Pengaruh Restitusi Pajak An Nilai Wajib Pajak Badan Terhadap Penerimaan Pajak An Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Di Kota Makassar
Pengaruh Restitusi Pajak An Nilai Wajib Pajak Badan Terhadap Penerimaan Pajak An Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Di Kota Makassar
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
AKHIRUDDIN. S
056224027
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
1
2
2010
PROPOSAL PENELITIAN
B. I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Indonesia pada saat ini sedang mengalami hambatan. Hal ini disebabkan Karena
tersebut ditujukan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Sumber-
Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan Negara antara lain melalui
mendapatkan pinjaman atau bantuan luar negeri. Pajak merupakan salah satu sumber
3
perkonomian dan taraf hidup suatu bangsa. Peranan pajak semakin besar dan penting
dalam bentuk kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah
pertambahan nilai suatu barang atau jasa yang dihasilkan atau diserahkan oleh
Undang Pajak Pertambahan Nilai tahun 1984 yang secara resmi telah dilaksanakan
mulai 1 April 1984 yang kemudian diubah menjadi Undana-Undang nomor 11 Tahun
1994 yang pelaksanaannya mulai pada awal tahun 1995 dan kemudian diubah lagi
menjadi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000. Adapun kewajiban wajib pajak atau
melaporkan pajak pertambahan nilai dan pajak pembelian atas barang mewah yang
dapat bertambah.
4
pelayanan pajak di kota Makassar yang telah menggunakan sistem administrasi yang
perpajakan melalui pajak online, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) yang dikenakan atas usahanya. Hal-hal yang biasanya berkaitan dengan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) adalah PPN kurang bayar, PPN lebih bayar, nihil. Tetapi
yang biasa mempengaruhi tingkat penerimaan pajak terutama pada KPP Madya
Makassar adalah PPN yang lebih bayar. Untuk itu adanya penanganan dan tindak
lanjut terhadap PPN yang lebih bayar, karena hal ini akan berpengaruh pada tingkat
penerimaan pajak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada data penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai dan Restitusi Pajak Pertambhan Nilai pada KPP Madya Makassar
Tabel 1 : Data Penerimaan dan Restitusi KPP Madya di Kota Makassar bulan Januari -Desember
2008
Persentase
Bulan Penerimaan PPN Restitusi Jumlah Penerimaan Netto
Restitusi
Januari Rp 16,950,575,895 Rp 283,389,666 1.67% Rp 16,667,186,229
Februari Rp 17,033,714,720 Rp 350,294,274 2.06% Rp 16,683,420,446
Maret Rp 18,037,110,489 Rp 836,106,412 4.64% Rp 17,201,004,077
April Rp 19,523,928,324 Rp 4,249,270,565 21.76% Rp 15,274,657,759
Mei Rp 30,106,846,726 Rp 7,423,563,339 24.66% Rp 22,683,283,387
Juni Rp 41,491,352,702 Rp 2,141,142,803 5.16% Rp 39,350,209,899
Juli Rp 38,053,835,894 Rp 1,099,618,227 2.89% Rp 36,954,217,667
Agustus Rp 43,118,303,541 Rp 828,424,962 1.92% Rp 42,289,878,579
September Rp 54,544,750,309 Rp 243,938,868 0.45% Rp 54,300,811,441
Oktober Rp 54,654,214,486 R - 0% Rp 54,654,214,486
November Rp 49,594,976,958 Rp - 0% Rp 49,594,976,958
Desember Rp 103,192,018,889 Rp 3,627,561,906 3.52% Rp 99,564,456,983
Total Rp 486,301,628,933 Rp 21,083,311,022 4.34% Rp 465,218,317,911
Sumber : KPP Madya di Kota Makassar
5
Pertambahan Nilai pada KPP Madya Makassar mengalami penurunan karena adanya
restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Pengaruh Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Wajib Pajak
Badan terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar”.
b. Rumusan Masalah
pokok dalam penelitian ini adalah: “Bagaiman pengaruh restitusi Pajak Pertambahan
Nilai Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor
c. Tujuan Penelitian
penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh restitusi Pajak Pertambahan Nilai
Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan Pajak pertambahan nilai pada Kantor
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada
para aparat pajak dalam tindak lanjut terhadap restitusi PPN pada WP badan.
