Anda di halaman 1dari 178

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA)

DALAM MENINGKATKAN TRANSPARANSI


PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN USAHA MILIK DESA
(BUMDES) ASTAGINA

SKRIPSI

OLEH :
ANISA TRISNA WARDANI
NIM. 1802002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TAMANSISWA BANJARNEGARA
BANJARNEGARA
2022
IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA)
DALAM MENINGKATKAN TRANSPARANSI
PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN USAHA MILIK DESA
(BUMDES) ASTAGINA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai


Derajat Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh :
ANISA TRISNA WARDANI
NIM. 1802002

PROGRAM
PROGRAMSTUDI
STUDIAKUNTANSI
AKUNTANSI
SEKOLAH
SEKOLAH TINGGI
TINGGI ILMU EKONOMI
ILMU EKONOMI TAMANSISWA
TAMANSISWA BANJARNEGARA
BANJARNEGARA
BANJARNEGARA
2022
BANJARNEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA)


DALAM MENINGKATKAN TRANSPARANSI
PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN USAHA MILIK DESA
(BUMDes) ASTAGINA
HALAMAN
PERSETUAN

OLEH :
ANISA TRISNA WARDANI
NIM. 1802002

Disetujui

Pada tanggal 4 Juni 2022

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ghonimah, Z.A., S.E., M.Si., M.M. Yubiharto, S.E., M.Si.

NIDN : 0627127505 NIDN : 0627097301

Mengetahui,
Ketua STIE Tamansiswa Ketua Program Studi

Banjarnegara Akuntansi

Lustono, S.Pd., M.M. Yubiharto, S.E., M.Si.

NIDN : 0610106801 NIDN : 0627097301


HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Implementasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Dalam

Meningkatkan Transparansi Pengelolaan Keuangan Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes) Astagina

Nama : Anisa Trisna Wardani

NIM : 1802002

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 18 Juni 2022, dan dinyatakan

telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna memperoleh Gelar

Sarjana Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tamansiswa Banjarnegara.

Banjarnegara, 28 Juni 2022

Tim Penguji,

1. Ghonimah, Z.A., S.E., M.Si., M.M. ------------------------------------

NIDN : 0627127505

2. Walid Rudianti, S.Pd., M.Ak. ------------------------------------

NIDN : 0624109002

3. Eling Ri Kurniati, S.E., M.Si., Ak. ------------------------------------

NIDN : 0605017804

Mengetahui dan menyetujui,

Ketua STIE Tamansiswa Ketua Program Studi

Banjarnegara Akuntansi
Lustono, S.Pd., M.M. Yubiharto, S.E., M.Si.

NIDN : 0610106801 NIDN : 0627097301


MOTTO

Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu
itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Harta akan berkurang jika
dibelanjakan tetapi ilmu akan bertambah jika diamalkan.

(Ali bin Abi Thalib)

Kesempurnaan tidak datang dengan sendirinya. Kesempurnaan harus diupayakan.


Kesempurnaan harus dinilai. Proses dan hasil pekerjaan harus diawasi.

(BJ Habibie)

Seluruh tujuan pendidikan adalah untuk mengganti cermin menjadi jendela.


(Sydney J. Harris)

Pelangi yang muncul setelah hujan adalah janji alam bahwa masa buruk telah berlalu dan
masa depan akan baik-baik saja.
(Anisa Trisna Wardani)

Rintangan bukan untuk menghentikan sebuah perjuangan. Jika bertemu tembok, jangan
berbalik dan menyerah. Cari cara untuk memanjatnya, menembusnya atau memutarinya.
(Anisa Trisna Wardani)
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :


1. Kepada kedua orang tuaku, Ayahanda (alm) Rastono, Ibunda Tuyinah
yang senantiasa memberikan do’a, semangat, serta segala bentuk
dukungan kepada peneliti,

2. Mbah Atma Sentana dan Mbah Sardini yang selalu memberikan motivasi
baik moril maupun secara materil sehingga mampu terus melanjutkan
belajar di perguruan tinggi.

3. Saudara peneliti, Mbak Fitri Sulastri, Mas Muhandoyo, S.Pd., Mba Fujiati,
S.Pd., Mas Hani Sudarwanto dan ketiga keponakan yang telah
memberikan dukungan, semangat serta perhatiannya.

4. Kepada Bapak Hartono, S.H. dan Ibu Karsinah selaku orang terdekat yang
telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga mampu melanjutkan
ke perguruan tinggi.

5. Bapak Mahlan dan Ibu Sukesi selaku orang terdekat yang senantiasa
memberikan do’a, semangat dan dukungan kepada peneliti.

6. Eva Listiani, sahabat dekat yang selalu menjadi tempat diskusi dan
memberikan do’a, motivasi serta dukungan kepada peneliti.
7. Mbak Mega Oktavia Nur Ainy teman dekat yang telah memberikan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
8. Seluruh rekan-rekan angkatan 2018 yang berjuang bersama dalam
perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi dan studi di STIE Tamansiswa
Banjarnegara.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang  telah

melimpahkan hidayah dan ridho-Nya dengan segala rahmat dan karunia-

Nya sehingga kami dalam melakukan penulisan skripsi diberikan

kemudahan dan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA) DALAM

MENINGKATKAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN

USAHA MILIK DESA (BUMDes) ASTAGINA”.

 Penulisan skripsi disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) Sarjana Akuntansi pada Program

Studi Akuntansi di  Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tamansiswa Banjarnegara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan

yang peneliti alami, namun berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan  yang

berharga dari berbagai pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini. Oleh karena itu peneliti pada kesempatan ini  mengucapkan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Lustono, S.Pd., M.M. selaku Ketua STIE Tamansiswa Banjarnegara.

2. Bapak Yubiharto, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi Akuntansi STIE

Tamansiswa Banjarnegara.
3. Ibu Ghonimah Zumroatun Ainiah, S.E., M.Si., M.M. selaku dosen pembimbing

satu  yang telah memberikan arahan, saran, nasehat serta bimbingan yang

sangat berarti dalam penyelesaian skripsi  ini.

4. Bapak Yubiharto, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing dua yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan masukan yang sangat berarti dalam

penyelesaian

skripsi ini.

5. Segenap Dosen STIE Tamansiswa Banjarnegara, yang telah banyak membekali

peneliti dengan berbagai ilmu.

6. Kepada seluruh Staff dan karyawan, yang membantu peneliti selama belajar di

STIE Tamansiswa Banjarnegara.

7. Terima kasih peneliti ucapkan kepada pihak yang terkait dalam proses

penelitian, yaitu Bapak Kepala Desa danPengelola BUMDes Astagina yang telah

memberikan izin dan berbagai informasi yang diperlukan  peneliti dalam

melakukan penelitian.

8. Teman-teman satu angkatan, STIE Tamansiswa Banjarnegara angkatan 2018

yang telah memberikan semangat dan motivasi.

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,

untuk itu peneliti juga tetap berharap adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun sehingga menjadi lebih baik lagi dan pada akhirnya dapat

berguna bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, 17 Mei 2022

Peneliti,

Anisa Trisna Wardani


NIM. 1802002

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................................... iii

MOTTO......................................................................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN......................................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR................................................................................................................................. vi

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL....................................................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................................... xiii

SURAT PERNYATAAN PLAGIASI..................................................................................................... xiv

ABSTRAK................................................................................................................................................... xv

ABSTRACT................................................................................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................................................. 13

C. Batasan Masalah.................................................................................................................... 13

D. Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 13

E. Manfaat Penelitian................................................................................................................ 13

1. Secara Teoritis................................................................................................................ 14

2. Secara Praktis.................................................................................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 15

A. Grand Theory .......................................................................................................................... 15

1. Teori TAM........................................................................................................................ 15

2. Teori Keagenan (Agency Theory)...........................................................................18

B. Sistem Informasi Akuntansi .............................................................................................. 20

1. Pengertian Sistem......................................................................................................... 20

2. Pengertian Informasi ................................................................................................... 21

3. Pengertian Akuntansi.................................................................................................. 23

4. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi..............................................................24

5. Manfaat dan Tujuan Sistem Informasi Akuntansi.............................................26

6. Funsi Sistem Informasi Akuntansi.........................................................................27

7. Tugas yang Dilakukan Dalam Sistem Informasi Akuntansi..........................28


8. Perbedaan Sistem Informasi Akuntansi...............................................................29

9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi

............................................................................................................................................... 30

C. Desa ............................................................................................................................................ 31

D. Dana Desa.................................................................................................................................. 33

E. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)................................................................................35

F. Modal BUMDes........................................................................................................................ 37

G. Organisasi Pengelola BUMDes.......................................................................................... 38

H. Jenis Usaha Pada BUMDes.................................................................................................. 40

I. Transparansi Pengelolaan Keuangan BUMDes..........................................................43

J. Kajian Penelitian yang Relevan........................................................................................ 48

K. Kerangka Pikir......................................................................................................................... 55

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................................... 63

A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................................................ 63

1. Jenis Penelitian ............................................................................................................... 63

2. Desain Penelitian............................................................................................................ 65

B. Objek dan Informan Penelitian ........................................................................................66

1. Objek Penelitian ............................................................................................................. 66


2. Informan Penelitian ..................................................................................................... 66

C. Konsep Operasional ............................................................................................................. 68

D. Data ............................................................................................................................................. 70

1. Sumber Data..................................................................................................................... 70

2. Unit Analisis Data........................................................................................................... 71

E. Metode Pengumpulan Data dan Keabsahan Data.....................................................72

1. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 72

2. Instrumen Penelitian.................................................................................................... 73

3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data....................................................................74

F. Metode Analisis Data............................................................................................................ 74

G. Prosedur Desain Kualitatif Deskripstif..........................................................................77

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...................................82

A. Profil Desa Pagak ............................................................................................................ .......82

1. Kondisi Geografis Desa Pagak ..................................................................................82

2. Kondisi Umum Desa ..................................................................................................... 83

3. Sejarah BUMDes Astagina .......................................................................................... 85

4. Profil BUMDes Astagina............................................................................................... 88

5. Pelaksanaan Pengelolaan BUMDes Astagina.......................................................89


B. Analisis Data dan Pemaparan Hasil Penelitian...........................................................91

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN........................................................................114

A. Kesimpulan............................................................................................................................ 114

B. Implikasi.................................................................................................................................. 117

C. Saran ........................................................................................................................................ 118

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 121

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Technologi Acceptance Model (TAM).....................................................................17

Gambar 2.2 Proses Akuntansi.......................................................................................................... 29

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Pengelola BUMDes ..............................................................39

Gambar 2.4 Alur Transparansi Keuangan BUMDes................................................................46

Gambar 2.5 Kerangka Pikir............................................................................................................... 60

Gambar 3.2 Proses Analisis Data..................................................................................................... 76

Gambar 3.3 Prosedur Quasi-Qualitative Design........................................................................77

Gambar 4.1 Peta Desa Pagak............................................................................................................. 82


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Daftar BUMDes Kecamatan Purwareja Klampok......................................................9

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Komputerisasi dengan Sistem Manual.................................29

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu......................................................................................................... 48

Tabel 3.1 Konsep Operasional............................................................................................................ 69

Tabel 4.1 Struktur Jabatan Pemerintah Desa Pagak..................................................................84

Tabel 4.2 Struktur Organisasi BUMDes Astagina........................................................................89


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Transkip Hasil Wawancara

Lampiran 4 Surat Bukti Penelitian

Lampiran 5 Dokumentasi Wawancara

Lampiran 6 Sertifikat KKN

Lampiran 7 Sertifikat Olah Data Kualitatif


SURAT PERNYATAAN PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anisa Trisna Wardani

Tempat/tanggal lahir : Banjarnegara, 29 April 1999

NIM : 1802002

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Implementasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Dalam

Meningkatkan Transparansi Pengelolaan Keuangan Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes) Astagina

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan karya tulis orang

lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah

disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan jika

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Banjarnegara, 17 Mei 2022

Yang menyatakan,

Anisa Trisna Wardani


ABSTRAK

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA) DALAM


MENINGKATKAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) ASTAGINA

Anisa Trisna Wardani

Adanya asset yang relatif besar pada BUMDes Astagina baik berasal dari
penyertaan modal APBDes, kemitraan dan hasil prestasi yang didapatkan, maka
dalam pengelolaan keuangan harus mampu menerapkan SIA yang telah ditetapkan,
dengan tujuan memudahkan para pengelola serta memiliki dampak pada
akuntabilitas laporan keuangan. Namun, sampai saat ini pengelolaan keuangan
BUMDes Astagina belum menerapkan SIA, sehingga proses transparansi belum
optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala dan tindakan yang
harus segera dilakukan dalam upaya penerapan SIA untuk meningkatkan
transparansi keuangan BUMDes.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan desain studi kasus.
Teknik penentuan informan dengan menggunakan puposive sampling. Semua data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara di
BUMDes Astagina Desa Pagak, Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten
Banjarnegara. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan data adalah triangulasi
data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelola BUMDes Astagina sudah
mengikuti pelatihan penerapan SIA yang diselenggarakan oleh BRI bersama
bumdes.id yang berkolaborasi dengan syncore genio dilaksanakan secara online
melalui zoom meeting. Dari pelaksanaan pelatihan tersebut sampai saat ini belum
ada tindak lanjut baik pendampingan dari pihak penyelenggara dan pengelola
BUMDes belum menerapkan SIA dalam penyusunan laporan keuangan. Hal tersebut
terjadi dikarenakan pengelola BUMDes masih belum paham dan terdapat kesulitan
dalam mengakses SIA berbentuk aplikasi SAAB.Syncore. Hal ini berpengaruh
terhadap efektivitas dan efisiensi pada penyusunan laporan keuangan serta proses
transparansi yang mengakibatkan rendahnya dukungan, kepercayaan dan antusias
masyarakat desa terhadap pelaksanaan program-program BUMDes Astagina.

Kata Kunci: Sistem Informasi Akuntansi, transparansi, laporan keuangan


ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF ACCOUNTING INFORMATION SYSTEMS IN


IMPROVING TRANSPARENCY OF FINANCIAL MANAGEMENT
BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) ASTAGINA

Anisa Trisna Wardani

The existence of relatively large assets in BUMDes Astagina both from APBDes
capital participation, partnerships and the results obtained, then in financial
management must be able to apply the established SIA, with the aim of making it
easier for managers and having an impact on financial statement accountability.
However, until now the financial management of BUMDes Astagina has not
implemented SIA, so the transparency process has not been optimal. This study aims to
determine the obstacles and actions that must be taken immediately in an effort to
implement SIA to increase the financial transparency of BUMDes.
This type of research is descriptive qualitative with a case study design. The
technique of determining the informants using purposive sampling. All data collected
in this study were obtained by conducting interviews at BUMDes Astagina, Pagak
Village, Purwareja Klampok District, Banjarnegara Regency. The technique used in
data examination is data triangulation.
The results showed that the BUMDes Astagina managers had attended SIA
implementation training organized by BRI together with bumdes.id in collaboration
with syncore genio which was carried out online through a zoom meeting. From the
implementation of the training, until now there has been no follow-up, both assistance
from the organizers and managers of BUMDes have not implemented SIA in the
preparation of financial reports. This happened because the BUMDes managers still
did not understand and there were difficulties in accessing the SIA in the form of the
SAAB.Syncore application. This affects the effectiveness and efficiency of the
preparation of financial reports and the transparency process which results in the low
support, trust and enthusiasm of the village community for the implementation of the
Astagina BUMDes programs.

Keywords: Accounting Information Systems, transparency, financial reports


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,

modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang

atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan

laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut (Peraturan Menteri Keuangan

3 Nomor 54 Tahun 2021 Pasal 1).

Mengenai pembukuan yang telah dijabarkan dalam UU dan Peraturan

Menteri Keuangan atau UU Harmonisasi menekankan pada seluruh pengusaha

ataupun pengelola keuangan pada suatu instansi dan entitas tentang pentingnya

pelaksanaan pembukuan. Adanya pembukuan pada internal suatu perusahaan

merupakan dasar utama yang menjadi fondasi dari sistem akuntansi. Pada sistem

akuntansi dapat tercatat dan diketahui pergerakan keuangan yang telah digunakan

dalam operasional dan pelaksanaan program kerja secara terperinci dan jelas.

Pembukuan keuangan adalah langkah awal dari kegiatan akuntansi yang

merupakan landasan paling dasar dalam proses akuntansi. Segala kegiatan

akuntansi akan berjalan dengan baik apabila dilakukan dengan benar dan teliti.

Pembukuan keuangan mengacu pada aspek penyimpanan catatan akuntansi, dalam

hal ini semua informasi mengenai transaksi dan aktivitas keuangan suatu bisnis

termasik di dalamnya (tribunnews.com,2019; groeduacdemy.cpm).


Sedangkan laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi

yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan laba rugi. Laporan keuangan

disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam

mengambil keputusan (Sutrisno, 2012).

Keberadaan laporan keuangan dapat digunakan untuk memberikan

informasi mengenai kinerja keuangan dalam suatu perusahaan ataupun instansi tiap

bulan, semester, dan tiap tahun. Isi dari laporan keuangan harus memberikan

pandangan yang sama kepada pembacanya dan harus memuat deskripsi mengenai

transaksi keuangan yang benar-benar terjadi untuk dijadikan sebagai alat dalam

mengambil keputusan bagi pihak internal dan eksternal.

Pada sektor instansi pemerintahan dituntut untuk memberikan informasi

dan laporan keuangan yang jelas serta dapat dipertanggung jawabkan keabsahanya.

Beberapa peraturan pemerintah dibuat untuk dijadikan sebagai pedoman dalam

pengelolaan maupun proses penyusunan laporan keuangan. Peraturan pemerintah

terkait pengelolaan keuangan daerah mengamanatkan bahwa asas keadilan,

kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat harus dijadikan sebagai acuan, sehingga

keuangan daerah dapat dikelola dengan tertib, ekonomis dan efesien, patuh

terhadap peraturan perundang undangan, serta efektif dan transparan (Pradono

dan Basukianto, 2015).

Indonesia mempunyai beberapa pembagian pemerintahan yang diatur

dalam undang-undang bersumber pada pemerintah pusat. Pembagian pemerintahan

tersebut terdapat pemerintah daerah kabupaten dan kota, yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus serta mengurus sendiri urusan pemerintahanya seperti


yang telah dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas wilayah yang berwenang dan mengurus urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada hakikatnya dengan terbaginya beberapa pemerintahan, semua

memiliki tujuan yang sama untuk kemajuan Indonesia. Salah satu tujuan dalam

pemerintahan di Indonesia adalah meningkatkan perekonomian dengan adanya

pembangunan yang merata, memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dapat

berkontribusi dengan baik untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Adanya tujuan tersebut, pemerintah pusat memperhatikan dan menekankan

untuk menata dari susunan pemerintahan terendah yaitu desa yang berada dibawah

pemerintahan kabupaten/kota yang tentunya akan memiliki dampak besar bagi

tatanan pemerintahan, sehingga penyelenggaraan pemerintah desa diharapkan

dapat meningkatkan perekonomian, pembangunan serta sumber daya manusia yang

mampu mengkomodasi aspirasi masyarakat untuk turut serta bertanggungjawab

terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai warga Negara Indonesia.

Pemerintah kemudian menetapkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa. Peraturan tersebut menjadi rujukan dan pedoman dalam

pelaksanaan tujuan Indonesia khususnya pembangunan desa, pembinaan desa,

pembangunan wilayah pedesaan yang terintegrasi serta berkelanjutan untuk dapat

menuju desa sejahtera.


Dalam hal ini desa merupakan suatu bagian dari pemerintahan yang

memiliki peranan penting bagi kemajuan suatu daerah. Desa adalah desa dan desa

adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014).

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014). Pemerintah Desa

adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa (Undang-Undang Nomer 6 Tahun

2014,).

Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, tidak lepas dari adanya

keuangan desa yang telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,

menjelaskan bahwa keuangan desa adalah hak dan kewajiban yang dinilai dengan

uang serta segala sesuatu tentang uang dan barang yang berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban. Keuangan desa tersebut dimaksudkan untuk

pembiayaan program kegiatan yang dimiliki desa. Secara lebih jelas disebutkan

bahwa keuangan desa dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala

bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa, sedangkan

pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan

pengawasan.

Dalam mengelola keuangan tersebut, tidak lepas dari peran serta perangkat

desa dalam pemerintahan yang merupakan bagian penting khususnya dalam rangka

mewujudkan tujuan dari bangsa Indonesia, karena sebagai interaksi dan penyalur

suara rakyat berdasarkan kebutuhan pembangunan serta kemasyarakatan. Pada

penyelenggaraan tersebut, perangkat desa perlu melaksanakan penyusunan dan

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama dengan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) serta ditetapkan dalam peraturan desa (Perdes).

Pengelolaan APBDes harus dilakukan secara transparan, akuntabel, partisipatif,

tertib dan disiplin. Penyusunan APBDes merupakan instrument penting dalam

terwujudnya tata kelola pemerintahan yang ada di desa, dengan hasil akhir rencana

atau kegiatan yang ada di desa. Tersusunya rencana atau kegiatan yang akan

dilaksanakan, tergantung pada cara penyusunan dan langkah terkahir pada tahap

pertanggungjawaban pada akhir periode.

Pemerintah juga mengeluarkan peraturan untuk mengatur keuangan desa

khususnya dalam menyusun APBDes yang telah dijabarkan pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan

Desa. Pengelolaan keuangan desa merupakan hal yang sensitive pada pemerintah

desa, sehingga perlu diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi adanya

penyalahgunaan dana desa. Adanya peraturan ini, diharapkan pemerintah desa

dapat mengelola keungan berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif,


serta dilakukan dengan tertib dan disiplin. Pemerintah desa dalam penyusunan

rancangan APBDes harus menyesuaikan kebutuhan masyarakat, khususnya dalam

usaha meningkatkan perekonomian, pembangunan, dan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas.

APBDes yang baik akan memberikan dampak dalam pengelolaan keuangan

desa dengan terialisasinya program dan kegiatan yang dapat memberikan manfaat,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan berkelanjutan. Dalam menjalankan

program, partisipasi masyarakat atau warga desa menjadi pengaruh besar pada

fungsi kontrol pengelolaan dana desa selama periode yang ditentukan, sehingga

membutuhkan keterbukaan antara warga dengan aparatur desa.

Pengelolaan dana yang dimiliki desa merupakan faktor terealisasinya tujuan

Indonesia, dilihat dari permasalahan yang masih dialami seperti, pembangunan

jalan yang belum merata khususnya di daerah pedesaan, kemiskinan dan kualitas

sumber daya manusia yang belum memadai. Sedangkan terlaksananya

pembangunan yang baik dan peningkatan pada sektor perekonomian desa

merupakan salah satu wujud bahwa, desa sudah mengelola keuangan dengan baik,

sesuai perencanaan yang telah disusun, anggaran dan realisasi kegiatan yang

sempurna sehingga dapat memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan

pemerintahan desa.

Dari hal tersebut, maka dalam usaha meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, maka dalam pengelolaan Dana Desa (DD) yang telah dituangkan dalam

APBDes, salah satu arah kebijakan keuangan desa melakukan penyertakan modal

untuk pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Pendirian BUMDes


dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan

kerja sama antar Desa (PERBUP Nomor 78 Tahun 2017).

BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian langsung yang

berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola asset, jasa pelayanan

dan usaha lainya untuk sebesar besarnya terhadap kesejahteraan masyarakat desa (

UU No. 6 Tahun 2014).

Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes adalah badan

hukum yang didirikan oleh desa dan atau bersama desa-desa guna mengelola usaha,

memanfaatkan asset, mengembangkan investasi dan produktivitas, menyediakan

jenis usaha lainya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa

(Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021).

Pada Peraturan Pemerintah ini mengalami pembaharuan bahwa BUMDes

tidak hanya sebagai badan usaha yang didirikan oleh desa guna mengelola aset

untuk diberdayakan sebesar besarnya terhadap kesejahteraan masyarakat, namun

sudah di perbaharui sebagai badan hukum karena didirikan dengan akta yang

otentik dan dalam hukum diperlakukan sebagai orang yang memiliki hak dan

kewajiban atau disebut juga dengan subjek hukum.

Dalam meningkatkan efesiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan

pada BUMDes memerlukan adanya penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA).

Pada tahun 1966, konsep akuntansi sebagai sistem informasi mulai digunakan oleh

badan berwenang di Amerika Serikat yaitu American Accounting Association (AAA),

dalam teori akuntansi yang berjudul “A Statement of Basic Accounting Theory” yang

menyatakan bahwa akuntansi merupakan suatu sistem informasi.


Sistem informasi akuntansi adalah sebagai kumpulan (integrasi) dari sub

sistem atau komponen baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan dan

bekerjasama satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang

berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan (Susanto, 2017).

Sistem informasi dapat dikatan efektif bergantung pada kemudahan sistem

tersebut oleh pemakai sistem karena teknologi sistem informasi diselenggarakan

dalam suatu perusahaan untuk membantu individu atau para pengelola suatu usaha

dalam menyelesaikan tugasnya dan menghasilkan informasi yang kredibel untuk

pihak-pihak yang berkepentingan. Sistem informasi akuntansi ini bisa dikatakan

baik jika dapat dipahami, diterima, memenuhi harapan dan tujuan serta

memberikan kepuasan terhadap hasil yang dicapai oleh pemakai atau pengelola

keuangan.

Dalam hal transparansi pengelolaan keuangan pada suatu organisasi

ataupun sebuah badan usaha dengan adanya Sistem Informasi Akuntansi (SIA),

dapat memberikan kemudahan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk

mengakses laporan keuangan yang telah disusun secara cepat dan praktis, sehingga

segala bentuk informasi akuntansi dapat tersampaikan dengan jelas, memadai,

akurat, mudah dimengerti dan mudah untuk dipantau. Penggunaan SIA yang akurat

dan sesuai juga dapat meningkatkan proses transparansi dalam pengelolaan

keuangan sehingga informasi yang diberikan dapat membantu pengelolaan data-

data yang lebih cepat, efektif dan efesien serta dalam pengambilan keputusan

ekonomi bagi pihak internal maupun eksternal.

Desa Pagak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara yang tepatnya berada di perbatasan


wilayah antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Purbalingga. Dengan jarak

tempuh dari desa ke kota kabupaten kurang lebih 33 Km. Sebagian besar wilayah

Desa Pagak ini digunakan sebagai lahan pertanian sehingga penduduk Desa Pagak

ini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan usaha dari olahan hasil

pertanian yang dihasilkan.

Menurut data yang diperoleh dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Kementerian Desa pada wilayah Kabupaten Banjarnegara khususnya untuk

Kecamatan Purwareja Klampok dari delapan desa hanya dua desa yang sudah

memiliki BUMDes dan sudah terverifikasi dokumen. Berikut data BUMDes yang

terdapat di Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara:

Tabel 1.1
Daftar BUMDes Kecamatan Purwareja Klampok

No. Nama Desa Status


1. Desa Sirkandi Nama Terverifikasi
2. Desa Pagak Terverifikasi Dokumen
3. Desa Kecitran Nama Terverifikasi
4. Desa Nama Terverifikasi
5. Purwareja Nama Terverifikasi
6. Desa Klampok Terverifikasi Dokumen
7. Desa Nama Terverifikasi
8. Kalilandak Nama Terverifikasi
Desa
Kalimandi
Desa
Kaliwinasuh
Total Terverifikasi 2
Dokumen
Total Nama Terverifikasi 6
Jumlah 8

Sumber : bumdes.kemendesa.go.id, 2021


Dari data tersebut memberikan penjelasan bahwa berdasarkan

status yang sudah terverifikasi dokumen adalah BUMDes yang sudah dalam

predikat “tumbuh”. Dalam hal ini bahwa BUMDes tersebut sudah mengalami

banyak perkembangan terhadap kinerja baik dari segi program kerja yang

telah dilaksanakan, pengelolaan penyertaan modal dari dana desa, hasil yang

telah dicapai dari beberapa unit usaha yang telah terealisasi sebagai

pemasukan dan besarnya pengaruh terhadap peningkatan perekonomian di

desa untuk kesejahteraan masyarakat.

BUMDes di Desa Pagak berdiri pada tahun 2017 dengan nama

BUMDes Astagina. Sumber dana pendirian BUMDes Astagina ini dari

penyertaan modal Dana Desa (DD) yang telah tercantum dan disepakati

bersama dalam bentuk APBDes. Dalam AD/ART BUMDes Astagina bergerak

pada bidang Perdagangan dan Jasa, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Ekraf)

serta Persewaan. Dari beberapa unit usaha yang telah ditetapkan, yang

menjadi harapan kontribusi terbesar ada pada bidang pariwisata dan

ekonomi kreatif. Karena dengan adanya pariwisata yaitu Desa Wisata Pagak

dari pengelolaannya dapat mendapatkan pemasukan dari tarif tiket masuk

kemudian diberdayakan untuk mengembangkan dan melakukan inovasi

terhadap unit usaha pada BUMDes Astagina serta pada Pendapatan Asli Desa

(PAD) guna menunjang kesejahteraan masyarakat desa. Dalam

pengelolaanya BUMDes Astagina juga menjalin kerja sama dengan pihak

eksternal yang diharapkan dapat saling memberikan manfaat serta

keuntungan.

Sebagai juara 2 BCA Desa Wisata Award, Kategori Desa Wisata

Kreatif, sehingga dituntut untuk bisa meningkatkan pengelolaan baik dari


segi peningkatan unit usaha yang dijalankan, Sumber Daya Manusia (SDM),

dan pengelolaan keuangan yang sudah tidak menggunakan secara manual.

Dari perolehan prestasi sebagai kategori Desa Wisata Kreatif, BUMDes

Astagina masuk pada ajang seleksi program Desa Brilian yang merupakan

upaya yang dilakukan BRI untuk mendorong inovasi berkelanjutan bagi desa

dan BUMDes. BRI ini melakukan seleksi terhadap 531 desa usulan dan

memilih 125 desa dari berbagai daerah di Indonesia termasuk yang terpilih

adalah Desa Pagak dengan BUMDes Astagina.

Dalam pencapaian tujuan mendayagunakan segala potensi ekonomi

dengan arah kebijakan pembangunan perekonomian desa, memanfaatkan

dan mengoptimalkan dalam pengelolaan dana yang berasal dari penyertaan

modal maupun dari kerja sama dengan pihak eksternal dalam rangka

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berupa kontribusi dari

masyarakat untuk mewujudkan BUMDes yang berkembang dan

menghasilkan. Maka dengan adanya hal tersebut, BUMDes Astagina

membutuhkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang dapat menghasilkan

informasi dalam proses pengambilan keputusan yang akurat dan sebagai

alat transparansi dalam pelaporan.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, pada pelaksanaanya

BUMDes Astagina sudah mengikuti pelatihan Sistem Informasi Akuntansi

yang dilaksanakan oleh Bank BRI bersama BUMDes.id dengan menghadirkan

Sekretaris Jenderal Kementerian Desa Bapak Taufik Madjid, S.Sos., M.Si.,

Sekretaris Jenderal Kementerian Desa PDTT Bapak Anwar Sanusi, Ph.D.

serta Sekretaris jenderal Forum BUMDes se- Indonesia Bapak Rudy

Suryanto, S.E., M.Acc. dengan harapan peserta dapat menyimak arahan


grand desain strategi pemerintah dalam menyiapkan desa-desa menghadapi

pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Pelatihan tersebut diikuti oleh para pegiat desa yang terpilih dalam

program Desa Brilian. Pada pelaksanaanya, diawali dengan pemberian

materi dan menghadirkan model-model para pemenang desa brilian dengan

harapan para peserta bisa memiliki visi, mimpi dan gerakan yang sama

untuk tetap tangguh, tanggap inovatif dalam menjalankan BUMDes. Sesi

selanjutnya, yaitu pengenalan dan pelatihan penerapan Sistem Aplikasi

Akuntansi BUMDes (SAAB.Syncore) dari BUMDes.id yang telah

dikembangkan dan disempurnakan oleh Syncore Genio sebuah software

keuangan sederhana yang berbasis jurnal umum dan buku kas masuk dan

keluar.

