Anda di halaman 1dari 29

Kesetimbangan Kelarutan

Pada bab sebelumnya telah dipelajari contoh-contoh kesetimbangan homogeny dan heterogen. Pada kesetimbangan homogen fase pereaksi dan hasil reaksinya sama. Contoh: Fe2+(aq) + SCN(aq) Fe(SCN)2+(aq) Pada kesetimbangan heterogen fase pereaksi dan hasil reaksinya berbeda. Contoh: AgCl(s) Ag+(ag) + Cl(ag) Konstanta kesetimbangan (K) untuk beberapa reaksi dapat dilihat pada table berikut.

Jika suatu senyawa ion yang berwujud padat dimaksukkan ke dalam air, biasanya akan larut membentuk ion-ion. Apakah semua senyawa ion larut dalam air dan bagaimana hubungan konsep kesetimbangan dengan kelarutan zat? Lakukan kegiatan berikut!

Pada percobaan, NaCl semua larut dalam air sedangkan CaC2O4 tidak larut semua. Pada pelarutan CaC2O4 , tidak semua CaC2O4 larut dalam air, sehingga terdapat endapan CaC2O4 . Pada larutan jenuhnya terdapat kesetimbangan antara CaC2O4 padat dengan ion-ionnya. Reaksi: CaC2O4 (s) Ca2+(aq) + C2O42(aq) Harga kelarutan NaCl=6,41 mol L1 Harga kelarutan CaC2O4 =4,7969.10-5 mol L1 Maka NaCl dan CaC2O4 yang dapat larut dalam 100 mL larutan adalah: NaCl sebanyak=0,641 x 58,5 g = 37,5 g CaC2O4 sebanyak=0,479.10-5 x 128 g = 6,14.103 g = 6,14 mg Dari percobaan tersebut dikatakan NaCl adalah senyawa yang mudah larut dalam air atau kelarutannya tinggi, sedangkan CaC2O4 adalah senyawa yang sukar larut dalam air atau kelarutannya rendah. Beberapa harga kelarutan zat dalam air dapat dilihat pada Tabel 11.2.

Contoh soal: 1. Di dalam 200 mL larutan terlarut 5,3 mg Ag2CrO4 (Mr = 332). a. Tulislah reaksi kesetimbangan Ag2CrO4 dalam air! b. Berapakah kelarutan Ag2CrO4 dalam mol L1 larutan?

Penyelesaian a. Ag2CrO4(aq) 2Ag+(aq) + CrO42(aq) b.5,3 mg Ag2CrO4 = (5,3 . 10-3 ) / 332 mol = 1,6.10-5 mol Kelarutan Ag2CrO4 = 1000/200 x 1,6.10-5 = 8 . 10-5 mol L1 2. Kelarutan PbI2 adalah 3,2.10-3 mol L1. Berapa mol ion-ion Pb2+ dan I- yang terdapat dalam 50 mL larutan jenuh? Penyelesaian: Reaksi kesetimbangan PbI2(s) Pb2+(aq) + 2I(aq) Pb2+ = 50/1000 x 3,5.10-3 = 1,75.10-4 mol ion I- = 50/1000 x 2 x 3,5.10-3 = 3,5.10-4 mol ion
PENGARUH ION SENAMA TERHADAP KELARUTAN

Sejauh ini telah dibahas kelarutan elektrolit dalam air murni yang ion-ionnya hanya berasal dari satu sumber, yaitu dari elektrolit padat. namun seringkali terdapat sumber lain dari ion yang senama (sejenis) dalam larutan.perhatikan animasi berikut(klik disini) Agar anda dapat memahami pengaruh ion sejenis dalam kelarutan suatu zat maka perhatikan ilustrasi berikut: Apabila anda mempunyai sebuah keranjang dan beberapa bola sebagai berikut:

Kemudian anda akan mengisi keranjang tersebut dengan bola merah hingga keranjang tersebut penuh berisi bola, dan ternyata untuk memenuhi keranjang tersebut diperlukan 8 buah bola merah Artinya dapat dikatakan bahwa kapasitas keranjang dalam keadaan kosong dapat terisi oleh 8 buah bola merah. Bagaimana apabila keadaan awalnya keranjang tersebut tidak kosong melainkan sudah terdapat 4 buah bola merah di dalamnya? Tentu saja dari kapasitas keranjang

kita yang telah kita ketahui maka kita hanya dapat memasukan 4 bola merah lagi ke dalam keranjang tersebut.

