Anda di halaman 1dari 3

KETERASINGAN ISLAM, …BERBAHAGIALAH ORANG-ORANG YANG

TERASING

Rasulullah Muhammad SAW adalah orang yang paling sangat memperhatikan umatnya
dan sangat mengkhawatirkan keadaan umatnya sepeninggal beliau. Banyak hadits dari
Nabi SAW yang berbicara tentang keadaan, situasi dan kondisi umat ini di kehidupan
hari ini, jauh hari telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW sekitar lebih dari 14 abad yang
lalu. Sungguh, tidaklah beliau SAW berkata kecuali berdasarkan wahyu dari Allah SWT.
Diantara kondisi tersebut adalah akan munculnya KETERASINGAN ISLAM
(GHURBATUL-ISLAM) di akhir zaman. Banyak hadits yang mengabarkan tentang
keadaan ini, sekitar lebih dari 20 hadits dengan banyak jalur periwayatan, sehingga
kabar / hadits tentang akan munculnya keterasingan Islam ini menempati kedudukan
mutawatir ma’nawy / mutawatir bil ma’na.
Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, dari
Abu Hurayrah ra, Rasulullah SAW bersabda :

“Islam pertama kali datang dalam keadaan asing, dan akan kembali terasing seperti
awalnya. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing.”

Apabila kita saksikan kondisi saat ini maka nyatalah kebenaran hadits di atas. Di mana
saat ini tak bisa dipungkiri, kehidupan telah dan sedang mengalami sekularisasi
(pemisahan agama dari kehidupan bernegara dan masyarakat / fashlud-diin ’anil-hayat),
sehingga ajaran Islam benar-benar telah terpinggirkan / tersisihkan dari hampir seluruh
aspek kehidupan. Islam hampir tidak tampak kecuali dalam lingkup individual, dalam
sebagian praktek ibadah ritual belaka. Sementara itu, mana Islam dalam mayoritas bidang
kehidupan kita, mana Islam dalam interaksi sosial dan budaya kita, mana Islam dalam
sistem ekonomi, politik, dan pendidikan kita, dimana para muslimah kita yang
seharusnya berjilbab, kemana pula para generasi muda kita berkiblat...Liberalisme
(kebebasan) dan Modernisme yang sejatinya adalah westernisasi (pembaratan,
menjadikan ide dan gaya hidup barat sebagai kiblat) telah menjadi kebanggaan dan dalih
untuk meninggalkan Islam, budaya yang hedonis (serba boleh) konsumeris dan
materialistis, sistem ekonomi yang kapitalistik, kehidupan sosial yang egoistik-
individualistik dan lain sebagainya berbagai bentuk tatanan kehidupan yang jauh dari
nilai-nilai Islam, yang lahir di tengah-tengah sistem yang sekularistik. Karena dalam
sistem sekuler, agama (Islam) hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan
tuhannya saja. Sementara dalam urusan sosial kemasyarakatan, agama (Islam)
ditinggalkan dan diterapkanlah sistem hukum selain hukum Islam, yakni sistem hukum
buatan manusia, yang disebut dengan hukum positif barat (hukum kolonial) yang terlahir
dari ’aqidah sekularisme. Padahal Allah SWT telah berfirman :

”Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
dari (hukum) Allah bagi orang2 ang yakin.” (QS. Al-Maidah : 50).

Bagaimana saat ini Islam sebagai agama dan ideologi telah terasingkan dan terjauhkan
dari benak sebagian basar generasi Islam hari ini ; Bagaimana Islam mengatur pergaulan,
bagaimana Islam dalam sistem politik, ekonomi, sosial dan budaya kita..... Inilah fakta
yang terjadi pada Islam hari ini. Inilah fakta kehidupan ummat hari ini. Maka benarlah
sabda Rasul SAW diatas, bahwa Islam akan kembali terasing, dalam arti terpinggirkan
perannya karena ditinggalkan ummatnya / tidak diterapkan dalam kehidupan sehingga
tidak tampak lagi dalam sebagian besar aspek kehidupan.
Betapa saat ini ummat Islam sendiri tidaklah memandang agamanya (Islam) ini kecuali
sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nashrany memandang agamanya yakni hanya
sekedar urusan ritual yang bersifat individual belaka dan terjauhkan dari urusan publik /
politik. Ummat Islam telah kehilangan kepercayaannya terhadap Islam sebagai mu’allijat
masyaakil al-ummat (problem solving / solusi praktis komprehensif atas sumua
permasalahan ummat). Demikianlah parahnya kondisi keterasingan Islam (Ghurbah
Islam) saat ini yang mengakibatkan hancurnya seluruh sendi-sendi kehidupan dan
peradaban manusia.

