Anda di halaman 1dari 35

RE V I E W J U R N A L

MANGGIS
(Garcinia mangostana)

1. Devi Yulianti (4442220027)


2. Stepiano Enriqo (4442220041)
3. Nur Aisyah K. (4442220112)
4. Vivin Safinah (4442220121)
5. Ahmad Solahudin(4442220157)

KELOMPOK 2
TOPIK UTAMA

Keberagaman Genetik Pada Tanaman


Manggis (Garcinia mangostana)
berdasarkan Uji Molekuler
Ahmad Solahudin : 4442220157

Analisis Keragaman Genetik Manggis Menggunakan Teknik Amplified


Fragment Length Polymorphism (AFLP)
Makful, S. Purnomo, dan Sunyoto
J. Hort. Vol. 20 No. 4, 2010

Pendahuluan
Manggis merupakan tanaman buah tropis yang eksotis dengan sebutan ratu dari buah-
buahan tropis. Manggis juga dikenal memiliki manfaat bagi kesehatan. Manggis termasuk dalam
famili Guttiferae dan genus Garcinia. Genus ini terbagi dalam 400 spesies . Manggis termasuk
tanaman agamospermy yang reproduksinya melalui tunas adventif proembrio jaringan ovular.
Implikasi dari sistem reproduksi aseksual yang tidak biasa tersebut, tanaman manggis
seharusnya menghasilkan buah yang berpenampilan seragam dan hanya ada satu varietas .
Namun kenyataannya dijumpai beragam bentuk, penampilan ukuran daun dan buah .
Analisis keanekaragaman genetik pada prinsipini bertujuan mengkaji komposisi genetik
individu di dalam dan atau antarpopulasi, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya modulasi atau dinamika keanekaragaman genetik dari populasi
tersebut.
BAHAN & METODE
Genom DNA diisolasi dari sembilan tanaman manggis, yaitu: 8-(Garcinia sp. manggis hutan-
1), 13-(G. mundar), 17- (Garcinia sp. manggis hutan-asam), 19-(G. mangostana Pasarminggu-2),
20-(G. mangostana Pasarminggu-1), 22-(G. mangostana Jayanti-2), 25-(G. malaccensis-Jambi), 26-
(G. malaccensis Bukit Kawang Medan PK 1), dan 27-(G. malaccensis Bukit Lang PK 2)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


Isolasi DNA
Analisis AFLP
Metode AFLP mengikuti prosedur standar AFLP analysis system I (cat.no. 10544-013) Gibco BRL
Life Technologies. Genom DNA yang berkualitas tinggi sebanyak 0,5 g dipotong dengan
sepasang enzim restriksi kemudian diligasi dengan adaptor. Pst I dan Mse I. Adaptor dan 1 unit
T4 DNA ligase kemudian ditambahkan ke dalam unit reaksi pada suhu 20°C selama 2 jam. Hasil
ligasi diencerkan 1:10 dengan buffer TE, kemudian dipakai sebagai cetakan untuk Pre-PCR.
Reaksi Pre-PCR terdiri atas 1 ng DNA terligasi, 40 ul PCR-mix, 1 x buffer PCR, dan 1 unit taq
polimerase.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil elektroforesis menunjukkan bahwa
amplifikasi pita-pita DNA dalam penelitian ini
relatif banyak . Hasil analisis tingkat kemiripan
pola pita tertera pada angka-angka pada Tabel
yang menunjukkan bahwa dari sembilan jenis
manggis yang dijadikan sampel ditemukan
adanya variasi genetik yang cukup besar. Sampel
nomor 8 dan 13 memiliki nilai matrik kesamaan
genetik yang dekat, pada analisis dendrogram
terkumpul kelompok 1, demikian pula dengan
sampel nomor 19 dan 20 dalam kelompok 2
serta sampel nomor 25, 26, dan 27 dalam
kelompok 3. Pada nilai koefisien kesamaan di
Matrik kesamaan genetik sembilan contoh manggis dengan penanda AFLP
atas 75% terkelompok menjadi tiga, yaitu
(Matric of genetic similarity of nine mangosteen samples with AFLP marker)
kelompok 1 Garcinia sp. sampel 8-, 13-, 17-,
kelompok 2 G. mangostana, sampel 19-, 20-, 22-,
dan kelompok 3 G.malaccensis sampel 25-, 26-,
dan 27-.
Lebih lanjut pada koefisien kesamaan
60%, sembilan contoh manggis
terkelompok menjadi satu (Gambar 1).