Penggunaan SAAB.Syncore ini diharapkan dapat membantu

mengatasi kesulitan dalam menyusun laporan keuangan secara akurat,

cepat, dan tepat. Kemudian tahap terakhir pemberian SAAB.Syncore secara

gratis kepada para pengelola BUMDes yang masuk dalam program Desa

Brilian untuk diterapkan dengan baik. Sebagai juara 2 BCA Desa Wisata

Award, dan masuk dalam program Desa Brilian, sehingga dituntut untuk bisa

menerapkan SAAB.Syncore ini dalam pengelolaan keuangan untuk

pelaporan.

Adanya asset yang relatif besar pada BUMDes Astagina baik yang

berasal dari penyertaan modal APBDes, kemitraan, dan hasil prestasi yang

didapatkan, maka dalam pengelolaan keuangan harus menggunakan SIA

yang telah ditetapkan. Sehingga dapat memudahkan pihak pengelola dan

memiliki dampak pada akuntabilitas laporan keuangan yang dapat dijadikan


sebagai dasar dalam pengambilan suatu keputusan keberlanjutan program

BUMDes Astagina untuk menunjang perekonomian masyarakat.

Namun, sampai pada saat ini proses pengelolaan keuangan pada

BUMDes Astagina belum dilakukan dengan menerapkan sistem informasi

akuntansi yang berupa aplikasi SAAB.Syncore tersebut, sehingga masih

terlihat beberapa informasi terkesan tidak akurat dan belum sesuai dengan

standar dalam pelaporan keuangan serta menjadikan transparansi masih

belum optimal tersampaikan.

Dalam penelitian (Utami dan Julianto, 2021) yang berjudul

Implementasi Sistem Informasi Akuntansi Pada BUMDes Dwi Amertha Sari

Desa Jinangdalem dengan hasil, pengelolaan keuangan BUMDes harus

menerapkan sistem informasi akuntansi (SIA) sesuai yang telah ditetapkan.

Pada pelaksanaan pengelolaan keuangan BUMDes Dwi Amertha ini sudah

mulai menerapkan sistem informasi akuntansi yang ternyata dalam

realisasinya memberikan kemudahan, kejelasan, keefektivan dan efesiensi

dalam proses pelaporan keuangan berbeda dengan sebelum menerapkan

sistem informasi akuntansi.

Selain itu penerapan sistem informasi akuntansi juga mampu

menjadi pendorong utama terhadap perkembangan teknologi informasi

yang mudah digunakan. Dalam penggunaan sistem aplikasi akuntansi dapat

memberikan kemudahan dengan keamanan data yang terjaga dan akurat

untuk bisnis. Adanya tampilan pada penggunaan teknologi yang modern

sehingga mampu digunakan oleh pengguna dan siap digunakan serta diakses

kapan saja.
Berkaitan dengan hal tersebut tentunya terdapat permasalahan yang

menarik untuk dikaji berkaitan dengan penerapan Sistem Informasi

Akuntansi (SIA) pada pengelolaan keuangan Badan Usaha Miliki Desa

(BUMDes) Astagina. Oleh karena itu, penelitian mengenai permasalahan

tersebut penting untuk dilakukan. Maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul Implementasi Sistem Informasi

Akuntansi (SIA) Dalam Meningkatkan Transparansi Pengelolaan

Keuangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Astagina.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana implementasi sistem informasi akuntansi dalam

meningkatkan transparansi pengelolaan keuangan Badan Usaha Milik Desa

Astagina?

C. Pembatasan Masalah

Dalam skripsil ini, peneliti ingin menganalisis tentang implementasi

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dalam meningkatkan transparansi

pengelolaan keuangan Badan Usaha Milik desa (BUMDes) Astagina. Dengan

pembatasan masalah pada studi kasus di BUMDes Astagina Desa Pagak

Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui kendala-kendala dan tindakan-tindakan yang

harus segera dilaksanakan dalam upaya penerapan Sistem Informasi


Akuntansi (SIA) dalam meningkatkan transparansi pengelolaan keuangan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Secara Teoritis

Menambah pengetahuan tentang bagaimana implementasi SIA pada

pengelolaan keuangan BUMDes dalam rangka meningkatkan transparansi

proses pelaporan.

2. Secara Praktis

a. Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi sebagai

bahan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan bisa dijadikan bahan

pembanding mahasiswa yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan pada

masa yang akan datang, dan melengkapi koleksi perpustakaan.

b. Bagi BUMDes

Memberikan sumbangsih berupa pemikiran dan masukan pada pengelola

BUMDes, sehingga dapat memahami bahwa penerapan sistem informasi

akuntansi pada suatu lembaga komersil desa sangat penting untuk efektifitas

dan efesiensi penyusunan laporan keuangan sebagai alat untuk transparansi

serta pengambilan suatu keputusan untuk keberlanjutan BUMDes.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi sarana pembelajaran bagi peneliti untuk

meningkatkan kemampuan di bidang penelitian ilmiah dan untuk menunjang

pengembangan terhadap ilmu pengetahuan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Grand Theory

1. Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM ) merupakan model penerapan

teknologi yang mengadopsi Theory of Reasoned Action (TRA) dari Fishbein dan

Ajzen (1975) dalam Hasnidar (2016) yang digunakan untuk melihat tingkat

penggunaan responden dalam menerima teknologi informasi. TRA ini tersusun dari

asumsi dasar bahwa setiap manusia berperilaku dengan sadar dalam

mengendalikan diri dan mempertimbangkan penggunaan informasi yang tersedia

untuk digunakan dalam kehidupannya.

Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Hasnidar (2016) menyatakan bahwa niat

seseorang dalam melakukan sebuah perbuatan tertentu dapat dipengaruhi oleh dua

faktor penentu, yang pertama yaitu berhubungan dengan sikap (attitude towards

behavior) dan pengaruh yang selanjutnya adalah pengaruh sosial yaitu norma

subjektif (subjective norms).

Penekanan pada TRA yang diperkenalkan ini memiliki prinsip meliputi,

menentukan bagaimana mengukur komponen-komponen pada sikap perilaku yang

relevan, membedakan antara keyakinan ataupun sikap dan menentukan rangsangan

pada eksternal. Sehingga dengan model TRA menyebabkan reaksi dan persepsi

pengguna terhadap sistem informasi yang akan menentukan sikap dan perilaku

pengguna tersebut.

Dengan dasar teori yang kuat melalui adopsi TRA ini, Davis mengembangkan

model TAM yang dilakukannya pada tahun 1986. Kemudian model TAM mulai
digunakan dan dilakukan pengembangan kembali untuk dijadikan sebagai dasar

teori dalam penelitian-penelitian selanjutnya. TAM merupakan salah satu jenis teori

yang menggunakan pendekatan teori perilaku (behavioral theory) yang banyak

digunakan untuk mengkaji proses adopsi teknologi informasi. Menurut Davis

(1989), konsep Technology Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah teori yang

menawarkan landasan untuk mempelajari dan memahami perilaku pemakai

teknologi dalam menerima dan menggunakan teknologi yang ditawarkan. Model

TAM dikembangkan dari teori psikologis, yang menjelaskan perilaku pengguna

teknologi dengan berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude),

keinginan (intention) dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship).

Tujuan TAM diantaranya yaitu untuk menjelaskan faktor penentu

penerimaan teknologi berbasis informasi secara general serta menjelaskan tingkah

laku pemakai akhir (end-user) teknologi informasi dengan variasi yang cukup luas

serta populasi pemakai untuk menyediakan dasar dalam rangka mengetahui

pengaruh dari faktor eksternal terhadap landasan psikologis. TAM diformulasikan

untuk mencapai tujuan ini melalui pengidentifikasian sejumlah kecil variabel pokok

yang didapatkan dari penelitian sebelumnya terhadap teori maupun faktor penentu

dari penerimaan teknologi.

Kelebihan TAM yang paling penting adalah model ini merupakan model yang

parsimoni yaitu model yang sederhana tetapi valid. TAM menjelaskan secara

sederhana hubungan sebab akibat antara perilaku dan keyakinan manfaat suatu

sistem informasi dan kemudahan, tujuan serta penggunaan aktual dari pengguna

sistem informasi (Noviarni, 2014).

Persepsi kemudahan penggunaan juga dapat meyakinkan pengguna bahwa

teknologi informasi yang akan di aplikasikan adalah suatu hal yang mudah dan
bukan merupakan beban bagi pemakai. Teknologi informasi komputer yang mudah

akan diaplikasikan oleh perusahaan dan diterapkan oleh para pengelola untuk

memudahkan dan meningkatkan efektivitas pekerjaan, seperti dalam alur yang telah

dipaparkan oleh Davis (1989):

Kegunaan
yang
dirasakan

Variabel Sikap Niat Perilaku Penggunaan


Eksternal Terhadap untuk Sistem
Penggunaan Menggunakan

Kemudahan
Penggunaan

Gambar 2.1 Technology Acceptance Model (TAM)


Sumber: Davis, 1989

Dari bagan alur diatas, Davis (1989) menyatakan bahwa persepsi

kemudahan pengguna (perceived ease of use) merupakan sebuah ukuran dimana

seseorang memiliki kepercayaan bahwa komputer atau teknologi dapat dengan

mudah dipahami dan digunakan untuk membantu pekerjaan tertentu. Selain

persepsi kemudahan pengguna juga dijelaskan persepsi kegunaan (perceived

usefulness) sebagai suatu ukuran dalam penggunaan suatu teknologi dipercaya akan

mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya (Davis, 1989).

Perceived usefulness merupakan salah satu poin dalam model TAM, yang

telah diuji dalam penelitian Davis (1989). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan

bahwa faktor ini terbukti empiris dapat menjelaskan alasan pengguna akhir dalam

menggunakan sistem informasi serta menjelaskan bahwasannya sistem baru yang

ketika itu sedang dikembangkan diterima oleh para pengguna akhir.

Pada sikap terhadap pengaplikasian (attitude toward using) dalam TAM

dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk


penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu

teknologi dalam pekerjaannya (Davis, 1993). Aakers dan Myers (1997) menyatakan

bahwa sikap terhadap pengaplikasian (attitude toward using) dalam TAM

dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan suatu sistem yang memiliki bentuk

penerimaan atau penolakan sebagai dampak apabila seseorang menggunakan suatu

teknologi dalam setiap pekerjaanya. Dalam hal ini sikap merupakan salah satu

bentuk evaluasi terhadap konsekuensi setelah melaksanakan suatu perilaku

(Waluyo, 2018). Selain itu TAM diyakini mampu meramalkan penerimaan pemakai

terhadap teknologi berdasarkan dampak dari dua faktor, yaitu persepsi

kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan pemakaian (perceived

ease of use) (Davis, 1989).

Pada penjelasan di atas sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

mengetahui kendala-kendala dalam penerapan Technology Acceptance Model yang

dapat menentukan tindakan yang harus dilakukan dan menentukan persepsi pada

pengelola keuangan untuk mengadopsi layanan sistem informasi akuntansi untuk

BUMDes.

2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan

muncul akibat adanya kontrak kerja atas persetujuan bersama yang terjadi antara

agent dan principal. Dalam hal ini agen adalah pihak yang melakukan tugas-tugas

dengan arah mencapai suatu realisasi dan tujuan tertentu untuk principal,

sedangkan seorang principal adalah pihak yang memberikan imbalan kepada agen.

Bergman dan Lane (1990) menyatakan bahwa kerangka hubungan principal agen

merupakan suatu pendekatan yang sangat penting untuk menganalisis komitmen-

komitmen kebijakan publik. Pembuatan dan penerapan kebijakan publik berkaitan


dengan masalah-masalah kontraktual, yakni informasi yang tidak simetris

(asymmetric information).

Pada teori keagenan menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau

lebih individu, kelompok atau organisasi salah satu pihak (principal) membuat suatu

kontrak baik secara implisit maupun eksplisit dengan pihak lain (agent) dengan

harapan agen tidak bertindak atau melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan

oleh prinsipal.

Kesepakatan atau kontrak yang dimaksud di sini adalah proses

pendelagasian wewenang kepada agen untuk melakukan tugas-tugas secara

bertanggung jawab dan sesuai dengan tujuan yang ada. Dalam hal ini dengan

pengelolaan dana desa oleh pemerintah desa (agent) dalam kebijakan untuk

penyertaan modal BUMDes sesuai dengan prinsip good governance mereka para

pengelola bertanggungg jawab kepada pemerintah yang telah termuat dalam

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa dan menjadi kepanjangan dari

masyarakat desa (principal) sebagai pemberi amanah dalam pelaksanaan tugas

pembangunan dan pemerintahan desa.

Berdasarkan hal tersebut berkaitan dengan masalah keagenan, pada praktek

pelaporan keuangan dalam organisasi sektor publik yang merupakan suatu konsep

dengan didasari oleh teori keagenan. Dalam pelaksanaannya dapat digunakan untuk

membantu pihak perusahaan (agen atau prinsipal) dan pihak luar dari perusahaan

untuk meminimalisir ketidak seimbangan informasi sehingga dapat menyajikan

sebuah informasi keuangan yang berkualitas sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan tertentu.

Kemudian pada pelaporan keuangan sektor publik, pemerintah sebagai agen

dalam hal ini yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk menyajikan
informasi yang jelas dapat dipahami bagi para pihak pengguna informasi keuangan

sebagai prinsipal dalam mengukur akuntanbilitas, kesesuaian dan pengambilan

suatu keputusan.

Dalam pengelolaan keuangan pada BUMDes Astagina Desa Pagak Kecamatan

Purwareja Klampok dimana pada pelaksanaanya, para pengelola bergerak sebagai

agen pihak yang melakukan tugas-tugas dan program-program dan arah mencapai

suatu tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta perekonomian masyarakat

dengan penggunaan penyertaan Dana Desa (DD) yang telah diberikan oleh

pemerintah desa. Dalam hal ini para pengelola BUMDes juga melakukan penyusunan

laporan pertanggungjawaban atau laporan keuangan untuk diserahkan kepada

pemerintah desa sebagai bukti penggunaan penyertaan desa secara terperinci dan

akurat. Pemerintah desa sebagai pihak prinsipal, pemberi amanah dalam

pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh para pengelola BUMDes dan mengukur

akuntabilitas, kesesuaian serta pengambilan suatu keputusan.

B. Sistem Informasi Akuntansi

Kebutuhan Informasi di perusahaan telah menciptakan sistem-

sistem informasi menurut bidangnya masing-masing. Informasi di bidang

akuntansi telah menciptakan suatu sistem informasi akuntansi, demikian

pula di bidang manajemen telah tercipta suatu sistem informasi manajemen.

Informasi akuntansi yang tepat, akurat dan cepat akan memberikan

dampak yang baik bagi keberlangsungan perusahaan. Selain itu dengan

informasi akuntansi yang akurat juga memberikan nama baik perusahaan

atas kinerja yang telah dilakukan. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai

sistem informasi akuntansi, perlu memahami pengertian sistem dan

informasi.
1. Pengertian Sistem

Ada beberapa pengertian sistem yang dikemukakan oleh beberapa

para ahli, diantaranya yaitu :

Menurut Anastasia dan Lilis (2011) sistem merupakan serangkaian

bagian

yang saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Suatu sistem pasti tersusun dari sub-sub sistem yang lebih kecil yang juga

saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Susanto (2013)

menjelaskan sistem adalah kumpulan atau grup dari sub sistem atau bagian

komponen apapun baik fisik ataupun non fisik yang saling berhubungan satu

sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan

tertentu.

Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2015) sistem (system)

adalah serangkaian dua atau lebih komponen yang saling terkait dan

berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sebagian besar sistem terdiri dari sub

sistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem

adalah serangkaian komponen yang dikoordinasikan untuk menyelesaikan

suatu sasaran tertentu dengan tujuan untuk mempermudah bagi pengguna

sistem. Sistem dengan kata lain juga merupakan hubungan yang berguna

untuk mencapai sasaran tertentu.

2. Pengertian Informasi

Menurut Lilis dan Anggradini (2011) informasi adalah data yang

diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang

menerimanya. Sedangkan menurut Susanto (2013) informasi adalah hasil


dari pengolahan data, akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan

tersebut bisa menjadi informasi, hasil pengolahan data yang tidak

memberikan makna atau arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang

bukanlah merupakan informasi bagi orang tersebut.

Romney dan Steinbart (2015) menjelaskan bahwa informasi

(information) adalah data yang telah dikelola dan diproses untuk meberikan

arti dan memperbaiki proses pengambilan keputusan. Sebagaimana

perannya, pengguna membuat sebuah keputusan yang lebih baik sebagai

kuantitas dan kualitas dari peningkatan informasi.

Dari uraian tentang informasi ini ada tiga hal penting yang harus

diperhatikan yaitu, informasi merupakan hasil pengolahan data,

memberikan makna atau arti dan bermanfaat.

Meskipun demikian, pada jumlah informasi memiliki batasan yang

dapat diserap dan diproses oleh pemikiran manusia. Kelebihan informasi

(information overload) terjadi ketika batasan tersebut terlewati, sehingga

mengakibatkan penurunan kualitas dalam pengambilan suatu keputusan

dan meningkatkan biaya penyedia informasi. Perancang sistem informasi

menggunakan teknologi informasi untuk membantu dalam pengambilan

keputusan, menyaring dan meringkas informasi secara efektif.

Informasi sangat bernilai penting dalam suatu organisasi yang

berperan untuk mengarahkan dan memperlancar dalam kegiatan sehari-

hari. Suatu sistem yang kurang mendapat informasi yang akurat dan sesuai

akan menjadi tidak memiliki manfaat bagi para penerima informasi, karena

masukan-masukan dari data-data yang ada kurang berfungsi dengan baik

dan jelas.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi

merupakan hasil dari proses pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih

memiliki manfaat dan berarti bagi penerima atau pihak-pihak yang

berkepentingan, kemudian dapat meningkatkan pemahaman dan

menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata berupa fakta yang

digunakan untuk pengambilan suatu keputusan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan.

Informasi juga dapat dikatakan sebagai suatu fakta yang mempunyai

arti dan berguna untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Menurut Romney

dan Steinbart (2015) sebuah informasi dapat bermanfaat bagi penerima dan

penggunanya, maka informasi harus memiliki kualitas atau karakteristik

sebagai berikut :

a. Relevan

Relevan disini dapat diartikan untuk mengurangi ketidakpastian dan dapat

meningkatkan kemudahan dalam proses pengambilan keputusan.

b. Reliabel

Maksudnya bebas dari kesalahan dan mampu menyajikan informasi

berdasarkan kejadian-kejadian atau aktivitas yang ada pada organisasi secara

akurat.

c. Lengkap

Yaitu tidak menghilangkan aspek-aspek penting dari adanya suatu kejadian

atau aktivitas yang diukur. Sehingga kelengkapan dan akuratan suatu informasi

dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan keabsahannya.

d. Tepat Waktu
Diberikan pada waktu yang tepat tidak mengalami keterlambatan sehingga

pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik.

e. Dapat Dipahami

Disajikan dalam format yang dapat dimengerti, mudah, tepat dan jelas.

f. Dapat Diverifikasi

Yaitu dua orang yang independen dan memiliki pengetahuan pada

bidangnya dan masing-masing menghasilkan informasi yang sama.

g. Dapat Diakses

Tersedia untuk pengguna dan penerima ketika membutuhkan dan dalam

format yang memiliki kemudahan untuk dapat dibuka dan digunakan.

3. Pengertian Akuntansi

Definisi akuntansi menurut Financial Accounting Standards Board

(FASB) (2017) merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan suatu

informasi kuantitatif yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan

ekonomi. Sedangkan menurut Harahap (2011) akuntansi adalah bahasa atau

alat komunikasi bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi

keuangan (ekonomi) berupa posisi keuangan terutama dalam jumlah

kekayaan, utang dan modal suatu bisnis dan hasil usahanya pada periode

tertentu.

Akuntansi yaitu sebagai fungsi organisasi secara sistematis, dapat

dipercaya dan original dalam mencatat, mengklasifikasi, memproses,

membuat ikhtisar, menganalisa, menginterpretasi seluruh transaksi dan

kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasional

perusahaan sebagai pertanggungjawaban atas kinerjanya (Gradi, 2017).


Akuntansi adalah suatu seni untuk mengumpulkan, mengidentifikasi,

mengklasifikasikan, mencatat transaksi, serta kejadian yang berhubungan

dengan keuangan, sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan atau

suatu laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan (Sumarsan, 2017).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

akuntansi merupakan proses pengumpulan, mengidentifikasi,

mengklasifikasi, dan mencatat transaksi-transaksi yang ada serta kejadian

yang berhubungan dengan keuangan. Proses tersebut menghasilkan

informasi keuangan yang memiliki manfaat dan berguna bagi para pemakai

laporan (users) untuk dasar dalam pengambilan keputusan ekonomis.

4. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Patel (2015) sistem informasi akuntansi merupakan sub

sistem informasi dalam suatu organisasi, dimana kegiatanya yaitu

mengumpulkan informasi dari berbagai sub sistem entitas dan

mengkomunikasikannya ke sub sistem pemrosesan informasi organisasi.

Sistem informasi akuntansi secara tradisional berfokus pada pengumpulan,

pemrosesan, analisis dan mengkomunikasikan informasi keuangan kepada

pihak eksternal seperti investor, kreditor, banker dan agen pajak serta pihak

internal seperti manajemen dan pemilik.

Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang dapat

mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data untuk

menghasilkan informasi bagi para pembuat keputusan. Hal ini termasuk

orang, prosedur dan instruksi, data, perangkat lunak, infrastruktur teknologi


informasi, kontrol internal serta langkah-langkah keamanan (Romney dan

Steinbart, 2018).

Sedangkan menurut Patel (2015) sistem informasi akuntansi

merupakan sub sistem informasi dalam suatu organisasi, dimana

kegiatannya yaitu mengumpulkan informasi dari berbagai sub sistem entitas

dan mengkomunikasikannya ke sub sistem pemrosesan informasi

organisasi. Sistem informasi akuntansi secara tradisional berfokus pada

pengumpulan, pemrosesan, analisis dan mengkomunikasikan informasi

keuangan kepada pihak eksternal seperti investor, kreditur, banker dan agen

pajak serta pihak internal seperti manajemen dan pemilik.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem

informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam suatu

organisasi yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas, teknologi,

media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk

mendapatkan jalur komunikasi yang penting, sampai menghasilkan laporan

data akuntansi sesuai dengan tujuan, kemudahan, memiliki manfaat bagi

pengguna maupun penerima informasi yang digunakan serta memberikan

kemudahan untuk proses pengambilan keputusan pihak internal dan

eksternal.

5. Manfaat dan Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Diana dan Setiawati (2011) lingkup sistem informasi

akuntansi dapat dijelaskan dari manfaat yang didapat dari informasi

akuntansi. Manfaat atau tujuan sistem informasi akuntansi adalah sebagai

berikut :
a. Mengamankan harta atau kekayaan perusahaan. Harta atau kekayaan di sini

meliputi kas perusahaan, persediaan barang dagangan, termasuk asset tetap

perusahaan. Tidak ada pemilik yang senang jika uang perusahaan mengalami

kehilangan baik diambil oleh karyawan maupun orang asing.

b. Menghasilkan beragam informasi untuk pengambilan keputusan. Misal,

pengelola toko swalayan memerlukan informasi mengenai barang apa yang

diminati oleh konsumen. Membeli barang dagangan yang kurang laku berarti

kas akan terjebak dalam persediaan (yang sulit laku tersebut) dan berarti

kehilangan kesempatan untuk membeli barang dagangan yang laku. Oleh karena

itu informasi mengenai persediaan yang laris merupakan kunci sukses sebuah

swalayan. Informasi semacam ini dapat diakses dengan mudah jika sebuah toko

tersebut menerapkan sistem informasi yang baik dan sesuai.

c. Menghasilkan informasi untuk pihak eksternal. Setiap pengelola usaha memiliki

kewajiban untuk membayar pajak. Besarnya pajak yang dibayar tergantung

pada omset penjualan (jika pengelola memilih menggunakan norma dalam

perhitungan pajaknya) atau tergantung pada laba rugi usaha (jika pengelola

memilih untuk tidak menggunakan norma dalam perhitungan pajaknya).

d. Menghasilkan informasi untuk penilaian kinerja karyawan atau divisi. Sistem

informasi akuntansi dapat juga dimanfaatkan untuk penilaian kinerja karyawan

atau divisi.

e. Menyediakan data masa lalu untuk kepentingan audit (pemeriksaan). Data yang

tersimpan dengan baik sangat memudahkan proses audit (pemeriksaan). Satu

hal yang penting, audit bukan eksklusif milik perusahaan publik. Semua

perusahaan pasti memiliki kesiapan untuk menghadapi adanya pemeriksaan.


f. Menghasilkan informasi untuk penyusunan atau evaluasi anggaran perusahaan.

Anggaran merupakan alat yang sering digunakan perusahaan untuk

mengendalikan pengeluaran kas. Anggaran membatasi pengeluaran seperti yang

telah disetujui dan untuk menghindari pengeluaran yang seharusnya tidak

dikeluarkan.

g. Menghasilkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan

pengendalian. Selain berguna untuk membandingkan informasi yang berkaitan

dengan anggaran dan biaya standar dengan kenyataan seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya, data historis yang diproses oleh sistem informasi

dapat digunakan untuk meramal atau memprediksi pertumbuhan dan

peningkatan penjualan serta aliran kas untuk mengetahui tren jangka panjang

beserta korelasinya.

6. Fungsi Sistem Informasi Akuntansi

Adapun fungsi sistem informasi akuntansi menurut Susanto (2013),

yang sangat erat hubungannya satu sama lain yaitu :

a. Mendukung aktivitas perusahaan sehari-hari. Suatu perusahaan agar dapat

tetap eksis harus terus beroperasi dengan melakukan sejumlah aktivitas bisnis

yang peristiwanya disebut sebagai transaksi seperti melakukan pembelian,

penyimpanan, proses produksi dan penjualan.

b. Mendukung proses pengambilan keputusan. Tujuan yang sama pentingnya

sistem informasi akuntansi adalah untuk memberi informasi yang diperlukan

dalam proses pengambilan suatu keputusan. Keputusan harus dibuat dalam

kaitannya dengan perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan.

c. Membantu pengelola perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada

pihak eksternal. Setiap perusahaan harus memenuhi tanggung jawab hukum.


Salah satu tanggung jawab penting adalah keharusannya memberi informasi

kepada pemakai yang berada di luar perusahaan atau stakeholder yang

meliputi pemasok, pelanggan, pemegang saham, kreditur, investor besar,

serikat kerja, analis keuangan, asosiasi industry atau publik secara umum.

Sedangkan menurut Bodnar dan Hopwood (2014), fungsi sistem

informasi akuntansi adalah bertanggung jawab atas pemrosesan data.

Pemrosesan data sistem informasi akuntansi dalam organisasi telah

mengalami evolusi. Sebelumnya fungsi diawali dengan struktur organisasi

yang sederhana yang hanya melibatkan beberapa orang. Kemudian

diperbaharui fungsi tersebut telah berkembang menjadi struktur yang

kompleks yang melibatkan banyak spesialis.

7. Tugas yang dilakukan dalam Sistem Informasi Akuntansi

Tugas-tugas yang dilakukan dalam sistem informasi akuntansi sebagai

berikut :

a. Mengumpulkan transaksi dan data lain kemudian memasukan ke sistem

b. Memproses data transaksi

c. Menyimpan data untuk keperluan dimasa mendatang

d. Menghasilkan informasi yang diperlukan dengan memproduksi laporan, atau

memungkinkan para pemakai melihat sendiri data yang tersimpan di komputer.

e. Mengendalikan seluruh proses dengan sedemikian rupa sehingga informasi

yang dihasilkan akurat dan dapat dipercaya.

Transaksi-transaksi tersebut yang terjadi, selanjutnya diproses

dengan mencatat ke dalam jurnal, diposting ke rekening-rekening buku

besar, dan diikhtisarkan ke dalam berbagai macam laporan. Output dari


sistem informasi akuntansi adalah laporan keuangan dan laporan

manajemen (Krismiaji, 2015).

Input Proses Output

Transaksi Pencatatan Laporan Dokumen


Pembukuan
Penyesuaia
n
Pengendalia
n
Gambar 2.2 Proses Akuntansi
Sumber: Sistem Informasi Akuntansi (Krismiaji, 2015)
8. Perbedaan Sistem Informasi Akuntansi Komputer dengan Sistem Manual

Teknologi modern yang saat ini semakin berkembang mengubah

sistem akuntansi manual kemudian diganti dengan menggunakan sistem

informasi akuntansi komputer yang lebih dapat mempercepat dan

meningkatkan efesiensi dan efektivitas dalam proses penyusunan laporan

keuangan yang sesuai dan akurat, memiliki keunggulan dengan otomatisasi

yang ada pada sistem dan memberikan kemudahan bagi para penggunanya.

Berikut adalah perbedaan sistem informasi akuntansi komputer dengan

sistem manual:

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Komputerisasi dengan Sistem Manual

Sistem Komputerisasi Sistem Manual


a. Dimulai dari nilai sisa awal dalam a. Dimulai dari nilai sisa awal
akun yang terdapat dalam buku dalam buku akun yang terdapat
besar dalam buku besar.
b. Melakukan analisa dan b. Melakukan analisa dan
penggolongan transaksi usaha penggolongan transaksi usaha
menurut jenisnya. Pilih menu menurut jenisnya. Pilih menu
yang sesuai untuk memasukan yang sesuai untuk memasukan
data tersebut. data tersebut.
c. Secara otomatis, komputer akan c. Memindah bukukan jurnal ke
memindah bukukan transaksi per dalam akun yang ada pada buku
kelompok (batch) atau pada saat besar.
terjadinya (on-line).
d. Setelah pemindah bukuan d. Pada saat periode akuntansi
dilakukan, secara otomatis akan dilakukan perhitungan nilai sisa
terdapat nilai sisa yang belum yang belum disesuaikan untuk
disesuaikan untuk setiap akun. setiap akun.
e. Jika deperlukan, neraca sisa dapat e. Masukkan neraca sisa ke dalam
dicetak sebagai suatu laporan. neraca lajur dan sesuaikan
f. Masukkan dan pindah bukukan neraca lajur.
ayat jurnal penyesuaian. Setelah f. Susun laporan keuangan,
membuat back up untuk data lakukan penjurnalan dan
akuntansi periode ini, lakukan pemindah bukuan jurnal
prosedur penutupan secara penyesuaian, lakukan
otomatis. penjurnalan dan pemindah
g. Nilai sisa awal untuk periode bukuan jurnal penutup.
berikutnya otomatis akan muncul g. Susun neraca sisa yang telah
sebagai akibat dari proses disesuaikan. Neraca sisa ini
penutupan yang telah dilakukan. akan menjadi dasar dalam
tahap satu untuk periode
berikutnya.
Sumber: Sistem Informasi Akuntansi (Anggadini, 2011)

9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi

Terdapat berbagai faktor yang perlu diperhitungkan dalam

menyusun sistem informasi akuntansi. Faktor-faktor itu merupakan hal di

luar sistem akuntansi, tetapi menentukan keberhasilan dari suatu sistem.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan sistem

informasi akuntansi menurut Baridwan (2011) adalah:

a. Sistem informasi akuntansi yang disusun ini harus mempunyai prinsip cepat

yaitu bahwa sistem informasi akuntansi harus menyediakan informasi yang

diperlukan tepat pada waktunya dapat memenuhi kebutuhan dengan kualitas

yang sesuai.

b. Sistem informasi akuntansi yang disusun ini harus mampu memenuhi prinsip

aman yang berarti bahwa sistem informasi akuntansi harus dapat menjaga

keamanan harta milik perusahaan. Maka sistem informasi akuntansi dalam


penerapannya harus disusun dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

pengawasan intern.

c. Sistem informasi akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip murah yang

berarti biaya untuk menyelenggarakan sistem informasi akuntansi itu harus

dapat ditekan sehingga tidak mahal, dengan kata lain dipertimbangkan biaya

(cost) dan manfaat (benefit) dalam menghasilkan suatu informasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

dalam penyusunan sistem informasi akuntansi adalah sistem informasi

akuntansi yang akan disusun harus mampu menyediakan dan menyajikan

informasi-informasi yang sesuai dan akurat berdasarkan pada prosedur-

prosedur dan instruksi yang diperlukan tepat pada waktunya dan harta

kekayaan milik perusahaan yang dikelolanya dapat terjaga terjamin

keamanannya serta memberikan kemudahan dalam proses pengambilan

keputusan yang ekonomis oleh pihak intern maupun pihak ekstern

perusahaan.

