Oleh:
Sr. Ir. Susi Susilawati PI, MSc.HE.
Dibiayai oleh:
Lembaga Penelitian – Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Tahun anggaran 2001 - 2002
Lembaga Penelitian
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Sr. Ir. Susi Susilawati PI, MSc.HE.
Pengelolaan Distribusi Air untuk Irigasi dan Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan
PRAKATA
Dengan penuh rasa syukur pada Tuhan yang oleh penyelenggaraan kasih-Nya,
penulis menerima kesempatan untuk melakukan kegiatan penelitian ini sampai
selesainya penyusunan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Ucapan syukur dan terima kasih tak terhingga penulis tujukan pula kepada:
1. Bp. Ir. Witjaksono, Dipl. HE, selaku kepala PU Pengairan Kabupaten
Semarang – Ungaran, yang telah memberikan ijin untuk dilakukannya
kegiatan penelitian ini.
2. Bp. Muin, BE, selaku kepala PU Pengairan Ranting Ungaran beserta staff,
yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data untuk penelitian ini.
3. Bp. Soeroto, selaku ketua Forum Koordinasi P3A Dharma Tirta D.I. Tinalun,
yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data untuk penelitian ini.
4. Ketua dan sekretaris Lembaga Penelitian UNIKA Soegijapranata Semarang
yang ikut mendukung dan memberi kesempatan untuk terlaksananya kegiatan
penelitian ini.
Penulis
DAFTAR ISI:
Halaman:
PRAKATA i-1
DAFTAR ISI i-3
DAFTAR TABEL i-4
DAFTAR LAMPIRAN i-6
DAFTAR ISTILAH i-7
INTISARI/ABSTRACT i-8
BAB I PENDAHULUAN I-1
1. Latar Belakang Penelitian I-1
2. Perumusan Masalah I-1
3. Tujuan Penelitian I-2
4. Manfaat Penelitian I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II - 1
1. Pengelolaan Distribusi Air Irigasi Secara Optimal II - 1
2. Metode Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan
II - 9
(PPKP)
BAB III METODE PENELITIAN III - 1
1. Inventarisasi Data III - 1
2. Kunjungan ke Lokasi dan Questioner III - 2
3. Analisa Data dan Simulasi Kebutuhan Air Irigasi III - 3
BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI
1. Analisa Data Iklim IV - 1
2. Analisa Data Curah Hujan IV - 2
3. Analisa Data Debit IV - 3
4. Analisa Data Questioner IV - 4
5. Simulasi Kebutuhan Air Irigasi dengan
IV - 8
Menggunakan “Cropwat” – Komputer Model
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V-1
DAFTAR PUSTAKA ii - 1
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL:
Halaman:
Tabel 2.1. Koefisien Tanaman Padi dan Palawija Jenis Jagung II - 4
Koefisien Tanaman Padi dan Palawija Jenis Jagung (FAO
Tabel 2.2. II - 4
– ID No.33)
Kebutuhan Air Tanaman Padi Sesuai Tahap
Tabel 2.3. II - 5
Pertumbuhan-nya
Kebutuhan Air Tanaman Palawija Sesuai Tahap Pertum-
Tabel 2.4. II - 5
buhannya
Hasil Pengolahan Data Iklim Stasiun Klimatologi Klas I -
Tabel 4.1. IV - 2
Semarang
Hasil Pengolahan Data Curah Hujan Pada Stasiun Penakar
Tabel 4.2. IV - 3
Hujan Sta. Klepu
Tabel 4.3. Hasil Pengolahan Data Debit Pda Bendung Tinalun IV - 4
Hasil Perhitungan Evapotransipasi Potensial Sta.
Tabel 4.4. IV - 8
Klimatologi Semarang
DAFTAR GAMBAR:
Halaman:
Gambar 2.1. Diagram Proses Pelaksanaan PPKP II - 14
Gambar 3.1. Bagan Alir Metode Penelitian III - 1
DAFTAR LAMPIRAN:
Halaman:
Lampiran 1 Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Tinalun L1
Lampiran 2 Data dan Analisa Klimatologi L2
Lampiran 3 Data dan Analisa Curah Hujan L3
Lampiran 4 Data dan Analisa Debit Total Pada Bendung Tinalun L4
Lampiran 5 Data Organisasi Forum Koordinasi P3A Dharma Tirta
L5
D.I. Tinalun dan Hasil Questioner
Lampiran 6 Simulasi Kebutuhan Air Irigasi dan Neraca Air L6
DAFTAR ISTILAH:
INTISARI / ABSTRACT:
The application of the “Participatory Rural Appraisal” method really gives the
positive impact to the farmer, especially in the “Tinalun” irrigation area, to realise the
important of irrigation and drainage management for irrigation drainage system, but
they still depend on the government subsidising to support the budget of this
management.
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi ketersediaan air untuk irigasi pada daerah irigasi Tinalun ini sangat
kurang namun kemampuan daerah irigasi ini cukup baik. Di Ds. Wonorejo, Ds.
Wonoyoso dan Ds. Candirejo pertanian adalah usaha utama. Petani di desa ini menanam
padi pada musim tanam pertama dan kedua langsung disusul tanaman palawija jenis
jagung dan kacang tanah atau kedelai yang ditanam secara tumpang sari atau kadang-
kadang menanam tembako dan sebagian ada yang menanam tebu. Sedangkan di Ds.
Klepu, Ds. Pringsari dan Ds. Pringapus pertanian merupakan usaha sambilan dan petani
di desa ini hanya menanam padi pada musim pertama dan kedua kemudian bero.
2. PERUMUSAN MASALAH
Beberapa masalah yang dapat dirumuskan antara lain:
1. Ketersediaan air yang jauh dari mencukupi untuk daerah irigasi dengan luas lahan
sekitar 994 ha dengan kreatifitas petani yang berkehendak meningkatkan kemampuan
pertanian di daerahnya, khususnya di Ds. Wonorejo, Ds. Wonoyoso dan Ds.
Candirejo.
2. Pengaturan dan pengelolaan distribusi air irigasi yang jauh dari efisien (efisiensi
distribusi air irigasi sekitar 50 %) karena penggunaan air untuk hal-hal lain misalnya
home industri, industri Kanigara, rumah tangga dll. selain untuk irigasi.
3. Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan, meliputi aspek sosial – budaya, ekonomi
dan dampak lingkungan, yang belum optimal.
4. Keterbatasan sumber daya manusia – SDM bagi subdin Pengairan – Dinas PU
Kabupaten Semarang yang mendorong subdin untuk mengalihkan daerah irigasi ini
kepada kemampuan masyarakat sendiri untuk mengelolanya.
3. TUJUAN PENELITIAN
Menemukan pengaturan – pengelolaan distribusi air irigasi yang efisien – optimal
untuk daerah irigasi Tinalun yang dimungkinkan untuk didukung secara partisipatif oleh
masyarakat sendiri sehingga petani (Perkumpulan Petani Pemakai Air – P3A) siap untuk
menerima pengelolaan distribusi air irigasi secara mandiri.
4. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada pemerintah
daerah Kabupaten Semarang dinas Pekerjaan Umum – Subdin Pengairan dalam
mempersiapkan masyarakat, khususnya P3A untuk menerima pengelolaan distribusi air
irigasi di daerahnya secara mandiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
proses pertumbuhannya sehingga diperoleh produksi yang baik. Kebutuhan air tanaman
ditentukan oleh EVAPORASI dan TRANSPIRASI. Evaporasi adalah proses menguapnya
air dari permukaan tanah atau air, sedangkan transpirasi adalah proses menguapnya air
dari bagian tubuh tanaman.
Faktor lain yang penting dalam proses transpirasi ini adalah jumlah air yang
tersedia. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh
tanaman selama proses transpirasi ini, maka jumlah air yang ditranspirasikan akan lebih
besar dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan. Evaporasi yang mungkin
terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan disebut evaporasi potensial. Evaporasi
yang sesungguhnya terjadi dalam kondisi air tidak berlebihan yang sering terjadi di
lapangan disebut evaporasi aktual.
Metode yang paling teliti untuk menaksir besarnya evapotranspirasi dari suatu
permukaan yang tertutup tanaman adalah melalui proses simulasi dari kombinasi aliran
tidak jenuh di dalam tanah dengan evapotranspirasi. Pendekatan diambil berdasarkan
adaptasi dari Monteith terhadap formula Penman. Situasi-situasi yang detail dan teliti dari
data meteorologi yang diperlukan adalah sulit didapatkan. Karenanya penaksiran dalam
perhitungan evapotranspirasi aktual maupun evapotranspirasi potensial adalah cukup.
ET pot = k c ET ref
dimana kc adalah koefisien tanaman dan ETref adalah evapotranspirasi referensi.
dimana :
ETref = evapotranspirasi referensi
W = suatu faktor, tergantung dari temperatur
Rn = radiasi netto dalam evapotranspirasi ekivalen (mm/hari)
f(u) = faktor yang tergantung dari kecepatan angin
(ea – ed) = perbedaan tekanan uap jenuh rata-rata dengan tekanan
uap rata-rata yang sesungguhnya (mbar)
c = faktor penyesuaian yang tergantung dari kondisi cuaca
siang dan malam.
Secara praktis kebutuhan air untuk tanaman seringkali ditaksirkan dari suatu
evapotranspirasi referensi ETref dan koefisien tanaman kc dengan mengikuti persamaan
5.5” koefisien tanaman yang dipakai mengacu pada makalah FAO – ID No.33 yang
nilainya sesuai dengan tingkat pertumbuhan dari tanaman (4 tingkatan di atas). Koefisien
tanaman untuk padi dan palawija jenis jagung menurut Nedeco/Prosida atau FAO dapat
dilihat dalam tabel 2.1 sedangkan koefisien tanaman padi dan palawija jenis jagung
menurut FAO – ID No.33 dapat dilihat dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2. Koefisien Tanaman Padi dan Palawija Jenis Jagung (FAO – ID No.33)
Menurut buku seri modul Pelatihan Tata Guna air PT 1: Kebutuhan air irigasi,
kebutuhan air tanaman padi sesuai tahap pertumbuhanya dituliskan dalam tabel 2.3,
Prosedur dalam perhitungan kebutuhan air bagi tanaman dan rencana kebutuhan
air untuk irigasi ini didasarkan pada makalah FAO – ID No. 24 mengenai “Kebutuhan air
bagi tanaman” dan No. 33 mengenai “Respon tanaman terhadap air”.
Program ini berarti sebagai alat praktis untuk membantu para ahli melakukan
perhitungan dalam perencanaan dan pengelolaan suatu daerah irigasi. Lebih lanjut,
program ini diharapkan dapat membantu memberikan rekomendasi untuk memperbaiki
irigasi yang telah ada, dan merencanakan jadwal irigasi yang sesuai dengan kondisi suplai
air yang beraneka ragam.
Beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan penggunaan komputer model
“Cropwat” ini antara lain mengenai: perhitungan evapotranspirasi referensi; pemrosesan
data curah hujan; pola tanam dan data tanaman.
3. Penyinaran (daily sunshine) Æ dapat diberikan sebagai persentase (20 – 100) dari
perbandingan penyinaran terhadap panjang hari; atau pecahan (0 – 1) atau sebagai
lamanya penyinaran dalam jam (1 – 20).
4. Kecepatan angin (windspeed) Æ dapat diberikan dalam km/hari (10 – 500) atau
m/det (0 – 10).
5. Nilai > 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam km/hari
Nilai < 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam m/det
Untuk mengestimasi kekurangan curah hujan yang harus dipenuhi oleh air irigasi
diperlukan suatu analisa statistik yang membutuhkan data curah hujan yang panjang.
Sedangkan tidak semua curah hujan yang jatuh digunakan oleh tanaman. Sebagian hujan
hilang karena limpasan permukaan (run off) atau karena perkolasi yang dalam jauh di luar
daerah akar tanaman.
Untuk menentukan bagian hujan yang dapat diperhitungkan sebagai air yang
dapat digunakan oleh tanaman, beberapa definisi diberikan:
1. Curah hujan rata-rata bulanan (“average monthly rainfall”) Æ adalah nilai
rata-rata dari suatu data curah hujan. Digunakan dalam perhitungan kebutuhan air
tanaman dalam keadaan iklim yang rata-rata.
2. “Dependable rainfall” Æ jumlah hujan dapat tergantung dari 1 di luar 4 atau 5
tahun tergantung pada 75 atau 80 % kemungkinan terlampaui dan menunjukkan
suatu tahun kering normal. “Dependable rainfall” digunakan untuk merencanakan
kapasitas sistem irigasi.
3. Hujan dalam tahun basah, tahun normal dan tahun kering Æ adalah hujan
dengan kemungkinan terlampaui 20% untuk tahun basah, 50% – tahun normal dan
80% untuk tahun kering. Ketiga nilai tersebut sangat berguna untuk merencanakan
suplai air irigasi dan simulasi dari macam-macam kondisi pengelolaan irigasi.
4. “Effective rainfall” Æ didefinisikan sebagai bagian dari hujan yang secara
efektif digunakan oleh tanaman setelah beberapa hilang karena limpasan
permukaan (run off) dan perkolasi yang dalam diperhitungkan. Hujan efektif ini
digunakan untuk menentukan kebutuhan irigasi bagi tanaman.
Untuk perencanaan suplai air dan pengelolaan irigasi, data hujan dalam tahun
basah, tahun normal dan tahun kering biasanya digunakan. Suatu estimasi dari data curah
hujan yang ada dapat ditemukan dengan menghitung mengeplotkan data pada grafik
probabilitas dalam langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tabulasikan data curah hujan tahunan yang ada
2. Atur data dalam urutan nilai yang menurun
3. Tabulasikan “plotting position” menurut:
m
Fa = 100 ⋅ dimana: N = jumlah data
N +1
m = nomer urut
Fa = “plotting position”
4. Plot nilai pada kertas grafik log-normal
5. Pilih nilai tahunan untuk kemungkinan terlampaui 20 %, 50 % dan 80 %
6. Nilai curah hujan bulanan untuk tahun kering dihitung dengan persamaan:
Pdry
Pi dry = Pi av ⋅
Pav
Kebutuhan air irigasi selain tergantung dari curah hujan juga tergantung dari data
tanaman dan pola tanam yang disusun. Data tanaman meliputi: sifat-sifat dari tanaman
yang diungkapkan oleh koefisien tanaman kc dan lama pertumbuhan tanaman yaitu dalam
tingkatan-tingkatan pertumbuhan. Dari data tanaman ini dapat dihitung kebutuhan air
untuk tanaman. Dengan menambahkan data tanggal tanam pertama, maka kebutuhan air
irigasi untuk tanaman dapat ditemukan. Data pola tanam dari beberapa jenis tanaman
yang tumbuh dalam daerah irigasi yang disusun secara skematik diperlukan untuk
menghitung kebutuhan air irigasi
Tujuan kegiatan PPKP yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan program
yang gayut dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu tujuan pendidikannya
adalah untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan
mereka sendiri dan melakukan perencanaan melalui kegiatanaksi. Dapat disebutkan
bahwa PPKP adalah sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat
pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka
mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan
tindakan. (Chambers, 1995)
PRINSIP DASAR
1. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat
PPKP adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PPKP dibangun
dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuan
4. Konsep triangulasi.
Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa
digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan
pemeriksaan ulang (check and rechek). Triangulasi dilakukan melalui
penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar
belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
a. Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PPKP, yaitu bersama
masyarakat bisa diputuskan variasi dan kombinasi teknik PPKP yang paling
tepat sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi
yang dibutuhkan dalam pengembangan program
b. Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan
kebenaran data dan informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan
sumbernya dengan menggunakan teknik lain.
c. Tim PPKP yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda
dari anggota lain akan memberi gambaran yang lebih menyeluruh terhadap
penggalian informasi dan memberi pengamatan mendalam dari berbagai sisi.
STRUKTUR PROGRAM
Karena tujuan penerapan metode PPKP adalah pengembangan program bersama
masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program.
Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sbb:
a. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali
informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
b. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar
masalah dan potensi setempat.
c. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna
membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug
masyarakat.
d. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan
masyarakat dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
e. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara
konkritagar implementasinya dapat secara mudah dipantau.
f. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk
penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
g. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perkembangan masyarakat.
h. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan
rencana yang telah disusun.
i. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan,
masalah yang telah terpecahkan, munculnya masalah lanjutan, dll.
Observasi Lapang:
Penelusuran jaringan
Wawancara informal
Pertemuan PPKP: Gunakan Daftar Isian (formulir1)
Pemantauan proses pertemuan
Supervisi pertemuan
Gunakan blanko Pemantauan dan Pertemuan PPKP:
Penilaian (M&E), formulir 5 Pembagian tugas tim pemandu
Penjelasan maksud pertemuan
Pemilihan ketua pertemuan
Gunakan Kertas Peraga (form. 2)
Gambar skema jaringan
Proses pertemuan:
Inventarisasi masalah
Dicari pemecahan masalah
Klasifikasi kebutuhan petani atas Disusun skala prioritas
dasar Rekapitulasi dari tim Pertemuan ditutup tim Kecamatan
kecamatan,
Gunakan formulir 4
Rekapitulasi prioritas kebutuhan
petani
Gunakan formulir 3
Sumber: Seri Modul PP1 – Panduan Sosialisasi Pemberdayaan P3A Secara Partisipatif,2000
M&E yang dipakai dalam PPKP adalah sangat terbuka dan disesuaikan dengan
daerah masing-masing sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi format-format yang
bervariasi tergantung kapasitas dan tujuan, dan kebutuhan dari masing-masing pelaku
M&E, sehingga memungkinkan untuk berkembangnya improvisasi dan variasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi dari penelitian ini dapat digambarkan dalam skema di bawah ini:
Inventarisasi data
Tinjauan Pustaka
Kunjungan ke lokasi dan
pengambilan questioner
1. INVENTARISASI DATA
Inventarisasi data yang perlu untuk mendukung dalam penelitian ini selain data
topografi dan skema jaringan irigasi juga meliputi data-data yang berhubungan dengan
ketersediaan air untuk irigasi dan data kebutuhan air untuk irigasi. Data ketersediaan air
untuk irigasi berupa data debit air Kali Klampok yang dapat ditemukan dari data debit
intake dan limpasan Bendung Tinalun dari tahun 1989 – 2001. (lampiran 4)
Data yang diperlukan untuk menghitung kebutuhan air bagi tanaman maupun
kebutuhan air irigasi:
1. Data klimatologi dan curah hujan Æ tersedia data dari stasiun klimatologi Klas 1
Semarang, tahun 1989 – 2001 (lampiran 2) dan data curah hujan diambil dari
stasiun curah hujan Sta. Klepu (lampiran 3).
2. Data tanaman ada perbedaan antara lahan yang termasuk golongan pertama
maupun lahan golongan kedua.
Untuk Ds. Wonorejo, Ds. Wonoyoso dan Ds. Candirejo (golongan pertama),
petani menanam padi pada musim tanam pertama dan kedua langsung disusul
palawija jenis jagung dan kacang tanah atau kedelai atau gogorancah yang
ditanam secara tumpang sari. Ada sebagian petani yang menanam tembako atau
tebu. Padi yang ditanam adalah jenis varietas unggul berumur 90 hari serta jagung
berumur 90 hari juga. Sedang untuk Ds. Klepu, Ds. Pringsari dan Ds. Pringapus
(golongan kedua), petani menanam padi pada musim tanam pertama dan kedua
kemudian bero.
3. Data tanah juga ada perbedaan antara lahan golongan pertama maupun lahan
golongan kedua.
Lahan golongan pertama mempunyai jenis tanah lempung yang “keket” dengan
rata – rata perkolasi pada tanah diperhitungkan sebesar 0.8 mm/hari dan
genangan air selama penyiapan lahan mencapai 200 mm. Sedangkan lahan
golongan kedua mempunyai tanah yang sedikit berpasir sehingga rata-rata
perkolasi pada tanah diperhitungkan sebesar 1.5 mm/hari dan genangan air selama
penyiapan lahan mencapai 200 mm.
4. Data pola tanam Æ adanya rotasi dalam 2 golongan.
Golongan pertama dengan pola tanam: padi – padi – bero dan golongan kedua:
padi – padi – palawija/gogorancah.
BAB IV
ANALISA DATA
DAN
SIMULASI KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Analisa data yang dilakukan meliputi analisa data iklim, analisa data curah hujan,
analisa data debit dan analisa data questioner. Sedangkan simulasi kebutuhan air irigasi
dilakukan dengan menggunakan komputer model “Cropwat” yang didukung dengan
program microsoft Excell.
Data kecepatan angin yang diperoleh dari Badan Klimatologi Jawa Tengah adalah
data kecepatan angin pada ketinggian yang beraneka ragam antara lain: data tahun 1989,
1996, 1997, 1998, 1999, 2000 dan 2001 pada ketinggian 0,5 meter; data tahun 1990 pada
ketinggian 10,0 meter dan pada tahun 1991, 1992, 1993, 1994 dan 1995 pada ketinggian
2,0 meter. Data kecepatan angin tersebut harus dikonversikan pada ketinggian 2 meter di
atas permukaan tanah dengan menggunakan formula:
0.2
⎛2⎞
U2 = U z ∗ ⎜ ⎟
⎝z⎠
dimana : U2 = kecepatan angin pada elevasi 2 meter di atas permukaan tanah
Uz = kecepatan angin pada elevasi z meter di atas permukaan tanah
z = elevasi pengukuran kecepatan
Tabel: 4.1. Hasil pengolahan data iklim Stasiun Klimatologi Klas I – Semarang.
Tinggi: 3 m dpl
Koordinat: 60 59 ׀LS dan 110023 ׀BT
Temperatur Kelembaban Kec. Angin Penyinaran
Bulan udara udara rata-rata pada matahari
rata-rata ( 0C) rata-rata (%) 2m (km/hari) rata-rata (%)
Januari 26.6 84 66 35
Februari 26.6 84 85 38
Maret 27.1 82 70 46
April 27.6 80 66 52
Mei 28.2 76 76 62
Juni 27.6 74 79 59
Juli 27.3 70 81 68
Agustus 27.4 70 92 71
September 27.9 69 89 72
Oktober 28.4 73 82 64
Nopember 27.9 78 68 51
Desember 27.1 82 74 41
Rata-rata 27.5 77 77.3 55
Sumber: Hasil pengolahan
Ranking data curah hujan tahunan terdapat dalam lampiran 3 halaman: L3 -1 dan
grafik plotting position: lampiran 3 halaman: L3 – 2. Dari grafik “plotting position”
ditemukan: Pwet = P20 = 3500 mm
Pnor = P50 = 2350 mm
Pdry = P80 = 1600 mm
Hasil pengolahan data curah hujan stasiun penakar hujan Sta. Klepu dapat
dituliskan dalam tabel: 4.2. berikut ini:
Tabel: 4.2. Hasil pengolahan data curah hujan pada stasiun penakar hujan Sta. Klepu:
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
Pavg
370 295 313 340 118 139 47 24 39 191 286 299
(mm)
Pnor
353 282 299 325 113 132 45 23 37 182 273 286
(mm)
Pdry
241 192 204 221 77 90 31 15 25 124 186 194
(mm)
Pwet
526 420 445 484 168 197 67 34 56 271 406 425
(mm)
Sumber: Hasil pengolahan
Qdry
Qi dry = Qi av ⋅
Qav
Hasil pengolahan data debit pada Bendung Tinalun dapat dituliskan dalam tabel:
4.3. berikut ini:
Tabel: 4.3. Hasil pengolahan data debit pada Bendung Tinalun:
Qavg Qnor Qdry Qwet
Bulan
(m3/s) (m3/s) (m3/s) (m3/s)
1 1.293 1.190 0.952 1.547
Januari
2 1.755 1.615 1.292 2.099
1 1.434 1.319 1.055 1.715
Februari
2 1.227 1.129 0.903 1.468
1 1.051 0.967 0.773 1.257
Maret
2 1.814 1.669 1.335 2.170
1 1.377 1.267 1.014 1.647
April
2 1.808 1.664 1.331 2.163
1 1.047 0.963 0.771 1.252
Mei
2 0.534 0.491 0.393 0.639
1 1.275 1.173 0.939 1.526
Juni
2 1.491 1.372 1.097 1.783
1 0.390 0.359 0.287 0.467
Juli
2 0.232 0.213 0.171 0.277
1 0.175 0.161 0.129 0.209
Agustus
2 0.314 0.289 0.231 0.376
1 0.226 0.208 0.166 0.270
September
2 0.189 0.174 0.139 0.227
1 0.170 0.156 0.125 0.203
Oktober
2 0.238 0.219 0.175 0.285
1 0.652 0.600 0.480 0.780
November
2 0.652 0.600 0.480 0.780
1 1.043 0.960 0.768 1.248
Desember
2 1.038 0.955 0.764 1.242
Sumber: Hasil pengolahan
untuk mengetahui dampak dan implikasi dari penerapan metode ini. Isian Formulir yang
telah disediakan dalam metode PPKP disajikan secara tabulasi untuk ke-enam P3A yang
ada sehingga mempermudah dalam analisanya.
Hasil jawaban questioner yang diberikan oleh peneliti ditampilkan secara tabulasi
seperti dalam lampiran L5 – 19. Dari jawaban ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Manfaat dari pelaksanaan PPKP ini sungguh dirasakan sehingga P3A ataupun
masyarakat petani tahu akan kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi dalam
pengelolaan distribusi air irigasi yang mengakibatkan pula munculnya rasa tanggung
jawab dan memiliki untuk mengelola dan memelihara bersama jaringan irigasi.
2. Organisasi P3A ini mampu koordinasi antar petak tersier dan musyawarah bersama
dalam P3A gabungan untuk memecahkan masalah dan menentukan sikap/langkah
secara kekeluargaan serta saling bantu membantu.
3. Pada umumnya P3A siap untuk mengelola dan memelihara secara mandiri jaringan
irigasi bahkan di beberapa jaringan tersier sudah dikelola secara mandiri hanya untuk
saluran primer masih mohon bantuan dari PU.
4. Saran yang muncul kebanyakan sekitar dana untuk honor pengurus P3A dan
pembinaan P3A untuk menuju kemandirian.
Analisa neraca air ditampil dalam lampiran 6 halaman L6 – 11 untuk tahun hujan
kering, tahun hujan normal maupun tahun hujan basah. Dari analisa neraca air ini dapat
dilihat bahwa:
1. Simulasi ke-7 adalah simulasi yang terbaik yaitu dimana sebagian petani yaitu pada
golongan 2 menanam tebu.
2. Disusul simulasi ke-1 dimana untuk golongan pertama petani menanam palawija
pada MT-1 dan MT-3 sedang golongan kedua menanam padi dalam MT-1 dan MT-2
serta palawija dalam MT-3
3. Kemudian simulasi ke-3 dimana untuk golongan 1 sebagian petani menanam padi
dalam MT-2 dan palawija dalam MT-1 dan MT-3, sebagian lain menanam hanya dua
kali yaitu dalam MT-1 dan MT-2 menanam padi kemudian bero.
