Anda di halaman 1dari 15

Topik 1.

Pematahan Dormansi Biji


Tujuan:

- Menganalisis dampak pemberian perlakuan mekanik, fitohormon dan enzim amilase pada
pematahan dormansi biji
- Menganalisis hubungan perlakuan terbaik terhadap pematahan dormansi biji

Dasar Teori:

Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah perkecambahan pada
waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu biji mempertahankan diri terhadap
kondisi yang tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang panas, dingin, kekeringan dan lain-lain.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dormansi merupakan mekanisme biologis untuk menjamin
perkecambahan biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk mendukung pertumbuhan
yang tepat. Dormansi pada benih berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa
tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Dormansi merupakan masa istirahat
biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari
dalam dan luar biji. Faktor yang mempengaruhi dormansi biji yakni internal dan eksternal. Faktor
eksternal dipengaruhi oleh cahaya, suhu,dan kurangnya air. Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam tubuh biji itu sendiri yaitu kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor
(penghambar), dan rendahnya zat perangsang tumbuh.
Bahan dan Alat

- Biji semangka - Biji kacang hijau


- Biji salak - Larutan GA3 30 ppm dan 60 ppm
- Biji sirsak - Gelas plastik
- Biji jeruk - Kertas pasir/ kertas amplas
- Biji jagung - Pinset
- Biji tomat - Kapas

Prosedur Kerja:

1. Buah yang telah masak fisiologis dikupas dan dikeluarkan bijinya. (kecuali untuk perlakuan
amilase)
2. Perlakuan mekanik :
a. Amplas: permukaan biji diamplas menggunakan kertas pasir seluruhnya (100%) dan
sebagian atau kira-kira 50% dari permukaan biji. Serpihan kulit biji dibersihkan dan biji
diletakkan dalam wadah plastik yang telah dialasi kapas basah.
b. Kepruk: Biji keras diletakkan diantara 2 lapisan kertas tisu yang agak tebal. Kulit biji
dipecahkan kulitnya dengan cara dipukul menggunakan alat kayu yang cukup berat
seperti sendok nasi kayu, ulekan kayu, atau penggilas adonan. Biji kemudian diletakkan
dalam wadah plastik yang telah dialasi kapas basah.
c. Kupas: Kulit biji dikuas dengan tangan secara hati-hati2 sehingga tidak merusak
kotiledon atau embrio. Biji kemudian diletakkan dalam wadah plastik yang telah dialasi
kapas basah.
3. Perlakuan fitohormon: biji direndam dalam larutan fitohormon Gibberellin (GA3) dengan
konsentrasi 30 ppm dan 60 ppm selama 10-15 menit. Biji diangkat dan ditiriskan kemudian
diletakkan dalam wadah plastik yang telah dialasi kapas basah.
4. Perlakukan enzim amilase: daging buah dimakan dan biji dikulum selama +/- 1 menit kemudian
diletakkan dalam wadah plastik yang telah dialasi kapas basah.
5. Perlakuan kontrol: Biji dibasahi dan diletakkan dalam wadah plastik yang telah dialasi kapas
basah.
6. Berikut adalah pembagian perlakuan untuk masing-masing biji:
Jenis Biji Perlakuan
Kontrol Amplas Amplas Kepruk Amilase Kupas GA3 30 GA3 60
100% 50% ppm ppm
Semangka *      
Salak *      
Sirsak      
Jeruk      
Jagung      
Tomat    
Kacang      
hijau
(*) jika jumlah biji terbatas maka diambil data kelas, masing-masing kelompok bertugas untuk 1 perlakuan
dgn 2-3 ulangan.
7. Masing-masing wadah dilabeli jenis biji dan perlakuannya dan diletakkan di tempat dengan
pencahayaan seragam.
8. Diamati dan didokumentasikan jumlah biji yang berkecambah tiap 2 hari selama 2 minggu. Hasil
pengamatan dideskripsikan dan dicatat pada lembar pengamatan sementara.