C. Desa

Berdasarkan Undang - Undang No. 6 Tahun 2016 Pasal 1, desa adalah desa

dan adat desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hal asal usul, dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Sedangkan desa atau udik menurut definisi universal adalah sebuah

aglomerasi permukiman di area pedesaan (rural).


Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 3 Tahun 2021).

Pemerintah Desa adalah kepala desa dibantu perangkat desa sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Desa (Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 3 Tahun

2021). Sedangkan menurut R.H Unang Soenardjo dalam Nurcholis (2011) Desa

adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap

dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasannya, memiliki ikatan lahir dan

batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama-sama

memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan, memiliki susunan

pengurus yang dipilih bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan

berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.

Bentuk sebuah desa biasanya mempunyai nama letak, dan batas-batas

wilayah yang bertujuan untuk membedakan antara desa satu dengan desa yang

lainya. Perbedaan ini dilakukan untuk memudahkan pengaturan sistem

pemerintahannya.

Suatu desa dihuni oleh masyarakat yang terdiri dari beberapa keluarga. Ciri-

ciri pedesaan menurut Bastian (2015) diantaranya:

1. Kepadatan penduduk rendah

2. Kegiatan di pedesaan didominasi oleh kegiatan pertanian tanaman keras,

tanaman tumpang sari, peternakan sapi, kambing, unggas dan kolam ikan.
3. Masih banyak ditemukan hewan liar seperti burung, tikus, tupai, ular dan

sebagainya.

4. Penduduk terkonsentrasi dalam bentuk kluster yang disebut desa.

5. Hubungan sosial masyarakat masih sangat akrab dan saling membantu.

Menurut Bastian (2015) kewenangan desa antara lain:

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-

usul desa.

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan wilayah di

atasannya (kabupaten/kota) yang diserahkan pengaturannya kepada desa.

3. Tugas pembantu dari jajaran pemerintahan yang menaunginya, seperti

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemrintah Kabupaten/Kota.

4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.

D. Dana Desa

Dana desa merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang di transfer melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau Kota (APBD) dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan dana

desa secara nasional dalam APBN setiap tahunnya yang bersumber dari belanja

pemerintah dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan

berkeadilan (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014).


Sedangkan pada Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 3 Tahun 2021

bahwa Dana Desa (DD) adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan dan permberdayaan masyarakat.

Pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 bahwa desa diberikan

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan

kebutuhan. Hal ini berarti dana desa akan digunakan untuk mendanai keseluruhan

kewenangan desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dana desa tersebut sesuai

dengan kesepakatan dan telah disetujui bersama.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tersebut disamping

merupakan penguatan status desa sebagai pemerintahan masyarakat, sekaligus juga

sebagai basis untuk memajukan masyarakat dan pemberdayaan terhadap

masyarakat desa.

Dalam hal ini dana desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan

program dan kegiatan berskala lokal desa bidang pembangunan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa. Prioritas penggunaan dana desa didasarkan pada

prinsip-prinsip diantaranya, keadilan dengan mengutamakan hak atau kepentingan

seluruh warga desa tanpa membeda-bedakan, kebutuhan prioritas dengan

mendahulukan kepentingan desa yang lebih mendesak lebih dibutuhkan dalam

waktu dekat dan berhubungan langsung dengan kepentingan sebagian besar

masyarakat desa dan tipologi desa dengan mempertimbangkan keadaan dan

kenyataan karakteristik geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi

desa yang khas serta perubahan atau perkembangan terhadap kemajuan desa.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan dana desa yang tertib, transparan,

akuntabel dan berkualitas, maka pemerintah dan kabupaten atau kota diberi

kewenangan untuk dapat memberikan sanksi berupa penundaan penyaluran dana

desa dalam hal laporan penggunaan dana desa yang terlambat atau tidak

disampaikan. Disamping itu, pemerintah dan kabupaten atau kota juga dapat

memberikan sanksi berupa pengurangan dana desa karena pelaporan yang tidak

sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa, pedoman umum, pedoman teknis

dalam pelaksanaan kegiatan atau terjadi penyimpanan uang dalam bentuk deposito

lebih dari dua bulan.

E. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung

yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa

pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar besarnya kesejahteraan masyarakat

desa. BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa

(Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor

4 Tahun 2015). Yang dimaksud dengan potensi desa di sini adalah:

1. Kebutuhan masyarakat, seperti pemenuhan kebutuhan pokok.

2. Ketersediaan sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

3. Adanya sumber daya manusia yang dapat mengelola badan usaha sebagai aset

penggerak ekonomi masyarakat.

4. Adanya unit-unit usaha ekonomi dari masyarakat yang hanya dikelola secara

parsial dan kurang terakomodasi.

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Badan

Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut dengan BUMDes adalah badan hukum
yang didirikan oleh desa dan atau bersama desa–desa guna mengelola usaha,

memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan produktivitas, menyediakan jasa

pelayanan dan atau menyediakan jenis usaha lainnya untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan masyarakat desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11

Tahun 2021, menyatakan bahwa pendirian BUMDes bertujuan:

1. Melakukan kegiatan usaha ekonomi melalui pengelolaan usaha serta

pengembangan investasi dan produktivitas perekonomian dan potensi desa.

2. Melakukan kegiatan pelayanan umum melalui penyediaan barang dan atau jasa

serta pemenuhan kebutuhan umum masyarakat desa dan mengelola lumbung

pangan desa.

3. Memperoleh keuntungan atau laba bersih bagi peningkatan pendapatan asli

desa serta pengembangan sebesar-besarnya manfaat atas sumber daya ekonomi

masyarakat desa.

4. Pemanfaatan aset desa guna menciptakan nilai tambah atas aset desa dan,

5. Mengembangkan ekosistem ekonomi digital di desa.

BUMDes didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli

Desa (PADes). Berangkat dari cara pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat

diperoleh dari BUMDes, maka kondisi ini akan mendorong setiap Pemerintah Desa

memberikan goodwill dalam merespon pendirian BUMDes (Dewi, 2014). Dalam hal

ini BUMdes sebagai badan hukum yang memiliki fungsi mewadahi berbagai usaha

yang dikembangkan di desa dengan tujuan untuk sebesar-besarnya pengelolaan

potensi-potensi yang ada, peningkatan perekonomian desa dan untuk kesejahteraan

masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Pasal 4 dalam

mewujudkan tujuan BUMdes, pengelolaan yang dilaksanakan berdasarkan semangat

kekeluargaan dan gotong royong dengan prinsip:

1. Profesional

2. Terbuka dan bertanggung jawab

3. Partisipatif

4. Prioritas sumber daya lokal dan,

5. Berkelanjutan

F. Modal BUMDes

Sesuai dengan Peraturan menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 bahwa modal awal BUMDes bersumber

dari APBDes yang terdiri dari penyertaan modal desa dan penyertaan modal

dari masyarakat desa. Penyertaan modal desa yang dimaksud terdiri dari:

1. Hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan atau

lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APBDes.

2. Bantuan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten Kota yang disalurkan melalui mekanisme APBDes.

3. Aset desa yang diserahkan kepada APBDes sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan tentang aset desa.

4. Kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan

atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif desa dan

disalurkan melalui mekanisme APBDes.

Penyertaan modal dari masyarakat desa berasal dari tabungan masyarakat

dan atau simpan pinjam masyarakat. Hasil dari BUMDes merupakan pendapatan yang
diperoleh dari hasil transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban

pada pihak lain, serta penyusutan atas barang inventaris dalam satu tahun buku.

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 bahwa modal

BUMDes terdiri atas:

1. Penyertaan modal desa.

2. Penyertaan modal masyarakat desa.

3. Bagian dari laba usaha yang ditetapkan dalam musyawarah desa atau

musyawarah antar desa

4. Modal awal BUMDes berasal dari:

a) Penyertaan modal desa.

b) Penyertaan modal desa dan penyertaan modal masyarakat desa.

Penyertaan modal desa ini bersumber dari APBDes yang ditetapkan dengan

Peraturan Desa (Perdes). Penyertaan modal masyarakat desa dapat berasal dari

lembaga berbadan hukum, lembaga tidak berbadan hukum, orang perseorangan dan

gabungan orang atau masyarakat dari desa.

G. Organisasi Pengelola BUMDes

Pada Buku Pedoman Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa Tahun 2020

mengemukakan rumusan organisasi pengelola BUMDes mempertimbangkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Bahwa BUMDes adalah nomenklatur dari badan usaha yang dimiliki oleh desa.

2. BUMDes bukanlah sebuah holding company (perusahaan induk) terhadap unit-

unit usaha desa.

3. Organisasi pengelola BUMDes adalah organisasi yang bersifat tumbuh, artinya

organisasi pengelola BUMDes dapat dimulai dari bentuk sederhana pada awal

pembentukan dan akan berkembang sesuai dengan kebutuhan usahanya.


4. Organisasi pengelola BUMDes terdiri dari Penasihat, Direksi, dan Pengawas.

Berdasarkan pada hal tersebut, sebagai organisasi atau lembaga publik

yang menjalankan kegiatan-kegiatan pengembangan ekonomi desa, pengelolaan

BUMDes harus dikelola secara transparan, profesional dan berkeadilan. Oleh

karena itu, organisasi pengelola BUMDes terpisah dengan organisasi

pemerintahan desa. Keberadaan BUMDes secara hukum didasarkan pada

Peraturan Desa (Perdes) tentang pendirian BUMDes. Maka dari adanya hal

tersebut, struktur pengelola BUMDes, dimana antara Direksi dan pengelola unit

usaha memiliki hubungan yang sangat erat dalam proses koordinasi sampai

dengan pelaporan dalam hal laporan keuangan. Dengan kata lain, setiap desa

hanya terbuka satu peluang BUMDes saja.

Musyawarah

Komisaris

Direksi:
Direktur
Sekretaris
Badan Pengawas Bendahara

Unit Unit Unit

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Pengelola BUMDes

Sumber: Buku Tata Kelola BUMDes, 2020

BUMDes merupakan lembaga yang berkedudukan berada di luar struktur

organisasi pemerintahan desa. Adapun susunan pengelola BUMDes terdiri dari:

1. Penasehat adalah ex- officio Kepala Desa.

2. Direksi adalah warga masyarakat yang bertanggung jawab atas kegiatan


operasional usaha desa dan dalam hal ini ditetapkan dengan Surat Keputusan

Kepala Desa.

3. Pengelola adalah unit kelengkapan kerja direksi dalam menjalankan tugas dan

fungsinya, pengelola ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan hasil Musyawarah

Desa (Musdes) dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala Desa.

4. Kedudukan Keanggotaan dalam BUMDes. Keberadaan anggota dalam BUMDes

tidak sama dengan keanggotaan pada koperasi, sehingga keanggotaan pada

BUMDes bisa sejajar dengan nasabah Bank. Adanya hal tersebut anggota

BUMDes akan muncul atau hadir manakala unit usaha BUMDes adalah lembaga

kuangan mikro.

H. Jenis Usaha Pada BUMDes

Pada Buku Tata Kelola BUMDes Tahun 2020 menjelaskan bahwa secara

umum jenis usaha yang dapat dikembangkan terdiri dari tiga yakni sektor jasa,

sektor riil dan pelayanan pembinaan dan pendambingan usaha. Sektor jasa dalam

hal ini termasuk pelayanan jasa keuangan. Sektor jasa selain jasa keuangan adalah

jasa angkutan barang, sewa traktor tangan, wisata desa, pengelolaan air bersih,

perdagangan sembako dan masih banyak lagi.

Saat ini Ditjen PPMD, Kemendesa PDTT mendorong agar pengelolaan pasar

desa dikelola oleh BUMDes sebagai salah satu sektor jasa. Kedepannya sektor riil

juga diharapkan akan tumbuh dan berkembang di desa seperti pengolahan hasil

pertanian, perikanan, peternakan, kerajinan serta penyediaan bahan baku produksi

bagi warga masyarakat desa.


Sedangkan dalam Peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2021 Pasal 50 untuk

memperoleh keuntungan finansial dan memberikan manfaat kepada masyarakat,

unit usaha BUMDes dapat melakukan kegiatan:

1. Pengelolaan sumber daya dan potensi baik alam, ekonomi, budaya, sosial, religi,

pengetahuan, keterampilan dan tata cara hidup berbasis kearifan lokal di

masyarakat.

2. Industri pengolahan berbasis sumber daya lokal.

3. Jaringan distribusi dan perdagangan.

4. Layanan jasa keuangan.

5. Pemberdayaan pada masyarakat desa

6. Pelayanan umum prioritas kebutuhan dasar termasuk pangan, elektrifikasi,

sanitasi dan pemukiman.

7. Perantara barang atau jasa termasuk distribusi dan keagenan.

8. Kegiatan lain yang memenuhi kelayakan.

Dalam Buku Tata Kelola BUMDes Tahun 2020 dijelaskan jenis-jenis usaha

pada BUMDes yang terdiri dari:

1. Unit Usaha Sektor Jasa

a. Unit usaha jasa keuangan (Lembaga Keuangan Mikro) kegiatan utama pada

unit usaha ini adalah melakukan seperti yang dilakukan oleh koperasi atau

seperti Bank.

b. Unit usaha jasa lainnya meliputi jasa pengelolaan pasar desa, jasa

penyewaan alat-alat produksi, jasa penyewaan alat-alat untuk keperluan

masyarakat, jasa angkutan, jasa pengelolaan air bersih, pengelolaan listrik

desa, jasa pengelolaan wisata desa dan lainnya.

2. Unit Sektor Riil


a. Usaha Distribusi, Kegiatannya menyediakan bahan kebutuhan pokok, bahan

baku produksi yang dibutuhkan oleh warga masyarakat dari luar desa ke

desa. Bahan baku produksi masyarakat seperti sarana produksi pertanian,

sarana produksi kerajinan.

b. Unit usaha pemasaran, kegiatan utama dari unit usaha ini adalah

memasarkan hasil-hasil produksi warga masyarakat desa keluar desa.

Dalam memasarkan hasil produksi tersebut BUMDes dapat melakukan

upaya untuk meningkatkan nilai tambah produksi melalui kegiatan usaha

pemilihan (sortasi) produk berdasarkan klasifikasi kualitas dan

pengemasan.

c. Unit usaha pengolahan, kegiatan utama dari unit usaha ini adalah

melakukan pengolahan terhadap bahan baku, bahan setengah jadi menjadi

barang jadi. Dengan demikian hasil produksi dari masyarakat akan memiliki

nilai ekonomis yang lebih tinggi.

3. Pelayanan Pembinaan dan Pendampingan Usaha

Pembinaan dan pendampingan usaha dimaksudkan untuk meningkatkan

kualitas hasil produksi masyarakat dan manajemen usaha yang dilakukan

masyarakat desa. Dalam melakukan kegiatan ini BUMDes dapat bekerja sama

dengan pihak lain. Adapun kegiatannya seperti:

a. Melakukan pembinaan tentang peningkatan kemampuan teknis usaha, seperti

pelatihan inovasi teknologi dan inovasi pemasaran.

b. Melakukan pembinaan tentang peningkatan manajemen keuangan dan

manajemen usaha.

c. Menyediakan informasi pasar, teknologi dan informasi yang berkaitan dengan

usaha yang dilakukan oleh masyarakat.


d. Memberikan fasilitas warga masyarakat yang akan memulai usaha baru atau

mengembangkan usaha yang telah ada.

Adanya hal tersebut dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11

Tahun 2021 Pasal 51 Ayat 1 bahwa BUMDes dapat melakukan penutupan unit

usaha, dalam hal sebagai berikut:

a. Terjadi penurunan kinerja atau mengalami kegagalan.

b. Terdapat indikasi bahwa unit usaha BUMDes menyebabkan pencemaran dan

atau kerusakan bagi lingkungan dan kerugian masyarakat desa.

c. Terjadi penyimpangan atau pengelolaan tidak sesuai anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga unit usaha BUMDes.

d. Sebab lain yang disepakati dalam Musyawarah Desa (Musdes).

e. Sebab lain berdasarkan keputusan pengadilan dan atau sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

I. Transparansi Pengelolaan Keuangan BUMDes

Pelaksanaan penyusunan laporan pertanggung jawaban BUMDes dilakukan

selama satu periode yang telah dilakukan yaitu selama satu tahun duabelas bulan

dalam bentuk dokumen tertulis. Kegiatan tersebut berupa pelaporan dari ketua

BUMDes berupa seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Termasuk semua

kendala dalam program kerja dan saran yang diberikan. Pelaporan sekretaris

berupa jadwal agenda rapat yang telah terlaksana selama pra kegiatan, hasil rapat

yang telah terlaksana, jumlah proposal yang dikirim. Bendahara juga harus

melaporkan kegiatan selama satu periode berupa seluruh keuangan mulai dari

sumber dana, tambahan dana yang diperoleh dan pengeluaran dana yang

dipergunakan (Safitri, 2016). Kegiatan pembuatan laporan yang telah dibuat maka
perlu disampaikan kepada tingkat atas. Hal ini bertujuan sebagai bentuk

pertanggung jawaban atas kegiatan yang telah terlaksana. Ada tiga tahap dalam

proses penyampaian laporan pertanggung jawaban BUMDes dalam PERMENDES

Nomor 4 Pasal 31 Tahun 2015 menyebutkan mengenai pertanggung jawaban

BUMDes, yang berbunyi:

1. Pelaksana operasional melaporkan pertanggung jawaban pelaksanaan BUMDes

kepada penasihat yang secara ex-officio dijabat oleh Kepala Desa.

2. Badan Permusyawaratan desa (BPD) melakukan pengawasan terhadap kinerja

pemerintahan desa dalam membina pengelolaan BUMDes.

3. Pemerintah desa mempertanggung jawabkan tugas pembinaan terhadap

BUMDes kepada BPD yang disampaikan melalui musyawarah desa (musdes).

Pada pelaksana operasional BUMDes, maka wajib menyiapkan laporan yang

dilakukan secara berkala yang memuat pelaksanaan rencana program kerja

BUMDes pada periode berjalan (Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Pasal

58). Laporan berkala ini meliputi laporan semesteran dan laporan tahunan BUMDes.

Laporan semesteran yang telah disusun maka wajib disampaikan kepada penasihat

untuk kemudian dilakukan pengecekan dengan tujuan memastikan kebenaran

laporan.

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Pasal 58 Ayat 4 menyatakan

laporan semesteran paling sedikit memuat:

1. Laporan posisi keuangan semesteran dan perhitungan laba rugi semesteran

serta penjelasannya.

2. Rincian masalah yang timbul selama satu semester yang mempengaruhi

kegiatan BUMDes.
Sedangkan untuk laporan tahunan disampaikan kepada Musyawarah Desa

(Musdes) setelah ditelaah oleh penasihat dan pengawas (Peraturan Pemerintah

Nomor 11 tahun 2021 Pasal 58 Ayat 5). Laporan tahunan paling sedikit memuat:

1. Perhitungan tahunan yang terdiri atas laporan posisi keuangan akhir tahun

buku yang baru berakhir dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang

bersangkutan serta penjelasannya.

2. Laporan posisi keuangan dan perhitungan laporan laba rugi konsolidasi dari

unit usaha BUMDes.

3. Laporan mengenai keadaan dan jalannya BUMDes serta hasil yang telah dicapai.

4. Kegiatan utama BUMDes dan perubahan selama tahun buku.

5. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan

BUMDes.

6. Laporan mengenai tugas pengurusan oleh pelaksana operasional, pengawasan

oleh pengawas dan pemberian nasihat oleh penasihat yang telah dilaksanakan

selama tahun buku yang baru berakhir.

Selain laporan berkala pelaksana operasional sewaktu-waktu dapat

memberikan laporan khusus kepada badan pengawas dan atau pada pelaksanaan

Musyawarah Desa (Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2021 Pasal 58 Ayat 7).

Kemudian hasil dari Musyawarah Desa akan dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk

pelaksanaan program kerja pada periode selanjutnya sehingga dapat menjadikan

pedoman untuk pelaksanaan yang lebih optimal.

Dalam hal ini, proses pelaporan diharapkan dapat sesuai dengan

memperhatikan prosedur-prosedur pelaksanaan pelaporan. Sehingga dalam

pelaksanaan dapat terealisasi dengan baik dan sesuai yang diharapkan dapat

memberikan informasi-informasi berkenaan dengan peristiwa yang terjadi selama


satu periode. Dengan begitu maka pelaporan dapat dipahami dan diterima dengan

baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan evaluasi untuk

keberlanjutan pelaksanaan kegiatan yang lebih optimal sehingga dapat mencapai

tujuan meningkatkan kesejahteraan dan memberikan data yang sesuai, terperinci,

jelas transparan kemudian terjamin keabsahannya serta dapat digunakan sebagai

dasar yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dalam rangka

pengambilan suatu keputusan.

Dari pelaporan yang sudah dilaksanakan tersebut dapat dipublikasikan

melalui alat media massa dan penyebaran informasi publik yang mudah untuk

diakses, dapat dilihat dengan jelas, dapat dipahami dengan rinci dan memberikan

persepsi yang baik bagi masyarakat desa. Berdasarkan penjelasan di atas maka

pelaksanaan transparansi dalam pengelolaan keuangan BUMDes dilakukan dengan

alur:

Bendahara Sekretaris Direktur Komisaris


BUMDes

Bukti Kas Bukti Kas Laporan Laporan


Masuk/Keluar Masuk/Keluar Keuangan Keuangan
r r

Input ke Input Bukti Pemeriksaan Transparansi


buku Kas Musyawarah
Masuk/Keluar Desa
pada SIA (Musdes)
Buku Kas Publikasi

Laporan
Keuangan

Gambar 2.4 Alur Transparansi Keuangan BUMDes


Keterangan Gambar:

1. Bendahara mengumpulkan bukti-bukti kas masuk ataupun kas keluar yang telah

terjadi selama periode tersebut. Kemudian melakukan input ke dalam buku yang

disebut dengan Buku Kas.

2. Dari bukti-bukti transaksi yang telah dikumpulkan dan diurutkan sesuai dengan

tanggal transaksi oleh bendahara kemudian diserahkan kepada sekretaris untuk

di lakukan pemeriksaan dan kelengkapannya. Kemudian diinput yang

seharusnya dengan menerapkan sistem informasi untuk BUMDes yang telah

tersedia. Hasil input dari bukti-bukti transaksi dan informasi-informasi

akuntansi adalah berupa laporan keuangan pada periode tersebut yang

digunakan sebagai pertanggungjawaban para pengelola BUMDes atas

pelaksanaan program-program pada unit usaha yang dijalankan. Dari hasil

laporan keuangan tersebut juga digunakan sebagai bahan evaluasi untuk

program BUMDes pada periode selanjutnya dengan tujuan meningkatkan

perekonomian, Pendapatan Asli Desa (PADes) dan kesejahteraan masyarakat

desa.

3. Laporan keuangan atau laporan pertanggungjawaban terkait dengan

pengelolaan penyertaan Dana Desa untuk pelaksanaan program-program

BUMDes yang telah disusun oleh bendahara dengan dibantu oleh sekretaris

berbentuk dokumen dan sudah tercetak diserahkan kepada Direktur untuk

dilakukan pemerikasaan kembali. Setelah laporan keuangan yang telah disusun

dianggap sudah sesuai dengan ketentuan, informasi-informasi, transaksi-

transaksi yang terjadi dan prosedur-prosedur yang ada, selanjutnya diserahkan

kepada Komisaris BUMDes yaitu Kepala Desa.


4. Komisaris BUMDes dalam hal ini adalah Kepala Desa yang menerima laporan

keuangan dari dari direktur kemudian melakukan transparansi yang dilakukan

pada Musyawarah Desa (Musdes) yang dihadiri oleh BPD, Perangkat Desa, dan

tokoh masyarakat. Selanjutnya dari hasil pelaporan dan transparansi laporan

keuangan BUMDes yang telah dipaparkan oleh komisaris, maka dilakukan

evaluasi dan dilanjutkan dengan beberapa penyaluran saran masukan dan

aspirasi-aspirasi dari peserta musdes. Dari aspirasi yang disampaikan,

kemudian dilakukan diskusi bersama terkait rencana-rencana, pembaharuan

tata kelola, melakukan perencanaan inovasi pada kegiatan unit-unit usaha yang

dijalankan BUMDes yang bertujuan untuk keberlanjutan program kerja dan

pengelolaan pada keuangan BUMDes di periode selanjutnya yang diharapkan

dapat lebih baik, sesuai dengan prosedur dan instruksi yang ada serta

melakukan publikasi melalui media massa yang dapat diakses dengan mudah

dan dapat diterima dengan jelas oleh masyarakat desa.

J. Kajian Penelitian yang Relevan

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Judul
No. Tahun Nama Hasil Penelitian
Penelitian

1 2021 Putu Implementasi Dengan adanya BUMDes Dwi


Medina Sistem Amertha Sari maka masyarakat
Rahayu Informasi mendapatkan kemudahan dari
Utami dan I Akuntansi Pada unit usaha yang ada pada
Putu BUMDes Dwi BUMDes, dan juga dari adanya
Julianto Amertha Sari program yang terealisasi pada
Desa BUMDes dapat memberikan
Jinengdalem manfaat dalam pelayanan
publik. Proses penyusunan
laporan pertanggungjawaban
atau biasa dikenal dengan
laporan keuangan yang sudah
menerapkan sistem informasi
akuntansi pada BUMDes Dwi
Amertha Sari .

2 2020 Baiq Analysis of Pada Badan Usaha Milik Desa


Ramadina Financial (BUM Desa) Rahayu Montong
Tesya and Management in Gamang tahap pelaksanaan
Ihyaul Ulum Rahayu Village yang dilakukan sudah
Owned mengikuti Peraturan Menteri
Enterprises Desa Pembangunan Daerah
(BUMDes) Tertinggal dan Transmigrasi
Montong Republik Indonesia Nomor 4
Gamang Village Tahun 2015 menerapkan
Central Lombok perencanaan usaha, kurang
Regency akurat dalam menyajikan
laporan keuangan, pengelola
belum dipekerjakan sesuai
dengan kemampuannya,
pemerintah desa belum
berperan sebagai pengawas
dalam laporan
pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan BUMDes.

3 2020 Putu Mega Menerapkan Diterapkan oleh BUMDes Giri


Leni Sistem Artha adalah sebuah aplikasi
Kusuma Informasi pambumdesaku yang mampu
Yanti dan Akuntansi meningkatkan transparansi.
Lucky Sri Dalam Adapun beberapa kendala
Musmini Meningkatkan dalam penerapan sistem
Transparansi aplikasi ini, yaitu lansia yang
Pengelolaan menjadi konsumen pamdesa
Keuangan yang kesulitan dalam
Pamsimas Pada memahami aplikasi yang
BUMDes Artha diterapkan, terdapat
masyarakat yang ekonominya
kurang mampu sehingga tidak
mampu dalam membayar
tagihan yang harus dipenuhi.
Namun, semua kendala
tersebut dapat diatasi dan
dikoordinasikan oleh pihak
BUMDes dengan anggota
PAMSIMAS untuk
keberlangsungan konsumen
yang nantinya dapat
meningkatkan kinerja dari
BUMdes Giri Artha.

4 2018 K Chandra Analisis Hasil penelitian ini menjelaskan


Dewi, Putu Efektivitas bahwa efektivitas pada
Sukma Sistem penerapan sistem informasi
Kurniawan Informasi akuntansi mampu
dan I Akuntansi meningkatkan transparansi.
Nyoman Dalam Ada beberapa kendala dalam
Putra Yasa Meningkatkan penerapan sistem informasi
Transparansi akuntansi, seperti piranti keras,
Pengelolaan piranti lunak maupun
Badan Usaha personalnya. Namun kendala
Milik Desa yang dihadapi tersebut tidak
(Studi Pada terlalu berarti bagi BUM Desa
Badan Usaha Mandala Giri Amertha dalam
Milik Desa hal meningkatkan transparansi
Mandala Giri pengelolaan keuangan.
Amertha Desa Selanjutnya kinerja baik yang
Tajun) dimiliki BUM Desa Mandala Giri
Amertha memiliki implikasi
terhadap peningkatan
perekonomian desa.

Judul
No. Tahun Nama Hasil Penelitian
Penelitian

5 2021 Andriana, Disclosing The Pengelolaan keuangan BUMDes


Sudarso, Village Owned Mekar Lestari meliputi
Utami A. N, Enterprises perencanaan, pelaksanaan,
Susanto A. (BUMDes) penatausahaan, pelaporan dan
B and Financial pertanggungjawaban serta
Kurniaty Management pengawasan. Beberapa
Accountability indikator akuntabilitas
pengelolaan keuangan BUMDes
Mekar Lestari tahun 2019 juga
belum terpenuhi sebagaimana
diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Nomor
13 Tahun 2015.

6 2018 Gusti Putu Analisis Hasil penelitian ini menjelaskan


Agus Penyusunan adanya penyusunan konsep
Ardika, Konsep Sistem sistem informasi akuntansi
Putu Sukma Informasi yang baru agar dapat bisa
Kurniawan Akuntansi dan dipahami oleh utamanya pihak
dan Gusti Manajemen karyawan BUMDes Bina Usaha
Ayu Ketut Risiko Pada Mandiri dan masyarakat pada
Rencana Pengelolaan umumnya agar tidak terjadi
Sari Dewi Kredit Badan adanya timpang tindih antara
Usaha Milik nasabah dan kreditur dan juga
Desa (Studi supaya dokumen-dokumen
Kasus Pada yang menjadi persyaratan
BUMDes Bina untuk meminjam kredit dapat
Usaha Mandiri dimudahkan sehingga analisis
Desa Dencarik kredit yang diberikan oleh
Kecamatan pihak BUMDes bisa
Banjar dilancarkan. Penyusunan
Kabupaten konsep manajemen risiko yang
Buleleng baru pada BUMDes Bina Usaha
Mandiri Desa Dencarik
Kecamatan Banjar Kabupaten
Buleleng dapat meminimalisir
adanya risiko-risiko yang dapat
terjadi.
Penelitian implementasi sistem informasi akuntansi dalam meningkatkan

transparansi pengelolaan BUMDes telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti

terdahulu. Peneliti akan mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu,

sebagai bahan pertimbangan penelitian dan untuk membedakan terhadap penelitian

yang akan dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Andriana dkk (2021) yang membahas

tentang pengungkapan akuntabilitas pengelolaan keuangan pada Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes). Penelitian ini dilakukan di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar

Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melakukan

pemahaman terhadap fenomena yang terjadi dan kemudian mendeskripsikan

fenomena tersebut dengan bentuk kata-kata tertulis.