Adanya pengelompokan sembilan


aksesi manggis tersebut dengan
penanda AFLP membuktikan bahwa
tanaman apomiksis obligat

Gambar 1. UPGMA berdasarkan dendrogram sembilan contoh manggis


dengan 121 penanda AFLP (UPGMA based on dendrogram of nine
mangosteen samples with 121 AFLP marker)
juga memiliki keragaman yang cukup luas. Informasi ini dapat
dipakai sebagai acuan untuk melakukan perbaikan genus
manggis melalui program pemuliaan dengan memanfaatkan
sejumlah aksesi plasma nutfah yang ada pada koleksi sumber
daya genetik manggis.
KESIMPULAN

Dari sembilan sampel manggis yang diperoleh dari berbagai lokasi di Indonesia
ditemukan adanya keragaman genetik. Dengan menggunakan analisis klaster pada
nilai koefisien kesamaan genetik di atas 75%diperoleh tiga kelompok aksesi manggis,
yaitu kelompok 1 Garcinia sp. 18,- 13-, 17-, kelompok 2 G. 19,- 20-, 22-, dan kelompok
3 G. malaccensis sampel 25-, 26-, dan 27-, sedang pada nilai koefisien kesamaan
genetik 60% sembilan aksesi manggis terkelompok menjadi satu. Informasi variabilitas
genetik tersebut dapat dijadikan dasar bagi pemanfaatan plasma nutfah manggis
yang ada dalam program pemuliaan manggis
Nur Aisyah Khusnunnisa : 4442220112
Pengembangan Marka SSR pada Tanaman Manggis
(Garcinia mangostana L.)
Warid Ali Qosim, Sujin Patarapuwadol, dan Kazuo N. Watanabe
Jurnal Penelitian Internasional Bioteknologi. 2011. Vol. 2(1)

Pendahuluan

Manggis dibudidayakan terutama di Asia Tenggara dan memiliki variabilitas genetik yang
sangat terbatas. Oleh karena itu, informasi keragaman genetik sangat penting untuk
menentukan tahap perbaikan manggis di masa depan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penanda SSR (Simple Sequence Repeat) dari
genom manggis (Garcinia mangostana L.) menggunakan metode PCR penekan ISSR (Inter-
Simple Sequence Repeat Suppression PCR). Penanda SSR merupakan penanda kodominan
dengan polimorfisme tinggi yang memerlukan identifikasi dan pengurutan lokus SSR serta
konstruksi primer yang dapat digunakan untuk memperkuat alel.
BAHAN & METODE
Sampel daun manggis yang digunakan genotipe #G12 (Tasikmalaya); #G15
(Purwakarta); #G17 (Jambi); #G111 (Malinu Kalimantan Timur) berasal dari
Indonesia, sedangkan genotipe #G23 (Negeri Mon) berasal dari Myanmar.
Diekstraksi menggunakan prosedur CTAB termodifikasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah


Isolasi DNA
Konstruksi DNA
Kloning
Elektroforesis
HASIL DAN Sampel fragmen DNA

PEMBAHASAN
KONSTRUKSI DNA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim restriksi Rsa I
mampu mencerna fragmen DNA dua sampel dengan olesan
seragam, sedangkan enzim restriksi Dra I dan Eco RV hanya
memotong sebagian fragmen DNA.
Konsentrasi DNA genotipe #G17; #G111; dan #G23 adalah 35,3
ng/ µl; 43,9 ng/ µl; 13,9 ng/ µl masing-masing. Konsentrasi DNA
tertinggi yang terkandung dan Eco RV hanya memotong
sebagian fragmen DNA. Enzim restriksi Eco105 hanya dipotong
sebagian untuk sampel #G111, sedangkan sampel #G17 tidak
dapat dipotong (data tidak dipublikasikan). Proses isolasi DNA
manggis cukup sulit, karena daun manggis mengandung
senyawa polifenol yang tinggi. Agar ekstraksi buffer itu berada
pada sampel #G17 dan terendah pada sampel #G23
Produk PCR sekunder bersarang di Produk PCR sekunder
produk PCR primer. Setelah
dilakukan pengecekan produk PCR
sekunder dengan menggunakan
fragmen/pola DNA gel agarosa 1,5%
dari ketiga sampel menunjukkan
hampir sama.
Produk diperkuat oleh (AC)10;
(TC)6(AC)5 dan (AC)6(AG)5
digunakan untuk kloning dan
pengurutan. Visualisasi produk PCR
sekunder pada elektroforesis pada
gel agarosa 1,5 % dan selanjutnya Primer AP1 sampel #G17; #G111; # G23 dengan
menggunakan senyawa SSR (AC)10; (TC)6(AC)5; (AC)6(AG)5; M=
pita yang diperlukan dipotong
100 bp tangga
menjadi 200-700 bp.
Koloni Positif pada sampel plat #G17

Proses kloning dilakukan dengan menggunakan


vektor mudah pGEMT dan sel kompeten E. coli
strain DH5a. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa E. coli mampu membawa Fragmen DNA
melalui vektor mudah pGEMT.
Dipilih 16 koloni untuk setiap SSR. Koloni yang
ada di dalam plate dipanen dengan
menggunakan tusuk gigi dan dimasukkan ke
dalam cocktail colony PCR dengan menggunakan
forward primer M13.
PCR koloni fragmen DNA

Lima belas dari 48 koloni mengamplifikasi


fragmen pada gel agarosa 1,5% dalam
elektroforesis. Fragmen DNA dengan ukuran
berkisar antara 300 bp hingga 700 bp dipilih
dan diurutkan. Delapan dari 15 fragmen dapat
diurutkan dengan menggunakan Genetic
Analyzer 3130 (Applied Biosystem, Hitachi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel
#G17 dengan senyawa SSR (AC)10 hanya klon
4 yang positif; 6; 14; 15 dan 16 diamplifikasi
pada gel agarosa 1,5% dalam elektroforesis
KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode PCR penekan ISSR


memungkinkan untuk dengan mudah mengembangkan penanda SSR
dari genom G. mangostana
Devi Yulianti : 4442220027

Analisis Perubahan Pola Genetik Empat Generasu Mnggis ( Garcinia


mangostana L) Berdasarkan Marka ISSR
Siti Noorrohmah , Sobir dan D. Efendi
Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati 2012. Vol 11(1) : 59-66

Pendahuluan
Manggis mempunyai mekanisme reproduksi secara apomiksis. Apomiksis merupakan perbanyakan
aseksual melalui biji dimana biji terbentuk bukan merupakan hasil fertilisasi. Studi keragaman genetik
pada tanaman apomiksis dilakukan melalui dua pendekatan yaitu analisis tetua dengan progeninya dan
analisis molekuler Tanaman manggis memiliki masa juvenil yang lama. Analisis progeni sulit untuk
dilakukan sehingga analisis molekuler dijadikan sebagai alat alternatif untuk studi keragaman genetik
manggis. Penanda DNA dapat digunakan untuk membedakan keragaman secara lebih akurat salah
satunya adalah Inter Simple Sequence Repeat (ISSR).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan genetik tanaman manggis antar beberapa
generasi. Penelitian ini juga bisa memberikan informasi mengenai umur pohon manggis yang optimal
untuk dijadikan sebagai pohon induk.
BAHAN & METODE

