Perdarahan postpartum diklasiIikasikan menjadi 2, yaitu : O arly Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir. O ate postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Frekuensi perdarahan postpartum 4/5 15 dari seluruh persalinan. Bedasarkan penyebabnya : 1. Atoni uteri ( 50 60 ). 2. Retensio plasenta ( 16 17 ). 3. Sisa plasenta ( 23 24 ). 4. aserasi jalan lahir ( 4 5 ). 5. elainan darah ( 0,5 0,8 ).
3. Mengetahui Penyebab dan Faktor Resiko Terjadinya Perdarahan Pasca Persalinan
Etiologi Perdarahan Post Partum O Tonus (atoni uterus) O Tissue/jaringan (sisa jaringan/bekuan darah) O Trauma (laserasi,ruptur,inversi) O Thrombin (koagulopati)
Faktor Resiko dan Etiologi
Proses etiologi Faktor risiko klinik ontraksi uterus abnormal (tonus) Uterus over distended Otot uterus kelelahan InIeksi intra amnion elainan bentuk uterus Polihidramnion, gemelli, makrosomia Persalinan cepat, lama, paritas tinggi Demam, PD Fibroid, PP, Anomali uteri Retensi produk konsepsi (tisue) Retensi produk kehamilan Plasenta abnormal Retensi kotiledon/suksenturiata Retensi jendalan darah Plasenta tidak lengkap Operasi uterus sebelumnya Paritas tinggi Plasenta abnormal pd USG Atonia uteri Trauma saluran genital (trauma) aserasi serviks, vagina, perineum Pelebaran robekan pada SC Persalinan presipitatus, operatiI Malposisi, kepala masuk 2 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
Ruptur uteri Inversi uteri panggul Operasi uterus sebelumnya Paritas tinggi, plasenta di Iundus oagulasi abnormal (trombin) Penyakit hemoIilia, von Willebrandt Penyakit selama hamil: ITP, trombositopenia dg preeklamsia, DIC (preeklamsia, IUFD, inIeksi berat, solusio dan emboli cairan amnion) Terapi antikoagulan Riwayat koagulopati dan peny hati ebam, TD naik, Ietal death, demam, A, PAP, kolaps tiba-tiba
4. Memahami Cara Penegakan Diagnosis Perdarahan Pasca Persalinan
Gejala & tanda Penyulit Diagnosis kerja O Darah segera setelah bayi lahir O ontraksi uterus baik O Plasenta lengkap O Pucat O emah O Menggigil laserasi jalan lahir O ontraksi uterus (-) atau lembek O Perdarahan segera setelah bayi lahir O Syok O Bekuan darah di serviks Atonia O Plasenta belum lahir _ 30 menit O Perdarahan segera O Tali pusat putus ok traksi ~~ O Perdarahan lanjut Retensio dan separasi parsial O Uterus tak teraba O umen vagina terisi massa tampak tali pusat O Syok neurogenik O Pucat dan limbung Inversio O Plasenta/sebagian kulit ketuban tidak lengkap O Perdarahan segera O Uterus kontraksi tinggi O Fundus tetap Sisa plasenta O Subinvolusi uterus O yeri tekan perut bawah dan uterus O Perdarahan O okhia mukopurulen dan berbau O Anemia O Demam
Metritis
Pemeriksaan Fisik a. Pemerikasan tanda tanda vital 1. Pemeriksaan suhu badan Suhu biasanya meningkat sampai 38 0 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan kembali normal ( 36 37 0 C ), terjadi penurunan akibat hipovolemia. 3 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
: 2. adi Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat. 3. Tekanan darah Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia. 4. PernaIasan Bila suhu dan nadi tidak normal pernaIasan juga menjadi tidak normal. Pemeriksaan Khusus Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda tanda komplikasi dengan mengevaluasi system dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi 1. yeri / ketidaknyamanan yeri tekan uterus ( Iragmen Iragmen plasenta tertahan ). 2. Sistem vaskuler a. Perdarahan diobservasi setiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap jam berikutnya. b. Tensi diawasi setiap 8 jam. c. Apakah ada tanda tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah. d. Haemorroid diobservasi, konjungtiva anemis / sub anemis, deIek koagulasi congenital, idiopatik trombositopeni purpura. 3. Sistem reproduksi a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari postpartum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi Iundus uteri dan posisinya serta konsistensinya. b. ochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau. c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda tanda inIeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitan yang lepas. d. Vulva dilihat, apakah ada edema atau tidak. e. Payudara dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum. I. Tinggi Iundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan Iungsi sebelum kehamilan ( sub involusi ). 4. Traktus urinarus Diobservasi tiap 2 jam hari pertama.Meliputi miksi lancer atau tidak, spontan dan lain lain. 5. Traktur gastro intestinal. Observasi terhadap naIsu makan dan obstipasi. 4 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
6. Integritas ego : mungkin cemas, ketakutan dan khawatir.
Pemeriksaan Penunjang 1. Hitung darah lengkap Untuk menetukan tinghkat hemoglobin ( Hb ) dan hematokrit ( Hct ), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan inIeksi 2. Menentukan adanya gangguan kongulasi Dengan hitung protombrin time ( PT ) dan activated Partial Tromboplastin Time ( aPTT ) atau yang sederhanadengan Clotting Time ( CT ) atau Bleeding Time ( BT ). Ini penting untuk menyingkirkan garis spons desidua.