6
3. Sebagai bacaan, bahan referensi dan acuan bagi pihak yang ini membahas
e. Sistematika Penulisan
A. JUDUL
B. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
E. Sistematika Penulisan
A. Tinjauan Pustaka
B. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
C. JADWAL PENELITIAN
D. DAFTAR PUSTAKA
a. Tinjauan Pustaka
a) Restitusi
pembayaran pajak yang dapat dimintakan kembali oleh wajib pajak atau dapat
1. Jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau kelebihan
pajak masukan terhadap pajak keluaran dalam suatu masa pajak tertentu.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods
and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak
tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau
8
dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung
pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang
disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah
pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika
PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika
Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen.
Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Restitusi PPN adalah
masukan lebih besar daripada pajak keluaran yang dapat dimintakan kembali atau
Pertambahan Nilai
sebagai berikut:
berikut :
1) Permohonan Restitusi
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak diisi atau tidak
di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan dan satu permohonan untuk masa
pajak.
2) Kelengkapan Dokumen
a) Pemeriksaan
Proses penyelesaian restitusi selain dari pengusaha Kena Pajak, pajak tertentu
berkenaan dengan permohonan pengembalian. Apabila jangka waktu telah lewat dan
Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Ketetapan pajak atau surat
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lambat 1 bulan stelah jangka
waktu berakhir.
b) Penelitian
dengan melalui penelitian. Apabila sampai dengan jangka waktu berakhir, Pengusaha
Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dimana, setiap
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
a) Definisi Pajak
pembangunan dan pengadaan barang dan jasa publik untuk kesejahteraan umum.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkanUndang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pajak adalah
b) Jenis–Jenis Pajak
Menurut Mansur dan Wardoyo dalam Budianto (2008:7), secara umum pajak
kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang
bersangkutan.
b) Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya,
(PPnBM).
a) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PPB), serta Bea
b) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang
yaitu :
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
kekurangan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realisitis,
sedangkan kekurangannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak
yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat
dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu pada akhir tahun, sedangkan
kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
c) Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila
besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut anggapan, maka
wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta
kembali.
Negara berhak menggunakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang
bertempat di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari
luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
b) Asas Sumber
c) Asas Kebangsaan
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yan
terutang.
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
1) Subjek PPN
atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya barang, mengimpor barang,
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa atau memamfaatkan jasa
dari luar Daerah Pabean. Menurut Pasal 1 angka 15 UU PPN disebutkan bahwa
pengusaha kena pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud dalam angka 14 yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan
1) Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran
bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp. 600.000.000,00.
Pengusaha Kena Pajak, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku,
jumlah penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak melebihi batas Rp.
