Anda di halaman 1dari 7

AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH ALMUTTAQUN

Disampaikan oleh M.Suhaimi

Konotasi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

A
hlus Sunnah Wal Jama’ah (ASWAJA) artinya adalah orang-orang yang meyakini
(mengimani), mempraktekkan (mengamalkan) dan memperjuangkan (mendakwahkan)
sunah Nabi saw dan sunah para sahabatnya, karena sunah sendiri dapat berarti thariqah
mahmudah mustaqimah (tuntunan terpuji dan lurus), maka seseorang dapat disebut 'Ahlus
Sunnah' ketika ia meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan tuntunan yang terpuji dan
lurus, seperti dalam kamus Lisanul Arab karya Ibnu Mandzur. Sedangkan miturut al-Jurjani dalam
kitab at-Ta’rifat-nya; Ahlus Sunnah Wal Jama‘ah adalah Ahlul Haqq, yaitu orang-orang yang
meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan haq yang dicapai atau dihasilkan melalui
berbagai hujjah dan burhan dari Allah swt. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah lawan dari Ahlul
Ahwa` (pangikut hawa nafsu), yaitu mereka (ahlul kiblat/ orang Islam) yang keyakinanya berbeda
dengan keyakinan Ahlus Sunnah, seperti kelompok Jabariyyah, Qadariyyah, Rawaafidl (syi'ah
ekstrem), Khawaarij, Mu’athilah dan Musyabbihah, dimana setiap kelompok dari padanya
terpecah menjadi 12 kelompok, maka jumlahnya menjadi 72 kelompok.

Perkataan al-Jurjani ini sesuai dengan situasi serta kondisi saat itu. Sedangkan untuk situasi serta
kondisi kekinian, Ahlul Ahwa' wal Bida' (pengikut hawa nafsu dan bid'ah) di samping kelompok
yang telah disebut di atas, juga adalah orang Islam (ahlul qiblat) yang keyakinan, amaliyah dan
perjuangannya mengikuti dan/ atau terhadap idiologi komunisme (termasuk sosialisme) dan
ideologi kapitalisme, berikut seperangkat ide, pemikiran, sistem dan hukum yang memancar dari
keduanya, seperti sekularisme, liberalisme, libertinisme, pluralisme, singkretisme, demokrasi,
HAM, dialog antar agama, doa bersama lintas agama dll. Karena problem, penyimpangan serta
tantangan dari / dan terhadap Islam dan kaum muslim itu mengalami perubahan dan
perkembangan dari masa kemasa.

Jadi ASWAJA itu dinamis, tidak stagnan (jumud), sesuai problem, penyimpangan serta tantangan
yang ada pada masanya. Sedangkan metode yang dipakai oleh ASWAJA pada masa Abu al-Hasan
al-As'ari (W.324 H) dan Abu Manshur al-Maturidi (W.333 H) dan tokoh ASWAJA yang lain, baik
sebelum atau sesudahnya, untuk menjawab problem, penyimpangan dan tantangan pada masa
itu, tidak akan bisa menjawab problem, penyimpangan dan tantangan dari dua ideologi di atas.
Oleh karena itu doktrin yang diyakini, dipraktikkan, diemban dan didakwahkan oleh Qadhi
Taqiyyuddin An-Nabhani serta para syabab Hizbut Tahrir, adalah doktrin ASWAJA pada masa ini,
juga sebagai pelengkap serta penyempurna juga kritik terhadap doktrin yang telah ada, karena
yang namanya manusia itu tidak ada yang sempurna, kecuali baginda Nabi Muhammad saw. Dan
fakta serta realita Salafush Shalih dan Para Imam Mujtahid juga saling mengkritik, melengkapi dan
menyempurnakan, tidak saling menyesatkan.
Kesimpulan di atas adalah konklusi dari hadis-hadis berikut;

Dari Abdullah Ibn ‘Amer Ibn al-‘Aash; Rasulullah saw bersabda: ”Umat Yahudi telah terpecah
menjadi 71 kelompok, umat Nasrani telah terpecah menjadi 72 kelompok, dan umatku akan
terpecah menjadi 73 kelompok dimana semuanya masuk neraka kecuali satu kelompok ”.
Shahabat bertanya; ”Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”. Beliau Nabi bersabda; ”Orang yang
berpegang teguh (meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan) dengan sunnah (doktrin,
tuntunan atau metode) ku dan (sunnah) para sahabatku ”. HR at-Turmudzi dalam kitab Iman
dalam bab terpecah belahnya umat ini, dan Imam Ahmad dalam Musnadnya, dan isnadnya
shahih.