4. Berikutnya simulasi ke-5 dimana untuk golongan 1 menaman seperti dalam simulai
ke-3 sedang golongan 2 menanam padi gogo rancah dalam MT-3 dan padi sawah
dalam MT-1 serta MT-2.
5. Selanjutnya simulasi ke-6 dimana untuk golongan 1 menanam padi-padi-bero dan
sebagian golongan 2 menanam padi-padi-padi gogo rancah serta sebagian lain
menanam padi-padi-tembako.
6. Kemudian simulasi ke-2 dimana untuk golongan 1 menanam padi-padi-bero dan
golongan 2 menanam padi-padi-palawija.
7. Simulasi ke-4 adalah simulai yang paling jelek dimana untuk golongan 1 menanam
padi-padi-bero dan golongan 2 menanam padi-padi-padi gogo rancah.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari analisa data questioner dan analisa simulasi kebutuhan air irigasi maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan:
1. Ketersediaan air irigasi pada MT-1 dan MT 3 adalah kurang. Hal ini sesuai dari hasil
analisa data questioner dan analisa simulasi kebutuhan air irigasi baik dalam tahun
hujan kering, tahun hujan normal dan tahun hujan basah (bdk. hal L5-5 dan L6-11).
2. Sistem jaringan irigasi di DI. Tinalun adalah berfungsi baik namun rehabilitasi untuk
saluran irigasi dan pintu-pintu air sangatlah diperlukan agar dapat meningkatkan
efisiensi dari jaringan irigasi tersebut terlebih untuk ketersediaan air irigasi yang
kurang di DI. Tinalun (bdk. analisa data questioner ad.1B dan ad. 3 prioritas ke-3 dan
4 kebutuhan P3A).
3. Organisasi P3A cukup jalan baik dalam arti: bisa saling koordinasi antar keenam P3A
yang ada di DI. Tinalun; sudah mempunyai AD/ART dan mengadakan kegiatan-
kegiatan yang teratur untuk gotong royong pembagian air/pengelolaan air dan
pemeliharaan jaringan irigasi, namun organisasi ini masih tergantung pada bantuan
pemerintah melalui personil PU – pengairan yang ada di kecamatan (bdk. analisa data
questioner ad. 1D dan ad. 2C dan ad.3 prioritas ke-4 kebutuhan P3A).
4. Metode PPKP ini cukup memberikan manfaat bagi P3A dalam arti kesadaran akan
perannya sebagai subjek dalam pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi namun
belum sampai pada kemandirian untuk pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi
itu sendiri.
5. P3A merasa cukup siap untuk mengelola dan memelihara jaringan irigasi, namun
masih tergantung pada bantuan pemerintah untuk pendanaannya dan belum mampu
untuk mandiri (bdk. analisa data questioner ad. 2C, ad. 3 prioritas kebutuhan dan
analisa hasil jawaban questioner yang diberikan peneliti no. 3 dan 4). Kesadaran akan
nilai air yang diwujudkan dalam iuran untuk menunjang pengelolaan dan
pemeliharaan jaringan irigasi rupanya masih sulit. Petani terbiasa menuntut untuk
pemenuhan akan ketersediaan air dari pemerintah.
6. Pemasaran akan hasil pertanian yang mempunyai harga rendah tidak sebanding
dengan modal pertanian seperti pembelian pupuk dan obat-obatan yang tinggi adalah
sangat merugikan petani (bdk. analisa data questioner ad. 1F, ad. 2D dan ad. 3
prioritas ke-5 kebutuhan P3A).
7. Urutan pola tanam yang menghasilkan neraca air dari yang terbaik sampai terburuk
adalah simulasi ke-7, simulasi ke-1, simulasi ke-3, simulasi ke-5, simulasi ke-6,
simulasi ke-2 dan simulasi ke-4 (lihat analisa neraca air hal. IV – 9). Pola tanam
dimana sebagian petani menanam tebu memberikan neraca air yang paling baik bila
dibandingkan semua petani menanam padi seperti pada simulasi ke-4 yang
memberikan neraca air paling buruk.
Saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti khususnya menyangkut metode PPKP
(Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan):
1. Pengadaan embung sangat mendukung untuk tandon kelebihan air dimusim hujan dan
dimanfaatkan pada musim kemarau untuk mengatasi kekurangan ketersediaan air
irigasi (bdk. analisa data questioner ad. 2 dan 3 – prioritas pertama kebutuhan P3A).
2. Pemerintah membantu dalam rehabilitasi saluran dan bangunan irigasi agar dapat
berfungsi lebih baik sehingga menghasilkan efisiensi pengelolaan air irigasi yang
tinggi, baru setelah itu menyerahkan pengelolaan dan pemeliharaan selanjutnya pada
P3A.
