Anda di halaman 1dari 14

PEMILIHAN BAHAN TANAMAN PADI

DAN
VARIETAS - VARIETAS PADI

Oleh :
Adi Sutrisno
Semester : 4
Nim : 091040700011

JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Penulisan ini banyak
mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat
terselesaikan. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada:
1. Dosen Manajemen Produksi Tanaman semusim, ir.Abror
2. Teman – teman yang telah memberikan masuka baik beupa kritik maupun saran.
Semoga bantuan dari semua pihakdiatas membawa manfaat bagi perkembangan
pendidikan bangsa dikemudian hari.
Penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun demi perbaikannya sangat diharapkan. Hasil yang dituangkan dalam makalah ini
semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi peembaca umumnya.

Sidoarjo, april 2011

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Benih tanaman merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai peranan
yang sangat menentukan dalam upaya peningkatan produksi dan mutu budidaya hasil tanaman
yang pada akhirnya peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat, oleh karena
itu perbaikan perbenihan tanaman harus mampu menjamin tersedianya benih bermutu secara
memadai dan berkesinambungan. Termasuk didalamnya bahwa perbenihan tanaman adalah
segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan, pengelolaan dan peredaran benih tanaman.
Bagi bangsa kita padi identik dengan hidup, sebab selain padi sebagai sumber penghidupan, ia
juga yang telah menghidupi bangsa kita. Sejak ratusan tahun yang lalu padi sudah dikenal di
Indonesia. Nenek moyang kita sudah sejak lama membudidayakan tanaman pangan yang utama.
Mengingat keadaan iklim, struktur tanah dan air setiap daerah berbeda maka jenis tanaman padi
di setiap daerah umumnya berbeda. Perbedaan jenis padi pada umumnya terletak pada : Usia
tanaman, jumlah hasil, mutu beras, dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit.
Petani tradisional umumnya menanam padi hanya berdasarkan pengalaman. Karena
pengetahuan yang terbatas itulah satu jenis padi sering ditanam terus menerus dalam suatu lahan.
Pola tanam demikian bukan cara yang baik, terutama terhadap kemungkinan besar serangan
hama dan penyakit.

I.II Rumusan Masalah


Banyak para petani yang kurang mengerti varietas unggul padi dan varietas mana yang cocok
untuk lahan mereka, mereka sering menggunakan satu varietas dan ditanam secara berulang
ulang.

I.III Pemecahan Masalah


Penyuluh pertanian perlu mencari tahu, mencoba, dan menginformasikan kepada petani
varietas-varietas yang cocok dan menguntungkan di wilayah kerjanya.

I.IV Tujuan Penulisan


Penulisan ini bertujuan supaya pembaca khususnya para petani mengetahui jenis jenis padi
dan varietas padi unggul atau hibrida mana yang cocok untuk lahanya.
I.V Manfaat Penulisan
Dengan penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca khususnya petani
agar mengetahui varietas varietas padi unggul atau hibrida.

I.VI Metode penulisan


Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.I Pemuliaan padi
Pemuliaan padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan
ini orang mengenal berbagai macam ras lokal padi, seperti rajalele dari Klaten atau cianjur
pandanwangi dari Cianjur. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo)
yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa, yang mampu beradaptasi terhadap
kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi.
Namun demikian, pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI
di Filipina. Sejak saat itu, berbagai macam tipe padi dengan kualitas berbeda-beda berhasil
dikembangkan secara terencana untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Pada tahun 1960-an pemuliaan padi diarahkan sepenuhnya pada peningkatan hasil. Hasilnya
adalah padi 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya
tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah
hama wereng coklat pada tahun 1970-an. Puluhan ribu persilangan kemudian dilanjutkan untuk
menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan
penyakit padi. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena
berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari
pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini, sayangnya, tidak
dapat dilanjutkan. Saat ini Indonesia kembali menjadi pengimpor padi terbesar di dunia.

II.II Keanekaragaman genetik

Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza
sativa yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat. Pada awal
mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica).
Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya
memiliki "ekor" atau "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi
indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-"bulu" atau
hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua anggota
subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal
dari hasil persilangan ini adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan
japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia).
Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua
tipe utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa.

Kajian dengan bantuan teknik biologi molekular sekarang menunjukkan bahwa selain dua
subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi
bersifat adaptif, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari
Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan
dan Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan menggunakan
penanda RFLP dibantu dengan isozim. Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadap
genom inti sel dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica dan
japonica adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok khas: temperate
japonica ("japonica daerah sejuk" dari Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica ("japonica
daerah tropika" dari Nusantara), dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang
terpisah.
Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica
terpisah sejak 440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O. rufipogon.
Domestikasi padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah
terpisah ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan (didomestikasi) 10.000
hingga 5.000 tahun sebelum masehi.

II.III Pengelompokan padi

Ditinjau dari kegunaannya tanaman padi dapat dibedakan dalam 2 jenis, yaitu:
1. Padi beras, yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan makanan pokok sehari -
hari. Beras sebagai hasil akhir tanaman dijadikan sumber utama karbohidrat, dimasak menjadi
nasi dan dimakan.
2. Padi ketan, yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan makanan pokok sehari -
hari. Beras ketan umumnya dibuat tepung sebagai bahan pembuat penganan atau makanan
ringan. Dengan demikian padi ketan tidak dikonsumsi langsung sebagai makanan pokok
sebagaimana padi beras.
Padi dapat dikelompokkan dalam 3 jenis, yaitu:
a. Padi sawah
Padi sawah ditanam disawah, yaitu lahan yang cukup memperoleh air. Padi sawah pada waktu
-waktu tertentu memerlukan genangan air, terutama sejak musim tanam sampai mulai berbuah,
misalnya; IR64, Ciherang, Way Apo Buru,Cigeulis dll.
b. Padi kering
Padi kering, yaitu sejenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana padi sawah.
Bahkan padi kering ini dapat tumbuh hanya mengandalkan curah hujan. Ditinjau dari segi
hasilnya, padi sawah jelas dapat menghasilkan lebih banyak paripada padi kering.
Padi kering ini pada umumnya ditanam di daerah-daerah yang kurang atau sedikit air. Padi
jenis ini masih dapat dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu:
(1) Padi Ladang
Padi ladang, yaitu sejenis padi kering yang ditanam di wilayah hutan yang baru dibuka.
Hasilnya sangat rendah. Padi ladang umumnya ditanam olah petani tradisional di daerah
pedalaman yang berhutan, seperti di Kalimantan. Umumnya mereka melakukannya berpindah
pindah dan sudah barang tentu sangat merugikan kelestarian alam. Padi ladang mengandalkan air
dan curah hujan. Biasanya petani menebang hutan, membakarnya, kemudian pada musim hujan
menanaminya. Jika tanah sudah tidak subur lagi mereka membuka hutan yang lain dengan cara
yang sama.
(2) Padi Gogoh Rancah
Padi gogoh rancah, yaitu sejenis padi kering yang ditanam di tegalan pada saat musim
hujan. Padi digenangi air seperti di sawah. Padi gogoh rancah sangat bergantung pada curah
hujan. Jika musim kemarau panjang sudah barang tentu pertanian pada gogoh rancah tidak dapat
berlangsung.
(3) Padi Tegalan
Padi tegalan disebut juga padi gogo yang tumbuh ditanah kering. Dan jika pertumbuhannya
digenangi air seperti padi sawah disebut gogoh rancah. Upaya peningkatan produksi pertanian
padi terus dilakukan, antara lain dengan menyilangkan padi dan mendapatkan jenis bibit padi
baru varietas unggul. Jenis varietas unggul seperti juga namanya maka ia memiliki kelebihan
kelebihan: umurnya pendek, hasilnya banyak, tahan terhadap hama dan penyakit. Sifat-sifat
itulah yang diharapkan dari padi jenis unggul. Selain sifat-sifat diatas padi varietas unggul
diharapkan menghasilkan beras berkualitas tinggi, rasanya enak, serta tidak mudah
roboh,misalnya; Situ Bagendit,Cirata,Danau gaung dll.
c. Padi rawa pasang surut yaitu padi yang ditanam di daerah rawa,misalnya;
Inpara,Banyuasin,Batanghari dll.
Dalam upaya meningkatkan produksi padi, Balai Penelitian Padi juga menyebarkan bibit-
bibit baru yang lebih berkualitas yang kita kenal dengan istilah VUTW, singkatan dari Varietas
Unggul Tahan Wereng. Kelebihan bibit padi baru itu selain umurnya pendek, tahan terhadap
hama dan penyakit, juga rasanya jauh lebih enak.

II.IV Varietas padi


a. Varietas lokal
Varietas lokal adalah Varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara Turun temurun
oleh petani, serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara. Pewakilan kepentingan
masyarakat pemilik varietas lokal ditentukan berdasarkan sebaran geografis varietas lokal yang
bersangkutan yaitu dalam hal suatu varietas lokal berada pada suatu daerah Kabupaten/Kota
maka yang mewakili kepentingan tersebut adalah Bupati/Walikota yang bersangkutan, dalam hal
suatu varietas lokal berada pada lebih dari satu Kabupaten/Kota dalam satu propinsi maka yang
mewakili kepentingan tersebut adalah Gubernur yang bersangkutan, sedangkan apabila
keberadaan suatu varietas lokal lintas propinsi maka yang mewakili kepentingan tersebut adalah
Pusat PVT (varietas perlindungan tanaman). Perwakilan kepentingan masyarakat pemilik suatu
varietas lokal dimulai dari pemberian nama varietas lokal,contoh: Padi lokal varietas pandan
wangi dari kabupaten cianjur.

b. Varietas unggul atau hibrida


Varietas unggul atau hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara
genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya
hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut.

Ada beberapa tipe padi unggul yang telah di lepas “DEPTAN” yaitu :

1. Varietas unggul hasil tinggi

-  Padi Hibrida Maro,  Rokan,  Hipa -4,  Hipa-5,  Hipa-6

Keunggulanya : Mampu berproduksi 7-12 ton/ha, tahan terhadap wereng coklat, tahan terhadap
hawar daun bakteri.

-  Gilingsing,  Cimelati,  Ciapus,  Fatmawati

Keunggulannya : Mampu berproduksi 10-15 ton/ha,  jumlah anakkan 6-12 anakkan tetapi semua
terisi, batang kokoh,  daun tegak dan tebal,  jumlah gabah >250 butir per malai,  Rasio gabah /
jerami > 0,5 sehingga efisien dalam penggunaan hama.

2.  Varietas unggul hasil stabil

- Memberamo,  Widas,  Ciherang,  Cimelati

Varietas yang tahan hama wereng coklat dengan rasa nasi enak .

- Tukad Petanu, Tukad Undo, Tukad Balian, Kalimas, Bondo yudo.

Varietas tahan tungro.

-  Angke, code.

Varietas tahan hawar daun.

-  Indra giri, Punggur, Marta pura, Mendawan, Mergasari, Siak raya , Tenggulang.

Varietas padi lahan surut toleran terhadap kandungan Fe tinggi, Al dan Asam Sulfat.

-  Danau Gaung,  Batutegi, Silu gonggo, situ Patenggang,  Situ Bagendit


Varietas padi gogo toleran thd tanah asam( keracunan Al ), toleran terhadap kekeringan dan
naungan.

3.  Varietas unggul mutu cita rasa

- Ciherang, Cigeulis, Cibogo

Varietas beras pulen

- Batang Lembang,  Batang Piaman

Varietas beras pera

4.  Varietas unggul mutu gizi

- Aek Sibundong ( hasil persilangan Way Apoburu, Widas dan sitali ).  Adalah beras merah,
warna merah (antosianin) merupakan komponen flavonoid yang bersifat anti oksidan dan anti
kanker,  kaya vit B Kompleks dan asam Folat,  Memperlambat penurunan daya ingat,
menyingkirkan sumbatan darah pemicu stroke dan jantung koroner.

Keunggulannya : Produktivitas nya 8 ton/ha,  umur genjah 110-120 hari,  tahan wereng coklat


biotipe 2 dan 3,  tahan penyakit hawar daun bakteri strain IV,  rasa enak dan pulen,  kaya vit. B
kompleks dan Asam Folat.

5. Varietas unggul sawah dataran tinggi

- Sarinah,  Keunggulannya : Produktivitas 6,98 ton/ha,  potensinya seperti Ciherang yang hanya


dapat di gunakan di dataran rendah.

6. Varietas umur genjah

- Silu gonggo dan Ciujug,  Keunggulannya : cocok untuk antisipasi kekeringaan akibat anomali
iklim.

Adapun Varietas Padi unggul tahun 2008, adalah varietas padi unggul baru yaitu varietas 
yang di resmikan tahun 2008 oleh Bapak Presiden SBY dalam acara Pekan Padi Nasional III di
BP Padi Sukamandi.  Varietas Padi Unggulan tersebut berjumlah 9 varietas , 6 varietas untuk
padi lahan irigasi dan 3 varietas untuk padi rawa.  Berikut adalah varietas-varietas padi tersebut:
Deskripsi varietas-varietas baru tanaman padi tersebut adalah:

1. Inbrida Padi Irigasi INPARI


2. Inbrida Padi Rawa, atau lebih dikenal dengan INPARA

1. INPARI 1

Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 952/Kpts/SR.120/7/2008


Tanggal 17 Juli 2008. Ciri-ciri varietas ini bentuk tanaman tegak, dengan tinggi tanaman 93 cm,
jumlah anakan produktif mencapai 16 anakan, dan tekstur nasi pulen.

Keunggulan varietas ini adalah ketahanan terhadap wereng batang coklat biotipe 2, serta
agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3, selain itu varietas INPARI 1 mempunyai ketahanan
terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri, serta tahan rebah. Umur tanaman yang relatif pendek
(108 hari) adalah keunggulan lain dari varietas ini. Yang paling penting dari suatu varietas
unggul adalah potensi produksi yang cukup tinggi, rata-rata produksi varietas INPARI 17,32
ton/ha Gabah Kering Giling (GKG) serta mempunyai potensi produksi 10 ton/ha GKG.

2. INPARI 2

Varietas INPARI 2 termasuk golongan cere, dengan umur tanaman 115 hari, bentuk tanaman
tegak, tinggi tanaman 85-95 cm, dengan jumlah anakan 15 anakan. Potensi hasil Varietas ini
adalah 7,30 ton/ha dengan rata-rata hasil 5,83 ton/ha. Varietas ini cocok ditanam di ekosistem
sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl. Varietas INPARI 2 agak tahan terhadap
hama wereng batang coklat, penyakit hawar daun bakteri, penyakit virus tungro. Varietas ini
dilepas berdasarkan Keputusan Menteri  Pertanian  No. 951/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli
2008.

3. INPARI 3

Varietas INPARI 3 cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai 600 m dpl.
Varietas ini termasuk dalam golongan cere, dengan umur tanaman 110 hari. Potensi hasil
varietas yang dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 953/Kpts/SR.120/7/2008
Tanggal 17 Juli 2008 ini mencapai 7,52 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,05 ton/ha. Varietas ini
tahan terhadap hama wereng batang coklat dan agak tahan terhadap penyakit Hawar daun
bakteri, dan penyakit virus tungro inokulum variasi 073, 013 dan 031.
4. INPARI 4

Tidak begitu berbeda dengan Varietas INPARl lainnya, INPARI4 juga memiliki ketahanan
terhadap ham a . wereng batang coklat, dan agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri,
serta agak tahan penyakit virus tungro inokulum varian 073 dan 031. Potensi hasil 8,80 ton/ha
dengan rata-rata hasil 6,04 ton/ha. Varietas ini termasuk dalam golongan cere dengan umur
tanaman 115 hari, tinggi tanaman 95-105 cm, dan 16 jumlah anakan. Varietas INPARI4
dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 954/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17Juli
2008.

5. INPARI 5 MERAWU

Varietas INPARI 5 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.


955/Kpts/SR.120/7/2008 tanggal 17 Juli 2008. Varietas ini termasuk golongan cere, dengan
umur tanaman 115 hari, tinggi tanaman 100-105 cm, dan jumlah anakan 15 anakan. Varietas
INPARI 5 agak rentan terhadap hama wereng batang coklat Biotipe I, 2, dan 3, tetapi varietas ini
agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, dan penyakit virus tungro inokulum varian 073
dan 031. Padaumumnya varietas . INPARI 5 cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian
sampai dengan 600 m dpl.

6. IN PARI 6 JETE

Termasuk golongan cere indica dengan umur tanaman 118 hari, tinggi tanaman 100 cm,
jumlah anakan 15 batang. INPARI 6 memiliki tekstur nasi sangat pulen dengan kadar amilosa 18
%. Potensi produksi varietas INPARI 6 produktivitas 8,60 ton/ha GKG; 12 ton/ ha GKG.
Varietas ini tahan rebah, serta tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta
tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, IV dan strain VIII. Varietas INPARI 6
JETE diiepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 956/ Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal
17 Juli 2008.

Inbrida Padi Rawa (INPARA) Inbrida Padi Rawa adalah varietas-varietas unggul padi yang
baik dibudidayakan pada kondisi lahan rawa, tahan terhadap rendaman, serta daya adaptasi pada
kondisi lahan masam.

I. INPARA I

Varietas INPARA I termasuk dalam golongan Cere Indica, dengan umur tanaman 131 hari,
bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman III cm, jmlah anakan produktif varietas INPARA I dapat
mencapa 18 anakan. Apabila ditanam pada kondisi lahan rawa lebak rata-rata hasil dapat
mencapai 5,65 ton/ha, sedangkan apabila ditanam pada kondisi lahan rawa pasang surut rata-rata
hasllnya lebih rendah yaitu 4,45 ton/ha. Varietas INPARA I memiliki potensi
hasil cukup tinggi yaitu 6,47 ton/ha. lahan rawa, baik rawa lebak maupun rawa pasang surut
umumnya mengandung Fe dan AI cukup tinggi, kedua unsur ini apabila dalam kondisi banyak
dapat menyebabkan keracunan pada tanaman.

Varietas IN PARA I memiliki toleransi keracunan Fe dan AI serta agak tahan terhadap
serangan wereng batang coklat Biotipe I dan 2, serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri
dan bias. Varietas ini cocok ditanam di daerah rawa lebak dan rawa pasang surut. Varietas
INPARA I dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 957/ Kpts/SR.120/7/2008
Tanggal 17 Juli 2008.

2. INPARA 2

INPARA 2 merupakan varietas yang termasuk dalam golongan cere indica, varietas ini agak
tahan terhadap wereng batang coklat Biotipe 2 serta tahan terhadap hawar daun dan blass, serta
memiliki toleransi terhadap keracunan Fe dan AI. INPARA 2 baik ditanam pada lahan pasang
surut dan lahan rawa lebak. Ciri dari varietas ini adalah umur tanaman 128 hari, bentuk tanaman
tegak, ketahanan terhadap rebah sedang, tinggi tanaman 103 cm dengan jumlah
anakan produktif mancapai 16 batang. Potensi hasil INPARA 2 mencapai 6,08 ton/ha dengan
rata-rata hasil pada lahan rawa lebak 5,49 ton/ha, dan pada lahan rawa pasang surut 4,82 ton/ha.
Varietas INPARA 2 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor.
958/Kpts/SR.120/7!2008 tanggal 17 Juli 2008.

3. INPARA 3

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 960/Kpts/SR.120/7I2008 Tanggal 17 Juli


2008 Varietas INPARA 3 dilepas. INPARA 3 agak toleran rendaman selama 6 hari pada fase
vegetatif, agak toleran keracunan Fe dan AI, baik ditanam di daerah rawa lebak, rawa pasang
surut potensial dan di sawah irigasi yang rawan terhadap banjir. Varietas INPARA 3 termasuk
dalam golongan cere indica, tekstur nasi pera, dengan umur tanaman 127 hari, tinggi
tanaman 108 cm, bentuk tanaman tegak, dengan jumlah anakan produktif 17
anakan. Potensi hasil lNPARA 3 mancapai 5,6 ton/ha, dengan rata-rata hasil 4,6 ton/ ha GKG.
BAB III

PENUTUP

III.I Kesimpulan

Padi dapat dikelompokkan dalam 3 jenis, yaitu:


a. Padi sawah
b. Padi kering dapat dibedakan lagi menjadi 3 :
1. Padi Ladang
2. Padi Gogoh Rancah
3. Padi Tegalan (gogo )
c. Padi rawa pasang surut

Selain pupuk tentu pemilihan bahan tanam (benih padi) sangat diperlukan untuk mencapai
hasil yang memuaskan, oleh karena itu pemilihan varietas unggul sangat penting sekali untuk
memenuhi produksi yang maksimal. Pemerintah telah banyak melepaskan varietas unggul
( hibrida ) yang sesuai dengan kondisi wilayah Indonesia diantaranya INPARI(inbrida padi
irigasi/sawah ), yang cocok ditanam untuk lahan yang cukup air. INPARA ( inbrida padi rawa ),
yang cocok ditanam di lahan rawa. Varietas varietas baru ini selain berumur pendek, tahan
terhadap hama, juga produksi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

- http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/241/
- www.wikipedia.com
- www.google.com

Anda mungkin juga menyukai