Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ACC:

GENETIKA TANAMAN
EFEK XENIA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

Disusun Oleh:
Kelompok : H2 (Senin, 07.00-08.40)

Asisten Kelas : Riza Pramayshela

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


GENETIKA TANAMAN
EFEK XENIA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

Disusun oleh:
KELOMPOK H2
1. Muhammad Iqbal Syafaat
2. Jiha Anggun Lestari
3. Mei Ridayanti
4. Regita Syahkirana Putri
5. Ivan Fardiansyah
6. Mailina Alhusna
7. Vicky Yanuar Iskhak
8. Noorfakhriyah Ahsanti N.
9. Antonius Tri Putra P.
10. Triwati Damanik
11. Lina Latul Chomaroh
12. Bassam Sahara
13. Rizka Lyztyanputri
14. Chosa Zahro Fatiha
15. Boy Bravo Sitompul
16. Ririe Arjune Adirama
17. Nur Munzillatun Nimah
18. Gusti M. Zainal C.
19. Retry Cavistin Keta

155040207111151
155040201111210
155040201111234
155040201111253
155040201111255
155040201111274
155040201111276
155040201111288
155040201111313
155040201111322
155040207111006
155040207111010
155040207111021
155040207111040
155040207111044
155040207111062
155040207111092
155040207111145
155040207111172

LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
GENETIKA TANAMAN
EFEK XENIA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

Disetujui Oleh:

Asisten Kelas,

Riza Pramayshela
NIM.145040201111196

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu sumber karbohidrat yang
ditanam sebagai tanaman pangan maupun sebagai tanaman
pakan ternak. Kandungan karbohidrat dalam jagung dapat
mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
yang

dihasilkan

biasanya

dalam

bentuk

amilosa

dan

amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada


kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan
sebagai

bahan

pangan.

Jagung

manis

tidak

mampu

memproduksi pati sehingga bijinya berasa lebih manis ketika


masih muda.
Xenia merupakan gejala genetic berupa pengaruh gamet
jantan atau ayah
gen

yang

pada endosperm tanaman induk. Ekspresi

dibawa

tetua

jantan

secara

dini

sudah

diekspresikan pada organ betina (buah) atau generasi berikut


selagi masih atau belum mandiri (embrio/endosperm). Xenia
bukan merupakan penyimpangan Hukum Pewarisan Mendel,
melainkan pengaruh langsung dari pembuahan berganda
(double fertilization) yang terjadi pada tumbuhan berbunga
dan proses perkembangan embrio tumbuhan hingga biji
masak. Embrio dan endosperm merupakan hasil penyatuan
dua

gamet

(jantan

dan

betina)

dan

pada

tahap

perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan


endosperm bereaksi dan mempengaruhi penampilan biji, bulir
serta buah. Xenia telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk
menghasilkan jagung dengan kadar minyak yang tinggi.

1.2 Tujuan
a. Untuk mempelajari dan memahami peristiwa efek xenia pada tanaman
jagung.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya efex
xenia.
c. Untuk mengetahui dampak pada morfologi jagung akibat terjadinya efek
xenia
d. Untuk mengetahui dampak-dampak efek xenia terhadap suatu komoditas
1.3

Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa diharapkandapat :

a.

Mempelajari dan memahami peristiwa efek xenia yang terjadi pada tanaman

b.

jagung
Mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya efek xenia pada tanaman

c.