+ =

Apa artinya? Apabila di dalam keranjang sudah terdapat 4 bola merah maka bola merah yang bisa diisikan ke dalam keranjang adalah 4 buah lagi sesuai dengan kapasitas keranjang yang hanya muat 8 buah bola merah.

Disinlah konsep ion sejenis dalam kelarutan suatu zat dapat lebih mudah dipahami. Apabila di kelarutan AgOH didalam air adalah x M, maka kelarutannya dalam larutan NaOH atau larutan AgNO3 tidak akan sebesar x M akan tetapi akan lebih kecil disbanding x M mengingat adanya ion sejenis yaitu OH- dan Ag+. Jadi adannya ion sejenis di dalam larutan akan memperkecil kelarutan suatu zat tersebut.

Kelarutan zat AB dalam larutan yang mengandung ion sejenis


AB(s) A+ (aq) + B- aq) s n.s s Larutan AX : AX(aq) A+(aq) + X-(aq) bbb

maka dari kedua persamaan reaksi di atas: [A+] = s + b = b, karena nilai s cukup kecil bila dibandingkan terhadap nilai b sehingga dapat diabaikan. B-1] = s Jadi : Ksp AB = b . s Contoh : Bila diketahui Ksp AgCl = 10-10, berapa mol kelarutan (s) maksimum AgCl dalam 1 liter larutan 0.1 M NaCl ? Jawab: AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq) sss NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq) Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-] = s . 10-1 Maka, s = 10-10/10-1 = 10-9 mol/liter Dari contoh di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa makin besar konsentrasi ion sojenis maka makin kecil kelarutan elektrolitnya.
Diposkan oleh Dody Putranto di 06:09 Label: Kimia SMU Kelas XI 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama

http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/pengaruh-ion-senama-terhadap-kelarutan.html http://www.iun.edu/~cpanhd/periodictable.html

Pada saat kita membaca buku atau literatur tentang kimia, maka kita sering menemukan suatu paparan penjelasan dalam bentuk grafik maupun diagram. untuk pembahasan berikut ini, blok Kimia Indonesia memberikan beberapa contoh pembacaan grafik pada beberapa literatur kimia. CONTOH GRAFIK 1

Grafik 1 menggambarkan adanya hubungan antara kelarutan zat padat dengan temperatur. Pada umumnya, kelarutan zat padat berbanding lurus dengan temperatur. Zat padat dalam larutannya akan memiliki kelarutan yang tinggi bila diberikan suasana dengan temperatur yang tinggi. Hal ini dikarenakan, di saat temperatur pelarutnya dinaikkan, kristal ion pada zat padat akan meleleh sehingga larut dalam larutan. Pada grafik dijelaskan data hubungan antara temperatur dengan kelarutan zat padat dengan 7 contoh garam. Semaikin tinggi temperatur larutan, semakin besar pula kelarutan zat padat pada larutannya. Di antara ketujuh contoh tersebut, pengecualian untuk garam Ce2(SO4)3. Pada garam Cerillium sulfat [Ce2(SO4)3 (aq)] , kelarutan akan menurun hingga temperatur 30C hingga akhirnya menjadi stabil. Di antara ketujuh garam yang ada, garam Natrium nitrat (NaNO3) dan kalium klorida (KCl) yang kelarutannya naik secara stabil bersamaan dengan naiknya temperatur. Hal ini ditunjukkan dengan adanya garis linier pada grafik. Kelarutan garam Kalsium klorida (CaCl2), Kalium nitrat (KNO3), Kalium dikromat (K2Cr2O7), Kalium klorat (KClO3), dan Cerillium sulfat [Ce2(SO4)3] naik secara tidak stabil bersamaan dengan kenaikan temperatur. Kenaikan tersebut dilihat dari garis grafik yang tidak linier.