Dan hadits :

Dalam riwayat at-Thabarani, Nabi saw bersabda; ”Yahudi telah terpecah menjadi 71 kelompok.
Nasharo telah terpecah menjadi 72 kelompok. Dan umatku akan terpecah menjadi 73 kelompok,
darinya hanya ada satu kelompok yang selamat, sedang yang lain semuanya rusak”. Shabat
bertanya: ”Siapakah kelompok yang selamat itu, wahai Rasulullah ?”. Beliau bersabda: ”Ahlus
Sunah Wal Jama’ah ”. Mereka bertanya; ”Siapakah Ahlus Sunah Wal Jama’ah itu ?”. Beliau
bersabda; ”Orang yang berpegang teguh (meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan)
dengan sunah (doktrin, tuntunan atau metode) ku pada hari ini dan (sunah) para sahabatku”.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui mengenai siapa sebenarnya orang yang layak disebut
sebagai ASWAJA, yaitu orang atau siapa saja yang meyakini, mempraktekkan dan
memperjuangkan (berpegang teguh dengan) sunah Nabi saw serta sunah para sahabatnya, dan
apa sebenarnya sesuatu yang dapat menentukan bahwa seseorang itu termasuk ASWAJA, yaitu
keyakinan, praktek dan perjuangannya terhadap sunah Nabi saw dan sunah para sahabatnya,
hanya ini, tidak ada yang lain, titik. Jadi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah adalah karakter atau sifat bagi
siapa saja orang yang meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan (berpegang teguh
dengan) sunah Nabi saw dan sunnah para sahabatnya, bukan nama kelompok atau organisasi
tertentu.

Sedangkan ketika ada kelompok atau organisasi yang mengklaim atau diklaim dengan nama atau
sebutan ASWAJA, maka itu sah-sah saja, seperti ketika di dalam Al-Qur'an ada kalimah Al-
Mu'minun lalu kita menamakan kelompok atau jam'iyyah kita dengan kalimah itu, dan di hadis
seperti di atas ada kalimah ASWAJA lalu kita menamakan kelompok atau organisasi kita dengan
kalimah itu, dan seterusnya. Dan juga yang dikehendaki dengan Jama'ah adalah jama'ah shahabat
(kaum muslim) yang dipimpin oleh seorang Khalifah (Imam A'zham/ Amirul mu'minin) dalam
naungan Daulah Khilafah.

Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda:

"Barang siapa yang tidak taat (kepada Khalifah / Amir), maka pada hari Kiamat ia bertemu Allah
dalam kondisi tidak memiliki hujjah. Dan barang siapa yang mati dalam kondisi tidak memikul
bai'at di pundaknya, maka ia mati jahiliyah". Dalam riwayat lain: "Dan barang siapa mati dalam
kondisi meninggalkan jama'ah (kaum muslim yang dipimpin Khalifah), maka sesungguhnya ia mati
jahiliyah (membawa dosa besar)". HR Imam Muslim dari Ibnu 'Umar ra.

Dan dalam hadis Hudzaifah Bin Yaman yang panjang Nabi saw bersabda:

"Berpegang teguhlah kamu dengan jama'ah kaum muslim dan Imamnya!". HR Bukhari dari
Hudzaifah ra.

Dan hadits :

Dan Abu Dzar ra telah meriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasannya beliau bersabda: "Barang
siapa yang meninggalkan Jama'ah meskipun hanya sejengkal, maka ia telah melepaskan ikatan
(tali) Islam dari pundaknya".

Dan Uwais Al-Qarani dalam wasiatnya kepada Harom Bin Hayan beliau berkata:

"Berhati-hatilah, jangan meninggalkan jama'ah, karena dapat meninggalkan agamamu, sedang


kamu tidak merasa, maka pada hari kiamat kamu akan masuk neraka".

