Anda di halaman 1dari 4

Kelompok : Rohmah Anita Sari Siti Aisyah Siti Fatimah

Modifikasi Genetik Singkong untuk Meningkatkan Produksi Pati


Uzoma Ihemere, Diana Arias-Garzon, Susan Lawrence and Richard Sayre: Plant Biotechnology Journal (2006) 4, pp. 453465

Pendahuluan Pati yang diperoleh dari umbi singkong (Manihot esculenta Crantz), digunakan sebagai sumber kalori untuk tubuh. Sehingga biasanya masyarakat memanfaatkan singkong untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok. Produksi pati umbi singkong dapat diperoleh dari hasil sintesis sukrosa di dalam umbi. Pati yang dihasilkan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan aktivitas AGPase, yaitu suatu enzim yang mengkatalis proses biosintesis pati. Hal ini dapat dilakukan dengan mengekpresikan suatu gen glgC hasil modifikasi dari bakteri Escherichia coli. Aktivitas enzim AGPase dari bakteri lebih aktif dibandingkan aktivitas enzim dari umbi tanaman singkong. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan produksi pati dari singkong dengan siklus tanam yang lebih pendek. Peningkatan produksi pati dapat dilakukan dengan meningkatkan peran umbi singkong dengan cara mengekspresikan enzim pyrophosphorylase yang diperoleh dari modifikasi ADP-glukosa (AGPase) dalam gen bakteri.

Produksi singkong transgenik Embrio somatik yang diambil dari daun apikal (pucuk) singkong TMS 71173 di tanam kedalam media Agrobacterium dan ditambahkan modifikasi gen glgC yang mempunyai mutasi tunggal (G336D). Agrobacterium digunakan sebagai sel pembawa sebagai control ketahanan terhadap paromomycin. Dari hasil yang dilakukan ada 26 eksplan embrio dari 872 eksplan embrio TMS 71173 yang tahan terhadap paromomycin. Sebagai pembanding dilakukan hal yang sama untuk tanaman singkong tipe liar namun tanpa seleksi paromomycin. Pengembangbiakkan embrio singkong transgenik dan singkong tipe liar dilakukan didalam rumah kaca. Gen glgC pada tanaman yang tahan terhadap paromomycin dianalisis menggunakan PCR. Analisis PCR dilakukan untuk identifikasi gen glgC. Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa aktivitas AGPase relatif, ada 3 garis transgenik (3D-1, 3D-2 dan 3D-3) yang mewakili aktivitas maksimum dan minimum AGPase yang akan digunakan dalam analisis ini.

Analisis ekpresi gen Analisis ekpresi gen glgC untuk tanaman singkong transgenik dilakukan dengan mengunakan sampel daun, batang dan umbi singkong. Dari hasil analisis menggunakan PCR menunjukkan bahwa hanya pada umbi singkong yang positif untuk ekpresi gen glgC. Tes uji enzim AGPase dilakukan pada tanaman singkong transgenik dan singkong tipe liar yang berumur 6 bulan didalam rumah kaca. Akar tanaman transgenik memiliki aktivitas AGPase total yang lebih tinggi dan memiliki dua salinan gen glgC, sedangkan tanaman singkong tipe liar memiliki aktivitas AGPase rendah dan hanya memiliki satu salinan gen glgC. Untuk menentukan pengaruh dari ekspresi gen glgC dalam umbi dilakukan dengan mengukur berat basah dan berat kering daun, batang dan umbi dari singkong transgenik dan singkong tipe liar. Umbi singkong transgenik tipe (3D-1 dan 3D-3) memiliki berat basah dan berat kering pada akar lebih tinggi dibandingkan tipe 3D-2

dan tanaman singkong tipe liar, ini menunjukkan bahwa pada tipe (3D-1 dan 3D-3) memiliki aktivitas AGPase yang tertinggi.

Tabel 1 berat bersih dan berat kering pada singkong tipe liar dan singkong transgenik BERAT BASAH Daun (g) Pohon (g) Akar (g) 220.67 374 74.33 335 584 198.67 284.33 431.67 113.33 299 529 123. tipe liar 3D-1 3D-2 3D-3

BERAT KERING Daun (g) Pohon (g) Akar (g)

tipe liar

3D-1

3D-2

3D-3

55.1 89.69 18.9

68.55 147.78 48.23

60.4 114.02 24.89

62.45 134.4 28.52

Pati uji Analisis pati uji dilakukan dengan pewarnaan yodium pada tanaman singkong tipe liar dan singkong transgenik. Dari hasil analisis menggunakan pewarnaan yodium menunjukkan bahwa singkong transgenik memiliki distribusi pati yang sama dengan singkong tipe liar. Dari hasil ini menunjukkan bahwa pati yang dihasilkan pada umbi singkong transgenik merupakan pati yang sama dengan pati yang umumnya terkandung dalam singkong. Karena distribusi pati dari singkong transgenik dan tipe liar sama, sehingga peningkatan kadar pati umbi singkong tidak bisa dilihat dari faktor distribusi pati tapi dapat dilihat dari faktor ukuran dan berat umbi.

Pembahasan Analisis aktivitas AGPase pada umbi singkong menunjukkan bahwa aktivitas AGase tertinggi diperoleh dari singkong transgenik tipe (3D-1), yaitu mengalami peningkatan AGPase 70%. Sedangkan aktivitas AGPase terendah ditunjukkan pada tanam singkong transgenik tipe 3D-2. Tanaman singkong transgenik (3D-1 dan 3D-3) memiliki dua salinan dari gen glgC sedangkan singkong tipe liar hanya memiliki 1 salinan gen glgC. Kadar pati yang dihasilkan dipengaruhi oleh besarnya sintesis sukrosa dan tingginya proses fotosintesis. Karbohidrat yang terdapat pada umbi singkong dapat dihasilkan melaui sintesis sukrosa dan melauli hasil fotosintesis. Sehingga ada korelasi positif antara bagian daun dengan peningkatan aktivitas AGPase di akar (umbi) pada singkong transgenik .

Anda mungkin juga menyukai