Anda di halaman 1dari 5

DOMINASI KONTEN HIBURAN DI TELEVISI INDONESIA

Televisi merupakan teknologi yang berperan menyajikan banyak informasi penting


hingga hiburan semata untuk masyarakat luas. Sebagai salah satu media massa terbesar, tak
heran kebanyakan dari masyarakat menghabiskan waktu senggangnya dengan menonton
televisi. Selain berfungsi sebagai sumber informasi, televisi juga berfungsi sebagai hiburan
bagi para penonton dari berbagai kalangan. Dalam perkembangannya, televisi di Indonesia
telah menerima banyak kritik dan pihak yang menyampaikan keprihatinan terhadap kualitas
dan ragam konten yang tayang di televisi Indonesia.
Kritik ini datang dari Lembaga Swadaya Masyarakat seperti AJI (Aliansi Jurnalis
Independen), akademisi, pemerhati media dan para pemirsa. Beberapa keluhan dan kritik
terhadap televisi Indonesia secara umum mengkritik bagaimana kualitas konten di Indonesia
yang sering menampilkan tontonan yang dianggap rendah dalam sisi edukasi. Kritik lain
terhadap televisi Indonesia adalah terlalu banyak menampilkan program hiburan seperti acara
gossip, acara realitas, dan sinetron yang menyebabkan konten pendidikan dan berita serius
seringkali termarginalkan.
Sebagian besar program-program yang disiarkan di televisi cenderung bersifat
menghibur daripada mendidik. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan yang
signifikan dalam produksi dan penayangan acara hiburan yang cenderung memanjakan
sensasi dan gosip daripada memberikan informasi yang bermutu atau edukasi yang berarti.
Fenomena ini tidak hanya mencerminkan perubahan dalam preferensi dan tuntutan pasar,
tetapi juga memunculkan berbagai dampak negatif bagi masyarakat dan budaya televisi
Indonesia secara keseluruhan.
Salah satu aspek yang mencolok dari beberapa acara hiburan tidak bermutu adalah
peningkatan jumlah program realitas dan talk show yang berfokus pada konten-konten
gossip, perseteruan selebriti, atau cerita-cerita dramatis yang seringkali tidak memiliki
substansi atau nilai edukasi yang signifikan. Acara semacam ini beberapa kali muncul di
prime time televisi dan menjadi sumber hiburan utama bagi jutaan pemirsa di seluruh negeri.
Namun, di balik popularitasnya, acara-acara semacam ini cenderung menampilkan citra yang
dangkal dan tidak sehat tentang kehidupan selebriti, serta memperkuat persepsi bahwa
kontroversi dan sensasi adalah kunci kesuksesan dalam dunia hiburan.
Selain itu, pengaruh media sosial juga telah menjadi faktor penting dalam meningkatkan
popularitas dan penyebaran konten televisi yang tidak bermutu. Banyak stasiun televisi
menggunakan strategi pemasaran yang mengandalkan konten viral dan tren di media sosial
untuk menarik penonton, tanpa mempertimbangkan nilai edukasi atau moral dari konten
tersebut. Fenomena ini memperkuat siklus konsumsi yang tidak sehat, di mana konten yang
kurang bermutu menjadi semakin dominan karena permintaan yang tinggi dari pemirsa yang
terbuai oleh sensasi dan gossip.
Ketidakseimbangan antara kebutuhan akan hiburan dan edukasi juga merupakan
faktor yang berperan dalam dominasi acara hiburan tidak bermutu. Meskipun ada kebutuhan
yang wajar akan hiburan yang ringan dan menghibur, namun kekurangan dalam penyediaan
konten yang mendidik juga menjadi salah satu faktor utama dalam prevalensi acara-acara
semacam ini. Stasiun televisi seringkali lebih fokus pada popularitas dan rating daripada
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan pengetahuan dan nilai-nilai sosial,
sehingga mengabaikan tanggung jawab moral mereka sebagai penyedia konten publik.
Kritik terhadap dominasi acara hiburan tidak bermutu di televisi Indonesia telah ada
selama bertahun-tahun, namun respon dari pemangku kepentingan masih belum memadai.
