Anda di halaman 1dari 16

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1.

Bagaimana gambaran persepsi masyarakat Batulicin terhadap kota Batulicin? 2. Bagaimana gambaran sikap masyarakat Batulicin terhadap kota Batulicin? 3. Bagaimana gambaran kepuasan masyarakat kota Batulicin terhadap kota Batulicin? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari observasi dan wawancara ini adalah untuk : 1. Mengetahui persepsi masyarakat kota Batulicin terhadap kota Batulicin. 2. Mengetahui sikap masyarakat kota Batulicin terhadap kota Batulicin. 3. Mengetahui kepuasan masyarakat kota Batulicin terhadap Kota Batulicin. D. Waktu dan Tempat Waktu dan tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah pada hari Kamis dan Jumat, 22 23 Desember 2011 di Kota Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Persepsi Persepsi adalah proses mengetahui dan mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra (Chaplin, J.P., 2006).Menurut Gibson dalam Maryati (2009), persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau proses kognitif dari seseorang terhadap lingkungannya, yang dipergunakan untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Dengan demikian setiap orang akan berbeda cara pandang dan penafsirannya terhadap suatu objek/fenomena tertentu. Lingkungan di mana individu tinggal akan mempengaruhi aspek psikologis individu yang bersangkutan. Lingkungan dalam hal ini bukan hanya lingkungan fisik, melainkan juga lingkungan nonfisik atau lingkungan sosial. Keduanya akan membentuk persepsi yang berbeda-beda pada masing-masing individu yang disebut persepsi terhadap lingkungan atauenvironmental perception. Menurut McClelland (dalam Veitch, Russel and Daniel Arkkelin, 1995), environmental perception atau persepsi lingkungan adalah proses awal dalam mengumpulkan informasi yang didapatkan individu dari setting lingkungannya. Setelah adanya persepsi terhadap lingkungan, maka akan timbul proses environmental cognition yang di dalamnya ada proses storing, organizing, dan recalling. Kemudian, setelah adanya dua proses mental di atas, akan muncul appraisal, yaitu penggunaan environmental information untuk membuat hasil penilaian terhadap lingkungan. Individu akan menggabungkan beberapa hasil penilaian dari kelompok ke dalam sebuah evaluasi pengukuran/assessment untuk menciptakan standar/ukuran kualitas lingkungan secara psikologis. Menurut William Ittelson (dalam Bell, Paul.A; Thomas C.Greene; Jeffery D.Fisher; and Andrew Baum, 2001 ) ada beberapa objek persepsi :  Ukuran dan kompleksitas stimulusnya, berupa stimuli sederhana, seperti brightness, color, depth, perceptual constancy, form, dan apparent movement/pergerakan nyata. Persepsi bisa berbeda dari bentuk yang sebenarnya.  Ukuran dan kompleksitas stimulusnya, berupa skala yang lebih besar,

keseluruhan/utuh (ada proses penilaian secara kompleks terhadap stimuli oleh otak).

Orang yang mempersepsikan lingkungan mempunyai tujuan yg jelas. Persepsi berhubungan dengan korasi (keinginan) (dalam Bell, Paul.A; Thomas C.Greene; Jeffery D.Fisher; and Andrew Baum, 2001).. B. Kepuasan Sehubungan Dengan Tempat Dalam mencapai kepuasan individu membutuhkan motivasi untuk mencapai kepuasan. Motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan, dan itu jarang muncul dengan sia-sia. Kata butuh, ingin, hasrat dan penggerak semua sama dengan motive yang asalnya dari kata motivasi. motivasi diri menurut Hidayat (2001:2) adalah suatu usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan atas perbuatan tersebut. Untuk menemukan kepuasan terhadap tempat individu harus memiliki motivasi untuk mengubah tempat tersebut sesuai keinginannya agar dapat menemukan kepuasan terhadap tempat itu. Begitu pula hubungan kepuasan dengan tempat tinggal, jika seseorang ingin merasa kepuasan dengan tempat tinggalnya, maka orang tersebut harus memiliki motivasi untuk mengubah tempat tinggalnya senyaman mungkin agar sesuai dengan selera dan keinginannya, dengan demikian akan terbentuk suatu kepuasan tersendiri pada tempat tinggal. Salah satu faktor yang dapat memainkan peran dalam pembentukan sikap