. Memahami Cara Penanganan Umum dan Khusus Perdarahan Pasca Persalinan akibat atonia Uteri
Penanganan Umum O Selalu siapkan tindakan gawat darurat O Manajemen aktiI kala III O Minta pertolongan pada petugas lain untuk membantu bila dimungkinkan O Bila syok, lakukan segera penanganan O Periksa kandung kemih (kosongkan) O Cari penyebab perdarahan O Sambil melakukan tindakan secara cepat O Berikan oksitosin 10 IU im dilanjutkan 20 IU/1000 ml R/aCl 0,9 O Pastikan plasenta lahir lengkap, eksplorasi jalan lahir O Perdarahan berlanjut, uji pembekuan darah O Pantau keseimbangan cairan O Sambil mencari penyebab perdarahan
Penanganan spesifik O ompresi bimanual internal Tekanan kuat uterus diantara kedua tangan. ompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
O ompresi bimanual eksternal Mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi
O ompresi aorta abdominalis a) epalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking pada umbilikus ke arah kulumna vertebralis dengan arah tegak lurus (Titik kompresi adalah tepat di atas pusar sedikit dan sedikit ke arah kiri) b) Pertahankan selama 5-7 menit. Dorongan kepalan tangan akan mengenai bagian yang keras di bagian tengah atau sumbu badan ibu, dan apabila tekanan kepalan tangan kiri mencapai aorta abdominalis maka pulsasi arteri Iemoralis ( yang dipantau dengan jari telunjuk, dan tengah tangan kanan ) akan berkurang atau terhenti ( tergantung derajat tekanan pada aort
[ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
O Tampon kondom kateter/Tampon utero-vaginal secara lege artis Tindakan ini sekarang oleh banyak dokter tidak dilakukan lagi karena umumnya dengan dengan usaha-usaha tersebut di atas pendarahan yang disebabkan oleh atonia uteri sudah dapat diatasi. agi pula dikhawatirkan bahwa pemberian tamponade yang dilakukan dengan teknik yang tidak sempurna tidak menghindarkan pendarahan dalam uterus dibelakang tampon. Tekanan tampon pada dinding uterus menghalangi pengeluaran darah dari sinus-sinus yang terbuka; selain itu tekanan tersebut menimbulkan rangsangan pada miometrium untuk berkontraksi O Tindakan operatiI Tindakan operatiI dilakukan jika upaya-upaya diatas tidak dapat menhentikan pendarahan. Tindakan opertiI yang dilakukan adalah : a) igasi arteri uterina b) igasi arteri hipogastrika Tindakan ligasi arteri uterina dan arteri hipogastrika dilakukan untuk yang masih menginginkan anak. Tindakan yang bersiIat sementara untukmengurangi perdarahan menunggu tindakan operatiI dapat dilakukan metodeHenkel yaitu dengan menjepit cabang arteri uterina melalui vagina, kiri dankanan atau kompresi aorta abdominalis. c) histerektomi
. Memahami Cara Pencegahan Perdarahan Pasca Persalinan Akibat Atonia Uteri ala III persalinan adalah Periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan
Manajemen aktiI kala III
Tujuan Manajemen AktiI ala II menghasilkan kontraksi uterus yang lebih eIektiI 1. Mempersingkat waktu 2. Mencegah perdarahan 3. Mengurangi kehilangan darah Langkah-langkahnya O Pemberian uterotonika sebelum plasenta lahir Penyuntikan obat uterotonika segera setelah melahirkan bayi adalah salah satu intervensi paling penting yang digunakan untuk mencegah PPP. Obat uterotonika yang paling umum digunakan adalah oxytocin, yang telah terbukti sangat eIektiI dalam mengurangi kasus PPP dan persalianan kala tiga yang lama. Syntometrine (campuran ergometrine dengan oxytocin) ternayata malah lebih [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
eIektiI daripada oxytocin saja. amun, syntometrine dikaitkan dengan laebih banyak eIek samping, seperti sakit kepala, mual, muntah, dan TD tinggi. Oksitosin 10 iu secara IM dapat diberikan dalam 2 menit setelah bayi lahir dan dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir. Berikan oksitocin 10 iu secara IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar. O Penegangan tali pusat terkendali (controlled cord traction) Tempatkan klem pada ujung tali pusat 5 cm dari vulva, memegang tali pusat dari jarak dekat untuk mencegah avulsi pada tali pusat. Saat terjadi kontraksi yang kuat plasenta dilahirkan dengan penegangan tali pusat terkendali kemudian tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah dan atas (dorso kranial) korpus . ahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut dan keluarkan plasenta dengan gerakan kebawah dan keatas mengikuti jalan lahir. etika plasenta muncul dan keluar dari dalam vulva, kedua tangan dapat memegang plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban. O masase uterus setelah plasenta lahir Segera setelah plasenta dan selaput dilahirkan, dengan perlahan tapi kokoh melakukan massage uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen dengan gerakan melingkar (sirkuler) untuk menjaga agar uterus tetap keras dan berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar keluar. Sementara tangan kiri melakukan masage uterus, periksalah plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon dan membran sudah lengkap (seluruh lobus dibagian maternal harus ada dan bersatu/utuh, tidak boleh ada ketidakteraturan pada bagian pinggir-pinggirnya, jika hal tersebut ada, berarti menandakan ada sebagian Iragmen plasenta yang tertinggal).
