Anda di halaman 1dari 41

BAB III

SPEKTRUM ATOM

A. Persamaan Schrodinger untuk Atom Hidrogen

Di dalam merumuskan persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen,


diperlukan berbagai tahapan yang perlu diperhatikan agar dapat dipahami dengan
jelas. Tahap yang pertama adalah merumuskan model dasar atom hidrogen, tahap
berikutnya yaitu mentransfer persamaan Schrodinger dari koordinat Cartesien ke
dalam koordinat bola (polar). Tahap ini diperlukan karena energi potensial V
merupakan fungsi dari jari-jari. Untuk menyelesaikan persamaan Schrodinger dari
atom hidrogen diperlukan suatu metode pemisahan variabel, yaitu memisah-
misahkan variabel yang sejenis untuk dikelompokkan menjadi persamaan yang
bebas.
Model dasar atom hidrogen adalah sebagai berikut :
1. Atom hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bermuatan negatip bermassa
mo yang bergerak mengelilingi intinya.
2. Inti atom adalah partikel bermuatan positip yang disebut proton dan
massanya 1.836 mo.
3. Elektron mengelilingi inti karena pengaruh gaya Coulomb dalam bentuk
potensial :
 e2 
V    …………………………………………………………. (3.1)
 4 0 r 
Bentuk persamaan Schrodinger bebas waktu adalah
 2  2  2  2m 
    2  (E  V )   0
x 2
y 2
z 2
 
Jika koordinat Cartesian diubah ke dalam koordinat bola, maka terdapat
hubungan sebagai berikut :

75
76
z

z P

r Gambar A.3.1 Koordinat bola (polar)



y
y

r s in  c o s  

p'
x r s in  s in  

x  r sin ( ) cos ( )
y  r sin ( ) cos ( )
z  r cos ( ) ………………………………………….. (3.2)
r  x2  y2  z2
Jika suatu fungsi f tergantung variabel (r,  ,  ) maka secara umum turunan
terhadap x, y, dan z adalah :
f f r f  f 
     
x r x  x  x
f f r f  f 
      …………………………….. (3.3)
y r y  y  y
f f r f  f 
     
z r z  z  z
Dari persamaan (3.2) dapat diturunkan,
r / x  sin ( ) cos ( )
r / y  sin ( ) cos ( ) …………………………………………. (3.4)
r / z  cos ( )
 / x  (1 / r ) cos ( ) cos ( )
 / y  (1 / r ) cos(cos ( ) cos ( )) ………………………………… (3.5)
 / z  - (1 / r ) sin ( )
sin ( )
r / x  
r sin ( )
cos ( ) ……………………………………………….. (3.6)
r / y  
r sin ( )
r / z  0
Subsitusi persamaan (3.4), (3.5), (3.6) ke dalam persamaan (3.7), maka didapat
:
77

  1  sin( ) 
 sin ( ) cos ( )  cos ( ) cos ( ) 
x r r  r sin( ) 
  1  cos( ) 
 sin ( ) sin ( )  cos ( ) sin ( )  …….. (3.7)
y r r  r sin( ) 
  sin( ) 
 cos ( ) 
z r r 
 2
 2
 2

Jika,   V 2
x 2 y 2 z 2
maka dari persamaan (3.7) dapat dihitung V², dan hasilnya
1   2   1     1 2
V2   r    sin( )  
r 2 r  r  r 2 sin( )     r 2 sin 2   2
Sehingga persamaan Schrodinger untuk atom Hidrogen dalam koodinat bola adalah :
1   2   1     1  2  2m 
 r    sin( )     ( E  V )  0 ….
r 2 r  r  r 2 sin( )     r 2 sin 2   2   2 
(3.8)
Jika persamaan (3.1) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.8) dan dikalikan dengan
r 2 sin 2  , maka didapatkan,
  2        2
sin 2 ( ) r   sin ( )  sin( )  
r  r       2
…………….
2mr 2 sin 2 ( )  e2 
     0
2  4 0 r 
(3.9)
Persamaan (3.9) merupakan Persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen.
Untuk dapat menyelesaikan persamaan (3.9) diperlukan metode pemisahan
variabel, karena fungsi persamaan (3.9) diperlukan metode pemisahan variabel,
karena fungsi gelombang  ( r , ,  ) merupakan bentuk perkalian tiga fungsi yang
berbeda. Tiga fungsi yang dimaksud adalah :
1. fungsi R(r) yang bergantung pada r,
2. fungsi ( ) yang hanya bergantung pada  , dan
3. fungsi  ( ) yang bergantung pada  .
Dengan demikian didapatkan,
 (r , , )  R (r ) ( )  ( ) atau disederhanakan menjadi,
  R   …………………………………………………………. (3.10)
Dari persamaan (3.10) dapat diturunkan,
78

 R dR
   
r r dr
  d
 R  R ………………………………………… (3.11)
 r d
  d
 R  R
  d
Jika persamaan (3.12) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.9) maka didapatkan
bentuk :
1 d  r 2 dR  1 d  d  1 d 2
sin 2 ( )    sin ( )  sin ( ) 
R dr  dr   d  d   d 2

2mr 2 sin 2 ( )  e2 
   E   0 ……………………………….
2  4 0 r 
(3.12)
Suku-suku yang terdiri dari satu variabel dipisahkan dari suku yang mengandung
dua variabel, sehingga :
1 d  r 2 dR  1 d  d 
sin 2 ( )    sin ( )  sin ( ) 
R dr  dr   d  d 
2mr 2 sin 2 ( )  e2  1 d 2
   E    …………………….
2  4 0 r   d 2
(3.13)
Karena suku kanan dan suku kiri merupakan fungsi-fungsi dari variabel yang
berbeda, maka suku kanan harus sama dengan suku kiri dan harus sama dengan
konstan, misalnya m , maka :
1 d 2
  m2 …………………………………………………………. (3.14)
 d 2

Substitusi persamaan (3.14) ke dalam persamaan (3.13), maka :


1 d  r 2 dR  1 d  d 
sin 2 ( )    sin ( )  sin ( ) 
R dr  dr   d  d 
2mr 2 sin 2 ( )  e2 
   E   m2 …………….……………….
2  4 0 r 
(3.15)
Jika persamaan (3.15) dibagi dengan sin (  ) dan mengatur kembali suku-suku yang
variabelnya sama, maka diperoleh :
1 d  r 2 dR  2mr 2  e2  m2
     E  
R dr  dr  2  4 0 r  sin 2 ( )
1 d  d 
  sin ( )  ……………………………………………… (3.16)
 sin( ) d  d 
79

Persamaan (3.16) suku kiri dan suku kanan mempunyai variabel yang berbeda, maka
suku kanan harus sama dengan suku kiri dan sama dengan konstan, misal konstanta
tersebut adalah l ( l  1 ) . Sehingga dari persamaan
m2 1 d  d 
  sin ( )   l ( l  1 ) ………………………
sin ( )  sin ( ) d 
2
d 
(3.17)
1 d  r 2 dR  2mr 2  e2 
     E   l ( l  1 ) …………………………
R dr  dr  2  4 0 r 
(3.18)
Persamaan (3.14), (3.17) dan (3.18) dapat disederhanakan menjadi :
1 d 2
 m2  0 ……………………………………………………. (3.19)
 d 2

1 d  d   m2 
 sin ( )    l ( l  1 )    0 ……………
 sin ( ) d  d   sin ( ) 
2

(3.20)

1 d  r 2 dR   2m  e 2  l ( l  1)
2     2   E    R  0 …………… (3.21)
sup dr  dr     4 0 r  r2 
Jadi dari uraian tentang persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen didapat dua
persamaan angulair, yaitu persamaan (3.19) dan (3.20) serta satu persamaan radial
yaitu persamaan (3.21). Langkah selanjutnya adalah menyelesaikan ketiga
persamaan tersebut.
Penyelesaian persamaan (3.19),
1 d 2
 m2  0
 d 2
memiliki penyelesaian  ( ) dengan keberkalaan 2  , artinya
 ( )   (  2 )   (  4 )
Penyelesaian yang memenuhi adalah,
  A e im , dengan m = 0, ±1, ±2, ±3, …..
Karena ternormalisasi dalam selang (0, 2  ) maka
A  1 /( 2 )1 / 2 , sehingga
1
 m ( )  e im ……………………………………………………
2

(3.22)
Dengan m = 0, ±1, ±2, ±3, …
80

Penyeleisaian persamaan (3.20),


1 d  d   m2 
 sin ( ) 
  l ( l  1 )    0
 sin ( ) d  d   sin ( ) 
2

Bentuk penyelesaian dari persamaan tersebut adalah Polinomial Legendre.


Penyelesaian yang sesuai akan menghasilkan l  m , dengan
l = 0, 1, 2, 3, ….
m = 0, ±1, ±2, ±3, …

Penyelesaian persamaan (4.51), yaitu merupakan persamaan radial


1 d  r 2 dR   2m  e 2  l ( l 1)
      E   R  0
r 2 dr  dr  2 
   4 0 r

 r2 
Analisis persamaan tersebut akan menghasilkan bentuk penyelesaian fungsi
gelombang R( n,  ) sebagai fungsi dari r, dan berkaitan dengan suatu konstanta n,
dimana
n = (l  1), (l  2), (l  3),........
dimana l = 0, 1, 2, 3, ….
Maka n = 1, 2, 3, ….
Analisa persamaan radial ini juga memberikan hasil yang berkaitan dengan
energi sistem atom hidrogen. Energi E ternyata bergantung pada n, dalam hubungan
m e4
En  
32  2 02  2 n 2

Jika notasi  pada persamaan (3.9) yang merupakan fungsi gelombang pada
atom hidrogen, dimana  (r , , ) diganti dengan notasi  ( r , , ) , maka
penyelesaian persamaan (3.19), (3.20) dan (3.21) secara lengkap dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel fungsi gelombang  ( r , , ) ternormalisasi untuk Atom Hidrogen
dengan n = 1, 2 dan 3 a0 = 0,52 Å, merupakan jari-jari bohr terkecil.
81

n l ml  ( r , ,  )
1
e r / a0
1 0 0  a0
3/ 2

1
 2  (r / a0 ) e r / a0
4 2 a0
3/ 2
2 0 0
1
(r / a0 ) e r / a0 cos 
4 2 a03 / 2
2 1 0 1 e  i
( r / a0 ) e r / a0 sin 
8  a0
3/ 2

1
2 1 ±1  27  18(r / a0 )  2(r / a0 ) 2 e r / 3a0
81 3 a03 / 2
21 / 2
3 0 0  6  (r / a0 )  (r / a0 ) e r / 3a0 cos
81  a0 3/ 2

1
 6  (r / a0 )  (r / a0 ) e r / 3a0 i sin
3 1 0 81  a03 / 2

3 1 ±1
1
(r / a0 ) 2 e  r / 3a0 (3 cos 2   1)
3 2 0 81 6 a 3/ 2

1
( r / a0 ) 2 e  r / 3a0 i sin  cos
3 2 ±1 81  a 3/ 2

1
(r / a0 ) 2 e  r / 3a0 i sin 2 
162  a 3 / 2
3 2 ±2

Pada akhirnya dari penjabaran persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen,


didapatkan tiga bilangan yang memberi ciri khas pada penyelesaian persamaan
tersebut. Ketiga bilangan tersebut adalah n, l dan m yang saling terkait antara yang
satu dengan lainnya. Bentuk keterkaitannya adalah sebagai berikut :
m  0,  1,  2,  3, .....
m  
l  0, 1, 2, 3, ......., ( n  1)
n  1, 2, 3, 4, ....... p

Ketiga bilangan tersebut dinamakan bilangan kuantum.


82

n adalah bilangan kuantum utama.


l adalah bilangan kuantum orbital atau azimuth.
m adalah bilangan kuantum magnetik

B. Bilangan Kuantum
Telah diuraikan terdahulu, bahwa dari penyelesaian persamaan Shcrodinger
untuk atom hidrogen didapat tiga bilangan kuantum. Tiga bilangan kuantum yang
dimaksud adalah bilangan n, l dan m . Dan untuk menunjukkan ketergantungan
fungsi gelombang  terhadap bilangan tersebut adalah
  R (n, l ) (l , m)  (m )
Setiap pasangan dari bilangan kuantum (n, l, m) akan menggambarkan suatu
keadaan yang khusus dari atom hidrogen. Sebagai contoh, berikut ini adalah tabel
yang menggambarkan tentang beberapa keadaan kuantum.
Pasangan bilangan kuantum Jumlah pasangan yang dimungkinkan
n l m
1 0 0 1
0 0
1 -1
2 4
1 0
1 1

1. Bilangan Kuantum Utama (n)


Dari persamaan energi untuk elektron dalam atom hidrogen dirumuskan
sebagai,
m e4 1
En  
32   0  n 2
2 2 2

Jika harga m, e,  dan h dimasukkan maka didapatkan


 1 
En  13,6  2  elektron volt ……………………………………….. (3.23)
n 

Ternyata bahwa energi todal dari atom hidrogen hanya tergantung dari
bilangan kuantum utama n. Hal ini berarti bahwa keadaan kuantum yang berbeda,
tetapi yang memiliki bilangan kuantum utama sama akan memiliki energi total yang
sama.
83

Sebagai contoh misalnya untuk n = 2, besarnya energi sebesar E2 –(13,6/4) =


- 3,4 elektron volt. Pada tingkat energi tersebut terdapat 4 keadaan yaitu pasangan
(n, l, m) : (2, 0, 0), (2, 1, 0), (2, 1, -1) dan (2, 1, 1).

2. Bilangan Kuantum Orbital (l)


Bilangan kuantum orbital l menentukan besarnya momentum sudut elektron.
Energi kinetik elektron terdiri dari energi kinetik orbital yang ditimbulkan karena
elektron mengelilingi inti dan energi kinetik radial yang ditimbulkan oleh gerak
elektron yang menjauhi atau mendekati inti. Energi total elektron
E  E k .rad  E k .orb  E pot .

Energi kinetik orbital dapat dihitung dengan memasukkan harga E ke dalam


persamaan (4.51). Hasilnya adalah,
 2 l (l  1)
Ek .orb  ……………………………………………………… (3.24)
2 mr 2
Energi kinetik orbital elektron adalah
Ek .orb  (1 / 2) m vorb
2

Karena momentum sudut orbital elektron adalah


L  m vorb , r maka

L2
Ek .orb  ……………………………………………………… (3.25)
2 mr 2
Dari persamaan (3.25) dan (3.24) didapatkan
 2 l (l  1) L2

2 mr 2 2r 2
L l (l  1) ………………………………………………………. (3.26)
L adalah momentum sudut elektron, karena l berharga tertentu yaitu l = 0, 1, 2, …,
(n-1), maka elektron yang hanya mempunyai momentum sudut L yang tertentu pula.
Momentum sudut elektron L terkuantisasi dan h = 1, 054. 10-34 J.s merupakan
satuan alamiah dari momentum sudut elektron. Keadaan momentum sudut
ditentukan oleh bilangan kuantum orbital dan diberi simbol abjad yang dimulai dari
huruf s, p, d, f, …

l 0 1 2 3 4 5 ….
84

Simbol s p d f g h ….

Sehingga dapat dibuat tabel untuk notasi simbolik keadaan atom hidrogen.
l
0 1 2 3 4 5
n
1 1s
2 2s 2p
3 3s 3p 3d
4 4s 4p 4d 4f
5 5s 5p 5d 5f 5g
6 6s 6p 6d 6f 6g 6h

3. Bilangan Kuantum Magnetik (m)


Karena momentum sudut L merupakan besaran vektor maka kecuali
mempunyai besar juga ditentukan oleh arah. Arah vektor L adalah tegak lurs bidang
rotasional, jadi arahnya ditentukan aturan tangan kanan.

Gambar B.3.2 Aturan tangan kanan untuk L

Gerak elektron dalam atom merupakan arus listrik, dan memiliki dwi kutub.
Maka akan terpengaruh jika adan medan magnit luar (B). bilangan kuantum
magnetik m yang berharga m = 0, ±1, ±2, ±3, …., ±l, menentukan spesifikasi
arah L, dengan menentukan komponen L dalam arah medan B.
Jika diambil arah B sejajar arah sumbu z, maka komposisi L dalam arah z
adalah
Lz  m  …………………………………………….. (3.27)
Keadaan yang dinyatakan persamaan (3.27) dinamakan kuantitas ruang. Jika diambil
harga l antara (-l) sampai dengan (l), maka harga m yang mungkin untuk orientasi L
adalah (2l + 1). Harga Lz yang mungkin diperoleh adalah 0, kelipatan bulat positip
85

dari  dan kelipatan bulat negatip dari  . Karena m berharga m = 0, ±1,

±2, ±3, …., ±l.


Sebagai contoh misalnya untuk l = 3, maka harga Lz adalah {3,  2,  , 0
 , 2 , 3} . Sedangkan besarnya L adalah L l (l  1) = (2 3 )  . Keadaan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

L l (l  1) =
(2 3 ) 

Gambar B.3.3
Kuantitas ruang momentum sudut orbital, untuk  =9

Arah dari momentum sudut L selalu bergerak dan membentuk kerucut,


sehingga proyeksi L pada sumbu z selalu sama dengan m . Hal ini disebabkan
karena elektron tidak bergerak hanya pada satu bidang datar, seperti terlihat pada
gambar F.4.3 (a) , sedangkan gambar F.4.3 (b) menggambarkan vektor momentum
sudut L untuk l = 2 yang berpresesi terhadap sumbu z.
86

Gambar B.3.4
(a) Letak elektron tidak terbatas pada satu bidang datar, sehingga arah L berubah-ubah
(b) Vektor L berpresisi terus menerus terhadap sumbu z.

Contoh soal A.1:


Tentukan besarnya momentum sudut L =  l (l  1) medan magnet eksternal searah
dengan sumbu Z.

Penyelesaian A.1

Untuk: n = 1 l=0 L=0


n=2 l = 0,1 L = 0 dan L =  2

L2 adalah proyeksi L pada sumbu z L2 = m1 


I=1 m1 = -1, 0, 1 L2 = -  , 0, 
I=2 m1 = -2, -1, 0, 1, 2 L2 = -2  , -  , 0,  , 2 

L2 L2

2
L L=
 
ml = 2
ml = 1
ml = 1
0 0
ml = 0 ml = 0
ml = -1
ml = -1 -
- ml = -2
-2
87

C. Efek Zeeman

Pada tahun 1896, seorang fisikawan Belanda terpecahnya garis-garis spektrum


individu menjadi garis-garis yang terpisah jika atom-atom dilewatkan ke dalam
medan magnet. Gejala tersebut selanjutnya dinamakan Efek Zeeman.
Pada analisa Efek Zeeman ada tanggapan bahwa efek momentum sudut pin
diabaikan. Dalam hal ini hanya momen magnetik elektron yang dipandang
menyumbang gejala efek Zeeman. Jika sebuah dwikutub ditempatkan dalam medan
magnet luar B, maka akan timbul momen torsi sebesar,
   B sin ( ) ………………………………………………. (3.28)

Gambar B.3.5 Moment magnetik


dwikutub di dalam medan magnet
luar B.

Besarnya energi potensial (Vm) pada orientasi yang lain dari  adalah sama
besar dengan usaha luar yang dilakukan untuk memutar dwikutub dari  = 90° ke
sudut orientasi  , sehingga
 
Vm  
90
d    B 
90
sin ( ) d

Vm    B cos ( ) …………………………………………………… (3.29)


Jika elektron di dalam atom hidrogen mengelilingi inti dengan frekuensi f
dengan jari-jari r, yang berarti kecepatan linier elektron adalah v  2rf , maka
elektron akan menghasilkan arus listrik yang setara dengan arus i = -ef, sehingga
momen magnetik elektron adalah
 e  efr 2 ………………………………………………………….. (3.30)
Dan momentum sudut elektron adalah
L  mvr  2mfr 2

Sehingga momen magnetik elektron dapat dinyatakan sebagai :


88

 e 
 e   L …………………………………………………………. (3.31)
 2m 

Dengan demikian energi potensial magnetik sebuah atom hidrogen dalam medan
magnet adalah
 e 
Vm    L B cos ( ) …………………………………………….. (3.32)
 2m 

 e 
Konstanta    dinamakan Rasio Giromagnetik.
 2m 

Sesuai gambar 3-5 (a), cos (  ) berharga tertentu yaitu


m
cos ( )  ……………………………………………………. (3.33)
l (l  1)

Sedangkan L berharga L l (l  1) , sehingga energi potensial magnetik dari


sebuah atom yang memiliki bilangan kuantum magnetik m dan berada di dalam
medan magnet luar B adalah,
 e 
Vm  m   B ………………………………………………………… (3.34)
 2m 

 2 
Konstanta   = 9,27 10.-24 joule/Tesla dinamakan Magneton Bohr, sehingga
 2 m 

Vm = 9,27. 10-24 m B
Jadi apabila tanpa medan magnet sebuah atom memiliki energi E0, maka
apabila adan medan magnet luar yang bekerja padanya, maka energinya akan
menjadi :
 2 
E0  Vm  E0  m  B ……………………………………………… (3.35)
 2m 

Karena m dapat memiliki harga (2l + 1), maka suatu keadaan tingkat energi
dengan bilangan kuantum orbital 1 akan terpecah menjadi (2l +1) sub keadaan.
Perubahan m tidak bisa sembarang harga, tetapi harus mengikuti kaedah seleksi
bahwa perubahan yang terjadi jika  m adalah –1, 0, +1. Jadi E0 akan terpecah
menjadi :
  e     e  
E0    B ,  E0  dan  E0    B …………………………… (3.36)
  2m     2m  
89

Jika kenyataan dalam bentuk besaran frekuensi, maka dapat dinyatakan


sebagai:
 eB   eB 
 f0   , f 0  ,  f 0   …………………………………………. (3.37)
 4m   4m 

Jika dinyatakan dalam bentuk panjang gelombang, maka


 eB2   eB2 
0   ,  0  , 0   ……………………………………. (3.38)
 4mc   4mc 

Sebagai contoh, jika sebuah elektron pada tingkat l = 1, berpindah ke l = 0, maka


Efek Zeeman normal yang terjadi adalah ( Lihat gambar 3-6).

Gambar B.3.6
Efek Zeeman Normal
Pada efek Zeeman terjadi fakta sebagai berikut:

elektron elektron
I=1 I=1

E = hf E = hf Medan magnit
luar B
I=0
I=0
90

Spektrum energi
E

[E - dE] E [E + dE]

Spektrum frekuensi
f

[f - df] f [f + df]

Spektrum panjang
gelombang


[ - d]  [ + d]

Mengapa demikian ?

MASALAHNYA MENGAPA muncul dE, df, dan d ?


Jika elektron (e) mengelilingi inti dengan jari-jari r dan kecepatan v, maka:
v

r e

Momentum sudut elektron L = mvr, karena v = 2fr maka


L = 2mfr2 ........................................................ (3.39)

Momen magnetik yang ditimbulkan:


 = i A, dengan A = r2 dan i = -ef, maka
 = -efr2 .......................................................................................................... (3.40)
91

substitusi (3.39) dan (3.40)


 = -(e/2m)/L Elektron magnetik momen

Di dalam medan magnet B timbul momen torka ()


 =  B sin 
Momen torka menimbulkan energi potensial Vm yang menyebabkan adanya dE, dE
berkaitan dengan df dan d.
Z

m1 h L

B


m1h
cos  
L
 
E pot  Vm =   d  B  sin d   B cos
90 90

 e 
Vm =  .L.B. cos 
 2m 

 e 
V m = E    .B
 2m 
(Pergeseran energi)

Menurut kaidah seleksi m1 =  1, 0


 e  B  e 
f      B
 2m  h  2m 
(Pergeseran frekuensi)

dari c = .f atau f = c/, maka


92

df = -c.(d/2) d = 2. df/c

eB2
d  
4mc
(pergeseran panjang gelombang)
d : dinamakan jarak antara komponen Zeeman garis spektrum

Jadi dalam medan magnetik energi keadaan atomik bergantung pada harga m 1
seperti juga pada n.
Keadaan dengan bilangan kuantum n terpecah menjadi beberapa sub keadaan jika
berada dalam medan magnetik.
Suatu keadaan dengan bilangan kuantum orbital 1 akan terpecah menjadi sub
keadaan sebanyak (2I + 1). Tetapi karena perubahan m1 = 0,  1, maka hanya ada 3
sub-keadaan.
Contoh:
ml = 2
ml = 1
I=2 ml = 0
ml = -1
hf ml = -2

ml = 1
I=1 ml = 0
ml = -1
 ml = -1  ml = 0  ml = 1

Spektrum energi
E

E - E E E + E

f - f f f + f

93

Spektrum frekuensi

Spektrum panjang
gelombang

 -    + 

dengan,
eB eB eB2
E  , f  dan  
2m 4m 4mc
Efek Zeeman terjadi pada sub keadaan, jadi terjadi pada suatu keadaan bilangan
kuantum utama (n) tertentu.
Jika suatu elektron tereksitasi dengan energi yang tidak sama persis dengan En
tertentu maka elektron tersebut untuk sementara menempati sub-keadaan. Jika
elektron berpindah ke sub-keadaan lain dan dipengaruhi oleh medan magnet luar B,
maka terjadilah gejala Efek Zeeman normal (satu garis terpecah menjadi 3
komponen).
Ternyata  ,  f, dan   tidak bergantung pada bilangan l tetapi
tergantung B.

Tabel Simbolik Keadaan Atom H

n/l 1=0 l=1 l=2 l=3 l=4


n=1 1s
n=2 2s 2p
n=3 3s 3p 3d
n=4 4s 4p 4d 4f
94

n=5 5s 5p 5d 5f 5g

dst.

Contoh Soal B.1


1. Sampel unsur tertentu diletakkan dalam medan magnetik B = 0,3 T dan
o
tereksitasi secukupnya, untuk  = 4500 A .

a. Hitung jarak antara komponen Zeeman ()


b. Hitung f
c. Hitung E

Penyelesaian B.1:
o
 = 4500 A = 4,5.10-7 m

f = c/ = 3.108/4,5.10-7 = 0,67.1015 Hz


E = hf = 6,6.10-34 . 0,67.1015 = 4,4 . 10-19 J

eB2 eB eB
a.   b. f  c. E 
4mc 4m 2m

Contoh soal B.2


o o
Komponen Zeeman untuk garis spektral 5000 A ialah berjarak 0,233 A ketika

medan magnetiknya 1 T. Cari rasio (e/m) untuk elektron dari data tersebut!
Penyelesaian B.2:
o o
B = 1 T,  = 5000 A = 5.107 m,  = 0,233 A = 2,33.10-11 m.

  = (e/m) (B2/4c)
e/m = (4c./B2) = ........

Contoh soal B.3.


95

Perkiraan energi magnetik Vm, untuk elektron dalam keadaan 2p dari atom H.

Penyelesaian B.3.
2p n=2
rn = n2 a0 = 4. 5,3 .10-11 m
f = v/(2r) dengan v = e/(4o mr)0,5
B = (o . f . e)/2r = .......
Vm = (e h B)/(4m) = ........

Contoh Soal B.4


Perkirakan energi magnetik Vm, untuk elektron dalam keadaan 3d dari atom H.

Penyelesaian B.4
3d n=3
r = n2 ao = 9. 5,3 . 10-11 m
f = v/(2r) dengan v = e/(4o mr)0,5
B = ( . f . e)/2r = ...........
Vm = (e h B)/(4m) = ...........
Contoh Soal B.5
Tentukan pergeseran spektrum energi, frekuensi dan panjang gelombang dari atom
H untuk perpindahan elektron dari 3p ke 2s dalam medan magnet luar B = 0,3 T.

Penyelesaian B.5:
3p n = 3, jadi l = 1, dan m1 = 1, 0, -1
2s n = 2, jadi l = 0, dan m1 = 0
Kaidah seleksi l =  1 dan m1 = 0,  1

Tanpa medan B dengan medan B


ml = 1

n=3 3p ml = 0
ml = -1
E = hf

n=2 2s
96

ml = 0

E - E E E + E

E = E3 – E2
= -1,5 eV + 3,4 eV = ...... x ....
f = x/h = ....... Hz
 = c/f = ........ m

eB eB eB2
E  f   
2m 4m 4mc
masukkan harga-harga yang diketahui

Contoh Soal B.6


Tentukan pergeseran spektrum energi, frekuensi dan panjang gelombang dari atom
H untuk perpindahan elektron dari 4d ke 3p dalam medan magnet luar B = 0,3 T

Penyelesaian B.6:
4d n = 4, jadi l = 2, dan m1 = 2, 1, 0, -1, -2
3p n = 3, jadi l = 1, dan m1 = 1, 0, -1

Kaidah seleksi l =  1 dan m1 = 0,  1

ml = 2
Tanpa medan B dengan medan B
ml = 1

n=4 ml = 0
4d
ml = -1
ml = -2

E = hf

ml = 1

n=2 2s ml = 0
m2 = 1
E - E E E + E
97

E = E3 – E2
= -1,5 eV + 3,4 eV = ...... x ....
f = x/h = ....... Hz
 = c/f = ........ m
eB eB eB2
E  f   
2m 4m 4mc
masukkan harga-harga yang diketahui

Contoh Soal B.7


Tentukan pergeseran spektrum energi, untuk frekuensi terendah dalam deret Balmer
dari atom H dalam medan magnet luar B = 0,3 T, serta hitunglah pergeseran panjang
gelombangnya!

Penyelesaian B.7
Dalam deret Balmer frekuensi terendah dihasilkan oleh perpindahan elektron dari n
= 3 ke n = 2 atau 3d ke 2p
Jadi 3d l = 2, dan m1 = 2, 1, 0, -1, -2
2p l = 1, dan m1 = 1, 0, -1

E = hf = hc/ = E3 – E2
E = -1,5 eV + 3,4 eV = 1,9 eV = ............... J
 = E/hc = ........... m

Tanpa medan B dengan medan B


98

ml = 2
ml = 1

n=3 ml = 0
3d
ml = -1
ml = -2

E = hf

ml = 1

n=2 2p ml = 0
m2 = -1
E - E E E + E

eB eB eB2
E  ; f  ;  
2m 4m 4mc
masukkan harga-harga yang diketahui
99

D. Struktur Halus (L, S tidak terkopel)


Bilangan kuantum dengan memperhatikan spin elektron:
Bilangan kuantum:
1. Bilangan kuantum utama n = 1, 2, 3, ...
2. Bilangan kuantum orbital l = 0, 1, 2, ... (n-1)
3. Bilangan kuantum manetik m1 = -1, -(l-1), ..., -1, 0, 1, 2, ..., l
4. Bilangan kuantum spin, ms =  ½
Momen dipol yang ditimbulkan oleh spin elektron
B e
s   gs s   gs s
 2m
gs = 2 adalah faktor spin
s = ½, dan ms berkait dengan s yaitu ms = + ½, - ½

ms = -1/2 S = h(3/4)1/2

ms = -1/2 S = h(3/4)-1/2

Gambar D.3.7 Elektron berputar


pada sumbunya

MOMEN DIPOL MANGENTIK TOTAL,


H = L + s
Dalam medan magnet luar akan menimbulkan energi potensial sebesar:

 e   e 
Vm = E = m1  .B  2ms  . B
 2m   2m 
 e  
=  . B( m1  2ms )  B B(m1  2ms )
 2m  

jika ms =0, maka sama dengan Zeeman normal.


100

PENGURAIAN TINGKAT ENERGI SISTEM ATOM H DENGAN


BILANGAN KUANTUM (n, l, m1, ms) DALAM MEDAN B

l=0 l=1 l=2


En (eV)
Tanpa B B Tanpa B B Tanpa B B
(5) (7)
(2)
-0,54 5s 5p 5d
(n = 5)

(5) (7)
(2)
-0,85 4s 4p 4d
(n = 4)

(5) (7)
(2)
-1,5 3s 3p 3d
(n = 3)

(5)
(2)
-3,4 2s 2p
(n = 2)

(2)
-13,6 1s E = Vm = (eB/2m) (m1 + 2ms)
(n = 2)

Contoh untuk keadaan 3p


Untuk perangkat bilangan kuantum (n, l, m1, ms) yang tadinya hanya terdapat satu
garis, dengan kehadiran B menjadi 5 garis dengan
E = Vm = (eB/2m) (m1 + 2ms)
= A (m1 + ms) dengan A = (eB/2m)
E = 2A untuk [3, 1, +1, +(1/2)]
E =A untuk [3, 1, 0, +(1/2)]
E =0 untuk [3, 1, +1, -(1/2)] dan [3, 1, -1, +(1/2)]
101

E = -A untuk [3, 1, 0, -(1/2)]


E = -2A untuk [3, 1, -1, -(1/2)]

KAIDAH SELEKSI

l =  1
m1 = 0,  1
ms = 0

Frekuensi Larmor untuk L (momentum sudut)


 e
 L  g L B B , dengan gL = 1, dan  B 
 2m

Frekuensi Larmor untuk S (spin)


 e
 L  g L B B , dengan gs = 2, dan  B 
 2m

Contoh soal C.1


Tentukan spektrum energi dari elektron yang berpindah dari 2p ke 1s dalam medan
magnet B = 1T.

Penyelesaian C.1
2p n = 2, l = 1, m1 = 1, 0, -1, ms = ½, - ½ dan E2 = -3,4 eV
1s n = 1, l = 0, m1 = 0, dan E1 = -13,6 eV

tanpa B ada B (n, l, m1, ms) E

(2, 1, 1, ½) 2A
(2, 1, 0, ½) A
E2 2p (2, 1, 1,- ½) 0
(2, 1, -1, ½) 0
(2, 1, 0,- ½) -A
(2, 1, -1,- ½) -2A

(1, 0, 0, ½) A
E1 1s
(1, 0, 0, -½) -A

dengan E = Vm = (eB/2m) (m1 + 2ms) = A (m1 + 2ms)


(E – A) (E – A) (E + A)
A = (eB/2m)
102

Contoh Soal C.2


Gambarkan spektrum yang terjadi, karena pengaruh B untuk perpindahan elektron
dari keadaan 3d ke 2p

Penyelesaian C.2.
3d n = 3; E3 = -1,5 eV
2p n = 2; l = 1; m1 = 1, 0, -1; ms = ½ , - ½; dan E2 = -3,4 eV

tanpa B dengan B E
(3, 2, 2, ½) 3A

(3, 2, 1, ½) 2A
E3 3d (3, 2, 0, ½)
(3, 2, 2, -½) A
(3, 1, -1, ½)
(3, 2, 1, -½) 0
(3, 2, -2, ½)
(3, 2, 0, -½) -A

(3, 2, -1, -½) -2 A

l =  1 (3, 2, -2, -½) -3 A


m1 = 0,  1
ms = 0

(2, 1, 1, ½ ) 2A

(2, 1, 0, ½ ) A
E2 2p
(2, 1, 1, -½ ) 0
(2, 1, -1, ½ ) 0
(2, 1, 0, -½ ) -A

(2, 1, -1, -½ ) - 2A
E-A E E +A
103

Jika L dan S berinteraksi (kaitan spin-orbit atau L-S coupling)


Ikatan L-S akan membentuk momentum sudut total J
J = L + S (vektor)

L =  l (l  1) , Lz = ml 
Dengan (L dan S: Skalar)
S =  s ( s  1) , Sz = m s 
Kuantisasi ruang J ditentukan oleh bilangan kuantum j dan mj
J=  j ( j  1) dan Jz = mj (h/2)
Dengan
j=1s
mj = -j, -(j-1), ...., 0, 1, 2, ...., (j-1), j
atau
mj = ml  ms

Contoh Soal C.3


Carilah harga j dan mj untuk keadaan dengan l = 2, dan s = ½

Penyelesaian C.3:
Harga yang mungkin adalah:
j = 2 + ½ = 5/2
dengan mj = -5/2, -3/2, - ½ , 0, ½, 3/2, 5/2
j = 2 – ½ = 3/2
dengan mj = -3/2, - ½, ½, 3/2

Gambaran pertautan L-S


104

Gambar D.3.8 Pertautan (coupling L-S)

Pertautan (coupling L-S) akan berpengaruh tehadap tingkat energi.


Rumus menurut MEKANIKA KUANTUM LANJUT didapat:
VL-S = E = Ao {j(j + 1) – l(l + 1) – s(s + 1)}
= Ao {j(j + 1) – l(l + 1) – 3/4}............................................................... *)
dengan

En Z 2 2
A0  , dengan  = 1/137: Tetapan struktur halus
2nl (l  1)(l  1 / 2)

Karena s =1/2, maka ada 2 kemungkinan harga E untuk harga-harga:


1. j = (1 + ½) (substitusikan ke persamaan *))
VL-S = E = Ao l
2. j = (l – ½)
VL-S = E = Ao (l + 1) (substitusikan ke persamaan *))

Jadi tingkat energi En atom akan terpecah menjadi:


105

Eup = En + Ao l
Edown = En – Ao (l + 1)

Hal ini menyebabkan kasus atom Ca pada sub kulit 3d tidak terisi sedangkan sub
kulit 4s terisi, disebabkan karena tingkat energi 3d ternyata lebih tinggi dari tingkat
energi 4s. Begitu juga untuk atom-atom Y, I, Xe, Cs dll.

E. COUPLING L-S DALAM MEDAN MAGNET LUAR (untuk atom


Hidrogen)
Momen dipol total yang ditimbulkan oleh L dan s adalah
H = L + S
= -(e/2m) [gLL + gsS]
Energi potensial momen dipol magnetik adalah
VB = -[H]J. B

Perhitungan secara vektor (cari texs bookk) menghasilkan:

eB  j ( j  1)  s ( s  1)  l (l  1) 
VB = 1   mj
2m  2 j ( j  1) 
j ( j  1)  s ( s  1)  l (l  1)
g = 1 disebut faktor LANDE
2 j ( j  1)

Karena ada 2 kemungkinan arah spin, maka


Untuk spin up, s = ½, menghasilkan j = 1 + ½,

 1 
g+ = 1  
 2L  1 

sehingga
106

eB  1 
VB = 1   mj
2m  2l  1 

Untuk spin down s = - ½, j = 1 - ½

 1 
g- = 1  
 2L  1 

sehingga
eB  1 
VB = 1   mj
2m  2l  1 

DIAGRAM TINGKAT ENERGI ATOM H DENGAN KOPLING L-S TANPA


MEDAN MAGNET LUAR
107

DIAGRAM TINGKAT ENERGI ATOM H DENGAN KOPLING L-S


DENGAN MEDAN MAGNET LUAR

F. Atom Berelektron Banyak


Ada beberapa hal yang berkaitan dengan fakta eksperimen tentang atom tidak
dapat dijelaskan dengan teori atom yang ada maupun teori kuantum sederhana yang
dapat dikembangkan. Fakta eksperimen yang dimaksud diantaranya adalah, adanya
struktur halus pada garis pertama deret Balmer hidrogen (banyak garis spektrum
terdiri dari dua garis terpisah yang jaraknya sangat berdekatan). Fakta yang lain
adalah pada Efek Zeeman bahwa menurut teori kuantum sederhana garis spektrum
sebuah atom di dalam medan magnetik menurut persamaan di muka masing-masing
harus terpecah menjadi tiga garis. Tetapi menurut fakta eksperimen tidak demikian
halnya kadang-kadang teramati lebih atau tidak teramati.

1. Spin Elektron
108

S.A. Goudsmit dan G.E.Uhlenbec dalam usaha menerangkan struktur halus


spektrum dan efek Zeeman pada tahun 1925 mengusulkan suatu teori bahwa
elektron mempunyai momentum sudut instrinsik yang bebas dari momentum sudut
orbitalnya dan memiliki momentum magnetik.
Pengembangan mekanika kuantum yang dilakukan oleh Paul Dirac pada
tahun 1929, dengan mekanika persamaan relativistik E  (m 2 c 2 )1 / 2  p 2 c 2  V ,
didapatkan bahwa elektron yang mempunyai massa dan muatan harus mempunyai
momentum sudut intrinsik dan momentum sudut. Hal ini memperkuat pendapat yang
diusulkan oleh S.A. Goudsmit dan G.E. Uhlenbec tentang sifat pokok spin elektron.
Besarnya momentum sudut intrinsik S yang ditimbulkan oleh spin elektron adalah,
S  s ( s  1) ……………………………………………………….. (4.69)
dimana s adalah bilangan kuantum yang berkaitan dengan momentum sudut spin
elektron. Persyaratan yang dikemukakan oleh Dirac menyatakan bahwa harga s yang
diperbolehkan adalah s = 1/2 . Sehingga,
S  s ( s  1) = ( / 2) 3 …………………………………………….. (4.69)
Sedangkan kuantitas ruang spin elektron ditentukan oleh bilangan kuantum
magnetik spin ms, dengan orientasi 2s + 1 = 2 yaitu ms = 1/2 dan ms = -1/2.
Komponen z momentum sudut spin adalah
S z  ms     / 2 ……………………………………………………..

(4.70)

Momen magnetik spin elektron (  s ) yang berkaitan dengan momentum sudut


spin (dengan rasio giromagnetik 2) S adalah
109

 s  - (e / m ) S

Sehingga harga  s pada komponen sumbu z adalah,

 sz   (e / 2m) 

Konstanta (e / 2m) dikenal sebagai magneton Bohr. Eksperimen dari Stren-

Gerlach pada tahun 1921 menemukan terpecahnya berkas (Spektrum tunggal)


menjadi dua bagian yang bersesuaian dengan orientasi spin yang berlawanan dalam
medan magnetik.

2. Kopling Spin-orbit
Pada model atom Bohr, elektron bergerak mengelilingi inti dengan jari-jari r
(tertentu) (gb.a). Jika dipandang dari kerangka acuan elektron (gb.b) maka seolah-
olah inti atom yang bergerak mengelilingi elektron.

Gambar F.3.9
(a) Inti sebagai pusat
(b) Elektron sebagai pusat

Medan magnetik yang ditimbulkan oleh inti akan berinteraksi dengan momen
magnetik spin elektron dan menghasilkan semacam efek Zeeman internal. Besarnya
medan magnetik yang ditimbulkan oleh inti (dipandang dari kerangka acuan b)
adalah
 0  0 fe
B 
2r 2r
f adalah frekuensi inti mengelilingi elektorn dan e adalah muatan inti. Energi
magnetik dari momen adalah,
110

E m   B cos 

 adalah sudut antara  dan B, sehingga


 cos    sz   (e / 2m)

Jadi E m   (e / m) B

Hal inilah yang menyebabkan terpecahnya setiap garis spektrum menjadi dua atau
munculnya struktur halus (setiap keadaan kuantum kecuali keadaan kuantum s akan
terpecah menjadi dua keadaan kuantum).
W. Pauli dalam mempelajari spektrum atomik pada tahun 1925, menemukan
prinsip eksklusi (larangan) yaitu suatu prinsip pokok yang mengatur konfigurasi
elektron dari atom yang memiliki elektron lebih dari satu dan dikenal sebagai
prinsip larangan Pauli. Prinsip larangan Pauli menyatakan bahwa untuk keadaan
kuantum yang sama di dalam suatu atom tidak bisa terdapat dua elektron. Karena
itu elektron dalam sbuah atom harus memiliki bilangan kuantum n, m l dan ms
yang berbeda.
Hal ini menyangkut aturan dasar yang menentukan struktur elektron dari atome
elektron banyak. Kecuali larangan Pauli hal lain yang menjadi aturan dasar dalam
menentukan struktur elektron adalah kenyataan bahwa suatu atom berada dalam
keadaan stabil (mantap) jika energi totalnya minimum.