Sampel tanaman manggis berasal dari Kecamatan Wanyasa, Kabupaten Purwakarta. Sampel
terdiri dari tiga generasi masing-masing berjumlah satu pohon. Daun yang diambil adalah daun
dari bagian yang berbeda, pada bagian ujung cabang pohon manggis yang berasal dari cabang
yang berbeda dengan pengambilan sampel berdasarkan ketinggian tanaman setengah ke
bawah (1) dan setengah ke atas (2) dan masing-masing ketinggian dibagi menjadi empat sektor
(utara, timur, selatan, barat). Umur sampel pohon induk manggis P1(±180) tahun, P2 (±150)
tahun adalah anak pohon induk P1, dan P3 (± 120) tahun adalah anak pohon induk P2

Isolasi DNA
Pemilihan Primer
Amplifikasi dan Elektroforesis
Sebanyak 10 primer terseleksi digunakan dalam mengamplifikasi DNA, yaitu: PKBT 2, PKBT 3,
PKBT 4, PKBT 5, PKBT 6, PKBT 7, PKBT 9, PKBT 11, ISSRED 14, dan ISSRED 15. Amplifikasi DNA
menggunakan mesin PCR
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis DNA berdasarkan penanda ISSR
penelitian ini menggunakan 41 sampel daun manggis berasal
dari pohon induk dan progeninya.
Amplifikasi DNA manggis Wanayasa dengan menggunakan Analisis stabilitas dan keragaman genetik antar generasi
10 primer, menghasilkan jumlah pita/sampel/primer 1. Perbandingan pohon induk P1 dengan pohon induk P2 dan P2’
bervariasi antara 2-7 pita. Jumlah pita secara keseluruhan Hasil analisis molekuler dengan menggunakan teknik ISSR
berjumlah 47 pita dengan ukuran fragmen DNA yang antara pohon induk P1 dengan progeni yang dikecambahkan 150
teramplifikasi berkisar 250-1500 bp. dan diperoleh 70.21% tahun lalu (P2) dan progeni P1 yang dikecambahkan pada saat
pola pita polimorfik dan 29.79% pola pita monomorfik penelitian (P2’) menunjukkan adanya pola genetik yang berbeda.
Perbedaan pola genetik menunjukkan terjadi perubahan genetik
antar generasi manggis.
Pada tingkat kemiripan 86%, atau terdapat keragaman 14%
terbentuk tiga kelompok besar yaitu P1 dengan P2, P1 dengan P2’,
dan P2B1. Hal ini menunjukkan ada perubahan pola genetik akibat
perbedaan umur pohon. Dendrogram tersebut juga menunjukkan
adanya keragaman genetik dalam satu pohon induk, diantara
progeni, dan antara pohon induk dengan progeni.

