Anda di halaman 1dari 3

AMOEBIASIS

Prof. P.J.Zuidema Bagian Penyakit Tropik Koninklijk Instituut voor de Tropen Amsterdam. Dengan amoebiasis diartikan semua kelainan/perubahan sebagai akibat infeksi dengan E. histolytica. Gejala-gejala klinik dapat beraneka ragam, baik akut maupun kronik. Pada umumnya merupakan gejala-gejala dari usus, akan tetapi ada kalanya hati atau lain organ terkena juga.
Anatomi patologik

ditemukan dalam najisnya sendiri yang biasanya pada fase akut berkurang jumlahnya. 2. Disentri amoeba residif : pada pengobatan yang tidak sempurna timbul kemungkinan besar akan residif. Dengan emetine dapat dibasmi bentuk-bentuk histolitik akan tetapi bentuk-bentuk minuta tak terganggu dan bentukbentuk inilah dapat menembus dinding lagi setelah beberapa waktu. 3. Disentri amoeba yang hebat : Bentuk ini selalu disertai colitis bakteriil. Bagian-bagian yang luas dari kolon tertutup dengan luka-luka, diantaranya mukosa yang nekrotik. Penderita menunjukkan panas yang tinggi, berwajah toksis dan dehidrasi. Defekasi sering sekali, kadang-kadang dapat ditemukan bagian-bagian selaput lendir yang nekrotik dalam najis. Bentuk-bentuk yang hebat ini tak jarang ditemukan di Afrika terutama pada wanita hamil dan pada orang yang kekurangan makanan dan juga pada penggunaan kortikosteroid. 4: Amoebiasis usus yang kronik : Bentuk ini timbul bila tak terdapat najis yang berbentuk disentri. Keluhan-keluhan berupa mules-mules, sakit perut, diare, lendir pada najis, rasa bengkak pada perut, kembung, bunyi-bunyi pada usus dan nafsu makan yang kurang. Lain keluhan seperti sakit kepala, rasa cape juga dapat timbul. Gejala-gejala klinik mirip dengan lain-lain penyakit seperti Ulcus duodeni, cholecystitis dll. Diagnosa hanya dapat dibuat - bila dapat ditemukan amoeba-amoeba bentuk histolitik dalam najis. Bila pemeriksaan ternyata negatif maka perlu diulangi hingga beberapa kali. Beberapa orang berpendapat bahwa bentuk-bentuk histolitik lebih sering ditemukan setelah pemberian obat-obat pencahar (cuci perut). Bentuk-bentuk minuta tak dapat dibedakan dengan jelas dari E. coli ; jadi perlu ditemukan kista. Bila ditemukan kista-kista, ini berarti bahwa penderita telah terjangkit dengan E. histolitica, akan tetapi tidak berarti
Prof. Dr. P.J. Zuidema, adalah seorang bekas gurubesar FKUI/ RSTM dalam ilmu penyakit dalam dan juga pernah memirnpin rumah sakit Bethesda, Yogyakarta. Selain Indonesia, benua Afrika juga pernah dirantauinya. Kini beliau masih aktip berkecimpung dalam penyakitpenyakit tropik pada Koninklyk Instituut voor de Tropen di Amsterdam, Holland Dibawah ini adalah ringkasan kuliah beliau dihadapan para mahasiswa dan dokter sewaktu berada di Indonesia selaku tamu pembicara dalam rangka Kongres Persatuan Ahli Penyakit Dalam ke 11 tahun lalu.