Manajemen aktiI kala III terbukti mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan.
. Memahami Definisi Hipotermia Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5C (suhu axilla). Gejala awal hipotermi apabila suhu 36C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36C). Disebut hipotermi berat bila suhu 32C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25C.
8. Memahami Faktor Resiko Hipotermia
Penyebab utama O urangnya pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin Resiko untuk terjadinya hipotermia O Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir O Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir O Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur O Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat). O Bayi asIiksia,hi poksia,resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernaIasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial O 9 O &# 8 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
O eonatus dengan kelainan kongenital yang spesiIik O eonatus dengan masalah yang mempengaruhi SSP O eonatus dengan riwayat resusitasi lama
Faktor pencetus terjadinya hipotermia : O Faktor lingkungan O Syok O InIeksi O Gangguan endokrin metabolik O urang gizi, energi protein(P) O Obat-obatan O Anekacuaca
Etiologi Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu : 1. aringan lemak subkutan tipis. 2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar. 3. Cadangan glikogen dan brown Iat sedikit. 4. BB (Bayi Baru ahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. 5. urangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.
9. Memahami Patofisiologi Hipotermia
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. emak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BB. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. ika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBl Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum eIisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas. Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh. ika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktiI dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi Ileksi dan meningkatkan pernaIasannya 9 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari eIek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil juga mengidentiIikasikan terjadinya inIeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
Mencegah kehilangan panas : Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. ika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatiI hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.
Mekanisme terjadinya Hipotermia: Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:
1. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misal : BB diletakkan ditempat yang dingin.
2. vaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misal : BB tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
3. onduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak langsung diganti.
4. onveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal : BB diletakkan dekat pintu/jendela terbuka. 10 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
10.Memahami Cara Penegakkan Diagnosis dan Penatalaksanaan Hipotermia
Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir a. Gejala Hipotermi Bayi Baru ahir O Bayi tidak mau minum atau menetek O Bayi tampak lesu atau mengantuk saja O Tubuh bayi teraba dingin O Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras(Skleremia) b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin) O AktiIitas berkurang, letargis O Tangisan lemah O ulit berwarna tidak rata O emampuan menghiisap lemah O aki teraba dingin
c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin) O Sama dengan hipotermi sedang O Bibir dan kuku kebiruan O PernaIasan lambat O PernaIasan tidak teratur O Bunyi jantung lambat O Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolic
d. Tanda-Tanda Stadium anjut Hipotermi O Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang O Bagian tubuh lainnya pucat O ulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan (Sklerema)
Pengelolaan Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermi : (1)Bayi cukup bulan O etakkan BB pada Radiant Warner. O eringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi. O Tutup kepala. O Bungkus tubuh segera. O Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.
(2)Bayi sakit O Seperti prosedur di atas. 11 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
O Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil.
(3)Bayi kurang bulan (prematur) O Seperti prosedur di atas. O Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau radiant warner dengan servo controle.
(4)Bayi yang sangat kecil O Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5 C. O Tutup kepala. O elembaban 40-50. O Dapat diberi plastik pada radiant warner. -Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5C. Dengan dinding double. elembaban 40-50 atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber inIeksi dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan.
Penatalaksanaan eonatus Resiko Tinggi : Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk Mencegah Hipotermi Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah : (1)Mengeringkan bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat ; a) Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih. b) Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih. c) Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode angguru). d) Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar bayi memperoleh kalori dengan : -Menyusui bayi. -Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet. -Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat. e) Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan. I) Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri. g) Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi. a) Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat 2500 gram, langsung menangis kuat, memandikan bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat. b) Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik. Menangani Hipotermi
(1)Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
12 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
(2)Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
(3)Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. akukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.
(4)Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri inIus glukosa 10 sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
Tindakan Pada Hipotermia Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubaator gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia inkubator cara ilmiah adalah menggunakan metode kangurucara lainnya adalah dengan penyinaran lampu. a.HipotermiaSedang 1) eringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,bersih,dapat hangat 2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada dalamsatuselimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih dahulu.Bilaselimut atau kain mulai mendingin,segera ganti denganselimut/ kain yang hangat. 3) Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut /kain yang hangat. 4) Mencegah bayi kehilangan panasdengan cara : a)Memberi tutup kepala/ topi bayi b)Mengganti kain/ popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat
b.HipotermiBerat 1) eringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,b ersih, dan hangat 2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan bayi berada dalamsatuselimut atau kain hangat 3) Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau lainnya hangatulangisampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi 4) Mencegah bayi kehilangan panasdengan cara : a)Memberi tutup kepala/ topi kepala b)Mengganti kain/ pakaian/ popok yang basah dengan yang kering atau hangat 5) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. arena itu ASI sedini mungkin dapat lebihseringselama bayi menginginkan.Bila terlalu lemah hingga tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. Beri ASI dengan menggunakan GT. Bila tidak tersedia alat GT. Beri inIus dextrose 10 sebanyak 60 80 ml/kg/liter 6) Segera rujuk di Rsterdekat
13 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
Pr insip dasar mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir dan mencegah hipotermia. a) Mengeringkan bayi baru lahirsegerasetelah lahir Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela /pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebihcepat kehilangan panas tubuh.Akibatnya dapat timbulserangan dingin(colsstres) yang merupakan gejala awal hipotermia.Untuk mencegah terjadinyaserangan dingin, setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Setelah tubuh bayi kering segera dibungkusde ngan selimut, diberi topi / tutup kepala,kaus tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan dengan telungkup diatas dada untuk mendapat kehangatan dari dekapan bayi. b) Menunda memandikan bayi baru lahirsampaisuhu tubuh bayistabil Untuk mencegah terjadinya serangan dingin,ibu / keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi O Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan,berat ~ 2.500gram,langsung menangis kuat, maka memandikan bayi, ditundaselama 24jam setelah kelahiran. O Pada bayi lahir dengan resiko (tidak termasuk kriteria diatas), keadaan bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2.000 gram,sebaiknya bayi, jangan dimandikan, ditunda beberapa harisampai keadaan umummembaik yaitu bilasuhu tubuh bayi,stabil, bayisudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik. (Depes RI, 1992)
11.Memahami definisi Hiperbilirubinemia pada bayi
1. Ikterus Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ lain 14 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan ikterus sinonim dengan jaundice. 2. Ikterus Fisiologis Ikterus Iisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats (2005) adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut: O Timbul pada hari kedua ketiga O adar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg pada neonatus cukup bulan dan 10 mg per hari pada kurang bulan O ecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg perhari O adar bilirubin direk kurang dari 1 mg O Ikterus hilang pada 10 hari pertama O Tidak mempunyai dasar patologis 3. Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebagai berikut : a. Menurut Surasmi (2003) bila : O Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran O Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg atau ~ setiap 24 jam O onsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg pada neonatus bulan dan 12,5 pada neonatus cukup bulan O Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, deIisiensi enzim G6PD dan sepsis) O Ikterus disertai berat lahir 2000 gr, masa gestasi 36 minggu, asIiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernaIasan, inIeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah. b. Menurut tarigan (2003), adalah : Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan ern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg pada cukup bulan, dan 15 mg pada bayi yang kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg dan 1 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
15 mg . 4. ern Ikterus Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. ern Ikterus ialah enseIalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg ) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. ern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraI spatis yang terjadi secara kronik.
ernikterus O Tahap 1: etargi, hipotonia, reIleks isap buruk O Tahap 2: Demam, hipertonia, opistotonus O Tahap 3: ondisi terlihat membaik O Sekuele: ehilangan pendengaran sensorineural , Serebral palsi koreoatetoid , Abnormalitas daya pandang
Metabolisme Bilirubin Reaksi kimia dan enzimatis yang terjadi pada metabolisme pemecahan heme dan pembentukan bilirubin sangat kompleks. Mula-mula heme dilepaskan dari hemoglobin sel darah merah yang mengalami hemolisis di sel-sel retikuloendothelial dan dari hemoprotein lain, seperti mioglobin, katalase, peroksidase, sitokrom dan nitrit oksida sintase, yang terdapat pada berbagai organ dan jaringan. Selanjutnya, globin akan diuraikan menjadi unsur-unsur asam amino pembentuk semula untuk digunakan kembali, zat besi dari heme akan memasuki depot zat besi yang juga untuk pemakaian kembali, sedangkan heme akan dikatabolisme melalui serangkaian proses enzimatik. Bagian porIirin tanpa besi pada heme juga diuraikan, terutama di dalam sel-sel retikuloendotelial pada hati, limpa dan sumsum tulang. Heme yang dilepaskan dari hemoglobin akan didegradasi oleh suatu proses enzimatis di dalam Iraksi mikrosom sel retikuloendetelial. Proses ini dikatalisir oleh enzim heme oksigenase, yaitu enzim pertama dan enzym pembatas-kecepatan (a rate-limiting en:yme) yang bekerja dalam suatu reaksi dua tahap dengan melibatkan Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate (ADPH) dan oksigen. Sebagaimana dilukiskan dalam gambar 1, heme akan direduksi oleh ADPH, dan oksigen ditambahkan pada jembatan u-metenil antara pirol I dan II porIirin. Dengan penambahan lebih banyak oksigen, ion Ieri (Fe) dilepaskan, kemudian dihasilkan karbon monoksida dan biliverdin IX-u dengan jumlah ekuimolar dari pemecahan cincin tetrapirol. MetalloporIirin, yaitu analog heme sintetis, dapat secara kompetitiI menginhibisi aktivitas heme oksigenase (ditunjukkan oleh tanda X pada gambar) 1 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
arbon monoksida mengaktivasi GC (guanylyl cyclase) menghasilkan pembentukan cGMP (cyclic guanosine monophosphate). Selain itu dapat menggeser oksigen dari oksi hemoglobin atau diekshalasi. Proses ini melepaskan oksigen dan menghasilkan karboksi hemoglobin. Selanjutnya karboksi hemoglobin dapat bereaksi kembali dengan oksigen, menghasilkan oksi hemoglobin dan karbon monoksida yang diekshalasi. adi rangkaian reaksi ini sebenarnya merupakan reaksi dua arah. Biliverdin dari hasil degradasi heme selanjutnya direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase di dalam sitosol. Bilirubin disebut sebagai bilirubin indirek (unconfugated bilirubin), yang terbentuk dalam jaringan periIer akan diikat oleh albumin, diangkut oleh plasma ke dalam hati. Peristiwa metabolisme ini dapat dibagi menjadi tiga proses : (1) pengambilan bilirubin oleh sel parenkim hati, (2) konjugasi bilirubin dalam retikulum endoplasma halus, dan (3) sekresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu
Unconjugated Conjugated Bilirubin Indirek Direk arut dalam air - arut dalam lemak - Bersenyawa dengan albumin - Bilirubin bebas Toksik di otak Tidak
Penyebab Peningkatan Kadar Bilirubin
Secara umum penyebab peningkatan kadar bilirubin dapat dibagi menjadi dua, tergantung pada tipe bilirubin yang dominan dalam plasma, yaitu : karena peningkatan kadar bilirubin indirek atau bilirubin direk. Pada bayi, hiperbilirubinemia didominasi oleh peningkatan kadar bilirubin indirek. Penyebab terjadinya hiperbilirubinemia pada kelompok ini antara lain : 1. Proses Fisiologis Pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur, terjadi peningkatan kadar bilirubin indirek serum selama minggu pertama kehidupan, biasanya pada hari ketiga, dan akan menurun secara spontan. eadaan ini disebabkan karena : 1 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
O Pada bayi baru lahir didapatkan : (1) volume sel darah merah tinggi sebagai kompensasi tekanan partial oksigen yang rendah, (2) umur sel darah merah pendek dan (3) peningkatan resirkulasi entero hepatal dari bilirubin O urangnya ambilan (uptake) hati sebagai dampak penurunan konsentrasi protein pengikat bilirubin (seperti ligandin) O urangnya konjugasi karena masih rendahnya aktivitas glukoronil transIerase 2. Peningkatan Produksi Peningkatan pemecahan sel darah merah (hemolisis) yang berlebihan berdampak meningkatnya kadar bilrubin terutama bilirubin indirek. Hemolisis, dapat disebabkan antara lain karena : O Inkompatibilitas golongan darah : Rhesus, ABO, dll O DeIek biokimia (enzim) sel darah merah, antara lain : deIisiensi G6PD, deIisiensi Pyruvat Kinase, deIisiensi Hexokinas O Abnormalitas struktur (membran) sel darah merah, antara lain : SIerositosis herediter, lliptositosis herediter, Piknositosis inIantil O InIeksi, antara lain : Bakterial, Viral, dan Protozoal 3. kelainan ambilan (uptake) oleh hati 4. deIek/kegagalan konjugasi O deIisiensi kongenital enzim glukoronil transIerase (misalnya pada penyakit sindroma Crigler-ajjar dan sindroma Gilbert) O Inhibisi enzim glukoronil transIerase (misalnya karena pengaruh obat dan sindroma ucey-Driscoll) 5. Sekuestrasi sel darah merah, seperti: seIal hematom, perdarahan intrakranial, dan perdarahan saluran cerna, akan menyebabkan peningkatan hemolisis dan membebani jalur degradasi bilirubin
Patofisiologi Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. eadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. eadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersiIat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersiIat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. SiIat ini memungkinkan terjadinya eIek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. elainan yang terjadi pada otak disebut ernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraI pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudak melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan ahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.
. Memahami Klasifikasi Hiperbilirubinemia pada Bayi
Tanya dan Lihat Tanda / Gejala Klasifikasi 18 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
Mulai kapan ikterus ? Daerah mana yang ikterus ? Bayinya kurang bulan ? Warna tinja ? Ikterus segera setelah lahir Ikterus pada 2 hari pertama Ikterus pada usia ~ 14 hari Ikterus lutut/ siku/ lebih Bayi kurang bulan Tinja pucat Ikterus patologis Ikterus usia 3-13 hari Tanda patologis (-) Ikterus Iisiologis
Penilaian Ikterus Menurut ramer
Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan kaki dan bahu pergelanagn tangan dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan. Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain. emudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan angka rata-rata didalam gambar di bawah ini :
Derajat Ikterus Daerah Ikterus Perkiraan kadar Bilirubin (rata-rata) Aterm Prematur 1 epala sampai leher 5,4 - 2 epala, badan sampai dengan umbilicus 8,9 9,4 3 epala, badan, paha, sampai dengan lutut 11,8 11,4 4 epala, badan, ekstremitas sampai dengan tangan dan kaki 15,8 13,3 5 epala, badan, semua ekstremitas sampai dengan ujung jari ~15,8 ~13,3
. Memahami Cara Penegakkan Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia
Anamnesis 1. Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi intra uterin, inIeksi intranatal) 2. Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi 3. Riwayat ikterus / terapi sinar / transIusi tukar pada bayi sebelumnya 4. Riwayat inkompatibilitas darah 5. Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa Pemeriksaan Fisik
19 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang kulitnya gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Tekan kulit secara ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan. Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut.
Tabel 1. Perkiraan klinis derajat ikterus
Usia Ikterus terlihat pada Klasifikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 dst. Setiap ikterus yang terlihat engan dan tungkai Tangan dan kaki Ikterus berat
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan serumbilirubin (bilirubin total dan direk) harus dilakukan pada neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong risiko tinggi terserang hiperbilirubinemia berat (lihat point-point` Iaktor risiko pada bab DIAGNOSIS). amun pada bayi yang mengalami ikterus berat, lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar serumbilirubin.
%ranscutaneous bilirubin (TcB)` dapat digunakan untuk menentukan kadar serum bilirubin total, tanpa harus mengambil sampel darah. amun alat ini hanya valid untuk kadar bilirubin total 15 mg/d (257 mol/), dan tidak reliable` pada kasus ikterus yang sedang mendapat terapi sinar. 5,11
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus antara lain : Golongan darah dan Coombs test` Darah lengkap dan hapusan darah Hitung retikulosit, skrining G 6 PD atau TCOc Bilirubin direk
20 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. adar serum albumin juga perlu diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar ataukah tranIusi tukar
Bilirubinometer TranskutanBilirubinometer adalah instrumen spektroIotometrik yang bekerja dengan prinsip memanIaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjanggelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulitneonatus yang sedang diperiksa. Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yangamat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai menggunakanmultiwavelength spectral reIlectance yang tidak terpengaruh pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining, bukan untuk diagnosis. Briscoe dkk. (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektiI untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (M 102)dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo).Penelitian ini dilakukan di Inggris, melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usiagestasi ~34 minggu. Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi padakonsentrasi bilirubin serum ~14.4 mg/d (249 umol/l). Dari penelitian inididapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memilikikorelasi yang bermakna (n303, r0.76, p0.0001), namun interval prediksicukup besar, sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB. amundisebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB. Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuanskrining. Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk. (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagaitindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak eIektiI dari segi biaya dalammencegah terjadinya enseIalopati hiperbilirubin. Transcutaneous bilirubin (TcB) dapat digunakan untuk menentukankadar serum bilirubin total, tanpa harus mengambil sampel darah. amun alat inihanya valid untuk kadar bilirubin total 15 mg/d (257 mol/), dan tidak reliable pada kasus ikterus yang sedang mendapat terapi sinar.
Diagnosis Banding Ikterus Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang atau diagnosis lain yang sudah diketahui Kemungkinan diagnosis 21 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
O Timbul saat lahir hari ke-2 O Riwayat ikterus pada bayi sebelumnya O Riwayat penyakit keluarga: ikterus, anemia, pembesaran hati, pengangkatan limIa, deIisiensi G6PD Sangat ikterus Sangat pucat
Hb13 g/dl, Ht39 Bilirubin~8 mg/dl pada hari ke-1 atau kadar Bilirubin~13 mg/dl pada hari ke-2 ikterus/kadar bilirubin cepat Bila ada Iasilitas: Coombs tes positiI DeIisiensi G6PD Inkompatibilitas golongan darah ABO atau Rh Ikterus hemolitik akibat inkompatibilitas darah O Timbul saat lahir sampai dengan hari ke2 atau lebih O Riwayat inIeksi maternal Sangat ikterus Tanda inIeksi/sepsis: malas minum, kurang aktiI, tangis lemah, suhu tubuh abnormal ekositosis, leukopeni, trombositopenia Ikterus diduga karena inIeksi berat/sepsis O Timbul pada hari 1 O Riwayat ibu hamil pengguna obat O Ikterus hebat timbul pada hari ke2 O nseIalopati timbul pada hari ke 3-7 O Ikterus hebat yang tidak atau terlambat diobati O Ikterus menetap setelah usia 2 minggu O Timbul hari ke2 arau lebih O Bayi berat lahir rendah Ikterus
Sangat ikterus, kejang, postur abnormal, letragi