Bukan Pengusaha Kena Pajak yakni bukan imporir, buka pengusaha kena
pajak melakukan perjalanan ke luar negeri, ketika pulang melewati pos pemerikasaan
DJBC (Direktorat Jenderal Bea Cukai) ditahan karena dianggap membawa barang
melebihi batas-batas yang diizinkan, paspor dan KTP ditahan dan selanjutnya
membayar Pajak Pertambahan Nilai terutang, bea masuk terutang, dan bea-bea lain
terutang. Apabila tidak ada uang, maka Bukan Pengusaha Kena Pajak tersebut akan
ditahan dan apabila tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) maka akan
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak sementara 9 digit angka 0. 3 digit Kode Kantor
Pelayanan Pajak dan 3 digit angka 0. SSP (Surat Setoran Pajak) ini merupakan data
masukan yang akan membuat Bukan Pengusaha Kena Pajak akan dipanggil oleh
Kantor Pelayanan Pajak untuk diberi Nomor Pokok Wajib Pajak dalam rangka
ekstensifikasi wajib pajak. Hal-hal ini yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
walaupun bukan pengusaha kena pajak, yaitu bila bukan Pengusaha Kena Pajak
memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud/ Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
2) Objek PPN
Barang atau jasa sebagai objek dari Pajak Pertambahan Nilai dapat dibedakan
Barang kena pajak adalah barang berwujud yang menururt sifat dan
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau baran tidak bergerak dan barang tidak
dan 3 UU PPN). Barang berwujud adalah aktiva tetap, seperti kendaraan, mesin, dan
juga berupa persediaan bahan baku maupun barang jadi, sedangkan barang kena
pajak tidak berwujud diantaranya seperti lisensi, merk dagang, Hak Paten, Hak Cipta,
Barang yang akan dikenakan Objek Pajak Pertambahan Nilai atau yang akan
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk
menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
1) Penerimaan Negara
membiayai pengeluaran pemerintah. Fungsi itu disebut juga sebagai fungsi Budgeter.
berperan sebagai sumber penerimaan utama yang semakin meningkat baik jumlah
Penghasilan (PPh), karena PPh mengadakan pengecualian subjek pajak, ada subjek
pajak yang dibebaskan dari PPh, secara tidak langsung menjadi penanggung pajak
melalui konsumsi yang dilakukannya. Dengan demikian, beban pajak akan terbebani
pada setiap orang, tanpa pengecualian. PPN dalam hal ini berperan sebagai alat untuk
PPN sering juga disebut sebagai pajak atas konsumsi. Yang menjadi
pemikul beban pajak ini adalah konsumen. Oleh karena itu PPN dapat juga dijadikan
alat untuk membentuk pola konsumsi, dengan mengenakan pajak atas barang-barang
tertentu dan tidak mengenakan pajak atas barang lainnya sesuai dengan yang
4) Mendorong Ekspor
f) Faktur Pajak
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan jasa kena pajak atau bukti pungutan pajak karena
impor barang kena pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai. Faktur
pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak terbagi atas 3 macam yaitu:
umumnya dibuat pada saat penyerahan kepada pembeli yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak karena pembeli yang telah dikukuhkan sebagai
Masukan tersebut, sedangkan hanya Faktur Pajak Standard dan dokumen tertentu
pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha Kena Pajak untuk menampung
kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
Menurut UU PPN pasal 13 ayat 2 Faktur Pajak Gabungan yang dibuat meliputi
semua penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
terjadi selama suatu bulan takwim kepada pembeli yang sama atau penerima Jasa
Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak dihitung dari Dasar Pengenaan Pajak dikaitkan dengan tarif tertentu.
Besarnya tarif Pajak Pertambahan Nilai dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
a) Tarif Umum
Tarif umum merupakan tarif yang dikenakan terhadap transaksi Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak yang secara umum besarnya adalah 10%.
b) Tarif Ekspor
Tarif ekspor merupakan tarif yang dikenakan terhadap transaksi Barang Kena
Pajak maupun Jasa Kena Pajak pada ekspor yang besarnya adalah 0%, bukan
22
dapat dikreditkan.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai dapat diubah minimal 5% dan maksimal sebesar
d) Tarif Efektif
Tarif efektif Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pada berbagai Barang Kena
Pertambahan Nilai yang harus dibayar atau lebih dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak.
Pajak Petambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif Pajak
Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan Pajak tersebut
dapat berupa harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, ataupun nilai lain-lain.