Garam Kalium nitrat (KNO3) merupakan garam yang kenaikan kelarutannya paling tajam di antara garam-garam yang lain. Hal ini dapat dilihat dari gradient atau garis lengkung kelarutannya yang memiliki kemiringan paling tajam. Sedangkan Kalium klorida (KCl), kenaikan kelarutanya yang paling lambat di antara garam-garam yang lain. Pada suhu 0C, kelarutan Ce2(SO4)3 (aq) sebesar 20 g dalam 100g air. Pada suhu 0C, kelarutan KClO (aq) sebesar 5 g dalam 100g air. Pada suhu 0C, kelarutan K2Cr2O7 (aq) sebesar 7 g dalam 100g air. Pada suhu 0C, kelarutan KCl (aq) sebesar 28 g dalam 100g air. Pada suhu 0C, kelarutan KNO3 (aq) sebesar 12 g dalam 100g air. Pada suhu 0C, kelarutan CaCl2 (aq) sebesar 58 g dalam 100g air. Pada suhu 0C, kelarutan NaNO3 (aq) sebesar 72 g dalam 100g air.

CONTOH GRAFIK 2

Grafik 2 menjelaskan adanya hubungan pH dengan konsentrasi ion hidrogen [H3O+]. Nilai pH meningkat bersamaan dengan semakin rendahnya konsentrasi ion hidrogen [H3O+], dengan kata lain, pH berbanding terbalik dengan konsentrasi ion hidrogen [H3O+]. Dalam grafik diberikan beberapa contoh zat yang ada pada kehidupan sehari-hari dengan pH dan konsentrasinya masing-masing. Satu contoh untuk menjelaskan hubungan pH dengan [H3O+]. Misalnya pada tomat.

pH = - log [H3O+] Pada grafik diketahui konsentrasinya sebesar 10-4 mol/L (M). Pada konsentrasi tersebut, pH tomat sebesar 4. pH tersebut diperoleh dari rumus perhitungan pH yang dikenalkan oleh Sorensen, dimana rumus tersebut menggunakan fungsi logaritma sebagai berikut.

pada tomat,

[H3O+] = 10-4 M pH = - log 10-4 =4

Sebagai contoh lain, pH air laut dapat dihitung. Bila konsentasinya 10-8 M, maka : [H3O+] = 10-8 M pH = - log 10-8 M =8 Selain tomat, dijelaskan beberapa contoh lain beserta pH-nya. 1M asam klorida (HCl) dengan pH 0, asam labung dengan pH 1; jus lemon dengan pH 2; cuka pH-nya 2,5; minuman anggur pH-nya 3,5; kopi hitam pH-nya 5; pH susu 6,5; air dengan pH 7; pH darah 7,4; air laut dengan pH 8; larutan sodium bikarbonat pH-nya 8,3; boraks dengan pH 9; larutan Mg(OH)2 dalam susu dengan pH 10; ammonia dalam air pH 11; zat pemutih dengan pH 12,5; dan 1M NaOH dengan pH 14.

CONTOH GRAFIK 3

Grafik 3 menunjukkan hubungan kelarutan gas dalam air terhadap temperatur. Kelarutan gas dalam air berbeda dengan kelarutan zat padat bila dibandingkan dengan temperatur. Kelarutan gas dalam air berbanding terbalik dengan kenaikan temperatur. Secara logika, bila larutan dipanaskan, gas dalam larutan tersebut akan menjadi uap sehingga kelarutannya berkurang. Partikel gas akan keluar dari partikel larutan dalam temperatur tinggi. Hal ini sesuai dengan yang ditunjukkan dalam grafik. Pada grafik diberikan contoh gas metana (CH4), gas oksigen (O2), gas karbon monoksida (CO), dan gas helium (He). Gas Helium (He) merupakan gas yang stabil sehingga penurunan kelarutannya tidak terlalu tajam. Gas metana (CH4) merupakan gas yang kelarutannya paling tinggi. Pada suhu 0C, kelarutan He (g) dalam air sebesar 0,4 mM. Pada suhu 0C, kelarutan CO (g) dalam air sebesar 1,3 mM. Pada suhu 0C, kelarutan O2 (g) dalam air sebesar 1,8 mM. Pada suhu 0C, kelarutan CH4 (g) dalam air sebesar 2,25 mM.