jagung
Mengetahui dan memahami dampak pada morfologi tanaman jagung akibat
terjadiya efek xenia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Tanaman Jagung
Menurut Hartono (2007), morfologi tanaman jagung terdiri dari beberapa
bagian, yaitu:
a. Morfologi Akar
Sistem perakaran pada tanaman jagung adalah akar serabut dengan
kedalaman hingga 8 meter, namun sebagian besar berada pada kedalaman
sekitar 2 meter. Tanaman jagung yang sudah dewasa akan tumbuh akar
adventif dari buku-buku batang tanaman jagung bagian bawah yang dapat
membantu tanaman jagung menjadi tegak.
b. Batang Tanaman
Tanaman jagung memiliki batang yang tegak, mudah terlihat dan beruasruas. Ruas terbungkus oleh pelepah daun yang muncul dari buku. Tanaman
jagung memiliki batang yang tidak mengandung banyak lignin.
c. Morfologi Daun
Daun pada tanaman jagung merupakan daun sempurna dengan bentuk
yang memanjang. Daun yang dimiliki oleh tanaman jagung ini berwarna hijau
muda pada saat masih muda, dan berwarna hijau tua pada saat tanaman
dewasa, serta berwarna kuning pada saat tanaman sudah tua. Selain itu
terdapat ligula antara pelepah daun dengan helai daun. Tanaman jagung
memiliki daun yang tulang daunnya sejajar dengan ibu tulang daun tanaman
jagung. Permukaan daun pada tanaman jagung ada yang berambut dan ada
yang licin. Daun tanaman jagung memiliki stomata yang berbentuk halter
yang merupakan ciri khas yang dimiliki oleh tumbuhan yang termasuk
kedalam family atau suku poaceae. Setiap stomata pada tanaman daun
dikelilingi oleh sel sel epidermis yang berbentuk seperti kipas. Struktur

tersebut memiliki peran penting dalam melakukan respon tanaman untuk


menanggapi defisit air pada sel-sel daun tanaman jagung.

d. Morfologi Bunga
Bunga yang dimiliki oleh tanaman jagung terdiri atas bunga jantan dan
bunga betina, yang masing-masing terpisah atau diklin dalam satu tanaman
atau monoecious. Bunga jantan dapat tumbuh pada bagian puncak dari
tanaman jagung, yang berupa karangan bunga atau inflorescence. Pada bunga
tanaman jagung terdapat serbuk sari yang berwarna kuning.
e. Morfologi Tongkol
Tongkol yang dimiliki oleh tanaman jagung tumbuh dari buku dan
terdapat di antara batang daun dengan pelepah daun dari tanaman jagung.
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak
pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding
yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji
yang jumlahnya selalu genap. Bunga jantan melakukan penyerbukaan
sebanyak 2 hingga 5 hari lebih dulu daripada bunga betinanya.

Berdasarkan bentuk dan struktur bijinya jagung dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:

Jagung Mutiara (Flint Corn), Zea mays indurate


Biji jagung tipe mutiara berbentuk bulat licin, mengkilap, dan keras.
Bagian pati yang keras terdapat di bagian atas biji. Pada saat masak,
bagian atas biji mengkerut bersama-sama, sehingga permukaan biji bagian
atas licin dan bulat. Varietas lokal jagung di Indonesia umumnya tergolong

ke dalam tipe biji mutiara. Tipe ini disukai petani karena tahan hama
gudang.

Jagung Gigi Kuda (Dent Corn), Zea mays indentata


Bagian pati yang keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji,
sedangkan bagian pati yang lunak di bagian tengah sampai ujung biji. Pada
waktu biji mengering, pati lunak kehilangan air lebih cepat dan lebih
mengkerut daripada pati keras, sehingga terjadi lekukan (dent) pada bagian
atas biji. Biji tipe dent ini bentuknya besar, pipih, dan berlekuk.

Jagung Manis (Sweet Corn), Zea mays saccharata


Biji jagung manis pada saat masak keriput dan transparan. Biji yang
belum masak mengandung kadar gula (water-soluble polysccharride,
WSP) lebih tinggi daripada pati. Kandungan gula jagung manis 4-8 kali
lebih tinggi dibanding jagung normal pada umur 18-22 hari setelah
penyerbukan. Sifat ini ditentukan oleh gen sugary (su) yang resesif (Tracy
1994).

Jagung Pod, Z. tunicata Sturt


Jagung pod adalah jagung yang paling primitif. Jagung ini terbungkus
oleh glume atau kelobot yang berukuran kecil. Jagung pod tidak
dibudidayakan secara komersial sehingga tidak banyak dikenal. Kultivar
Amerika Selatan dimanfaatkan oleh suku Indian dalam upacara adat
karena dipercaya memiliki kekuatan magis.