Meskipun ada peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konten yang
berkualitas, namun masih banyak penonton yang terbuai oleh sensasi dan gossip dalam acara
televisi. Kritik terhadap konten yang tidak bermutu kadang-kadang diabaikan atau dianggap
sebagai bagian dari strategi pemasaran, sehingga memperkuat siklus produksi dan konsumsi
yang tidak sehat.
Untuk membuat perbandingan, contohnya seperti acara Hitam Putih di TRANS7.
Dilansir dari laman Trans7.co.id, program Talkshow yang menjadi flagship / icon talkshow
TRANS7 selama beberapa tahun terakhir. Brand image yang kuat dengan image yang positif
menjadi selling value utama Hitam Putih. Tak hanya menyajikan informasi dari bintang
tamu/narasumber, Hitam Putih menjadi salah satu dari sedikit tayangan talkshow saat ini
yang memiliki banyak value positif. Seperti yang kita ketahui, narasumbernya yang sangat
menarik dan isu yang dibawakan sangat penting untuk kepentingan masyarakat seperti
beberapa tahun terakhir, isu pandemi covid, bagaimana wakil gubernur Bandung sembuh dari
Covid-19, yang diselingi komedi kecil-kecilan seperti artis Rigen yang memberi tips
menghindari stres berlebihan, ternyata dia yang terkena stres berlebihan saat memberikan tips
kepada penonton, lalu kisah pengayuh becak yang bisa berbahasa Inggris, kesuksesan anak
petani, seorang mantan atlet menjadi buruh cuci, dan lain-lainnya. Bisa dilihat dari
bagaimana penyajian konten-konten/narasumber-narasumber yang sangat bermanfaat
mendapatkan tepuk tangan dan banyak respon positif dari khalayak peminat acara Hitam
Putih, walaupun acara hiburan, sensasi dan gosip juga banyak peminatnya, tetapi tidak bisa
dipungkiri konten-konten menampilkan hal yang dangkal dan kehidupan selebriti dijual untuk
konten-konten peminat. Oleh karena itu, bisa dilihat manfaat-manfaat yang diberikan
acara-acara dari stasiun tv terkenal kepada khalayak umum, secara tidak langsung juga
mempengaruhi sikap, pola pikir dan kebiasaan masyarakat Indonesia.
Idealnya televisi menjadi sebuah alat yang efektif untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di sebuah negara baik secara informasi, pendidikan, maupun hiburan secara
seimbang. Mengatasi permasalahan ini tentu membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak,
baik dari pemerintah dalam pembuatan regulasi maupun LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) sebagai pihak yang melakukan pengawasan dan juga pemilik media sebagai
pihak yang menyediakan tontonan di televisi. Dimasa depan, konten di televisi Indonesia
dapat meningkat secara kualitas apabila kerja sama dari pihak-pihak diatas dilakukan secara
kolektif. Masyarakat juga harus berpartisipasi untuk menentukan jenis konten apa yang akan
ditayangkan dan dapat berperan dalam mempromosikan tayangan-tayangan yang memiliki
nilai edukatif. Segala upaya ini akan mendorong televisi untuk tidak hanya menyajikan
informasi yang akurat dan konten yang menghibur tapi juga menyajikan konten yang bermutu
dan bermanfaat. Sebagai media massa terbesar, televisi berperan dalam membentuk opini dan
perilaku masyarakat, sehingga tontonan yang “baik” merupakan suatu hal yang sangat
penting.
PENULIS
Universitas Mulawarman
ILMU KOMUNIKASI A 2023
Kelompok 5

Fadya Nasya Rafila - 2302056033


Muhammad Asshofi - 2302056023
Della Nur Aprilia - 2302056013
Sebastian Ferdika - 2302056040
Maulana Ihsan Zaki - 2302056044
Nurul Effendi - 2302056003
Dewi Cahyani - 2302056035
Ryan Sigith P - 2302056028
Referensi:

Supriyanto, E. (2018). Etika Komunikasi Media Massa. Prenadamedia Group.


4 Masalah Media di Indonesia Versi AJI - Nasional Tempo.co
https://komunikologi.esaunggul.ac.id/index.php/KM/article/download/67/67
https://www.trans7.co.id/programs/hitam-putih

Anda mungkin juga menyukai