3. Dari kesimpulan 3-4 dan 5, peneliti menyarankan agar metode PPKP ini dilanjutkan
untuk langkah berikutnya sampai pada kesadaran P3A untuk mandiri dalam
pengelolaan dan pemeliharaan jaringan air irigasi. Hal ini cukup sulit dan
memerlukan waktu karena P3A sudah terbiasa menerima pemenuhan kebutuhan air
secara gratis dari pemerintah.
4. Pemasaran hasil pertanian hendaknya tidak ditetapkan oleh pemerintah (dalam bentuk
harga hasil pertanian maupun tuntutan untuk menjual pada KUD) sehingga petani
mempunyai kebebasan dalam pemasaran dan tidak dirugikan.
5. Pemberian kebebasan pada petani untuk menanam jenis tanaman namun terencana
sehingga neraca ketersediaan air dan kebutuhan air irigasi dapat diantisipasi
sebelumnya sehingga dapat ditemukan pengaturan dan pengelolaan distribusi air
irigasi yang efisien dan optimal. Kebebasan ini dapat diikuti dengan nilai iuran yang
berbeda sesuai dengan pemberian air pada petani.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Budi Santosa, Susilawati CL, 1997, Model Simulasi Kebutuhan Air Irigasi di Petak
Tersier (studi kasus di daerah irigasi krogowanan, Magelang), Laporan Penelitian
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.
2. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah – Dirjen Pengembangan
Perdesaan Proyek Irigasi Jawa Tengah Bagian Proyek Penyuluhan Tata Guna Air,
2000, Kebutuhan Air Irigasi – seri Modul PT 1, Semarang
3. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah – Dirjen Pengembangan
Perdesaan Proyek Irigasi Jawa Tengah Bagian Proyek Penyuluhan Tata Guna Air,
2000, Rencana Tata Tanam – seri Modul PT 3, Semarang
4. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah – Dirjen Pengembangan
Perdesaan Proyek Irigasi Jawa Tengah Bagian Proyek Penyuluhan Tata Guna Air,
2000, Panduan Operasional Metode Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan
(PPKP), Semarang
5. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah – Dirjen Pengembangan
Perdesaan Proyek Irigasi Jawa Tengah Bagian Proyek Penyuluhan Tata Guna Air,
2000, Panduan Sosialisasi Pemberdayaan P3A Secara Partisipatif – seri Modul PP1,
Semarang
6. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah – Dirjen Pengembangan
Perdesaan Proyek Irigasi Jawa Tengah Bagian Proyek Penyuluhan Tata Guna Air,
2000, Panduan Operasional PPKP Untuk Tim Tingkat Kabupaten – seri Modul PP2,
Semarang
7. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah – Dirjen Pengembangan
Perdesaan Proyek Irigasi Jawa Tengah Bagian Proyek Penyuluhan Tata Guna Air,
2000, Panduan Operasional PPKP Untuk Kelompok Pemandu Lapang Tingkat
Kecamatan dan Desa – seri Modul PP3, Semarang
8. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah – Dirjen Pengembangan
Perdesaan Proyek Irigasi Jawa Tengah Bagian Proyek Penyuluhan Tata Guna Air,
2000, Panduan Operasional PPKP Untuk Petani Pemandu (Petandu) dalam
Memimpin Diskusi – seri Modul PP4, Semarang
26. Sub-Direktorat Perencanaan Teknik Direktorat Irigasi I DirJen Pengairan DPU, 1985,
Pedoman Kebutuhan Air untuk Tanaman Padi dan Tanaman Lain – PSA 010,
Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
27. Sub-Direktorat Perencanaan Teknik Direktorat Irigasi I DirJen Pengairan DPU, 1986,
Standar Perencanaan Irigasi – Kriteria Perencanaan bagian Jaringan Irigasi (KP-
01), Edisi Bahasa Indonesia, DirJen Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, CV.
Galang Persada, Bandung.
28. Sudjarwadi, 1979, Pengantar Teknik Irigasi, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.
29. Susilawati C.L., 1999, Design of Small irrigation and Drainage Scheme in Weberek
Transmigation Location East Timor Indonesia, MSc Thesis, IHE – Delft, The
Netherlands.
30. Susilawati, S., 2000, Evaluasi Pengaturan Distribusi Air di Daerah Irigasi Senjoyo,
Laporan Penelitian Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Soegijapranata,
Semarang.
31. Susilawati S., 2001, Pengaturan Distribusi Air Irigasi di Sepanjang Sungai Senjoyo,
Laporan Penelitian Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Soegijapranata,
Semarang.
32. Vergara, B.S., 1990, Bercocok Tanam Padi, Proyek Prasarana Fisik Bappenas,
Jakarta.