Tabel Pengamatan Perkecambahan biji akibat perlakuan mekanik, fitohormon dan enzim

Jenis Biji Perlakuan Jumlah kecambah berkecambah hari ke -


0 2 4 6 8 10 12 14
Semangka Kontrol
Amplas 100%
GA3 30 ppm
GA3 60 ppm
Kepruk
Amilase
Salak Kontrol
Amplas 100%
Amplas 50%
GA3 30 ppm
GA3 60 ppm
Amilase
Sirsak Kontrol
Amplas 100%
Amplas 50%
GA3 30 ppm
GA3 60 ppm
Amilase
Jeruk Kontrol
Kepruk
Amilase
Kupas
GA3 30 ppm
GA3 60 ppm
Jagung Kontrol
Kepruk
Amilase
Kupas
GA3 30 ppm
GA3 60 ppm
Tomat Kontrol
Kupas
GA3 30 ppm
GA3 60 ppm
Kacang Kontrol
hijau Kepruk
Amilase
Kupas
GA3 30 ppm
GA3 60 ppm
Topik 2. Transpirasi dan Transport melalui Xylem.

Tujuan:

1. Mengetahui transpirasi berdasarkan penyerapan air oleh xylem


2. Mengetahui transport berdasarkan penyerapan air oleh xylem

Dasar Teori:

Stomata pada permukaan daun menyebabkan labirin ruang udara internal yang
mengekspos sel mesofil ke CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Udara di ruang-ruang ini
jenuh dengan uap air karena bersentuhan dengan dinding sel yang lembab. Hampir setiap
hari, udara di luar daun lebih kering; yaitu, ia memiliki potensi air yang lebih rendah daripada
udara di dalamnya dedaunan. Oleh karena itu, uap air di ruang udara daun berdifusi menuruni
gradien potensial airnya dan keluar dari daun melalui stomata. Kehilangan uap air ini melalui
difusi dan penguapan yang kita sebut transpirasi.
Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula, dan lentisel. Di samping
mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula
mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi, melalui
alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun
yang sering kita jumpai pada spesies tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan transpirasi,
organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena
berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur
suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan
penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun.
Sel-sel di dekat ujung akar sangat penting karena sebagian besar penyerapan air dan
mineral terjadi di sana. Di wilayah ini, sel-sel epidermis permeabel terhadap air, dan banyak
yang berdiferensiasi menjadi akar rambut, sel-sel yang dimodifikasi yang bertanggung jawab
atas sebagian besar penyerapan air oleh akar. Rambut akar menyerap larutan tanah, yang
terdiri dari molekul air dan ion mineral terlarut yang tidak terikat erat pada partikel tanah. Air
dan mineral yang mengalir dari tanah ke akar korteks tidak dapat diangkut ke seluruh
tanaman sampai mereka memasuki xilem silinder vaskular. Endodermis, lapisan sel terdalam
di korteks akar, berfungsi sebagai pos pemeriksaan terakhir untuk jalur selektif mineral dari
korteks ke dalam silinder vaskular. Mineral yang sudah berada di simplas ketika mencapai
endodermis berlanjut melalui plasmodesmata endodermal sel dan masuk ke dalam silinder
vaskular.
Bahan dan alat:

- Tanaman bayam tanah


- Neraca semi analitik
- Kertas HVS 80 gram atau kertas manila
- Plastik hitam
- Botol minuman transparan (contoh; Botol Floridina)
- Plastisin
- Kardus Aqua
- Jangka sorong
- Pisau cutter atau silet
- Pewarna makanan Merah Cabai
- Air keran

Prosedur Kerja:

1. Disiapkan 5 tanaman bayam dengan diameter batang dan jumlah daun yang sama (usahakan
ukurannya seragam)
2. Dipotong bagian batang bawahnya sehingga panjang batangnya seragam (+/- 20 cm)
3. Masukkan 100 ml air dan ditambahkan pewarna makanan sebanyak 5 tetes.
4. Batang bayam dimasukkan ke dalam botol dan mulut daun disumbat dengan plastisin
5. Botol kemudian dibungkus dengan plastik hitam untuk mengurangi pengaruh cahaya.
6. Rangkaian tersebut diberi label dan perlakuan seperti berikut
a. Control
b. Kondisi Terang (Cahaya matahari atau lampu LED)
c. Kondisi Gelap (di dalam kardus Aqua gelas)
d. Berangin (dengan kipas angin)
7. Rangkaian botol dan tanaman yang telah disiapkan ditimbang dan dicatat beratnya pada
menit ke- 0, 15, 30, 45.
8. Setelah 45 menit perlakuan, tanaman dikeluarkan dari botol dan dipangkas daunnya.
9. Dibuat dan dipotong pola bentuk daun pada kertas HVS sesuai dengan masing-masing
helaian daun pada tiap perlakukan.
10. Potongan kertas ditimbang massanya dan dibandingkan dengan acuan massa potongan
kertas ukuran 1x1 cm dan 10x10 cm, sehingga diperoleh luas area daun.
11. Batang tanaman dipotong tipis-tipis mulai dari bagian pucuk secara bertahap untuk
mengetahui jarak transport air kedalam batang melalui xylem akibat transpirasi.
12. Penampang batang yang tampak diamati apakah warna merah sudah masuk sampai ke
berkas pembuluh batang.
13. Batang terus diiris tipis sampai dapat diamati bagian berkas pembuluh batang yang
berwarna merah.
14. Sisa batang yang belum terpotong diukur menggunakan jangka sorong dan dicatat.
15. Irisan dengan berkas pembuluh berwarna merah diamati melalui mikroskop dan difoto.
16. Hasil pengamatan dicatat pada tabel pengamatan.

Tabel 1. Pengamatan laju transpirasi pada tanaman bayam

Perlakuan Waktu Berat awal Berat Akhir Selisih Laju Rata-rata


(menit) (g) (g) berat(g) transpirasi laju
transpirasi
Kontrol 0
15
30
45
Berangin 0
15
30
45
Terang 0
15
30
45
Gelap 0
15
30
45

Tabel 2. Hasil Pengukuran Luas Area Daun

Perlakuan Berat Kertas Pola (gram) Luas Area Daun (cm2)


Kontrol
Berangin
Terang
Gelap
Berat kertas acuan:

- Ukuran 1x1 cm2 = gram


- Ukuran 10x10 cm2 = gram

Tabel 3. Pengukuran transport air melalui Xylem

Perlakuan Jarak transport air dari pangkal batang (cm)


Kontrol
Berangin
Terang
Gelap
Topik 3. Pengaruh Unsur Nutrisi pada Tumbuhan

Tujuan:

- Mengetahui pengaruh komposisi larutan nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman secara


hidroponik
- Menganalisis gejala defisiensi nutrisi pada tanaman yang ditumbuhkan secara hidroponik

Dasar Teori:

Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari berbagai proses fisiologi,


melibatkan faktor genotipe yang berinteraksi dalam tubuh tanaman dengan faktor
lingkungan. proses tersebut dengan pertambahan ukuran, bentuk, dan jumlah.
Pertumbuhan tanaman ada dua macam yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan
sekunder. Proses pertumbuhan dibagi menjadi dua yakni primer dan sekunder.
Pertumbuhan primer merupakan proses pertumbuhan terjadi karena pertumbuhan
meristem primer yang terdapat pada ujung akar dan ujung batang. Sedangkan,
pertumbuhan sekunder menyebabkan bertambah besarnya diameter batang yang
terjadi akibat aktivitas sel-sel meristem di antara xilem dan floem. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan. Secara garis besar ada 2 faktor yang
mempengaruhi yaitu: Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Faktor internal merupakan
faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan seperti gen, hormon. Sedangkan,
faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar tumbuhan antara lain cahaya
matahari, nutrisi, air, kelembaban, suhu, oksigen, pH, dan topografi.

Bahan dan alat:

- Biji kangkung - Plastic kresek warna hitam / polibag


- Larutan stok unsur hara - Selotip
- Rangkaian Hidroponik Wick System atau - Kertas label
- Botol PET ukuran 330 ml - Gelas ukur 10 dan 100 ml
- Botol PET ukuran 1,5 liter - Pipet tetes
- Net pot ukuran 5 cm \ - Mikropipet 1000 µl dan mikrotip
- Rockwool ukuran +/- 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm - Baskom
- Kain flannel ukuran 2 x 20 cm - Kertas Indikator pH Universal

Prosedur Kerja:
Persiapan tanaman
1. Rockwool dipotong ukuran setebal 2,5 cm dan dipotong ukuran
2,5 x 2,5 cm seperti gambar 1.
2. Dibuat 1 lubang pada masing-masing potongan rockwool.
3. Rockwool diletakkan di baskom dan dibasah dengan air sampai
terdapat sedikit genangan.
4. Ditanam 1-2 biji kangkung pada tiap lubang dan dikecambahkan
selama 7-10 hari.
Gambar 1 Rockwool yang telah
Persiapan larutan nutrisi dipotong-potong
1. Setiap kelompok menyiapkan 1,5 liter larutan nutrisi berdasarkan pembagian berikut:
a. Kelompok 1 = Larutan nutrisi lengkap
b. Kelompok 2 = Larutan nutrisi – N
c. Kelompok 3 = Larutan nutrisi – P
d. Kelompok 4 = Larutan nutrisi – Ca
e. Kelompok 5 = Larutan nutrisi – Mg
f. Kelompok 6 = Larutan nutrisi – S
2. Berikut adalah tabel panduan pembuatan larutan nutrisi :

Tabel 1. Panduan pembuatan larutan nutrisi


Untuk 1 liter larutan Nutrisi
Jenis larutan Unsur Nutrisi yang ditambahkan dari stok (ml) Akuades
nutrisi CaNO3 KNO3 MgSO4 KH2PO4 FeEDTA Mikro- NaNO3 Na2SO4 CaCl2 KCI (ml)
nutrien
Lengkap 5 5 2 1 1 1 - - - - 985
-N - - 2 1 1 1 - - 5 5 985
-P 5 - - - 1 1 5 - - - 988
-Ca - 5 2 - 1 1 15 - - - 981
-Mg 5 5 - 1 1 1 - 2 - - 985
-Fe 5 5 2 1 - 1 - - - - 986
* Stok makro dibuat 1 M
Mikronutrien (minus besi) per liter berisi : 2.86 g H3BO3 ; 1.81 g MnCl2 ; 4H2O ; 0.11 g ZnCl2 ; 0.65 CuCl2 ; dan
0.025 g Na2Mo O4
NaFeDTA = Kompleks besi-khelat 1 ml stok mengandung 5 mg Fe–metal (= 42 mg chelate commercial/
sequestrene–misalnya)

3. Ke dalam botol air minum 1,5 liter dimasukkan semua larutan nutrisi kemudian ditambahkan
akuades sampai 1 liter atau sesuai tabel.

Rangkaian eksperimen
1. Botol PET ukuran 330 ml dipotong bagian atasnya sehingga membentuk diameter +/- 4 cm
(gambar 2 a).
2. Tanaman kangkung yang telah disemai dipisahkan per potongan rockwool dan diletakkan di
dalam net pot yang telah dipasangi pita flanel.
3. Botol PET yang telah dipotong diisi +/- 100 ml larutan nutrisi dan ditandai batas tinggi
larutan dengan spidol permanen atau cairan tipe-x.
4. Net pot berisi tanaman disusun pada botol PET dan dipastikan pita flannel telah sepenuhnya
basah oleh larutan nutrisi.
5. Botol PET dibungkus plastic hitam untuk mengurangi peningkatan suhu.
6. Tinggi tanaman, jumlah daun dan gejala defisiensi nutrisi diamati selama 2-3 minggu dan
hasil pengamatan dicatat pada laporan sementara
7. Setiap hari larutan nutrisi digojok kencang selama 2-3 menit untuk menambah suplai oksigen
serta dilakukan penambahan larutan nutrisi sampai batas volume larutan tiap hari Senin,
Rabu dan Jumat.
Tanaman kangkung
Net pot
d: 4 cm Rockwool

Pita flannel Dibungkus plastik


Tanda batas volume hitam/polybag
larutan

Larutan nutrisi

a b c
Gambar 2. Panduan persiapan dan penyusunan instalasi hidroponik dalam botol PET, a) batas
pemotongan leher botol sekitar 1 cm dari mulut botol dan berdiameter 4cm, b) rangkaian instalasi
hidroponik dalam botol PET, c) botol dibungkus dengan plastic hitam/polibag

Tabel 2. Pengamatan pertumbuhan tanaman Kangkung yang ditumbuhkan pada larutan nutrisi yang
berbeda

Jenis Perlakuan
Pengukuran Lengkap -N -P -Ca -Mg -S
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
Awal / Minggu 0:
Panjang
Akar
Panjang
Batang
Jumlah Daun
pH
Minggu ke 1 :
Panjang
Akar
Panjang
Batang
Jumlah Daun
pH
Minggu ke 2 :
Panjang
Akar
Panjang
Batang
Jumlah Daun
pH
Minggu ke 3 :
Panjang
Akar
Panjang
Batang
Jumlah Daun
Topik 4. Dominansi Apikal Tumbuhan

Tujuan:

- Menganalisis pengaruh auksin terhadap dominansi apical pada tanaman cabai

Dasar Teori:

Dominansi apikal adalah fenomena dimana terjadi pertumbuhan yang terpusat pada tunas
apikal utama dan terhambatnya pertumbuhan tunas aksilar. Dominansi apikal mempengaruhi arah
pertumbuhan batang dan pembentukan cabang baik secara penuh maupun parsial. Tumbuhan yang
menunjukkan dominansi apikal penuh antara lain adalah Bunga Matahari (Helianthus annuus) dan
Pinus merkusii. Sedangkan tanaman dengan dominansi apikal sebagian contohnya adalah tanaman
kacang hijau (Phaseolus vulgaris), kacang koro (Vicia faba), dan Kacang polong (Pisum sativum).
Sedangkan tanaman yang bercabang banyak seperti Kersen/Ceri/Talok (Muntingia calabura)
menunjukkan dominansi apikal yang rendah.

Dominansi apikal dikontrol oleh interaksi fitohormon auksin dan sitokinin yang berkerja secara
antagonis. Rasio konsentrasi auksin yang lebih tinggi dari sitokinin mengakibatkan penghambatan
kerja sitokinin dalam merangsang pertumbuhan tunas aksilar. Meristem apikal pucuk yang menjadi
lokasi utama biosintesis auksin serta source untuk translokasi auksin (transport secara basipetal).
Tingginya konsentrasi auksin ini akan menghambat aktivitas sitokonin, khususnya pada nodus yang
lebih dekat dengan pucuk. Hal ini mengakibatkan tunas aksilar tidak berkembangan dan hanya sedikit
percabangan yang terbentuk. Pemotongan pucuk-pucuk tanaman (Pruning) mengakibatkan
terbentuknya tunas aksilar dan cabang. Selain auksin, sitokinin juga berperan penting dalam
mengontrol dominansi apikal. Pemberian sitokinin eksternal diketahui dapat memicu muncul tunas
aksilar pada tanaman yang pucuk utamanya tidak dipangkas. Tunas aksilar terbentuk pada nodus
batang, khususnya dibagian ketiak daun.

Bahan dan alat:

- Tanaman cabai/ tanaman kacang hijau dengan jumlah daun > 6 helai
- Pisau cutter - Gelas pengaduk
- Label tanaman - Hot Plate
- IAA 300 ppm - Cup saus 25 ml
- Lanolin - Beaker glass 200 ml
- Gelas ukur 10 ml - Timbangan semi analitik

Prosedur Kerja:
Pembuatan pasta Lanolin+IAA
1. Lanolin dimasukkan sebanyak 5-10 gram ke dalam beaker glass
2. Bibit tanaman cabai ditanam pada media polybag ukuran 1 kg dan dirawat selama +/- 5
minggu.
3. Kemudian dipilih tanaman yang tingginya minimal 10 cm, dan memiliki minimal 5-6 daun
terbuka sempurna.
4. Tanaman cabai dibedakan menjadi tiga kelompok perlakuan yaitu:
a. Perlakuan 1 : Kontrol
b. Perlakuan 2 : Pucuk tanaman dipotong dan diolesi pasta lanolin IAA
c. Perlakuan 3 : Pucuk tanaman dipotong dan dibiarkan
5. Tinggi tanaman, Jumlah daun dan ada tidaknya tunas aksilar pada setiap tanaman yang
digunakan untuk percobaan dihitung dan dicatat.
6. Aplikasi pasta lanolin IAA dan penyiraman dengan air secukupnya dilakukan 2 kali seminggu
selama 14 hari.
7. Tinggi tanaman, Jumlah daun dan ada tidaknya tunas aksilar pada setiap tanaman yang
digunakan untuk percobaan dihitung dan dicatat.
8. Perkembangan yang penting didokumentasikan melalui gambar/foto.

Tabel 7. Pengaruh IAA terhadap pertumbuhan tunas lateral cabai

Panjang tunas lateral Berat tunas lateral


∑ tunas
No Perlakuan (cm) (g)
lateral
1 2 n 1 2 N
1 Tanaman Utuh/ Kontrol Awal
Akhir
2 Ujung tanaman dipotong Awal
Akhir
3 Ujung tanaman dipotong + IAA Awal
Akhir

Pertanyaan Diskusi:
1. Apakah peran dominansi apical bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman?
2. Apa saja peran hormone IAA pada tanaman?
3. Bagaimana dampak pemberian IAA eksternal pada dominansi apical tanaman cabai?
Topik 5. Produksi oksigen pada Fotosintesis
Tujuan:

- Mengamati produksi sebagai hasil fotosintesisi reaksi terang

Dasar Teori:

Tumbuhan sebagai organisme autotrof, mampu mengubah energi cahaya dari matahari
menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADP dan menyimpannya dalam molekul karbohidrat.
Fotosintesis merupakan salah satu reaksi anabolisme yang paling penting karena kemampuannya
untuk menggunakan energi cahaya untuk membentuk karbohidrat. serta produksi oksigen dari
molekul air. Fotosintesis terdiri atas dua tahapan. Tahapan yang pertama, reaksi terang, adalah
konversi cahaya matahari menjadi energi kimia ATP dan NADP dan memproduksi oksigen sebagai hasil
samping reaksi. Tahapan kedua adalah asimiliasi karbon dioksida dan pembentukan molekul
karbohidrat menggunakan energi dari reaksi terang. Meskipun demikian pengamatan laju atau
aktivitas fotosintesis sering kali sulit dilakukan. Pada praktikum ini dilakukan pengamatan reaksi
terang fotosintesis pada cakram daun melalui produksi gas oksigen pada medium cair.

Bahan dan alat:

- Daun yang baru dipetik - Lampu LED


- NaHCO3 - Beaker glass
- Gelas cup plastic - Batang pengaduk
- Sabun cuci / detergen - Perforator kertas
- Aquades/air -

Prosedur Kerja:
Persiapan Larutan
1. Larutan sabun/detergen dibuat dengan mencampurkan 3-5 ml sabun ke dalam 500 ml air
dan diaduk sampai homogen.
2. Larutan NaHCO3 0,2% dibuat dengan melarutkan 2 gram NaHCO3 ke dalam 1000 ml aquades
dan diaduk sampai homogen.

Persiapan cakram daun


1. Daun yang baru dipetik dipotong menjadi cakram menggunakan perforator kertas sebanyak
20-30 keping cakram. Setiap perlakuan memerlukan 10 keping cakram.
2. Spuit dipisahkan antara bagian pendorong dan barrel dan dimasukkan 10 keping cakram dan
ditambahkan larutan untuk masing-masing perlakuan berikut:
a. Perlakuan 1, kontrol : 1 ml larutan detergen dan 3-5 ml air;
b. Perlakuan 2/Larutan NaHCO3 : 1 ml larutan detergen dan 3-5 ml larutan NaHCO3.
3. Pendorong spuit dipasang Kembali dan spuit dibalik sehingga ujungnya menghadap ke atas.
4. Spuit diketuk-ketuk sehingga gelembung udara berkumpul di atas. Jika gelembung tidak
berpindah, tutup ujung spuit dengan jari lalu bolak-balikkan spuit perlahan.
5. Setelah gelembung berkumpul pada ujung spuit, pendorong didorong perlahan untuk
mengeluarkan gelembung udara melalui ujung spuit.
6. Tahap 5 diulang beberapa kali sampai tidak ada lagi gelembung udara yang terbentuk.

Pengamatan fotosintesis pada cakram daun


1. Gelas plastic disiapkan dan dilabeli untuk kedua perlakuan.
2. Larutan NaHCO3 dan air dimasukkan ke dalam gelas, dengan komposisi berikut:
a. Perlakuan 1/Kontrol : Larutan dan cakram daun pada spuit control + air biasa
sebanyak 50 ml atau setinggi 3-5 cm dari dasar gelas.
b. Perlakuan 2/ Larutan NaHCO3 : Larutan dan cakram daun pada spuit control +
Larutan NaHCO3 sebanyak 50 ml atau setinggi 3-5 cm dari dasar gelas.
3. Larutan dan cakram daun diaduk sebentar untuk memastikan semua cakram daun
tenggelam.
4. Gelas Plastik diletakkan dibawah lampu LED (lampu belajar atau flashlight dari HP selama 15
menit dan diamati jumlah cakram daun yang mengapung per menit. Jumlah cakram yang
tenggelam dicatat pada tabel berikut (tabel 8).
5. Setelah 15 menit penyinaran, gelas ditutupi dengan plastic hitam atau dihalangi dari sumber
cahaya selama 15 menit.
6. Diamati dan dicatat (tabel 8) jumlah cakram daun yang Kembali tenggelam setiap 1-2 menit.

Tabel 8. Jumlah daun yang mengapung

Menit Jumlah daun yang mengapung Jumlah daun yang tenggelam


Kontrol Kontrol Larutan NaHCO3 Larutan NaHCO3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Gambar 3. Contoh grafik pengamatan cakram daun

Pertanyaan Diskusi:
1. Apakah fungsi NaHCO3 pada percobaan di atas?
2. Mengapa cakram daun dalam larutan NaHCO3 bisa mengapung?
3. Mengapa setelah dijauhkan dari cahaya, cakram daun perlahan mulai tenggelam Kembali?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi laju fotosintesis pada percobaan?

Anda mungkin juga menyukai