Anda di halaman 1dari 13

Bahasa Lampung

MAK-NYUS !!!

Bondan Winarno telah merekomendasikan artikel ini untuk makan pagi, siang, malam, jamuan kondangan, cemilan, bahan jamu Pasak Bumi, sajen, pupuk kandang, tumbal pesugihan dan bahan pembuatan kondom. Tapi agak kurang ditambah sere, lengkuas dan cabe nya satu kilo ~ Bondan Winarno

Artikel ini HARAM Artikel ini telah difatwa HARAM oleh MUI (Mas-mas Ubanan tapi Imut), mungkin karena mengandung babi, anjing atau Amingwati. Sesudah mengutak-atik artikel ini, dimohon anda menyucikan diri dengan membasuh tangan dan muka dengan pasir semen

Daftar isi [sembunyikan]


1 Etimologi Bahasa Lampung 2 Penutur Bahasa Lampung 3 Standarisasi Khik Kosakata Dilom Bahasa Lampung 4 Liak Muneh Tek Artikel Sinji

[sunting]Etimologi Bahasa Lampung Bahasa Lampung dilom Manuskrip Lampung kuno Kitab Kuntara Raja Niti tisebutkon sebagai Bahasa Sanga Alam Raya Sai Paling Agung tisingkat jadi Bahasa Lampung. Bahasa Lampung termasuk bahasa sai paling helau, paling lalak, paling santun, paling metokh, paling buyun, paling pahik, paling keroq, paling taboh, paling ngekhibol, paling bangik, paling lamon, paling pekhos, sekaligus paling mak nyos sanga alam semesta khik alam barzah. [sunting]Penutur Bahasa Lampung Bahasa Lampung dipakai, digunakon, dicawakon jama unyinni makhluk sai mehengas sanga jagat sai tinggal dilom way, diunggak way, dilom tanoh, diunggak tanoh, dibah langit khik diunggak langit. Khangni Pengguna Bahasa

Lampung letakni wat di Planet Lampung sai asal muasalni anjak Gunung Pesagi (Gunung tertinggi di Planet Lampung), planet sinji letakni di Galaksi Sekala Brak. Daerah daerah diplanet sinji yadodia seluruh Propinsi Lampung, daerah tengah khik selatan Palembang khik pantai barat Banten. Bahasa Lampung terutama paling tirekomendasikon untuk kegunaan ngerayu muli, ngupok ulun, ngejahaljahalkon puakhi terutama tianjurkon cawa cawa tenggalan pakai Bahasa Lampung palas mekik mekik, lalang lalang khik ngelahay. [sunting]Standarisasi Khik Kosakata Dilom Bahasa Lampung Standarisasi Bahasa Lampung sai baku diresmikon di abad ke 7 BC (Before Camasutra) oleh Kanselir Planet Lampung, Batin Diandra Natakembahang adoq Suntan Pangeran Balaq Awaq Raja Angkasa Pemuka Agung Semesta Raya Butahta Langit Ngejongi Alam. Kosakata Bahasa Lampung sai paling khisok tipakai kak acara nyambai, acara kaset, laga, ngehahaddo, orkes catting, melaway, organ tunggal, nggettas, muwayak, nettak, maroq, ngananom, pujama, ngunduh, terutama kak lagi ngawaq balaq yadodia; Dilom Keadaan Normal:

Api kabakh Mong..? Api lagi guwaymu Kahutt..? Singgahpay Jong..! Balaq tenay. Minaaaaaaaaaaan jama..! Telop mengan. Akuk dammu unyin..! Api jak gulay wuuy..? Nggok Nyak mak aga..! Khadupay ano..! Api lagi gerakan uy..? Jam pikha Tek..? Khapa dia aga mawek..? Tigelukko cutik wi..! Lelawa buya ni..! Lambanmu dipa De'..? Lelawa sikopni muli senno..! Jadi khano dia Pun..! Hahhaaaaaaaaaaaeyydo....!!

Kak Balaq Hati Atau Kik Aga Sepagasan:


Ijapay Niku..! Sikniina mu..! Huluni Bapakmu..! Jalakniina mu..! Kupecohko hulumu..! Pudak Babuy..! Pegat Niku..! Tahi ano..!
Banguk Kaci..!

