Oleh:
Pupuk merupakan semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud
untuk memperbaiki sifat – sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk dapat
dikelompokkan berdasarkan bentuk fasenya, reaksi kimia, cara penyediaan unsur
hara, kandungan senyawa, proses pembuatannya, dan jumlah unsur hara yang
terkandung didalamnya. Berdasarkan bentuk fasenya, pupuk dapat digolongkan
menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Fase padat : Bentuk Kristal (ZA), granuler (SP-36), briket (Urea tablet).
Pupuk berdasarkan reaksinya dapat dibedakan menjadi pupuk masam, pupuk basa
dan pupuk netral. Pupuk asam adalah pupuk yang jika ditentukan pH-nya
menunjukkan nilai yang rendah atau bereaksi masam, contoh pupuk ini yaitu ZA.
Hal ini disebabkan karena pupuk tersebut mengandung asam bebas, demikian pula
pupuk basa maupun pupuk netral. Pupuk basa mengandung basa bebas.
[2]
Berdasarkan cara pembuatannya, bahan pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
pupuk alam (misalnya pupuk kandang, pupuk fosfat alam, guano) dan pupuk buatan
(pupuk yang dibuat di pabrik) misalnya : urea, ZA.
Pupuk dibagi 2 golongan berdasarkan jumlah unsur hara yang terkandung didalamnya,
yaitu (1) pupuk tunggal (single fertilizers) jika hanya mengandung satu unsur hara
saja, contoh pupuk ini yaitu Urea, TSP, SP-36, dan (2) pupuk majemuk (compound
fertilizers) jika mengandung dua atau lebih unsur hara pokok, misalnya nitrofosfat / NP
(23-23-0). Pupuk yang dibuat dengan mencampur pupuk tunggal disebut sebagai
pupuk campur (mixed fertilizers).
1.2 Tujuan
[3]
II. METODOLOGI
2.1 Bahan
1. Pupuk tunggal
2. Pupuk majemuk
Setiap praktikan mengamati dan mencatat kriteria pupuk baik secara langsung
maupun dari brosur yang tersedia. Kriteria – kriteria yang harus diamati yaitu :
1. Sifat fisik : bentuk, ukuran butir, warna, higroskopisitas
[4]
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil pengamatan dicatat dalam table pengamatan deskriptif untuk pupuk sebagai berikut :
Gambar
1. Urea
2. SP 36
[5]
3. KCl
4. NPK
[6]
Tabel Pengamatan
Pengamatan Keterangan
a. Sifat fisik
SP-36 : Butiran
KcL : Kristal
KcL : Merah
[7]
4. Higrokospisitas Urea : Higroskopis
KcL : Higrokopis
NPK : Higrokopis
b. Sifat kimia
SP-36 : P₂O₅
KcL : KCL
2. Kadar Hara
Urea : Mengandung unsur hara N
sebesar 46% dengan pengertian
setiap 100kg mengandung 46 Kg
Nitrogen, Moisture 0,5%, Kadar
Biuret 1%, ukuran 1-3,35mm 90%
Min serta berbentuk Prill.
SP-36 : Mengandung 36% unsur
hara Fosfor (P)
[8]
KcL : 60% K2O
NPK : Kadar hara NPK PHONSKA
15-15-15 terdiri dari, 15% Nitrogen,
15% Fosfor (P2O5), 15% Kalium
(K2O), Sulfur 9%, Zn 2000 ppm.
3. Sifat Fisiologis
Urea : Netral
SP-36 : Netral
KcL : Netral
NPK : Netral
[9]
c. Kemasan
1. Produsen Pembuat Urea : PT. Pupuk Indonesia
(Persero) Group
SP-36 : PT. Petrokimia Gresik
KcL :
NPK : PT
Urea :
KcL :
NPK :
[10]
d. Aplikasi
1. Cara Penggunaan Urea : Cara pengaplikasian dari
penggunaan pupuk urea yaitu
dengan sistem tabur. Tebarkan
urea dengan penyebar pupuk
atau taburkan pelet dengan
tangan secara merata ke seluruh
permukaan tanah. Pada
sebagian besar tanaman,
taburkan urea sedekat mungkin
dengan akar atau ke area tempat
Anda akan menanam benih.
Siram tanah.
SP-36 : Untuk tanaman
semusim, pupuk SP 36
sebaiknya digunakan sebagai
pupuk dasar. Sedangkan untuk
tanaman tahunan diberikan
pada awal atau akhir musim
hujan atau segera setelah panen
KcL : Cara pengaplikasian
dari penggunaan pupuk ini
dapat dengan sistem tabur atau
dikocor dan dapat digunakan
sebagai pupuk dasar ataupun
pupuk susulan. Kita dapat
menaburkan pupuk dengan
dosis dan waktu atau jadwal
yang sudah ditentukan atau
sesuai rekomendasi
[11]
NPK : Pupuk NPK dapat
digunakan dengan cara
dilarutkan menggunakan air
atau ditabur
2. Takaran Penggunaan
Urea : Dosis pupuk urea
optimum sebesar 285 kg
urea/ha yang diaplikasikan
sebanyak 4 kali lebih baik
dibandingkan aplikasi urea
sebanyak 3 kali. Hal ini diduga
pemberian pupuk urea
sebanyak 4 kali dapat
mencegah kehilangan N baik
melalui proses pencucian dan
penguapan.
SP-36 : Dosis pemberian pupuk
SP 36 yaitu 100-200 kh/ha
KcL : Untuk lahan
pertanian atau sawah
dengan kadar kalium yang
rendah bisa menggunakan
dosis pupuk ini untuk
tanaman padi sebanyak 100
kg/ha. Sedangkan untuk
lahan dengan kadar kalium
yang sedang hingga tinggi
dapat menggunakan dosis
pupuk ini untuk tanaman
padi sebanyak 50 kg/ha.
[12]
Dengan pemberian pupuk 2
kali pada umur 21 HST
serta pada umur 42 HST.
[13]
3.2 Pembahasan
Pada praktikum yang kita lakukan yaitu pengenalan jenis pupuk, pupuk merupakan bahan
yang di berikan pada sistem tanaman medium dengan tujuan untuk memperoleh kenaikan hasil
yang setinggi-tingginya baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kita dapat mengetahui
berbagai jenis pupuk dan mengindentifikasi sifat fisik dan kimia yang terdapat dalam pupuk
serta mengindentifikasi kemasan pada pupuk dan mengetahui aplikasi penggunaannya. Pada
praktikum ini kita menggunakan empat jenis pupuk yaitu: pupuk Urea, SP-36, KCl, dan NPK.
Pupuk urea adalah pupuk yang dibuat dari campuran amoniak (NH3) dengan karbondioksida
(CO2) dan bahan dasarnya biasanya dari gas alam. Pupuk urea berbentuk kristal dengan warna
yang beragam antara lain yaitu putih dan merah muda. 90% dari pupuk urea berukuran 1,00 -
3,55 mm per butirnya. Pupuk urea bersifat higroskopis, sehingga pupuk urea ini mudah larut
dalam air dan mudah diserap tanaman. Rumus kimia dari pupuk urea ini yaitu CH4N2O. Cara
pengaplikasian dari penggunaan pupuk urea yaitu dengan sistem tabur. Tebarkan urea dengan
penyebar pupuk atau taburkan pelet dengan tangan secara merata ke seluruh permukaan tanah.
Dosis pupuk urea optimum sebesar 285 kg urea/ha yang diaplikasikan sebanyak 4 kali lebih
baik dibandingkan aplikasi urea sebanyak 3 kali.
Pupuk SP-36 Merupakan pupuk berwarna abu-abu dan berbentuk butiran, merupakan pupuk
tunggal, mengandung 36% posfor. Pupuk ini tidak higroskopis (larut dalam air) sehingga
cepat tersedia. Unsur P berperan sangat penting bagi tanaman yaitu berperan dalam proses
fotosintesis, respirasi, membantu mempercepat perkembangan akar, perkecambahan, serta
berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel. SP 36 merupakan pilihan dalam memenuhi
posfor, karena mengandung posfor dalam jumlah makro.Untuk tanaman semusim, pupuk SP
36 sebaiknya digunakan sebagai pupuk dasar. Sedangkan untuk tanaman tahunan diberikan
pada awal atau akhir musim hujan atau segera setelah panen. Dosis pemberian pupuk SP 36
yaitu 100-200 kh/ha.
Pupuk KCL termasuk kedalam jenis pupuk anorganik yang memiliki kandungan kalium dan
juga klorida. Di pasaran, pupuk ini biasa berbentuk kristal berukuran 90% min 1,00-3,00 mm
dan berwarna merah, bersifat higroskopis sehingga sangat mudah diserap oleh tanaman.
[14]
Cara pengaplikasian dari penggunaan pupuk ini dapat dengan sistem tabur atau dikocor dan
dapat digunakan sebagai pupuk dasar ataupun pupuk susulan.
Kita dapat menaburkan pupuk dengan dosis dan waktu atau jadwal yang sudah ditentukan atau
sesuai rekomendasi.Untuk lahan pertanian atau sawah dengan kadar kalium yang rendah bisa
menggunakan dosis pupuk ini untuk tanaman padi sebanyak 100 kg/ha. Sedangkan untuk lahan
dengan kadar kalium yang sedang hingga tinggi dapat menggunakan dosis pupuk ini untuk
tanaman padi sebanyak 50 kg/ha. Dengan pemberian pupuk 2 kali pada umur 21 HST serta
pada umur 42 HST.
Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk butiran yang mengandung unsur hara utama
yaitu Nitrogen,Fosfor dan Kalium. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk
yang paling umum digunakan. Fungsinya yaitu Nitrogen untuk membantu pertumbuhan
vegetatif, terutama pada daun. Fosfor membantu pertumbuhan akar dan tunas, Kalium
membantu pembungaan dan pembuahan. Nilai P dan K mewakili bentuk oksidannya dalam
bentuk P2O5 dan K2O.Kadar hara NPK PHONSKA 15-15-15 terdiri dari, 15% Nitrogen, 15%
Fosfor (P2O5), 15% Kalium (K2O), Sulfur 9%, Zn 2000 ppm. Takaran penggunaan pupuk
NPK 15-15-15 disesuaikan dengan banyaknya pupuk yang dibutuhkan per hektar jumlah unsur
hara yang dibutuhkan (dosis) dan besarnya kandungan unsur hara dalam pupuk tersebut.
[15]
IV. KESIMPULAN
[16]
V. SARAN
[17]