terhadap tempat adalah kepuasan dengan tempat itu sendiri. Jika seorang individu puas dengan taman, ia mungkin akan kembali ke taman itu lagi jika ada kesempatan. Kunjungan berkali-kali membangun makna dan nilai-nilai yang berhubungan dengan taman. (Beckley, 2003; Manzo, 2003). Kepuasan pada tempat akan dimediasi oleh keterikatan tempat. Kepuasaan pada tempat akan menghasilkan sikap sebagai berikut : a. Ketidakpuasan dengan lingkungan alam suatu daerah akan menghasilkan individu mengambil tindakan untuk memperbaiki lingkungan alam didaerah itu jika ia secara positif terikat ke tempat tersebut b. Ketidakpuasaan dengan lingkungan alam suatu daerah akan mengakibatkan seorang indiidu gagal untuk mengambil tindakan yang pro lingkungan atau pindah dari daerah jika dia tidak positif melekat pada tempat tersebut c. kepuasan dengan lingkungan alam dapat berkontribusi untuk pengembangan lampiran tempat kepuasan dengan lingkungan alam suatu daerah akan memberikan kontribusi sedikit untuk mendorong individu untuk memilih untuk terlibat di tempat terkait tindakan pro-lingkungan.

Kepuasan merupakan respon afeksi terhadap tempat tinggal. Kepuasan adalah afeksi yang bervalensi, mempunyai nilai positif atau negatif (Oseland & Donald, 1993 dalam Anward, 2009), dan karenanya kepuasan bersifat evaluatif. Artinya pada kepuasan ada penilaian bagus/indah jelek, atau nyaman tidak nyaman. Dengan demikian, kepuasan merupakan salah satu bentuk evaluasi terhadap tempat tinggal yang sering dikemukakan dengan pertanyaan rasa senang tidak senang atau nyaman tidak nyaman terhadap atribut objektif tempat tinggal (Anward, 2009). Oseland dan Donald (dalam Anward 2009) menyatakan bahwa kepuasan terhadap tempat tinggal ditentukan oleh empat isu, yaitu berhubungan dengan kebutuhan akan privasi, aktivitas yang dilakukan disana, bentuk fisik dari area tempat tinggal yang dievaluasi, serta keberadaan dan hubungan dengan orang-orang yang ada di tempat tinggal tersebut. Hal ini berarti basis kepuasan tidak konstan, melainkan bergerak sesuai dengan variasi fungsi dan arti tempat tinggal bagi individu, yang tentu saja sangat tergantung pada atribut objektif tempat tersebut (Anward, 2009). Sementara Windley dan Scheidt (dalam Anward, 2009) menunjukkan adanya peranan karakteristik demografis individu sehubungan dengan kepuasannya terhadap tempat tinggal. Artinya, jenis kelamin, umur, tempat asal, dan seterusnya, akan menentukan tingkat kepuasan individu terhadap tempat tinggalnya. Kepuasan ditentukan oleh preferensi (Weidemann & Anderson, 1985; Riley, 1992; Bih, 1992 dalam Anward, 2003). Preferensi menentukan kepuasan, tidak dapat sebaliknya; karena kepuasan pada tempat tinggal baru akan dirasakan individu kalau dia telah mempersepsi atau memandang (proses dasar preferensi) atribut objektif itu. Dengan demikian, preferensi yang tinggi akan menimbulkan kepuasan yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya (Anward, 2003). C. Sikap Definisi sikap menurut Allport dalam setiadi (2003) adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku. Definisi yang dikemukakan oleh Allport tersebut mengandung makna bahwa sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu obyek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten. Engel dalam Yulistiano dan suryandari (2003) membagi sikap menjadi tiga komponen sebagai berikut: a. Kognitif

Kognitif berhubungan dengan pengenalan dan pengetahuan obyek beserta atributnya. Pada saat konsumen menerima rangsangan sebuah iklan maka proses psikologi internal akan bekerja yang dihubungkan dengan pengaktivan indera. b. Afektif Afektif memberikan tanggapan tentang perasaan terhadap obyek dan atributnya. Indra yang bekerja akan memberikan interpretasi terhadap sebuah obyek atau dalam sebuah iklan adalah produk / merek dan bagian-bagian dari penayangan iklan itu sendiri. c. Konasi Dalam konasi seorang memiliki minat gai berikut: a. Valance Mengaju pada sikap positif ,sikap negatif, atau netral. b. Extermity Keekstriman merupakan intensitas kesukaan dan ketidak sukaan. c. Resistance Tingkat dimana sikap kebal terhadap perubahan. d. Persistence Merefleksikan bahwa sikap dapat berubah secara perlahan-lahan / gradual. e. Konfidence Tidak semua sikap berada pada tingkat keyakinan yang sama. Menurut Chaplin (2006), sikap atau afeksi adalah satu kelas yang luas dari proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi, suasana hati, dan tempramen. Secara historis, sikap dibedakan menjadi dua, yaitu pengenalan dan kemauan (Chaplin, 2006). Sikap adalah evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka kita terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial, dan objek (Baron & Byrne, 2004). Sikap didasarkan dari komponen efektif, konatif dan kognitif (Bell, dkk., 2001; Ahmadi, 2007). Sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang waktu dalam situasi yang sama, dan komposisinya hamper selalu kompleks (Ahmadi, 2007). Sehubungan dengan itu pula Ahmadi (2007) cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.
Menurut Baron & Byrne (2004), ada beberapa fungsi sikap bagi individu, yaitu :

