Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KESENIAN GOONG RENTENG

Oleh:
Kelompok 1

SMK BINA BUDI PURWAKARTA


JAWA BARAT
202
Goong renteng

Gamelan renteng merupakan salah satu jenis gamelan khas masyarakat Sunda yang sudah
cukup tua. Paling tidak, goong renteng sudah dikenal sejak abad ke-16, dan tersebar di berbagai
wilayah Jawa Barat.

Menurut Jakob Kunst (1934:386), goong renteng dapat ditemukan di Cileunyi dan Cikebo
(wilayah Tanjungsari, Sumedang), Lebakwangi (wilayah Pameungpeuk, Bandung), dan Keraton
Kanoman Cirebon. Selain itu, goong renteng juga terdapat di Cigugur (Kuningan), Talaga
(Majalengka), Ciwaru (Sumedang), Tambi (Indramayu), Mayung, Suranenggala, dan Tegalan
(Cirebon).

Bentuk kesenian
Istilah "goong renteng" merupakan perpaduan dari kata "goong" dan "renteng". Kata ‘goong’
merupakan istilah kuno Sunda yang berarti gamelan, sedangkan kata ‘renteng’ berkaitan dengan
penempatan pencon-pencon kolenang (bonang) yang diletakkan secara berderet/berjejer, atau
ngarenteng dalam bahasa Sunda. Jadi, secara harfiah goong renteng adalah goong (pencon) yang
diletakkan/disusun secara berderet (ngarenteng).stilah "goong renteng" merupakan perpaduan
dari kata "goong" dan "renteng". Kata ‘goong’ merupakan istilah kuno Sunda yang berarti
gamelan, sedangkan kata ‘renteng’ berkaitan dengan penempatan pencon-pencon kolenang
(bonang) yang diletakkan secara berderet/berjejer, atau ngarenteng dalam bahasa Sunda. Jadi,
secara harfiah goong renteng adalah goong (pencon) yang diletakkan/disusun secara berderet
(ngarenteng).

Goong renteng memiliki dua macam laras; ada yang berlaras salendro dan ada yang berlaras
pelog. Peralatannya terdiri dari kongkoang, cempres, paneteg, dan goong. Kongkoang (alat
musik berpencon), cempres (alat musik bilah), dan goong diklasifikasikan sebagai idiofon;
sementara paneteg (semacam kendang) diklasifikasikan sebagai membranofon. Ditinjau dari cara
memainkannya, kongkoang, cempres, dan goong diklasifikasikan sebagai alat pukul; sedangkan
paneteg sebagai alat tepuk. Dalam ensambel, kongkoang dan cempres berfungsi sebagai
pembawa melodi, kendang sebagai pembawa irama, dan goong sebagai penutup lagu atau siklus
lagu.

Repertoar pada goong renteng pada umumnya tidak bertambah. Lagu-lagu pada Goong Renteng
Embah Badong di Lebakwangi – Batukasut, Bandung; Goong Renteng Panggugah Manah di
Sukamulya, Kuningan; dan Goong Renteng Talagamanggung di Majalengka (bahkan tidak
pernah di tabuh lagi), lagu-lagunya masih tetap itu-itu juga.
Secara fisik, goong renteng mempunyai kemiripan dengan gamelan degung, tetapi dalam hal
usia, goong renteng dianggap lebih tua keberadaannya daripada degung, sehingga ada yang
menduga bahwa gamelan degung merupakan pengembangan dari goong renteng. Mungkin
karena ketuaannya, pada umumnya goong renteng sekarang dianggap sebagai gamelan keramat,
sehingga pemeliharaannya diperlakukan khusus secara adat (ritual; kepercayaan). Kelengkapan
waditra gamelan renteng tidak sama di setiap tempat, demikian pula lagu-lagunya.

Fungsi sosial
Fungsi goong renteng yang sebenarnya dalam kebudayaan Sunda pada ma

Goong renteng memiliki dua macam laras; ada yang berlaras salendro dan ada yang berlaras
pelog. Peralatannya terdiri dari kongkoang, cempres, paneteg, dan goong. Kongkoang (alat
musik berpencon), cempres (alat musik bilah), dan goong diklasifikasikan sebagai idiofon;
sementara paneteg (semacam kendang) diklasifikasikan sebagai membranofon. Ditinjau dari cara
memainkannya, kongkoang, cempres, dan goong diklasifikasikan sebagai alat pukul; sedangkan
paneteg sebagai alat tepuk. Dalam ensambel, kongkoang dan cempres berfungsi sebagai
pembawa melodi, kendang sebagai pembawa irama, dan goong sebagai penutup lagu atau siklus
lagu.

Repertoar pada goong renteng pada umumnya tidak bertambah. Lagu-lagu pada Goong Renteng
Embah Badong di Lebakwangi – Batukasut, Bandung; Goong Renteng Panggugah Manah di
Sukamulya, Kuningan; dan Goong Renteng Talagamanggung di Majalengka (bahkan tidak
pernah di tabuh lagi), lagu-lagunya masih tetap itu-itu juga.

Secara fisik, goong renteng mempunyai kemiripan dengan gamelan degung, tetapi dalam hal
usia, goong renteng dianggap lebih tua keberadaannya daripada degung, sehingga ada yang
menduga bahwa gamelan degung merupakan pengembangan dari goong renteng. Mungkin
karena ketuaannya, pada umumnya goong renteng sekarang dianggap sebagai gamelan keramat,
sehingga pemeliharaannya diperlakukan khusus secara adat (ritual; kepercayaan). Kelengkapan
waditra gamelan renteng tidak sama di setiap tempat, demikian pula lagu-lagunya.

Fungsi social

Fungsi goong renteng yang sebenarnya dalam kebudayaan Sunda pada masyarakat dulu belum
diketahui secara pasti. Kita hanya bisa mengatakan berdasarkan cerita serta fungsi yang masih
berlangsung pada beberapa kelompok goong renteng sekarang. Goong renteng ditabuh setelah
perangkat gamelan itu dibersihkan, misalnya pada goong renteng Embah Bandong ketika
digunakan untuk memeriahkan acara Muludan (peringatan hari lahirnya Kanjeng Nabi
Muhammad s.a.w.) dan acara ngebakan (memandikan; membersihkan) pusaka-pusaka pada
setiap tanggal 12 Mulud. Penabuhan ini bagi masyarakat sekaligus merupakan suatu bukti
bagaimana pusaka yang berusia ratusan tahun ini masih bisa mengeluarkan bunyi, di samping
adanya keanehan lain yang berbau mistik.

Dulu, goong renteng biasa pula digunakan untuk memeriahkan pesta-pesta kenegaraan di
kabupaten. Goong renteng Embah Bandong ditabuh pada acara Congres Java Instituut (17 Juni
1921) di Bandung. Pada 4 Juli 2001, gamelan pusaka ini digunakan untuk memeriahkan hajatan
khitanan. Goong renteng di daerah Indramayu secara tradisi biasa dipakai pada satu hari sebelum
hari hajatan, ketika orang sibuk bekerja untuk persiapan hajatan. Ini sebagai tanda bahwa besok
pagi merupakan hari puncak hajatan. Lagu-lagunya ada yang berfungsi khusus, misalnya lagu
Wong Miang Ngangsu digunakan ketika orang-orang mengambil air ke sungai atau sumur, lagu
Mususi Beras digunakan ketika wanita-wanita mencuci beras, lagu Rimpang-rimpung digunakan
jika hajat diselenggarakan secara besar-besaran, sampai memotong kerbau. Di samping
penyajian lagu-lagu (instrumental), tarian kuda lumping juga ikut memeriahkan hajatan, diiringi
dengan goong renteng ini. Pada upacara adat Ngunjung di astana Buyut Tambi, goong renteng
Cinangnang ditabuh untuk penyambutan tamu. Goong renteng Ciwaru lagu-lagunya seringkali
diibingan (memakai tarian).

Goong renteng sampai sekarang tidak populer. RRI, TVRI, dan radio swasta tidak pernah
berusaha memperkenalkan dan mempopulerkannya. Oleh karena itu goong renteng sebagai
gamelan khas Sunda kini hampir tidak dikenal oleh orang Sunda sendiri jika bukan oleh
pengurus atau orang kampung, tempat gamelan tersebut berada.
Gong Renteng Cirebon
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Gong Renteng si Kangkung sedang berada di tengah kegiatan revitalisasi lagu-lagu kuno grup
gong renteng Si Kangkung di Keraton Kacirebonan pada tanggal 6 Agustus 2014.

Grup gong renteng Si Kangkung berasal dari desa Suranenggala Kidul, kabupaten Cirebon

Gong renteng Cirebon (bahasa Indonesia: gamelan Renteng Cirebon) merupakan satu set alat
musik yang terdiri atas bonang dan lainnya yang dipergunakan untuk kepentingan dakwah Islam
di Cirebon, berapa nama gong renteng yang berasal dari wilayah Cirebon diantaranya adalah Ki
Muntili, Mega Mendung, si Kangkung, si Banjir, Pangkur tamu, Bale bandung, si Dingklik,
Buntel mayit dan Ki Gamel serta Ki buyut Bulak (yang disimpan di Indramayu). Alat musik
serupa juga terdapat di kabupaten Sumedang dengan jumlah yang terbatas, salah satu tempat
yang masih menyimpan gong renteng di kabupaten Sumedang tepatnya berada di desa Cisarua[1]
selain itu di kabupaten Kuningan juga dapat ditemui gong renteng dengan nama pengunggah
manah (bahasa Indonesia: penguat rasa)

Sejarah
Gong renteng Cirebon berkaitan erat dengan kisah Ki Gede Gamel yaitu Ki Windu Aji yang
diminta kesediaannya oleh Mataram untuk merawat kuda-kuda milik Mataram, setelah selesai
menjalankan tugasnya, Mataram memberikan upah dan seperangkat gamelan yang oleh Ki
Windu Aji dibawa ke Cirebon[2], di Cirebon gong renteng juga dikenal dengan nama gong Dawa
(bahasa Indonesia: gamelan Dakwah) karena fungsinya untuk syiar agama Islam. Masyarakat
adat Cirebon mempercayai kisah dibawanya gong Renteng (bahasa Indonesia: gamelan Renteng)
ke Cirebon dari wilayah Mataram terjadi pada masa sunan Gunung Jati masih memerintah
sebagai Sultan di kesultanan Cirebon[3]

Gong Renteng dan syiar Islam


Pada permulaannya, seperangkat gong Renteng (bahasa Indonesia: gamelan Renteng) yang
dipersembahkan oleh Ki Windu Aji kepada Sunan Gunung Jati dipergunakan sebagai media
dakwah pada saat penyebaran agama Islam
Gong Renteng dan adat Kesultanan
Gong renteng selain digunakan sebagai media dakwah Islam, pada perkembangannya menurut Ki
Kartani digunakan pula sebagai media kesenian untuk menyambut tamu-tamu kehormatan yang
datang ke kesultanan Cirebon

Gong Renteng dan kesenian Islami


Pada perkembangan selanjutnya, gong Renteng Cirebon tidak hanya dipentaskan sebagai
kesenian yang mandiri baik untuk tujuan dakwah Islam maupun sebagai kesenian penyambutan
tamu kehormatan di kesultanan Cirebon, namun telah menyatu menjadi pelengkap kesenian-
kesenian yang bernafaskan Islam lainnya di masyarakat, seperti menjadi pengiring pada
pagelaran Jaran Lumping Cirebon (bahasa Indonesia: kuda Lumping Cirebon), di Cirebon
pagelaran Jaran Lumping tidak mementaskan atraksi seperti makan beling, makan rumput serta
atraksi-atraksi lainnya yang biasa dibawakan pada pagelaran kuda Lumping dari wilayah diluar
Cirebon semisal Jawa, pada pagelaran Jaran Lumping Cirebon yang dipentaskan hanyalah tarian
saja, karena tujuan dari pagelaran Jaran Lumping Cirebon ini adalah syiar Islam, maka Jaran
Lumping Cirebon dikenal juga dengan nama Jaran Berahi dari kosakata bahasa Cirebon berahi
(bahasa Indonesia: asmara cinta) maksudnya adalah pagelaran Jaran Lumping ini bertujuan
untuk menuntun masyarakat agar mencintai Allah swt dan rasulnya.[4]

Laras pelog
Berikut penyebutan nama titi nada laras pelog dalam bahasa Cirebon[5]

RMAK 5 / 1a 4 / ti 3 / na 3 -- / ni 2 / mi 1 / da 5+ / 1eu

Cirebon Panjang Sapuluh Sanga Bungur Miring Laras Blong

Indramayu Blong Sepuluh Sanga Bungur Miring Susul Barang

Bandung Singgul Galimber Panelu Bungur Loloran / Kenong Barang Sorog

Sumedang Panutup Pangulu Panelu Bungur Mamanis Tugu Sorogan

Tasikmalaya Kuwing Bem Loloran Bungur Panelu Laras Sorog

Goong Renteng Kencang Panglima Pangrawit Bungur Miring Panotog Sorog

Anda mungkin juga menyukai