CONTOH GRAFIK 4

Grafik 4 menyatakan hubungan jari-jari atom dengan nomor atom. Jari-jari atom diukur pada senyawa kovalen yaitu, setengah jarak antarinti yang berikatan. Makin besar nomor atom, unsurunsur segolongan, makin banyak pula jumlah kulit elektronnya sehingga makin besar pula jarijari atomnya. Unsur-unsur dalam satu periode (dari kiri ke kanan) berjumlah kulit sama tetapi jumlah proton bertambah sehingga jari-jari atom juga berubah. Karena jumlah proton bertambah maka muatan inti juga bertambah yang mengakibatkan gaya tarik menarik antara inti dengan elektron pada kulit terluar semakin kuat. Kekuatan gaya tarik yang semakin meningkat menyebabkan jarijari atom semakin kecil. Sehingga untuk unsur dalam satu periode, jari-jari atom semakin kecil dari kiri ke kanan Pada grafik terlihat bahwa jari-jari atom terpanjang dimiliki oleh unsur Sesium (Cs) dan jari-jari terpendek dimiliki oleh unsur Helium (He).

CONTOH GRAFIK 5

Grafik 5 menyatakan hubungan energi ionisasi dengan nomor atom. Harga energi ionisasi dipengaruhi oleh besarnya muatan inti dan ukuran jari-jari atom. Makin besar muatan inti, maka makin besar pula energi ionisasinya. Sedangkan makin besar jari-jari atom, makin kecil daya tarik terhadap elektron terluarnya. Oleh karena itu, energi ionisasi makin kecil dan makin reaktif unsur tersebut. Berdasarkan hal tersebut, energi ionisasi unsur-unsur segolongan dari atas ke bawah makin kecil karena makin besarnya jari-jari atom unsur-unsur segolongan dari atas ke bawah dengan bertambahnya jumlah kulit elektron. Sebaliknya, energi ionisasi unsur-unsur seperiode dari kiri ke kanan makin besar, karena bertambah besarnya muatan inti dari kiri ke kanan, sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap. Pada grafik terlihat energi ionisasi terbesar dimiliki oleh unsur helium (He) dan energi ionisasi terkecil oleh unsur Sesium (Cs). CONTOH GRAFIK 6

Afinitas elektron adalah energi yang dibebaskan atau diserap oleh atom netral dalam bentuk gas apabila menerima sebuah elektron untuk membentuk ion negatif . Makin negatif harga afinitas elektron, makin mudah atom tersebut menerima elektron dan makin reaktif pula unsurnya. Harga afinitas elektron makin negarif dalam satu periode dari kiri ke kanan, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah, harganya akan bertambah positif. Tanda negatif untuk afinitas elektron ini berarti pengeluaran energi. Grafik menunjukkan bahwa atom unsur golongan 2A dan 8A mempunyai afinitas elektron yang berharga positif. Hal ini mengindikasikan bahwa unsur golongan 2A dan 8A sulit menerima elektron. Afinitas elektron terbesar dimiliki oleh unsur golongan halogen karena unsur golongan ini paling mudah menangkap elektron. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa afinitas elektron, dalam satu periode, dari kiri ke kanan semakin negatif dan dalam satu golongan dari atas ke bawah, semakin positif.
Kelarutan dan Ksp

Kelarutan setiap zat dalam air tidaklah sama, ada yang mudah larut an ada yang sukar. Bila konsentrasi zat dalam larutan sudah maksimum, maka larutan tidak dapat lagi melarutkan zat

(menghasilkan enadapan). Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh jenis pelarut dan suhunya. Kelarutan zat dalam air akan semakin besar jika suhunya dinaikan.

A. Kelarutan

Kelarutan atau daya larut (s = solubility) adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu dan pada suhu tertentu. Satuan kelarutan dinyatakan dalam mol/eter = M. jadi kelarutan sama dengan kemolaan dari larutan jenuhnya. Di dalam air, zat-zat yang sukar larut berada dalam kesetimnangan dengan ion-ion nya dengan harga tetapan kesetimbangan yang sangat kecil.

Suatu zat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu :

1. 2. 3.

Larutan belum jenuh, keadaan dimana larutan masih dapat melarutkan zat tertentu. Larutan tepat jenuh, keadan dimana larutan sudah tidak dapat melarutkan zat tertentu. Larutan lewat jenuh,keadaaan dimana larutan sudah tidak dapat melarutkan zat terlarut sehingga mengahasilkan endapan.