Pendekatan deskriptif kualitatif ini dimaksudkan untuk memahami

pengelolaan keuangan BUMDes Mekar Lestari kemudian mendeskripsikan

bagaimana akuntabilitas keuangan BUMDes Mekar Lestari berdasarkan parameter

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015 tentang Pedoman

Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dan Peraturan Bupati

Banyuwangi Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada BUMDes Mekar Lestari

masih melakukan pencatatan transaksi yang terjadi dalam buku kas harian sehingga

masih dianggap simpang siur kejelasannya bagi masyarakat. Akuntabilitas pada

tahap pelaksanaan pelaporan keuangan BUMDes Mekar Lestari dalam

penerapannya telah sesuai dengan Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 17 Tahun


2019 dimana penerimaan dan pengeluaran BUMDes melalui rekening BUMdes dan

semua transaksi didukung dengan bukti transaksi berupa kuitansi, nota pembelian

atau bukti pembayaran dengan membubuhkan stempel BUMDes sebagai transaksi

yang sah. Pada Tahap pelaksanaan BUMDes Mekar Lestari telah menjelaskan bahwa

terdapat kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk mengalokasikan dana

penyertaan modal kepada unit usaha Bank Sampah karena keterlambatan

penerimaan dana penyertaan modal. Kesalahan ini mengakibatkan ketidaksesuaian

penggunaan dana penyertaan modal dengan rencana anggaran dalam proposal.

Dampak yang ditimbulkan dari kesalahan ini berlanjut hingga ke tahap pengelolaan,

pelaporan dan pertanggung jawaban.

Penelitian yang dilakukan oleh Baiq and Ihyaul (2020) membahas tentang

analisis manajemen keuangan pada BUMDes Rahayu Desa Montong Gamang

Lombok Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data awal dalam penelitian ini adalah informasi tentang pendirian dan

pengelolaan BUMDes hingga proses pertanggung jawaban yang telah dilakukan.

Data sekunder penelitian ini adalah data berupa laporan pertanggung jawaban yang

dilakukan oleh pengurus BUMDes. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes) Rahayu Montong Gamang tahap pelaksanaan yang

dilakukan sudah mengikuti Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 menerapkan

perencanaan usaha, kurang akurat dalam menyajikan laporan keuangan, pengelola

belum dipekerjakan sesuai dengan kemampuannya, pemerintah desa belum

berperan sebagai pengawas dalam laporan pertanggungjawaban pengelolaan

keuangan BUMDes
Penelitian yang dilakukan oleh Yanti dan Musmini (2020) membahas

tentang penerapan sistem informasi akuntansi dalam meningkatkan transparansi

pengelolaan keuangan pamsimas pada Bumdes Giri Artha. Dari hasil penelitian

ditemukan bahwa telah diterapkan sebuah aplikasi pambumdesaku dalam

pengelolaan keuangan dan pertanggung jawaban BUMDes Giri Artha yang mampu

meningkatkan transparansi. Adapun beberapa kendala dalam penerapan sistem

aplikasi ini, yaitu lansia yang menjadi konsumen pamdesa yang kesulitan dalam

memahami aplikasi yang diterapkan dan terdapat masyarakat yang ekonominya

kurang mampu sehingga tidak mampu dalam membayar tagihan yang harus

dipenuhi. Namun, semua kendala tersebut dapat diatasi dan dikoordinasikan oleh

pihak BUMDes dengan anggota PAMSIMAS untuk keberlangsungan konsumen yang

nantinya dapat meningkatkan kinerja dari BUMDes Giri Artha.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Julianto (2021) yang membahas

tentang implementasi sistem informasi akuntansi pada BUMDes Dwi Amertha Sari

Desa Jinengdalem. Hasil analisis yang dilakukan pada pengelola keuangan BUMDes

Dwi Amertha Sari Desa Jinengdalem mengidentifikasi bahwa dengan adanya

BUMDes Dwi Amertha Sari maka masyarakat mendapatkan kemudahan dari unit

usaha yang ada pada BUMDes, dan juga BUMDes dapat memberikan manfaat dalam

pelayanan publik. Penerapan sistem informasi akuntansi di Desa Jinengdalem

dengan adanya aplikasi Sedana Dimata dan Meter PAMS mampu menjadi pendorong

utama perkembangan teknologi informasi yang mudah digunakan. Dalam aplikasi

ini memiliki keunggulan dengan keamanan data yang terjaga dan akurat untuk

bisnis. Dengan tampilan penggunaan teknologi yang modern sehingga mampu

digunakan oleh pengguna dan siap digunakan kapan saja.


Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dkk (2018) yang membahas tentang

efektivitas sistem informasi akuntansi dalam meningkatkan transparansi

pengelolaan BUMDes (studi pada BUMDes Giri Amertha Desa Tajun). Hasil analisis

yang dilakukan pada para pengelola BUMDes di Desa Tajun, bahwa efektivitas

sistem informasi akuntansi mampu meningkatkan transparansi. Ada beberapa

kendala dalam penerapan sistem informasi akuntansi, seperti piranti keras, piranti

lunak maupun personalnya. Namun kendala yang dihadapi tersebut tidak terlalu

berarti bagi BUMDes Mandala Giri Amertha dalam hal meningkatkan transparansi

pengelolaan keuangan. Selanjutnya kinerja baik yang dimiliki BUMDes Mandala Giri

Amertha memiliki implikasi terhadap peningkatan perekonomian desa.

Penelitian yang dilakukan oleh Ardika dkk (2018) membahas tentang

bagaimana penyusunan konsep sistem informasi akuntansi dan manajemen risiko

pada pengelolaan kredit BUMDes (studi kasus pada BUMDes Bina Usaha Mandiri

Desa Dencarik Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng). Dari hasil penelitian ini

ditemukan bahwa dalam penyusunan konsep sistem informasi akuntansi yang baru

agar dapat bisa dipahami oleh utamanya pihak karyawan BUMDes Bina Usaha

Mandiri dan masyarakat pada umumnya agar tidak terjadi adanya timpang tindih

antara nasabah dan kreditur dan juga supaya dokumen-dokumen yang menjadi

persyaratan untuk meminjam kredit dapat dimudahkan sehingga analisis kredit

yang diberikan oleh pihak BUMDes bisa dilancarkan. Penyusunan konsep

manajemen risiko yang baru pada BUMDes Bina Usaha Mandiri Desa Dencarik

Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dapat meminimalisir adanya risiko-risiko

yang dapat kemungkinan dapat terjadi seperti risiko kredit yang menyebabkan

kredit macet yang di tanggulangi dengan sistem tanggung renteng. Kerangka kerja

manajemen risiko berupa analisis 5C serta adanya sikap konservatisme dalam suatu
organisasi untuk dapat menerima kredit, selanjutnya risiko operasional dimana

tidak adanya pemisahan tugas pada karyawan BUMDes yang biasanya rentang

ditemukannya suatu kecurangan sehingga konsep yang dapat digunakan yakni

dengan memberikan pelatihan dan pengetahuan tentang BUMDes dan memberikan

tanggung jawab masing-masing pada setiap lini unit usaha di BUMDes.

Dari hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas dapat diambil

garis besar bahwa para pengelola BUMDes masih ada yang belum menerapkan

sistem informasi akuntansi dalam proses penyusunan laporan keuangan. Proses

input bukti-bukti transaksi baik kas masuk maupun kas keluar yang terjadi dalam

satu periode pada BUMDes masih dilakukan secara sederhana dan manual hanya

sebatas pengetahuan pengelolanya. Namun ada beberapa yang sudah menerapkan

sistem informasi akuntansi dengan menggunakan aplikasi yang sudah disepakati

dan sudah mengikuti pelatihan penggunaan aplikasi tersebut. Hal tersebut

dikarenakan banyak para pengelola BUMDes yang beranggapan penggunaan sistem

informasi akuntansi merupakan hal yang sulit dan butuh pengetahuan khusus

berkaitan dengan teknologi informasi.

Penelitian terdahulu yang dipaparkan di atas menjelaskan tentang kondisi

penyusunan pembukuan keuangan yang dilakukan oleh para pengelola BUMDes

mengenai persepsi dan penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) sebagai standar

dalam proses pengendalian pelaporan keuangan. Sedangkan penelitian yang akan

peneliti lakukan yaitu meneliti lebih lanjut untuk mengetahui apakah BUMDes

Astagina di Desa Pagak sudah menerapkan sistem informasi akuntansi atau belum,

kendala-kendala dan tindakan yang harus segera dilaksanakan dalam upaya

penerapan sistem informasi akuntansi dalam meningkatkan transparansi

pengelolaan keuangan BUMDes Astagina.


K. Kerangka Pikir

Upaya pengembangan ekonomi pedesaan di Indonesia sudah sejak lama

dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program. Terdapat banyak faktor yang

menyebabkan kurang berhasilnya program-program tersebut. Salah satu faktor

yang dominan adalah mekanisme kelembagaan ekonomi di pedesaan tidak berjalan

efektif dan berimplikasi pada ketergantungan terhadap bantuan pemerintah

sehingga mengurangi semangat kemandirian.

Berdasarkan pengalaman masa lalu, satu pendekatan baru yang diharapkan

mampu menstimulus dan menggerakan roda perekonomian di pedesaan adalah

melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang dikelola sepenuhnya oleh masyarakat

desa. Dalam hal ini maka suatu desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) yang diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam hal ini mengingat BUMDes dapat memberikan kontribusi besar bagi

peningkatan perokonomian di desa, maka dalam pengelolaan keuangan harus

disusun secara tepat berdasarkan informasi-informasi yang akurat dengan

menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang dapat menghasilkan laporan

keuangan yang sesuai dan terjamin validitasnya untuk proses pertanggung jawaban.

Grand theory merupakan landasan teoritis yang dijadikan sebagai

panduan untuk mendapatkan arah yang tepat dalam melakukan suatu

penelitian ilmiah. Dalam penelitian ini digunakan teori utama yakni

Technology Acceptance Model (TAM). Pada teori TAM ini menjelaskan terkait

model penerapan teknologi yang mengadopsi Theory of Reasoned Action


(TRA). TRA ini memiliki fungsi untuk melihat tingkat penggunaan responden

dalam menerima teknologi informasi (Fishbein dan Ajzen, 2015.)

Dengan adanya teori TAM dalam penelitian ini mengemukakan

tentang pentingnya model penerapan teknologi informasi yang dikeluarkan

pihak-pihak terkait dan sudah disahkan sehingga dapat diterapkan oleh para

pengelola BUMDes yang dapat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat,

pemerintah desa, pemerintah daerah dan keputusan serta kerja sama

sehingga tingkat persepsi dalam penggunaan sistem informasi dapat dengan

jelas diidentifikasi dengan baik.

Dalam penelitian ini juga menggunakan teori keagenan (Agency

Teory) yang digunakan untuk menganilisis susunan kontraktual di antara

prinsipal yang membuat suatu kontrak baik secara implisit maupun eksplisit

dengan pihak lain yang disebut sebagai agen dengan harapan agen tidak

bertindak atau melakukan kesalahan dalam melakukan pekerjaan yang

diberikan oleh prinsipal.

Berdasarkan hal tersebut berkaitan dengan masalah keagenan, pada praktek

pelaporan keuangan dalam organisasi sektor publik yang merupakan suatu konsep

dengan didasari oleh teori keagenan. Dalam pelaksanaannya dapat digunakan untuk

membantu pihak perusahaan (agen atau prinsipal) dan pihak luar dari perusahaan

untuk meminimalisir ketidak seimbangan informasi sehingga dapat menyajikan

sebuah informasi keuangan yang berkualitas sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan tertentu.

Sistem Informasi Akuntansi merupakan sistem yang dapat

mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data untuk

menghasilkan informasi bagi para


pembuat keputusan. Hal ini termasuk orang, prosedur dan instruksi, data,

perangkat lunak, infrastruktur teknologi informasi, control internal serta

langkah langkah keamanan (Romney dan Steinbart, 2018).

Dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi akuntansi adalah

sistem yang dapat menghasilkan informasi dengan melakukan kegiatan

mengumpulkan, mencatat, menyimpan, memproses sampai dengan

menghasilkan laporan sebuah data akuntansi atau laporan keuangan yang

dapat digunakan untuk keperluan pelaporan pengelolaan keuangan sampai

dengan pengambilan keputusan bagi pihak internal maupun eksternal.

Menurut (Romney dan Steinbart, 2018) terdapat enam komponen

sistem informasi akuntansi yang terdiri dari para pengguna yang

menggunakan sistem, prosedur dan instruksi yang digunakan untuk

mengumpulkan data, data yang berisikan tentang organisasi dan kegiatan

bisnisnya, perangkat lunak yang digunakan untuk memperoses data,

infrastruktur teknologi informasi yang di dalamnya termasuk komputer,

perangkat peripheral, perangkat komunikasi jaringan serta pengendalian

internal guna melindungi sistem informasi akuntansi. Untuk menyusun

pembukuan yang baik, dibutuhkan pengetahuan, pemahaman dan

keterampilan akuntansi.

Kemampuan para pengelola keuangan memberikan informasi,

penyusunan laporan dengan penerapan teknologi sistem informasi sampai

dengan proses pelaporan yang akurat dalam suatu bisnis maupun lembaga

komersial akan sangat berdampak terhadap persepsi masyarakat,

pemerintah dan stakeholder. Sehingga memberikan memberikan dampak

positif dan keberlangsungan bisnis atau program kerja yang dijalankan.


Untuk menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi memerlukan

suatu penjelasan yang disusun dalam kerangka teoritis. Sugiyono (2017)

mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan sebuah model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka pikir menjelaskan gejala yang menjadi objek permasalahan

yang dibahas serta disusun berdasarkan tinjauan pustaka, menekankan

tentang teori-teori suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk menjelaskan

fenomena yang diteliti dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka pikir

merupakan argumentasi peneliti dalam merumuskan suatu hipotesis. Secara

umum, kerangka pikir adalah garis besar alur logika berjalannya penelitian

yang dapat digambarkan menggunakan suatu diagram yang di dalamnya

menjelaskan mengenai keterkaitan pada variabel. Penanaman kerangka

pikir bervariasi seperti kerangka konsep, kerangka teoritis atau model

teoritis. Kerangka ini dapat memudahkan peneliti dalam merumuskan suatu

hipotesis pada penelitiannya.

Dalam melakukan penelitian, sejatinya setiap individu perlu

membuat kerangka pikir sebagai suatu tolok ukur yang paling mudah untuk

mengukur adanya pemahaman yang paling mendasar tentang landasan teori

yang akan dijadikan sebagai pijakan dalam arti sebuah penelitian. Perihal

inilah pembuatan kerangka pikir berguna untuk meminimalisir dan

menghindari kesalahan-kesalahan dalam berargumen dan menyimpulkan

suatu pernyataan sehingga dapat duluruskan untuk mendapatkan sebuah

pemahaman yang sama atau tidak salah arti.


Adapun beberapa kesalahan yang dapat terjadi misalnya tidak

konsisten, parsial, kadaluarsa, generalisasi dan standar ganda. Disisi lainnya,

meskipun kerangka berpikir lebih banyak diterapkan dalam penelitian

kuantitatif namun dalam penelitian kualitatif ini juga menerapkan kerangka

berpikir yang terletak pada kasus atau fenomena yang akan diamati secara

langsung di lapangan atau pada objek penelitian. Dengan kerangka pikir

yang tepat dan sesuai, maka dapat digunakan untuk mempermudah jalanya

proses penelitian.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir

adalah bagian struktur rancangan pada penelitian yang dibuat dalam bentuk

bagan ataupun alur pemikiran yang logis yang bertujuan membangun suatu

argumen yang dapat membuahkan arti dan sebuah kesimpulan dari adanya

fenomena yang terjadi dengan tujuan untuk kedepannya dapat dijadikan

sebagai bahan untuk melakukan evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan atau

program kerja.

Secara garis besar kerangka penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

BUMDes Astagina

Laporan Keuangan

Penerapan SIA

Ya Belum
Kendala

Hasil Akhir
Transparansi
Penyaluran
Aspirasi
Tindakan
Pelatihan dan
penerapan SIA
BUMDes

Gambar 2.5 Kerangka pikir

Kerangka pemikiran merupakan langkah-langkah dalam melakukan

penelitian. Penelitian yang peneliti lakukan dimulai dari melakukan identifikasi

pada pengelolaan BUMDes Astagina yang sudah menggerakan beberapa unit usaha

diantaranya pada sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Perdagangan dan Jasa

Pelayanan Jasa serta Persewaan. Dalam hal pembukuan pengelola BUMDes tersebut

dalam realisasinya telah melakukan proses pembukuan namun masih disusun

secara manual dan sederhana. Selanjutnya, mencari tahu sejauh mana penyusunan

dan penyajian laporan keuangan yang dikelola oleh BUMDes.

Kemudian mencari tahu terkait dengan proses pembukuan sampai dengan

penyusunan laporan keuangan BUMDes apakah sudah menerapkan sistem

informasi akuntansi yang berlaku untuk pengelolaan keuangan BUMDes atau belum

menerapkan. Apabila dalam pelaksanaannya sudah mengikuti pelatihan sistem

informasi akuntansi maka sudah seharusnya menerapkannya dalam proses

penyusunan laporan keuangan BUMDes.

Namun apabila belum mengikuti pelatihan sistem informasi akuntansi maka,

mencari tahu kendala-kendala yang menyebabkan pengelola keuangan BUMDes

tidak mengikuti pelatihan sistem informasi akuntansi.


Dari adanya pelatihan sistem informasi akuntansi tersebut, dilakukan

identifikasi sejauh mana pemahaman dalam penerapannya. Kemudian dari kendala-

kendala pengelola BUMDes belum mengikuti pelatihan sistem informasi tersebut

maka, perlu dilakukan tindakan lebih lanjut meliputi pelatihan dan penerapan

sistem informasi akuntansi untuk BUMDes.

Selanjutnya, mencari tahu dan memastikan terkait proses pelaporan

keuangan yang dilaksanakan, apakah sudah dilakukan transparansi dengan baik dan

tersampaikan dengan jelas terkait rincian keuangan yang dikelola oleh BUMDes

kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang nantinya digunakan sebagai alat

pengambilan suatu keputusan.

Tentunya langkah-langkah penelitian ini dilakukan karena pada saat ini para

pengelola BUMDes ada sebagian yang belum mengikuti pelatihan dengan baik,

sehingga pemahaman terkait sistem informasi akuntansi masih kurang dan

sekalipun sudah mengikuti pelatihan, dalam pelaksanaannya belum menerapkan

sistem informasi akuntansi dalam proses proses penyusunan laporan keuangan.

Dari hal tersebut, dengan adanya kendala-kendala yang terjadi dan

pemahaman para pengelola BUMDes yang masih kurang, perlu dilakukan tindakan

pelatihan lebih lanjut dan penerapan sistem informasi akuntansi dalam proses

penyusunan. Sehingga tujuan transparansi pada pengelolaan keuangan BUMDes

dapat tercapai dengan baik.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang proses

penelitiannya menggunakan teknik wawancara dalam mengetahui suatu

permasalahan yang akan diteliti yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Objek dalam penelitian

kualitatif adalah objek yang alamiah atau natural setting. Objek yang alamiah adalah

objek yang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat

peneliti memasuki objek, setelah berada di objek dan setelah keluar dari objek

relatif tidak berubah (Sugiyono, 2013).

Hal ini menunjukan penelitian kualitatif mempelajari hal-hal dalam

pengaturan alaminya, berusaha memahami atau menafsirkan fenomena dalam arti

makna yang menggambarkan kondisi sesungguhnya. Penelitian kualitatif

menyertakan berbagai koleksi bahan empiris yang dipelajari misalnya studi kasus,

pengalaman pribadi, introspektif, kisah hidup, wawancara, teks observasional,

historis, interaksional dan visual yang menggambarkan momen dan makna rutin

yang bermasalah dalam kehidupan individu.

Pada pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi

suatu situasi tertentu serta lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini juga lebih mementingkan proses daripada

akhir. Oleh karena itu urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi

dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan utama dari penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif adalah mengembangkan pengertian, konsep-

konsep yang akhirnya menjadi teori (Rukin, 2019).

Penelitian kualitatif adalah riset yang deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis pendekatan induktif. Pada penelitian kualitatif dengan riset

deskriptif cenderung menggunakan analisis pendekatan induktif yang melakukan

penelitian dengan mengedepankan proses penelitian dan pemanfaatan landasan

teori dengan tujuan agar penelitian sesuai dengan fakta pada lapangan. Disisi lain

adapun landasan teori bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang

latar belakang penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil pada penelitian.

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif

dimana penelitian yang menggunakan objek berdasarkan fakta dan menguraikan

dengan sejelas mungkin (Yusuf, 2014). Jenis penelitian ini harus mendeskripsikan

suatu objek, fenomena atau setting sosial yang dijabarkan dalam tulisan yang

bersifat naratif, dimana penulisan data dan fakta akan dihimpun dalam bentuk kata

maupun gambar daripada bentuk angka (Anggito dan Setiawan, 2018).

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis kualitatif

deskriptif yaitu untuk mengetahui apakah pada objek yang diteliti telah menerapkan

SIA dalam pengelolaan keuangan BUMDes di Desa Pagak Kecamatan Purwareja

Klampok Kabupaten Banjarnegara. Dengan menggunakan pendekatan ini maka

diharapkan dapat menemukan informasi dan mendapatkan data-data yang

dibutuhkan secara menyeluruh dan mendetail dalam proses pengelolaannya

dengan tujuan untuk menemukan kebenaran, keaslian dan keabsahan atas

informasi yang akan digali.

2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus (case study).

Arikunto (2013) mengemukakan bahwa penelitian adalah cara yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif penggambaran yang

berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari setiap perilaku orang-orang yang

diamati. Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian

dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study). Metode studi kasus

sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan

secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu),

lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.

Studi kasus merupakan penelitian yang mencakup pengkajian bertujuan

memberikan gambaran secara mendetail mengenai latar belakang, sifat maupun

karakter yang ada dari suatu kasus dengan kata lain bahwa studi kasus memusatkan

perhatian pada suatu kasus intensif dan rinci. Penelitian dalam metode dilakukan

secara mendalam terhadap suatu keadaan atau kondisi dengan cara sistematis mulai

dari melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan

hasil (Nursalam, 2016).

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus karena desain ini merupakan

sebuah strategi yang sesuai apabila pokok pertanyaan pada suatu penelitian

berkenaan dengan how atau why yang di dalam pelaksanaannya peneliti memiliki

peluang dalam mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan berfokus

pada fenomena kontemporer atau yang terjadi pada masa kini di dalam konteks

kehidupan nyata.

Dengan menerapkan desain studi kasus pada penelitian ini, diharapkan hasil

dari penelitian dapat memiliki makna atau sebuah arti, sehingga dilakukan dengan
mempelajari secara insentif dan mendalam terhadap kejadian-kejadian ataupun

peristiwa-peristiwa yang ada di lapangan secara langsung untuk memperoleh

informasi-informasi yang akurat dan terbukti kebenarannya berdasarkan persepsi

dari informan.

Menurut Nawawi (2013) data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari

kasus yang diteliti, akan tetapi juga dapat diperoleh dari semua pihak yang

mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data dalam

studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang

akan diteliti.

B. Objek dan Informan Penelitian

1. Objek Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian hal pertama yang harus diperhatikan

adalah objek penelitian yang akan diteliti. Dimana objek penelitian tersebut

terkandung masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk dicari

pemecahannya. Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Adapun

objek dalam penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Astagina Desa

Pagak Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara.

2. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi pada latar belakang penelitian dan merupakan

orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti (Moleong,

2015).
Menurut Sugiyono (2017) penentuan informan dengan menggunakan

purposive sampling dalam penelitian kualitatif adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu yang

dimaksud adalah memilih sumber data atau orang yang dianggap paling tahu

tentang permasalahan yang terjadi dan tentang apa yang diharapkan. Penelitian

kualitatif tidak mengenal adanya jumlah sampel minimum (sample size). Umumnya

penelitian kualitatif menggunakan jumlah sampel kecil, bahkan pada kasus tertentu

menggunakan hanya satu informan saja. Setidaknya ada dua syarat yang harus

dipenuhi dalam menentukan jumlah informan yaitu kecukupan dan kesesuaian

(Martha, 2016).

Berdasarkan hal tersebut maka dalam melakukan penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling dimana peneliti menggunakan pertanyaan

terstruktur untuk memilih sumber data atau orang yang dianggap paling tahu

terkait dengan permasalahan yang terjadi. Teknik tersebut dilakukan untuk memilih

informan dari pengelola BUMDes Astagina sebagai subjek penelitian yang bisa

dijadikan sebagai informan dan sumber data. Alasan peneliti memilih teknik ini,

karena data yang diambil dari informan dapat memberikan informasi yang akurat

sesuai dengan kriteria dalam penelitian. Jadi pada saat satu sumber data masih

kurang lengkap, maka yang dilakukan adalah mengambil data dari informan lain

yang dianggap lebih tahu detail dan akurat.

Informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah empat informan,

yaitu komisaris, direktur, bendahara, dan sekretaris BUMDes Astagina. Dalam hal

ini empat informan tersebut merupakan informan kunci yaitu orang-orang yang

dipandang sangat tahu terkait permasalahan atau fenomena yang diteliti.


C. Konsep Operasional

Definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan

dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Sugiyono, 2012). Definisi

operasional mejelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan

mengoperasikan konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk

melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara

pengukuran konstrak yang lebih baik.

Dari definisi operasional sendiri dapat menentukan, menilai atau mengukur

suatu variabel yang akan digunakan untuk penelitian. Selain itu hal tersebut juga

dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk mengukur, menentukan atau menilai

suatu variabel dengan cara merumuskan kata-kata yang bersifat operasional serta

dapat menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh peneliti. Untuk mempermudah

menganalisis, menentukan pertanyaan untuk wawancara dan membahas hasil

penelitian, maka diperlukan definisi operasional variabel. Ada tiga tipe definisi

operasional yaitu:

1. Definisi operasional tipe A, dapat disusun berdasarkan pada sebuah operasi

yang harus dilakukan sehingga dapat menyebabkan gejala yang didefinisikan

menjadi nyata ataupun dapat terjadi.

2. Definisi operasional tipe B, dapat disusun berdasarkan pada bagaimana sebuah

objek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan.

3. Definisi tipe C yaitu dapat disusun berdasarkan pada sebuah penampakan pada

objek yakni apa saja yang menyusun karakteristik statisnya.

Adapun konsep operasional pada penelitian ini adalah:


Tabel 3.1
Konsep Operasional
No Variabel Definisi Indikator Pengukuran

1. Sistem Sistem informasi 1. Sudah mengikuti Wawancara


informasi akuntansi adalah suatu pelatihan sistem
akuntansi sistem informasi yang informasi
akuntansi untuk
ada dalam suatu
BUMDes
organisasi yang 2. Pemahaman
kegiatannya penerapan
mengumpulkan sistem informasi
informasi dari berbagai akuntansi untuk
sub sistem entitas dan BUMDes
mengkomunkasikannya 3. Memiliki aplikasi
sistem informasi
ke sub sistem
akuntansi untuk
pemrosesan informasi BUMDes
organisasi pada pihak saab.syncore
eksternal maupun 4. Pihak yang
pihak internal suatu mengikuti dan
organisasi. pemakai sistem
informasi
akuntansi untuk
BUMDes
5. Penerapan
sistem informasi
akuntansi untuk
BUMDes

2 Laporan Laporan keuangan 1. Sudah Wawancara


Keuangan adalah suatu laporan melakukan
yang menggambarkan penyusunan
laporan
posisi keuangan dari
keuangan
hasil suatu proses minimal tiga
akuntansi selama tahun terakhir
periode tertentu yang 2. Kebenaran
digunakan sebagai alat laporan
komunikasi bagi pihak- keuangan
pihak yang 3. Kesesuaian
laporan
berkepentingan.
keuangan
No Variabel Definisi Indikator Pengukuran

3 Transparansi Transparansi adalah 1. Terdapat Wawancara


sebuah perilaku yang pengumuman
memberikan kebijakan
mengenai
keterbukaan kepada
pendapatan
seluruh pihak yang pengelolaan
berkepentingan. keuangan dan
aset desa
2. Tersedia laporan
mengenai
pendapatan
pengeluaran
pengelolaan
keuangan dan
aset desa yang
mudah diakses
3. Tersedia laporan
pertanggung
jawaban tepat
waktu

D. Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Apabila menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan


datanya, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang merespon atau

memberikan sebuah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan atau diajukan oleh peneliti baik secara tertulis maupun secara lisan. Pada

sebuah penelitian sumber data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data

sekunder (Sugiyono, 2017). Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

a. Data Primer

Menurut Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa data primer adalah

sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti.

Data primer di dapat dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan

dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada informan penelitian.

Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan

hasil wawancara dengan para pengelola BUMDes Astagina yang terdiri dari,

komisaris, direktur, sekretaris dan bendahara yang berupa profil dan sejarah

BUMDes Astagina Desa Pagak Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten

Banjarnegara.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa data sekunder adalah

sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Sedangkan menurut Umar (2013)

data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan

baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk

tabel-tabel atau diagram-diagram.

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan data sekunder merupakan data

yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber lain yang sudah tersedia
sebelum penulis melakukan penelitian. Data sekunder diperoleh dari penelitian-

penelitian terdahulu dan data yang diterima dalam bentuk diagram, tabel, grafik dan

data yang dibuat oleh pihak pengelola BUMDes dalam bentuk laporan keuangan

yang sudah disusun secara lengkap. Adapun data sekunder dalam penelitian ini

berupa laporan keuangan BUMDes Astagina pada tiga tahun terakhir yaitu tahun

2019, 2020 dan 2021.

2. Unit Analisis Data

Unit analisis data adalah satuan yang diteliti dalam hal ini bisa berupa,

individu, kelompok atau suatu latar peristiwa sosial seperti aktifitas individu atau

aktifitas kelompok sebagai sebjek dalam penelitian. Cara mengungkap unit analisis

data dengan menetapkan kriteria-kriteria responden tersebut, peneliti dengan

sendirinya akan memperoleh siapa dan apa yang akan menjadi subjek dalam

penelitiannya (Sugiyono, 2017).

Sedangkan menurut Yin (2014) mengemukakan bahwa unit analisis

merupakan salah satu komponen dari penelitian kualitiatif. Secara fundamental unit

analisis data berkaitan dengan masalah penentuan apa yang dimaksud dengan kasus

dalam penelitian. Dalam studi kasus klasik, kasus mungkin bisa berkenaan dengan

seseorang, sehingga perorangan merupakan kasus yang akan dikaji lebih mendalam

dan individu tersebut merupakan unit analisis primernya.

Berdasarkan penjelasan unit analisis di atas dapat disimpulkan bahwa unit

analisis data dalam suatu penelitian adalah subjek yang akan diteliti kasusnya.

Dengan demikian unit analisis dalam penelitian ini adalah kendala-kendala terhadap

penerapan SIA dalam meningkatkan transparansi pengelolaan keuangan BUMDes.