Pada disentri amoeba akut dapat ditemukan luka pada usus kolon terutama pada sigmoid dan rektum. Jumlah luka dapat bervariasi. Yang penting ialah bahwa mukosa diantara luka-luka tadi tetap normal. Ini merupakan perbedaan dengan disentri basiler. Hanya pada disentri amoeba yang kronik dan sering kambuh, seluruh mukosa dapat meradang oleh infeksi sekunder. Bentuk-bentuk histolitik E. histolytica. menyebabkan kematian jaringan. Dalam mukosa dan submukosa dari kolon terjadi sarang-sarang nekrosa. Yang sangat menyolok ialah tidak terdapat reaksi radang yaitu tidak ada limfosit dan lekosit polinukliar. Hanya pada tepi luka dapat ditemukan daerah kecil dengan tanda-tanda radang. Amoeba mempunyai daya tembus yang kuat dan dapat menembus mukosa dan lapisan muskularis akan tetapi lapisan otot sendiri tak pernah nekrosis secara luas. Serosa pun dapat tertembus dan biasanya menimbulkan perlengketan-perlengketan akibat peritonitis lokal. Perforasi usus dapat timbul walaupun jarang sekali. Perdarahan usus yang hebat juga merupakan perkecualian. Luka pada usus tidak dalam (dangkal) dengan dasar nekrotik dan pinggiran yang tergaung serta dikelilingi oleh zona hiperemik. Luka-luka yang besar dapat sampai pada submukosa. Komplikasi : abses perianal dan fistula ani.
Bentuk-bentuk klinik I.

Disentri amoeba akut : Amoebiasis usus adalah suatu penyakit kronik dengan eksaserbasi yang akut. Jadi disentri amoeba akut biasanya berlandaskan sesuatu infeksi yang telah lama ada. Rasa mules yang hebat, disertai najis yang berlendir dan berdarah sampai 4-6 kali sehari. Najis dapat berbentuk lembek/atau hancur kadangkadang masih berbentuk juga. Keadaan umum tak banyak terganggu; suhu badan mungkin subfebril. Pada suhu badan yang tinggi perlu dipikirkan amoebiasis hati. Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya bentuk-bentuk histolitik dalam lendir berdarah pada najis. Dapat ditemukan juga sedikit lekosit polinukliar. Sering terdapat juga eosinofil dan kristal-kristal CharcotLeyden. Rektoskopi dapat juga dilakukan. Bentuk-bentuk minuta dan kista lebih banyak
Cermin Dunia Kedokteran No. 7, 1976

bahwa ia menderita amoebiasis usus. Perlu dibedakan seorang pembawa amoeba dari seorang penderita amoebiasis kronik. 5. Amoeba appendik secara klinik sering tak dapat dibedakan dengan appendicitis. 6. Amoeboma jarang sekali ditemukan. Pada amoebiasis yang kronik dapat terjadi bahwa dinding usus disekitar luka amoeba yang besar, menjadi tebal oleh jaringan otot dan penebalan lokal ini disebut amoeboma. Dapat timbul pada sigmoid, rectum dan sectum. Gejala-gejala/keluhan-keluhan : nyeri pada perut, diare, darah dengan najis. Ditemukan pada + 25% dari semua bbstruksi usus. Sering didiagnosa sebagai karsinoma. 7. Colitis post-disentri. Setelah disentri amoeba residif dapat timbul colitis oleh infeksi sekunder yang tetap ada setelah pengobatan amoebiasis. 8. Pengaruh kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan sesuatu infeksi oleh Entamoeba histolitika yang manifes atau menyebabkan disentri amoeba yang lebih buruk.
Pengobatan

apakah obat ini berbahaya untuk foetus maupun bayi. Dosis : 3 x 3 tahlet ' a 0,250 g selama 5 hari. (obat ini di Indonesia masih cukup mahal). II. Emetine I. Sejenis alkaloid dari cartex Radicis Ipecacuanhae. Sulit larut dalam air, tidak dapat diberikan per oral oleh karena menimbulkan mual dan muntah. Dapat diberikan secara parenteral dalam bentuk emetine hydrochlorida yang lebih mudah larut dalam air. Obat ini diperkenalkan oleh Rogers dalam tahun 1972. Emetine bekerja langsung. Mempunyai khasiat kumulatip dan merupakan racun protoplasma. Dosis yang tinggi dapat menyebabkan perubahan-perubahan degeneratip diberbagai organ terutama pada otot lurik dan otot jantung. Gejala-gejala keracunan : asthenia, capai, tremor, kelemahan otot, mual, muntah, diare, kelainan-kelainan jantung seperti : debar-debar, sesak napas, nyeri precordial. Secara objektip dapat ditemukan penurunan tekanan darah dan tachycardia. Indikasi : Membasmi amoeba histolitik dalam dinding usus. Dianjurkan untuk disentri amoeba, amoebiasis usus dan segala bentuk amoebiasis diluar usus. Pemberian secara parenteral tak bermanfaat terhadap minuta. Jangan diberikan kepada penderita dengan kelainan jantung dan penderita anemia atau orang-orang yang lemah. Dosis : paling tinggi 8 mg/kg berat badan, setiap kuur. Dalam 1 hari dapat diberikan 1 mg per kg. Dosis yang sering diberikan kepada dewasa : 60 mg per hari disuntikkan secara subkutan yang dalam atau secara intramuskuler. Beberapa petunjuk : a. selama kuur istirahat ditempat tidur b. dosis setiap kuur tak boleh lebih dari 8 mg/kg c. pemeriksaan tekanan darah dan frekwensi nadi tiap hari d. kuur jangan diulangi sebelum 6-8 minggu setelah kuur terakhir