Puttut balaq..! Tok ko mokga cawa..! Kukhadaykon isawmu..! Sakhakko bawakni

mbs PBB (Persatuan Bahasa-Bahasa)

tagakmu..!

Jak jawoh penyanaku jelma

kukhadi'i beng jawa.

Kakha kik busukni

Bahasa Indonesia Indonesian Reversal Aksara Jawa Aksara Bugis Aksara Lampung Cakak Tranung Bahasa Batak Bahasa Minangkabau Baso Palembang Bahasa Lampung Basa Sunda Basa Pasaran Boso Jowo Boso Suroboyo Bahasa Makassar Bahasa Papua Bahasa Koeno Kecek Kelate Bahase Peghok Bahasa Gaul bAH4S4 jn6 kll1n Bahasa Portal Bahasa Preman Pelet Kedah

bangukmu, nganik tahi niku ya..? Jak sikopni puntutku

jak pudakmu...! [sunting]Liak Muneh Tek Artikel Sinji

Bahasa Minangkabau Aksara Lampung Baso Palembang Bahasa Inggris


Bahasa Melayu Basa Sunda Kampang Begal

Opini Lampost : Sabtu, 12 Maret 2011 MUHAMMAD MUIS. KepalaKantorBahasa Provinsi Lampung Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional

Jika dalam suatu kesempatan orang berjalan-jalan ke Lampung untuk suatu keperluan, orang itu akan memperoleh kenyataan bahwa di dalam komunikasi sehari-hari akan jarang terdengar orang bertutur di dalam bahasa Lampung. Jika pun ada pertuturan di dalam bahasa daerah itu, frekuensi atau kekerapannyaboleh dikatakansangat kecil atau sangat jarang. Agaknya hampir-hampir dapat dihitung dengan jari orang yang bercakapcakap di dalam bahasa ini. Yang menggunakannya pun lazimnya adalah generasi tua, bukan generasi muda. Harus diakui bahwa, jika dicermati dan diamati, di Lampung agak jarang terdengar generasi mudaorang asli Lampung ataupun, apalagi, orang bukan asli Lampung menggunakan bahasa Lampung.

Hal seperti ini sangat berbeda dengan realitas penggunaan bahasa Jawa, Sunda, Minang, dan Melayu Bangka, misalnya, di wilayah penggunaan bahasa daerah itu. Jika orang tadi misalnyaberjalan-jalan ke Semarang, Bandung, dan Pangkalpinang, misalnya, ia akan mendapatkan perbedaan yang mencolok dengan apa yang ada di Lampung dalam hal penggunaan bahasa daerah itu.

Jika dilacak lebih lanjut, akan diperoleh kenyataan yang cukup mencengangkan juga bahwa banyak pendatang atau orang yang bukan asli Lampung yang sudah bermukim bertahun-tahun, bahkan berpuluh tahun, di Lampung banyak yang tidak dapat berbahasa Lampung, kecuali sepatah dua patah kata.

Apakah bahasa Lampung memang sulit untuk dikuasai ataukah ada faktor lain yang menyebabkan orang kurang tertarik untuk menggunakannya, apalagi mendalaminya? Apakah sebenarnya faktor penyebab persoalan itu?

Faktor Penyebab Bahasa Lampung Kurang Diminati

Penelitian yang komprehensif dan mendalam tentang apa penyebab kurangnya minat orang berbahasa Lampung, yang termasuk rumpun bahasa Austronesia ini, setakat ini setahu penulisjuga belum dilakukan. Oleh karena itu, kendati pun masih merupakan dugaan awal, berikut ditegaskan, antara lain beberapa faktor yang diduga kuat menjadi penyebab bahasa daerahinikurangdiminati.

Pertama, Provinsi Lampung adalah provinsi yang penduduknya heterogen. Selain penduduk asli Lampung, di provinsi ini banyak suku bangsa lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Bali, Melayu (misalnya Melayu Jakarta, Melayu Palembang, dan Melayu Bangka-

Belitung). Kaum pendatang ini selain berbahasa daerahnya masing-masing sesama mereka, juga berbahasa Indonesia dengan kelompok suku lain. Bahkan, ada kalanya sesama suku mereka pun merekaberbahasaIndonesia.