(Gambar 1)
2. Perbandingan pohon induk P2 dengan pohon induk P3
dan P3’
Pada tingkat kemiripan 84% atau terdapat keragaman
genetik 16%, terbentuk tiga kelompok besar yaitu P2
dengan P3, P3’, dan P3B2. Hal ini mengindikasikan
terjadi perubahan pola genetik sejalan perubahan
waktu
Berdasarkan hasil analisis kluster menunjukkan adanya
keragaman genetik dalam pohon induk P2, antar (Gambar 2)
progeni, dan pohon induk dengan progeni. P3 yang
dikecambahkan 120 tahun yang lalu cenderung memiliki
kemiripan secara genetik lebih besar dengan pohon
induknya P2 dibandingkan dengan P3’ yang
dikecambahkan saat ini.
Dendrogram tersebut juga menunjukkan bahwa P3B2
terlihat memisah dengan kelompok asalnya P3. P3B2
mengalami mutasi delesi yaitu hilangnya tiga pita yaitu (Gambar 3)
ukuran pita 1300 bp, 1100 bp, dan 850 bp
Hasil analisis di atas menunjukkan adanya
perubahan pola genetik akibat perbedaan umur
tanaman. Perbedaan umur tanaman menyebabkan
perbedaan pola kemiripan genetik antara pohon
induk dengan progeninya.
Pola keragaman genetik itu terjadi kemungkinan
(Gambar 4) disebabkan pohon induk telah mengalami
akumulasi mutasi spontan. Proses akumulasi
3. Perbandingan empat generasi spontan tersebut menyebabkan perubahan
Berdasarkan hasil analisis empat generasi (Gambar 4), mekanisme regulasi gen pada tanaman allopoliploid.
dendrogram terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu Teknik seperti ISSR ini sangat tepat digunakan
kelompok pohon induk (P1; P2; P3), seedling (P2’; P3’; P4) dan untuk mendeteksi adanya ketidakstabilan genetik
P3B2. yang diakibatkan pengaruh mutasi seperti pada
Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kemiripan P2B3. Mutasi pada P3B2 adalah mutasi delesi, yaitu
genetik antara progeni dengan induknya pada perbanyakan biji mutasi yang disebabkan hilangnya satu atau lebih
apomiksis sebaiknya digunakan pohon induk dengan perkiraan nukleotida dari suatu gen atau kromosom. Mutasi
umur pohon induk tidak melebihi 120 tahun yang terjadi pada P3B2 berada di daerah non koding
P3B2 terlihat membentuk kluster sendiri. P3B2 mengalami region sehingga secara fenotipik tidak dapat
mutasi delesi yaitu hilangnya tiga pita ukuran 1300bp, 1100 bp, terdeteksi.
dan 850 bp (Gambar 3). Mutasi ini terjadi pada daerah non
koding region sehingga secara fenotipik tidak bisa terdeteksi
KESIMPULAN

Terdapat keragaman genetik pada manggis yang berbeda umur. Perbedaan


umur pohon menyebabkan perubahan pola genetik antar pohon induk
dengan progeninya. Pohon manggis yang memiliki umur lebih tua cenderung
lebih beragam.
Vivin Safinah (4442220121)

Analisis keragaman genetik manggis (Garcinia mangostana) diiradiasi dengan sinar


gamma berdasarkan penanda ISSR
Alfin Widiastuti, Sobir dan Muh. R. Suhartanto
Jurnal Bioteknologi 2013, Vol.10(1): 15-22

Pendahuluan
Tanaman manggis merupakan jenis tanaman dengan masa juvenil yang sangat panjang, dimana lambatnya
pertumbuhan diantaranya disebabkan oleh buruknya sistem perakaran, penyerapan hara dan air lambat, rendahnya
laju fotosintesis dan rendahnya laju pembelahan sel pada meristem pucuk.
Radiasi adalah penyinaran dengan sinar radioaktif yang dapat menimbulkan mutasi. Radiasi energi tinggi biasanya
merupakan bentuk-bentuk yang melepaskan tenaga dalam jumlah besar dan kadang-kadang disebut radisi ionisasi
karena ion-ion dihasilkan dalam bahan yang ditembus oleh energi tersebut. Mutasi dengan radisi dapat meningkatkan
variasi genetik. Sel yang dapat bertahan hidup dengan baik sesudah penyinaran akan mengalami beberapa perubahan
secara fisiologis atau genetik. Perubahan ini dapat menghasilkan tanaman yang berpenampilan lebih baik (tanaman
unggul) dari sebelumnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan variasi genetik dalam manggis berdasarkan pola pita
ISSR dari penanda sebagai respon terhadap beberapa dosis iradiasi sinar gamma.
BAHAN & METODE
Daftar primer ISSR (inter simple squence repeat) yang
digunakan untuk analisis keragaman genetik manggis.
Biji manggis yang telah diekstraksi dan dibersihkan,
selanjutnya dipisah-pisah untuk dibagi ke dalam dua
kelompok. Kelompok 1 (percobaan 1) biji dibelah
setelah dilakukan perlakuan radiasi dan kelompok 2
(percobaan 2) biji dibelah sebelum dilakukan
perlakuan radiasi. Biji yang telah diradiasi ditanam
dalam polibag ukuran 10x15 cm sesuai dengan
perlakuan masing-masing.
Analisis molekuler ISSR dengan bahan yang digunakan
diantaranya daun manggis yang masih muda.
Sebanyak 0.2 g dan daun tersebut digunakan untuk
ekstraksi genomik DNA menggunakan metode CTAB.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil amplifikasi DNA Hasil amplifikasi DNA
manggis dengan primer manggis dengan primer
PKBT5 KBT2
Tabel Keberagaman genetik kerabat rambutan liar
berdasarkan marka SSR