B. Hasil kali kelarutan (KSP) Pada suatu larutan elektrolit, zat-zat yang terlarut akan terionisasi dan menghasilkan kation dan anion. Antara ion-ion yang dihasilkan dan padatan yang tidak terlarut, terjadi kesetimbangan heterogen. Perhatikan persamaan berrikut : Reaksi : AgCl (s) ------> Ag + (aq) + Cl (aq)

Jika terdapat larutan dan padatan pada suatu kesetimbangan heterogen, dalam penentuan harga tetapan kesetimbangan, hanya konsentrasi ion-ion saja yang diperhitungkan. Jadi ksp nya dapat dituliskan : KSP AgCl = [Ag +] [Cl ]

Harga KSP merupakan perkalian antara konsentrasi kation dan konsentrasi anion dipangkatkan koefisiennya. Secara umum KSP dapat dirumuskan sebagai berikut: xAy+ = yBx- (aq)

Ax By (s)

------->

(aq)

Ksp = [A y+]x [bx-]y

Kelarutan dalam Air

Jika garam seperti AgCl dilarutkan daam air, maka garam tersebut akan terionisai dengan sempurna. Kelarutan suatu zat dalam air adalah konsentrasi maksimum zat dalam air saat tercapai keadaan tepat jenuh. Jumlah zat terlarut dapat dihitung dari harga KSP dan sebaliknya, KSP dapat ditentukan jika harga kelarutan diketahui.

Hubungan kelarutan (S) dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (KSP)

Jika harga KSP besar, maka kelarutannya juga besar (mudah larut). Jika harga KSP kecil, maka kelarutan juga kecil (sukar larut). Secara umum dapat ditulis :

Ksp = (n-1) n-1 S n

Keterangan : n = jumlah ion dari elektrolit

S = kelarutan elektrolit (M)

Pengaruh ion senama terhadap kelarutan

Keberadaan ion sejenis akan memperkecil kelarutan suatu elektrolit, makin banyak ion sejenis yang ada dalam larutan, makin kecil kelarutan elektrolit tersebut. Contoh, AgCl dilarutkan dalam ion NaCl atau AgNo3 Ag + (aq) + Cl (aq)

AgCl (s)

------>

Sesuai asas le chateleir, penambahan Ag + atau Cl akan menggeser kesetimbangan ke kiri, sehinghga AgCl yang larut makin sedikit.

Cara menghitung kelarutan elektrolit jika ada ion sejenis, sebagai berikut : 1. Melalui persamaan ksp, hitunglah konsentrasi ion yang tidak memiliki ion sejenis. 2. melalui koefisien reaksi ionisasi, hitunglah kelarutan elektrolit. Hubungan Ksp dan PH

Beberapa senyawa aasm atau basa ada yang sukar larut dalam air. Senyawa tersebut membentuk larutan dengan PH jenuh. Besarnya PH jenuh terebut sesuai dengan banyaknya ion H+ dan OH- yang terlarut. Konsentrasi ini sangat bergantung pada besarnya harga Ksp sehingga kelarutan akan semain besar.

Contoh :

Larutan jenuh Zn(OH)2 dengan PH 10, hitunglah Ksp Zn(OH)2 ! Jawab:

Karena PH= 10, maka POH = 14 10 = 4

[OH-] = 10-4 Zn(OH)2


------>

Zn2+

+ 2OH-

[Zn2+] = . 10-4 = 5. 10-5 M Ksp Zn(OH)2 = [Zn2+] . [OH-]2 = (5. 10-5) . (10-4) = 5. 10-13 M

Pengendapan

Pengendapan Salah satu cirri reaksi kimia dalah menghasilkan endapan. Reaksi ini terjadi jika dua larutan dicampur dan salah satu hasil reaksi berupa endapan. Sebagai contoh AgNO3 dan NaCl yangn dilarutkan di dalam air. Kedua senyawa ini larut denga baik dalam air, artinya dalam larutan AgNO3 terdapat ion Ag+ dan NO3- dan didalam larutan NaCl terdapat ion Na+ dan Cl-. Ketika dicampurkan, akan terbentuk larutan natrium nitrat dengan endapan perak klorida.

Dalam proses yang memungkinkan terbentuknya enadapan AxBy, dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Jika [Ay+]x [Bx-]y > Ksp , pencampuran menghasilkan endapan.

b.

Jika [Ay+]x [Bx-]y = Ksp , pencampuran belum menghasilkan endapan (keadaan tepat jenuh/mulai mengendap) c. Jika [Ay+]x [Bx-]y < Ksp , pencampuran tida menghasilkan endapan.

Catatan : Dalam perhitungan, harus digunakan konsentrasi setalah pencampuran. Diposkan oleh Munawar di 04:39

Proses Terbentuknya Stalagtit dan Stalagmit

Kebutuhan akan pasokan air yang memadai sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup sebuah sistem gua. Tanpa air yang jatuh merembes dari langit-langit, dinding atau lantai gua, proses pembentukan beragam ornamen di dalamnya mungkin tak akan pernah terjadi. Berdasar pada asumsi tersebut, maka sebuah proyek pelestarian untuk tetap bisa mempertahankan keseimbangan air di dalam gua mutlak diperlukan. Selain itu, untuk menjamin ketersediaan air bagi kebutuhan gua selama musim kering atau musim kemarau. Salah satu daya tarik gua merupakan bentukan beragam ornamen yang berada di dalamnya. Apabila ditelusuri, ternyata salah satu pemicu lahirnya ornament tersebut adalah perembesan air ke dalam lapisan batu gamping (karst), yang kemudian muncul pada langit-langit, dinding, serta lantai gua yang kemudian membentuk ornamen gua (speleothem). Ornamen yang seperti tiang tumbuh tersebut, ada karena tetesan air mengandung mineral yang secara terus-menerus jatuh ke lantai gua. Tetesan yang jatuh ke bawah lantai gua tersebut terus mengendapkan material, membangun suatu gundukan yang dinamakan stalagmit. Penumpukan mineral dari tetesan air tersebut akan terus tumbuh dalam bentuk selinder yang semakin tinggi. Hingga mungkin dapat bertemu dengan proses pembentukan stalagtit di atasnya, yang kemudian membentuk coloumn (tiang dalam gua yang terjadi karena bersatunya ornamen stalagmit dan stalagtit). Contoh pembentukan stalagmit di atas hanyalah sebuah bentuk kasus yang menggambarkan betapa pentingnya keberadaan air bagi proses tumbuh dan berkembangnya ornamenornamen atau hiasan-hiasan yang terdapat di dalam gua tersebut. CaCO3 + H2O + CO2 Ca+ 2HCO3 Proses dengan panah bolak-balik tersebut menunjukan bahwa air yang mengandung senyawa asam CO2 akan melarutkan karbonat menjadi kalsium dan bikarbonat. Reaksi balik dari kanan ke kiri akan kembali menghasilkan karbonat. Maka, selain adanya proses pelarutan yang membawa partikel karbonat sehingga terjadi pelubangan dan pengguaan pada batu gamping, di tempat lain terjadi proses pengendapan karbonat berikutnya. Ini menerangkan proses selain terbentuknya gua itu sendiri, juga terbentuknya hiasan-hiasan gua (stalaktit, stalagmit, flowstone, guardam, dll) yang merupakan hasil endapan karbonat dari pelarutan karbonat di tempat lain. http://iandmystories.blogspot.com/2010/10/first-entry.html
http://books.google.co.id/books?id=IgEVD3khQKIC&pg=PA157&lpg=PA157&dq=pembentukan+stalaktit +dan+stalagmit&source=bl&ots=yrspJ8ArIi&sig=ITI2GXXSFJQRGlgDa0gvTgAluTg&hl=id&sa=X&ei=bHhWT 67jGoftrAfsZSMBw&ved=0CEgQ6AEwBA#v=onepage&q=pembentukan%20stalaktit%20dan%20stalagmit&f=true

ua-gua yang ada di Jawa dan Bali umumnya terbentuk di daerah batu kapur. Dari sekitar 1000 gua yang ada di Jawa dan Bali baru sekitar 200 gua yang dipetakan. Didaerah batu kapur , gua terbentuk oleh air hujan yang mengandung gas karbon dioksida (CO2) yang diserap oleh atmosfer. Batu kapur tersusun dengan bahan utama kalsium karbonat (CaCO3) Kalsium karbonat larut larut oleh asam lemah, kemudian membentuk saluran dalam waktu yang lama. Reaksi kimia ini merupakan reaksi kesetimbangan. CaCO3 (s) + H2O(l) + CO2 (aq) Ca2+(aq) + 2HCO3-(aq)

Karena merupakan reaksi kesetimbangan, reaksi tersebut dapat mengalami pergeseran sehingga membentuk stalaktit dan stalagmit. Stalaktit adalah batuan mirip es yang menggantung diatap gua, sedangkan stalagmit adalah batuan seperti es yang tumbuh dari dasar gua akibat tetesan. Pembentukan pilar stalaktit dan stalagmit terjadi ketika air mengandung kalsium karbonat menguap secara berulang-ulang. Dengan kata lain, jumlah CaCO3 berkurang. Menurut prinsip Le Chatelier, jika konsentrasi zat berkurang, reaksi akan bergeser ke arah zat yang berkurang tersebut. Jadi reaksi akan bergeser kekiri (pembentukan CaCO3). Hal ini dapat diamati dari jatuhnya larutan Ca2+ dan HCO3- yang berada diatap gua. Penguapan gua terjadi dalam kurun waktu yang lama atau sangat lambat. Penyebabnya, tidak ada radiasi matahari untuk menarik molekul air, kecilnya pergerakan udara bahkan hampir tidak ada, dan hampir semua udara jenuh dengan uap air. Oleh sebab itu, pembentukan stalaktit dan stalagmit begitu lambat. Pertambahan panjang stalaktit hanya 0,2mm per tahun. Lambatnya laju pengendapan ini juga dipengaruhi oleh gerakan udara dan campuran didalam bau kapur. Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2258641-proses-terbentuknya-stalaktitdan-stalagmit/#ixzz1oNAUKX2L

Larutan Asam dan Basa

Glossary

Pengertian Larutan
Pernahkah Anda membuat sirup? Sirup dapat dibuat dengan mencampurkan gula pasir dan air. Apabila gula pasir dimasukkan dalam air dan diaduk maka padatan gula pasir akan menghilang. Kemanakah perginya gula pasir? Ambillah segelas air sirup. Dengan bantuan sedotan, rasakan sirup dibagian dasar gelas, tengah gelas dan permukaan gelas, bagaimana rasanya? Apakah ada perbedaan rasa? Amati warna sirup di seluruh bagian, apakah ada perbedaan? Sirup merupakan salah satu contoh larutan. Larutan merupakan campuran yang homogen, yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Apa saja komponen dari larutan? Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut zat terlarut (solut) dan pelarut (solven). Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Pada contoh di atas, air merupakan pelarut sedangkan gula merupakan zat terlarut. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada pembahasan materi ini dibatasi hanya larutan dengan dua macam komponen yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu zat terlarut dan pelarut yang dapat dilihat dalam Tabel 1.

Proses Pembentukan Larutan


Proses terjadinya suatu larutan dapat mengikuti salah satu mekanisme berikut: (a) Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat yang baru, (b) Zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut, (c) Terbentuknya larutan berdasarkan dispersi. Reaksi kimia dengan pelarut dapat terjadi apabila ada interaksi antara pelarut dan zat terlarut dengan pemutusan satu atau lebih ikatan kimia. Contoh dari gejala ini adalah:

Pada contoh diatas terbentuk sistem homogen tetapi sifat kimia zat terlarut berubah. Golongan yang kedua, masih menunjukkan adanya antaraksi antarpelarut dan zat terlarut, tetapi tidak sekuat golongan yang pertama dan tidak disertai perubahan sifat dari zat terlarut. Antaraksi yang terjadi ialah bentuk solvasi, dan dinamakan hidratasi jika pelarutnya air. Solvasi biasanya disebabkan karena adanya antaraksi antara pelarut polar terhadap zat terlarut yang polar pula, seperti bila garam NaCl dilarutkan dalam air (lihat Gambar 1). Molekul air sebagai dwikutub mengelilingi ion-ion Na+ dan Cl- seperti tampak pada Gambar. Dalam hal ini dikatakan ion-ion Na+ dan Cl- dalam kedaan tersolvasi. Solvasi dapat pula terjadi antara molekul yang polar, misalnya etanol C2H5OH dengan air. Oleh karena itu alkohol dapat larut dalam air. Sedangkan, proses terjadinya larutan berdasarkan dispersi dapat ditunjukkan oleh CCl4 dan benzena. Kedua molekul ini non polar sehingga tidak ada gaya tarik menarik antara kedua zat tersebut. Kelarutan dalam hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan dari benzena dan karbon tetraklorida untuk terdispersi sejauh mungkin.

