Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU PERTANIAN

BUDIDAYA TANAMAN SORGUM


(Sorghum bicolor L)

OLEH :
KELOMPOK 5
Anita. M 1902406106
Asrian 1902406088
Arnil 1902406087
Chelsia Suriani 1902406090
Jones Christo Lenda’ 1902406108

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah mata kuliah Ilmu
Pertanian dengan judul “Budidaya Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L) ”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pertanian dan
juga agar kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara budidaya pada
tanaman sorgum dan apa saja syarat tumbuh yang diperlukan.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, maka kritik dan saran yang konstruktif dari semua
pihak, akan penulis terima dengan senang hati untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi bahan masukan untuk
memperluas dan memperdalam pemahaman tentang budidaya tanaman sorgum
serta dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan serta
dapat menjadi sumber inspirasi untuk kedepanya.

Palopo, 17 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2
II. PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Sorgum (Sorghum bicolor L.) ............................................................ 3
B. Morfologi Tanaman Sorgum ................................................................ 4
C. Fisiologi Tanaman Sorgum .................................................................. 5
D. Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum ....................................................... 6
E. Teknik Budidaya Tanaman Sorgum .................................................... 6
F. Penanaman .......................................................................................... 8
G. Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Sorgum................. 9
H. Penanganan Panen Pada Tanaman Sorgum ........................................ 11
III. PENUTUP................................................................................................. 13
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang potensal untuk
dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan
kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi
yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit
serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain.
Selain itu, tanman sorgum memilikikandungan nutrisi yang tinggi sehingga sangat
baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif.
Sorgum bukan merupakan tanaman asli Indonesia tapi berasal dari wilayah
sekitar sungai Niger di Afrika. Domestikasi sorgum dari Etiopia ke Mesir
dilaporkan telah terjadisekitar 3000 tahun SM. Sekarang sekitar 80% areal
pertanaman sorgum berada di wilayah Afrika dan Asia, namun produsen sorgum
dunia masih didominasi oleh Amerika Serikat, India, Nigeria, Cina, Mexico,
Sudan dan Argentina.
Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani khususnya Jawa, NTB
dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, sering ditanam oleh
petani sebagai tanaman sela atau tumpang sari dengan tanaman lainya. Budidaya,
penelitian dan pengembanan tanaman sorgum di Indonesia masih sangat terbatas,
bahkan secara umum produk sorgum belum begitu populer di masyarakat.
Padahal sorgum memiliki potensi besar untuk dibudidayakan dan dikembangkan
secara komersial karena memilii daya adaptasi luas, produktivitas tinggi, hanya
memerlukan input yang relatif sedikit, tahan terhadap hama dan penyakit, serta
tebih toleransi terhadap kondisi marjinal (kekeringan, salinitas dan bahan masam).
Dengan daya adaptasi sorgum yang luas tersebut membuat sorgum berpeluang
esar untuk dikembangkan di Indonesia sejalan dengan optimalisasi pemanfaatan
lahan kosong, yang berkemungkinan lahan marginal, lahan tidur, atau lahan non-
produktif lainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tanaman sorgum?
2. Bagaimana morfologi tanaman sorgum?

4
3. Bagaimana fisiologi tanaman sorgum?
4. Bagaimana teknik budidaya sorgum?
5. Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman sorgum?
6. Bagaimana penanganan panen pada tanaman sorgum?
C. Tujuan
1. Mengetahui tanaman sorgum
2. Mengetahui morfologi tanaman sorgum
3. Mengetahui fisiologi tanaman sorgum
4. Mengetahui teknik budidaya sorgum
5. Mengetahui cara pengendalian hama dan penyakit tanaman sorgum
6. Mengetahui penaganan panen pada tanaman sorgum

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sorgum ( Sorghum bicolor L )