Dan bahwa yang dimaksud dengan Jama'ah adalah Jama'ah Sahabat atau kaum muslim yang
dipimpin oleh khalifah. Ini diambil dari hadis berikut:

"Aku wasiatkan kepada kalian taqwa kepada Allah azza wajalla, mendengar dan taat (kepada
khalifah / amir), meskipun kalian dipimpin oleh seorang hamba sahaya, karena sesungguhnya
siapa saja di antara kalian yang masih diberi hidup, maka ia akan melihat banyak perselisihan.
Maka hendaklah kalian berpegang teguh (meyakini, mempraktikkan dan memperjuangkan)
dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus / benar dan mendapat petunjuk, gigitlah
ia dengan gigi-gigi geraham, dan jauhilah segala perkara yang baru, karena setiap perkara yang
baru adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah sesat dan setiap sesat adalah di neraka". HR Imam
Ahmad, Abu Daud, Turmudzi dan Ibnu Majah.

Dan Nabi saw bersabda:

"Telah aku tinggalkan pada kalian dua perkara, di mana kalian tidak akan pernah tersesat, selagi
kalian berpegang teguh dengan keduanya; (yaitu) kitabullah dan sunnah Rasul-Nya".

Dan sabdanya :

"Barang siapa yang membuat-buat -dalam urusan agama kami ini- sesuatu yang tidak berasal dari
padanya, maka sesuatu itu tertolak". HR Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah ra. Dan dalam riwayat
Muslim, beliau bersabda: "Barang siapa yang melakukan amalan yang tidak ada perintah kami
atasnya, maka amalan itu tertolak".

Dan atsar Hudzaifah :

Dan Abu Daud mengeluarkan dari Hudzaifah ra, beliau berkata: "Setiap ibadah yang tidak
dilakukan oleh sahabat, maka kalian jangan melakukannya".

Dan atsar Ibnu Abbas :

Dan Imam Baihaqi mengeluarkan dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata: "Perkara yang paling dibenci
oleh Allah swt adalah bid'ah".

Dan hadits :

Dari Al-Hasan dari Rasulullah saw, sesungguhnya beliau bersabda: "Amal sedikit dengan
mengikuti sunnah itu lebih baik dari pada amal banyak dengan mengikuti bid'ah, setiap bid'ah itu
sesat dan setiap sesat itu di neraka".

Dari sejumlah hadis di atas (dan hadis-hadis terkait yang tidak saya tuturkan) dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dikehendaki dengan “Jama'ah” dalam term ASWAJA adalah jamaah
sahabat atau jamaah kaum muslim yang dipimpin oleh seorang Kholifah, bukan jama'ah sebagai
organisasi atau partai politik (kecuali organisasi atau partai politik Islam yang berasaskan Islam
dan berjuang untuk menegakkan Daulah Khilafah ketika Daulah ini tidak ada, dan metode yang
ditempuhnya tidak menyimpang dari metode Rasulullah saw dalam menegakkan Daulah
Islamiyah di Madinah), karena sejumlah hadis terkait Jama’ah tersebut adalah hadis-hadis politik,
yakni membicarakan urusan politik, yaitu perihal membaiat dan taat kepada Kholifah, dan
larangan keluar dan memberontak terhadap Kholifah.

Ahlussunnah Waljama’ah Adalah Almuttaqún

Sesungguhnya Ahlussunnah Waljama’ah sebagai Sawad A'zhom yang Firqah Nâjiyah, kelompok
yang pada hari kiamat selamat, ketika melintas diatas shiroth mustaqim, tidak tergelincir ke dalam
neraka Jahanam, mereka adalah Almuttaqûn, orang-orang yang bertakwa. Bukan orang-orang
kafir, zhalim dan fasiq, apalagi munafiq. Karena surga itu hanya disediakan bagi orang-orang yang
bertaqwa, Almuttaquun, u'iddat lilmuttaqiin. Karenanya, Ahlussunnah Waljamaah yang Firqoh
Naajiyyah adalah Almuttaquun.

● Definisi Taqwa:
Definisi taqwa yang sangat populer, karena biasa disampaikan oleh setiap khotib Jum'at, ialah :

Imtitsâlu awâmirillâhi wajtinâbu nawâhihi


"Melaksanakan perintah-perintah Allah, dan menjauhi larangan-larangan-Nya".

