Anda di halaman 1dari 4

Temans, setelah sekian kali berurusan dengan gigi, saya jadi pengen menulis beberapa hal seputar pengalaman

berurusan dengan dokter gigi. You know kan, urusan gigi itu mahal. Trus, tidak di-cover oleh asuransi lagi! Nah, ini dia pengalaman saya: 1. PERAWATAN KARANG GIGI Kita semua sudah tahu kan, dianjurkan melakukan perawatan pembersihan karang gigi setiap 6 bulan sekali. Gunanya adalah untuk membersihkan gigi dari endapan jigong yang kadung mengeras sampai ke selipan-selipan antar-gigi dan ngumpet di bawah gusi. Kalau tidak dibersihkan, akan menjadi sarang kuman dan akan membuat gigi kita rusak, bahkan infeksi akar gigi yang bikin gigi bengkak dan suuaakiiitttt.... Dokter akan mengorek-ngorek, mencungkil-cungkil, dan mengamplas-amplas semua kerak gigi itu sampai bersih. Prosesnya nggak sakit kok. Kan Tuhan menciptakan gusi kita tanpa terlalu banyak saraf. Ngilu-ngilu dikit wajarlah. Berdarah dikit-dikit juga, namanya juga bawah gusi dicongkel-congkel. Setelahnya, gigi kita akan terasa ringan, agak kasap, tapi semriwing karena sekarang angin bisa berlalu lalang di sela-sela gigi. Nah, dalam perawatan ini, biasanya akan ketahuan gigi-gigi kita yang bermasalah, misalnya mulai ada lubang-lubang kecil. Kalau cepat ketahuan dan segera ditangani, gak perlu sampai rusak dan berasa sakit. Kalau lubang masih kecil-kecil dan baru sebatas lapisan terluar, cuma ditambal dikit aja kok. Pembersihan karang gigi ini di dunia kedokteran gigi disebut scaling. Kalau ke dokter praktek atau klinik gigi swasta, ongkosnya mahal. Terakhir saya scaling di klinik gigi sebuah rumah sakit swasta kelas menengah, ongkosnya Rp 265.000! Di klinik gigi kelas elite yang mulai banyak bermunculan, pasti lebih mahal lagi. Kalau mau murah, datanglah ke puskesmas atau klinik gigi di RSUD terdekat. Tetapi kalau karang gigi Anda cukup tebal --para dokter gigi menyebutnya "nyangkul"-- mungkin Anda harus datang dua kali sampai bersih. Masalahnya, kalau pasien sedang ramai, mungkin pasien scaling tidak akan dilayani atau disuruh balik lain waktu. Maklum, scaling tuh makan waktu. Kasihan pasien-pasien yang giginya udah bengkak tak ketulungan. Kalau di kota Anda ada fakultas kedokteran gigi, manfaatkan! Jangan segan-segan! Menurut pengalaman saya, scaling di FKG is the best! Pertama, yang mengerjakan adalah para calon dokter gigi yang memang lagi butuh pasien untuk dirawat. Mereka akan membersihkan gigi Anda sebersih-bersihnya karena mereka harus mendapat nilai bagus untuk setiap tugasnya. Kedua, biayanya murah banget. Anda cukup bayar karcis klinik, plus biaya perawatan yang tidak seberapa. Dulu waktu masih kuliah, dengan kartu mahasiswa, saya bisa mendapatkan perawatan gigi gratis di klinik FKG setempat. 2. PERAWATAN AKAR GIGI Awal 2007, gigi saya tiba-tiba suaakiiittt.... Setelah dicari-cari, ternyata yang bermasalah adalah gigi 5 (geraham kecil) kiri bawah. Dokter tidak menemukan satu pun lubang pada permukaan

gigi. Menilik gejala yang saya ceritakan, yaitu terasa sakit kalau terkena minuman/makanan panas dan terasa enakan kalau minum air dingin, maka disimpulkan kalau terjadi kematian akar gigi. Rasa sakit timbul oleh tekanan gas gangrene (gas yang muncul dari jaringan yang , seperti luka tak sembuh-sembuh pada penderita diabetes) yang memuai akibat panas pada saraf gigi. Emergency response-nya cuma satu: gigi harus segera dilubangi untuk mengeluarkan gas gangrene itu. Benar saja, setelah gigi dilubangi, rasa sakit yang menyiksa langsung hilang. Berarti benar, penyebabnya adalah gas gangrene. Nah, kalau sudah begini kejadiannya, berarti saraf gigi tak dapat dipertahankan. Akarnya sih masih kuat. Tetapi gigi yang bolong harus segera dikonservasi. Tetapi pertama-tama saraf di saluran akar harus dimatikan dan dibersihkan dari segala macam kuman. Nah, perawatan akar (kalau ke klinik gigi disebut perawatan endo) ini biasanya makan waktu. Perjuangan pertama adalah mematikan saraf gigi. Gigi dibor, lalu saluran gigi dicari. Kalau gigi kecil biasanya ada dua saluran, kalo gigi besar bisa 3 atau 4. Nah, tiap saluran akan dikorek-korek menggunakan jarum khusus. Kalau masih terasa sakit, akan diteruskan, karena berarti masih ada saraf yang hidup. Prosesnya sakiiiiiiittt..... Kebayang kan? Nah, itu harus dilakukan pada semua saluran akar. Setelah tidak terasa sakit lagi waktu dimasuki jarum, dokter akan memasukkan berbagai obat ke dalam saluran gigi dan lubang gigi. Lalu lubang ditutup dengan tumpatan sementara. Selanjutnya kita disuruh balik lagi untuk serial obat berikutnya. Bisa seminggu sekali, bisa beberapa kali, tergantung jadwal dokternya. Menurut pengalaman saya, dengan datang seminggu sekali, makan waktu sekitar 4 bulan sampai akhirnya lubang gigi saya ditambal tetap. Menurut drg Eti yang juga tetanggaku, perawatan akar gigi benar-benar menguji daya tahan pasien dan juga dokternya. Banyak pasien yang tidak sabar dan tidak tahan menjalani prosesnya sehingga menghentikan pengobatan, dan banyak pula dokter gigi yang tidak mau repot-repot sehingga langsung menyarankan cabut gigi yang bermasalah. Tujuan perawatan akar gigi memang cuma satu: mempertahankan mahkota dan akar gigi semaksimal mungkin, meskipun mungkin sarafnya sudah mati. Nah, untuk perawatan endo ini sebenarnya tidak terlalu mahal per kunjungan. Tetapi bisa jadi malah karena kunjungan bisa berkali-kali. Di klinik gigi kecil dekat rumah, cuma Rp 35.000 per kunjungan. Tetapi di klinik gigi RS swasta menengah, bianya mencapai Rp 125.000 per kunjungan. Kalau mau murah, ya ke puskesmas, tetapi saya tidak yakin klinik giginya mau repot-repot melaksanakan prosedur perawatan gigi yang berminggu-minggu itu. Kalau mau yang murah tetapi bagus, lagi-lagi FKG jadi pilihan. Di RS Gigi dan Mulut FKG UI di Salemba, perawatan akar gigi Rp 50.000 per kunjungan. Di tempat yang sama tetapi di klinik eksekutif yang ditangani oleh para dosen dan guru besar FKG, ongkosnya Rp 300.000 per kunjungan. 3. CABUT GIGI Ini masuk urusan bedah mulut. Para dokternya kebanyakan laki-laki. Maklum saja, kerjaannya butuh otot. Kalau gigi yang dicabut adalah gigi-gigi depan yang kecil-kecil, tentu tidak repot. Tapi kalau yang dicabut kawasan geraham, wah, benar-benar penuh tantangan. Makanya, ongkosnya juga lain.

Yang bikin cabut gigi jadi mahal adalah kalau terjadi komplikasi seperti yang saya alami dengan gigi 6. Gigi saya telanjur menjalani perawatan endo sebelumnya, sehingga gigi jadi rapuh dan patah-patah waktu dicabut. Akhirnya sampai perlu anestesi dua kali. Ya nggak heran kalau ongkosnya jadi Rp 150.000 di FKG UI. Di kuitansinya tertulis "judul" tindakan yang saya alami tadi adalah "ekstraksi gigi komplikasi". Kalau di klinik swasta pasti jauh lebih malah. Kalau di puskesmas pasti lebih murah, tapi terus terang saja saya takut berurusan gigi di puskesmas kalau harus berdarah-darah. Saya takut peralatannya kurang steril sehingga malah terjangkit infeksi sekunder pada bekas cabutan gigi. Oya, banyak kasus orang dewasa yang harus mencabut gigi bungsunya karena sudah kebagian tempat atau mengganggu gigi-gigi di sebelahnya. Nah, di FKG UI, tarif cabut gigi bungsu ini Rp 500.000. 4. BIKIN GIGI PALSU Kalau gigi sudah kadung dicabut seperti gigi 6 saya, maka jalan satu-satunya adalah pakai gigi palsu. Kalau akar gigi masih kuat tetapi mahkota gigi sudah keropos, bisa juga dibuatkan mahkota gigi baru di atas akar yang lama. Nah, yang beginian urusannya bagian prostodontia di kedokteran gigi. Sayangnya, karena gigi 6 saya baru dicabut dan perlu waktu untuk dibuatkan gigi pengganti, saya belum tahu berapa ongkosnya. Yang jelas, ada banyak teknologi gigi palsu. Ada yang lepasan, di mana kita dibuatkan "gusi" palsu yang ditempeli gigi palsu seukuran yang aslinya. Kalau tidur malam, gigi ini bisa dilepas. Ini nih yang bikin kita bisa bersiul sambil gosok gigi. Kalau di FKG UI, harganya tak sampai Rp 200.000. Pilihan lainnya, kalau akar gigi sudah tidak ada, dibuat gigi palsu yang digandengkan pada gigi kiri dan kanannya, alias dibuat jembatan (mereka menyebutnya "bridge"). Sebenarnya, gigi kiri kanan dari yang bolong akan dikecilkan, lalu dibuatkan gigi baru dari porselen gandeng tiga, dengan gigi pengisi yang bolong di tengah. Nah, yang ini lumayan mahal. Kemarin sudah tanya, biayanya sekitar Rp 600.000 per gigi. Jadi, kalau digandeng 3 gigi, tinggal dikalikan 3 aja, Rp 1,8 juta! Hualaaahhh... mahal ajaaaa.... Kalau mau yang sederhana dan murah, bisa saja dibuat di "TUKANG BIKIN BETUL GIGI" (psstt.. banyak lho mahasiswa FKG yang bikin gigi palsu di tukang gigi). Tapi gak tau mutunya. Kalau puskesmas, tidak semua puskesmas melayani gigi palsu. Kalau di FKG, biasanya para mahasiswa yang cari-cari pasien untuk dibuatkan gigi palsu. Karena biasanya mahal, mahasiswa akan menawarkan bayar fifty-fifty supaya pasien mau, atau gratis sama sekali kalau si mahasiswa cukup tajir, bahkan si pasien dikasih ongkos plus dibelikan makan siang. Di lingkungan FKG, biasanya ada makelar pasien semacam ini, yang mencarikan pasien buat mahasiswa. So, tanyatanya saja sama petugas loket di klinik FKG setempat. Siapa tahu bisa dapat gigi palsu gratisan! Sekarang, setelah cabut gigi dan Senin kemarin lepas jahitan gusi, saya harus menunggu dua bulan lagi supaya gusi benar-benar pulih. Setelah itu, baru deh siap dibuatkan gigi palsu.

5. PASANG KAWAT GIGI Yang ini benar-benar lagi ngetrend, gak perempuan gak laki, gak ABG gak orang dewasa, gak seleb gak pembokat. Banyak yang pengen mengurangi ketonggosan gigi. Saya tidak punya banyak info soal yang satu ini, secara gigi saya sudah tertata cantik sejak lahir. *cling!* Yang jelas, karena masuk dalam ranah kosmetik alias penampilan, perawatan menggunakan behel alias kawat gigi ini cukup mahal. Dengar-dengar yang murah antara Rp 500.000 hingga jutaan. Yang jelas, di puskesmas tidak ada pelayanan kawat gigi. Salah-salah dipakai kawat jemuran! Kalau mau murah, lagi-lagi ya di klinik gigi FKG. Sekarang ini banyak sekali dokter gigi yang mengambil spesialisasi ortodontia ini. Makanya, kebutuhan akan pasien juga meningkat. Kalau tak salah, di RS Mulut dan Gigi FKG UI biayanya malah bisa dicicil lho! Di Ladokgi RSAL Mintoharjo di daerah Benhil (lebih tepatnya di seberang Plenary Hall Jakarta Convention Centre Senayan) dengar-dengar juga jauh lebih murah dibandingkan di klinik gigi swasta. Gitu deh pengalaman saya dengan gigi. Semoga bermanfaat. Info lebih lanjut hubungi klinik gigi terdekat.

Anda mungkin juga menyukai