Ikterus berlangsung ~ 2 minggu pada bayi cukup bulan dan ~ 3 minggu pada bayi kurang bulan
Penatalaksanaan 22 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi eIek dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan : 1. Menghilangkan anemia 2. Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi 3. Meningkatkan badan serum albumin 4. Menurunkan serum bilirubin Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : Iototerapi, transIuse pangganti, inIuse albumin dan therapi obat. a. Fototherapi Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transIuse pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound oI Iluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memIasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Iotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme diIusi. Di dalam darah Iotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di buang bersama Ieses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil Iotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia. Secara umum Iototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. oenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus diIototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan Iototerapi proIilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah. Tabel Terapi Berikut tabel yang menggambarkan kapan bayi perlu menjalani Iototerapi dan penanganan medis lainnya, sesuai The American Academy oI Pediaatrics (AAP) tahun 1994 Bayi lahir cukup bulan (38 42 minggu) Usia bayi (jam) Pertimbangan terapi sinar Terapi sinar Transfuse tukar bila terapi sinar intensif gagal Transfuse tukar dan terapi sinar intensif adar bilirubin Indirek serum Mg/dl 24 25 -48 ~9 ~12 ~20 ~25 49 72 ~12 ~15 ~25 ~30 ~72 ~15 ~17 ~25 ~30
Bayi lahir kurang bulan perlu Iototerapi jika: 23 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
Usia (jam) Berat lahir < 100 g kadar bilirubin BL 100 - 2000 g kadar bilirubin BL >2000 g kadar bilirubin 24 ~ 4 ~ 4 ~ 5 25 - 48 ~ 5 ~ 7 ~ 8 49 - 72 ~ 7 ~ 8 ~ 10 ~ 72 ~ 8 ~ 9 ~ 12
Panduan terapi sinar berdasarkan kadar bilirubin serum Saat timbul ikterus Bayi cukup bulan sehat kadar bilirubin, mg/dl: (mol/l) Bayi denagn factor resiko (kadar bilirubin, mg/dl:mol/l) Hari ke 1 Setiap terlihat ikterus Setiap terlihat ikterus Hari ke 2 15 (260) 13 (220) Hari ke 3 18 (310) 16 (270) Hari ke 4 dst 20 (340) 17 (290)
b. Transfusi Pengganti TransIuse pengganti atau imediat didindikasikan adanya Iaktor-Iaktor : 1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu 2. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir 3. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama 4. adar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama 5. Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama 6. Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl 7. Bayi pada resiko terjadi kern Ikterus TransIusi pengganti digunkan untuk: 1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap antibody maternal 2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan) 3. Menghilangkan serum ilirubin 4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan bilirubin Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transIuse darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A 24 [ P e r d a r a h a n p a s c a p e r s a l i n a n
dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil
c. Therapi Obat Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini eIektiI baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena eIek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika
TAMBAHAN
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatorum adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menbimbulkan kern-ikterus/enseIalopati bilirubin, serta mengobati penyebab langsung ikterus tadi. Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan mengusahakan agar konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukoronil transIerase dengan pemberian obat-obatan (luminal). Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau transIusi tukar, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin. Dikemukakan pula bahwa obat-obatan (IVIG : Intra Venous Immuno Globulin dan Metalloporphyrins) dipakai dengan maksud menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin.
Tabel 3. Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin
Usia Terapi sinar Transfusi tukar Bayi sehat Faktor Risiko` Bayi sehat Faktor Risiko` mg/dL mo l/L mg/d L mol/L mg/dL mol/L mg/dL mol/L Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220 Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260 Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340 Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340 2 [ P e r d a r a h a n P a s c a P e r s a l i n a n
Terapi Sinar Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958. Banyak teori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru mengemukakan bahwa terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin. nergi sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi senyawa berbentuk 4Z, 15-bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hepar ke dalam saluran empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus halus. Di RSU Dr. Soetomo Surabaya terapi sinar dilakukan pada semua penderita dengan kadar bilirubin indirek ~12 mg/d dan pada bayi-bayi dengan proses hemolisis yang ditandai dengan adanya ikterus pada hari pertama kelahiran. Pada penderita yang direncanakan transIusi tukar, terapi sinar dilakukan pula sebelum dan sesudah transIusi dikerjakan. Peralatan yang digunakan dalam terapi sinar terdiri dari beberapa buah lampu neon yang diletakkan secara pararel dan dipasang dalam kotak yang berIentilasi. Agar bayi mendapatkan energi cahaya yang optimal (380-470 nm) lampu diletakkan pada jarak tertentu dan bagian bawah kotak lampu dipasang pleksiglass biru yang berIungsi untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak bermanIaat untuk penyinaran. Gantilah lampu setiap 2000 jam atau setelah penggunaan 3 bulan walau lampu masih menyala. Gunakan kain pada boks bayi atau inkubator dan pasang tirai mengelilingi area sekeliling alat tersebut berada untuk memantulkan kembali sinar sebanyak mungkin ke arah bayi.
Pada saat penyinaran diusahakan agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas-luasnya, yaitu dengan membuka pakaian bayi. Posisi bayi sebaiknya diubah- ubah setiap 6-8 jam agar bagian tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh. edua mata ditutup namun gonad tidak perlu ditutup lagi, selama penyinaran kadar bilirubin dan hemoglobin bayi di pantau secara berkala dan terapi dihentikan apabila kadar bilirubin 10 mg/d (171 mol/). amanya penyinaran biasanya tidak melebihi 100 jam. Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan eIek samping terapi sinar. Beberapa eIek samping yang perlu diperhatikan antara lain : enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, letargi dan iritabilitas. Iek samping ini biasanya bersiIat sementara dan kadang-kadang penyinaran dapat diteruskan sementara keadaan yang menyertainya diperbaiki.
2 [ P e r d a r a h a n P a s c a P e r s a l i n a n
TransIusi Tukar TransIusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan cepat bilirubin indirek dalam tubuh selain itu juga bermanIaat dalam mengganti eritrosit yang telah terhemolisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan hemolisis. Walaupun transIusi tukar ini sangat bermanIaat, tetapi eIek samping dan komplikasinya yang mungkin timbul perlu di perhatikan dan karenanya tindakan hanya dilakukan bila ada indikasi (lihat tabel 3). riteria melakukan transIusi tukar selain melihat kadar bilirubin, juga dapat memakai rasio bilirubin terhadap albumin (Tabel 4)
Tabel 4. Kriteria Transfusi Tukar Berdasarkan Berat Bayi dan Komplikasi Berat Bayi (gram) Tidak Komplikasi (mg/dL) Rasio Bili/Alb Ada Komplikasi (mg/dL) Rasio Bili/Alb 1250 13 5.2 10 4 1250 1499 15 6 13 5.2 1500 1999 17 6.8 15 6 2000 2499 18 7.2 17 6.8 _ 2500 20 8 18 7.2
Yang dimaksud ada komplikasi apabila : 1. ilai APGAR 3 pada menit ke 5 2. PaO2 40 torr selama 1 jam 3. pH 7,15 selama 1 jam 4. Suhu rektal _ 35 O C 5. Serum Albumin 2,5 g/d 6. Gejala neurologis yang memburuk terbukti 7. Terbukti sepsis atau terbukti meningitis 8. Anemia hemolitik 9. Berat bayi _1000 g 12,15
Dalam melakukan transIusi tukar perlu pula diperhatikan macam darah yang akan diberikan dan teknik serta penatalaksanaan pemberian. Apabila hiperbilirubinemia yang terjadi disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO, darah yang dipakai adalah darah golongan O rhesus positip. Pada keadaan lain yang tidak berkaitan dengan proses aloimunisasi, sebaiknya digunakan darah yang bergolongan sama dengan bayi. Bila keadaan ini tidak memungkinkan, dapat dipakai darah golongan O yang kompatibel dengan serum ibu. Apabila hal inipun tidak ada, maka dapat dimintakan darah O dengan titer anti A atau anti B yang Macam TransIusi Tukar: a) Double Volume` artinya dibutuhkan dua kali volume darah, diharapkan dapat mengganti kurang lebih 90 dari sirkulasi darah bayi dan 88 mengganti Hb bayi. b) Iso Volume` artinya hanya dibutuhkan sebanyak volume darah bayi, dapat mengganti 65 Hb bayi. c) Partial xchange` artinya memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus polisitemia atau darah pada anemia.
Tabel . Volume Darah pada Transfusi Tukar
Kebutuhan Rumus` 2 [ P e r d a r a h a n P a s c a P e r s a l i n a n
Double Jolume` BB x volume darah x 2 Single Jolume` BB x volume darah Polisitemia BB x volume darah x (Hct sekarang Hct yang diinginkan) Hct sekarang Anemia BB x volume darah x (Hb yang diinginkan Hb sekarang) (Hb donor Hb sekarang) BB x volume darah x (PCV yang diinginkan PCV sekarang) (PCV donor)
Volume darah bayi cukup bulan 85 cc / kg BB Volume darah bayi kurang bulan 100 cc /kg BB
Dalam melaksanakan transIusi tukar tempat dan peralatan yang diperlukan harus dipersiapkan dengan teliti. Sebaiknya transIusi dilakukan di ruangan yang aseptik yang dilengkapi peralatan yang dapat memantau tanda vital bayi disertai dengan alat yang dapat mengatur suhu lingkungan. Perlu diperhatikan pula kemungkinan terjadinya komplikasi transIusi tukar seperti asidosis, bradikardia, aritmia, ataupun henti jantung. Untuk penatalaksanaan hiperbilirubinemia berat dimana Iasilitas sarana dan tenaga tidak memungkinkan dilakukan terapi sinar atau transIusi tukar, penderita dapat dirujuk ke pusat rujukan neonatal setelah kondisi bayi stabil (transportable`) dengan memperhatikan syarat- syarat rujukan bayi baru lahir risiko tinggi.