Edisi Ini: Data Highlight Arena Pertarungan TV Menghangat! Mitos Rating sebagai Penentu Hidup Matinya Program Durasi Iklan Bertambah
1
Data Highlight
eliat persaingan yang sangat dinamis terus bergejolak di antara stasiun-stasiun TV, bahkan menghangat belakangan ini. Berdasarkan data kepemirsaan AGB Nielsen Media Research pada periode 1-26 Mei di semua target pemirsa, Program Top 10 berdasarkan rating memperlihatkan pergerakan. Meski program lokal masih menjadi raja, sinetron tidak lagi terlalu dominan di dalam Program Top 10. Selama periode tersebut, Program Top 10 didominasi oleh FTV dengan tema-tema legenda. Kali ini, FTV bahkan mendominasi Top 20 dengan 11 dari 20 top program adalah FTV. Hanya 6 judul sinetron yang berhasil duduk dalam deretan program dengan pemirsa terbanyak. Selebihnya adalah box-office Indonesia dan Hollywood. Salah satu program yang saat ini menarik perhatian pemirsa adalah FTV Legendagelan (TPI). Sebuah kisah legenda yang dikemas dengan unsur komedi. Program yang mengandung unsur legenda juga dihadirkan oleh Ind os iar le wat FT V berjudul Takdir Bawang Merah Bawang Putih & Pohon Ajaib Berdaun Emas. Meski demikian, program-program sinetron stripping seperti Intan (RCTI) dan Cinderella (SCTV) pun masih ditonton oleh pemirsa. Seiring dengan persaingan di antara programprogram yang beragam, kompetisi memperebutkan kue share pun memanas. Persaingan sangat ketat terutama terlihat pada lima stasiun TV terbesar (SCTV, RCTI, TRANS, TPI, dan Indosiar). Bintang baru pada periode ini adalah SCTV dan TPI, yang berhasil memperoleh tambahan persentase share dibandingkan bulan lalu. SCTV memberikan pilihan atas program FTV pada malam hari (Seminggu Tanpa Cinta, Kenapa Malu Jatuh Cinta, Heart Berebut Pacar, dsb) dengan rata-rata rating 4,2 (di semua target pemirsa). SCTV juga menghadirkan FTV di pagi dan siang hari di sepanjang minggu (Artis Masuk Desa, Pergilah dengan Kekasihmu Itu, Juragan Jengkol, dsb) dengan rata-rata rating 2,4. Sementara itu, TPI menayangkan Legendagelan sebanyak empat kali dalam seminggu (Angsa Emas, Legenda Gunung Batur Bali, Aladin dan Lampu Wasiat,
Tongkat dan Seruling Ajaib, dsb) dengan rata-rata rating 6,2. TPI juga memberi pilihan sinetron keluarga, Si Entong, yang tayang setiap hari di petang hari dengan rating rata-rata 6,8. Dalam persaingan yang semakin ketat, RCTI mencoba bertahan. Kontributor share terbesarnya adalah pertandingan sepakbola UEFA Champion League dan La Liga di dini hari, serta film Barat di malam hingga tengah malam di sepanjang hari kerja. Film Indonesia spesial, seperti Mendadak Dangdut dan film Hollywood, seperti Titanic dan Cast Away adalah film-film yang sedikit banyak memberi kontribusi pada perolehan share. Lain halnya dengan TRANS, yang profil pemirsanya dominan pada kelas menengah atas, seperti halnya RCTI. Selain Double Bioskop TRANS yang tayang setiap hari yang berhasil menar ik s e jum la h ba ny a k pemirsa, seperti Wild Things, Spiderman-2, The Quest, dsb, film tengah malam TRANS, seperti Return to the Blue Lagoon, Booty Call, dsb pun termasuk program yang berkontribusi dalam mempertahankan posisi TRANS. Di sisi lain, Indosiar yang profil penontonnya mirip dengan TPI, mencoba mencuri penonton dengan program FTV, seperti halnya SCTV. Berbeda dengan SCTV yang menghadirkan FTV bernuansa drama remaja, Indosiar mencoba menarik pemirsa yang lebih luas. Di pagi hari, Indosiar menayangkan FTV drama, seperti Cinta Terlarang, Janjiku, dan sebagainya. Sementara di siang hari, Indosiar hadir dengan pilihan program FTV misteri, seperti Aji Pengasih Nyi Roro Kidul, Dewi Ular, Perkawinan Pangeran Buaya, dan sebagainya. Secara umum, masing-masing stasiun TV bermain dengan strategi yang berbeda untuk memenangkan persaingan. Namun penonton pun memiliki kebebasan sepenuhnya dalam memilih program yang ingin ditonton. Lalu, apakah memenangkan persaingan sejalan dengan memenangkan hati pemirsa?*
NEWSLETTER
p.1
NEWSLETTER
Ed i s i ke - 10, Ju n i 20 07
Data Highlight