Pertambahan Nilai yang terutang adalah dengan mengalikan jumlah harga jual,
penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan
pasal 7 ayat 1. Pajak terutang ini merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
sebagai berikut :
23
Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan Pajak yaitu harga jual, penyerahan,
antara Tarif Pajak Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan Pajak. Namun
apabila besarnya harga jual, penyerahan, dan yang lainnya sudah termasuk Pajak
secara langsung tanpa mencari Dasar Pengenaan Pajak terlebih dahulu, dengan
PPN Terutang = ((Tarif PPN / (100 + Tarif PPN)) * Harga Termasuk PPN.
3. Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan judul ini adalah :
Tagallega”. Adapaun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
(PPN), hal-hal apa saja yang tidak tercapainya target dan realisasi penerimaan Pajak
dalam penelitian ini adalah data penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak
Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menganalisis tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan juga menggunakan analisis
yang sama yaitu analisis deskriptif atau metode yang menggambarkan secara objektif
dimana pada penelitian di atas yang menjadi subjek penelitiannya adalah lebih kepada
target dan realisasi penerimaan PPN, sedangkan pada penelitian ini yang menjadi
pertambahan nilai terhadap penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak Makassar
pertambahan nilai terhadap penerimaan pajak pada kantor pajak Makassar Selatan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu metode eksplanatif
yaitu metode yang digunakan untuk menguji atau mengkonfirmasi hubungan atau
pengaruh antar variabel. Alat anlisis yang digunakan adalah analisis regresi
adalah terletak pada variabel yang dipengaruhi yaitu penerimaan pajak pertambahan
nilai sebagai variabel (Y). Jika pada penelitian ini, mengambil variabel (Y) yaitu
hanya penerimaan pajak pertambahan nilai saja, namun pada penelitian tersebut
oleh pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran dalam suatu masa pajak.
Adapun hal-hal yang menyebabkan pajak masukan lebih besar daripada pajak
keluaran adalah :
a) Pada saat awal usaha dimana barang modal, bahan baku, dan bahan pembantu
dibeli.
b) Pada saat Pengusaha Kena Pajak melakukan kegiatan ekspor Barang Kena
c) Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena
Pajak kepada semua Pengusaha Kena Pajak atau kepada pemungut PPN.
d) Pengusaha Kena Pajak menyerahkan BArang Kena Pajak dan atau Jasa Kena
luar negeri.
26
e) Pengusaha Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada enteport produksi untuk
pertambahan nilai yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar yang
terdiri dari PPN dalam Negeri, PPN Impor, PPN lainnya, PPnBM dalam Negeri,
semakin besar restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), semakin akan mengurangi
penerimaan pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar.
Hal ini disebabkan oleh karena apabila jumlah pengembalian kelebihan pembayaran
pajak yang dikembalikan kepada Wajib Pajak maka secara otomatis akan mengurangi
jumlah penerimaan pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Madya
Makasassar.
b. Kerangka Pemikiran
Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dimana, setiap
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar daerah pabean wajib menyetorkan pajak atas usahanya. Salah-satu
27
kewajiban pajak oleh wajib pajak badan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya
Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang disetor oleh wajib pajak
penerimaan pajak, ada hak-hak dari wajib pajak yang mesti dipenuhi oleh KPP
yang dapat dimintakan kembali oleh wajib pajak. Adapun persyaratan pemenuhan
restitusi yaitu dengan melakukan pemohonan restitusi kepada KPP yang dilengkapi
yang selanjutnya dilakukan pemerikasaan dan penelitian oleh KPP atas permohonan
(PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar. Untuk lebih jelasnya kerangka
PPN
c. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang yang ada maka yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah: “diduga bahwa restitusi pajak pertambahan nilai wajib pajak
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2007:31) bahwa: “variabel adalah suatu atribut sifat dan
nilai dari individu, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
diharapkan untuk dipelejari dan ditarik kesimpulanya”. Adapun variabel yang terkait
2. Desain Penelitian
menganalisis data restitusi PPN dan penerimaan PPN tahun 2008-2009 pada KPP
Madya Makassar. Penelitian ini juga berusaha untuk menjawab masalah bagaimana
pengaruh restitusi PPN terhadap Penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar.
