan menciptakan,
menyerahkan, dan menangkap nilai. Dewasa ini, tidak ada kepastian mengenai konsep
15
model bisnis. Maka dari itu, konsep model bisnis kanvas merupakan konsep yang dapat
menjadi bahasa bersama yang memungkinkan untuk menggambarkan dan memanipulasi
model bisnis untuk membuat alternatif kebijakan strategi yang baru.
Model bisnis kanvas digambarkan melalui sembilan blok bangunan dasar yang
menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan bermaksud untuk menghasilkan uang.
Sembilan blok ini mencakup empat bidang utama bisnis yaitu pelanggan, penawaran,
infrastruktur, dan kelayakan keuangan.
Business Model Canvas (BMC) salah satu alat strategi yang digunakan untuk
mendeskripsikan sebuah model bisnis dan menggambarkan dasar pemikiran tentang
bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Business Model
Generation lebih populer dengan sebutan Business Model Canvas adalah suatu alat untuk
membantu kita melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang atau kita akan jalani.
Mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi sederhana yang ditampilkan pada satu
lembar kanvas berisi rencana bisnis dengan sembilan elemen kunci yang terintegrasi
dengan baik didalamnya mencangkup analisis strategi secara internal maupun ekternal
perusahaan (Osterwalder, 2012).
Tabel 1.2
BAB IV
PEMBAHASAN
Grafik 1.1
Konsep limakilo.id
Kekurangan limakilo.id:
1. Dalam konsep limakilo, kesulitan yang dihadapi adalah banyaknya
petani yang kurang memahami teknologi smartphone karena di akses
secara individual
2. Rentang pemesanan dan pengiriman yang terbilang cukup lama ( 2
minggu )
3. Menanggung resiko besar jika harus melakukan stok barang
18
4. Harga harus lebih kompetitif meskipun harga beli lebih murah namun
ongkos kirim cukup memberatkan
5. Konsep pembelian produk dalam partai besar sehingga belum
menjangkau ke semua rumah tangga.
6. Petani harus mengirimkan produknya ke tempat operasional limakilo.id
sehingga meningkatkan biaya pengiriman produk pertanian apabila
petani berasal dari wilayah yang lebih jauh.
Kelebihan limakilo.id:
Grafik 1.2
Konsep SEMAY
19
Dalam konsep SEMAY, peran utama jalannya konsep adalah pemerintah daerah setempat
seperti kepala desa dan pemuda desa. Kepala desa sebagai penanggung jawab dan
pengendali proses jalannya SEMAY ini. Tempat atau lokasi yang dijadikan pusat informasi
produk pertanian dilakukan di balai desa sebagai pusat kegiatan dan layanan informasi
untuk petani dan perangkat desa lainnya.
Kelebihan SEMAY:
Kekurangan SEMAY:
Tabel 1.3
Matriks Analisis SWOT Smart Era Marketing Agriculture Yield (SEMAY)
Strenghts (S) : Weakness (W) :
FAKTOR 1. Memutus rantai 1. Kesadaran dan
INTERNAL distribusi komoditi kemauan petani serta
pertanian di penduduk desa untuk
tengkulak belajar menggunakan
2. Harga komoditi lebih teknologi internet
FAKTOR stabil 2. Investasi akan
Sumber : Penulis
1. SEMAY diterapkan selain berupa website dan aplikasi berbasis android di smartphoe
dimana para petani yang terdaftar menjadi petani di SEMAY mampu memasarkan
produknya lebih mudah ke konsumen yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah
setempat
2. Dengan peran pemerintah pusat, desa, investor yang didukung sumber daya manusia
yang memiliki pengetahuan akan teknologi mampu mensosialisaskan SEMAY ke
masyarakat dan dapat diterapkan guna membantu kehidupan penduduk desa terutama
petani menjadi lebih sejahtera.
3. SEMAY diterapkan di wilayah pedesaan pada tiap Provinsi di Indonesia. Agar petani
di daerah terpencil dapat menjangkau fasilitas SEMAY, maka kepala desa setempat
menyediakan server utama di balai desa atau tempat berkumpulnya warga desa. Ini yang
membedakan konsep SEMAY dengan sebelumnya.
Untuk dapat memahami lebih lanjut tentang alur hulu hingga hilir dari konsep SEMAY
ini maka diperlukan alat analisis Model Kanvas Bisnis (Tabel 1.4).
23
Keterangan :
1. Customer segment adalah target pasar yang dituju oleh SEMAY, yakni masyarakat
petani dan pedesaan di sekitarnya.
2. Customer Relationship adalah cara agar konsep SEMAY dapat menjadi daya tarik bagi
petani dan konsumen serta masyarakat desa lainnya yakni dengan adanya sosialisasi
mengani kelebihan dan keuntungan yang didapat bagi petani
3. Channels adalah media pelaksana SEMAY yakni gedung operasi dan pengelola sendiri.
4. Value Proposition adalah nilai yang ditawarkan oleh SEMAY yakni kemudahan akses
erhadap internet dan bantuan awal berupa pembebasan biaya website dan provider
bulanan untuk akses internet
5. Key Activities adalah aktivitas utama SEMAY yakni pendaftaran anggota tani dalam
akun profile milik mereka pribadi disertai keunggulan komoditi hasil panen lahan milik
mereka: pengumpulan informasi mengenai jenis komoditi, jumlah hasil panen, harga
komoditi langsung dari petani untuk konsumen: system prosentase bagi hasil dari laba
yang didapat petani untuk masuk ke kas desa guna pembiayaan akses internet
selanjutnya secara berkelanjutan; dikelola langsung oleh masyarakat sendiri di desa
tersebut.