Berdasarkan data kepemirsaan AGB Nielsen Media Research pada periode Januari-April 2007, terjadi penurunan jumlah program horor/mistis di layar kaca, sementara program anak bertambah. Fenomena ini bertolak belakang dengan asumsi beredar bahwa stasiun TV akan selalu memproduksi program yang memberikan rating tinggi, walaupun program tersebut tidak berkualitas. Sebaliknya, program untuk anak-anak yang mendidik kurang diperhatikan karena mendapat rating yang kecil. Apakah benar bahwa rating adalah penyebab menjamurnya program dengan kualitas rendah karena stasiun TV mengejar profit, dengan asumsi program dengan rating tinggi akan mendapatkan lebih banyak iklan? Terkait dengan kepemirsaan program TV, Telebus Survey (survei telepon) yang berlangsung pada 27 Juni-2 Juli 2006 mencatat bahwa pemirsa mengharapkan pengurangan program sinetron, yang notabene seringkali meraih rating tinggi, dan infotainment. Keduanya dianggap sebagai program yang tidak mendidik. Harapan ini ternyata dibarengi dengan menurunnya jam tayang program serial (sinetron) di layar kaca sebesar 4% pada periode Januari-April 2007. Dibandingkan semester pertama pada 2006, persentase jam tayang serial di tahun ini hanya 9% dari total 48.769 jam tayang. Pemirsa juga mengharapkan adanya penambahan jumlah program anak dan berita. Hasil survei ini sejalan dengan data kepemirsaan TV periode Januari-April 2007 yang memperlihatkan peningkatan jam menonton pemirsa, khususnya pada program entertainment, anak, informasi, dan berita. Bersamaan dengan peningkatan tersebut, porsi jam tayang pada program anak dan informasi pun bertambah. Sebaliknya porsi program berita justru mengalami penurunan jika dibandingkan dengan semester pertama tahun 2006.
Seiring dengan harapan pemirsa untuk mengurangi program sinetron horor/misteri, jumlah program tersebut berkurang di tahun 2007. Dibandingkan semester pertama tahun 2006 yang berjumlah 468 episode, di tahun 2007 hingga bulan April, jumlah program ini hanya 155 episode. Selain jumlah program menurun, pemirsanya pun mulai berkurang. Hal serupa terjadi pada program infotainment yang juga mengalami penurunan jumlah episode. Dibandingkan semester pertama tahun 2006 (7.713 episode), jumlah episode pada kwartal pertama 2007 tidak mencapai 50%-nya (atau hanya sekitar 3.390 episode). Rating rata-rata beberapa program infotainment pada kategori Top 10 Rating pada periode Januari-April 2007 pun mengalami penurunan, di antaranya
NEWSLETTER
p.2
NEWSLETTER
Data Highlight
berpengaruh pada rata-rata rating untuk kedua program tersebut, dengan penurunan rating sebesar 0.6% pada film animasi dan 0.3% pada film komedi. Jenis program lainnya yang juga mengalami kenaikan durasi iklan adalah serial drama dan film drama. Di antara stasiun-stasiun TV, Global TV memperlihatkan kenaikan durasi iklan tertinggi pada film animasi dan komedi seiring dengan kenaikan durasi program tersebut masing-masing dengan penambahan rata-rata lebih dari 28 menit dan 18 menit untuk setiap episodenya. Selain itu, durasi iklan untuk film drama Global TV juga naik rata-rata 18 menit per episode. Trans TV pun mengalami kenaikan durasi iklan untuk serial drama (sinetron) rata-rata sebanyak hampir 16 menit setiap episode. Sementara beberapa program yang durasi iklannya tidak banyak bergerak dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu adalah program talk show, dokumenter, dan infotainment dengan rata-rata durasi iklan bertahan pada kisaran 8 hingga 12 menit. Di satu sisi, iklan merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan bagi keberlangsungan industri TV. Namun di lain sisi, dengan bertambahnya durasi iklan, yang juga perlu menjadi perhatian adalah pengaruhnya terhadap performa program.*
Clients Update