Dan keterasingan / ghurbah Islam ini berimplikasi pada keterasingan para pemeluknya
yang konsisten dari para pengembannya. Sehingga Rasulullah SAW bersabda dalam
hadits diatas :

”.....maka berbahagialah orang-orang yang terasing.”

Lalu siapakah Al-Ghurabaa’ / Orang-orang yang terasing itu ? Di dalam hadits lain
yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrany didalam Al-Kabir, dari Sahal bin Sa’ad as-Sa’idi
ra, Rasulullah SAW bersabda :

”Islam pertama kali datang dalam keadaan asing, dan kelak akan kembali terasing
seperti awalnya. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing. Para sahabat ra
bertanya: ”Wahai Rasulullah, siapakah orang-orang yang terasing itu ?” Beliau SAW
bersabda: ”Mereka adalah orang-orang yang senantiasa shalih (yang senantiasa
melakukan kebaikan dan perbaikan) ketika mansia telah rusak.”

Dalam hadits yang lain, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dari
’Abdullah bin ’Amr bin ’Ash ra, Rasulullah SAW bersabda bahwa Al-Ghurabaa’ itu
adalah :

”.....Mereka adalah orang-orang yang shalih, ditengah-tengah komunitas orang-orang


yang banyak keburukannya. Orang-orang yang mendurhakainya lebih banyak dari
orang-orang yang mentaatinya.”

Dan banyak lagi hadits-hadits yang serupa ini.


Dari hadits-hadits diatas, jelaslah bahwa Al-Ghurabaa’ / Orang-orang yang terasing di
dalam hadits tersebut adalah sebagian orang (baik individu atau kelompok) di antara
kaum muslimin yang senantiasa komitmen terhadap Syari’ah Islam, tetap berpegang
teguh dengannya, mangamalkan dan mengembannya dengan penuh kesabaran di tengah-
tengah masyarakat yang telah rusak akibat tidak diterapkannya syari’ah Islam dalam
kehidupan mereka.
Lalu apa sebab dan mengapa Al-Ghurabaa’ (Orang-orang yang terasing) tersebut
mendapatkan kebahagiaan ?
Rasul SAW bersabda :

”.....maka berbahagialah orang-orang yang terasing.”

Jawabannya, diantaranya adalah juga sabda Rasulullah SAW, hadits riwayat Ibnu
Wadhah dari Abu Tsa’labah al-Khusyaini :

”Orang yang konsisten berpegang teguh pada agama dan sunnahku di zaman yang
penuh kemungkaran adalah bagaikan orang yang menggenggam bara api. Siapa saja
yang melaksanakan sunnahku pada saat yyang demikian itu pahalanya senilai 50 orang
dari kalian (para sahabat).”

Dan hadits yang diriwayatkan Oleh Abu Dawud dengan sanad hasan :

”Setelah engkau (para sahabat) akan datang masa kesabaran. Sabar pada masa itu
seperti menggenggam bara api. Orang-orang yang bersabar (dalam menjalankan
agama ini) akan mendapatkan pahala sebagaimana 50 orang laki-laki yang
mengerjakan perbuatan tersebut. Para sahabat bertanya : ”Wahai Rasulullah, apakah 50
orang diantara mereka ?” Rasul SAW menjawab : ”Bukan, tetapi 50 orang laki-laki
diantara kalian.”

Demikianlah pahala bagi orang-orang yang terasing (Al-Ghurabaa’) di era keterasingan


Islam (Ghurbah al-Islam) saat ini karena kekonsistenan dan kesabaran mereka dalam
mengamalkan dan mendakwahkan Islam di zaman yang penuh kemungkaran ini, hingga
lenyapnya ghurbah Islam ini dengan peran mereka (al-ghurabaa’), dan terbitlah kembali
fajar Zhuhuurul-Islam (kemenangan Islam) dengan ijin dan pertolongan Allah SWT.

”Dialah (Allah) yang telah mengutus RasulNya dengan (membawa) petunjuk dan agama
yang benar untuk dimenangkannya atas semua agama...” (QS.Al-Fath : 28)

Maka dari itu, ”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul
apabila menyeru kamu pada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu.”(QS. Al-Anfal
: 24)

yakni untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam (isti’naaf al-hayat al-islamiyah) yaitu
suatu tatanan kehidupan yang tegak di atas ’aqidah Islam dan diatur dengan tata aturan
syari’ah Islam di dalam bingkai Daulah Khilafah al-Islamiyah. Sebagaimana ini juga
telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW di dalam sebuah hadits :

”.....tsumma takuunuu Khilaafatan ’alaa Minhaajin-Nubuwwah.”

WaLlaahu a’lamu bi ash-shawaaabi

Anda mungkin juga menyukai