1) Fungsi pengetahuan. Karena sikap beroperasi sebagai skema, maksudnya sebagai kerangka kerja mental yang membantu seseorang untuk mengiterpretasi dan memproses berbagai jenis informasi. Sikap juga mempengaruhi persepsi dan pemikiran kita terhadap isu, orang, objek atau kelompok dengan kuat. 2) Sikap seringkali memiliki fungsi self-esteem, membantu kita untuk mempertahankan atau meningkatkan perasaan harga diri. 3) Sikap berfungsi untuk mempertahankan ego, membantu orang untuk melindungi diri dari informasi yang tidak diinginkan tentang dirinya. 4) Sikap berfungsi sebagai motivasi untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi. D. Perilaku Perilaku adalah sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap stimulus tertentu (Chaplin, 2006). Bandura (1977 dalam Walgito, Bimo ; 2003) mengemukakan suatu formulasi mengenai perilaku dan sekaligus dapat memberikan informasi bagaimana peran perilaku itu terhadap lingkungan dan terhadap individu yang bersangkutan. Formulasi Bandura berwujud B = behaviour, E = environment, dan P = person atau organisme. Dalam hal ini, Bandura sendiri menggunakan pengertian person, bukan organisme. Perilaku, lingkungan, dan individu itu sendiri saling berinteraksi satu dengan yang lain. Ini berarti bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan, demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi individu, demikian sebaliknya. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom (1908 dalam Santrock, John. W., 2009) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam tiga domain, yaitu terdiri dari domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk pengukuran hasil maka ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua faktor, yakni : a. Faktor internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan. Misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan jenis kelamin.

b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya ekonomi, dan politik. Faktor lingkungan sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. E. Hubungan Antara Persepsi, Kepuasan, Sikap, dan Perilaku Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). F. Daerah Marginal

Bab III Hasil dan Pembahasan A. Hasil A.1 Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi yang didapat pada observasi pada kota Batulicin diuraikan sebagai berikut: a. Jalan-jalan utama yang terdapat di Kota Batulicin tidak terlalu besar karena tidak sebanding dengan pengguna jalan di Kota tersebut yang penduduknya banyak, sehingga kadang-kadang terjadi macet. b. Kota Batulicin memiliki penduduk yang cukup padat. c. Di sepanjang jalan utama jarang terdapat pepohonan yang membuat pengguna jalan kepanasan, terutama penjalan kaki. d. Fasilitas-fasilitas di Kota Batulicin cukup memadai tetapi jarak antara satu dengan yang lainnya saling berjauhan dan membuat masyarakat sulit untuk menjangkaunya. e. Untuk pelayanan kesehatan rumah sakit terletak jauh dari pusat kota dan membuat masyarakat lebih memilih puskesmas terdekat. f. Kota Batulicin memiliki empat macam pelabuhan di Kota Batulicin, yaitu pelabuhan samudera, pelabuhan perikanan, pelabuhan speedboat, dan pelabuhan batu bara. g. Batulicin mempunyai Hutan Wisata Taman Kota yang cukup bagus tetapi letaknya jauh dari pusat, sehingga sulit untuk dijangkau. h. Di Kota Batulicin terdapat banyak Hotel atau penginapan. Dari hotel berkelas atas sampai kelas menengah kebawah. i. Masyarakat Kota Batulicin yang kami temui memiliki sifat acuh tak acuh, walaupun tidak semua masyarakatnya bersifat seperti itu. j. Pelayanan kesehatan seperti puskesmas yang terdapat di sana sudah cukup bersih. k. Jarak bangunan antara satu dengan yang lain terlalu dekat sehingga meninggalkan kesan padat pada bangunannya. A.2 Hasil Wawancara Identitas Subjek Nama : Rafii

Umur Jenis Kelamin Asal Daerah Lama tinggal di Batulicin Suku Pekerjaan A.1 Pelayanan Pendidikan

: 40 tahun : Laki-laki : Sulawesi : 6 tahun : Bugis : Nelayan

Pendidikan di Batulicin dapat dikatakan sudah berkembang dan cukup maju. Disetiap kelurahan terdapat TK dan SD sedangkan untuk SMP dan SMA jaraknya masih cukup jauh, transportasinya harus menggunakan kendaraan pribadi atau angkot yang sekali naik biayanya 4ribu rupiah. Pesantren/sekolah pondokan juga ada di Batulicin dan beberapa sekolah statusnya sudah diakui. Untuk sekolah negeri dari SD sampai SMA biayanya gratis (tidak ada iuran setiap bulan/SPP) karena adanya dana BOS, siswa hanya membayar uang masuk untuk menebus atribut sekolah seperti topi, dasi, baju olahraga, dll. Sedangkan untuk sekolah swasta juga mendapatkan dana BOS walaupun anggaran dari pemerintah hanya separo dari sekolah negeri. Pemerintah cukup peduli terhadap layanan pendidikan di Batulicin hal tersebut dapat dilihat dari gratisnya biaya sekolah yang merupakan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung program pendidikan gratis selama 12 tahun. Pendidikan di Batulicin mengalami kemajuan saat pemerintahan Bupati Zairullah, beliau mendirikan Yayasan Pendidikan Darul Azhar yang merupakan sekolah mulai dari tingkat TK sampai sekolah tinggi yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES). Untuk anak yatim piatu sekolah tidak memungut bayaran bahkan sekolah memberikan secara gratis peralatan sekolah, tempat tinggal, dan biaya makan sedangkan untuk masyarakat umum dikenakan biaya separuhnya karena adanya dana BOS. Fasilitas sekolah untuk sekolah negeri banyak bangunan yang sudah tua dan perlu perbaikan sedangkan untuk laboratorium komputer baik sekolah negeri maupun swasta sudah ada. Untuk TK yang biayanya menengah bangunan sekolahnya hanya bangunan rumah yang sudah tua bahkan tidak ada taman bermain untuk siswa. Tenaga pengajarnya masih kurang dan tidak merata di semua sekolah karena banyak guru yang baru dan tidak memiliki pengalaman mengajar. Masyarakat kota Batulicin memiliki kepuasan terhadap layanan pendidikan disana, walaupun masih jauh ketinggalan tapi sudah ada kemajuan dan perkembangannya. Apalagi kota Batulicin merupakan kota pemekaran yang masih dapat berkembang.

Kelompok 2 Hasil Observasi: Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, didapatkan beberapa fakta tentang kota Batulicin, yaitu sebagai berikut : - Kota Batulicin adalah kota yang padat penduduknya, karena daerahnya kecil dan penduduknya banyak. - Bangunan di sekitar kota Batulicin, terutama di daerah Simpang sangat padat. Bangunanbangunan, seperti toko dan rumah saling berdekatan, sangat sedikit yang ada jarak.

- Ukuran jalan (lebarnya) kurang besar, malah terkesan kecil untuk ukuran pusat kota dan jumlah kendaraan tidak sedikit. Ini membuat kota sering macet. - Di Kota Batulicin, fasilitas layanan umum seperti rumah sakit, kantor pos, kantor polisi, sekolah, pasar, terminal, pelabuhan, toko-tokoan, hotel/penginapan, cukup lengkap. Namun, jarak fasilitas-fasilitas umum ini kebanyakan agak jauh dari pusat kota yang padat penduduknya. Ada beberapa fasilitas umum yang jumlahnya bisa dikatakan banyak, yaitu hotel, dari yang biasa (penginapan kelas bawah) sampai hotel berbintang. Jarak antar hotel/penginapan tersebut juga berdekatan. - Ada empat macam pelabuhan di Kota Batulicin, yaitu pelabuhan samudera, pelabuhan perikanan, pelabuhan speedboat, dan pelabuhan batu bara. - Kota Batulicin memiliki Hutan Wisata Taman Kota yang cukup bagus. Namun, jaraknya jauh dari pusat kota. - Kota Batulicin memiliki sebuah bandar udara. Nama bandar udaranya adalah Bandar Udara Batulicin Bersujud. - Perilaku masyarakat Kota Batulicin lumayan tidak teratur. Hal ini dapat dilihat terutama dari perilaku lalu lintas yang sangat sembarangan. Hampir semua orang yang terlihat di jalan, baik yang berkendaraan seperti sepeda motor dan mobil atau yang berjalan kaki, baik yang muda atau tua perilaku lalu lintasnya sembarangan. Sebagai contoh, mereka memotong jalan tanpa melihat kiri dan kanan. Contoh lain, mereka sering ngebut dan membalap kendaraan lain di jalan yang sedang padat dan sempit, sehingga sering terjadi kecelakaan. - Ada juga perilaku beberapa orang yang ditemui oleh peneliti terkesan kasar, tidak ramah, tidak sopan, dan tidak peduli/cuek. Ini terutama di sekitar daerah pelabuhan perikanan. Saat ada seorang nenek yang tertabrak sepeda motor, orang-orang di sekitar tempat kejadian yang melihat hanya diam saja. Setelah teman peneliti yang membantu dan mengangkat nenek ke pinggir jalan, barulah orang-orang tersebut ikut membantu. Namun, yang sangat disayangkan, orang-orang itu tidak ada yang punya inisiatif untuk mengangkat si nenek ke tempat yang lebih nyaman. Padahal saat itu sedang gerimis hujan dan di dekat tempat kejadian banyak sekali toko, apotek, dan warung yang masih buka. Si nenek tetap dibiarkan berada di pinggir jalan dengan keadaan yang lemah, meskipun tidak terluka parah. - Sekitar 3 km dari pusat Kota Batulicin, ada sebuah rumah besar dengan arsitektur khas Toraja.

Hasil Wawancara : Batulicin adalah kota yang berkembang dengan sangat pesat. Sekarang banyak bangunan-bangunan besar, seperti hotel dan ruko. Banyak juga hotel berbintang juga. Di Batulicin, terutama di laut banyak terdapat sumber daya alam yang sangat melimpah. Berbeda dari daerah asal beberapa subjek, seperti Jawa dan Sulawesi yang daerah lautnya sudah kurang produktif dan juga lahan pekerjaan yang sempit karena banyak orang memiliki pekerjaan yang sama. Di daerah asal subjek yang dari Jawa dan Sulawesi Selatan, mencari pekerjaan dirasakan sangat sulit. Maka dari itu, beberapa subjek ini memilih untuk merantau ke Batulicin, terlebih lagi tingkat penghasilan di Batulicin cukup tinggi. Ini membuat para subjek ini bisa mencapai apa yang dibutuhkannya, minimal untuk memenuhi keperluan sehari-hari, sehingga mereka tetap memilih bertahan di Batulicin. B. Pelayanan Pemerintahan Perubahan-perubahan saat ini yang terjadi pada kota Batulicin semenjak pemekaran daerah dengan Kabupaten Kota baru tidak lepas dari peran pemerintah dalam melakukan usaha-usaha membangun perkotaan. Tujuan dari pemekaran daerah adalah untuk mensejahterakan masyarakat dan memajukan daerah yang dikatakan tertinggal menjadi daerah yang berkembang. Menurut hasil observasi dan wawancara, Kantor Bupat Batulicin terletak dikawasan Gunung Tinggi Kecamatan Batulicin. Diatas bangunan terdapat lima kubah seperti kubah yang berada dibangunan masjid. Ada terdapat empat kubah berukuran kecil dan satu kubah besar yang ditempatkan ditengah-tengah bangunan. Kubah tersebut berwarna biru langit. saat ini dikawasan Gunung Tinggi selain berdiri megah bangunan Kantor Bupati Tanah Bumbu juga berdiri bangunan kantor dinas dan badan yang lain yang sama-sama didominasi warna putih dan biru. Desain kantor bupati dan kantor lainnya memberikan kekaguman dengan tergambar dari kemewahan arsitektur yang memadukan konsep Islami dengan konsep bangunan modern. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa masyarakat di kawasan perkotaan Batulicin, terdapat perbedaan antara kota batulicin dahulu dan sekarang. Ini membuktikan bahwa pemerintah berhasil membangun dan memperbaiki perkotaan yang berada di kawasan tersebut. Sebagai manifestasi dan gambaran keberhasilan tersebut, setidaknya dapat dilihat dari kondisi pusat kota Batulicin sebagai Ibukota Kabupaten Tanah Bumbu. Pada awal terbentuknya Kabupaten Tanah Bumbu, kondisi pusat kota Batulicin nampak tidak tertata. Dimana sangat dirasakan, kondisi insfrastruktur jalan pusat kota dan jalan lingkungan disekitar pusat kota Batulicin sangat memprihatinkan sekali. Namun sekarang, masyarakat

dapat merasakan perubahan di perkotaan batulicin dengan terbangunnya gedung-gedung bertingkat dan jalan yang mulai diperbaiki. Masyarakat merasakaan kepuasan dengan pemerintahan terlebih saat dikepalai oleh HM Zairullah Azhar. Pembangunan di perkotaan berkembang dengan baik dan terlihat perubahan perkotaan oleh masyarakat Batulicin. Dengan turunnya HM Zairullah sebagai Bupati dan digantikan oleh bupati yang baru, Madani, masyarakat belum merasakan kepuasan dengan bupati yang baru karena bupati tersebut baru menjabat selama satu tahun. Kebanyakan masyarakat hanya mengetahui letak kantor bupati tanah bumbu. Namun kebanyakan dari mereka tidak pernah pergi kesana. Untuk kepengurusan berhubungan dengan izin tinggal atau pembuatan akta kelahiran, mereka meminta surat tersebut melalui RT atau Camat sehingga tidak langsung berangkat ke Dinas yang terkait. Hal ini menyebabkan kurang diketahuinya pandangan atau masyarakat mengenai kawasan kantor pemerintahan. Namun, dilihat dari segi keterjangkauan dan transport, masyarakat merasakan akses ke kantor bupati cukup mudah dan dapat terjangkau. Peletakan kantor bupati didaerah Gunung Tinggi cukup sesuai mengingat kemudahan kecamatan lain untuk berurusan dengan dinas dan bagian pemerintahan yang juga berada dikawasan tersebut. Keluhan yang dirasakan masyarakat berkaitan dengan tata kota yaitu mengenai pemasokan listrik dan drainase. Masyarakat mengeluh sering mati lampu dan meminta pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Masalah drainase dirasakan oleh masyarakat yang berada di pusat kota, yang merasakan saluran perairan di daerah tersebut masih kurang sesuai. Kurangnya saluran perairan atau selokan di pinggir jalan menyebabkan jalanan sering becek dan mengganggu pengguna jalan. Masalah drainase juga dialami masyarakat Gg Hidayah yang sering menjadi korban kebanjiran. Apabila hujan telah turun selama dua jam lebih, maka gang tersebut digenangi air. Untungnya, bupati telah meninjau daerah tersebut dan memberikan janji akan melakukan perbaikan dengan saluran perairan di perkotaan. Pelayanan pemerintah kepada masyarakat dianggap bisa dikatakan puas. Namun masyarakat sadar kalau kepuasan mereka nantinya akan menuntut mereka untuk meminta lebih banyak lagi. Masyarakat menginginkan sarana rekreasi ada didaerah batulicin, mengingat kebanyakan masyarakat haus akan hiburan. Daerah Simpang Empat sebagai pusat kota dianggap merupakan daerah padat yang menjadi barometer tanah bumbu. Oleh sebab itu, masyarakat menginginkan pemerintah untuk membangun dan memperbaiki sarana di daerah simpang empat agar para pendatang yang berkunjung ke daerah tersebut mendapatkan kepuasan saat berkunjung ke Batulicin.

Mengenai pemekaran daerah, masyakat menyetujui adanya pemekaran karena kota batulicin dianggap sudah layak untuk berkembang. Pemerintah lebih menekankan pada pembangunan infrastruktur terlebih dahulu. Namun masyarakat sadar, pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pada akhirnya akan berguna bagi kesejahteraan masayarkat itu sendiri. C. Ruang Publik Intinya untuk taman-taman kota atau daerah rekreasi di batu licin itu sangat kurang. Ada daerah pemancingan sekaligus tempat makan di daerah cek dam, tetapi itu lumayan jauh, sekitar 30-60 menit dari pusat kota. Dan perjalanan menuju kesana pun kurang aman, karena daerahnya sepi dan suka ada rampok, apalagi bagi yang ke sana mengendarai motor, bisa dirampok sama orang-orang. Namun untuk fasilitas di tempat pemancingan sana menurut penuturan orang-orang cukup lengkap. Di tempat pemancingan itu katanya ada tambak ikan mas, kita bisa mancing sendiri, bakar ikan sendiri, dan menyantapnya disana. Udara disana juga cukup sejuk, karena disana tempatnya di daerah pegunungan dan jauh dari kota, jadi udaranya masih sejuk. Subjek-subjek wawancara rata-rata kesana naik angkot. Dan angkot mudah saja didapatkan untuk menuju ke sana. Karena tempatnya jauh, jadi rata-rata mereka jarang kesana, dan biasanya lebih mencari tempat hiburn yang dekat-dekat saja. Seperti pantai pagatan atau di pasar minggu. Di pasar minggu biasanya ada orkes-orkes. Namun, disana tempatnya kurang bersih, dan kadang-kadang suka ada orang mabuk berkelahi disana, jadi situasinya cukup tidak mengenakkan dan tidak aman. Untuk daerah pasar, menurut penuturan subjek, juga cenderung tidak bersih dan tidak aman. Di sana suka ada copet dan rampok. Bahkan ada salah satu bank yang dekat pasar pernah ada perampokan disitu. Di toko-toko emas pun banyak terjadi perampokan. Rampok biasanya menggunakan senjata api. Kalau untuk daerah pelabuhan, subjek-subjek menyatakan kalau disana cukup aman, tetapi disana kebersihannya kurang. Di sana aman, tetapi kalau malam biasanya suka ada orang mabuk. Biasanya mereka suka berkelahi, tetapi katanya tidak lama. Peristiwa paling parah yang terjadi disana adalah pernah terjadi pembunuhan, pelakunya ya orang mabuk itu. D. Layanan Kesehatan

Layanan kesehatan di kota batu licin sudah lebih maju daripada layanan kesehatan di tahuntahun sebelumnya. Kota batu licin adalah kota marginal yang terus berkembang sehingga layanan kesehatannya pun terus berkembang seiring bertambahnya tahun. Untuk masalah fasilitas sudah semakin membaik dan kebanyakan dari responden wawancara sudah merasa puas dengan fasilitas layanan kesehatan dikota ini. Walaupun dokter-dokter spesialis dikota ini masih sangat sedikit. Cuma ada dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis anak yang sudah pindah ke kota baru. Dari pihak puskesmas yang kami wawancarai, salah satu kesulitan yang dialami dalam hal pelayanan kesehatan dikota ini adalah minimnya tenaga kerja dokter sehingga untuk penyakit-penyakit berat harus dilakuakn rujukan terlebih dahulu kepada pihak rumah sakit. Dari salah satu responden yang kami wawancarai, mengeluhkan tidak adanya dokter spesialis kulit dikota batu licin ini. Air dikota batu licin biasanya sangat keruh sehingga penduduknya sangat rentan mengidap penyakit kulit, dan apabila penyakit kulit yang diderita sudah semakin parah maka harus dirujuk ke rumah sakit banjarmasin yang fasilitasnya lebih lengkap. Rumah sakit banjarmasin selain letaknya yang jauh dari kota ini juga memerlukan biaya transportasi yang tidak sedikit untuk mencapainya. Untuk masalah kebersihan, berdasarkan hasil dari obervasi yang kami lakukan di puskesmas terdekat, kebersihan layanan kesehatan di kota batu licin sudah lumayan baik. Dan hasil dari wawancara dari beberapa responden menyatakan puas dengan kebersihan layanan kesehatan dikota ini. Untuk masalah kedekatan atau jarak, dari hasil wawancara hampir sebagian besar responden tidak puas dengan masalah jarak layanan kesehatan dikota batu licin ini karena letak rumah sakit yang sangat jauh, yaitu sekitar 5 kilometer (responden disekitar penginapan dewi) dan jarak puskesmas yang lumayan jauh juga yaitu 2 kilometer (responden disekitar penginapan dewi). Banyak responden yang mengeluh karena jarak layanan kesehatan yang terlalu jauh ini. Namun hal itu masih dapat teratasi dengan banyak nya tempat-tempat dokter praktek dan mantri serta tersedianya apotek-apotek yang cukup banyak.

Untuk masalah kemudahan, berdasarkan hasil wawancara dari semua responden hanya mengeluhkan soal kemudahan untuk mendapat layanan kesehatan yang jaraknya lebih dekat denga tempat tinggal mereka. Untuk urusan seperti pembuatan kartu askes atau surat miskin, para responden sudah merasa cukup puas dengna kemudahan yang diterima.untuk kemudahan untuk mendapatkan layanan kesehatan dari tenaga medis, ada salah satu responden yang mengeluhkan sikap pihak puskesmas yang acuh tak acuh terhadap pasienpasien yang sedang menjalani rawat inap disana. Dia mengaku suda dua hari menjalani rawat inap namun kurang diperhatikan oleh para dokter dan para perawat disana. Secara keseluruhan dari semua responden yang diwawancarai, mengaharapkan agar layanan kesehatan dikota batu licin untuk kedepannya bisa lebih baik dan maju lagi dari sekarang.