FPO atau modul Forecasting, Planning & Optimizing dalam Arianna v. 6.05 sudah diperkenalkan di semua pasar Asia, termasuk Malaysia. Selangkah lebih maju daripada software optimizer lainnya, FPO Arianna dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan pasar Indonesia dengan memperkenalkan kemampuannya untuk memperhitungkan diskon, paket, dan spot bonus. Lebih jauh lagi, angka rating yang dihasilkan berdasarkan pada rating iklan, sehingga pengguna tidak perlu lagi membuat buffer untuk rencana medianya. Forecasting Langkah pertama dalam FPO adalah meramalkan rating iklan pada program tertentu berdasarkan periode historis (sebelumnya), yang bisa ditentukan sesuai kebutuhan pengguna, apakah 1 bulan, 3 bulan, dan seterusnya. Pada tahap ini, Arianna membantu memperkirakan kemungkinan kepemirsaan dari masing-masing individu di panel dengan menggunakan seperangkat parameter, seperti tipe program, jam tayang program, hari, dan sebagainya. Planning Langkah berikutnya adalah tahap perencanaan, di mana pengguna bisa memilih program yang sesuai dengan kebutuhan dan menentukan jumlah spot. Pada tahap perencanaan, Arianna memungkinkan pengguna untuk merencanakan kampanye untuk lebih dari satu copy line atau untuk durasi iklan yang berbeda, apakah 5 detik, 15
NEWSLETTER
p.3
NE e 4 P a gW S L E T T E R
Clients Update
Optimizing Perencanaan atas penempatan spot yang sudah dibuat tadi kemudian dimaksimalkan dengan menggunakan modul optimizing, yang memiliki beberapa kriteria optimalisasi. Optimizing membantu memaksimalkan tujuan kampanye dengan menetapkan kriteria tertentu apakah berdasarkan GRP, seperti GRP maksimum dengan bujet tetap atau GRP minimum dengan jangkauan (reach) tetap, ataukah berdasarkan bujet, seperti bujet minimum dengan jangkauan tetap, dan sebagainya. Pada modul ini, Arianna juga menghasilkan kurva jangkauan yang memberikan semacam acuan bagi pengguna, misalnya pada jangkauan 90%, berapa besar GRP yang diperlukan atau sebaliknya. Optimalisasi ini dilakukan atas bujet kampanye yang sudah ditetapkan, misalnya Rp 100 juta tadi. Bujet tersebut bisa dioptimalkan berdasarkan tujuan optimalisasi, misalnya GRP maksimum dengan bujet tetap. Berdasarkan kriteria tersebut, iklan-iklan akan ditempatkan pada program-program terpilih untuk mendapatkan GRP maksimum yang dioptimalkan dari bujet Rp 100 juta tadi. Dengan bujet tersebut, untuk penempatan 25 spot seperti tersebut di atas, pengguna akan mendapatkan GRP maksimum 115,5. Nilai ini hanyalah salah satu dari beberapa kemungkinan GRP total yang bisa diraih di antara beberapa alternatif rencana atas penempatan spot (tercantum sebagai Plan #1, Plan #2, dst pada contoh di atas). Alternatif rencana penempatan iklan, yang juga terdapat di dalam kriteria optimalisasi, ini digunakan untuk mendapatkan rencana yang paling efektif dalam berkampanye. Untuk mengkampanyekan produk X pada target pemirsa 25+ABC di stasiun TV A, dari empat rencana alternatif yang tersedia, pengguna bisa memilih satu di antaranya yang dianggap paling sesuai dengan strategi kampanyenya. Misalnya dengan jumlah spot yang sama (25 spot), pengguna berkemungkinan besar memilih Plan #2 yang menghasilkan total GRP tertinggi (115,5) dengan CPRP terendah (866) dari bujet maksimum yang mendekati Rp 100 juta, sesuai dengan tujuan kampanye untuk mendapatkan GRP maksimum dengan bujet tetap.
Dengan memilih Plan #2, maka jadwal kampanye iklannya akan seperti berikut:
Rencana alternatif untuk kampanye mendatang ini menjadikan efisiensi dan efektivitas lebih terjaga. Dan seperti halnya modul Arianna yang lain, FPO juga fleksibel dalam memenuhi kebutuhan pengguna dalam merencanakan kampanye. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Tim Marketing Service kami: Christina (228), Ardiansyah (239), danHellen (193). Kami menawarkan periode percobaan untuk klien yang berminat.
TV TELEBUS SURVEY
What is it?
TV Telebus Surveys is a syndicated study providing information about audience opinion in a quick and relatively low cost manner as clients share the setup and fieldwork cost. It avoids all the hassles of financing and organizing a full market research study.
Questions of audience habit/preference Understand audience reason for choosing a program Know the opinion/perception about certain program genres
Area Coverage:
Fieldwork is conducted in ten urban cities of Indonesia : Greater Jakarta, Bandung, Medan, Semarang, Greater Surabaya, Makassar, Greater Yogyakarta, Palembang, Denpasar, and Banjarmasin
For further information, please contact: Ardiansyah (239), Christina (228), Hellen (193)
NEWSLETTER
p.4