3. Momentum Sudut total


Momentum sudut total J dari sebuah atom merupakan sumbangan dari sudut
momentum sudut orbital L dan momentum sudut spin S. Momentum sudut total J
terkuantitasi dengan besar,
J  j ( j  1) ………………………………………………………….. (4.76)
Komponen J z  m j  …………………………………………………………. (4.77)
Karena J = L + S, maka
J z = L z + Sz ……………………………………………………….. (4.78)
Sehingga, m j   m    ms 

m j  m  ms …………………………………………………………. (4.79)
dan, j = l ± s ……………………………………………………………. (4.80)
111

biasanya dipakai untuk elektron tunggal. Gambar berikut menunjukkan dua cara
penjumlahan L dan S menjadi J.

a. j = l + s b. j = l – s

Gambar berikut menggambarkan vektor momentum sudut orbital L dan spin S


berpresesi sekitas J.

Gambar berikut menunjukkan adanya medan magnetik luar B, menyebabkan J, L


dan S berpresesi di sekitar B.
112

4. Kopling JJ
Untuk elektron banyak (lebih dari satu) misalnya I, maka momentum sudut L
dari I elektron terkopel menjadi resultan L dan momentum sudut spin S terkopel
menjadi resultan S, jadi
L   Li
S   Si
J  LS
Sehingga,
L L ( L  1)
Lz  M L 
S  s ( S  1)
S z  Ms
J  J ( J  1)
J z  M j

Dalam hal ini L dan ML adalah berkaitan dengan bilangan kuantum orbital l dan
bilangan kuantum magnetik ms dari i elektron, S dan Ms berkaitan dengan bilangan
kuantum spin s dan momentum sudut spin m dari i elektron. Sedangkan J dan M
berkaitan dengan momentum sudut total.

RINGKASAN DARI ATOM BERELEKTRON BANYAK


1. Kopling LS
113

Jika dalam atom elektron yang menyumbang momentum sudut total J lebih dari
satu, amak berlaku:
L = L1 + L2 + ... = Li
Dengan |L| =  L( L  1)

S = S1 + S2 + ... = Si
S  S ( S  1)

J=L+S
J  J ( J  1)

Jika L > S maka J dapat mengambil harga 2S + 1 dan jika L < S maka J dapat
mengambil harga 2L + 1
L dan ML selalu merupakan bilangan bulat atau nol
L, Ms, J, dan MJ adalah setengah bulat untuk jumlah elektron ganjil
S, Ms, J, dan MJ adalah bulat atau nol untuk jumlah elektron genap
Contoh Soal E.1
Cari harga J yang mungkin di bawah kopling LS dari dua elektron atomik dengan
bilangan kuantum orbital l1 = 1, dan l2 = 2.

Penyelesaian E.1.
Vektor L merupakan penghubung antara L1 dan L2 melalui 3 cara (l1 + l2) L = 3, L
= 2, dan L = 1. (tidak ada harga 0, karena |l1 – l2| = 1
Vektor S melalui 2 cara ( ½ + ½ ) dan ( ½ - ½ )
S = 1 dan S = 0

J mak
=4
J min = 0 ( dari L – S)
114

Jadi J yang mungkin adalah J = 0, 1, 2, 3, 4


Skema LS ditentukan oleh kuat relatif gaya listrik yang mengkopel momentum
sudut orbital individual menjadi suatu resultan S (L = L 1 + L2 + ... = Li), dan
momentum sudut spin individual menjadi suatu resultan S (S = S1 + S2 + ... = Si)
Aturan: L dan S tergabung membentuk J minimum untuk elektron dalam sub kulit
yang kurang dari setengahnya terisi dengan J maksimum untuk elekrton dalam sub
kulit yang lebih dari setengahnya terisi.

2. Kopling JJ
a. Dalam Atom Ringan
Gya listrik yang mengkopel L1, L2, ... Li menjadi vektor L, dan S1, S2, ..., Si menjadi
S lebih kuat dari gaya spin orbit magnetik yang mengkopel L dan S membentuk J.
Hal ini mendominasi situasi biarpun jika terdapat medan magnetik luar B yang agak
besar. (Presesi J mengelilingi B lebih lambat dari presisi L dan S mengelilingi J).
115

b. Dalam Atom Berat


Dalam atom berat muatan inti cukup besar untuk menghasilkan interaksi spin orbit,
dan besarnya sama dengan interaksi listrik antara L i dan antara Si. Dalam keadaan
ini skema kopling LS menjadi tidak berlaku, juga untuk pengaruh medan magnet
luar kuat (B > 1 Tesla) (yang menimbulkan efek Paschen-Back).
Dalam kasus ini masing-masing elektron menyumbang momentum sudut total Ji,
Jadi, J1 = L1 + S1, J2 = L2 + S2, J3 = L3 + S3, ...., Ji = Li + Si
J =  Ji
Bilangan kuantum orbital total dinyatakan dengan huruf besar L,
L = 0, 1, 2, 3, 4, ...
S, P, D, f, G, ...
Kasus L > S
Multiplisitasnya sama dengan (2S + 1) karena J berkisar antara dari (L + S) melalui
0 hingga (L – S). Jika :
S = 0, J = L, multiplisitas = 1 (keadaan singlet/tunggal)
S = ½ , J = L  ½, multiplisitas = 2 (keadaan doublet/dwikembar)
S = 1, J = L + 1, J = L, J = L -1, multiplisitas = 3 (keadaan triplet) dan seterusnya
Penulisan simbol:
2
Misal P3 / 2 (baca dwikembar P tiga per dua) mengacuk pada konfigurasi
elektronik dengan S = ½ , L = 1, dan J = 3/2. (P menyatakan l = 1)
32P3/2 berarti n = 3, S = ½, L = 1, dan J = 3/2.
misal 32S1/2, berarti n = 3, S = ½ , L = 0, dan J = ½, n = 1, dan n = 2 tertutup.

Anda mungkin juga menyukai