Dari definisi taqwa diatas, tidak cukup seseorang bisa bertaqwa hanya dengan melaksanakan
perintah Allah, tanpa menjauhi larangan-Nya. Tidak cukup seseorang bisa bertaqwa hanya
dengan mengejar pahala dan fadhilah, tanpa menjauhi dosa dan sia-sia. Tidak cukup seseorang
bisa bertaqwa hanya dengan mengejar surga, tanpa menjauhi neraka. Tidak cukup seseorang bisa
bertaqwa hanya dengan menyembah Allah, tanpa menjauhi thaghut tandingan Allah.

Taqwa yang demikian itu harus ada di dalam kehidupan, masyarakat dan negara. Taqwa ini tidak
cukup hanya di dalam kehidupan privat, tanpa ada di kehidupan publik. Taqwa ini tidak cukup
hanya di dalam kehidupan publik, tanpa ada di kehidupan negara. Rasululloh SAW sendiri ketika
menyuruh sahabat agar bertakwa, dengan taqwa yang mencakup semua lini kehidupan.

Beliau SAW bersabda :

Ittaqillâha haitsumâ kunta, wa atbi'is sayyiatal hasanata tamhuhâ, wa khôliqin nâsa bi khuluqin
hasanin

"Bartaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan maka
menghapusnya, dan perlakukan manusia dengan khuluq (akhlak) yang baik". (Hadits Arba'în
Nawawi ).

Maksud hadits :
1- Bertaqwalah, di zaman manapun kamu ada, di tempat manapun kamu ada, dan dalam kondisi
apapun kamu ada.
2- Di zaman manapun ada keburukan, gantilah dengan kebaikan. Di tempat manapun ada
keburukan, gantilah dengan kebaikan. Dan dalam kondisi apapun ada keburukan, gantilah dengan
kebaikan.
3- Di zaman manapun, di tempat manapun, dan dalam kondisi apapun, perlakukan manusia
dengan khuluq (akhlak) yang baik.

Sedang khuluq yang baik adalah Alqur'an. Aisyah ra berkata :

Kâna khuluqu rosûlillahi shollallôhu 'alaihi wasallama alqur'ana


"Khuluq Rasulullah SAW adalah Alqur'an".

Jadi Rasulullah SAW telah menyuruh agar manusia di zaman manapun, di tempat manapun dan
dalam kondisi apapun diperlakukan dengan Alqur'an. Itulah hakekat taqwa harus menjadikan
Alqur'an sebagai pedoman dan aturan kehidupan, masyarakat dan negara.

● Ahlussunnah Waljama’ah, dalam kehidupan privatnya, mereka menegakkan shalat dan ibadah-
ibadah wajib yang lainnya, serta menjauhi riya (ingin dilihat) dan sum'ah (ingin didengar). Mereka
rajin datang ke masjid, serta menjauhi masjid dhirór, yaitu masjid yang takmir (pengurus)nya
mengganggu dan menyakiti tetangga-tetangga di sekitarnya, baik tetangga yang di dalam atau
yang di luar masjid, dengan suara-suara bacaan Alqur'an, dzikir dan doa setelah shalat, dimana
semuanya dengan suara keras yang menyengat gendang telinga dan sangat menyakiti. Mereka,
Ahlussunnah Waljama’ah membaca Alqur'an, berdzikir dan berdoa dengan suara jiwa, rendah
hati, suara samar, tidak berlebihan, tidak merusak suasana lingkungan yang tenang dan tentram,
dan dengan ihsân, berbuat baik, baik sebelum berdzikir dan berdoa, ketika berdzikir dan berdoa,
atau sesudah berdzikir dan berdoa, kepada semua yang ada di samping atau di sekitarnya.

● Dalam kehidupan bermasyarakat, Ahlussunnah Waljama’ah bermuamalah tanpa menipu,


tanpa curang, dan tanpa riba. Mereka sangat menjaga anak-anak perempuan, istri dan wanita-
wanita yang ada dalam kekuasaan dan tanggungjawabnya dari segala hal yang dilarang oleh Islam,
seperti membuka aurat di kehidupan umum meskipun hanya sehelai rambut, berkhalwat dengan
selain mahrom, bertabarruj dan semua hal yang termasuk mendekati zina. Dan mereka juga
paling berhati-hati dan menjaga diri dan keluarganya dari semua pemahaman, pemikiran, tradisi
dan keyakinan yang tergolong bid’ah, kufur dan syirik. Karena menjaga diri dan keluarga dari api
neraka adalah wajib.

● Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Ahlussunnah Waljama’ah menerapkan ideologi


Islam yang melahirkan sistem pemerintahan Islam, yakni khilafah karena kewajibannya bukan
hanya mengangkat pemimpin (nashbul Imam), tetapi juga menerapkan syariat Islam (tathbiiqusy
syarii'ah) oleh pemimpin, sistem ekonomi Islam, sistem pergaulan Islam, sistem pendidikan Islam,
sistem uqûbat (sanksi hukum) Islam, dan sistem politik dalam dan luar negeri Islam. Dimana politik
dalam negerinya adalah melaksanakan hukum-hukum Islam, seperti menegakkan hudûd, jinâyât,
ta'zîr dan mukhâlafât, menjamin pelaksanaan syiar-syiar agama dan ibadah, menjaga akhlak,
memberi keadilan kepada orang-orang yang terzalimi dari orang-orang yang zalim, dan menjaga
batas-batas negara. Sedang politik luar negerinya adalah mengemban risalah Islam ke seluruh
penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.

Di samping itu, Ahlussunnah Waljama’ah juga menolak dari meyakini, mendakwahkan, dan
menerapkan ideologi kapitalisme serta semua yang lahir atau memancar dari padanya, seperti
sistem pemerintahan demokrasi, sistem ekonomi kapitalis, sistem pendidikan sekular, sistem
pergaulan liberal, HAM, liberalisme, pluralisme, sinkretisme dan isme-isme lainnya.

Mereka juga sangat menolak terhadap ideologi komunisme dan sosialisme yang melahirkan
berbagai sistem, pemikiran, pemahaman dan keyakinan yang lebih rusak dan merusak dari
ideologi kapitalisme sebelumnya.

● Terakhir:

Ahlussunnah Waljama’ah yang Sawad A'zhom dan yang Firqah Nâjiyah itu memiliki karakter
Almuttaqûn yang disebut didalam Alqur'an maupun Assunnah. Begitu pula memiliki ciri khas yang
tidak dimiliki oleh firqah-firqah lain. Mereka memiliki Lima Pilar kehidupan beragama, berbangsa
dan bernegara, yaitu; Ukhuwwah Islamiyyah yang mendunia, Islam Rahmatan Lil'alamin yang
menaungi dunia, Islam Kaaffah yang meliputi dunia, Khilafah yang menguasai dunia, dan Dakwah
Islam yang menembus belantara penjuru dunia. Ukhuwwah Islamiyyah tidak sempurna tanpa
Islam Rahmatan Lil'alamin, Islam Rahmatan Lil'alamin tidak sempurna tanpa Islam Kâffah, Islam
Kâffah tidak sempurna tanpa Khilafah, dan Khilafah tidak sempurna tanpa Dakwah. Maka dakwah
adalah poros kehidupan Ahlussunnah Waljama’ah.

Sedang berbagai klaim Ahlussunnah Waljama’ah yang tidak memenuhi unsur-unsur diatas,
apalagi yang kontradiksi dengannya, hanyalah ASWAJA TOPENG, meskipun memiliki segudang
kitab akidah yang diklaim sebagai akidah Ahlussunnah Waljama’ah, dan sangat fasih berbicara
akidah. Karena akidah itu tersembunyi di dalam hati hanya Allah Yang mengerti. Lalu dari lubuk
hati memancarkan praktik Ukhuwwah Islamiyyah, praktik Islam Rahmatan Lil'alamin, praktik
Islam Kaaffah, praktik Khilafah dan praktik Dakwah. Wallohu A’lamu Bishshawâb. [].

Sumber:
http://abulwafaromli.blogspot.com/2016/03/konotasi-ahlussunnah-waljama.html?m=1
http://abulwafaromli.blogspot.com/2019/09/ahlussunnah-waljamaah-adalah-
almuttaqun.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai