Anda di halaman 1dari 4

SEMINAR USULAN PENELITIAN JUDUL : Pemanfaatan Air Limbah Pabrik Kertas untuk Air Irigasi Tanaman Padi varietas

Ciherang Oleh : Annisa Ayuningtyas (240110070052) Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Nurpilihan Bafdal, M.Sc. 2. Ir. Edy Suryadi, MT. Penelaah : Boy Macklin Parera Prawiranegara, ST., M.Si. BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan industri terus berlangsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, akhir-akhir ini kegiatan industri mulai menjadi perhatian masyarakat secara serius karena berbagai dampak negatif yang ditimbulkan terhadap kondisi lingkungan, terutama lingkungan perairan. Bahan-bahan buangan yang dihasilkan oleh kegiatan industri dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang selanjutnya akan mengganggu atau mempengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri. Dampak dari kegiatan-kegiatan industri yang berpengaruh buruk terhadap lingkungan tersebut terutama disebabkan oleh bahan-bahan pencemar yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik industri (Suganda et al, 2003). Bahan-bahan buangan tersebut dapat mencemari udara, perairan, dan tanah (daratan) terutama pada daerah sekitar kawasan industri tersebut. Perairan di kawasan itu dapat tercemar oleh bahan-bahan industri yang sebagian besar berbentuk limbah cair maupun padat. Tidak luput dari permasalahan tersebut adalah kegiatan industri kertas. Industri ini memproduksi kertas dengan mengolah kayu atau kertas bekas sebagai bahan bakunya. Selain kertas sebagai produk yang diinginkan ikut pula bahan-bahan buangan yang dihasilkan sebagai hasil sampingan dari proses produksi. Limbah pabrik kertas yang dihasilkan dapat berupa limbah cair, limbah padat, dan limbah gas (asap). Limbah tersebut secara langsung atau tidak dapat berdampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga sudah seharusnya kegiatan industri kertas memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam proses produksinya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sayogo (1997) menyebutkan bahwa pemberian air limbah pabrik kertas hasil penyaringan dapat meningkatkan pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan panjang akar semai Sengon maupun Balsa dengan kata lain pemberian air limbah hasil penyaringan dapat meningkatkan pertumbuhan semai Sengon dan Balsa. Selanjutnya hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa air

limbah yang disaring dapat meningkatkan kualitasnya dengan semakin baik nilai pH (mendekati pH normal) dan semakin berkurangnya nilai kekeruhan (NTU). Saat ini beberapa industri kertas telah membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), seperti yang telah dilakukan PT. Kertas Padalarang yang berada di Desa Jaya Mekar, Kecamatan Padalarang. Dengan menggunakan instalasi pengolahan air limbah maka limbah yang keluar dari pabrik kertas tersebut dapat dikurangi efek pencemarannya terhadap lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan pemeriksaan kualitas air yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR) pada tahun 2010 diperoleh bahwa air limbah yang keluar dari saluran pembuangan PT. Kertas Padalarang yang telah diolah tidak melebihi nilai kadar maksimum air limbah yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor KEP-51/MENLH/10/1995. Padi merupakan tanaman yang paling banyak membutuhkan air dalam pertumbuhannya dibandingkan tanaman pangan yang dibudidayakan di lahan pertanian lainnya. Sektor pertanian memang tidak dapat dipisahkan dengan air sebagai input yang paling penting dan juga sebagai faktor pembatas yang utama. Namun karena persediaan air yang semakin berkurang sekarang ini dan akan lebih sulit didapatkan ketika musim kemarau datang. Dalam Situs Pemerintah Kabupaten Bandung Barat mengungkapkan bahwa hampir 2.000 petani di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) kehilangan mata pencaharian. Sejak dua bulan lalu hujan tak lagi turun, sehingga lahan pertanian mereka mengalami kekeringan. Luas lahan yang mengalami kekeringan diperkirakan mencapai 1.000 ha (www.bandungbaratkab.go.id). Di sisi lain, hasil pemeriksaan kualitas air oleh PUSAIR menyebutkan debit air limbah yang dikeluarkan oleh PT. Kertas Padalarang setelah melalui pengolahan cukup besar yaitu sebesar 14,6 L/detik. Dengan debit keluaran limbah yang cukup besar diharapkan air limbah tersebut dapat dijadikan alternatif lain untuk dapat dimanfaatkan sebagai air irigasi. Berangkat dari pendapat ini perlu dicoba pemanfaatan air limbah yang telah diolah, agar dapat dijadikan sebagai pengairan dan penyedia unsur hara bagi tanaman. 1. 1 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan dari penelitian ini adalah apakah penggunaan air limbah hasil pengolahan Pabrik Kertas Padalarang akan berpengaruh baik pada pertumbuhan dan hasil padi dan dapat dimanfaatkan sebagai air irigasi.

1. 2

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan air limbah Pabrik Kertas Padalarang yang telah diolah sebagai air irigasi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi varietas Ciherang. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya informasi tentang penggunaan air limbah pabrik industri kertas yang telah diolah sebagai alternatif air irigasi lahan pertanian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Air Limbah 2.1.2 Limbah Industri Kertas 2.1.3 Pengolahan Limbah Cair 2.1.4 Pemanfaatan Limbah 2.1.5 Tanaman Padi 2.1.6 Struktur Tubuh Tanaman Padi 2.2 Kerangka Pemikiran Dari sekian banyak tanaman pangan yang dibudidayakan di lahan pertanian, padi merupakan tanaman yang paling banyak membutuhkan air dalam pertumbuhannya. Sektor pertanian memang tidak dapat dipisahkan dengan air sebagai input yang paling penting dan juga sebagai faktor pembatas yang utama. Namun karena persediaan air yang semakin berkurang sekarang ini dan akan lebih sulit didapatkan ketika musim kemarau datang maka salah satu dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya kekeringan di lahan pertanian. Dalam Situs Pemerintah Kabupaten Bandung Barat diungkapkan bahwa petani di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) kehilangan mata pencaharian karena lahan pertanian mereka mengalami kekeringan semenjak dua bulan tidak terjadi hujan (www.bandungbaratkab.go.id). Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air yang dilakukan oleh PUSAIR menyebutkan debit air limbah yang dikeluarkan oleh PT. Kertas Padalarang setelah melalui pengolahan yaitu sebesar 14,6 L/detik. Dengan debit keluaran limbah yang cukup besar setiap detiknya diharapkan air limbah tersebut dapat dijadikan alternatif lain untuk dapat dimanfaatkan sebagai air irigasi. Penggunaan air limbah sebagai air irigasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain mencegah pencemaran sungai, memberikan unsur pupuk pada tanaman dan memperbaiki struktur tanah. Penggunaan air limbah sebagai air irigasi lahan pertanian telah cukup dikenal sejak limbah diketahui mempunyai unsur hara yang dapat

1. 3

menyuburkan tanah. Sayogo (1997) mengemukakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan air limbah pabrik kertas yang telah melalui proses penyaringan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Sengon dan Balsa. Sri Purwati dan Aep Surachman (2007) juga mengungkapkan hasil penelitian mereka bahwa tanaman mendong (Fimbristylis globulosa) yang tumbuh pada sistem lahan basah dengan aliran air limbah dari pabrik kertas menghasilkan pertumbuhan dengan tinggi tanaman, jumlah anakan serta berat biomassa yang lebih besar dibandingkan tanaman pada kontrol. Mereka juga mengungkapkan keunggulan pengolahan air limbah dengan sistem ini adalah kualitas tanah menjadi meningkat sehingga meningkatkan produktivitas tanaman yang tumbuh pada tanaman tersebut. Teknologi pengolahan air limbah dengan sistem lahan basah sudah diaplikasikan dibeberapa industri walaupun rancangan dan operasinya masih konvensional. Salah satu industri pulp dan kertas di Indonesia secara tidak disadari telah menerapkan pengolahan air limbahnya dengan sistem lahan basah ini. Pemanfaatan air limbah oleh masyarakat setempat untuk irigasi persawahan adalah penerapan pola lahan basah. Pemanfaatan air limbah pabrik kertas sebagai air irigasi juga sangat menguntungkan, seperti hasil penelitian UNEP-NIEM (1996) diperoleh datadata yang cukup representatif yang menunjukkan terjadi penurunan kadar pemcemar air limbah yang digunakan sebagai air irigasi yang telah melewati air persawahan. Potensi yang ada tersebut masih didukung oleh data sekunder dari para petani yang menyatakan bahwa pemanfaatan air limbah sebagai air irigasi dapat menurunkan kebutuhan pupuk hingga 25%. Berdasarkan uraian diatas, dengan berkurangnya ketersediaan air pada musim kemarau pemanfaatan air limbah dapat dijadikan alternatif sebagai air irigasi. Pemanfaatan air limbah sebagai air irigasi dapat memberikan keuntungan berupa peningkatan pertumbuhan serta produktivitas tanaman, selain itu juga dapat menurunkan kebutuhan pupuk. 2.3 Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah dengan memanfaatkan air limbah sebagai air irigasi dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan padi Ciherang berupa meningkatnya pertumbuhan serta hasil tanaman padi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan lapang akan dilakukan selama 4 bulan, yaitu tahap persiapan dilakukan selama kurang lebih 1 bulan (Juni-Juli 2011) dan tahap penanaman dilakukan selama 3 bulan (Juli - September 2011). Percobaan dilakukan pada rumah kaca di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor yang berada pada ketinggian 750-800 m di atas permukaan laut. Berdasarkan letak geografi berada pada 6,550 Lintang Selatan dan 107,200 Bujur Timur. 3.2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah : Sekop/cangkul untuk menggemburkan dan mengolah tanah. Timbangan digital untuk menimbang pupuk yang digunakan pada masa tanam dan gabah setelah panen. Pot/ember ukuran 20 liter sebagai wadah penanaman padi. Besek/nampan sebagai wadah persemaian. Gelas ukur, untuk mengukur seberapa banyak air yang diberikan. Meteran dengan panjang 100 cm dan ketelitian 1 mm, untuk mengukur tinggi tanaman. Humuditymeter untuk mengukur kelembaban udara dan suhu ruangan.

C : 50% kadar air limbah dengan ratio 2 : 2 dengan air biasa. D : 25% kadar air limbah dengan ratio 1 : 3 dengan air biasa. E : 100% air biasa sebagai kontrol. Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan, sehingga terdapat 25 satuan percobaan (25 buah pot/ember). 3.4 Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah-peubah respon yang diamati, dilakukan analisis sidik ragam pada taraf nyata 5% (selang kepercayaan 95%). Untuk melihat pengaruh perlakuan dilakukan uji F dan beda rata-rata perlakuan dilakukan uji Duncan dengan taraf nyata 5% apabila dalam sidik ragam diperoleh hasil yang berbeda nyata atau berbeda sangat nyata. 3.5 Pelaksanaan Penelitian i. Menyiapkan Pot Percobaan 1. Menyiapkan pot/ember dengan ukuran 20 liter yang sudah dimasukkan pasir dengan ketebalan lapisan 2 cm dan kemudian diberikan tanah dengan ketebalan 30 cm. 2. Menyiapkan air limbah yang diambil dari kolam terakhir Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) milik PT. Kertas Padalarang yang berada di Padalarang, Jawa Barat. Air limbah yang diambil dimasukkan ke dalam jerigen plastik, kemudian ditutup rapat-rapat ii. Pengadaan Tanaman a) Penyiapan Benih 1. Membuat larutan garam dengan indikator telur mentah, apabila telur tersebut terapung dalam larutan akan menunjukkan kadar/konsentrasi larutan garam sudah tepat. 2. Memasukkan benih ke dalam larutan garam, benih yang tenggelam merupakan benih yang terpilih dan selanjutnya akan disemaikan sedangkan yang terapung tidak akan digunakan. 3. Sebelum disemaikan, benih hasil seleksi (benih yang tenggelam dalam larutan garam) dicuci dan direndam dalam air tawar selama 48 jam lalu dianginkan selama 24 jam. b) Persemaian 1. Memasukkan tanah dengan pupuk organik/pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 ke dalam besek yang akan digunakan sebagai media semai (hingga penuh), sebelumnya besek dilapisi daun pisang yang sudah dilemaskan dan kemudian tanah disiram air supaya lembab.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Benih padi varietas Ciherang. 2. Tanah untuk media tanam merupakan tanah sawah yang diambil dari sekitar persawahan di Desa Jaya Mekar, Padalarang. 3. Air. 4. Air limbah pabrik kertas yang telah masuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). 5. Daun pisang untuk penyemaian. 6. Pupuk kompos dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, dan KCL) 7. Data hasil pemeriksaan kualitas air limbah PT. Kertas Padalarang. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor tunggal yaitu ratio air limbah dengan air biasa yang terdiri dari 5 taraf yaitu: A : 100% kadar air limbah. B : 75% kadar air limbah dengan ratio 3 : 1 dengan air biasa.

2. Menyebar benih kedalam besek kemudian tutup dengan


tanah yang dicampur dengan pupuk organik, kurang lebih setebal 1 cm 3. Penyiraman dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan bibit tanaman tetap segar. 4. Persemaian benih dilakukan selama 10 hari. iii. Penanaman 1. Penanaman bibit dilakukan 10 hari setelah persemaian. 2. Jumlah bibit per pot terdiri dari 1 bibit. 3. Penanaman bibit harus dilakukan secepat mungkin setelah persemaian (< jam). 4. Bibit ditanam dengan kedalaman dangkal yaitu sekitar 1-1,5 cm. iv. Pengolahan Tanah dan Pemupukan 1. Memasukkan pasir kedalam pot/ember dengan ketebalan lapisan setebal 2 cm. 2. Memasukkan tanah dan pupuk dasar ke dalam pot yang telah diisi pasir. Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan sebanyak 0,4 kg/pot yang diberikan seminggu sebelum tanam. Selain pupuk kandang, diberikan juga pupuk Urea, SP-36, dan KCL. Pemberian pupuk diberikan pada saat penanaman yaitu Urea sebanyak 0,8 g/tanaman, KCL sebanyak 0,5 g/tanaman, dan SP-36 sebanyak 0,7 g/tanaman. Khusus untuk pupuk urea diberikan 2 kali yaitu pada saat penanaman dan saat minggu kelima setelah tanam yaitu pada saat tanaman berumur 35 HST dengan dosis masing-masing 0,8 g/tanaman.

Pemberian Air Saat penanaman air cukup diberikan sampai kondisi yang macakmacak (tidak tergenang), penggenangan diperlukan pada saat penyiangan yaitu pada usia 10,20 HST dan setelah dilakukan penyiangan tanah tidak perlu digenangi lagi. Setelah itu pada saat tanaman berbunga perlu dilakukan penggenangan kembali sampai padi matang susu, setelah itu tanah kembali tidak digenangi hingga saat panen tiba. Penggenangan diberikan dengan ketinggian 2-3 cm. 3.6 Pengamatan 3.6.1 Pengamatan Penunjang Pengamatan dilakukan terhadap variabel-variabel sebagai berikut : 1) Hama yang menyerang tanaman

v.

Pengamatan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dilakukan setiap 2 hari sekali. Yang diamati adalah jenisnya. 2) Suhu dan kelembaban udara dalam rumah plastik Pencatatan dan pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari 3 kali, yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban adalah Humuditymeter 3.6.2 Pengamatan Utama Pengamatan yang datanya dilakukan analisis adalah sebagai berikut : a) Pengamatan Data Vegetatif Tanaman 1. Tinggi tanaman. Pengukuran dilakukan dengan mengukur tanaman dari pangkal batang sampai daun terpanjang. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu sekali, yaitu pada minggu ke-2, 4, 6, 8, dan 10. 2. Jumlah anakan per rumpun. Perhitungan dilakukan menghitung jumlah batang/anakan yang terdapat pada setiap rumpun. Perhitungan dilakukan setiap 2 minggu sekali, yaitu pada minggu ke-2, 4, 6, 8, dan 10. b) Pengamatan Pasca Panen Parameter yang diamati adalah : 1. Jumlah anakan produktif. Perhitungan dilakukan dengan menghitung jumlah batang/anakan yang menghasilkan malai pada setiap rumpun. 2. Panjang malai. Pengukuran dilakukan dilakukan dengan mengukur panjang malai dengan menggunakan penggaris dalam satuan cm dari buku malai pada 3 malai yang mewakili setiap tanaman. 3. Jumlah gabah per malai. Perhitungan dilakukan dengan menghitung jumlah gabah tiap malai pada 3 malai yang mewakili setiap tanaman dengan satuan bulir/malai. 4. Bobot 1000 butir. Bobot ini diperoleh dengan menimbang 1000 butir gabah per satuan percobaan dengan gravimetri dalam satuan gram. 5. Gabah Kering Panen (GKP). Bobot ini diperoleh dari menghitung bobot padi saat panen pada petakan yang telah dibuat. 6. Gabah Kering Giling (GKG). Bobot ini diperoleh dari menghitung bobot padi yang telah dijemur selama kurang lebih 3 hari.

Anda mungkin juga menyukai