PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjalani kehidupannya. Kebebasan merupakan salah satu hak asasi dan dapat
bahwa manusia memiliki hak penuh atas hidupnya (human right) dalam
dengan apa yang dianggap baik dan bermanfaat untuk kehidupan dirinya.
“direbut” oleh manusia yang lain. Lebih lanjut lagi, kebebasan sangat berkaitan erat
dengan manusia, karena manusia memang pusat dan pelaku utama dalam
kehidupan. Manusia memiliki kuasa untuk berkembang dengan cara belajar dan
mempu untuk melakukan evaluasi bagi dirinya sendiri. Manusia mampu belajar dan
perkembangan teknologi saat ini. Dewasa ini, banyak sekali tulisan-tulisan terkait
belum siap untuk menerima perubahan yang cepat tersebut, sehingga cenderung
1
2
mampu mendegradasi mental manusia itu sendiri, teknologi yang semakin ampuh
satu lambang dari kebebasan itu sendiri, meskipun makna terkait kebebasan masih
menjadi perdebatan dan persoalan yang belun terselesaikan sampai saat ini, karena
kebebasan bersifat kompleks dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Mengacu pada uraian tersebut, penulis memilih salah satu filsuf bernama
Albert Camus yang banyak berbicara tentang absurditas yang berfokus pada
B. Rumusan Masalah
manusia?
C. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah
1. Untuk mengetahui biografi filsuf dan sastrawan Albert Camus yang muncul
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
Albert Camus dikenal sebagai filsuf sekaligus satrawan besar Prancis yang
terkenal akan istilah “absurditas”. Albert camus lahir di Mandovi, Aljazair. Pada 7
Januari 1960 pada umur 46 tahun. Dia adalah seorang filsuf perancis kelahiran
eksistensialis namun lebih teapt disebut sebagai seorang absurdis, Camus mulai
dikenal banyak orang karena novel pertamanya yaitu L’Etranger dan mulai
memperoleh penghargaan seperti Penghargaan Nobel pada tahun 1957 pada bidang
yaitu adanya hal-hal tidak masuk akal atau aneh atau ganjil dalam kehidupan
manusia.
“materi”. Bagi kaum eksistensialis manusia tidak hanya berada di dunia tetapi
3
4
sadar akan dirinya sendiri dan sadar pada objek-objek yang dihadapinya. Lain
dituangkan juga dalam karya La Peste (Sampar). Setting cerita karya “sampar”
berawal pada tahun 1947 di kota Oran sebuah kota di Aljazair, koloni Perancis,
yang terkena wabah penyakit sampar yang membuat penduduk kota Oran
kenyataan itu. Disisi lain, Camus ingin menunjukkan berbagai potret manusia
terjadi ancaman dan pembuangan secara nyata dan alamiah, dan dia bermaksud
tentara (Nazi) Jerman di Perancis, (3) sebagai saksi dan simbol dari penindasan
yang diakibatkan oleh perang, dan (4) sebagai cara menciptakan kesadaran
5
epidemi sampar dan perang yang pernah terjadi di dunia sama banyaknya,
eksistensi ialah cara manusia berada di dunia ini. Cara ini hanya khusus untuk
dengan berada, tiap barang yang ada itu berada, tetapi tidak tiap-tiap barang itu
dirinya (existere) dalam kesungguhan yang tertentu, (2) orang yang harus
perpisahan antara jiwa dan badannya, (4) orang berhubungan dengan ada.
Eksistensi tidak dapat didefinisikan sebagai suatu sikap yang filosofis dari
objektivitas.
2. Pemaknaan Absurditas
Dalam kamus filsafat (2000: 10), kata absurd berasal dari kata latin absurdus
yang merupakan gabungan dari kata ab yang berarti tidak dan surdus yang
Prancis-Indonesia (2004: 6), absurd berasal dari kata absurdité yang bermakna
“yang tidak masuk akal”. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Camus dalam
yang timbul akibat adanya perselisihan atau kontradiksi antara dunia dengan
Tuhan, maka akan selalu ada jalan keluar pada setiap persoalan yang ada dalam
Homerus Sisifus yang mendapatkan hukuman dari para dewa karena ia dengan
diberikan kepada Sisifus. Dari puncak gunung tersebut, batu besar tersebut
akan kembali jatuh mengelinding ke bawah dan Sisifus akan turun dan
mencoba untuk mendorong batu tersebut menuju puncak gunung lagi. Hal
tersebut dilakukan secara berulang-ulang tanpa ada hasil akhir yang pasti. Ia
7
menganggap bahwa tak ada hukuman yang paling mengerikan bagi Sisifus
kecuali pekerjaan yang tak berguna, rutin, membosankan dan tanpa harapan
itu. Manusia, sebagai cermin dari Sisifus, hanya mengerjakan rutinitas yang
sama setiap hari, dan seringkali harus menerima kenyataan pahit didera
diri. Tindakan Sisifus tersebut dinilai oleh Camus sebagai tindakan yang sia-
sia tanpa ada harapan. Mengacu pada mite Sisifus tersebut, manusia seolah-
olah dihadapkan pada kehidupan dunia yang sia-sia. Selama hidupnya, manusia
akan terus mencari kejelasan hidup dan pada akhirnya manusia itu akan sadar
Di lain sisi, Camus sering dianggap sebagai filsuf yang memiliki perspektif
oleh Sisifus mampu menciptakan kekuatan dan semangat yang semakin tinggi.
Dengan demikian, manusia juga harus berusaha untuk memiliki kesadaran atas
atas segala apa yang ia usahakan di dunia. Manusia yang menjalani kehidupan
bahwa manusia diberikan dua pilihan, yaitu (1) mengakhiri hidupnya dengan
jalan bunuh diri, dalam hal ini, penulis memaknai bunuh diri secara lebih luas,
hidup dengan cara memperbaiki diri, dalam hal ini penulis mengartikan bahwa
manusia akan lebih baik untuk terus menerus belajar dan mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya, baik dari segi kognitif, emosional, mental dan
juga sosial yang akan bermanfaat dalam kehidupan manusia itu sendiri.
dan “Tidak” sekaligus. “Ya” harus diucapkan kepada keinginan dasar manusia
akan kebaikan dan keadilan. Hidup itu baik dan bermakna. Keadilan harus
penderitaan orang tak berdosa, dan lebih radikal lagi kepada maut. Manusia
pemberontak harus berani melawan empat hal itu. Ia tidak boleh pasrah dan
atau paksaan. Paksaan muncul ketika manusia kehilangan kuasa atas dirinya
dan harus menuruti perintah orang lain yang dianggap lebih berkuasa. Dengan
kata lain, paksaan menghasilkan suatu tingkah laku tertentu yang tidak berasal
dari keinginan dan kesadaran diri sendiri seorang individu namun berasal dari
Alam memiliki banyak kejadian, manusia memutuskan nilai dari suatu hal
akibat dari yang ditimbulkan. Namun, saat akibat dari kontradiksi tersebut
belum dapat diolah oleh nalar maka absurditas lahir tepat di antaranya.
mencari kebenaran atau kesalahan dari kondisi tersebut. Manusia akan mencari
10
melalui akibat yang muncul dari kondisi tersebut. Di saat jawaban belum
nalar tidak berhenti untuk berjalan, sementara itu keberadaan tidak akan pernah
habis untuk ditaklukkan oleh nalar. Hilangnya salah satu dari pembanding
merupakan titik yang tidak pernah habis dicapai oleh nalar. Keberadaannya
tumbuh dan semakin membesar apabila terdapat perbedaan yang semakin luas
membuat individu tidak mampu menentukan alat dan tujuan dalam hidupnya
bertambahnya usia makan akan semakin kuat secara fisik, mental serta
serta pengalaman yang didapat dan dialaminya, selanjutnya (2) rasa kesepian
yang muncul dalam diri manusia ketika manusia mulai menyadari kenyataan
hidup yang sering membuat cemas, takut dan tidak berdaya, seperti halnya akan
tentang absurditas dan kebebasan dapat menjadi dasar bagi kaum eksistensialis
berguna bagi kaum eksistensialis, sebab dapat membantu siswa untuk berpikir
kreatif. Di samping itu, membantu siswa menyadari potensi diri, dan kemudian
di dalam perencanaan kurikulum, peran guru terhadap siswa dan juga siswa
bahwa setiap manusia memiliki pilihan dan opini yang mungkin berbeda antara
satu lain, sehingga sebagai manusia hendaknya kita mau mendengarkan dan
menghargai pendapat orang lain, tidak merasa paling benar sendiri. Manusia
keberadannya” dalam hidup dengan gaya dan carannya sendiri. Sama halnya
peserta didik merupakan subjek dalam belajar (student center) yang berhak
A. Kesimpulan
Albert Camus dikenal sebagai filsuf sekaligus satrawan besar Prancis yang
akan dirinya sendiri dan sadar pada objek-objek yang dihadapinya. Pemikiran
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Gloria Rahma. 2013. Konsep Kebebasan Albert Camus dalam Tinjauan
Filsafat Pendidikan. Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Sunahrowi. 2014. “Absurditas dan Individualitas dalam Roman L’étranger Karya
Albert Camus”. Jurnal Penelitian SK Akreditasi DIKTI
No:040/P/2014.
Ulwiyah, Himatul. 2017. Absurditas Naskah Drama Les Justes Karya Albert
Camus. Skripsi S1. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Yulistio, Didi. 2015. “Model Kajian Absurditas Eksistensialisme Manusia dalam
Novel Sampar Albert Camus”. Prosiding Seminar Nasional Bulan
Bahasa UNIB 2015.