E. Metode Pengumpulan dan Keabsahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau langkah-langkah yang

memiliki nilai strategis yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data-data yang

akan digunakan dalam suatu penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan wawancara.

Wawancara adalah suatu proses memperoleh penjelasan untuk

mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab bisa sambil

bertatap muka maupun tanpa bertatap muka yaitu melalui media telekomunikasi

antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan ataupun tanpa

menggunakan pedoman (Sujarweni, 2015).

Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara intensif bertatap muka

secara langsung dengan informan sehingga akan mampu memperoleh informasi

sebanyak mungkin secara lengkap dan detail. Dalam penelitian ini wawancara akan

ditujukan kepada komisaris dan direktur sebagai pimpinan yang berkaitan dengan

bagaimana kinerja pengelola dalam menjalankan program kerja, sejarah dan profil

BUMDes Astagina dan hal lainnya yang berkaitan dengan data-data yang telah

dibuat sebelumnya serta berkaitan dengan teknis dan pelaksanaan pelaporan

keuangan untuk mencapai transparansi pada pengelolaan keuangan BUMDes

Astagina. Adapun wawancara ini dilakukan kepada pengelola harian yaitu sekretaris

dan bendahara dengan tujuan untuk memperoleh bagaimana proses dalam

penyusunan laporan keuangan dan sejauh mana penerapan SIA untuk pengelolaan

keuangan BUMDes Astagina

2. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian adalah alat-alat yang perlukan atau

dipergunakan untuk mengumpulkan data seperti merekam keadaan atau aktivitas

atribut-atribut yang terjadi pada objek penelitian. Instrumen dalam penelitian

kualitatif adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat

menjadi instrumen dalam penelitian, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan

wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan

mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna

(Sugiyono, 2017).

Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti dengan melakukan

analisis dan memotret terkait hal-hal yang terjadi di lapangan serta melakukan

penarikan kesimpulan dari berbagai informasi, argumen dan data-data yang

didapatkan di lapangan melalui teknik wawancara dan observasi atau pengematan

secara langsung. Adapun instrumen pendukung yang berupa alat-alat yang

mendukung yang memudahkan dalam proses perolehan data.

3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,

perlu dilakukan pemeriksaan keabsahan data. Teknik yang digunakan dalam

pemeriksaan data adalah triangulasi. Teknik triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan

data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2011).

Pada penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan data yakni

wawancara, observasi dan dokumentasi sehingga triangulasi dalam penelitian ini

dilakukan dengan mengecek kembali hasil wawancara dengan subjek penelitian dan

observasi pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Astagina Desa Pagak Kecamatan

Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara.


F. Metode Analisis Data

Analisis interaktif kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan

dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan

perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu,

sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan

sebenarnya (Moleong, 2014).

Menurut Sugiyono (2016) pada saat setelah melakukan pengumpulan data,

maka peneliti melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak untuk itu maka perlu dicatat dengan teliti dan rinci. Perlu

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan

pola serta membuang yang tidak perlu.

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang, yang tidak perlu dan mengorganisasi

data dengan sedemikian rupa sehingga didapatkan atau dihasilkan kesimpulan-

kesimpulan akhirnya dapat didapatkan dan diverifikasi. Reduksi data atau proses

transformasi yang dilakukan dalam proses penelitian ini berlanjut terus sesudah

penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun secara lengkap dan

terjamin keakuratannya berdasarkan dari informasi-informasi atau kejadian-

kejadian pada objek penelitian.

Jadi dalam penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan

dalam aneka macam cara melalui seleksi ketat dengan membuat sebuah ringkasan

atau uraian singkat, menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas yang dapat

dipahami dengan baik. Kemudian dari data yang telah direduksi tersebut akan
memberikan sebuah gambaran-gambaran yang lebih jelas dan akurat terkait

informasi-informasi yang didapatkan untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data yang bisa dilakukan

dengan bentuk teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan untuk

dipahami terkait dengan apa yang telah terjadi pada objek penelitian. Melalui

penyajian data tersebut maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola

hubungan, sehingga mudah untuk dipahami dan digunakan sebagai dasar dalam

merencanakan kerja atau kegiatan selanjutnya.

Pada langkah ketiga yang perlu dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi (Sugiyono, 2016). Adapun alur dalam proses analisis data sebagai berikut:

Pengumpulan Penyajian
Data Data

Simpulan
Reduksi Data
dan
Verifikasi

Gambar 3.2 Proses Analisis Data

Sumber: Sugiyono, 2016

Pada penelitian ini menggunakan metode analisis dengan pendekatan

kualitatif deskriptif yaitu dengan cara memaparkan informasi-informasi faktual

yang terjadi pada lapangan. Dalam hal ini informasi yang diperlukan tersebut dapat

diperoleh dari BUMDes Astagina yang berkaitan dengan topik pembahasan

penerapan sistem informasi akuntansi untuk proses penyusunan laporan keuangan


dan transparansi pengelolaan keuangan pada BUMDes Astagina yang dilakukan

dengan cara:

1. Analisis selama di lapangan

Selama penelitian berlangsung dan pengumpulan data masih berlangsung,

peneliti melakukan analisis data dengan cara mengklarifikasi dan menafsirkan isi

data yang diperoleh.

2. Reduksi Data

Merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan

memberikan gambaran dan informasi yang lebih jelas, mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila

diperlukan.

3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, bagan,

hubungan antara kategori, gambar dan sejenisnya yang bisa dipahami dengan jelas.

4. Conclusion drawing/ verification

Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan bukti-bukti yang kuat,

mendukung, lengkap, valid, dan konsisten sehingga kesimpulan tersebut kredibel,

dimana terdapat adanya kualitas, kapasitas serta kekuatan yang menimbulkan suatu

kepercayaan pada penelitian yang dilakukan.

G. Prosedur Desain Kualitatif Deskriptif

Penyusunan Triangulasi
Hipotesis

Meneliti Masalah

Merencanakan Mencoba
Menemukan Gap sumber data mencari
sumber
Tinjauan Literatur informasi baru
Merencanakan
sumber data
Buat buku harian,
pengkodean, tema,
Menyusun kategorisasi, dan
metode memo
pengumpulan
data

Pengumpulan
data
Menggunakan
kerangka teori

Penyusunan
teori

Menyusun teori baru

Gambar 3.3 Prosedur Quasi-Qualitative Design


Sumber: Bungin, 2020
Lahkah-langkah desain kualitatif deskriptif di atas dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Searching the problem. Pada awal penelitian, peneliti mengeksplor masalah

penelitian yang dilakukan melalui diskusi, pengamatan, atau mendalami

berbagai macam jurnal dan literature. Tahap ini penring untuk menentukan

kelayakan suatu masalah diangkat sebagai masalah penelitian atau diganti

dengan masalah yang lain.

2. Literature review. Pada tahap kedua peneliti secara fokus dan mendalam

melakukan literature review terhadap masalah yang telah ditentukan itu.

Peneliti bisa saja membaca lagi literature yang pernah dibacanya atau
literature lain yang baru sama sekali serta mendalaminya hingga masuk

pada tahap ketiga.

3. Founding gap, yaitu gap teoritik, gap empirik dan gap metodologik.

Menemukan gap-gap ini sangat penting untuk menentukan posisi peneliti

dalam sebuah penelitian secara global. Peneliti melakukan penelitian di

zaman ini bukanlah tindakan lokal yang hanya dilakukan di dalam bilik kecil

di kampusnya atau di laboratorium, akan tetapi tindakan kecil yang

dilakukannya itu secara tidak langsung berkolaborasi secara global dengan

berbagai ilmuwan lainnya di seluruh penjuru dunia yang memiliki hubungan

peminatan dengan konteks sosial yang dipilih atau konteks sosial di

sekitarnya, sebagai topic penelitian kali ini.

4. Contructing Hypothesis. Me-review teori disamping menemukan gap, juga

penemuan gap itu sebagai dasar peneliti membangun hipotesis penelitian,

dimana hipotesis adalah landasan kerja penelitian ini bahwa peneliti dalam

mengumpulkan data selalu dituntun oleh hipotesis yang dibangun

sebelumnya. Perbedaan utam hipotesis dalam penelitian ini dan penelitian

kuantitatif yaitu hipotesis dalam penelitian harus diuji dengan teori, namun

hipotesis dalam penelitian quasi-qualitative digunakan dalam pengumpulan

data lapangan.

5. Planning data souces. Hipotesis juga digunakan untuk merencanakan sumber

data yang akan digunakan dalam mengoleksi data. Perencanaan ini juga

dapat merumuskan strategi koleksi data yang sekiranya memudahkan

peneliti di lapangan dan menghindari kesulitan-kesulitan yang mungkin

dihadapi.
6. Contructing data collection methods. Berdasarkan poin di atas maka dalam

bagian ini peneliti dapat merencanakan data apa yang akan diinginkan dan

dengan menggunakan metode apa serta sumber data yang sekiranya dapat

membantu mengungkapkan data tersebut.

7. Using theoretical framework. Koleksi data dilakukan dengan menggunakan

alat yang telah dikontruk berdasarkan teori yang digunakan. Dengan

demikian maka di bagian ini peneliti menggunakan teori sebagai pena-pena

analisisnya di lapangan. Pena analisis ini memungkinkan untuk

dikembangkan lagi dalam pengumpulan data saat di lapangan di sesuaikan

dengan masalah yang berkembang selama penelitian.

8. Data collection. Pada saat ini peneliti membawa semua alatnya termasuk

juga dirinya sebagai instrument utama ke lapangan untuk mengoleksi data.

Saat ini adalah yang paling penting bagi peneliti karena semua kekuatannya

dikerahkan untuk menjawab semua masalah penelitian termasuk juga

melakukan analisis-analisis di lapangan. Dalam proses data collection,

peneliti menggunakan triangulasi data dalam pengumpulan data agar data

yang diperoleh semakin kredibel. Di langkah ini peneliti sudah sepenuhnya

menggunakan prosedur kualitatif.

9. Keep a diary, trancipt, coding, themes, categorization and memos. Saat di

lapangan peneliti juga membuat catatan harian, kemudian membuat

transkip data, melakukan coding, membangun tema dan kategorisasi serta

membangun memos. Ini adalah proses ejakulasi penelitian kualitatif yang

juga dilakukan dalam quasi-qualitative. Kegagalan di proses ini akan

mengganggu seluruh proses berikutnya.


10. Trying to find new sources of information. Sebagai peneliti yang

menggunakan framework kualitatif, menemukan sumber-sumber informasi

baru merupakan jalan lurus yang harus ditempuh. Dalam hal ini peneliti

kualitatif tidak harus puas dengan apa yang telah dihasilkan dalam

pengumpulan data, namun terus mencoba mendapatkan sumber-sumber

informasi baru yang mungkin akan menghasilkan informasi yang berbeda.

11. Triangulation. Tidak cukup upaya menemukan sumber-sumber informasi

baru, peneliti juga melakukan triangulasi untuk menguji keabsahan data.

Tidak cukup triangulasi saat pengumpulan data, namun hasil penelitian yang

sudah dirumuskan dalam bentuk draft laporan, ditriangulasi dengan

menggunakan triangulasi sumber data, atau triangulasi teori, triangulasi

waktu, sehingga draf laporan menjadi semakin dapat

dipertanggungjawabkan.

12. Contructing theory. Anti-klimaks penelitian ini dengan membangun teori

baru oleh peneliti sebagai hasil dari temuannya sendiri dalam penelitian ini.

Sebagaimana penelitian kualitatif lainnya, dalam quasi-qualitative dalam hal

ini yang dilakukan adalah membangun teori berdasarkan temuan data di

lapangan sebagai hasil karyanya selama penelitian, sebelum melakukan

konfimasi teori.

13. Confirmation theory. Pada tahap ini peneliti quasi-qualitative yang telah

menghasilkan teori baru, melakukan konfirmasi terhadap teori yang

digunakan di dalam penelitian ini, yaitu teori yang selama menuntunnya

dalam penelitian, dikritisi dan dibangun bagian-bagian yang dapat menutup

gap-gap yang ditemukan dalam literature review di awal penelitian.


14. Contructing new theory. Hasil konfirmasi teori dapat pula menyebabkan

peneliti merevisi teorinya yang telah dibangun, karena itu revisi ini sekaligus

digunakan untuk mengkonstruk teori baru yang menjadi milik peneliti atau

berperspektif peneliti. Pada ujung proses ini diharuskan melakukan

publikasi hasil-hasil temuannya untuk dua hal pertama sebagai publikasi

temuan baru dalam ilmu pengetahuan dan kedua sebagai legitimasi

terhadap temuan teori baru itu sebagai miliknya.

BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Profil Desa Pagak

1. Kondisi Geografis Desa Pagak

Kecamatan Purwareja Klampok merupakan pintu masuk sebelah barat

untuk menuju Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan akses lokasi memiliki

wilayah yang strategis dikarenakan berbatasan langsung dengan Kabupaten

Banyumas, Kebumen dan Purbalingga yang mendukung kegiatan perekonomian

atau menjadi jalur penghubung menuju kota dan kabupaten lainnya. Kecamatan

Purwareja Klampok yang terkenal dengan kerajinan keramik yang sudah

dikembangkan sejak zaman kolonial hingga saat ini yang masih terus

mengalami perkembangan dan banyak dikenal oleh masyarakat luas. Desa

Pagak merupakan desa yang terletak di Kecamatan Purwareja Klampok,

Kabupaten Banjarnegara dengan jarak 30 Km dari Ibukota Kabupaten

Banjarnegara.

Gambar 4.1 Peta Desa Pagak


Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara (2021)
Desa Pagak tepatnya berlokasi di sebelah ujung barat kecamatan dan

memiliki luas wilayah 168,95 hektar atau 7,96% dari luas keseluruhan

Kecamatan Purwareja Klampok. Kantor kepala Desa Pagak berada pada titik

koordinat 7,4772ᵒ Lintang Selatan dan 109,4615ᵒ Bujur Timur, serta terbagi
menjadi empat wilayah Dusun dan empat Rukun Warga (RW) dan 17 Rukun

TetSangga (RT) yaitu Dusun Banjardawa, Banjaranyar, Depok dan Jatimaya.

Batas wilayah Desa Pagak sebagai berikut:

Batas Sebelah Utara : Desa Kalimandi

Batas Sebelah Selatan : Desa Sirkandi

Batas Sebelah Timur : Desa Purwasaba

Batas Sebelah Barat : Desa Purwareja

Luas tanah pada sawah irigasi 36,65 Ha dan luas sawah irigasi teknis

71,12 Ha sedangkan luas tanah kering pemukiman seluas 31,00 Ha. Adapun

terdapat tanah fasilitas umum yang ada di Desa Pagak yaitu tanah kas desa

seluas 27,73 Ha, luas tanah yang digunakan sebagai lapangan 0,43 Ha, tanah

bengkok seluas 20,66 Ha, sawah desa seluas 7,70 Ha dan terdapat pemanfaatan

lahan yang digunakan sebagai bangunan sekolah seluas 0,53 Ha dan terdapat

luasan jalan desa 12,11 Ha.

Berdasarkan letak geografis tersebut, sebagian besar wilayah pada Desa

Pagak digunakan untuk lahan pertanian. Potensi pertanian ini didukung dengan

adanya ketersediaan lahan yang luas, subur dan sangat cocok digunakan untuk

pengembangan berbagai jenis komoditas pertanian yang dapat memberikan

kebermanfaatan pada masyarakat desa. Komoditas pertanian yang menjadi

unggulan meliputi padi, jagung, kedelai, manggis dan anggur. Sebagian lahan

pertanian juga dipergunakan untuk budidaya ikan yang dapat meningkatkan

ketahanan pangan dan perekonomian desa.

2. Kondisi Umum Desa

Desa Pagak Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara

merupakan desa yang terletak di bagian selatan Kecamatan Purwareja


Klampok. Desa Pagak menurut sejarahnya berasal dari kata cagak yang berarti

tiang, dimana menurut cerita nenek moyang secara turun temurun bahwa di

masa lampau pada zaman era Kesultanan Surakarta bahwa keraton akan

membangun kerajaan dimana membutuhkan kayu jati yang terletak di

Panembahan Bogem yang berjarak kurang lebih 1,5 Km. Karena saking besar

dan tingginya pohon jati tersebut pada saat dilakukan penebangan ranting dan

dahannya jatuh di wilayah Desa Pagak namun tertopang atau tercagak oleh

rantingnya, maka selamatlah Desa Pagak terhindar dari kerugian yang lebih

besar. Kemudian sejak saat itu desa tersebut dinamakan Desa Pagak.

Sebagian besar wilayah Desa Pagak digunakan untuk pertanian,

sehingga akan terlihat hamparan area persawahan yang luas pada wilayah Desa

Pagak. Dalam tatanan pemerintahannya, Kepala Desa Pagak dalam menjalankan

tugasnya dibantu oleh empat belas orang perangkat desa untuk melayani

keperluan penduduk.

Tabel 4.1 Struktur Jabatan Pemerintah Desa Pagak

No Jabatan Nama
1. Kepala Desa Sudarwo, S.H.
2. Sekretaris Desa Anisa Kusuma Wardani,
S.P.
3. Kasi Pemerintahan Hafid Lukmansah
4. Kasi Kesejahteraan Dwi Murdiyati
5. Kasi Pelayanan Suhartiningsih
6. Kepala Urusan Pemerintahan Yaman
7. Kepala Urusan TU dan Umum Joardi
8. Kepala Urusan Keuangan Akhmad Faoji
9. Kepala Dusun 01 Djasman
10. Kepala Dusun 02 Ari Susanto
11. Kepala Dusun 03 Bahrudin
12 Kepala Dusun 04 Sidin
No Jabatan Nama
13. Staf TU dan Umum Rohman
14. Staf Pelayanan Saryono
Sumber: Kantor Desa Pagak 2021

3. Sejarah BUMDes Astagina

UU No 6 tahun 2014 merupakan tonggak baru bergesernya pusat

pembangunan, dimana desa selanjutnya memegang posisi penting dalam

pembangunan. Istilah desa membangun menjadi strategis dan nuansa baru bagi

masyarakat, karena keberpihakan pembangunan pada yang terpinggirkan.

Program pengembangan pengelolaan BUMDes yang berwatak kewirausahaan

social dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan,

merupakan program inisiatif yang dibuat oleh BUMDes.

Organisasi ekonomi perdesaan menjadi bagian penting sekaligus

masih menjadi titik lemah dalam rangka mendukung penguatan ekonomi

perdesaan. Oleh karenanya diperlukan upaya sistematis untuk mendorong

organisasi ini agar mampu mengelola aset ekonomi strategis di desa sekaligus

mengembangkan jaringan ekonomi demi meningkatkan daya saing ekonomi

perdesaan. Dalam konteks demikian, BUMDes pada dasarnya merupakan

bentuk konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-lembaga ekonpmi desa.

Beberapa agenda yang bisa dilakukan antara lain pengembangan kemampuan

SDM sehingga mampu memberikan nilai tambah dalam pengelolaan aset

ekonomi desa, mengintegrasikan produk-produk ekonomi perdesaan sehingga

memiliki posisi nilai tawar baik dalam jaringan pasar, mewujudkan skala

ekonomi kompetitif terhadap usaha ekonomi yang dikembangkan, menguatkan

kelembaan ekonomi desa, mengembangkan unsur pendukung seperti

perkreditan mikro, informasi pasar, dukungan teknologi dan manajemen,


prasarana ekonomi dan jaringan komunikasi maupun dukungan pembinaan

dan regulasi.

BUMDes merupakann instrumen pendayagunaan ekonomi lokal

dengan berbagai ragam jenis potensi. Pendayagunaan potensi ini terutama

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga desa melalui

pengembangan usaha ekonomi mereka. Disamping itu, keberadaan BUMDes

juga memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa

yang memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal.

Memperhatikan beberapa hal tersebut di atas, maka Desa Pagak,

Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 11

Oktober 2017 mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan diberi nama

Astagina. Dengan didirikannya BUMDes Astagina tersebut, kedepannya

diharapkan mampu memanfaatkan potensi dan aset desa untuk membangun

kesejahteraan warga Desa Pagak, karena bukan lagi program “topdown” atau

paket program dari pemerintah daerah atau pusat, melainkan pembangunan

desa yang digerakkan oleh kekuatan warga desa.

Kedepannya kegiatan BUMDes ini diharapkan bisa membantu

pemerintahan desa dalam memenuhi kebutuhan dan pelayanan terhadap

masyarakata secara maksimal di segala bidang. Sehingga kesejahteraan

masyarakat dapat meningkat, visi desa mandiri berdikari akan terwujud

melalui kegiatan pembentukan unit-unit usaha yang berkesinambungan serta

dalam pengelolaan BUMDes yang berkelanjutan.

Dalam rangka mengembangkan kegiatan BUMDes Astagina melakukan

hal-hal sebagai berikut :


a. Penggalian Potensi

Adapun usaha dengan tujuan mengembangkan BUMDes Astagina yaitu

dengan memperhatikan hal yang kritis dan perlu perhatian serius adalah pada

saat identifikasi potensi desa. Ketepatan dalam memilih jenis usaha potensial

menjadi salah satu faktor keberhasilan usaha dalam menjalankan BUMDes

Astagina.

Pada awal berdiri BUMDes Astagina tidak langsung melakukan kegiatan

operasional usaha melainkan menggali beberapa potensi yang berada di Desa

Pagak. Penggalian potensi ini memakan waktu kurang lebih satu bulan,

dikarenakan letak geografis wilayah Desa Pagak yang terdiri dari empat dusun

dan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani serta

sebagian besar juga merantau ke kota-kota besar.

Penggalian potensi ini dilakukan pada pertengahan bulan Februari dan

Maret 2017. Setelah didapatkan beberapa data, kemudian dibuatlah peta

konsep dan pilot project pada masing-masing tempat yang tentunya dengan

memperhatikan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA)

sebagai faktor penting dalam mendukung kegiatan dalam menentukan unit

usaha.

b. Pembentukan Unit Usaha

Pembentukan unit-unit usaha pada pengelolaan BUMDes Astagina,

didasarkan pada peta konsep yang telah dibuat dalam penggalian potensi desa.

Unit-unit usaha tersebut dijabarkan dalam kegiatan sistem kerja BUMDes

Astagina, sebagai berikut:

1) Kerjasama
Kerjasama dilakukan dengan berbagai pihak dengan berorientasi saling

menguntungkan, diantaranya dilakukan kerjasama dengan UPPD SAMSAT

Banjarnegara untuk pembayaran pajak kendaraan bermotor, bekerja sama

dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah sebagai penyedia sembako untuk JPS

BSNT Provinsi Jawa Tengah dan kerjasama dengan Bank BRI untuk

pembentukan BRI-Link.

Unit yang dikembangkan dengan sistem kerjasama ini akan dievaluasi

sewaktu-waktu. Unit ini bisa bertambah dan atau berkembang dalam

perjalanannya, dilihat dari orientasi perkembangannya. Penambahan dan atau

berkurangnya usaha kerjasama dilihat dari segi kebutuhan dan dampak dari

kerjasama tersebut baik secara materil maupun non materil.

2) Pemberdayaan Potensi Desa

Potensi yang berada di Desa Pagak dikelola secara mandiri dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, diantarannya, Objek Wisata

Rawa Lutung kompleks wisata yang dikelola oleh unit usaha pariwisata dari

BUMDes Astagina, pembayaran rekening listrik melalui agen atau mitra BUMDes

bauk sekretariat atau mitra lingkungan masyarakat dan penanaman 50 bibit

cengkeh dan 450 bibit pala sebagai wujud upaya penghijauan di sekitar objek

Wisata Rawa Lutung, juga investasi untuk kedepannya sebagai pemasok bahan

baku untuk pembuatan minyak atsiri CV Indo Atsiri.

4. Profil BUMDes Astagina

Nama BUMDes : Astagina

Tanggal Berdiri : 11 Oktober 2017

Tabel 4.2 Struktur Organisasi BUMDes Astagina


N Jabatan Nama
o
1. Komisaris Sudarwo, S.H
2. Direktur Riyanto
3. Sekretaris Widi Prasetyo
4. Bendahara Priyatin
5. Pengawas Sobirin
6. Manajer Unit Perdagangan dan jasa Sarpan
7. Manajer Unit Pariwisata Dimas Diyan Pradikta, S.E.
8. Manajer Unit Penyewaan Sigit Margoyono
Sumber: Kantor Desa Pagak 2021

5. Pelaksanaan Pengelolaan BUMDes Astagina

Dalam pelaksanaan pengelolaan usaha kegiatan BUMDes Astagina

memegang prinsip Good Corporate Governance (GCG), yaitu:

a. Transparansi

Sebelum melakukan pengambilan keputusan dilakukan koordinasi

dengan komisaris dan anggota pengelola serta badan pengawas terutama dalam

menjalin kerjasama dan arah kebijakan lainnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga

keterbukaan kegiatan usaha juga berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait

dengan tujuan bersama mengetahui arah gerak dan perkembangan aset BUMDes

Astagina.

Supaya masyarakat dapat mengetahui kegiatan yang telah dilakukan

oleh BUMDes Astagina maka dibuatlah blog BUMDes Astagina, yang bertujuan

untuk bisa diakses oleh masyarakat secara luas.

b. Kemandirian

Kemandirian yang dilakukan oleh pengelola BUMDes Astagina dengan

memperhatikan tiga prinsip kerja yaitu, mempertinggi kompetensi selalu

berupaya menambah pengetahuan tentang BUMDes agar dapat melakukan

kegiatan secara maksimal salah satu bentuk kegiatannya adalah mengikuti diklat
pelatihan dasar BUMDes yang diselenggarakan oleh Dispermades Provinsi Jawa

Tengah di Kota Solo sebagai peserta perwakilan dari Kabupaten Banjarnegara,

selain itu melakukan kegiatan mandiri dengan cara membaca buku-buku yang

berkaitan dengan desa dan atau sekitar permasalahan BUMDes. Kedua,

memperbanyak kolaborasi untuk dapat mengembangkan usaha, pengelola

BUMDes Astagina berusaha memperbanyak kerjasama-kerjasama dengan

berbagai pihak dengan sistem saling menguntungkan, selain itu juga sebagai

sarana memperluas jaringan pasar.

Kemudian memperkecil kompetisi, banyak usaha-usaha atau pendirian

badan usaha sekitar BUMDes Astagina bukanlah ancaman kelangsungan hidup

lembaga, karena pada prinsipnya semua rezeki sudah ada yang mengatur.

Berdirinya usaha atau badan usaha tersebut sebagai peluang bagi BUMDes

Astagina dalam menjalin kerjasama.

Prinsip pengembangan BUMDes tersebut di atas sebagai wujud sikap

profesionalitas dalam pengelolaann BUMDes Astagina agar tidak berbenturan

dengan berbagai kepentingan dan pengaruh dari pihak manapun yang tidak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat.

c. Akuntabel

Adanya BUMDes Astagina di Desa Pagak ini sebagai lokomotif

pengembangan perekonomian desa dan meningkatkan pemberdayaan

masyarakat serta sebagai Pendapatan Asli Desa (PADes) yang nantinya

digunakan kembali untuk pembangunan desa.

Dalam pelaksanaannya selalu berkoordinasi dengan kepala desa selaku

komisaris serta melaporkan arus kas dan atau kegiatan secara berkala
merupakan wujud pertanggung jawaban pengelola terhadap kegiatan BUMDes

Astagina.

d. Kewajaran

Pengelola BUMDes Astagina dilakukan secara wajar, artinya pengelola

dalam menjalankan usaha atau kegiatan sesuai dengan peraturan yang berlaku

tidak dibuat-buat atau direkayasa, semua kegiatan dalam bentuk real atau nyata.

B. Analisis Data dan Pemaparan Hasil Penelitian

Dalam analisis data, peneliti memperoleh data dari berbagai sumber

diantaranya empat narasumber yang menjadi sumber pokok pengumpulan

data, keempat narasumber tersebut adalah:

1. Komisaris BUMDes Astagina Bapak Sudarwo, S.H.

2. Direktur BUMDes Astagina Bapak Riyanto

3. Sekretaris BUMDes Astagina Bapak Widi Prasetyo

4. Bendahara BUMDes Astagina Ibu Priyatin

Adapun proses wawancara dengan keempat narasumber tersebut

dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Minggu-Senin, 20-21 Maret 2022

Tempat : Desa Pagak

Waktu : 09.00-16.00 WIB

Setelah mendapatkan sumber data penelitian kemudian dilakukan

analisis data dan proses pengecekan hasil wawancara pada masing-masing

narasumber terutama pengecekan dengan teori pada pemaparan bab

sebelumnya sehingga data yang dihasilkan menjadi data yang valid dan dapat

diakui keabsahannya. Proses analisis data dibagi menjadi beberapa sub bagian
yang berkaitan dengan implementasi sistem informasi akuntansi dalam

pengelolaan keuangan BUMDes yaitu:

1. Laporan Keuangan Pada BUMDes Astagina

2. Pemahaman Pengelola BUMDes Astagina Dalam Penyusunan Laporan

Keuangan Dengan Menerapkan SIA Untuk BUMDes

3. Peran SIA Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan BUMDes Astagina

4. Penerapan SIA Pada Pengelolaan Keuangan BUMDes

5. Kendala Dalam Penerapan SIA Untuk BUMDes

6. Prosedur Dalam Pelaporan Dan Transparansi Laporan Keuangan BUMDes

7. Pencapaian Transparansi Keuangan BUMDes Yang Dilakukan Oleh Para

Pengelola Kepada Pemerintah Desa Dan Masyarakat Desa.

1. Laporan Keuangan Pada BUMDes Astagina

Berdasarkan mekanisme kerja para pengelola BUMDes dalam

menjalankan program kerja dan bertanggung jawab terhadap operasional

maupun dalam penyusunan laporan keuangan BUMDes, sesuai dengan

pertanyaan dalam instrumen wawancara yang berkaitan dengan bagaimana

tingkat pemahaman para pengelola dalam penyusunan laporan keuangan

BUMDes Astagina? Dalam hal ini narasumber yang pertama yaitu Bapak

Komisaris Sudarwo, S.H., menjelaskan bahwa:

“Ya, sudah bisa dikatakan baik setidaknya paham dengan tugasnya


pada masing-masing bagian.”
Kemudian narasumber kedua Bapak Riyanto selaku direktur

BUMDes Astagina juga menjelaskan mengenai hal tersebut bahwa.

“Ya, sudah bisa dikategorikan baik karena kami mengedepankan


mereka yang memiliki kemauan untuk bekerja sama dalam pengelolaan
BUMDes.”
Adapun pertanyaan yang berkaitan dengan, bagaimana prosedur

dalam penyusunan laporan keuangan BUMDes? Dalam hal ini narasumber

ketiga yaitu Bapak Widi Prasetyo selaku sekretaris menjelaskan dalam

wawancaranya yaitu,

“Untuk prosedur dalam proses penyusunan laporan keuangan


BUMDes yaitu dari saya selaku sekretaris menerima laporan keuangan dari para
koordinator unit usaha dan membantu mengumpukan mengarsipkan bukti-bukti
transaksi yang ada, kemdian saya serahkan kepada bendahara untuk diinput dan
disusun laporan keuangan, jika sudah selesai maka di serahkan kepada direktur
untuk dikoreksi dan tahap selanjutnya diajukan keapada komisaris untuk
dipaparkan pada musdes.”
Sama halnya dengan narasumber yang keempat Ibu Priyatin selaku

bendahara BUMDes Astagina yang menjelaskan bahwa.