Klasifikasi ilmiah tanaman sorgum menurut USDA (United States
Departement of Agriculture) adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsid
Ordo : Cyperales
Famiy : Poaceae
Genus : Sorghum Moench
Species : Sorghum Bicolor L.
Sorgum ( Sorghum bicolor L ) adalah tanaman serbaguna yang dapat
digunakan sebaga sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Sebagai
bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke 5 setelah gandum, jagung, padi, dan
jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting Asia Selatan dan Afrika.
Sorgum mempunyai potensi cukup besar sebagai bahan pangan, namun
pemanfaatanya belum berkembang karena pengupasan biji sorgum cukup sulit
dilakukan. Di Indonesia, biji sorgum digunakan sebagai bahan makanan subtitusi
beras, namun karena kandungan taninya cukup tinggi (0,40-3,60%), hasil
olahanya kurang enak. Menurut sudaryuno (1996), masalah ini telah dapat diatasi
dengan memperbaiki teknologi pengolahan. Kulit biji dan lapisan testa dikikis
dengan menggunakan mesin penyosoh beras merek “Satake Grain Testing Mill”
atau“Satake Polisher Rice Machine” yang dilengkapi dengan silinder gurinda
batu dengan permukaan yang kasar. Kandungan nutrisi sorgum juga cukup tinggi
dibanding bahan pangan lainya, sehingga cukup potensial sebagai bahan pangan
subtitusi beras. Begitupula kandungan asam aminonya tidak kalah dengan bahan
makanan lainya ( sirappa,2003).
Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani khususnya Jawa, NTB
dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, sering ditanam oleh
petani sebagai tanaman sela atau tumpang sari dengan tanaman lainya. Budidaya,
penelitian dan pengembanan tanaman sorgum di Indonesia masih sangat terbatas,

6
bahkan secara umum produk sorgum belum begitu populer di masyarakat.
Padahal sorgum memiliki potensi besar untuk dibudidayakan dan dikembangkan
secara komersial karena memilii daya adaptasi luas, produktivitas tinggi, hanya
memerlukan input yang relatif sedikit, tahan terhadap hama dan penyakit, serta
tebih toleransi terhadap kondisi marjinal (kekeringan, salinitas dan bahan masam).
Dengan daya adaptasi sorgum yang luas tersebut membuat sorgum berpeluang
esar untuk dikembangkan di Indonesia sejalan dengan optimalisasi pemanfaatan
lahan kosong, yang berkemungkinan lahan marginal, lahan tidur, atau lahan non-
produktif lainya.
B. Morfologi Tanaman Sorgum
Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledone, sorgum mempunyai
sistem perakaran serabut. Akar primer tumbuh pada saat proses perkecambahan
berlangsung dan seiring dengan proses pertumbuhan tanaman muncul akar
sekunder pada ruas pertama. Akar sekunder kemudian berkembang secara
ekstensif yang diikuti matinya akar primer.
Pada tahap selanjutnya, akar sekunder inilah yang kemudisn berfungsi
unrtuk menyerap air dan unsur hara serta memperkokoh tegaknya batang.
Keunggulan sistem perakaran pada tanaman sorgum yaitu sanggup menopang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman ratun (ratoon) hingga dua atau tiga kali
lebih dengan akar yang sama. (House, 1985).
Tanaman sorgum mempunyai batang yang merupakan rangkaian berseri
dari ruas (internodes) dan buku (nodes). Bentuk batangnya silinder dengan ukuran
diameter batang pada bagian pangkal antara 0,5-5,0 cm. Tinggi batang tanaman
sorgum bervariasi yaitu antara 0,5-4,0 m tergantung pada varietas (House, 1985).
Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di Cina dapat mencapai 5
m, dan struktur tanaman yang tinggi sangat ideal dikembangkan untuk pakan
ternak dan penghasil gula (FAO, 2002). Pada beberapa varietas sorgum batangnya
dapat menghasilkan tunas baru membentuk percabanagan atau anakan dan dapat
tumbuh menjadi individubaru selaian batng utama (Steenis, 1975).
Sorgum memiliki daun berbentu seperti pita sebagaimana jagung atau padi
dengan struktur daun terdiri atas helai daundan tangkai daun. Posisi daun
terdistribusi secara berlawanan sepanjang batang dengan pangkal daun menempel

7
pada nodes. Daun sorgum rata-rata panjangnya satu meter dengan penyimpangan
lebih kurang 10-15 cm (House, 1985). Jumlah daun bervariasi antara 13-40 helai
tergantung varietas (Martin, 1970), namun Gardner et al. (1991) menyebutkan
bahwa jumlah daun sorgum berkisar antara 7-14 helai.
Freeman (1970) menyebutkan bahwa anaman sorgum juga mempunyai
daun bendera (leaf blades) yang mucul paling akhir, yaitu bersamaan dengan
inisiasi malai. Daun bendera muda bentuknya kaku dan tegak dan sangat
pentingartinya sebagai pntu transportasi fotosintant.
Sorgum termasuk tanaman menyerbuk sendiri (self pollination), dimana
pada setiap malai terapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah.
Proses penyerbukan dan fertilisasi terjadi apabila glume atau sekam dari masing-
masing bunga membuka. Karena proses pembukaan glume antara bunga jantan
dan bunga betina tidak selalu bersamaan, maka pollen dapat viable untuk jangka
waktu 10-15 hari (House, 1985).
Malai tanaman sorgum beragam, tergantung varietas dan dapat dibedakan
berdasarkan posisi, kerapatan, dan bentuk. Berdasarkan posisi, malai sorgum ada
yang tegak, miring dan melengkung; berdasarkan erapatan, malai sorgum ada
yang kompak, longgar, dan intermediate;dan berdasarkan pada bentuk malai ada
yang oval, silinder, elips, seperti seruling dan kerucut (Martin, 1970).
C. Fisiologi Tanaman Sorgum
Sorgum sebagaimana tebu dan jagung digolongkan tanaman C-4, yaitu
species tanaman yang menghasilkan asam empat karbon (asam malat dan aspartat)
sebagai produk utama awal penambahan CO2. Tanaman jenis ini dikenal sangat
efisiean dalam fotosintesis karena mempunyai sel mesofi dan sel selundang bekas
yang keduanya dimanfaatkan untuk menambat CO2. Produk metabolisme hasil
penambatan CO2 pada sel mosofil adalah asam malat dan asam aspartat,
sedangkan pada sel selundang bekas adalah 3-phosphoglycerate acid (3-PG),
sukrosa, dan pati (Salisbury dan Ross, 1995).
Karakteristik tanaman C-4 yaitu pada penyinaran tinngi dan suhu panas
tanaman ini mampu berfotosintesis lebih cepat sehingga menghasilkan bomassa
yang lebih banyak dibandingkan tanaman C-3 (Salisbury dan Ross, 1995). Selain
sebagai tanaman C-4, tingginya produktivitas tanaman sorgum juga didukung oleh

8
fakta bahwa permukaan daunya dilapisi oleh lilin yang dapat mengurangi laju
transpirasi dan mempunyai sistem perakaran yang ekstensif. Kedua faktor ini
menjadikan sorgum sangat efisien dan efektif dalam pemanfaatan air (House,
1985), sehingga produktivitas biomassa sorgum lebih tinggi dibandingkan jagung
atau tebu yang sama-sama tanaman C-4 (Hoeman, 20017).
Keunggulan proses fisiologi tanaman sorgum lainya adalah memiliki gen
pengendali untuk berada dalam kondisi stay-green sejak fase pengisian biji.
Fenomena stay-green ini berhubungan dengan kandungan nitrogen daun spesifik
(specific leaf nitrogen) yang lebih tinggi sehingga mampu meningatkan efisiensi
penggunaan radiasi dan transpirasi (Borrel et al., 2005). Fisiologi stay-green pada
akhirnya mampu memperlambat proses senescen pada daun (Mahalakshmi dan
Bidinger, 2002) sehingga tanaman sorgum mampu mengelola batang dan daunya
tetap hijau walaupun pasokan air sangat terbatas (Borrel et al., 2006).
D. Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum
Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan
kurang subur, air terbatas dan masukan (input) yang rendah, bahkan dilahan yang
berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah
ketinggian diatas 500 m dari permukaan laut tanaman sorgum akan terhambat
pertumbuhanya dan memiliki ukur yang panjang. Enurut hasil penelitian, lahan
yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk penanaman sorgum adalah :
1. Suhu optimum 23º 30º C
2. Kelembaban relatif 20% 40%
3. Suhu tanah ± 25º C
4. Ketinggian ≤ 800 m dpl
5. Curah hujan 375-425 mm/th
6. pH 5,0-7,5
E. Teknik Budidaya Sorgum
1. Pengolahan Benih
Aktivitas pengolahan benih sorgum dimulai dari panen sampai benih siap
untuk digunakan atau untuk disimpan dalam waktu yang agak lama. Pengolahan
benih diperlukan untuk tetap menjaga kemurnian benih sorgum dari campuran
material atau biji dari tanaman lainnya. Selain itu untuk menjaga agar kadar air

9
benih dalam batas aman untuk disimpan sehingga memperlambat laju deteriorasi
(kemunduran) benih.
Adapun secara umum tahap-tahap dalam pengolahan benih adalah:
a. Perontokan biji dari malai.
Perontokan dapat menggunakan trasher atau dengan cara di letakkan
dalam karung plastik dan dipukul-pukul. Tahap ini sangat berisiko akan
terjadinya kontaminasi dari biji sorgum jenis lain atau material lainnya
jika alat perontok atau tempat untuk merontokkan biji sorgum kurang
bersih. Hal yang perlu diperhatikan adalah untuk selalu membersihkan
dengan baik alat perontok setiap kali selesai merontokkan suatu kultivar
biji sorgum tertentu.
b. Pengeringan dan pembersihan
Pengeringan dilakukan dengan menjemur biji sorgum di bawah sinar
matahari dan dibersihkan dengan cara ditampih untuk memisahkan sekam
dan kotoran lainnya. Hal yang perlu diperhatikan kontaminasi dari bahan
material lainnya seperti kerikil dan lainnya selama penjemuran.
c. Sortasi dan grading
Tahap ini untuk menjamin kualitas benih sorgum yang seragam baik dari
segi fisik dan dari segi genetik benih. Untuk itu diperlukan beberapa
pengujian benih seperti uji rutin benih dan uji khusus benih. Pengujian
benih dimaksudkan untuk mengetahui kualitas benih yang
mencakup kemurnian fisik, kapasitas berkecambah, dan kadar air benih.
Informasi hasil pengujian dapat dijadikan acuan untuk menentukan
kebutuhan benih, dan pertimbangan apakah perlu penyimpanan atau tidak.
d. Perlakuan benih untuk melindungi dan mencegah benih dari serangan
pathogen.
2. Persiapan Tanam
Meskipun budidaya sorgum secara umum sangat mudah dan sorgum lebih
mudah tumbuh dibanding tanaman lainnya, tetapi untuk mengoptimalkan hasil
dan secara usaha tani bisa lebih menguntungkan, maka diperlukan teknologi
budidaya/ Pengeloaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) yang tepat. Pada
prinsipnya sorgum dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bahkan di tanah yang

10
kurang subur atau minim pasokan air, tanaman sorgum masih dapat tumbuh.
Semua tanah yang sesuai untuk pertanaman jagung, juga dapat digunakan untuk
pertanamanan sorgum. Hal yang perlu perhatian dalam persiapan adalah
menentukan waktu tanam. Prinsipnya sorgum untuk diambil bijinya, sebaiknya
waktu panen bukan pada musim penghujan.
F. Penanaman
1. Pengairan.
Sorgum tanaman yang tahan kering, sehingga pengairan bukan masalah
yang utama dalam pertanaman sorgum. Kebutuhan akan air yang paling banyak
hanya diperlukan pada awal-awal pertumbuhan (1 – 2 minggu setelah tanam).
Adapun periode kritis tanaman sorgum adalah pada masa perkecambahan,
berbunga dan waktu pengisian biji. Pada kondisi ketersediaan air sangat terbatas
pada waktu tanam, guludan atau larikan-larikan untuk lubang tanam sebaiknya
disiram terlebih dahulu sebelum tanam sampai cukup basah (20 – 50 cm). Kondisi
kelembaban tanah di jaga terus sampai perkecambahan. Penyiraman dapat
dilakukan selang 2 – 3 hari sekali bila sama sekali tidak turun hujan pada awal
pertumbuhan. Air dalam tanah sampai kedalaman kurang lebih 2.5 cm,
maksimum dapat memenuhi kebutuhan air selama 3 – 4 hari bagi tanaman sorgum
pada periode pembentukan biji.
2. Pengolahan tanah dan penanaman
Bisa dilakukan minimum tillage dengan mongolah tanah pada barisan
tanam saja. Pengolahan tanah sebaiknya 1 – 2 minggu sebelum tanam. Hal yang
perlu diperhatikan dalam menentukan jarak tanam adalah: i) jenis/varietas sorgum
yang akan ditanam; ii) ketersediaan air dan kesuburan lahan; iii) tujuan
pemanfaatan dari tanaman sorgum; iv) pola tanam.
Dari dua hasil penelitian jarak tanam pada sorgum, peningkatan populasi
tanaman per ha telah dapat meningkatkan hasil biji sorgum. Secara umum lubang
tanam sorgum dibuat pada jarak 70 cm x 20 cm dengan dua tanaman per lubang
tanam atau 70 cm x 10 cm dengan satu tanaman per lubang tanam. Hasil biji
sorgum telah meningkat 1.5 kali pada jarak tanam 70cm x 10cm. Untuk lahan
beririgasi baik jarak tanam dapat dibuat sekitar 50 cm x 30 cm. Untuk tanah yang
kurang subur dan tidak beririgasi, sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih

11
lebar (75 cm x 25 cm) atau populasi tanaman dikurangi per ha. Populasi optimum
untuk jarak antar baris tanam 70 cm dengan 1 – 2 tanaman/ lubang sekitar
142.857 – 285.714 tanaman/ ha.
3. Pemupukan.
Meskipun sorgum dapat tumbuh pada lahan kurang subur, namun tanaman
sorgum sangat tanggap terhadap pemberian pupuk kandang dan pupuk nitrogen.
Respon terbesar kedua adalah pada pemumupukan fosfor dan yang ketiga adalah
pada pemupukan kalium. Dosis pemupukan tergantung dari tingkat kesuburan
lahan, namun demikian secara umum dosis yang dapat dipakai untuk lahan irigasi
adalah 100 – 180 kg Nitrogen, 45 – 70 kg P2O5 dan K2O. Pemerintah
menganjurkan penggunaan 200 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl. Pupuk
urea diberikan dua kali yaitu 1/3 pada waktu tanam bersamaan dengan SP-36 dan
KCl, sisanya 2/3 pupuk Urea diberikan setelah tanaman berumur satu bulan.
Pupuk diberikan dengan cara dibuat larikan sejauh ± 7-15 cm sebelah kanan dan
kiri dari lubang tanam. Urea dan SP-36 dimasukkan dalam satu lubang, sedangkan
KCl pada lubang yang lainnya. Penambahan pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha
telah meningkatkan hasil biji sorgum.
4. Penyiangan dan Pembumbunan.
Penyiangan hanya perlu dilakukan pada awal pertanaman saja dan setelah
tanaman cukup besar, penyiangan bisa tidak dilakukan.
G. Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Sorgum
a. Pestisida Nabati
Jenis pestisida yang digunakan adalah pestisida organik atau nabati.
Penggunaan jenis in, dikarenakan karena banyaknya dampak dari penggunaan
pestisida kimia, antara lain : hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman
atau tumbuhan yang sebenarnya ada disekitar kita. Ada dua jenis nabati yang
digunakan yaitu pestisida nabati daun pepaya yang mengandung bahan aktif
“papain’ sehingga efektif untuk pengendalian ulat, hama penghisap dan daun
sirsak mengandung bahan aktif “annionain dan resin” efektif untuk pengendalian
hama trip. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :

12
 Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
 Mengganggu komunikasi serangga
 Menghambat pergantian kulit
 Menghambat reproduksi serangga
 Mengurangi nafsu makan serangga
 Menghambat perkembangan patogen penyakit
b. Jenis Hama dan Penyakit
a) Colletortichum gramini colum (Ces) G. W. Wild (Penyakit Bercak Daun)
Penyakit ini menyebabkan bercak pada daun dengan warna kemerah-
merahan atau keungu=unguan dan menyebabkan busuk merah pada batang
dimana jaringan bagian dalam buku berair dan berubah warnyanya. Penyakit ini
menyebar secara luas. Bercak daun mengakibatkan daun mengering, karena itu
butir menjadi hampa, sementara busuk merah menyebabkan batang berair dan
patah.
b) Helmithosporium turcicum Pass ( Penyakit Blight )
Penyakit ini menyerang sorgum secara luas, terutama pada kondisi yang
lembab. Serangan penyakit ini menimbulan bintik-bintik ungu kemerah-merahan
atau kecoklatan yang akhirnya menyatu. Penyakit ini blight daun dapat
menyerang pembibitan maupun tanaman dewasa. Kulvitar yang resisten belum
diketahui.
c) Puccinia purpurea Cooke
Penyait karat sering terjadi secara luas pada sorgum tetapi pertumbuhan
penyakit tidak berlangsung lagi apabila tanaman sorgum telah mencapai dewasa.
d) Atherigona varia Soccata (Rond.) ( Lalat Bibit Sorgum)
Hama ini adalah hama yang utama di daerah tropis. Pinsip pengendalianya
adalah dengan penanaman pada waktunya (tanam serempak) dan menanam
kultivilar yang mempunyai kemampuan memulihkan luka setelah diserang.
e) Prodenia Litura F. (Ulat Daun)
Pengendalianya dengan menggunakan insektisida dengan jenis dan dosis
yang dianjurkan.

13
H. Penanganan Panen Pada Tanaman Sorgum
1. Panen
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, waktu musim penanaman
diusahakan tepat sehingga pada saat pemasakan biji sampai panen berada pada
musing kering. Karena apabila pada waktu pemasakan pada musim hujan
dikhawatirkan banyak biji yang busuk san berkecambah.kualitas dan kuantitas
hasil panen sorgum sangat ditentukan oleh ketepatan waktu (baik tanam maupun
panen), cara panen dan penanganan pasca panen.
Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan tergantung
varietas. Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan berpedoman pada
umursetelah biji terbentuk atau dengan melihat ciri-ciri visual biji. Pemanenan
juga dapat dilakukan setelah terlihat adanya ciri-ciri seperti daun-daun berwarna
kuning dan mengering, biji-biji bernas dan keras serta berkadar tepung maksimal.
Panen yang dilakukan terlambat atau melampaui stadium buah tua dapat
menurunkn kualitas biji. Biji-biji akan mulai brkecambah bila kelembaban udara
cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca cerah atau
terang. Pada saat pemannan sebaiknya pemotongan dilakukan pada pangkal
tangkai atau malai buah sorgum dengan panjang sekitar 15-25 cm.
Untuk budidaya ratoon, setelah malai dipanen, tanaman dipotong dengan
meninggalkan satu buku (15 cm-20 cm dari permukaan tanah). Dipilih 2 sampai 3
tunas baru yang keluar untuk terus ditumbuhkan. Tunas yang lainya dibuang.
Setelah tunas mencapai ukuran 20 cm, tanah sekitar tunas digemburan dan
dilakukan pemupukan. Tanaman dari ratoon jika dipelihara dengan baik dapat
menghasilkan jumlah biji seperti induknya. Ratoon bisa dilakukan sampai dua kali
dan jika haslya sudah menurun sebaiknya tanman dibongkar dan menanam
kembali dari biji.
2. Pasca Panen
Pengeringan biasanya dilakukan dengan cara penjemuran selama ± 60 jam
hingga kadar air biji mencapai 10% - 12%. Kriteria untuk mengetahui tingkat
kekeringan biji biasanyadengan cara menggigit bijinya. Bila bersuara berarti biji
tersebut telah kering.

14
Biji yang telah bersih dan kering dapat disimpan dalam karung atau kaleng
yang kedap udara. Bila biji disimpan dalam ruangan khusu penyimpanan atau
gudang, maka tinggi gudang harus sama lebarnya supaya kondensasi uap air
dalam gudang tidak mudah timbul. Dinding gudang sebaiknya terbuat dari bahan
yang padat sehingga perubahan suhu yang terjadi pada biji dapat dikutangi.
Permasalahan penyimpanan bidi di dalam gudang adalah serangan hama kutu,
hama gudang. Namun, hama ini dapat dicegah dengan fumigasi.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sorgum ( Sorghum bicolor L ) merupakan tanaman pangan penting kelima
di dunia setelah padi, gandum, jagung dan barley (Reddy et al. 2007). Daerah asal
tanaman sorgum baik liar maupun species budidaya ditemukan di Afrika. Hingga
saat ini 90 % luas lahan pertanaman berada di wiliayah Afrika dan Asia (Acquaah
2007).
Tanaman sorgum di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi
pengembanganya tidak sebaik padi dan jagung, hal ini dikarenakan masih
seikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan.
Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara
komersial di Indonesia, kaena didukung oleh kondisi agroekologis dan
ketersediaan lahan yang cukup luas.
B. Saran
Untuk mengatasi masalah budidaya sorgum diperlukan pengelolaan sistem
produksi secara menyeluruh ( holistik ) dengan empat dimensi, yaitu :
1. Wilayah
2. Ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap
komoditas lain).
3. Sosial (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari
usaha taninya).
4. Industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri makanan dn
pakan ternak).

16
DAFTAR PUSTAKA

Ismunadji, M., Soetjipto Partohardjono, Mahyuddin Syam dan Adi Widjono.


Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanan. Bogor : (1998).
Sirapa M.P. Prospek Pengembangan Tanaman Sorgum di Indonesia sebagai
Komoditas Alternatif Bahan Pangan dan Industri. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulaesi Selatan. Jurnal Litbang Pertanian : 22(4). 1996
Sugito, Y. Ekologi Tanaman. UB press. Malang. 2004
Tjasyono, B. Klimatologi Edisi ke-2. ITB. Bangdung. 2004
http://www.pustaka-deptan.co.id. Teknologi Budidaya Tanaman Sorgum. Tabloid
Sinar Tani Edisi 26 Mei – 1 Juni. No. 3356 tahun XI. 2010
smunadji, M., Soetjipto Partohardjono, Mahyuddin Syam dan Adi Widjono.
(1988). Padi. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Klingman, G.C. and F.M. Ashton. (1975). Weed Science: Principle and Practices.
New York: John Wiley & Sons.
Mercado, B.L. (1979). Introduction to Weed Science. Laguna: SEARCA.
Morachan, Y.B. (1978). Crop Production and Management. New Delhi: Oxford $
IBH Publishing Co.

17

Anda mungkin juga menyukai