MANGGIS
(Garcinia mangostana)
KELOMPOK 2
TOPIK UTAMA
Pendahuluan
Manggis merupakan tanaman buah tropis yang eksotis dengan sebutan ratu dari buah-
buahan tropis. Manggis juga dikenal memiliki manfaat bagi kesehatan. Manggis termasuk dalam
famili Guttiferae dan genus Garcinia. Genus ini terbagi dalam 400 spesies . Manggis termasuk
tanaman agamospermy yang reproduksinya melalui tunas adventif proembrio jaringan ovular.
Implikasi dari sistem reproduksi aseksual yang tidak biasa tersebut, tanaman manggis
seharusnya menghasilkan buah yang berpenampilan seragam dan hanya ada satu varietas .
Namun kenyataannya dijumpai beragam bentuk, penampilan ukuran daun dan buah .
Analisis keanekaragaman genetik pada prinsipini bertujuan mengkaji komposisi genetik
individu di dalam dan atau antarpopulasi, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya modulasi atau dinamika keanekaragaman genetik dari populasi
tersebut.
BAHAN & METODE
Genom DNA diisolasi dari sembilan tanaman manggis, yaitu: 8-(Garcinia sp. manggis hutan-
1), 13-(G. mundar), 17- (Garcinia sp. manggis hutan-asam), 19-(G. mangostana Pasarminggu-2),
20-(G. mangostana Pasarminggu-1), 22-(G. mangostana Jayanti-2), 25-(G. malaccensis-Jambi), 26-
(G. malaccensis Bukit Kawang Medan PK 1), dan 27-(G. malaccensis Bukit Lang PK 2)
Dari sembilan sampel manggis yang diperoleh dari berbagai lokasi di Indonesia
ditemukan adanya keragaman genetik. Dengan menggunakan analisis klaster pada
nilai koefisien kesamaan genetik di atas 75%diperoleh tiga kelompok aksesi manggis,
yaitu kelompok 1 Garcinia sp. 18,- 13-, 17-, kelompok 2 G. 19,- 20-, 22-, dan kelompok
3 G. malaccensis sampel 25-, 26-, dan 27-, sedang pada nilai koefisien kesamaan
genetik 60% sembilan aksesi manggis terkelompok menjadi satu. Informasi variabilitas
genetik tersebut dapat dijadikan dasar bagi pemanfaatan plasma nutfah manggis
yang ada dalam program pemuliaan manggis
Nur Aisyah Khusnunnisa : 4442220112
Pengembangan Marka SSR pada Tanaman Manggis
(Garcinia mangostana L.)
Warid Ali Qosim, Sujin Patarapuwadol, dan Kazuo N. Watanabe
Jurnal Penelitian Internasional Bioteknologi. 2011. Vol. 2(1)
Pendahuluan
Manggis dibudidayakan terutama di Asia Tenggara dan memiliki variabilitas genetik yang
sangat terbatas. Oleh karena itu, informasi keragaman genetik sangat penting untuk
menentukan tahap perbaikan manggis di masa depan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penanda SSR (Simple Sequence Repeat) dari
genom manggis (Garcinia mangostana L.) menggunakan metode PCR penekan ISSR (Inter-
Simple Sequence Repeat Suppression PCR). Penanda SSR merupakan penanda kodominan
dengan polimorfisme tinggi yang memerlukan identifikasi dan pengurutan lokus SSR serta
konstruksi primer yang dapat digunakan untuk memperkuat alel.
BAHAN & METODE
Sampel daun manggis yang digunakan genotipe #G12 (Tasikmalaya); #G15
(Purwakarta); #G17 (Jambi); #G111 (Malinu Kalimantan Timur) berasal dari
Indonesia, sedangkan genotipe #G23 (Negeri Mon) berasal dari Myanmar.
Diekstraksi menggunakan prosedur CTAB termodifikasi.
PEMBAHASAN
KONSTRUKSI DNA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim restriksi Rsa I
mampu mencerna fragmen DNA dua sampel dengan olesan
seragam, sedangkan enzim restriksi Dra I dan Eco RV hanya
memotong sebagian fragmen DNA.
Konsentrasi DNA genotipe #G17; #G111; dan #G23 adalah 35,3
ng/ µl; 43,9 ng/ µl; 13,9 ng/ µl masing-masing. Konsentrasi DNA
tertinggi yang terkandung dan Eco RV hanya memotong
sebagian fragmen DNA. Enzim restriksi Eco105 hanya dipotong
sebagian untuk sampel #G111, sedangkan sampel #G17 tidak
dapat dipotong (data tidak dipublikasikan). Proses isolasi DNA
manggis cukup sulit, karena daun manggis mengandung
senyawa polifenol yang tinggi. Agar ekstraksi buffer itu berada
pada sampel #G17 dan terendah pada sampel #G23
Produk PCR sekunder bersarang di Produk PCR sekunder
produk PCR primer. Setelah
dilakukan pengecekan produk PCR
sekunder dengan menggunakan
fragmen/pola DNA gel agarosa 1,5%
dari ketiga sampel menunjukkan
hampir sama.
Produk diperkuat oleh (AC)10;
(TC)6(AC)5 dan (AC)6(AG)5
digunakan untuk kloning dan
pengurutan. Visualisasi produk PCR
sekunder pada elektroforesis pada
gel agarosa 1,5 % dan selanjutnya Primer AP1 sampel #G17; #G111; # G23 dengan
menggunakan senyawa SSR (AC)10; (TC)6(AC)5; (AC)6(AG)5; M=
pita yang diperlukan dipotong
100 bp tangga
menjadi 200-700 bp.
Koloni Positif pada sampel plat #G17
Pendahuluan
Manggis mempunyai mekanisme reproduksi secara apomiksis. Apomiksis merupakan perbanyakan
aseksual melalui biji dimana biji terbentuk bukan merupakan hasil fertilisasi. Studi keragaman genetik
pada tanaman apomiksis dilakukan melalui dua pendekatan yaitu analisis tetua dengan progeninya dan
analisis molekuler Tanaman manggis memiliki masa juvenil yang lama. Analisis progeni sulit untuk
dilakukan sehingga analisis molekuler dijadikan sebagai alat alternatif untuk studi keragaman genetik
manggis. Penanda DNA dapat digunakan untuk membedakan keragaman secara lebih akurat salah
satunya adalah Inter Simple Sequence Repeat (ISSR).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan genetik tanaman manggis antar beberapa
generasi. Penelitian ini juga bisa memberikan informasi mengenai umur pohon manggis yang optimal
untuk dijadikan sebagai pohon induk.
BAHAN & METODE
Sampel tanaman manggis berasal dari Kecamatan Wanyasa, Kabupaten Purwakarta. Sampel
terdiri dari tiga generasi masing-masing berjumlah satu pohon. Daun yang diambil adalah daun
dari bagian yang berbeda, pada bagian ujung cabang pohon manggis yang berasal dari cabang
yang berbeda dengan pengambilan sampel berdasarkan ketinggian tanaman setengah ke
bawah (1) dan setengah ke atas (2) dan masing-masing ketinggian dibagi menjadi empat sektor
(utara, timur, selatan, barat). Umur sampel pohon induk manggis P1(±180) tahun, P2 (±150)
tahun adalah anak pohon induk P1, dan P3 (± 120) tahun adalah anak pohon induk P2
Isolasi DNA
Pemilihan Primer
Amplifikasi dan Elektroforesis
Sebanyak 10 primer terseleksi digunakan dalam mengamplifikasi DNA, yaitu: PKBT 2, PKBT 3,
PKBT 4, PKBT 5, PKBT 6, PKBT 7, PKBT 9, PKBT 11, ISSRED 14, dan ISSRED 15. Amplifikasi DNA
menggunakan mesin PCR
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis DNA berdasarkan penanda ISSR
penelitian ini menggunakan 41 sampel daun manggis berasal
dari pohon induk dan progeninya.
Amplifikasi DNA manggis Wanayasa dengan menggunakan Analisis stabilitas dan keragaman genetik antar generasi
10 primer, menghasilkan jumlah pita/sampel/primer 1. Perbandingan pohon induk P1 dengan pohon induk P2 dan P2’
bervariasi antara 2-7 pita. Jumlah pita secara keseluruhan Hasil analisis molekuler dengan menggunakan teknik ISSR
berjumlah 47 pita dengan ukuran fragmen DNA yang antara pohon induk P1 dengan progeni yang dikecambahkan 150
teramplifikasi berkisar 250-1500 bp. dan diperoleh 70.21% tahun lalu (P2) dan progeni P1 yang dikecambahkan pada saat
pola pita polimorfik dan 29.79% pola pita monomorfik penelitian (P2’) menunjukkan adanya pola genetik yang berbeda.
Perbedaan pola genetik menunjukkan terjadi perubahan genetik
antar generasi manggis.
Pada tingkat kemiripan 86%, atau terdapat keragaman 14%
terbentuk tiga kelompok besar yaitu P1 dengan P2, P1 dengan P2’,
dan P2B1. Hal ini menunjukkan ada perubahan pola genetik akibat
perbedaan umur pohon. Dendrogram tersebut juga menunjukkan
adanya keragaman genetik dalam satu pohon induk, diantara
progeni, dan antara pohon induk dengan progeni.
(Gambar 1)
2. Perbandingan pohon induk P2 dengan pohon induk P3
dan P3’
Pada tingkat kemiripan 84% atau terdapat keragaman
genetik 16%, terbentuk tiga kelompok besar yaitu P2
dengan P3, P3’, dan P3B2. Hal ini mengindikasikan
terjadi perubahan pola genetik sejalan perubahan
waktu
Berdasarkan hasil analisis kluster menunjukkan adanya
keragaman genetik dalam pohon induk P2, antar (Gambar 2)
progeni, dan pohon induk dengan progeni. P3 yang
dikecambahkan 120 tahun yang lalu cenderung memiliki
kemiripan secara genetik lebih besar dengan pohon
induknya P2 dibandingkan dengan P3’ yang
dikecambahkan saat ini.
Dendrogram tersebut juga menunjukkan bahwa P3B2
terlihat memisah dengan kelompok asalnya P3. P3B2
mengalami mutasi delesi yaitu hilangnya tiga pita yaitu (Gambar 3)
ukuran pita 1300 bp, 1100 bp, dan 850 bp
Hasil analisis di atas menunjukkan adanya
perubahan pola genetik akibat perbedaan umur
tanaman. Perbedaan umur tanaman menyebabkan
perbedaan pola kemiripan genetik antara pohon
induk dengan progeninya.
Pola keragaman genetik itu terjadi kemungkinan
(Gambar 4) disebabkan pohon induk telah mengalami
akumulasi mutasi spontan. Proses akumulasi
3. Perbandingan empat generasi spontan tersebut menyebabkan perubahan
Berdasarkan hasil analisis empat generasi (Gambar 4), mekanisme regulasi gen pada tanaman allopoliploid.
dendrogram terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu Teknik seperti ISSR ini sangat tepat digunakan
kelompok pohon induk (P1; P2; P3), seedling (P2’; P3’; P4) dan untuk mendeteksi adanya ketidakstabilan genetik
P3B2. yang diakibatkan pengaruh mutasi seperti pada
Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kemiripan P2B3. Mutasi pada P3B2 adalah mutasi delesi, yaitu
genetik antara progeni dengan induknya pada perbanyakan biji mutasi yang disebabkan hilangnya satu atau lebih
apomiksis sebaiknya digunakan pohon induk dengan perkiraan nukleotida dari suatu gen atau kromosom. Mutasi
umur pohon induk tidak melebihi 120 tahun yang terjadi pada P3B2 berada di daerah non koding
P3B2 terlihat membentuk kluster sendiri. P3B2 mengalami region sehingga secara fenotipik tidak dapat
mutasi delesi yaitu hilangnya tiga pita ukuran 1300bp, 1100 bp, terdeteksi.
dan 850 bp (Gambar 3). Mutasi ini terjadi pada daerah non
koding region sehingga secara fenotipik tidak bisa terdeteksi
KESIMPULAN
Pendahuluan
Tanaman manggis merupakan jenis tanaman dengan masa juvenil yang sangat panjang, dimana lambatnya
pertumbuhan diantaranya disebabkan oleh buruknya sistem perakaran, penyerapan hara dan air lambat, rendahnya
laju fotosintesis dan rendahnya laju pembelahan sel pada meristem pucuk.
Radiasi adalah penyinaran dengan sinar radioaktif yang dapat menimbulkan mutasi. Radiasi energi tinggi biasanya
merupakan bentuk-bentuk yang melepaskan tenaga dalam jumlah besar dan kadang-kadang disebut radisi ionisasi
karena ion-ion dihasilkan dalam bahan yang ditembus oleh energi tersebut. Mutasi dengan radisi dapat meningkatkan
variasi genetik. Sel yang dapat bertahan hidup dengan baik sesudah penyinaran akan mengalami beberapa perubahan
secara fisiologis atau genetik. Perubahan ini dapat menghasilkan tanaman yang berpenampilan lebih baik (tanaman
unggul) dari sebelumnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan variasi genetik dalam manggis berdasarkan pola pita
ISSR dari penanda sebagai respon terhadap beberapa dosis iradiasi sinar gamma.
BAHAN & METODE
Daftar primer ISSR (inter simple squence repeat) yang
digunakan untuk analisis keragaman genetik manggis.
Biji manggis yang telah diekstraksi dan dibersihkan,
selanjutnya dipisah-pisah untuk dibagi ke dalam dua
kelompok. Kelompok 1 (percobaan 1) biji dibelah
setelah dilakukan perlakuan radiasi dan kelompok 2
(percobaan 2) biji dibelah sebelum dilakukan
perlakuan radiasi. Biji yang telah diradiasi ditanam
dalam polibag ukuran 10x15 cm sesuai dengan
perlakuan masing-masing.
Analisis molekuler ISSR dengan bahan yang digunakan
diantaranya daun manggis yang masih muda.
Sebanyak 0.2 g dan daun tersebut digunakan untuk
ekstraksi genomik DNA menggunakan metode CTAB.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil amplifikasi DNA Hasil amplifikasi DNA
manggis dengan primer manggis dengan primer
PKBT5 KBT2
Tabel Keberagaman genetik kerabat rambutan liar
berdasarkan marka SSR
Pendahuluan
Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk salah satu buah tropik yang disenangi, baik di dalam maupun
di luar negeri karena kelezatan rasa, tekstur dan kecantikan buahnya, sehingga dijuluki Queen of tropical
fruit Penanda ISSR memiliki beberapa keunggulan, yaitu sangat polimorfik bahkan untuk spesies yang
berkerabat dekat (mampu mendeteksi variasi genetik dalam level sangat rendah), memerlukan DNA
dalam jumlah kecil, bersifat universal, kodominan, mudah dalam penggunaan, tingkat keberhasilan
tinggi dan tidak perlu lebih dahulu mengetahui susunan basa (sequence) dari genom tanaman
BAHAN & METODE
PEMBAHASAN
Hasil elektroforensis dari hasil amplifikasi DNA
manggis