“Laporan keuangan disusun oleh saya selaku bendahara setelah


menerima laporan keuangan dari masing-masing koordinator unit usaha dan
dibantu oleh sekretaris kemudian untuk laporan keuangan dibuat dua semester
dalam satu tahun.”
Adapun pertanyaan terkait dengan, apakah laporan keuangan

BUMDes saat ini sudah sesuai, jelas dan lengkap sehingga bisa digunakan dalam

proses pengambilan keputusan dan sebagai bahan evaluasi untuk keberlanjutan

dari BUMDes? Dalam hal ini narasumber pertama Bapak Sudarwo, S.H.,

menjawab bahwa.

” Ya, sudah sesuai dan masih dibuat sederhana secara manual tapi bisa
memudahkan serta membantu dalam proses evaluasi sampai pengambilan
keputusan.”

Didukung juga dari jawaban yang dipaparkan oleh narasumber ke dua

Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes Astagina terkait dengan laporan

keuangan BUMDes Astagina.


”Sudah, walaupun terkadang ada kesulitan atau kendala dan juga tidak
lepas adanya kekeliruan tetapi bisa ditangani karena kami antar pengurus ikut
serta mengecek kembali.”

Berkaitan dengan laporan keuangan pada BUMDes Astagina adapun

instrumen wawancara dengan pertanyaan apakah format laporan keuangan

yang sudah disusun telah sesuai dengan informasi dan transaksi yang ada?

Pertanyaan ini ditujukan untuk narasumber ke tiga Bapak Widi Prasetyo selaku

sekretaris BUMDes dengan jawaban bahwa.

“Ya, sudah walaupun terkadang tetap saja terjadi beberapa transaksi


terlewat belum diinput dan masih kurang teliti”

Didukung pada pemaparan jawaban dari narasumber ke empat Ibu

Priyatin selaku bendahara BUMDes bahwa.

“Ya, insyaallah sudah meskipun terkadang ada sedikit kendala dalam

menginput bukti transaksi yang ada dan menyesuaikannya.”

Dari penjelasan narasumber di atas dapat disimpulkan bahwa terkait

dengan pemahaman pengelola BUMDes dalam penyusunan laporan keuangan

sudah cukup baik dan dari laporan keuangan yang telah disusun setidaknya

dapat diterima dan dipahami oleh komisaris dan direktur. Berkaitan dengan

format laporan keuangan BUMDes saat ini sudah sesuai walaupun masih

dilakukan secara manual. Kemudian berkaitan juga dengan prosedur

penyusunan laporan keuangan selama ini dilakukan dua semester dalam satu

tahun, penyusunan dilakukan dari bendahara dan sekretaris yang menerima

laporan keuangan dari unit usaha kemudian disusunlah laporan keuangan oleh
bendahara dibantu sekretaris. Setelah selesai, laporan keuangan diajukan

kepada direktur untuk dikoreksi untuk kemudian diserahkan kepada komisaris.

2. Pemahaman Pengelola BUMDes Astagina Dalam Penyusunan Laporan

Keuangan Dengan Menerapkan SIA Untuk BUMDes

Dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa penyusunan laporan

keuangan sudah menjadi suatu kewajiban guna mempertanggung jawabkan

dan melaporkan rincian keuangan dan pendanaan yang digunakan untuk

pelaksanaan program-program pada unit usaha yang dijalankan sebagai suatu

usaha menjalin keterbukaan kepada pemerintah desa dan masyarakat desa

terkait dengan penyertaan Dana Desa untuk BUMDes. Berkembangnya

teknologi untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses penyusunan

laporan keuangan maka lahirlah sebuah sistem informasi akuntansi yang

khusus dibuat untuk BUMDes yang memiliki tujuan utama untuk kemudahan

dan mengamankan harta pada suatu badan usaha serta dapat menghasilkan

informasi keuangan yang sesuai dan akuntabel untuk digunakan sebagai dasar

dalam pengambilan keputusan oleh pihak internal maupun pihak eksternal.

Pada BUMDes Astagina terkait dengan pemahaman dan motivasi

para pengelola dalam penyusunan laporan keuangan dengan menerapkan SIA

untuk BUMDes, narasumber pertama Bapak Sudarwo, S.H., selaku komisaris

menyatakan:

“Ya, untuk motivasi menerapkan SIA tersebut sudah ada karena bisa
dibuktikan para pengelola BUMDes Astagina antusias mengikuti pelatihan pada
saat itu.”
Didukung dari wawancara yang kedua dengan pertanyaan yang sama

yang ditujukan kepada Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes Astagina juga

mengatakan bahwa,

“Jika dilihat para pengelola BUMDes sebenarnya sudah memiliki motivasi


untuk menerapkan SIA hanya saja pemahaman mereka masih kurang jadi masih
membutuhkan pendampingan.”

Kemudian wawancara yang ke tiga dengan Bapak Widi Prasetyo

selaku sekretaris dengan pertanyaan setelah adanya pelatihan SIA untuk

pengelolaan keuangan BUMDes, apakah para pengelola sudah paham untuk

kemudian menerapkannya atau masih perlu dilakukan pendampingan secara

intensif? Dengan hasil wawancaranya yaitu,

“Belum begitu paham, namun untuk motivasi sebenarnya ingin bisa


menerapkan SIA untuk BUMDes dalam proses penyusunan laporan keuangan dan
pada intinya kami masih perlu adanya pendampingan dari pihak yang sudah
membidangi.”

Didukung dengan pemaparan jawaban pada wawancara yang ke

empat dengan Ibu Priyatin selaku bendahara BUMDes Astagina dengan

pertanyaan yang sama, mengemukakan bahwa,

“Masih kurang paham dan kami masih belum begitu yakin untuk
menerapkannya, ada ketakutan terjadi kesalahan karena kurang paham.”

Dilanjutkan pada instrumen wawancara yang berkaitan dengan,

bagaimana pendapat para pengelola BUMDes terkait SIA setelah mengikuti

pelatihan SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes? Pertanyaan ini ditujukan

untuk narasumber yang ke tiga Bapak Widi Prasetyo selaku sekretaris BUMDes

Astagina dengan memaparkan jawaban bahwa.


“Jika saya lihat dari fitur-fitur yang ada dalam aplikasi SAAB.Syncore
dapat memudahkan karena lengkap dan tertera akun-akunnya.”

Didukung pada pemaparan jawaban dengan pertanyaan yang sama oleh

Ibu Priyatin selaku bendahara BUMDes Astagina bahwa.

“Adanya pelatihan SIA menambah pengetahuan kami terkait dengan


penyusunan laporan keuangan dengan otomatisasi menggunakan sistem yang
berbentuk aplikasi SAAB.Syncore.”

Adapun instrumen pertanyaan yang ditujukan untuk sekretaris dan

bendahara BUMDes terkait dengan bagaimana tindak lanjut setelah mengikuti

pelatihan SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes? Narasumber yang ke tiga

Bapak Widi Prasetyo mengemukakan jawaban bahwa.

“Dari BUMDes.id memberikan kami akses aplikasi SAAB.Syncore dengan


harapan dapat menerapkannya untuk proses penyusunan laporan keuangan
BUMDes.”

Dikuatkan pada pemaparan jawaban dengan pertanyaan yang sama

oleh Ibu Priyatin selaku bendahara BUMDes bahwa.

“Untuk tindak lanjut, dari kami masih melakukan pemahaman, mencoba


mengakses aplikasi SAAB.Syncore tersebut namun memang belum memualai
untuk menerapkan untuk dalam penyusunan laporan keuangan BUMDes.”

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan

motivasi pengelola BUMDes terhadap penerapan SIA untuk BUMDes sudah

cukup baik, namun berdasarkan pernyataan para pengelola BUMDes bahwa

masih perlu adanya pendampingan lebih lanjut mengenai penerapan SIA yang

berbentuk aplikasi SAAB.Syncore tersebut supaya lebih yakin lagi dan paham

dari mana harus memulainya untuk proses penyusunan laporan keuangan yang
lebih akurat dan lebih baik lagi sehingga bisa digunakan sebagai alat evaluasi

dan pengambilan keputusan pihak-pihak terkait.

3. Peran SIA Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan BUMDes Astagina

Sistem informasi akuntansi sebagai suatu sistem dalam organisasi

yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas, teknologi, media, prosedur-

prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur

komunikasi yang penting, sampai menghasilkan laporan data akuntansi sesuai

dengan tujuan, kemudahan memiliki manfaat bagi pengguna amaupun

penerima informasi yang digunakan serta memberikan kemudahan untuk

proses pengambilan keputusan pihak internal dan pihak eksternal.

Adapun peran dari penerapan SIA yang pada dasarnya dapat

mendukung aktivitas perusahaan sehari-hari. Suatu perusahaan agar dapat

tetap eksis harus terus beroperasi dengan melakukan sejumlah aktivitas bisnis

yang peristiwanya disebut sebagai transaksi seperti melakukan pembelian,

penyimpanan, proses produksi dan penjualan juga dapat membantu pengelola

suatu perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada pihak

eksternal, dari penjelasan tersebut sesuai dengan penjelasan yang disampaikan

oleh narasumber yang pertama Bapak Sudarwo, S.H.,

“Ya, kalau dari pendapat saya bisa memudahkan, karena sistem itu
terkait dengan otomatisasi, jadi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
dalam proses input transaksi yang ada sehingga dapat menghasilkan laporan
keuangan yang akurat dapat dipercaya.”

Kemudian Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes Astagina dengan

pertanyaan yang sama juga menjelaskan bahwa,

“Dapat membantu dan dapat memberikan kemudahan dalam


penyusunan laporan keuangan serta dapat mebghasilkan laporan keuangan
yang mungkin lebih baik dari sebelumnya untuk dijadikan sebagai dasar evaluasi
dan pengambilan keputusan.”

Sementara itu, Bapak Widi Prasetyo selaku sekretaris BUMDes

Astagina, mengemukakan terkait dengan, apakah dengan penerapan SIA untuk

pengelolaan keuangan BUMDes dapat memperbaiki kualitas pada laporan

keuangan?

“Ya, bisa jika dilihat dari fitur yang ada pada aplikasi SAAB.Syncore
tersebut.”
Kemudian adapun pernyataan yang disampaikan oleh narasumber

yang ke empat Ibu Priyatin selaku Bendahara BUMDes Astagina, dengan

pertanyaan yang sama,

“Jika dilihat dari akses dan fitur dari aplikasinya, bisa memperbaiki
kualitas laporan keuangan dan bisa meningkatkan keefektivan dan efisiensi
dalam proses penyusunan laporan keuangan BUMDes.”

Dari pemaparan di atas, kemudian dikuatkan lagi pada instrumen

pertanyaan terkait dengan, apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan

keuangan BUMDes dapat menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu

sehingga bisa melakukan aktivitas utama pada value chain secara efektif dan

efisien? Dalam hal ini narasumber ke tiga Bapak Widi Prasetyo selaku

sekretaris BUMDes Astagina mengemukakan jawaban bahwa.

“ Jika dilihat dari aplikasi SAAB.Syncore tersebut dengan layanan yang


ada bisa memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan karena sudah
adanya otomatisasi sehingga mungkin jika sudah diterapkan akan menghasilkan
laporan keuangan yang lebih akurat .”

Didukung pada pemaparan jawaban dengan pertanyaan yang sama, oleh

Ibu Priyatin selaku bendahara BUMDes Astagina sebagai berikut.


“Ya, bisa mba mungkin jika memang sudah diterapkan akan memberi
kemudahan sehingga membantu mempercepat dengan fitur otomatisasi yang
tersedia dan dapat menhasilkan laporan keuangan yang lebih akurat .”

Berdasarkan pemaparan keempat narasumber tersebut dapat

disimpulkan bahwa terkait dengan bagaimana peran SIA dalam penyusunan

laporan keuangan pada BUMDes Astagina sebenarnya memiliki tujuan dapat

memberikan kemudahan dengan diberikan akses sebuah aplikasi saab.syncore

untuk membantu dalam proses penyusunan laporan keuangan. Namun karena

beberapa hal dan yang terutama masih kurang pahamnya para pengelola

BUMDes terkait dengan penerapan SIA jadi setelah dilakukan pelatihan sampai

saat ini belum menerapkan oleh karena hal tersebut, kebermanfaatan SIA untuk

BUMDes belum dapat dirasakan oleh para pengelola BUMDes.

4. Penerapan SIA Pada Pengelolaan Keuangan BUMDes

Kebutuhan informasi pada perusahaan telah menciptakan sistem-

sistem informasi menurut bidangnya masing-masing. Informasi di bidang

akuntansi telah menciptakan suatu sistem informasi akuntansi, demikian pula

di bidang manajemen telah tercipta suatu sistem informasi manajemen.

Informasi akuntansi yang tepat, akurat dan cepat akan memberikan dampak

yang baik bagi keberlangsungan perusahaan. Selain itu dengan informasi

akuntansi yang akurat juga memberikan nama baik perusahaan atas kinerja

yang telah dilakukan. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penerapan

sistem informasi akuntansi pada BUMDes Astagina maka dibuat pertanyaan

dalam instrumen wawancara dimana pertanyaannya yaitu apakah penerapan

SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes dapat meningkatkan kesejahteraan


masyarakat desa dan memilki pengaruh baik pada pengelolaan keuangan

BUMDes?

“Ya, jelas bisa karena dengan laporan keuangan yang sesuai maka dapat
dipertanggung jawabkan dan dijadikan sebagai dasar evaluasi serta
pengambilan keputusan untuk keberlangsungan BUMDes yang dari program-
programnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakayt desa.”

Sementara itu, Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes Astagina

dengan pertanyaan yang sama juga mengatakan,

“Ya, bisa pengelolaan keuangan yang efektif dengan penerapan sistem


maka dapat menghasilkan laporan keuangan BUMDes yang lebih baik sehingga
dapat melahirkan kepercayaan masyarakat .”

Pada narasumber yang ketiga Bapak Widi Prasetyo selaku sekretaris

BUMDes Astagina dengan pertanyaan, apakah dengan penerapan SIA untuk

BUMDes memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan keuangan atau

malah menjadikan semakin sulit karena harus paham dan menggunakan

teknologi informasi?

“Kesulitannya karena masih belum paham dari mana harus memulainya


dan ditambah lagi kami selaku pengelola tidak diberikan petunjuk untuk
mengakses SIA tersebut”

Sementara itu Ibu Priyatin selaku bendahara BUMDes Astagina dengan

pertanyaan yang sama dengan sekretaris BUMDes Astagina menyatakan,

“Ya, sulitnya karena kami selaku pengelola BUMDes masih belum begitu
paham dan masih ragu-ragu untuk bisa menerapkan SIA, dan takut apabila
terjadi kesalahan karena ketidak pahaman kami, namun jika sudah paham
mungkin bisa memberikan kemudahan dalam proses penyusunan laporan
keuangan BUMDes.”
Adapun instrumen wawancara terkait dengan apakah sarana dan

prasarana yang ada sudah mendukung pada penerapan SIA untuk pengelolaan

keuangan BUMDes? Dalam hal ini narasumber yang ke tiga Bapak Widi

Prasetyo selaku sekretaris BUMDes Astagina mengemukakan dalam jawaban

wawancaranya.

“Belum, kami menggunakan sarana prasarana milik pribadi dan hanya


disediakan printer saja.”

Sementara itu narasumber yang ke empat Ibu Priyatin selaku

bendahara BUMDes Astagina dengan pertanyaan yang sama mengemukakan

terkait dengan sara prasarana untuk pengelolaan BUMDes Astagina sudah

mendukung atau belum.

“Belum, kami menggunakan sarana prasarana milik pribadi dan hanya


disediakan printer saja.”

Kemudian didukung juga pada instrumen wawancara terkait dengan,


apakah ada pendampingan dan pemantauan dari pihak yang memberikan
pelatihan SIA untuk pengelolaan keuangan pada BUMDes Astagina? Pertanyaan
ini ditujukan kepada narasumber ke tiga dan ke empat selaku sekretaris dan
bendahara BUMDes Astagina. Dalam hal ini narasumber ke tiga Bapak Widi
Prasetyo selaku sekretaris BUMDes Astagina menjawab dalam wawancaranya,
bahwa.

“Tidak ada pendampingan dan pemantauan kembali dari pihak

pelaksana pelatihan SIA.”

Dari pemaparan di atas oleh sekretaris BUMDes Astagina juga didukung

dalam jawaban wawancaranya oleh narasumber ke empat Ibu Priyatin selaku

bendahara, bahwa.
“Sejauh ini tidak ada pendampingan dan pemantauan kembali terkait
dengan penerapan SIA untuk BUMDes.”

Pertanyaan yang selanjutnya adalah pertanyaan yang berkaitan dengan,

bagaimana pengaruh penerapan SIA dalam proses penyusunan laporan

keuangan pada BUMDes Astagina? Pertanyaan ini ditujukan untuk sekretaris

dan bendahara BUMDes Astagina. Dalam hal ini narasumber ke tiga Bapak Widi

Prasetyo selaku sekretaris menjawab dalam wawancaranya.

“Sejauh ini, belum dapat dirasakan pengaruh dari adanya SIA utuk
BUMDes yang telah kami dapatkan karena belum diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan BUMDes.”

Dalam hal ini, narasumber ke empat yaitu Ibu Priyatin selaku bendahara

BUMDes Astagina juga menjelaskan hal sama terkait dengan bagaimana

pengaruh penerapan SIA dalam proses penyusunan laporan keuangan pada

BUMDes Astagina?

“Untuk pengaruh dari penerapan SIA untuk BUMDes belum ada karena
belum menerapkannya dalam proses penyusunan laporan keuangan.”

Kemudian untuk menguji penerapan SIA pada pengelolaan keuangan

BUMDes yang kelima pertanyaannya adalah sejauh mana campur tangan

pemerintah dalam penerapan SIA untuk pengelolaan laporan keuangan

BUMDes, dan Bapak Widi Prasetyo selaku sekretaris BUMDes Astagina

menjelaskan apakah ada campur tangan pemerintah dalam pengelolaan

BUMDes Astagina.

“Belum ada, paling hanya terkait dengan pemantauan penyusunan

Laporan keuangan dan pelaksanaan program kerja BUMDes.”


Kemudian Ibu Priyatin selaku bendahara BUMDes Astagina juga

menjelaskan dengan maksud yang sama mengenai apakah ada campur tangan

dari pemerintah dalam pengelolaan BUMDes.

“Sejauh ini belum ada hanya pemantauan saja terkait dengan pelaksanaan
program dan laporan pertanggung jawaban BUMDes.”

Dari pemaparan keempat narasumber di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa pada dasarnya terkait dengan bagaimana penerapan SIA

pada pengelolaan keuangan BUMDes untuk BUMDes Astagina setelah mengikuti

pelatihan belum ada tindak lanjut untuk menerapkan SIA pada proses

penyusunan laporan keuangan, karena beberapa faktor. Kemudian sampai saat

ini penyusunan laporan keuangan BUMDes Astagina masih secara manual dan

mengedepankan yang penting pada bagian neraca dan laporan laba rugi itu

balance. Kemudian para pengelola BUMDes Astagina sebenarnya mengetahui

manfaat apa yang didapatkan jika menerapkan SIA untuk BUMDes yang

berbentuk aplikasi SAAB.Syncore tersebut, hal ini dapat dilihat dari pemaparan

atas jawaban wawancara terkait dengan penerapan SIA untuk pengelolaan

keuangan pada BUMDes. Sejauh ini setelah mengikuti pelatihan SIA oleh

BUMDes.id belum ada pematauan dan pendampingan lebih lanjut, karena hal ini

para pengelola masih belum bisa menerapkan SIA untuk penyusunan laporan

keuangan karena masih kurang paham dengan fitur dan memulai dari bagian

mana dalam penerapan aplikasi SAAB,Syncore tersebut. Terkait dengan campur

tangan pemerintah desa dalam pengelolaan BUMDes, sejauh ini tidak ada hanya

pemantauan secara berkala terkait dengan penyusunan laporan keuangan dan

pelaksanaan program.

5. Kendala Dalam Penerapan SIA Untuk BUMDes


Pelaksanaan penyusunan laporan pertanggung jawaban BUMDes

dilakukan selama satu periode yang telah dilakukan yaitu selama satu tahun

duabelas bulan dalam bentuk dokumen tertulis. Dalam pelaksaanaannya pada

BUMDes Astagina penyusunan laporan keuangan dilakukan sebanyak dua

semester dalam satu tahun atau enam bulan sekali kemudian diajukan kepada

direktur untuk dilakukan pemeriksaan kembali dan kemudian diserahkan

kepada komisaris. Untuk menguji bagaimana penerapan SIA untuk BUMDes, di

dalam instrumen wawancara terdapat pertanyaan yaitu apakah kualitas SDM

mempengaruhi dalam pengelolaan BUMDes khususnya untuk proses

penyusunan laporan keuangan dengan penerapan SIA? Dalam hal ini Bapak

Sudarwo, S.H., selaku komisaris BUMDes Astagina menjelaskan dalam

wawancaranya,

“Ya, berpengaruh terkait dengan tingkat kepahaman mereka pada tugas


yang sedang dijalankan sehingga mampu mempercepat dalam proses
penyusunan laporan keuangan BUMDes dan yang paling utama kemauan
semangat mereka dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan.”

Selaras juga dengan Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes Astagina

yang juga menjelaskan berkaitan dengan pertanyaan yang sama tentang

bagaimana pengaruh kualitas SDM dalam proses penyusunan laporan

keuangan,

“Ya, ada pengaruhnya apalagi berkaitan dengan pemanfaatan teknologi


informasi dan sistem dalam pengelolaan keuangan BUMDes.”

Berkaitan dengan pengeruh kualitas SDM dalam pengelolaan BUMDes,

Bapak Widi Prasetyo selaku sekretaris juga mengemukakan dalam jawaban

wawancaraanya.
“Sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan program-program

BUMDes sampai pada pengelolaan keuangan hingga penyusunan laporan


keuangan BUMDes dengan penerapan SIA.”

Kemudian Ibu Priyatin selaku bendahara juga mengemukakan dalam

wawancaranya terkait dengan hal yang sama pengeruh kualitas SDM dalam

pengelolaan BUMDes.

“Ya, sangat mempengaruhi dalam pengelolaan keuangan khususnya


terkait dengan penerapan SIA harus benar-benar orang yang mudah paham
dalam menerima penjelasan dan arahan, karena untuk aplikasi SAAB.Syncore ini
belum ada semacam petunjuk atau tutorial sehingga setidaknya kami bisa
mangaksesnya sendiri.”

Pertanyaan selanjutnya adalah pertanyaan yang berkaitan dengan

menguji hambatan dalam penerapan SIA untuk BUMDes, dimana

pertanyaannya adalah apakah sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes

untuk dapat menerapkan sistem dan standarisasi keuangan baru. Bapak

Sudarwo, S.H., menjelaskan mengenai pertanyaan tersebut sebagai berikut.

“Jika dari sudut pandang saya, insyaallah sebenarnya sudah ada kesiapan
namun memang ya masih perlu pendampingan.”

Dalam hal ini narasumber yang ke dua yaitu Bapak Riyanto selaku

direktur BUMDes Astagina juga menjelaskan hal sama terkait dengan apakah

sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes untuk dapat menerapkan sistem

dan standarisasi keuangan baru.

“Ya, jika dilihat sudah ada kesiapan namun tetap saja para pengelola
masih membutuhkan pendampingan jika terkait dengan penerapan sistem.”
Narasumber ke tiga Bapak Widi Prasetyo selaku sekretaris BUMDes

Astagina membenarkan mengenai kesiapan pengelola BUMDes untuk

menerapkan sistem dan standarisasi keuangan baru.

“Sebenarnya siap, hanya saja masih ada keraguan takut salah karena
masih kurang paham terkait dengan SIA untuk BUMDes.”

Dalam hal ini narasumber ke empat Ibu Priyatin selaku bendahara

BUMDes Astagina mengemukakan dalam jawaban wawancaranya.

“ Jika dari saya sendiri sebenarnya termotivasi untuk bisa menerapkan


SIA untuk BUMDes tersebut namun menjadi kurang semangat karena ada
beberapa kesulitan dalam mengaksesnya.”

Kemudian pada pertanyaan untuk menguji hambatan dalam penerapan

SIA untuk BUMDes dengan pertanyaan apakah terdapat kesulitan dalam

mengakses SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes. Dalam hal ini, Bapak

Widi Prasetyo selaku sekretaris BUMDes Astagina mengemukakan dalam

jawaban wawancaranya bahwa.

“Ya, ada untuk kendala dalam mengakses SIA tersebut terkadang


koneksi internet dan kami masih kurang paham bagaimana memulai menyusun
laporan keuangan dengan menggunakan fitur yang ada pada aplikasi
SAAB.Syncore tersebut.”
Ibu Priyatin selaku bendahara BUMDes Astagina menjawab hal yang

sama mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan apakah terdapat kesulitan

dalam mengakses SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes?

“Ya, ada untuk kendala sarana prasarana belum mendukung karena


terkadang laptop dan koneksi internet error kemudian pemahaman kami terkait
dengan penggunaan aplikasi SAAB.Syncore tersebut walaupun jika dilihat fitur-
fitur yang ada sebetulnya bisa memberikan kemudahan bagi kami karena sudah
tertera.”
Dari keempat narasumber tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

upaya penerapan SIA pada BUMDes Astagina masih terdapat beberapa kendala

atau kesulitan yang menyebabkan para pengelola belum menerapkan SIA untuk

BUMDes yang berbentuk aplikasi SAAB.Syncore. Dari adanya hal tersebut

kualitas SDM pada pengelolaan BUMDes Astagina juga sangat berpengaruh

terhadap pelakasanaan program-program kerja yang dijalankan sampai pada

tahap penyusunan laporan keuangan atau laporan pertanggung jawaban

BUMDes. Kemudian kesulitan pada saat mengakses SIA untuk BUMDes dimana

para pengelola BUMDes masih perlu pendampingan lebih lanjut untuk lebih

paham dan mampu menerapkan SIA tanpa rasa ragu-ragu karena aplikasi

SAAB.Syncore ini hanya bisa diakses secara online dan memang para pengelola

belum diberikan petunjuk atau arahan lebih jelas terkait dengan penerapannya.

Adapun sarana prasarana yang mendukung dalam upaya penerapan SIA untuk

BUMDes dalam proses penyusunan laporan keuangan serta jaringan atau

koneksi internet yang stabil.

6. Prosedur Dalam Pelaporan dan Transparansi Laporan Keuangan

BUMDes

Pelaksanaan penyusunan laporan pertanggung jawaban BUMDes

dilakukan selama satu periode yang telah dilakukan selama satu tahun duabelas

bulan dalam bentuk dokumen. Kegiatan tersebut berupa pelaporan dari ketua

BUMDes berupa seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Termasuk semua

kendala dalam program kerja dan saran yang diberikan. Pelaporan sekretaris

berupa jadwal agenda rapat yang telah terlaksana selama pra kegiatan, hasil

rapat yang telah terlaksana dan jumlah proposal yang dikirim. Bendahara juga

harus melaporkan kegiatan selama satu periode berupa seluruh keuangan


mulai dari sumber dana, tambahan dana yang diperoleh dan pengeluaran dana

yang dipergunakan.

Kegiatan penyusunan laporan yang telah dibuat maka perlu

disampaikan kepada tingkat atas. Hal ini bertujuan sebagai bentuk pertanggung

jawaban atas kegiatan yang telah terlaksana. Dari hal tersebut di dalam

instrumen wawancara terdapat pertanyaan yang digunakan untuk menguji

bagaimana prosedur dalam pelaporan dan transparansi laporan keuangan

BUMDes yaitu, bagaimana teknis yang dilakukan dalam proses pelaporan

keuangan pada BUMDes Astagina saat ini? Dalam hal ini Bapak Sudarwo, S.H.,

menjelaskan dalam wawancaranya.

“Untuk laporan keuangan disusun oleh bendahara dibantu juga dengan


sekretaris setelah mendapatkan laporan atau rekapan keuangan dari
koordinator pada unit usaha, kemudian laporan keuangan tersebut diserahkan
kepada direktur setelah di dicek dan sudah sesuai diserahkan kepada saya selaku
komisaris, tahap yang terakhir adalah pemaparan laporan keuangan pada rapat
internal keanggotaan dan pada musyawarah desa yang dihadiri oleh perangkat
desa, badan pengawas seperti BPD dan LP3M serta perwakilan dari masyarakat.”

Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes Astagina juga menjelaskan

berkaitan dengan pertanyaan yang sama tentang bagaimana teknis yang

dilakukan dalam proses pelaporan keuangan pada BUMDes Astagina.

“Penyusunan laporan keuangan dilakukan oleh bendahara dan


sekretaris, jika sudah selesai diserahkan kepada saya selaku direktur, kemudian
akan dilakukan koreksi jika semua sudah sesuai maka akan saya ajukan kepada
komisaris untuk selanjutnya segera dipaparkan dalam rapat anggota internal
BUMDes dan musayawarah desa (musdes).”

Pertanyaan selanjutnya adalah pertanyaan yang berkaitan dengan

menguji prosedur dalam pelaporan dan transparansi laporan keuangan


BUMDes, dimana pertanyaaannya adalah apakah selaku pimpinan BUMDes

sudah melakukan pemantauan secara berkala terhadap kinerja keuangan

BUMDes. Pertanyaan ini ditujukan kepada komisaris dan bendahara BUMDes

Astagina. Dalam hal ini narasumber pertama Bapak Sudarwo, S.H., selaku

komisaris mengemukakan dalam wawancaranya.

“Ya, melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program-program


BUMDes dan mengingatkan untuk para pengelola segera menyusun laporan
keuangan untuk menanggulangi keterlambatan laporan pertanggung jawaban.”

Narasumber ke dua Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes Astagina

juga menjelaskan hal sama terkait dengan pemantauan pada kinerja keuangan

pengelolaan BUMDes sebagai berikut.

“Ya, untuk mengingatkan para pengelola segera menyusun laporan


pertanggung jawaban BUMDes.”

Dari kedua penjelasan yang telah disampaikan oleh narasumber di atas

maka dapat disimpulkan bahwa, terkait dengan prosedur laporan keuangan

atau dikenal dengan laporan pertanggung jawaban oleh BUMDes Astagina

sudah dilakukan secara terstruktur sehingga terlihat bahwa untuk proses

pelaporan bisa terkoordinir dengan baik dimana setiap pihak yang

bersangkutan dapat mengerti dan paham dengan tugas dan wewenang yang

dimiliki. Dalam hal ini juga para pimpinan BUMDes Astagina juga menjalankan

wewenangnya melakukan pemantauan terhadap kinerja keuangan sehingga

dari ini dapat dibuktikan bahwa adanya keterbukaan dan saling mengoreksi

dalam penyusunan laporan keuangan BUMDes Astagina.

7. Pencapaian Transparansi Keuangan BUMDes yang Dilakukan Oleh

Para Pengelola Kepada Pemerintah Desa Dan Masyarakat Desa


Pada instrumen wawancara juga terdapat pertanyaan-pertanyaan

yang bertujuan untuk menguji sejauh mana pencapaian transparansi keuangan

BUMDes yang dilakukan oleh pengelola kepada pemerintah desa dan

masyarakat desa. Adapun pertanyaan yang pertama yaitu, Apa yang menjadi

tolok ukur dalam pencapaian transparansi keuangan BUMDes? Narasumber

pertama Bapak Sudarwo, S.H., menyatakan mengenai hal tersebut bahwa,

“Pada intinya dari kami selaku pengelola BUMDes mendapat


kepercayaan dan dukungan besar dari Pemerintah Desa dan masyarakat desa
dalam menjalankan program BUMDes dan penggunaan penyertaan Dana Desa.”