teknik purposive sampling yaitu pertimbangan sendiri oleh peneliti artinya bahwa
dalam pengambilan sampel memilih langsung objek atau data yang dibutuhkan
29
data.
penerimaan PPN, kemudian hasil analisis tersebut dilakukan analisis regresi linear
hubungan kausal, dalam hal ini hubungan antara restitusi PPN dengan penerimaan
PPN. Setelah diregresi kemudian dilakukan uji-t untuk mengetahui apakah hipotesis
diterima atau ditolak. Adapaun skema desain penelitian dapat dilihat pada gambar 2.
30
Kantor Pelayanan
Pajak Madya
Makassar
Teknik analisis
• Regresi Linear
sederhana.
• Uji – t
• Uji r
pajak Madya Makassar kepada wajib pajak badan atas kelebihan pembayaran
b) Penerimaan pajak pertambahan nilai adalah sejumlah uang yang diterima oleh
nilai oleh wajib pajak badan yang meliputi Pajak Pertambahan Nilai dalam
Negeri, Pajak Pertambahan Nilai Impor, dan Pajak Pertambahan Nilai Lainnya.
2. Pengukuran Variabel
Pertambahan Nilai Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor
Untuk itu dari variabel di atas, Dasar pengukuran pada hasil penerimaan PPN
adalah besarnya nilai restitusi pajak pertambahan nilai yang dinyatakan dalam satuan
rupiah.
1. Populasi
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penerimaan
2. Sampel
yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan atas dasar
pertimbangan sendiri oleh peneliti artinya bahwa dalam pengambilan sampel memilih
langsung objek atau data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah data wajib pajak badan,
penerimaan pajak PPN dan restitusi pajak PPN tahun terakhir yakni tahun 2009.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
dengan penelitian yang akan dilakukan yakni data penerimaan PPN dan restitusi
PPN tahun 2008-2009 serta data lain yang mendukung dalam penelitian ini.
berkompeten yakni pimpinan, bagian keuangan dan pihak-pihak lain yang terkait
metode Eksplanatif (konfirmatif), yaitu metode yang digunakan untuk menguji atau
adalah regresi linear sederhana dengan program bantuan alat statistic SPSS Versi
33
hubungan dalam bentuk persamaan antara variabel bebas (X) dengan varibel terikat
(Y). Dimana varibel bebas (X) adalah Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dan variabel
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu Restitusi PPN dan variabel
Y= a + b x
Dimana :
X = Perputaran modal kerja
Y = Tingkat likuiditas
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
Untuk mencari nilai a dan b dapat dihitung dengan nenggunakan rumus :
nΣxy – (Σx)(Σy)
b=
nΣx2 – (Σx)2
a = Ŷ – bx
berikut:
n ∑ x1 y1 − (∑ x1 ).( ∑ y1 )
r xy =
{ n ∑ x1 − ( ∑ x1 )
2 2
}{ 2
n ∑ y1 (∑ y1 ) 2 }
34
Dimana :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah periode tahun
x = restitusi PPN
y = penerimaan PPN
Selanjutnya untuk melihat hasil dari nilai korelasi yang diperoleh dapat
berikut :
r n −2
t= 1 −r2
Dimana :
t = Uji perbandingan (nilai t yang dihitung)
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah periode tahun
berikut :
C. JADWAL PENELITIAN
D. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007, Panduan Praktis Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 15.0.
Semarang; Wahana Komputer.
Ilyas, Wirawan B, dan Rudy Suhartono. 2007. Pajak Pertambahan Nilai dan
Penjualan Barang Mewah. Jakarta; Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Suandy, Erly. 2002. Perpajakan, Jakarta: Penerbit PT. Salemba Empat Patria.
E. HALAMAN PENGESAHAN
Akhiruddin Saleh
Nim. 056 224 027
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Prodi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makassar