6. Key Resources adalah sumber utama pelaksanaan SEMAY yakni pengelola website,
wifi router untuk akses internet, petani dan balai desa sebagai tempat server.
7. Key Partners adalah mitra utama SEMAY yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah,
kepala desa, petani dan pengelola server.
8. Cost structure adalah sumber pengeluaran SEMAY yakni biaya penyediaan langganan
website dan akses internet
9. Revenue Stream adalah sumber pendapatan SEMAY
24
Tabel 1.4
Model Bisnis Kanvas SEMAY
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan pembahasan terakit penelitian. Dapat
disimpulkan bahwa:
1. Model rancangan dan analisa dengan menggunakan Analisis SWOT serta Bussines Model
Canvas mampu menjelaskan secara detail mengenai kelebihan konsep SEMAY
dibandingkan dengan konsep pemasaran produk pertanian berbasis internet.
2. Terdapat hubungan positif antara pelaksanaan pemasaran produk pertanian berbasis smart
village dalam meningkatkan NTP petani yang kian menurun hingga berada di titik
101.39 pada tahun 2016.
3. Terdapat peningkatan kepuasan melalui pelaksanaan pemasaran produk pertanian berbasis
smart village di kalangan konsumen karena harga lebih murah atas upaya pemangkasan
rantai distribusi produk pertanian.
5. Mengurangi migrasi pemuda desa ke kota karena pekerjaan di desa masih di dominasi di
sektor pertanian (non formal)
6. Perangkat desa dan masyarakat sekitar turut membantu dalam akses dan penyajian
informasi
7. Agar perangkat desa beserta jajarannya dan masyarakat sekitar melek terhadap teknologi
(internet)
5.2 Saran
Saran terkait penelitian ini untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat. Agar hasil
penelitian selanjutnya lebih kompleks dan akurat adalah konsep seperti SEMAY dapat
diteliti dengan metode kualitatif lainnya yang dapat membuat desain erpaduan konsep e-
agriculcutre dengan smart village.
4iii
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2015. Analisis NTP Sebagai Bahan Penyusunan RPJMN 2015 – 2019. Jakarta.
Bangera, Tejas et al. 2016. IOT Based Smart Village. University of Mumbai : International
Journal of Engineering Trends and Technology (IJETT) – Volume 32 Number 6- February
2016. ISSN: 2231-5381 http://www.ijettjournal.org Page 301
Hartono, dkk. 2010. Electronic Government Pemberdayaan Pemerintahan dan Potensi Desa
Berbasis WEB. Jurnal Teknologi Informasi Vol. 6 No. 1. Tanpa Kota.
Hisyam, M.S. 1998. Analisa SWOT Sebagai Langkah Awal Perencanaan Usaha. Makalah.
Jakarta : SEM Institute
ITU. ITU Internet Reports 2005: The Internet of Things, ITU (2005).
Kaur, Karandeep. 2016. The idea of Smart villages based on Internet of Things (IoT).
University of Guru Nanak Dev Amritsar : International Research Journal of Engineering
and Technology (IRJET).e-ISSN: 2395 -0056 Volume: 03 Issue: 05 | May-2016 p-ISSN:
2395-0072 © 2016, IRJET | Impact Factor value: 4.45 | ISO 9001:2008 Certified Journal
| Page 165.
Source: www.irjet.net
Kotler, P., Keller, K.L., 2009. Marketing Management, 13th edition, Pearson Prentice
Hall, USA.
N Viswanadham2010, Service Science & Engineering Research in India: Agenda for the third
Service Revolution in India, Report presented to the Science Advisory Council to the
Prime Minister of India.
5iii
N. Viswanadham, Sowmya Vedula. 2010. Design of Smart Village. Indian School of business
Hyderabad 500032, India.
Osterwalder, A., Pigneur, Y. (2012). Business model generation: a handbook for visionaries,
game changers, and challengers. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Soekartawi (2003). E-Commerce for Agricultural Products: Problems and Prospects. Paper
presented to the International Seminar on ’e-Commerce for Agribusiness’ organized
by International Students Association (ISA) at Los Banos, Philippines, 12 November
2003
Yudhanto, Yudha. 2007. Apa itu IoT (Internet of Things)?. Artikel Ilmu Komputer. Tanpa Kota.
vi
LAMPIRAN
iii
DATA DIRI
5. TELEPON/NOMOR HP : 082234295960
6. EMAIL : sanjivanibulan@gmail.com
Pengalaman Organisasi :
viii
CURRICULUM VITAE
iii
Formal Education
YEAR DESCRIPTION
2000-2006 SD NEGERI LIDAH WETAN 3/463 SURABAYA
2015-2016 Pelatihan Data Mikro dengan software STATA oleh Lembaga Penelitian
Semeru
WORK EXPERIENCE
2011 Work Practice at Setya Bhakti Wanita Cooporation (Secretariat) when at
vocational high school
2012 Consultant bussiness of PT.Kontak Perkasa Future (stock)
2013 Freelance Waitress wedding event
2014 Freelance Clerk Toys Fair events at Galaxy Mall
2015 Freelance Photographers at My Pic Ciputra Waterpark
Drawing With art we can make a simple thing become beautifull thing although just
from a pencil.
I can express my idea and creativity when i Make a Property Campaign of
Earth Hour Surabaya at division of logistic