Narasumber yang kedua Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes

Astagina juga menjelaskan berkaitan dengan pertanyaan terkait apa yang

menjadi tolok ukur dalam pencapaian transparansi keuangan BUMDes.

“Tolok ukur pencapaian transparansi laporan keuangan BUMDes itu


mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari pemerintah desa dan masyarakat
desa dalam menjalankan program-program kerja BUMDes selanjutnya.”

Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan selanjutnya untuk

menguji sejauh mana pencapaian transparansi keuangan BUMDes yang telah

dilakukan oleh pengelola kepada pemerintah desa dan pihak terkait dengan

pertanyaan siapa yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan transparasni

pengelolaan keuangan BUMDes. Pada pertanyaan ini ditujukan kepada

pimpinan yaitu komisaris dan direktur BUMDes Astagina. Dari hal tersebut

narasumber pertama Bapak Sudarwo, S.H., selaku komisaris BUMDes Astagina

mengemukakan dalam wawancaranya bahwa.

“Direktur yang bertanggung jawab penuh terhadap laporan pertanggung


jawaban BUMDes.”
Narasumber kedua Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes Astagina

juga menjelaskan yang sama mengenai siapa yang bertanggung jawab dalam

proses transparansi keuangan BUMDes.

“Yang bertanggung jawab terkait dengan pelaksanaan transparansi


laporan keuangan BUMDes saya sendiri selaku direktur.”

Pertanyaan selanjutnya adalah pertanyaan yang berkaitan dengan

menguji bagaimana pencapaian transparansi keuangan BUMDes dengan

pertanyaan, bagaimana tindak lanjut setelah dilakukan pemaparan terkait

dengan dengan pengelolaan keuangan yang sudah disusun dalam bentuk

laporan keuangan BUMDes pada musyawarah desa (musdes), Bapak Sudarwo,

S.H., menjelaskan mengenai pertanyaan tersebut sebagai berikut.

“Untuk tindak lanjut dari rapat internal dan musdes yaitu dilakukan
diskusi untuk program BUMDes selanjutnya yang kiranya mampu untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan bisa menambah pendapatan
asli desa (PADes) kemudian melakukan publikasi terkait dengan rincian
penggunaan penyertaan Dana Desa untuk pengelolaan BUMDes.”

Dalam hal ini narasumber ke dua Bapak Riyanto selaku direktur

BUMDes Astagina dengan pertnyaan yang sama terkait dengan tindak lanjut

setelah dilakukan pemaparan laporan keuangan BUMDes pada musyawarah

desa (musdes).

“Melakukan diskusi untuk program keberlanjutan dari BUMDes dan


melakukan publikasi terkait dengan laporan keuangan BUMDes dalam
penggunaan penyertaan Dana Desa.”

Adapun pertanyaan selanjutnya terkait dengan manfaat yang dapat

diperoleh dari adanya transparansi terhadap laporan keuangan BUMDes


Astagina. Sementara itu narasumber yang pertama Bapak Sudarwo, S.H., selaku

komisaris BUMDes Astagina menjawab dalam wawancaranya.

“Tumbuhnya kepercayaan dan dukungan dari masyarakat desa terhadap


program-program BUMDes.”

Kemudian diperkuat juga oleh narasumber yang kedua Bapak Riyanto

selaku direktur BUMDes Astagina dengan pertanyaan yang sama

mengemukakan dalam jawaban wawancaranya bahwa.

“Tidak ada salah persepsi, kecurigaan, tuduhan yang kurang baik dan
melahirkan kepercayaan serta dukungan masyarakat desa terhadap pengelolaan
BUMDes.”

Pertanyaan wawancara yang selanjutnya yaitu berkaitan dengan

bagaimana keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan transparansi laporan

keuangan BUMDes. Dalam hal ini narasumber pertama Bapak Sudarwo, S.H.,

selaku komisaris BUMDes Astagina mengemukakan dalam jawaban

wawancaranya sebagai berikut.

“Ada beberapa masyarakat yang menjadi perwakilan dalam musyawarah


desa sehingga mereka diharapkan mengetahui terkait dengan laporan keuangan
BUMDes sehingga tidak ada kecurugaan terhadap pengelolaan keuangan
BUMDes yang menggunakan penyertaan Dana Desa.”

Kemudian narasumber ke dua Bapak Riyanto selaku direktur BUMDes


Astagina juga menjelaskan mengenai hal tersebut.

“Beberapa masyarakat turut diundang sebagai perwakilan dalam


musyawarah desa (musdes) dan masyarakat juga bisa ikut serta berkontribusi
serta antusias terhadap program-program dari BUMDes karena pada dasarnya
BUMDes sendiri adalah dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk
masyarakat.”
Berdasarkan jawaban wawancara yang telah dikemukan oleh

narasumber di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa terkait dengan

sejauh mana pencapaian transparansi keuangan BUMDes yang dilakukan oleh

para pengelola kepada pemerintah desa dan masyarakat desa sudah dilakukan

pemaparan laporan keuangan BUMDes Astagina secara terstruktur dan dihadiri

serta diketahui oleh perangkat desa, badan pengawas BUMDes dan perwakilan

masyarakat desa. Dalam hal ini pencapaian transparansi pengelolaan keuangan

BUMDes Astagina sudah bisa dikatakan berhasil, dimana sebagian besar

masyarakat desa tidak ada kecurigaan terhadap laporan keuangan BUMDes

juga pelaporan dilaksanakan secara terbuka dipublikasikan juga pada media

media masa sehingga masyarakat juga mudah untuk mengakses. Kemudian

terkait dengan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan transparansi

keuangan BUMDes juga sudah dilakukan, dimana dengan menghadirkan

perwakilan masyarakat dalam pemaparan laporan pertanggung jawaban

BUMDes.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Kendala-kendala dalam penerapan sistem informasi untuk pengelolaan

keuangan BUMDes:

a. Terdapat kesulitan pada saat akan mengakses SIA untuk BUMDes yang

berbentuk aplikasi SAAB.Syncore. Para pengelola BUMDes Astagina

sudah bisa log in namun beberapa fitur yang tersedia di dalam aplikasi

tersebut tidak bisa diakses sehingga sampai saat ini meskipun sudah

mengikuti pelatihan belum menerapkan SIA untuk BUMDes.

b. Peran sumber daya manusia (SDM) dalam pengelolaan BUMDes Astagina

sangat besar khususnya pada pengelolaan keuangan hingga penyusunan

laporan pertanggungjawaban atau laporan keuangan BUMDes. Dalam hal

ini pemahaman mendasar terkait dengan laporan keuangan, para

pengelola BUMDes sudah memahami meskipun laporan keuangan

disusun sederhana menggunakan microsoft ecxel dan masih hanya


mengutamakan balance (seimbang). Berkaitan dengan penerapan SIA

untuk BUMDes karena para pengelola sudah mengikuti pelatihan maka

dalam pengelolaan keuangan diharapkan dapat menerapkan SIA

tersebut sehingga laporan keuangan yang disusun dapat sesuai dengan

standar akuntansi keuangan (SAK). Namun karena masih kurangnya

pemahaman para pengelola BUMDes dalam mengakses dan menerapkan

SIA untuk BUMDes yang berbentuk aplikasi SAAB.Syncore ini

mengakibatkan sampai pada saat ini belum menerapkannya.

c. Masih rendahnya motivasi para pengelola BUMDes Astagina dalam

menerapkan SIA untuk BUMDes yang berbentuk aplikasi SAAB.Syncore.

Kurang motivasi ini, juga disebabkan karena kesulitan dalam mengakses

fitur-fitur yang terdapat dalam aplikasi, pengelola BUMDes yang

terkadang fokus pekerjaannya masih terbagi dengan pekerjaan lain,

tidak ada tutorial atau petunjuk lebih lanjut dan minimnya waktu untuk

pendampingan dari pihak yang kompeten dalam bidang SIA, para

pengelola yang mengakui masih kurang paham dengan penerapan SIA

tersebut dan dirasa pelatihan saat itu masih kurang maksimal karena

melalui zoom meeting kemudian sarana prasarana yang masih kurang

mendukung.

d. Rendahnya kesadaran para pengelola BUMDes Astagina terkait dengan

manfaat ataupun peranan SIA dalam pengelolan keuangan sampai pada

proses penyusunan laporan pertanggungjawaban sehingga dapat

menghasilkan laporan keuangan yang akurat sesuai dengan SAK dan

dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi serta pengambilan keputusan

bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


2. Tindakan yang harus segera dilakukan untuk mengatasi kendala dalam

penerapam SIA untuk BUMDes:

a. Pemberian tutorial dan pendampingan kepada para pengelola dalam

mengakses SIA untuk BUMDes yang berbentuk aplikasi SAAB.Syncore

sehingga bisa memudahkan dan mampu meningkatkan semangat dalam

penerapan SIA tersebut.

b. Adanya pendampingan lebih lanjut dari pihak yang mengadakan

pelatihan SIA untuk BUMDes. Karena pada dasarnya para pengelola

BUMDes sudah antusias dalam mengikuti pelatihan SIA namun

terhambat pemahaman yang masih kurang karena pelatihan

dilaksanakan melalui zoom meeting. Dalam hal ini pengelola BUMDes

mengakui ada keinginan untuk bisa menggunakan aplikasi tersebut

karena percaya jika nanti sudah paham akan memeberikan kemudahan

dan bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses

penyusunan laporan keuangan BUMDes.

c. Pengadaan sarana prasarana yang mendukung untuk kepentingan para

pengelola BUMDes. Dalam hal ini kelengkapan sarana prasarana sangat

mempengaruhi juga terhadap kinerja ditambah lagi jika sudah

menerapkan SIA untuk BUMDes sampai pada jaringan ataupun koneksi

internet juga harus stabil. Dukungan sarana prasarana ini secara tidak

langsung juga dapat meningkatkan semangat dan motivasi para

pengelola dalam bekerja, administrasi pengelolaan hingga dalam

penyusunan laporan keuangan BUMDes.

d. Memberikan arahan kepada para pengelola pengelola BUMDes Astagina

terkait pentingnya penerapan SIA dalam proses penyusunan laporan


keuangan. Penerapan SIA untuk BUMDes ini dapat memberikan

kemudahan kepada para pengelola untuk mengukur kondisi unit usaha

BUMDes yang dijalankan. Mampu menyediakan informasi yang akurat

dan tepat waktu sehingga BUMDes dapat melakukan aktivitas utama

secara efektif dan efisien. Selain itu, berperan juga dalam pengambilan

keputusan pada unit usaha BUMDes yang sehingga dapat berjalan

dengan baik sesuai dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian

dan kesejahteraan masyarakat serta membantu berkontribusi dalam

usaha meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes).

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Berdasarkan penelitian ini maka implikasi dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Penelitian memberikan kontribusi ilmi pengetahuan terkait pentingnya

peran SIA dalam pengelolaan keuangan pada BUMDes.

b. Penelitian telah memberikan tambahan informasi tentang pentingnya

penerapan SIA untuk BUMDes dalam pengelolaan keuangan sehingga

mendukung pada proses transparansi.

c. Penelitian ini secara tidak langsung memberikan sumbangan secara praktis

yang diberikan oleh peneliti kepada para pengelola BUMDes berupa arahan

dan proses penerapan SIA untuk BUMDes dengan aplikasi SAAB.Syncore.

2. Implikasi Kebijakan

Hasil penelitian menunjukan bagaimana peran adanya SIA untuk

BUMDes dalam proses penyusunan laporan keuangan kepada para pengelola,

arahan dan proses dalam penyusunan laporan keuangan dengan menerapkan


SIA, hambatan dan pencapaian dalam transparansi pengelolaan keuangan

BUMDes.

Adanya SIA untuk BUMDes dapat membantu memberikan

kemudahan terhadap proses pemyusunan laporan keuangan yang dilakukan

oleh para pengelola BUMDes dan dapat menghasilkan laporan keuangan yang

lebih akurat sehingga sesuai dan tepat untuk dijadikan sebagai dasar dalam

proses evaluasi pengelolaan BUMDes hingga pengambilan keputusan untuk

pihak-pihak yang berkepentingan.

SIA dalam hal ini juga memiliki peran penting sebagai dasar dalam

dalam transparansi pada laporan keuangan atau laporan pertanggungjawaban

BUMDes yang disampaikan kepada pemerintah desa dan masyarakat Desa Pagak

Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara, sehingga dapat

memberikan persepsi positif terhadap pengelolaan keuangan yang berasal dari

penyertaan modal Dana Desa (DD) untuk pengelolaan BUMDes. Selain itu juga

mampu meningkatkan dukungan, kepercayaan dan antusias masyarakat serta

pihak-pihak yang terkait terhadap pelaksanaan program-program BUMDes dan

meminimalisir persepsi tidak baik terhadap pengelolaan keuangan BUMDes oleh

para pengelola.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini, maka

peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

1. BUMDes Astagina

a. Pengelola BUMDes Astagina perlu melakukan upgrading terkait dengan

tahapan dalam penyusunan laporan keuangan dengan penerapan SIA

dengan pihak-pihak yang kompeten.


b. Adanya penetapan job desk pada pengelola BUMDes yang jelas sehingga

para pengelola dapat lebih paham terkait dengan tugas pada masing-

masing bagian dan tidak terkesan ada beberapa anggota yang pasif.

c. Menjalin kemitraan dengan pihak-pihak yang bisa saling memberikan

kebermanfaat terhadap pengelolaan BUMDes.

d. Meningkatkan kerjasama antar pengelola BUMDes dalam pengelolaan

hingga penyusunan laporan keuangan sehingga dapat terkoordinir

dengan baik dan membantu dalam meningkatkan efektivitas dan

efisiensi sehingga laporan keuangan dapat diajukan tepat waktu kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

e. Pengelola BUMDes perlu melakukan koordinasi kepada pemerintah desa

terkait dengan laporan pertanggung jawaban sehingga dapat membantu

mempercepat dalam proses penyusunan laporan keuangan BUMDes.

f. Pengelola BUMDes Astagina perlu diberikan arahan secara intens terkait

pentingnya penerapan SIA dalam proses penyusunan laporan keuangan.

Penerapan SIA untuk BUMDes ini dapat memberikan kemudahan kepada

para pengelola untuk mengukur kondisi unit usaha BUMDes yang

dijalankan. Mampu menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu

sehingga BUMDes dapat melakukan aktivitas utama secara efektif dan

efisien. Selain itu, berperan juga dalam pengambilan keputusan pada

unit usaha BUMDes yang sehingga dapat berjalan dengan baik sesuai

dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat serta membantu berkontribusi dalam usaha meningkatkan

Pendapatan Asli Desa (PADes).

2. Akademik
Pada penelitian dengan tema sistem informasi akuntansi pada

pengelolaan keuangan dalam meningkatkan transparansi, peneliti berharap

hasil penelitian ini bisa menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya dan peneliti

juga berharap pihak akademik untuk mendukung hal yang berkaitan dengan

sistem informasi pada akuntansi keuangan publik.

3. Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya, masalah terkait dengan penerapan SIA pada

pengelolaan keuangan BUMDes dapat dijadikan sebagai sampel penelitian

selanjutnya karena BUMDes saat ini menjadi badan usaha yang dapat

meningkatkan kesejahteraanm masyarakat suatu daerah.

b. Objek penelitian ini belum dijadikan pedoman, karena terbatasnya waktu

peneliti dalam menggali informasi kepada seluruh informan yang mengerti

terkait dengan pengelolaan keuangan pada BUMDes. Sehingga untuk

penelitian selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih

mendalam kepada BUMDes tidak hanya pada satu wilayah saja akan tetapi

seluruh wilayah di Kabupaten Banjarnegara.

c. Kriteria sampel penelitian selanjutnya dapat diperluas lagi, sehingga

permasalahan pada penerapan SIA pada pengelolaan keuangan BUMDes

dalam meningkatkan transparansi dapat diketahui secara keseluruhan

dengan adanya penggalian informasi secara merata kepada pengelola

BUMDes.
Lampiran 1

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada

penelitian yang berjudul “Implementasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Dalam

Meningkatkan Transparansi Pengelolaan Keuangan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) Astagina”. Berikut daftar pertanyaan untuk menjawab rumusan masalah

pada penelitian ini:

No Rumusan Masalah Pertanyaan Informan

1 Bagaimana laporan a. Menurut Bapak/Ibu selaku Komisaris


keuangan BUMDes pimpinan, sejauh mana dan Direktur
disusun? pemahaman para pengelola
BUMDes terkait penyusunan
laporan keuangan?

b. Bagaimana prosedur yang Sekretaris


dilakukan dalam penyusunan dan
laporan keuangan BUMDes? Bendahara

c. Seperti apa format laporan Sekretaris


keuangan BUMDes yang telah dan
disusun saat ini? Bendahara
d. Apakah dengan format laporan Sekretaris
keuangan yang sudah disusun dan
telah sesuai dengan informasi Bendahara
dan transaksi yang ada?

e. Apa saja kendala dalam Sekretaris


penyusunan laporan keuangan dan
BUMDes? Bendahara

f. Menurut pendapat Bapak/Ibu Komisaris


apakah laporan keuangan dan Direktur
BUMDes saat ini sudah sesuai,
jelas dan lengkap sehingga bisa
digunakan dalam proses
pengambilan keputusan dan
sebagai bahan evaluasi untuk
keberlanjutan dari BUMDes?
g. Apakah penyusunan laporan Komisaris
keuangan BUMDes sudah dan Direktur
dilakukan tepat waktu?

2 Sejauh mana pemahaman a. Setelah adanya pelatihan SIA Sekretaris


pengelola BUMDes dalam untuk pengelolaan keuangan dan
penyusunan laporan BUMDes apakah para pengelola Bendahara
sudah paham untuk kemudian
keuangan dengan
menerapkannya atau masih
menerapkan SIA untuk perlu dilakukan pendampingan
BUMDes? secara intensif?

b. Bagaimana pendapat anda Sekretaris


selaku pengelola BUMDes dan
terkait SIA setelah mengikuti Bendahara
pelatihan SIA untuk pengeolaan
keuangan BUMDes?
c. Bagaimana tindak lanjut setelah Sekretaris
mengikuti pelatihan SIA untuk dan
pengelolaan keuangan Bendahara
BUMDes?

d. Menurut Bapak/Ibu selaku Komisaris


pimpinan, sejauh mana dan Direktur
pemahaman dan motivasi
pengelola BUMDes untuk
menerapkan SIA?

3 Seberapa besar peran SIA a. Apakah dengan penerapan SIA Sekretaris


terhadap penyusunan untuk pengelolaan keuangan dan
laporan keuangan? BUMDes dapat memperbaiki Bendahara
kualitas pada laporan
keuangan?

b. Apakah dengan penerapan SIA Sekretaris


untuk pengelolaan keuangan dan
BUMDes dapat menyediakan Bendahara
informasi yang akurat dan tepat
waktu sehingga bisa melakukan
aktivitas utama pada value
chain secara efektif dan efisien?
c. Apakah dengan penerapan SIA
untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat meningkatkan
kemampuan dalam
pengambilan keputusan?

Komisaris,
Direktur,

Sekretaris
dan
Bendahara
4 Bagaimana penerapan SIA a. Apakah dengan penerapan SIA Sekretaris
pada pengelolaan untuk BUMDes memberikan dan
keuangan BUMDes? kemudahan dalam penyusunan Bendahara
laporan keuangan atau malah
menjadikan semakin sulit
karena harus paham dan
menggunakan teknologi
informasi?

b. Apakah sarana dan prasaran Sekretaris


yang ada sudah mendukung dan
pada penerapan SIA untuk Bendahara
pengelolaan keuangan
BUMDes?

c. Apakah ada pendampingan dan Sekretaris


pemantauan dari pihak yang dan
memberikan pelatihan SIA Bendahara
untuk pengelolaan keuangan
BUMDes?

d. Bagaimana pengaruh Sekretaris


penerapan SIA dalam proses dan
penyusunan laporan kuangan Bendahara
pada BUMDes Astagina?

e. Sejauh mana campur tangan Sekretaris


pemerintah dalam penerapan dan
SIA untuk pengelolaan laporan Bendahara
keuangan BUMDes?

f. Apakah penerapan SIA untuk Komisaris


pengelolaan keuangan BUMDes dan Direktur
dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
desa?
5 Apa saja hambatan dalam a. Apakah terdapat kesulitan Sekretaris
penerapan SIA untuk dalam mengakses SIA untuk dan
BUMDes? pengelolaan keuangan Bendahara
BUMDes?

b. Apakah kualitas SDM Komisaris,


mempengaruhi dalam Direktur,
pengelolaan BUMDes Sekretaris
khususnya untuk proses
dan
penyusunan laporan keuangan
dengan penerapan SIA? Bendahara

c. Apakah sudah ada kesiapan Komisaris,


dari pengelola BUMDes untuk Direktur,
dapat menerapkan sistem dan Sekretaris
standarisasi keuangan baru?
dan
Bendahara

6 Bagaimana prosedur dalam a. Bagaimana teknis yang Komisaris


pelaporan dan dilakukan dalam proses dan Direktur
transparansi laporan pelaporan keuangan BUMDes
saat ini?
keuangan BUMDes?

b. Sesuai dengan peraturan dan Komisaris


kebijakan yang ada, kapan dan Direktur
dilakukan pelaporan keuangan
oleh pengelola BUMDes kepada
Pemerintah Desa dan
masyarakat?
c. Apakah pelaporan keuangan Komisaris
BUMDes sudah dilakukan tepat dan Direktur
waktu?

d. Apakah Bapak/Ibu selaku Komisaris


pimpinan BUMDes melakukan dan Direktur
pemantauan secara berkala
terhadap kinerja keuangan
BUMDes?

7 Sejauh mana pencapaian a. Apa yang menjadi tolak ukur Komisaris


transparansi keuangan dalam pencapaian transparansi dan Direktur
BUMDes yang dilakukan keuangan BUMDes?
oleh para pengelola kepada
pemerintah desa dan
masyarakat desa?

b. Siapa yang bertanggung jawab


dalam transparansi pengelolaan Komisaris
keuangan BUMDes? dan Direktur

c. Bagaimana tindak lanjut setelah


dilakukan pemaparan terkait Komisaris
dengan pengelolaan keuangan dan Direktur
yang sudah disusun dalam
bentuk laporan keuangan
BUMDes pada musyawarah
desa (musdes)?

d. Menurut pendapat Bapak/Ibu Komisaris


apa manfaat dari adanya dan Direktur
transparansi terhadap laporan
keuangan BUMDes?

e. Bagaimana keterlibatan Komisaris


masyarakat dalam pelaksanaan dan Direktur
transparansi laporan keuangan
BUMDes?
Lampiran 3

TRANSKIP HASIL WAWANCARA


IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA) DALAM
MENINGKATKAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) ASTAGINA

A. Identitas Informan

Nama : Bapak Sudarwo, SH.

Jabatan : Kepala Desa Pagak

B. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Senin, 21 Maret 2022

Tempat : Balai Desa Pagak

Waktu : 09.00-11.00 WIB

N Pertanyaan Keterangan
o
1. Menurut Bapak selaku pimpinan, sejauh mana
pemahaman para pengelola BUMDes terkait
penyusunan laporan keuangan?

2. Menurut pendapat Bapak apakah laporan keuangan


BUMDes saat ini sudah sesuai, jelas dan lengkap Laporan Keuangan
sehingga bisa digunakan dalam proses pengambilan BUMDes Astagina
keputusan dan sebagai bahan evaluasi untuk
keberlanjutan dari BUMDes?

3. Apakah penyusunan laporan keuangan BUMDes


sudah dilakukan tepat waktu?

4. Menurut Bapak selaku pimpinan, sejauh mana Pemahaman Pengelola


pemahaman dan motivasi pengelola BUMDes untuk BUMDes Dalam Penerapan
menerapkan SIA? SIA Untuk Penyusunan
Laporan Keuangan
5. Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan Peran SIA Pada
keuangan BUMDes dapat meningkatkan Pengelolaan Keuangan
kemampuan dalam pengambilan keputusan? BUMDes
6. Apakah penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan Penerapan SIA Pada
BUMDes dapat meningkatkan kesejahteraan Pengelolaan Keuangan
masyarakat? BUMDes

Apakah kualitas SDM mempengaruhi dalam Hambatan Dalam


pengelolaan BUMDes khususnya dalam penerapan Penerapan SIA Untuk
SIA pada penyusunan laporan keuangan? BUMDes
N Pertanyaan Keterangan
o
7. Apakah sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes Hambatan Dalam
untuk dapat menerapkan sistem dan standarisasi Penerapan SIA Untuk
keuangan baru? BUMDes
8. Bagaimana teknis yang dilakukan dalam proses
pelaporan keuangan BUMDes saat ini?

9. Sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada,


kapan dilakukan pelaporan keuangan oleh pengelola Prosedur Dalam Pelaporan
BUMDes kepada Pemerintah Desa dan masyarakat? Dan Transparansi Laporan
10. Apakah pelaporan keuangan BUMDes sudah Keuangan BUMDes
dilakukan tepat waktu?
11. Apakah Bapak selaku pimpinan BUMDes melakukan
pemantauan secara berkala terhadap kinerja
keuangan BUMDes?
12. Apa yang menjadi tolak ukur dalam pencapaian
transparansi keuangan BUMDes?
13. Siapa yang bertanggung jawab dalam transparansi
pengelolaan keuangan BUMDes?
14. Bagaimana tindak lanjut setelah dilakukan
pemaparan terkait dengan pengelolaan keuangan Pencapaian Transparansi
yang sudah disusun pengelola BUMDes pada Pengelolaan Keuangan
musyawarah anggota dan musyawarah desa? BUMDes
15. Menurut pendapat Bapak, apa manfaat dari adanya
transparansi terhadap laporan keuangan BUMDes?
16. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaan transparansi leporan keuangan
BUMDes?

Pertanyaan 1
Peneliti : Sejauh mana pemahaman para pengelola BUMDes terkait
penyusunan laporan keuangan?
Informan 1 : “Ya, sudah bisa dikatakan baik setidaknya paham dengan
tugasnya pada masing-masing bagian.”
Pertanyaan 2
Peneliti : Apakah laporan keuangan BUMDes saat ini sudah sesuai, jelas
dan lengkap sehingga bisa digunakan dalam proses
pengambilan keputusan dan sebagai bahan evaluasi untuk
keberlanjutan dari BUMDes?
Informan 1 : ”Ya, sudah sesuai dan masih dibuat sederhana secara manual
tapi bisa memudahkan serta membantu dalam proses evaluasi
sampai pengambilan keputusan.”
Pertanyaan 3
Peneliti : Apakah penyusunan laporan keuangan BUMDes sudah
dilakukan tepat waktu?
Informan 1 : “Ya, insyaallah sudah namun paling walaupun ada
keterlambatan itu juga karena beberapa hal.”
Pertanyaan 4
Peneliti : Sejauh mana pemahaman dan motivasi pengelola BUMDes
untuk menerapkan SIA?
Informan 1 : “Ya, untuk motivasi menerapkan SIA tersebut sudah ada karena
bisa dibuktikan para pengelola BUMDes Astagina antusias
mengikuti pelatihan pada saat itu.”
Pertanyaan 5
Peneliti : Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat meningkatkan kemampuan dalam pengambilan
keputusan?
Informan 1 : “Ya, kalau dari pendapat saya bisa memudahkan, karena sistem
itu terkait dengan otomatisasi, jadi dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dalam proses input transaksi yang ada
sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang akurat
dapat dipercaya.”
Pertanyaan 6
Peneliti : Apakah penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa?
Informan 1 : “Ya, jelas bisa karena dengan laporan keuangan yang sesuai
maka dapat dipertanggung jawabkan dan dijadikan sebagai
dasar evaluasi serta pengambilan keputusan untuk
keberlangsungan BUMDes yang dari program-programnya
dapat memberikan manfaat bagi masyarakayt desa.”
Pertanyaan 7
Peneliti : Apakah kualitas SDM mempengaruhi dalam pengelolaan
BUMDes khususnya untuk proses penyusunan laporan
keuangan dengan penerapan SIA?
Informan 1 : “Ya, berpengaruh terkait dengan tingkat kepahaman mereka
pada tugas yang sedang dijalankan sehingga mampu
mempercepat dalam proses penyusunan laporan keuangan
BUMDes dan yang paling utama kemauan semangat mereka
dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan.”

Pertanyaan 8 Apakah sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes untuk


Peneliti : dapat menerapkan sistem dan standarisasi keuangan baru?
“Jika dari sudut pandang saya, insyaallah sebenarnya sudah ada
Informan 1 : kesiapan namun memang ya masih perlu pendampingan.”

Pertanyaan 9 Bagaimana teknis yang dilakukan dalam proses pelaporan


Peneliti : keuangan BUMDes saat ini?
“Untuk laporan keuangan disusun oleh bendahara dibantu juga
Informan 1 : dengan sekretaris setelah mendapatkan laporan atau rekapan
keuangan dari koordinator pada unit usaha, kemudian laporan
keuangan tersebut diserahkan kepada direktur setelah di dicek
dan sudah sesuai diserahkan kepada saya selaku komisaris,
tahap yang terakhir adalah pemaparan laporan keuangan
pada rapat internal keanggotaan dan pada musyawarah desa
yang dihadiri oleh perangkat desa, badan pengawas seperti
BPD dan LP3M serta perwakilan dari masyarakat.”
Pertanyaan 10 Sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada, kapan
Peneliti : dilakukan pelaporan keuangan oleh pengelola BUMDes kepada
Pemerintah Desa dan masyarakat?
“Pengumpulan laporan keuangan itu dibuat dua semester pada
Informan 1 : satu tahun, atau bisa dikatakan setiap enam bulan pada bulan
Juni dan Desember.”

Pertanyaan 11 Apakah pelaporan keuangan BUMDes sudah dilakukan tepat


Peneliti : waktu?
“Ya, sejauh ini tepat waktu jika tidak ada kendala yang
Informan 1 : menjadikan penyusunan laporan keuangan BUMDes tidak
dilakukan tepat waktu, namun tetap sesuai prosedur bahwa
dalam satu tahun dilaporkan dua semester.”

Pertanyaan 12 Apakah Bapak selaku komisaris BUMDes Astagina melakukan


Peneliti : pemantauan secara berkala terhadap kinerja keuangan
BUMDes?
“Ya, melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program-
Informan 1 : program BUMDes dan mengingatkan untuk para pengelola
segera menyusun laporan keuangan untuk menanggulangi
keterlambatan laporan pertanggung jawaban.”

Pertanyaan 13 Apa yang menjadi tolok ukur dalam pencapaian transparansi


Peneliti : keuangan BUMDes?
“Pada intinya dari kami selaku pengelola BUMDes mendapat
Informan 1 : kepercayaan dan dukungan besar dari Pemerintah Desa dan
masyarakat desa dalam menjalankan program BUMDes dan
penggunaan penyertaan Dana Desa.”

Siapa yang bertanggung jawab dalam proses transparansi


Pertanyaan 14 pengelolaan keuangan BUMDes?
Peneliti : “Direktur yang bertanggung jawab penuh terhadap laporan
pertanggung jawaban BUMDes.”
Informan 1 :
Bagaimana tindak lanjut setelah dilakukan pemaparan terkait
Pertanyaan 15 dengan pengelolaan keuangan yang sudah disusun dalam
Peneliti : bentuk laporan keuangan BUMDes pada rapat internal anggota
dan musyawarah desa (musdes)?
“Untuk tindak lanjut dari rapat internal dan musdes yaitu
dilakukan diskusi untuk program BUMDes selanjutnya yang
Informan 1 : kiranya mampu untuk lebih meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan bisa menambah pendapatan asli desa
(PADes) kemudian melakukan publikasi terkait dengan rincian
penggunaan penyertaan Dana Desa untuk pengelolaan
BUMDes.”

Apa manfaat dari adanya transparansi terhadap laporan


Pertanyaan 16 keuangan BUMDes?
Peneliti : “Tumbuhnya kepercayaan dan dukungan dari masyarakat desa
terhadap program-program BUMDes.”
Informan 1 :
Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
Pertanyaan 17 transparansi laporan keuangan BUMDes?
Peneliti : “Ada beberapa masyarakat yang menjadi perwakilan dalam
musyawarah desa sehingga mereka diharapkan mengetahui
Informan 1 : terkait dengan laporan keuangan BUMDes sehingga tidak ada
kecurugaan terhadap pengelolaan keuangan BUMDes yang
menggunakan penyertaan Dana Desa.”

JAWABAN WAWANCARA

TRANSKIP HASIL WAWANCARA


IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA) DALAM
MENINGKATKAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) ASTAGINA

A. Identitas Informan

Nama : Bapak Riyanto

Jabatan : Direktur BUMDes Astagina

B. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Senin, 21 Maret 2022

Tempat : Kediaman Bapak Riyanto

Waktu :13.00-16.00 WIB

No Pertanyaan Keterangan
1. Menurut Bapak selaku pimpinan, sejauh mana
pemahaman para pengelola BUMDes terkait
penyusunan laporan keuangan?

2. Menurut pendapat Bapak apakah laporan keuangan


BUMDes saat ini sudah sesuai, jelas dan lengkap Laporan Keuangan
sehingga bisa digunakan dalam proses pengambilan BUMDes Astagina
keputusan dan sebagai bahan evaluasi untuk
keberlanjutan dari BUMDes?

3. Apakah penyusunan laporan keuangan BUMDes


sudah dilakukan tepat waktu?

4. Menurut Bapak selaku pimpinan, sejauh mana Pemahaman Pengelola


pemahaman dan motivasi pengelola BUMDes untuk BUMDes Dalam Penerapan
menerapkan SIA? SIA Untuk Penyusunan
Laporan Keuangan
5. Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes dapat meningkatkan Peran SIA Pada
kemampuan dalam pengambilan keputusan? Pengelolaan Keuangan
BUMDes
6. Apakah penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat meningkatkan kesejahteraan Penerapan SIA Pada
masyarakat? Pengelolaan Keuangan
BUMDes

No Pertanyaan Keterangan
7. Apakah kualitas SDM mempengaruhi dalam
pengelolaan BUMDes khususnya dalam penerapan Penerapan SIA Pada
SIA pada penyusunan laporan keuangan? Pengelolaan Keuangan
BUMDes

8. Apakah sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes Hambatan Dalam


untuk dapat menerapkan sistem dan standarisasi Penerapan SIA Untuk
keuangan baru? BUMDes
9. Bagaimana teknis yang dilakukan dalam proses
pelaporan keuangan BUMDes saat ini?

10. Sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada,


kapan dilakukan pelaporan keuangan oleh
pengelola BUMDes kepada Pemerintah Desa dan Prosedur Dalam Pelaporan
masyarakat? Dan Transparansi Laporan
11. Apakah pelaporan keuangan BUMDes sudah Keuangan BUMDes
dilakukan tepat waktu?
12. Apakah Bapak selaku pimpinan BUMDes melakukan
pemantauan secara berkala terhadap kinerja
keuangan BUMDes?
13. Apa yang menjadi tolak ukur dalam pencapaian
transparansi keuangan BUMDes?
14. Siapa yang bertanggung jawab dalam transparansi
pengelolaan keuangan BUMDes?
15. Bagaimana tindak lanjut setelah dilakukan
pemaparan terkait dengan pengelolaan keuangan Pencapaian Transparansi
yang sudah disusun pengelola BUMDes pada Pengelolaan Keuangan
musyawarah anggota dan musyawarah desa? BUMDes
16. Menurut pendapat Bapak, apa manfaat dari adanya
transparansi terhadap laporan keuangan BUMDes?
17. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaan transparansi leporan keuangan
BUMDes?

Pertanyaan 1
Peneliti : Sejauh mana pemahaman para pengelola BUMDes terkait
penyusunan laporan keuangan?
Informan 2 : “Ya, sudah bisa dikategorikan baik karena kami
mengedepankan mereka yang memiliki kemauan untuk bekerja
sama dalam pengelolaan BUMDes.”
Pertanyaan 2
Peneliti : Apakah laporan keuangan BUMDes saat ini sudah sesuai, jelas
dan lengkap sehingga bisa digunakan dalam proses
pengambilan keputusan dan sebagai bahan evaluasi untuk
keberlanjutan dari BUMDes?
Informan 2 : ”Sudah, walaupun terkadang ada kesulitan atau kendala dan
juga tidak lepas adanya kekeliruan tetapi bisa ditangani karena
kami antar pengurus ikut serta mengecek kembali.”
Pertanyaan 3
Peneliti : Apakah penyusunan laporan keuangan BUMDes sudah
dilakukan tepat waktu?
Informan 2 : “Sejauh ini bisa dikatakan sudah tepat waktu jika adapun
keterlambatan itu juga karena ada sebabnya.”
Pertanyaan 4
Peneliti : Sejauh mana pemahaman dan motivasi pengelola BUMDes
untuk menerapkan SIA?
Informan 2 : “Jika dilihat para pengelola BUMDes sebenarnya sudah memiliki
motivasi untuk menerapkan SIA hanya saja pemahaman
mereka masih kurang jadi masih membutuhkan
Pertanyaan 5 pendampingan.”
Peneliti :
Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat meningkatkan kemampuan dalam pengambilan
Informan 2 : keputusan?
“Dapat membantu dan dapat memberikan kemudahan dalam
penyusunan laporan keuangan serta dapat mebghasilkan
laporan keuangan yang mungkin lebih baik dari sebelumnya
untuk dijadikan sebagai dasar evaluasi dan pengambilan
Pertanyaan 6 keputusan.”
Peneliti :
Apakah penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes
Informan 2 : dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa?
“Ya, bisa pengelolaan keuangan yang efektif dengan penerapan
sistem maka dapat menghasilkan laporan keuangan BUMDes
yang lebih baik sehingga dapat melahirkan kepercayaan
Pertanyaan 7 masyarakat .”
Peneliti :
Apakah kualitas SDM mempengaruhi dalam pengelolaan
BUMDes khususnya untuk proses penyusunan laporan
Informan 2 : keuangandengan penerapan SIA?
“Ya, ada pengaruhnya apalagi berkaitan dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan sistem dalam pengelolaan keuangan
BUMDes.”
Pertanyaan 8
Peneliti : Apakah sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes untuk
dapat menerapkan sistem dan standarisasi keuangan baru?
Informan 2 : “Ya, jika dilihat sudah ada kesiapan namun tetap saja para
pengelola masih membutuhkan pendampingan jika terkait
dengan penerapan sistem.”
Pertanyaan 9
Peneliti : Bagaimana teknis yang dilakukan dalam proses pelaporan
keuangan BUMDes saat ini?
Informan 2 : “Penyusunan laporan keuangan dilakukan oleh bendahara dan
sekretaris, jika sudah selesai diserahkan kepada saya selaku
direktur, kemudian akan dilakukan koreksi jika semua sudah
sesuai maka akan saya ajukan kepada komisaris untuk
selanjutnya segera dipaparkan dalam rapat anggota internal
BUMDes dan musayawarah desa (musdes).”
Pertanyaan 10
Peneliti : Sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada, kapan
dilakukan pelaporan keuangan oleh pengelola BUMDes kepada
Pemerintah Desa dan masyarakat?
Informan 2 : “Pelaporan dilakukan dengan sistem dua semester pada satu
tahun sekitar pada bulan Juni untuk tahap satu dan bulan
Desember untuk tahap dua.”
Pertanyaan 11
Peneliti : Apakah pelaporan keuangan BUMDes sudah dilakukan tepat
waktu?
Informan 2 : “Ya, sudah hanya saja jika ada keterlambatan itu karena
beberapa faktor jadi masih bisa diatasi.”
Pertanyaan 12
Peneliti : Apakah Bapak selaku komisaris BUMDes Astagina melakukan
pemantauan secara berkala terhadap kinerja keuangan
BUMDes?
Informan 2 : “Ya, untuk mengingatkan para pengelola segera menyusun
laporan pertanggung jawaban BUMDes.”
Pertanyaan 13
Peneliti : Apa yang menjadi tolok ukur dalam pencapaian transparansi
keuangan BUMDes?
Informan 2 : “Tolok ukur pencapaian transparansi laporan keuangan
BUMDes itu mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari
pemerintah desa dan masyarakat desa dalam menjalankan
program-program kerja BUMDes selanjutnya.”
Pertanyaan 14
Peneliti : Siapa yang bertanggung jawab dalam proses transparansi
pengelolaan keuangan BUMDes?
Informan 2 : “Yang bertanggung jawab terkait dengan pelaksanaan
transparansi laporan keuangan BUMDes saya sendiri selaku
direktur.”
Pertanyaan 15
Peneliti : Bagaimana tindak kanjut setelah dilakukan pemaparan terkait
dengan pengelolaan keuangan yang sudah disusun dalam
bentuk laporan keuangan BUMDes pada rapat internal anggota
dan musyawarah desa (musdes)?
Informan 2 : “Melakukan diskusi untuk program keberlanjutan dari BUMDes
dan melakukan publikasi terkait dengan laporan keuangan
BUMDes dalam penggunaan penyertaan Dana Desa.”
Pertanyaan 16
Peneliti : Apa manfaat dari adanya transparansi terhadap laporan
keuangan BUMDes?
Informan 2 : “Tidak ada salah persepsi, kecurigaan, tuduhan yang kurang
baik dan melahirkan kepercayaan serta dukungan masyarakat
desa terhadap pengelolaan BUMDes.”
Pertanyaan 17
Peneliti : Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
transparansi laporan keuangan BUMDes?
Informan 2 : “Beberapa masyarakat turut diundang sebagai perwakilan
dalam musyawarah desa (musdes) dan masyarakat juga bisa
ikut serta berkontribusi serta antusias terhadap program-
program dari BUMDes karena pada dasarnya BUMDes sendiri
adalah dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk
masyarakat.”
JAWABAN WAWANCARA

TRANSKIP HASIL WAWANCARA


IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA) DALAM
MENINGKATKAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) ASTAGINA

A. Identitas Informan

Nama : Bapak Widi Prasetyo

Jabatan : Bendahara BUMDes Astagina

B. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Minggu, 20 Maret 2022

Tempat : Kediaman Bapak Widi Prasetyo

Waktu :13.00-16.00 WIB

No Pertanyaan Keterangan
1. Bagaimana prosedur yang dilakukan dalam
penyusunan laporan keuangan BUMDes?

2. Seperti apa format laporan keuangan BUMDes yang


telah disusun saat ini?
Laporan Keuangan
3. Apakah format laporan keuangan yang sudah BUMDes Astagina
disusun telah sesuai dengan informasi dan transaksi
yang ada?
4. Apa saja kendala dalam penyusunan laporan
keuangan BUMDes?
5. Setelah adanya pelatihan SIA. Apakah pengelola
BUMDes sudah paham untuk kemudian
menerapkannya dalam penyusunan laporan
keuangan atau masih perlu dilakukan pendampingan Pemahaman Pengelola
secara intensif? BUMDes Dalam
6. Bagaimana pendapat anda selaku pengelola BUMDes Penerapan SIA Untuk
terkait SIA setelah mengikuti pelatihan SIA untuk Penyusunan Laporan
pengelolaan keuangan BUMDes? Keuangan
Bagaimana tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan
7. SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes?

8. Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan


keuangan BUMDes dapat memeprbaiki kualitas pada Peran SIA Pada
laporan keuangan? Pengelolaan Keuangan
BUMDes

No Pertanyaan Keterangan
9. Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes dapat menyediakan informasi
yang akurat dan tepat waktu sehingga bisa
melakukan aktivitas utama pada value chain secara Peran SIA Pada
efektif dan efisien? Pengelolaan Keuangan
BUMDes
10. Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes dapat meningkatkan kemampuan
dalam pengambilan keputusan?
11. Apakah dengan penerapan SIA untuk BUMDes
memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan
keuangan atau malah menjadikan semakin sulit
karena harus paham dan menggunakan teknologi
informasi?

12. Apakah sarana dan prasaran yang ada sudah


mendukung pada penerapan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes?
Penerapan SIA Pada
13. Apakah ada pendampingan dan pemantauan dari Pengelolaan Keuangan
pihak yang memberikan pelatihan SIA untuk BUMDes
pengelolaan keuangan BUMDes?

14. Bagaimana pengaruh penerapan SIA dalam proses


penyusunan laporan kuangan pada BUMDes
Astagina?

15. Sejauh mana campur tangan pemerintah dalam


penerapan SIA untuk pengelolaan laporan keuangan
BUMDes?

16. Apakah terdapat kesulitan dalam mengakses SIA


untuk pengelolaan keuangan BUMDes?

17. Apakah kualitas SDM mempengaruhi dalam


pengelolaan BUMDes khususnya untuk proses Hambatan Dalam
penyusunan laporan keuangan dengan penerapan Penerapan SIA Untuk
SIA? BUMDes

18. Apakah sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes


untuk dapat menerapkan sistem dan standarisasi
keuangan baru?

JAWABAN WAWANCARA
Pertanyaan 1
Peneliti : Bagaimana prosedur yang dilakukan dalam penyusunan
laporan keuangan BUMDes?
Informan 3 : “Untuk prosedur dalam proses penyusunan laporan keuangan
BUMDes yaitu dari saya selaku sekretaris menerima laporan
keuangan dari para koordinator unit usaha dan membantu
mengumpukan mengarsipkan bukti-bukti transaksi yang ada,
kemdian saya serahkan kepada bendahara untuk diinput dan
disusun laporan keuangan, jika sudah selesai maka di serahkan
kepada direktur untuk dikoreksi dan tahap selanjutnya
diajukan keapada komisaris untuk dipaparkan pada musdes.”
Pertanyaan 2
Peneliti : Seperti apa format laporan keuangan BUMDes yang telah
disusun saat ini?
Informan 3 : ”Masih manual dan sederhana dengan menggunakan microsoft
excel.”
Pertanyaan 3
Peneliti : Apakah format laporan keuangan yang sudah disusun telah
sesuai dengan informasi dan transaksi yang ada?
Informan 3 : “Ya, sudah walaupun terkadang tetap saja terjadi beberapa
transaksi terlewat belum diinput dan masih kurang teliti”
Pertanyaan 4
Peneliti : Apa saja kendala dalam penyusunan laporan keuangan
BUMDes?
Informan 3 : “Terkait waktu yang harus yang mana saya pribadi juga tidak
hanya fokus pada pengelolan BUMDes saja namun ada
beberapa kesibukan lain, sarana prasarana dan pemahaman
kami terkait dengan penyusunan laporan keuangan yang
memang masih belum baik.”
Pertanyaan 5
Peneliti : Setelah adanya pelatihan SIA, apakah pengelola BUMDes
sudah paham untuk kemudian menerapkannya dalam
penyusunan laporan keuangan atau masih perlu dilakukan
pendampingan secara intensif?
Informan 3 : “Belum begitu paham, namun untuk motivasi sebenarnya ingin
bisa menerapkan SIA untuk BUMDes dalam proses penyusunan
laporan keuangan dan pada intinya kami masih perlu adanya
pendampingan dari pihak yang sudah membidangi.”
Pertanyaan 6
Peneliti : Bagaimana pendapat anda selaku pengelola BUMDes terkait
SIA setelah mengikuti pelatihan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes?
Informan 3 : “Jika saya lihat dari fitur-fitur yang ada dalam aplikasi
SAAB.Syncore dapat memudahkan karena lengkap dan tertera
akun-akunnya.”
Pertanyaan 7
Peneliti : Bagaimana tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan SIA
untuk pengelolaan keuangan BUMDes?
Informan 3 : “Dari BUMDes.id memberikan kami akses aplikasi SAAB.Syncore
dengan harapan dapat menerapkannya untuk proses
penyusunan laporan keuangan BUMDes.”
Pertanyaan 8
Peneliti : Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat memperbaiki kualitas pada laporan keuangan?
Informan 3 : “Ya, bisa jika dilihat dari fitur yang ada pada aplikasi
SAAB.Syncore tersebut.”
Pertanyaan 9
Peneliti : Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat menyediakan informasi yang akurat dan tepat
waktu sehingga bisa melakukan aktivitas utama pada value
chain secara efektif dan efisien?
Informan 3 : “Jika dilihat dari aplikasi SAAB.Syncore tersebut dengan
layanan yang ada bisa memudahkan dalam penyusunan
laporan keuangan karena sudah adanya otomatisasi sehingga
mungkin jika sudah diterapkan akan menghasilkan laporan
keuangan yang lebih akurat .”
Pertanyaan 10
Peneliti : Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat meningkatkan kemampuan dalam pengambilan
keputusan?
Informan 3 : “Bisa, dengan bentuk laporan keuangan yang sudah
menggunakan otomatisasi tentunya sudah dapat dijamin
kebenarannya sehingga memudahkan untuk digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan dan evaluasi kinerja
kauangan pada BUMDes.”
Pertanyaan 11
Peneliti : Apakah dengan penerapan SIA untuk BUMDes memberikan
kemudahan dalam penyusunan laporan keuangan atau malah
menjadikan semakin sulit karena harus paham dan
menggunakan teknologi informasi?
Informan 3 : “Kesulitannya karena masih belum paham dari mana harus
memulainya dan ditambah lagi kami selaku pengelola tidak
diberikan petunjuk untuk mengakses SIA tersebut”
Pertanyaan 12
Peneliti : Apakah sarana dan prasaran yang ada sudah mendukung pada
penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes?
Informan 3 : “Belum, kami menggunakan sarana prasarana milik pribadi
dan hanya disediakan printer saja.”
Pertanyaan 13
Peneliti : Apakah ada pendampingan dan pemantauan dari pihak yang
memberikan pelatihan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes?
Informan 3 : “Tidak ada pendampingan dan pemantauan kembali dari pihak
pelaksana pelatihan SIA.”
Pertanyaan 14
Peneliti : Bagaimana pengaruh penerapan SIA dalam proses
penyusunan laporan kuangan pada BUMDes Astagina?
Informan 3 : “Sejauh ini, belum dapat dirasakan pengaruh dari adanya SIA
utuk BUMDes yang telah kami dapatkan karena belum
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan BUMDes.”
Pertanyaan 15
Peneliti : Sejauh mana campur tangan pemerintah dalam penerapan SIA
untuk pengelolaan laporan keuangan BUMDes?
Informan 3 : “Belum ada, paling hanya terkait dengan pemantauan
penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan program kerja
BUMDes.”
Pertanyaan 16
Peneliti : Apakah terdapat kesulitan dalam mengakses SIA untuk
pengelolaan keuangan BUMDes?
Informan 3 : “Kesulitan ada, kami sudah bisa log in di aplikasi SAAB.Syncore
namun fitur-fitur yang ada tidak bisa kami akses kemudian
sarana prasarana yang kurang suport untuk penerapan SIA dan
pemahaman yang masih kurang.”
Pertanyaan 17
Peneliti : Apakah kualitas SDM mempengaruhi dalam pengelolaan
BUMDes khususnya untuk proses penyusunan laporan
keuangan dengan penerapan SIA?
Informan 3 : “Sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan program-program
BUMDes sampai pada pengelolaan keuangan hingga
penyusunan laporan keuangan BUMDes dengan penerapan
Pertanyaan 18 SIA.”
Peneliti :
Apakah sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes untuk
Informan 3 : dapat menerapkan sistem dan standarisasi keuangan baru?
“Sebenarnya siap, hanya saja masih ada keraguan takut salah
Pertanyaan 19 karena masih kurang paham terkait dengan SIA untuk
Peneliti : BUMDes.”

Informan 3 : Apakah terdapat kesulitan dalam mengakses SIA untuk


pengelolaan keuangan BUMDes?
“Ya, ada untuk kendala dalam mengakses SIA tersebut
terkadang koneksi internet dan kami masih kurang paham
bagaimana memulai menyusun laporan keuangan dengan
menggunakan fitur yang ada pada aplikasi SAAB.Syncore
tersebut.”
TRANSKIP HASIL WAWANCARA

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA) DALAM


MENINGKATKAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) ASTAGINA

A. Identitas Informan

Nama : Ibu Priyatin

Jabatan : Sekretaris BUMDes Astagina

B. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Minggu , 20 Maret 2022

Tempat : Kediaman Ibu Priyatin

Waktu : 09.00- 13.00 WIB

No Pertanyaan Keterangan
1. Bagaimana prosedur yang dilakukan dalam
penyusunan laporan keuangan BUMDes?
2. Seperti apa format laporan keuangan BUMDes yang
telah disusun saat ini?
3. Apakah format laporan keuangan yang sudah
disusun telah sesuai dengan informasi dan transaksi Laporan Keuangan
yang ada? BUMDes Astagina

4. Apa saja kendala dalam penyusunan laporan


keuangan BUMDes?

5. Setelah adanya pelatihan SIA. Apakah pengelola


BUMDes sudah paham untuk kemudian
menerapkannya dalam penyusunan laporan
keuangan atau masih perlu dilakukan pendampingan Pemahaman Pengelola
secara intensif? BUMDes Dalam
6. Bagaimana pendapat anda selaku pengelola BUMDes Penerapan SIA Untuk
terkait SIA setelah mengikuti pelatihan SIA untuk Penyusunan Laporan
pengelolaan keuangan BUMDes? Keuangan
Bagaimana tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan
7. SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes?
8. Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes dapat memeprbaiki kualitas pada Peran SIA Pada
laporan keuangan? Pengelolaan Keuangan
BUMDes
No Pertanyaan Keterangan
9. Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes dapat menyediakan informasi
yang akurat dan tepat waktu sehingga bisa Peran SIA Pada
melakukan aktivitas utama pada value chain secara Pengelolaan Keuangan
efektif dan efisien? BUMDes
10. Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes dapat meningkatkan kemampuan
dalam pengambilan keputusan?
11. Apakah dengan penerapan SIA untuk BUMDes
memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan
keuangan atau malah menjadikan semakin sulit
karena harus paham dan menggunakan teknologi
informasi?
12. Apakah sarana dan prasaran yang ada sudah
mendukung pada penerapan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes? Penerapan SIA Pada
13. Apakah ada pendampingan dan pemantauan dari Pengelolaan Keuangan
pihak yang memberikan pelatihan SIA untuk BUMDes
pengelolaan keuangan BUMDes?
14. Bagaimana pengaruh penerapan SIA dalam proses
penyusunan laporan kuangan pada BUMDes
Astagina?
15. Sejauh mana campur tangan pemerintah dalam
penerapan SIA untuk pengelolaan laporan keuangan
BUMDes?
16. Apakah terdapat kesulitan dalam mengakses SIA
untuk pengelolaan keuangan BUMDes?
17. Apakah kualitas SDM mempengaruhi dalam
pengelolaan BUMDes khususnya untuk proses
penyusunan laporan keuangan dengan penerapan
SIA? Hambatan Dalam
Penerapan SIA Untuk
18. Apakah sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes
BUMDes
untuk dapat menerapkan sistem dan standarisasi
keuangan baru?
19. Apakah terdapat kesulitan dalam mengakses SIA
untuk pengelolaan keuangan BUMDes?

Pertanyaan 1
Peneliti : Bagaimana prosedur yang dilakukan dalam penyusunan
laporan keuangan BUMDes?
Informan 4 : “Laporan keuangan disusun oleh saya selaku bendahara setelah
menerima laporan keuangan dari masing-masing koordinator
unit usaha dan dibantu oleh sekretaris kemudian untuk laporan
keuangan dibuat dua semester dalam satu tahun.”
Pertanyaan 2
Peneliti : Seperti apa format laporan keuangan BUMDes yang telah
disusun saat ini?
Informan 4 : ”Untuk format dari kami masih secara manual dan sederhana,
serta dalam penyusunan laporan keuangan menggunakan
microsoft excel.”
Pertanyaan 3
Peneliti : Apakah format laporan keuangan yang sudah disusun telah
sesuai dengan informasi dan transaksi yang ada?
Informan 4 : “Ya, insyaallah sudah meskipun terkadang ada sedikit kendala
dalam menginput bukti transaksi yang ada dan
menyesuaikannya.”
Pertanyaan 4
Peneliti : Apa saja kendala dalam penyusunan laporan keuangan
BUMDes?
Informan 4 : “Untuk kendala dalam proses penyusunan laporan keuangan
yaitu pemahaman kami selaku pengelola terkait dengan
leporan keuangan, sarana prasarana dan waktu karena kami
juga tidak hanya fokus pada BUMDes masih memiliki pekerjaan
dan harus membagi waktu untuk mengelola BUMDes.”
Pertanyaan 5
Peneliti : Setelah adanya pelatihan SIA. Apakah pengelola BUMDes
sudah paham untuk kemudian menerapkannya dalam
penyusunan laporan keuangan atau masih perlu dilakukan
pendampingan secara intensif?
Informan 4 : “Masih kurang paham dan kami masih belum begitu yakin
untuk menerapkannya, ada ketakutan terjadi kesalahan karena
kurang paham.”
Pertanyaan 6
Peneliti : Bagaimana pendapat anda selaku pengelola BUMDes terkait
SIA setelah mengikuti pelatihan SIA untuk pengelolaan
keuangan BUMDes?
Informan 4 : “Adanya pelatihan SIA menambah pengetahuan kami terkait
dengan penyusunan laporan keuangan dengan otomatisasi
menggunakan sistem yang berbentuk aplikasi SAAB.Syncore.”
Pertanyaan 7
Peneliti : Bagaimana tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan SIA untuk
pengelolaan keuangan BUMDes?
Informan 4 : “Untuk tindak lanjut, dari kami masih melakukan pemahaman,
mencoba mengakses aplikasi SAAB.Syncore tersebut namun
memang belum memualai untuk menerapkan untuk dalam
penyusunan laporan keuangan BUMDes.”
Pertanyaan 8
Peneliti : Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat memperbaiki kualitas pada laporan keuangan?
Informan 4 : “Jika dilihat dari akses dan fitur dari aplikasinya, bisa
memperbaiki kualitas laporan keuangan dan bisa
meningkatkan keefektivan dan efisiensi dalam proses
penyusunan laporan keuangan BUMDes.”
Pertanyaan 9
Peneliti : Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat menyediakan informasi yang akurat dan tepat
waktu sehingga bisa melakukan aktivitas utama pada value
chain secara efektif dan efisien?
Informan 4 : “Ya, bisa mba mungkin jika memang sudah diterapkan akan
memberi kemudahan sehingga membantu mempercepat dengan
fitur otomatisasi yang tersedia dan dapat menhasilkan laporan
keuangan yang lebih akurat .”
Pertanyaan 10
Peneliti : Apakah dengan penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes dapat meningkatkan kemampuan dalam pengambilan
keputusan?
Informan 4 : “Ya, mungkin jika dilihat kembali dari fitur yang ada pada SIA
untuk BUMDes tersebut bisa lebih mempermudah dalam
pengambilan keputusan dan sebagai bahan evaluasi
pengelolaan keuangan pada BUMDes.”
Pertanyaan 11
Peneliti : Apakah dengan penerapan SIA untuk BUMDes memberikan
kemudahan dalam penyusunan laporan keuangan atau malah
menjadikan semakin sulit karena harus paham dan
menggunakan teknologi informasi?
Informan 4 : “Ya, sulitnya karena kami selaku pengelola BUMDes masih
belum begitu paham dan masih ragu-ragu untuk bisa
menerapkan SIA, dan takut apabila terjadi kesalahan karena
ketidak pahaman kami, namun jika sudah paham mungkin bisa
memberikan kemudahan dalam proses penyusunan laporan
keuangan BUMDes.”
Pertanyaan 12
Peneliti : Apakah sarana dan prasaran yang ada sudah mendukung pada
penerapan SIA untuk pengelolaan keuangan BUMDes?
Informan 4 : “Belum, kami menggunakan sarana prasarana milik pribadi.”
Pertanyaan 13
Peneliti : Apakah ada pendampingan dan pemantauan dari pihak yang
memberikan pelatihan SIA untuk pengelolaan keuangan
BUMDes?
Informan 4 : “Sejauh ini tidak ada pendampingan dan pemantauan kembali
terkait dengan penerapan SIA untuk BUMDes.”

Pertanyaan 14 Bagaimana pengaruh penerapan SIA dalam proses penyusunan


Peneliti : laporan kuangan pada BUMDes Astagina?
“Untuk pengaruh dari penerapan SIA untuk BUMDes belum ada
Informan 4 : karena belum menerapkannya dalam proses penyusunan
laporan keuangan.”

Pertanyaan 15 Sejauh mana campur tangan pemerintah dalam penerapan SIA


Peneliti : untuk pengelolaan laporan keuangan BUMDes?
“Sejauh ini belum ada hanya pemantauan saja terkait dengan
Informan 4 : pelaksanaan program dan laporan pertanggung jawaban
BUMDes.”

Pertanyaan 16 Apakah terdapat kesulitan dalam mengakses SIA untuk


Peneliti : pengelolaan keuangan BUMDes?
“Ya, ada, kami sudah bisa log in aplikasi SAAB.Syncore namun
Informan 4 : fitur-fitur yang ada tidak bisa kami akses dan selalu ada
pemberitahuan.”

Pertanyaan 17 Apakah kualitas SDM mempengaruhi dalam pengelolaan


Peneliti : BUMDes khususnya untuk proses penyusunan laporan
keuangan dengan penerapan SIA?
“Ya, sangat mempengaruhi dalam pengelolaan keuangan
Informan 4 : khususnya terkait dengan penerapan SIA harus benar-benar
orang yang mudah paham dalam menerima penjelasan dan
arahan, karena untuk aplikasi SAAB.Syncore ini belum ada
semacam petunjuk atau tutorial sehingga setidaknya kami bisa
mangaksesnya sendiri.”

Pertanyaan 18 Apakah sudah ada kesiapan dari pengelola BUMDes untuk


Peneliti : dapat menerapkan sistem dan standarisasi keuangan baru?
“Jika dari saya sendiri sebenarnya termotivasi untuk bisa
Informan 4 : menerapkan SIA untuk BUMDes tersebut namun menjadi
kurang semangat karena ada beberapa kesulitan dalam
mengaksesnya.”
Pertanyaan 19
Peneliti : Apakah terdapat kesulitan dalam mengakses SIA untuk
pengelolaan keuangan BUMDes?
Informan 4 : “Ya, ada untuk kendala sarana prasarana belum mendukung
karena terkadang laptop dan koneksi internet error kemudian
pemahaman kami terkait dengan penggunaan aplikasi
SAAB.Syncore tersebut walaupun jika dilihat fitur-fitur yang ada
sebetulnya bisa memberikan kemudahan bagi kami karena
sudah tertera.”
Lampiran 5

DOKUMENTASI PENELITIAN
Wawancara Dengan Informan 1 (Komisaris BUMDes Astagina)

Wawancara Dengan Informan 1 (Komisaris BUMDes Astagina)


Wawancara Dengan Informan 2 (Direktur BUMDes Astagina)
Wawancara Dengan Narasumber 3 (Sekretaris BUMDes Astagina)
Wawancara Dengan Narasumber 4 (Bendahara BUMDes Astagina)

Wawancara Dengan Narasumber 4 (Bendahara BUMDes Astagina)

Anda mungkin juga menyukai