E. Layanan Akomodasi
Jadi kepuasan masyarakat terhadap layanan akomodasi di batulicin tergantung pada kualitas dari hotel yang dijadikan tempat menginap. Kami mengobservasi hotel kelas menengah dan hotel kelas rendah. Pada layanan penginapan kecil yang ada di batulicin, dari observasi kami, penginapan tersebut terbuat dari kayu, kemudian ketika kami memasuki penginapan tersebut, disalah satu sudut dinding penginapan itu, kami melihat tulisan=tulisan tidak senonoh. Dari hasil wawancara dengan pengguna penginapan tersebut, ada yang merasa puas dan ada yang tidak puas. Bagi masyarakat/pengguna penginapan yang merasa puas pada penginapan tersebut, adalah mereka yang terbiasa dengan penginapan tersebut dan sering menginap disana jika ke batulicin karena sangat murah. Bagi pengguna penginapan yang tidak merasa puas menginap di penginapan kecil tersebut adalah mereka yang baru pertama kali menginap disana. mereka mengaku bahwa penginapan tersebut tidak layak karena lingkungan yang kurang baik dan orang-orang disana bebas memasukkan tamu kedalam kamar karena tidak memberikan persyaratan untuk menginap disana. Pada layanan penginapan menengah yang ada di batulicin, dari hasil wawancara mereka merasa puas dengan pelayanan penginapan tersebut. Karena walaupun tidak terlalu mewah, tetapi mereka merasa penginapan bersih, dan tidak terlalu mahal. Menurut mereka penginapan tersebut aman, karena untuk menginap di penginapan tersebut harus memperlihatkan KTP dan memberikann deposit terlebih dahulu. Kepuasan masyarakat terhadap layanan akomodasi berupa angkutan kota, mereka puas, tetapi apabila terjadi kelangkaan bahan bakar, maka angkutan kota yang ada di sana tidak beroperasi, sehingga bagi orang-orang yang tidak memiliki kendaraan bermotor sendiri akan sulit untuk berpergian dan mencapai tempat yang mereka tuju karena jarak antara pusat kota dan kantor pemerintahan disana dengan rumah penduduk lumayan jauh, yaitu berkisar antara 2-5 km. contohnya dari hasil observasi kami, antara pusat kota (simpang 4 batulicin) hingga puskesmas batu licin harus menempuh waktu sekitar 10-15 menit.

Bab IV Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka Verbatim


Peneliti : selamat pagi Pak, maaf mengganggu waktu kerja Bapak. Responden Peneliti Responden : Oh iya nggak apa-apa. Silahkan masuk. : Maksih pak. : Ade-ade ini dari mana?

Peneliti : Kami mahasiswa Psikologi UNLAM pak. Kebetulan lagi melakukan observasi di daerah sini. boleh kita ngobrol-ngobrol sedikit pak? Kami nggak mengganggu bapak?

Responden jawab.

: Oh iya nggak apa-apa, silahkan. Asalkan yang ditanyakan saya tahu, nanti saya

Peneliti : Kebetulan yang kami mau tanyakan ini tentang fasilitas-fasilitas kesehatan di sini. kalau boleh tahu nama Bapak siapa? Responden : nama saya Deny. Ngomong-ngomong ini mau nanya apa tentang kesehatan?

Peneliti : Begini Pak kami mau menanyakan tanggapan Bapak mengenai pelayanan kesehatan di sini. Responden : Ya alhamdulillah kalau pelayanan kesehatan disini nggak ada keluhan. Cuman kalau menurut saya pribadi rumah sakit di sini cukup jauh itu yang menjadi kendala. Misalkan bawa orang yang mau melahirkan gimana bawanya kalau rumah sakitnya jauh begitu. Peneliti Responden Peneliti Responden Peneliti kurang? Responden Peneliti Responden : Rumah sakit di sini Cuma satu ya Pak? : Kalau dekat-dekat sini ada sih, paling cuma puskesmas tapi di sana ada UGD-nya. : Kalau dokter praktek di dekat sini ada nggak pak? : Oh kalau itu ada. : Untuk di rumah sakit menurut bapak apa fasilitasnya sudah memadai atau masing

: Kalau itu saya kurang tahu. : Kalau setahu bapak untuk dokter spesalis di sini sudah ada atau masih kurang pak? : Nak kalau itu mungkin masih kurang, buktinya teman saya membawa keluarganya

Anda mungkin juga menyukai