Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Pada abad XX, Prancis mengalami perkembangan seni drama dan teater yang sangat pesat

ditandai dengan berbaurnya genre-genre dan tidak ada satu genre pun yang dominan. Selain itu, perkembangan drama dari segi tema, naskah, dramaturgi, juga perkembangan institusi teater dan peranan sutradara terjadi dalam masa ini. Perkembangan sastra pada umumnya dan teater pada khususnya di abad XX ini dibagi ke dalam tiga periode : 1) Masa sebelum Perang Dunia I 1914; 2) Masa di antara dua perang dunia, 1918-1939; 3) Masa setelah Perang Dunia II. Drama Caligula yang ditulis oleh Albert Camus termasuk dalam periode masa setelah Perang Dunia II dan tergolong dalam aliran eksistensialisme. Pada makalah ini akan dibahas mengenai alur yang terdapat dalam drama Caligula. I.2 Masalah a. Bagaimana alur cerita Caligula? b. Apa yang dimaksud dengan keabsurditasan dalam cerita Caligula? I.3 Tujuan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui alur yang terdapat dalam drama Caligula. I. 4 Korpus Judul Penulis Tahun terbit Penerbit : Caligula : Albert Camus : Mei 1944 : Gallimard
1

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Biografi Albert Camus Albert Camus (7 November 19134 January 1960) adalah seorang pengarang sekaligus filsuf asal Prancis-Aljazair. Camus juga merupakan seorang jurnalis yang mendapatkan penghargaan Nobel dalam bidang kesusastraan pada tahun 1957. Albert Camus menulis Caligula pada tahun 1938 dan pertama kali dipentaskan pada tahun 1945. Pada tahun 1955, Albert Camus bermain dalam Caligula yang merupakan naskah drama yang dibuatnya sendiri. II.2 Sinopsis Caligula Caligula adalah seorang raja yang kehilangan pegangan hidupnya setelah istrinya yang bernama Drusila, meninggal dunia. Setengah gila, Caligula membuat ketetapan-ketetapan yang tidak wajar, seperti untuk mengisi kekosongan kas negara, ia memerintahkan warga negaranya untuk memberikan harta mereka pada negara dan ia juga memerintahkan untuk setiap warga negara pria agar datang ke tempat pelacuran nasional Caligula. Sementara itu, kaum bangsawan dan beberapa orang berkumpul dalam sebuah ruangan untuk mendiskusikan pemberontakan terhadap Caligula di rumah Cherea. Tak disangka salah satu dari bangsawan tersebut menceritakan kepada Caligula bahwa sedang ada pemberontakan kepada dirinya. Helicon, sahabat Caligula, juga menceritakan perihal pemberontakan itu kepada Caligula. Akhirnya Caligula mengetahui pemberontakan itu dan memanggil Cherea untuk dimintai penjelasan. Di akhir cerita, Caligula akhirnya membunuh Caesonia yang merupakan istrinya dan akhirnya dibunuh oleh kaum pemberontak. II.3 Tokoh Berikut ini tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama Caligula, yaitu :

Caligula

: umur antara 27-30 tahun

Caesonia Helicon Scipion Cherea

: gundik Caligula, umur 35 tahun : sahabat Caligula : umur antara 17-20 tahun : penyair, umur antara 30-35 tahun : umur antara 70-75 tahun : umur 45 tahun : umur 50 tahun

Bangsawan tua Bangsawan I Bangsawan II

Bangsawan III : umur antara 50-55 tahun Mereia Mucius Lepidus : umur antara 55-60 tahun : umur antara 33-35 tahun : umur antara 55-60 tahun

Pengawal-pengawal : umur antara 30-40 tahun Orang-orang Penyair-penyair : umurnya beragam : umurnya beragam

II.4 Analisis Alur Drama Caligula ini terbagi atas empat babak. Babak pertama terdiri dari sembilan adegan, babak kedua terdiri dari empat belas adegan, babak ketiga terdiri dari enam adegan, dan babak terakhir terdiri dari empat belas adegan. Drama Caligula ini mempunyai alur yang maju dan berfokus pada Caligula dengan segala tindakan-tindakan absurdnya. Babak pertama dalam drama memaparkan tentang perubahan tingkah laku Caligula setelah kematian Drusilla yang merupakan istri yang sangat dicintainya.Babak kedua memaparkan tentang tindakan-tindakan Caligula yang sewenangwenang yang menghasilkan rencana pemberontakan oleh Cherea dan para bangsawan. Babak
3

ketiga bercerita tentang diketahuinya rencana pemberontakan oleh Caligula atas pengaduan Helicon.Babak keempat berfokus pada proses kematian Caesonia dan kematian Caligula sendiri. Alur menurut Freytag dibagi menjadi lima yaitu pemaparan, konflik, klimaks, leraian, dan penyelesaian. Berikut ini adalah alur drama Caligula menurut Freytag, yaitu : a. Pemaparan

Pemaparan dalam Caligula merupakan bagian yang di dalamnya terdapat pengenalan tokoh-tokoh utama dalam cerita ini. Selain itu, bibit konflik juga termasuk dalam pemaparan. Dalam bagian ini, munculnya tokoh-tokoh sentral seperti Cherea, Caesonia, Helicon, para bangsawan, dan Caligula sendiri termasuk dalam bagian pemaparan. Sementara bibit konflik cerita ini adalah kembalinya Caligula dalam keadaan limbung dan setengah gila hingga di bagian cerita selanjutnya ia membuat kebijakan-kebijakan yang tidak masuk akal. b. Konflik

Dalam cerita Caligula, terdapat banyak sekali konflik. Konflik pertama yang muncul adalah kebijakan Caligula kepada seluruh rakyatnya untuk menyerahkan segala harta warisannya kepada negara sampai kebijakannya untuk mengharuskan seluruh pria di negerinya untuk pergi ke tempat pelacuran. Kebijakan-kebijakan itu menuai rencana pemberontakan yang dipimpin oleh Cherea. c. Klimaks

Klimaks drama ini terletak pada adegan ketika Caligula menanyakan kepada Cherea perihal rencana pembunuhan terhadap dirinya. Dalam drama Caligula tidak terdapat leraian seperti alur drama klasik pada umumnya tetapi tetap drama ini termasuk dalam drama klasik. Pada drama Caligula, setelah klimaks, muncul konflik baru yaitu pembunuhan Caesonia yang dilakukan Caligula.

d.

Penyelesaian

Penyelesaian drama ini terletak pada matinya Caligula karena ditusuk oleh pemberontak yang akhirnya melancarkan serangan pemberontakan padaanya sehingga menyebabkan Caligula tidak mendapatkan apa yang diinginkannya yaitu keabadian.

II. 5 Makna Pemikiran Albert Camus Albert Camus memiliki ketertarikan dengan masalah absurditas. Ia memiliki pemikiran sendiri mengenai konsep absurditas. Menurutnya, absurditas adalah suatu perasaan yang tidak tercapai tetapi harus dicapai oleh manusia. Bagi Camus, kehidupan manusia merupakan sesuatu yang absurd karena yang dilakukan oleh manusia hanyalah sebuah kebiasaan, artinya kita mengerjakan apa yang telah ditetapkan oleh masyarakat dan melakukannya secara berulangulang. Bila hakekat kehidupan hanya seperti itu saja, mengapa banyak orang melakukan bunuh diri. Hal itu berarti bahwa manusia mulai sadar akan keabsurditasan dalam hidupnya. Oleh sebab itu, manusia harus memberi arti pada kehidupannya sendiri sehingga ia menghindari bunuh diri. Camus adalah orang yang tidak mudah percaya pada sesuatu yang masuk akal. Sesuatu yang tidak masuk akal adalah absurd. Oleh karena itu, Camus tidak percaya akan adanya Tuhan maupun hari sesudah kematian. Hal ini terlihat pada perkataannya dalam karyanya Le Mythe Saya tahu bahwa dunia ini absurd dan saya terlalu pagi untuk mengatakannya. Dunia itu sendiri tidak mempunyai alasan, dia tidak masuk akal (Camus, Mythe de Sisyphe: 37). Menurut Camus, manusia tidak membutuhkan Tuhan. Ia tidak mempercayai akan nasib yang telah ditetapkan Tuhan terhadapnya. Ia tidak mau menyerah begitu saja akan persoalan yang dihadapinya. Oleh sebab itu, manusia tidak seharusnya melarikan diri dari kehidupannya dan melakukan bunuh diri karena bunuh diri berarti menerima nasib yang telah ditetapkan Tuhan. Menurutnya, lebih baik hidup daripada bunuh diri. Caligula merupakan representasi dari tokoh absurd Albert Camus. Pemikiran Camus mengenai keheranannya terhadap kematian diperlihatkan pada tokoh Caligula yang memberontak terhadap dunia sekitarnya setelah kematian istrinya, Drusilla. Ia memberontak terhadap nasib dan dewa-dewa yang menguasai dunianya sehingga ia melakukan tindakantindakan absurd seperti meminta bulan pada Helicon dan menganggap dirinya sebagai dewa.

Camus banyak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf Jerman seperti Nietzche. Menurut Nietzche, manusia mencari kebahagiaan dibalik kehancuran. Hal ini terlihat juga pada tokoh Caligula yang membunuh untuk mencari kebenaran. Namun, walaupun ia mencari kebenaran dengan cara menghancurkannya, ia tetap dikelilingi dinding keabsurditasan karena ia tetap tidak menemukan jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya. II. 6 Analisis Simbol Dalam drama Caligula ini terdapat beberapa simbol, yaitu : a. Bulan

Bulan merupakan metafora keabadian atau sesuatu yang kekal. Caligula sangat menginginkan sesuatu yang kekal karena menurut dia, segala sesuatu yang ada di dunia ini sia-sia dan tidak berharga. Hal ini terlihat dari perkataan Caligula pada babak pertama adegan empat: Les Hommes meurent et ils ne sont pas heureux Kematian tidak membuat manusia bahagia. Dan kematian merupakan sebuah wujud dari ketidakabadian manusia dalam dunia ini. Oleh karena itu, Caligula meminta Bulan yang menurutnya abadi dan kekal. Selain itu, menurut analisis kami, bulan merupakan representasi dari Drusilla yang sudah meninggal. Banyak orang yang percaya bahwa seseorang yang sudah meninggal berarti orang tersebut telah berada di "luar dunia". Oleh karena itu, Caligula menginginkan Bulan yang keberadaannya di luar dunia yang ia anggap sebagai Drusilla. b. Dokumen

Dokumen merupakan reseprentasi dari pemberontakan terhadap Caligula karena dalam dokumen tersebut berisi nama-nama pemberontak. Selain itu, dokumen tersebut merupakan simbol dari kematian Caligula karena keberadaan dokumen tersebut menghasilkan serangan pemberontakan terhadap Caligula yang menjadi akhir tragis bagi kehidupan Caligula.

BAB III KESIMPULAN

Caligula merupakan sebuah drama yang mempunyai alur maju yang berfokus pada perubahan Caligula. Tidak seperti drama klasik lainnya yang memiliki leraian setelah klimaks, Albert Camus memilih memunculkan konflik-konflik baru setelah klimaks. Akan tetapi, drama ini masih termasuk dalam drama klasik. Caligula, merupakan seorang manusia yang mempertanyakan keeksistensian manusia dalam dunia ini. Dia merasa bahwa segala sesuatu yang ada di dunia di adalah absurd. Caligula merasa bahwa buat apa dia hidup dalam dunia ini kalau pada ujungnya dia tetap akan mati. Oleh karena itu, dia memberontak dan mencari sesuatu yang dapat membuatnya tidak sia-sia dalam hidupnya, yaitu keabadian. Pemberontakan Caligula terhadap kenyataan hidup yang absurd ini menjadi fokus Albert Camus dalam menulis Caligula.

DAFTAR PUSTAKA

Nanria, Arif Elizabeth. 1970. Caligula Karya Albert Camus. Depok. http://www.uqac.ca/jmt-sociologue/ http://en.wikipedia.org/Albert_Camus http://en.wikipedia.org/Caligula_(play)

Anda mungkin juga menyukai