Jagung Berondong (Pop Corn), Zea mays everta


Tipe jagung ini memiliki biji berukuran kecil. Endosperm biji
mengandung pati keras dengan proporsi lebih banyak dan pati lunak dalam
jumlah sedikit terletak di tengah endosperm. Apabila dipanaskan, uap akan
masuk ke dalam biji yang kemudian membesar dan pecah (pop).

Jagung Pulut (Waxy Corn), Z. ceritina Kulesh


Jagung pulut memiliki kandungan pati hampir 100% amilopektin.
Adanya gen tunggal waxy (wx) bersifat resesif epistasis yang terletak pada
kromosom sembilan mempengaruhi komposisi kimiawi pati, sehingga
akumulasi amilosa sangat sedikit (Fergason 1994).

Jagung QPM (Quality Protein Maize)


Jagung QPM memiliki kandungan protein lisin dan triptofan yang
tinggi dalam endospermnya. Jagung QPM mengandung gen opaque-2 (o2)
bersifat resesif yang mengendalikan produksi lisin dan triptofan. Prolamin
menyusun sebagian besar protein endosperm dengan kandungan lisin dan
triptofan yang jauh lebih rendah dibanding fraksi protein lain. Fraksi
albumin, globulin,dan glutein memiliki kandungan lisin dan triptofan
tinggi. Gen o2 dalam ekspresinya mengubah proporsi kandungan fraksifraksi protein. Fraksi prolamin berkurang hingga 50%, sedangkan sintesis
albumin, globulin, dan glutein meningkat. Kandungan lisin dan triptofan
jagung QPM meningkat, sementara sintesis prolamin memiliki kandungan
lisin rendah (Vasal 1994). Kandungan protein yang tinggi dalam
endosperm memberikan warna gelap pada biji.

Jagung Minyak Tinggi (High-Oil)


Jagung minyak tinggi memiliki biji dengan kandungan minyak lebih
dari 6%, sementara sebagian besar jagung berkadar minyak 3,5-5%.
Sebagian besar minyak biji terdapat dalam scutelum, yaitu 83-85% dari
total minyak biji. Jagung minyak tinggi sangat penting dalam industri
makanan, seperti margarin dan minyak goreng, serta industri pakan.
Ternak yang diberi pakan jagung minyak tinggi berdampak positif
terhadap pertumbuhannya (Lambert 1994). Jagung minyak tinggi memiliki
tipe biji bermacam-macam, bisa dent atau flint.

Fergason, V. 1994. High amylose and waxy corn. In: A. R. Halleuer (Ed.)
Specialty Corns. CRC Press Inc. USA.
Lambert, R.J. 1994. High oil corn hybrids. In: Arnel R. Halleuer (Ed.).
Specialtycorns. CRC Press Inc. USA.
Tracy, W.F. 1994. Sweet corn. In: A. R. Halleuer (Ed.). Specialty corns. CRC
Press Inc. USA.
Vasal, S.K. 1994. High quality protein corn. In: A.R. Halleuer (Ed.). Specialty
corns. CRC Press Inc. USA.
2.2 Pengertian Efek Xenia
Xenia merupakan gejala genetik berupa pengaruh langsung serbuk sari
(pollen) pada fenotipe biji dan buah yang dihasilkan tetua betina. Pada kajian
pewarisan sifat, ekspresi dari gen yang dibawa tetua jantan dan tetua betina
diekspresikan pada generasi berikut-nya. Dengan adanya xenia, ekspresi gen
yang dibawa tetua jantan dapat diekspresi-kan pada tetua betina (buah)
(Bulant dan Gallais, 2000).
Efek xenia itu sendiri adalah dapat diartikan sebagai efek polen dari tetua
jantan dari persilangan jantan dengan betina yang berkembang pada biji
(Effendi, 1980).
Xenia adalah pengaruh secara tiba-tiba dari serbuk sari di endosperma,
karena terjadinya pembuahan ganda dalam bibit tanaman (Gardner, 1968).
Bulant, C A. Gallais, E. Matthys-Rochon and J.L. Prioul .2000. Xenia Effect in
Maize with Normal Endosperm.II. Kernel Growth and Enzyme Activities during
Grain Filling. J Crop Sci. 40: 182-189.

Effendi, S. 1980. Bercocok Tanam Jagung. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman


Pangan. Proyek Penyuluhan Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta.
Gardner, Eldon J. . 1968. Principles of Genetics. 3rd Edition. John Wiley & Sons,
Inc. New York.

2.3 Mekanisme Terjadinya Efek Xenia


Serbuk sari (pollen) dapat memberi efek langsung pada induknya dalam
pembuahan ovum. Pada tumbuhan, fenomena-fenomena ini dinamakan xenia
dan terjadi ketika serbuk sari asing memberikan efek penampilan dari
endosperma (Galton,2003).
Ekspresi dari gen yang dibawa tetua jantan dan tetua betina diasumsikan
baru diekspresikan pada generasi berikutnya. Dengan adanya xenia, ekspresi
gen yang dibawa tetua jantan secara dini sudah diekspresikan pada organ
tetua betina (buah) atau generasi berikutnya selagi masih belum mandiri
(embrio dan/atau endospermia) (Bullant & Gallais, 1998).
Xenia mengacu paa efek langsung dari serbuk sari pada jaringan non
maternal pada biji. Hal ini sesuai konsekuensi langsung dari pembuahan
berganda (double fertilisation) yang terjadi pada tumbuhan berbunga dan
proses perkembangan embrio biji tumbuhan hingga biji masak. Pada tahap
perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan endosperm berekspresi
dan mempengaruhi penampilan biji, bulir atau buah (Denney, 1992).
Denney, J.O. 1992. Xenia includes metaxania. Hot Science 27 : 722-728

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Efek Xenia


Menurut Dahlia (2014), faktor yang mempengaruhi terjadinya efek xenia
pada tanaman jagung dapat disebabkan karena pada satu lahan tersebut tidak
hanya ada satu varietas jagung tetapi ada lebih dari satu varietas jagung yang
ditanam. Yang pada saat terjadinya penyerbukan silang, malai jagung jatuh
pada tongkol jagung yang varietasnya berbeda. Hal ini dapat membuat
perbedaan warna ataupun rasa dari jagung nantinya.

Faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi perkembangan warna


abnormal. Susunan genotipe dapat menimbulkan fenotipe yang berbeda
(dengan asumsi faktor lingkungan seragam). Terdapat dua kemungkinan
fenotipe muncul, pertama fenotipe akan bergantung pada dosis alel yang
dimiliki, atau kedua hanya pada kondisi jumlah alel tertentu saja fenotipe
akan muncul (Sari dan Agung, 2011).

Dahlia, Ismi Hariyanti, Andi Soegianto dan Arifin Noor Sugiharto. 2014. Efek
Xenia Pada Beberapa Persilangan Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata)
Terhadap Karakter Biji. Vol 2 No 6 : 517 523. Jurnal Produksi Tanaman.
Malang.

2.5 Efek Xenia pada Jagung


Xenia merupakan gejala genetik berupa pengaruh langsung dari serbuk
sari (pollen) pada fenotipe biji dan buah yang dihasilkan tetua betina. Pada
kajian pewarisan sifat, ekspresi dari gen yang dibawa dari tetua jantan dan
tetua betina diasumsikan baru diekspresikan pada generasi berikutnya.
Dengan adanya xenia, ekspresi gen yang dibawa tetua jantan sudah
diekpresikan pada organ tetua betina (buah) atau generasi berikut selagi
masih belum mandiri (embrio dan/atau endospermia). Xenia yang
mempengaruhi fenotipe buah jagung disebut metaxenia.
Efek xenia pada jagung memberikan dampak terhadap karakter kualitatif
dan kuantitatif. Pada karakter kualitatif, yaitu seperti warna biji dan bentuk
biji. Hal ini dibuktikan berdasarkan jurnal yang berjudul Efek Xenia pada
beberapa Persilangan Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata) terhadap
Karakter Biji . Pengaruh ini ditunjukan dengan karakter biji dari setiap
perlakuan berbeda-beda baik pada warna biji (Tabel 2). Pada parameter
bentuk biji terdapat kecenderungan efek xenia kombinasi persilangan jantan
manis A2 yang menghasilkan bentuk biji semi flint, dan jantan ungu manis
ungu pekat yang menghasilkan bentuk biji dent, sedangkan persilangan

dengan jantan Bon 1 manis dan jantan self nganjuk menghasilkan bentuk biji
sama yakni dent. Pada efek xenia ini bentuk biji semi dent dan semi flint
dominan terhadap bentuk biji kerut, hal ini disebabkan alel untuk bentuk biji
dent dominan terhadap kerut, sedangkan pada persilangan jantan A2 dengan
semua tetua betina didapat bentuk biji Semi flint. Jagung manis merupakan
mutasi resesif dari jagung tipe dent dan flint pada lokus gula, sehingga
terdapat kemungkinan bahwa terdapat segregrasi alele pada persilangan tetua
jantan A2 yang menyebabkan munculnya bentuk biji Semi flint. Pada semua
persilangan, hal ini sesuai dengan pernyataan Crowder 1997, yakni dominasi
suatu sifat dipengaruhi oleh lingkungan, genetik, fisiologi dan faktor lainnya,
sehingga ketika suatu alele bersifat dominan, maka akan menutupi ekpresi
sifat yang lainnya (Hariyanti, Soegianto, & Sugiharto, 2013).
Hariyanti, I. D., Soegianto, A., & Sugiharto, A. N. (2013). Efek Xenia
pada beberapa Persilangan Jagung Manis (Zea mays L.
Saccharata) terhadap Karakter Biji. Jurnal Agrivita, 4.

2.6 Manfaat Efek Xenia dalam Pertanian


Jagung yang berkembang di Indonesia saat ini memiliki kelemahan dari
segi nutrisi. Perbaikan kandungan protein pada jagung sangatlah penting
untuk daerah-daerah yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok dan
bahan untuk ternak (Bahar et al., 1994). Varietas-varietas jagung yang ada di
Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka
proteksi terhadap serangan hama penyakit. Varietas sejenis ini memiliki
karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki gen
opaque-2 yang mengendalikan kadar protein (Weingartner, 2002).
Menurut Bullan dan Gallais (1998), salah satu upaya untuk menigkatkan
kadar protein biji jagung adalah dengan memanfaatkan efek xenia, dimana
efek xenia dapat diartikan efek pollen dari tetua jantan dari persilangan jantan
dengan betina yang berkembang pada biji.

Xenia telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilkan butir


jagung dengan kadar minyak tinggi. Selain itu efek xenia ini juga dapat
digunakan untuk menigkatkan kadar protein dalam biji jagung. Efek xenia
dapat diartikan sebagai efek pollen dari tetua jantan dari persilangan jantan
dengan betina yang berkembang pada biji (Bullet dan Gallais, 1998).

Bahar, H., F. Kasim., dan S. Zen. 1994. Stabilitas dan adaptabilitas enam populasi jagung
di tanah masam. Zuriat (1): 55-61.
Bullant, C. dan Gallais. 1998. Xenia effects in maize whit normal endosperm : I
Importance dan Stability. Crop Sci.39:1517-1525. (Online).
Weingartner, U. 2002. Combining cytoplasmic male strerility and xenia increase grain
yeild of maize hybrids. A Dissertation Submitted Swiss Federal Institute of
Technology Zurich. Zurich. (Unpublished)

DAFTAR PUSTAKA

BAB III
METODE PENGAMATAN
III.1 Cara Kerja Pengamatan Efek Xenia

Menyiapkan Alat dan Bahan

Mencari jagung yang terkena efek


xenia

Mengamati perbedaan warna dan


bentuk pada biji jagung

Mengambil sampel biji jagung


dengan warna yang berbeda dengan
menggunakan tangan

Membelahnya menjadi dua bagian

Mengamati warna bagian dalam biji


jagung
Catat hasil pengamatan dan
dokumentasikan

Anda mungkin juga menyukai