Hasil amplifikasi DNA Hasil amplifikasi DNA


manggis dengan primer manggis dengan primer
PKBT3 PKBT6
Ukuran pita DNA manggis yang diamplifikasi berkisar antara
250-2000 bp. Pada penelitian ini digunakan jenis primer ISSR
yang termasuk primer mikrosatelit yaitu primer yang didesain
dari daerah mikrosatelit yang merupakan sekuen berulang.
Jumlah pita yang dihasilkan oleh setiap primer tergantung pada
sebaran situs yang homolog dengan sekuen primer di daerah
mikrosatelit. Salah satu sifat penting dari sekuen berulang ini
adalah memiliki kecenderungan untuk mutasi yang lebih tinggi
dibandingkan yang lain dan biasanya menyebabkan perubahan
susunan panjangnya.
Dendogram tanaman manggis tanpa perlakuan sinar gamma Tanaman yang tidak mendapatkan
berdasarkan pola pita DNA ISSR.
iradiasi sinar gamma terbagi menjadi
dua kelompok yaitu tanaman yang
berasal dari biji utuh dan tanaman yang
berasal dari biji yang dibelah menjadi
dua sama besar. Nilai kemiripan pada
tanaman yang tidak mendapat
perlakuan iradiasi sinar gamma
berkisar antara 80-93%

Dendogram tanaman manggis hasil iradisi sinar gamma


berdasarkan pola pita DNA ISSR.
Pada tanaman yang mendapatkan
Iradiasi sinar gamma mendapat nilai
krmiripan berkisar antara 77 - 95%.
Pada penelitian ini, dijumpai satu
tanaman hasil iradiasi sinar gamma
yang memiliki kemiripan 95% dengan
tanaman kontrol.
KESIMPULAN

Pada penelitian ini dihasilkan bahwa Induksi


iradiasi sinar gamma dapat meningkatkan
keragaman genetik manggis. Berdasarkam marka
ISSR keragaman genetik akibat iradiasi sinar
gamma meningkat sebesar 5% dibandingkan
tanpa iradiasi.
Stepiano Enriqo (4442220041)

KEANEKARAGAMAN GENETIK MANGGIS


(GARCINIA MANGOSTANAL L.)
PULAU BENGKALIS MENGGUNAKAN PENANDA ISSR
Fitmawati, Ninik Nihayatul Wahibah dan Risa aryantri

Pendahuluan

Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk salah satu buah tropik yang disenangi, baik di dalam maupun
di luar negeri karena kelezatan rasa, tekstur dan kecantikan buahnya, sehingga dijuluki Queen of tropical
fruit Penanda ISSR memiliki beberapa keunggulan, yaitu sangat polimorfik bahkan untuk spesies yang
berkerabat dekat (mampu mendeteksi variasi genetik dalam level sangat rendah), memerlukan DNA
dalam jumlah kecil, bersifat universal, kodominan, mudah dalam penggunaan, tingkat keberhasilan
tinggi dan tidak perlu lebih dahulu mengetahui susunan basa (sequence) dari genom tanaman
BAHAN & METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah


1. Ekstrasi DNA: Metode ekstraksi DNA yang dilakukan yaitu menggunakan CTAB 10%
dengan penambahan β-mercapto
2. Amplifikasi PCR, Elektroforesis dan Dokumentasi Hasil PCR: Amplifikasi DNA
menggunakan mesin PCR (MultiGene labnet), sebanyak 35 siklus setelah pra PCR selama 1
menit 940C. Setiap siklus terdiri dari 1 menit 940C untuk denaturasi, 1 menit 52-540C untuk
penempelan primer, 1 menit 720C untuk pemanjangan fragmen DNA dan selanjutnya
ekstensi 4 menit 720
3. Analisis Similaritas dan Analisis Klaster: Analisis similaritas data molekuler dilakukan
dengan prosedur yang sama dengan data morfologi yaitu menggunakan prosedur
SIMQUAL pada program NTSYS (Numerical Taxonomy and Multivariate System) versi 2.01
Hasil Amplifikasi DNA dengan
HASIL DAN Menggunakan Penanda Molekuler ISSR

PEMBAHASAN
Hasil elektroforensis dari hasil amplifikasi DNA
manggis

Hasil amplifikasi DNA menggunakan 2 primer


ISSR menunjukkan bahwa jumlah dan intesitas
pita DNA yang dihasilkan oleh setiap primer ISSR
bervariasi.
Tingkat polimorfisme manggis dengan penanda
ISSR dalam penelitian ini lebih rendah (57.14%)
jika dibandingkan dengan menggunakan penanda
lain seperti RAPD (82.35%) dan AFLP (100%)
Analisis Similaritas 13 aksesi Manggis Bengkalis
Analisis klaster dilakukan untuk mengelompokkan
Berdasarkan Pita ISSR
13 aksesi manggis Bengkalis berdasarkan tingkat
kemiripan yang menghasilkan dendrogram dengan
koefisien kemiripan berkisar antara 0.63−0.94
(63−94%) atau terdapat keanekaragaman genetik
sebesar 6−0.37 (6−37%)

Berdasarkan dendrogram di atas dapat dilihat


bahwa pengelompokan 13 aksesi manggis
Bengkalis memiliki tingkat kemiripan sebesar 63-
94%. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan pengelompokan yang diperoleh Mansyah
(2003) pada manggis di Jawa dan Sumatera Barat
dengan menggunakan RAPD (tingkat kemiripan
73-100%) dan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan pengelompokan yang diperoleh Mansyah
(2010) pada 23 manggis wilayah Sumatera dengan
ISSR (tingkat kemiripan 44-96%).
Keragaman genetik yang ditemukan pada tanaman apomiktik
manggis diduga akibat proses persilangan yang terjadi secara
berulang dengan beberapa genotipe tetua manggis. Variabilitas
genetik pada tanaman apomiksis dianggap sebagai hasil dari variasi
somaklonal, autosegregasi, pindah silang somatik, amplifikasi atau
hilangnya materi DNA, penyusunan kembali kromosom dan aktivitas
transposon
KESIMPULAN

Amplifikasi DNA dengan 6 primer ISSR menghasilkan 49 pita DNA yang


bervariasi (300-1125 pb) terdiri atas 28 pita polimorfik dan 21 pita
monomorfik. Hasil penelitian ini menunjukan variabilitas genetik yang cukup
tinggi berdasarkan analisis klaster yang membentuk 2 klaster utama dengan
koefisien kemiripan berkisar 63-94% dan keanekaragaman genetik 6-37%.
Analisis komponen utama berdasarkan pita DNA ISSR dan kombinasi data
morfologi dengan molekuler menunjukkan persentase keanekaragaman
yang tinggi 96% dan 90% pada 49 dan 152 karakter.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai