mendekati atap gudang, kata Gun. Ia menjual isi (ose) kacang tanah ke Pasar Beringhardjo, Yogyakarta, sementara kulitnya ia manfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan briket. Dari sekitar 3 kilo limbah kulit kacang tanah, bisa dihasilkan sekitar sekilo briket. Setelah kacang tanah mentah digiling, proses awal pembuatan briket kulit kacang tanah pun dimulai.Kulit kacang dipisahkan dari bijinya. Kemudian, limbah kulit kacang itu dibakar dalam sebuah alat khusus sejenis oven yang terbuat dari drum bekas yang disebut kiln metal. Panasnya sekitar 40 derajat. Lama pembakaran sekitar 4 jam kalau drum berisi penuh, kata ayah satu anak ini melanjutkan. Proses pembakaran ini merupakan proses tersulit. Kalau panasnya tidak pas atau udara masuk ke dalam drum, kulit kacang tanah bisa terbakar jadi abu. Berarti gagal, kata Gun. Jadi, lanjutnya, pembakaran hanya dilakukan sampai kulit kacang tanah berbentuk arang, tidak sampai menjadi abu. Pokoknya masih utuh bentuk kulit kacangnya. Setelah menjadi arang, kulit kacang itu kemudian digiling dengan alat sederhana bertenaga dinamo. Tadinya masih manual, pakai tangan saya onthel. Setelah itu saya pakai dinamo. Rencananya, mau pakai diesel supaya kapasitasnya bisa lebih besar, kata Gun, suami dari Purwanti (30).
file:///D:/MIRNALITA/eksperimen/articles.asp.htm