DISUSUN OLEH :
B. Perhitungan
1). EC Air sawah (alat EC)
VIII. PEMBAHASAN
Dalam hidrologi dikemukakan bahwa debit air sungai adalah tinggi
permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai.
Faktor utama yang mempengaruhi ketinggian air sungai, adalah curah
hujan yang terjadi di hulu tempat alat pengukur permukaan air sungai
ditempatkan. Karena curah hujan merupakan data deret waktu yang
memiliki komponen musiman, dan siklus tahunan dengan karakteristik
musim hujan panjang (kemarau pendek), atau kemarau panjang (musim
hujan pendek).
Besarnya konsentrasi garam-garam yang terlarut dalam air
diklasifikasikan dengan konduktivitas elektriknya, sebab besar kecilnya
daya hantar listrik (DHL) dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi garam-
garam atau ion-oin yang ada dalam air atau disebut juga salinitas. Selain
merupakan fungsi dari konsentrasi ion dalam air, nilai DHL juga sangat
dipengarui pada temperatur air. Oleh karena itu perhitungan DHL harus
distandarkan pada temperatur tertentu yaitu 250 C. Nilai DHL akan
meningkat bila temperatur bertambah tinggi.
DHL diukur dengan mho yang berbanding terbalik dengan ohm.
Konduktivitas elektrik air ditentukan dengan menghitung tahanan listrik
antara dua elektroda yang pararel yang dicelupkan ke dalam air. Dasar
satuan untuk konduktivitas elektrik adalah mho/m atau mmho/cm
(mikrohhos/cm).
Total padatan terlarut (TDS) adalah jumlah konsentrasi bahan-
bahan padat terlarut dalam air yang dapat berupa bahan organik maupun
anorganik. Konsentrasi ion hidrogen dalam air dinyatakan dengan pH,
yaitu logaritma 10 dari konsentrasi ion hidrogen dalam mole per liter. pH
menyatakan intensitas kemasaman atau kebasahan dari suatu cairan. Air
netral mempunyai pH = 7,0 yang berarti bahwa jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH-. Air dengan pH < 7,0 berarti asam, menunjukan
bahwa ion OH- lebih kecil daripada jumlah ion H+. Kemudian air dengan
pH < 7,0 berarti basa.
Dalam praktikum ini kami menggunakan dua sampel air untuk
dijadikan perbandingan. Pertama kami gunakan air sawah dan yang kedua
kami gunakan air sumur. Air yang sudah di masukan dalam gelas beker
kemudian di ukur pH, suhu dan EC yang merupakan beberapa indikator
kualitas dari air tersebut.
Pengukuran pH menggunakan dua cara yaitu menggunakan kertas
indikator pH dan menggunakan pH meter. Demikian juga untuk
pengukuran suhunya menggunakan dua cara yaiut menggunakan
thermometer dan menggunakan Conductivity meter. Sehingga setelah
didapatkan datanya maka akan digunakan untuk menghitung EC ( DHL
pada suhu standart 250C), serta menghitung TDS ( Total Dissolved Solid ).
Setelah dilakukan perhitungan dari data yang didapat dari hasil
pengukuran maka didapat nilai EC air sawah 0,30 dan TDS sebesar 192
ppm. Sedangkan air sumur didapat besar EC 0,24 dan TDS 153,6 ppm.
Dalam industri kelapa jika air dengan nilai TDS seperti sampel
langsung digunakan sebagai air umpan boiler maka tentunya hal ini akan
berdampak negatif diantaranya terjadinya carry over impurities ke jaringa
steam. Selain itu hal ini juga dapat menyebabkan umur boiler yang lebih
singkat dan biaya perawatan yang lebih mahal. Disamping itu terjadinya
penumpukan impurities di tangki air umpan menyebabkan seringnya
dilakukan blow down tentunya ini akan menurunkan efisiensi boiler
karena terjadinya kehilangan panas saat dilakukan blow down boiler.
IX. KESIMPULAN
1. Besarnya konsentrasi garam-garaman yang terlarut dalam air
diklasifikasikan dengan konduktivitas elektriknya, sebab besar
kecilnya hambatan listrik (DHL) dipengaruhi oleh besarnya
konsentrasi garam-garaman atau ion-ion yang ada didalam air atau
disebut juga salinitas
2. Kandungan pH air dapat diturunkan dan dapat dinaikan, untuk
menurunkan kandungan pH bisa menggunakan larutan garam dan
untuk menaikan pH bisa menggunakan soda ash.
3. Air yang pHnya terlalu tinggi atau rendah akan memerlukan waktu
yang cukup lama dalam proses pengendapan flok-flok pada air.
4. Air yang telah diberi larutan garam harus di ukur DHL nya
menggunakan multimeter dengan beban x 10.
5. Hasil perhitungan peraktikum.
Air sawah
- EC (25oC) = 0,596
- TDS = 192 ppm
Air sumur
- EC (25oC) = 0,24
- TDS = 153,6 ppm
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Buku petunjk praktikum kualitas air. INSTIPER,
Yogyakarta.