Jarang sekalijika pun pernahmereka bertutur dalam bahasa Lampung. Pada satu sisi, hal itu kurang menguntungkan bagi pelestarian bahasa Lampung. Akan tetapi, pada sisi lainuntuk perkembangan dan masa depan bahasa Indonesiahal itu sangat menguntungkan bahasa Indonesia sebab semakin hari jumlah penutur bahasa Indonesia, termasuk mereka yang sejak lahir telah menjadi penutur bahasa ibu bahasa Indonesia, semakibertambah.

Dalam konteks itu, orang Lampung asli kurang dapat menerapkan penggunaan bahasa Lampung dengan rekannya yang bukan asli Lampung. Bahasa Lampung itu secara spesifik pada akhirnyadisetujui atau tidakhanya dapat digunakan pada orang sesama penduduk asliatauorangLampungyangmemahaminya.

Kedua, bahasa Lampung kurang dipromosikan secara gencar, baik oleh Pemerintah Provinsi Lampung, pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Lampung, media massa, maupun dunia pendidikan. Promosi melalui jalur pariwisata, misalnya, agaknya dapat ditempuh.

Ketiga, pengajar atau guru bahasa Lampung, baik pada tingkat SD maupun SMP, saya duga masih sangat kurang. Asumsi dasar ini muncul sebab diduga guru bidang studi bahasa Lampung yang khusus mengajar bahasa ini di dunia persekolahan itu dianggap tidak memadai, terutama dari jumlah guru yang mengajar jika dibandingkan dengan rasio ribuan jumlah murid yang harus diajarkan di seluruh Provinsi Lampung.

Ketersediaan guru bidang studi bahasa Lampung yang terdidik secara khusus di dalam bahasa itu (artinya yang bersangkutan sebagai tenaga pengajar harus berijazah D-3 atau S-1 bahasa Lampung) agar dapat mengajarkan bidang studi itu dengan sebaik-baiknya merupakan conditio sine qua non. Jadi, penyediaan tenaga guru bahasa Lampung harus dapat dipenuhi sesegera mungkin. Hal ini harus dimaklumi bersama.

Keempat, Pemerintah Provinsi Lampung, pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Lampung, media massa, dunia pendidikan, dan pasar kerja belum memberikan perhatian yang maksimal kepada para lulusan perguruan tinggi yang mendalami bahasa Lampung, misalnya alumni D-3 dari Universitas Lampung (yang sayangnya program studi itu

sementara ini telah ditutup). Penyerapan mereka di pasar kerja, khususnya di wilayah Provinsi Lampung, akan berpengaruh cukup signifikan bagi pengembangan, perkembangan, dan masa depan bahasa Lampung.

Kelima, penutur asli bahasa Lampung, khususnya generasi mudanya, diduga agaknya kurang bersikap positif terhadap bahasa daerah Lampung. Mereka lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia untuk keperluan komunikasi sehari-hari, yang bukan dalam konteks resmi. Beberapa penelitian, seperti Gunarwan (1994), Gunarwan (2001), dan Zawarnis dan Hasnawati Nasution (2009), setidaknya membuktikan hal itu. Untuk konteks yang tidak resmi atau di dalam percakapan sehari-hari, ada baiknya bahasa daerah ini mulai lebih digalakkan penggunaannya.

Tanggung Jawab Kebahasaan

Beberapa persoalan tersebut harus segera diupayakan pemecahannya dan dicarikan jalan keluarnya. Dengan iktikad baik dan kemauan keras yang dilakukan secara berencana, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai unsur yang relevan di dalam masyarakat, bukan sesuatu yang mustahil untuk mengatasi masalah itu.

Upaya pelestarian, pengembangan, dan pembinaan bahasa Lampung harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Usaha-usaha yang ditempuh tidak dengan sungguh-sungguh tidak akan dapat menghasilkan capaian yang maksimal!

Bahasa Lampung ini adalah milik bersama seluruh warga Lampung. Oleh karena itu, tanggung jawab untuk penggunaan, pelestarian, pembinaan, dan pengembangannya pada hakikatnya adalah tanggung jawab bersama pula. Artinya, semua unsur dalam masyarakat: pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, instansi atau lembaga terkait, dosen, guru, peneliti, agamawan, tokoh masyarakat, media massa, dan seluruh masyarakat Lampung harus bahu-membahu untuk pemajuan bahasa daerah Lampung dan semuanya harus terlibat secara sinergis untuk itu. n Posted 13th March 2011 by FACHRUDDIN M. DANI Labels: Bahasa Lampung

Budaya Lampung Seni Kebudayaan Daerah Bandar Lampung

Budaya Lampung Seni Daerah Bandar Lampung

Kebudayaan

Budaya Lampung Seni Kebudayaan Daerah Bandar Lampung - Selamat datang di blog personal tentang Informasi Indonesia Topik yang Anda baca adalah Budaya Lampung Seni Kebudayaan Daerah Bandar Lampung, untuk mencari topik lain yang masih berkaitan dengan info Budaya Lampung Seni Kebudayaan Daerah Bandar Lampung, Anda bisa mencarinya di daftar kategori budaya indonesia, budaya lampung,lampung , terimakasih atas kunjungan Anda di blog Kumpulan Topik Artikel Berita Indonesia

Budaya Lampung Seni Kebudayaan Daerah Bandar Lampung - Propinsi Lampung terletak di pulau Sumatera Indonesia. Lampung memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang menjadi bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia. Selain memiliki potensi wisata Budaya seperti misalnya Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri diLampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas diLampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur. Propinsi Lampung juga telah di kenal menjadi tempat yang subur untuk pertumbuhan dunia seni dan budaya. Ada yang menarik kalau melihat ciri khas dari orang yang berasal dari Lampung diantaranya adalah Memiliki rambut lurus dan kaku berwarna hitam, memiliki kulit berwarna putih bila terkena sinar matahari berwarna merah seperti orang koreaserta bermata sipit. Rumah Adat Lampung Rumah tradisional atau rumah adat yang berasal dari Lampung mempunyai kekhasan seperti rumah berbentuk panggung, atapnya terbuat dari anyaman ilalang, lebih banyak unsur kayu dikarenakan untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi. Hal ini menjadikan kelebihan tersendiri dari rumah adat Lampung karena masyarakat lampung telah mengenal gempa dari jaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng asia dan australia rumah ini disebut rumah SESAT. Bahasa Daerah Lampung Dalam kehidupan sehari hari masyarakat daerah Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa untuk berkomuniokasi sehari-harinya, ada yang menggunakan bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang dan bahasa setempat yang disebut bahasa Lampung. Bahasa daerah Lampung di bagi dua bagian yaitu dialek A (API) dan O(nyo), dua dialek ini dipakai oleh orang lampung A untuk daerah pesisir dan O untuk daerah tengah. Namun sayangnya karena minimnya masyarakat Lampung yang menggunakan bahasa lampung sendiri, bahasa yang seharusnya menjadi budaya Lampung ini kian tenggelam diantara bahasa-bahasa lain, seperti bahasa pendatang dari pulau jawa. Disamping hal tersebut pihak pemerintah juga kurang begitu memperhatikan bahasa daerah Lampung, instansi pendidikan, dan kebanyakan orang tua yang ada di Lampung juga enggan berbicara bahasa daerah Lampung kepada anak-anak mereka. Seni Musik dan Seni Tari Lampung Propinsi Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik dan tari, mulai dari jenis tradisional hingga modern. Salah satu jenis musik daerah Lampung yang masih bertahan sampai sekarang adalah Klasik Lampung. Sementara untuk jenis tarian yang menjadi aset budaya Provinsi Lampung adalah Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Penguten).

njungan Lampung Taman Mini "Indonesia Indah" menampilkan dua rumah adat sebagai bangunan induknya. Masing-masing adalah Nuwou Balak dan Nuwou Sesat kedua rumah adat itu digunakan untuk memperkenalkan berbagai aspek budaya tradisionalnya. Nuwou Balak aslinya merupakan rumah tinggal bagi para Kepala Adat (penyimbang adat), yang dalam bahasa Lampung juga disebut Balai Keratun. Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu Lawang Kuri (gapura); Pusiban, tempat tamu melapor; ljan Geladak, tangga "naik" ke rumah; Anjung-anjung, serambi depan tempat menerima tamu; Serambi Tengah, tempat duduk anggota kerabat pria; Lapang Agung, tempat kerabat wanita berkumpul; Kebik Temen (kebik kerumpu), kamar tidur bagi anak penyimbang bumi atau anak tertua;

Kebik Rangek, kamar tidur bagi anak penyimbang ratu (anak kedua); dan Kebik Tengah, yaitu kamar tidur untuk anak penyimbang batin atau anak ketiga. Tetapi, di Anjungan Lampung, ruangan-ruangan itu kini difungsikan sebagal tempat peragaan berbagai aspek budaya daerahnya. Di ruangan ini dapat kita saksikan, antara lain : Pepadun atau tempat duduk sang penyimbang adat bila sedang memimpin upacara adat; Kutamara, pelaminan bagi anak gadis penyimbang yang akan menari; dan bermacammacam siger (mahkota) yang diletakkan dalam vitrin kaca bersama-sama dengan benda-benda seni yang lain. Diperagakan pula Pakaian Adat pengantin Lampung, tempat tidur pengantin dengan model tempat tidur orang tua.

Bangunan lain adalah Nuwou Sesat, bangunan di atas tiang yang megah itu aslinya adalah balai pertemuan adat tempat para purwatin (penyimbang) mengadakan pepung adat (musyawarah). Karena itu balai ini juga disebutSesat Balai Agung. Bagian bagian dari bangunan ini adalah ljan Geladak, tangga masuk yang dilengkapi dengan atap. Atap itu disebut Rurung Agung. Anjungan, serambi yang digunakan untuk pertemuan kecil; Pusiban, ruang dalam tempat musyawarah resmi; Ruang Tetabuhan, tempat menyimpan alat musik tradisional. Alat musik Lampung dinamakan Talo Balak (Kulintang). Ruang Gajah Merem, tempat istirahat bagi para penyimbang . Hal lain yang khas di rumah sesat ini adalah hiasan payung-payung besar di atapnya (rurung agung), yang berwarna putih, kuning, dan merah, yang melambangkan tingkat kepenyimbangan bagi masyarakat tradisional Lampung Pepadun. Masyarakat Lampung dalam bentuknya yang asli memiliki struktur hukum adat tersendiri. Bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelompok-kelompok tersebut menyebar diberbagai tempat di daerah lain di Lampung. Secara umum dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yakni Masyarakat adat Peminggir yang berkediaman di sepanjang pantai pesisir termasuk masyarakat adat Krui, Ranau, Komering, Kayu Agung danMasyarakat adat Pepadun, yang berkediaman di daerah pedalaman Lampung terdiri dari masyarakat adat Abung (Abung Siwo Migo), Pubian (Pubian Telu Suku), Tulang Bawang (Migo Pak) dan Buai Lima (Way Kanan) dan Sungkay Bunga Mayang.

Lampost Minggu, 13 November 2011

BANDAR LAMPUNGBahasa daerah ternyata mampu mengikuti perkembangan zaman. Beberapa situs di dunia maya, seperti pada situs ensiklopedia bebas Wikipedia, banyak artikel yang dibuat berbahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Banyumas, Aceh, dan Banjar. Sebagai ensiklopedi yang mengandalkan inisiatif sukarelawan, perintisan artikel dalam berbagai bahasa daerah ini tidaklah mudah. Wikipediawan bahasa Jawa, Prasetyo (61) dan Ichsan Mochtar (39), harus memutar otak untuk menambah jumlah artikel. "Dulu kontributor aktifnya cuma tiga orang. Jumlah artikelnya juga masih sedikit," kata Pras, Sabtu (12-11). Untungnya dengan mengadakan lomba menulis artikel bernama Papad Limpad pada Maret 2011, mereka berhasil meningkatkan minat masyarakat untuk berkontribusi di Wikipedia. Kini jumlah artikel berbahasa Jawa mencapai lebih dari 37 ribu dengan 13 wikipediawan aktif. Bagi Pras, menulis artikel di dunia maya merupakan sebuah upaya pelestarian bahasa. "Sebagai bahasa percakapan, bahas Jawa memang masih banyak digunakan, tapi tidak ditulis. Nah, kalau tidak dituliskan, saya dan teman-teman khawatir bahasa ini akan punah," kata Pras.

"Menulis artikel di Wikipedia ini sama halnya membuat sebuah prasasti era modern yang bisa dibaca banyak orang. Sampai kapan pun, selama situs ini ada, kita masih bisa melestarikannya," kata Ichsan. Meramu bentuk tulis, Pras dan kawan-kawan juga mengaku mempunyai hambatan. Pertama, karakter bahasa Jawa mengenal bahasa kromo (halus) dan ngoko (rakyat biasa). Pengucapan dan penulisannya pun kadang berbeda hingga kadang bermakna ambigu. Belum lagi kata-kata baru dalam dunia teknologi atau ilmu pengetahuan membuat wikipediawan sulit menemukan kata yang pas dalam bahasa Jawa. Misalnya dalam artikel tentang internet, dikenal istilah login dan logout. Karena tak ada padanan katanya, wikipediawan memutuskan untuk menggunakan istilah mlebulog dan metulog. Pada bahasa Jawa, mlebu berarti masuk dan metu berarti keluar. "Misalnya ada juga istilah page diganti dengan kaca, link diganti pranala, delete diganti busak, dan footnote diganti jadi catetan sikil," ujar Pras. Sebagai pengguna internet, Nunung Martina mengaku sangat mengapresiasi upaya wikipediawan ini. Dia yang asli Jawa malah tak pernah menulis dalam bahasa ibunya itu. "Setelah melihat banyak artikel berbahasa Jawa, saya jadi terdorong untuk lebih mengenal lebih jauh bahasa sendiri. Sekarang anak saya sudah mulai diajari lagi bahasa Jawa. Untungnya dia tertarik." BAHASA LAMPUNG...

Mengubah Berita Tulis ke Suara


August 30, 2010

Produksi Berita Suara

Untuk mengubah berita tulis ke berita suara, Anda cukup mengubah kutipan langsung menjadi INSERT. Perhatikan contoh berikut: Contoh berita tulis RKSP Lestarikan Budaya Lampung Manjau dibingi merupakan siaran paling unggul di Radio Komunitas Suara Petani (RKSP), Desa Pahmongan, Kecamatan Krui, Lampung Barat. Acara ini dipancarkan setiap Jumat selama dua jam, dari pukul 19.30-21.00. Rata-rata ada 40 pesan pendek yang mesti dibaca oleh sang penyiar. Menurut Zurmansyah (17), pemandu acara Manjau dibingi, rahasia suksesnya terletak pada penggunaan bahasa lampung sebagai bahasa pengantar siaran. Pendengarnya sangat beragam, dari usia remaja hingga dewasa.

Warga antusias mengirim SMS untuk saling sapa dan meminta pemutaran lagu berbahasa Lampung, ujarnya. Lewat Manjau dibingi, RKSP mengajak warga Pahmongan untuk melestarikan budaya Lampung. Contoh naskah berita suara RKSP Lestarikan Budaya Lampung// Manjau dibingi merupakan siaran paling unggul di Radio Komunitas Suara Petani (RKSP)/ Desa Pahmongan/ Kecamatan Krui/ Lampung Barat// Acara ini dipancarkan setiap Jumat selama dua jam/ dari pukul 19.30 hingga 21.00// Rata-rata ada 40 pesan pendek yang mesti dibaca oleh sang penyiar// Menurut Zurmansyah (17)/ pemandu acara Manjau dibingi/ rahasia suksesnya terletak pada penggunaan bahasa lampung sebagai bahasa pengantar siaran// Pendengarnya sangat beragam/ dari usia remaja hingga dewasa// INSERT Warga antusias mengirim SMS untuk saling sapa dan meminta pemutaran lagu berbahasa Lampung. Lewat Manjau dibingi/ RKSP mengajak warga Pahmongan untuk melestarikan budaya Lampung// Yossy Suparyo melaporkan untuk Kabar Komunitas//

Anda mungkin juga menyukai