Dapat dibedakan amoebisida jaringan dan amoebisida kontak. Obat-obat ini berkhasiat amoebisida langsung. Ada kalanya dipergunakan antibiotika akan tetapi ini tidak berkhasiat amoebisida langsung. Obat amoebisida jaringan dapat membunuh amoeba berbentuk histolitik dalam jaringan-jaringan; tergolong didalamnya emetine dan chloroquin. Emetine membunuh amoeba histolitik diseluruh tubuh; chloroquin hanya bekerja atas amoeba histolitik dalam hepar. Obat amoebisida kontak membasmi bentuk minuta di dalam liang usus sehingga mencegah terjadinya residif. Antibiotika bekerja secara tak langsung dengan mengatasi infeksi dengan bakteri, akan tetapi tidak berkhasiat pada amoeba hati. Akhir- akhir ini telah beredar sejenis obat yang aktip terhadap amoeba dalam jaringan dan amoeba minuta yaitu metronidazol.
Obat amoebisida jaringan I.

Metronidazol

2. Dehydro-emetine. Obat sintetik , kurang toksis dibanding dengan emetine. Untuk dosis orang dewasa : 80 mg sehari selama 10 hari, diberikan secara intramuskuler. Obat-obat amoebisida jenis kontak I. Deriyat-derivat Hydroxychinoline 1. Chiniofon (Yatren, meditreen). Diberikan per os. Efek dampingan : diare tanpa nyeri, atau kejang. Dapat bersifat serius juga; perlu diberitahukan kepada penderita dan jangan diberikan dosis maximum sekaligus. Oleh karena obat ini mengandung jodium jangan diberikan kepada hyperthyreoid atau mereka yang hipersensitip terhadap jodium. Walaupun penyerapan oleh usus tak seberapa akan tetapi sebagian kecil diserap juga. Dosis : 3 x sehari I g selama 10-14 hari. Dimulai dengan 1-1 g sehari. 2. Dijodohydrochinoline Dosis : 3 x sehari 1 tablet ' a 0,650 g selama 20 hari.
Cermin Dunia Kedokteran No. 7, 1976

Obat ini diserap dengan baik. Seperti emetin obat ini aktip terhadap amoeba histolytica dalam jaringan. Keuntung an diatas emetin ialah dapat diberikan secara per oral dan tak disertai banyak efek dampingan. Aktip pula terhadap amoeba bentuk minuta akan tetapi, khasiat ini tak dapat diandalkan. Pada sebagian penderita dengan disentri amoeba dapat ditemukan kista kembali dalam najis, beberapa waktu setelah kuur dengan metronidazol. Jadi kuur dengan metronidazol harus diikuti dengan lain obat amoebisida jenis kontak. Efek-efek dampingan biasanya tak banyak a.1. rasa pahit, mual, muntah. sakit kepala dan. sekali-kali gatal-gatal. Selama kuur harus dihindarkan minum alkohol. Jangan diberikan kepada wanita hamil atau yang sedang menyusui. Oleh karena obat ini masuk kedalam sirkulasi foetus dan air susu ibu. Sedangkan hingga kini belum diketahui dengan pasti

11

3. Jodochloorhydroxychinoline (Enterovioform). Dosis 3 x sehari 1 tablet 'a 0,250 g selama 10 hari. Enterovioform sering diberikan untuk berbagai bentuk colitis tanpa etiologi yang jelas. Banyak sekali dipakai untuk pengobatan dan pencegahan diare para turis. Akhir-akhir ini banyak dilaporkan, terutama di Jepang, kelainan-kelainan neurologik setelah penggunaan enterovioform. Kelainan-kelainan ini timbul setelah penggunaan obat yang lama atau setelah dosis yang tinggi. Gejala-gejala dari subakut myelo-optico-neuropathia (S MON) adalah diare, ataxia, paresthesia dan gangguan visus, karena atropi nervus opticus. Di negeri Belanda telah ditemukan beberapa kasus. Kesimpulam : Jangan memberikan enterovioform untuk pengobatan atau pencegahan diare turis. Indikasi tunggal penggunaan enterovioform ialah sebagai obat amoebisida jenis kontak. Dalam dosis yang disebut diatas tak perlu ditakuti/dikuatirkan gejala-gejala neurotoxik. Tak diketahui dengan pasti apakah derivat-derivat hydroxychinoline yang lain juga bersifat neurotoxik. Pada dasarnya dosis-dosis yang disebut diatas jangan dilampaui. II. Senyawa-senyawa berunsur arsenikum. 1. Carbarsen berisi arsen bervalensi 5. Diserap dengan baik. Dosis yang tinggi dapat menimbulkan keracunan As. Jangan diberikan kepada penderita dengan gangguan hati dan ginjal. Obat ini juga berkhasiat, walaupun sedikit, terhadap bentuk histolitik. Pada amoebiasis usus yang kronik sering diberikan tanpa emetine. Dosis : 3 x sehari 0,250 g selama 10 hari. Selama kuur diberi istirahat. III.Diloxanide furoat (Furamide) Suatu obat sintetik dan sulit diserap. Suatu amoebisida jenis kontak yang manjur. Dosis : 3 x sehari I tablet ' a 0,5 g sebelum makan selama 10 hari. Anak : 25 mg/kg per hari.

Antibiotika Setelah perang dunia II ditemukan bahwa pemberian kombinasi penicilline dan succinylsulfathiazol berhasil baik atas disentri amoeba. Kemudian ternyata bahwa banyak antibiotika berkhasiat amoebisida. Yang sering dipergunakan ialah Chlortetracycline (aureomycine) dan oxytetracycline (terramycine). Pada disentri akut diare akan berkurang dengan cepat. Amoeba setelah beberapa hari tak diketemukan lagi dan pada rektoskopi terlihat penyembuhan ulsera yang cepat. Juga untuk pembasmian bentuk-bentuk minuta diperoleh hasil yang cukup baik. Kekurangan-kekurangan : 1. Sering residif, jadi antibiotikum perlu dikombinasikan dengan lain amoebisida jenis kontak dan dengan chloroquin. 2. Harga yang mahal. Indikasi : perlu dibatasi penggunaan antibiotika untuk kasuskasus yang hebat seperti amoeba disentri dengan gangren atau untuk penderita-penderita yang tak dapat ditolong dengan obat-obat biasa. Tidak berkhasiat terhadap amoebiasis hati. Petunjuk-petunjuk pengobatan amoebiasis usus.
1.

Disentri amoeba yang akut atau residif a. b. c. d. berbaring diet (makanan halus) kuur metronidazol oleh karena setelah kuur metronidazol dapat diketemukan kista-kista entamoeba histolytica dalam najis lagi, maka perlu diobati dengan kuur enterovioform.

2.

Disentri amoeba dengan gangren Pada keadaan ini selalu terdapat pula colitis bakteriil yang hebat, yang berpengaruh buruk terhadap kelanjutan penyakitnya. Pengobatan dimulai dengan tetracycline disusul dengan kuur metronidazol dan diakhiri dengan kuur enterovioform.

3.

Amoebiasis usus yang kronik. Kuur metronidazol disusul dengan kuur enterovioform.

12

Cermin Dunia Kedokteran No. 7, 1976

Anda mungkin juga menyukai