Jenis-jenis Larutan
Bermacam-macam larutan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kelarutan, konsentrasi zat terlarut dan daya hantar listrik. Berikut kita bahas jenis larutan berdasarkan konsentrasi zat terlarut, kelarutan daya hantar larutan secara terpisah. 1. Konsentrasi Zat Terlarut Apakah Anda pernah membuat teh pada pagi atau sore hari? The bagaimana yang Anda inginkan, yang pekat atau yang encer? Bila Anda senang teh yang pekat, pasti banyak ekstrak teh yang Anda larutkan dalam pelarut air, sebaliknya bila Anda senang teh encer, hanya sedikit ekstrak teh yang Anda larutkan dalam air.

Dalam pembuatan larutan di laboratorium, kita kenal istilah konsentrasi. Bila larutan pekat berarti konsentrasinya tinggi, dan bila larutan encer berarti larutan tersebut mempunyai konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi tinggi berarti memerlukan lebih banyak zat terlarut daripada larutan dengan konsentrasi rendah. Lebih jelasnya perhatikan Gambar 3 untuk memvisualisasikan perbedaan larutan pekat dan larutan encer.

2. Kelarutan
Pengertian Kelarutan Kita sering melarutkan suatu bahan untuk beberapa keperluan. Kadang-kadang ada bahan yang sukar larut dan ada juga bahan yang mudah larut. Umumnya zat terlarut larut dalam pelarut tertentu dan temperatur tertentu. Misalnya, hanya 4,74 g kalium iodat, KIO3 yang larut dalam 100 g air pada 00C. Bila kita tambahkan 4,74 g KIO3 ke dalam air pada temperatur tersebut, terdapat kelebihan jumlah KIO3 yang tidak larut. Maka dapat kita katakan bahwa kelarutan KIO3 dalam air pada 00C adalah 4,74 g per 100 g air. Dari uraian di atas, banyaknya zat terlarut maksimal yang dapat larut dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat tergantung pada suhu, volume pelarut, dan ukuran zat terlarut.

Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, disebut larutan tidak jenuh. Sedangkan suatu keadaan dengan zat terlarut lebih banyak dari pada pelarut, disebut larutan lewat jenuh. Jadi , larutan yang mengandung 2 g KIO3 dalam 100 g air pada 00C adalah larutan tidak jenuh. Perhatikan uraian berikut. Pada 1000C, kelarutan KIO3 dalam air adalah 32,3 g per 100 g air. Jika larutan yang mengandung 32,3 g KIO3 dalam 100 g air pada 1000C tersebut, kita dinginkan pada 00c, ternyata hanya 4,74 g KIO3 yang masih dalam keadaan larut, dan 27,6 g KIO3 akan membentuk kristal dalam larutan. Proses ini disebut rekristalisasi. Terbentuknya kristal zat terlarut dalam larutan, dapat terjadi bila kita menambahkan sedikit zat terlarut padat pada larutan lewat jenuh seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.

Pelarut yang sering digunakan adalah air. Hal ini disebabkan karena air merupakan zat yang mudah di dapat dan mempunyai kemampuan tinggi untuk melarutkan zat. Jika kita sedang memasak sayur, bermacam-macam bumbu kita masukkan untuk mendapatkan rasa yang sedap. Rasa tersebut merupakan kombinasi rasa dari beberapa macam bumbu yang telah terlarut dalam air (kuah). Karena kemampuan yang tinggi dalam melarutkan zat, air dinamakan sebagai pelarut universal. Di dalam tubuh kita pun air melarutkan makanan sehingga mudah dicerna. Apakah semua zat melarut sama baiknya di dalam air? Untuk menjawab pertanyaan ini, coba perhatikan Tabel 2 berikut.

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diungkapkan bahwa kelarutan berbagai macam zat dalam air tidak sama. Bandingkan kelarutan gula dan garam dalam air. Mana yang lebih mudah

melarut? Mengapa kelarutan zat berbeda-beda? Faktor-faktor apa yang mempengaruhinya? Perhatikan Gambar 5, Anda pasti akan menemukan jawabannya. Selain suhu, factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan (Gambar 5a), dan ukuran zat terlarut (luas permukaan sentuhan zat terlarut) (Gb. 5b).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan Suhu Suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat. Bayangkan dalam gedung bioskop yang banyak penonton sedang asyik menonton film dan tiba-tiba gedung tersebut terbakar. Pasti keadaan orang-orang tersebut akan berbeda, dari keadaan tenang menjadi saling berdesakan dan menyebar. Demikian pula pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi. Perhatikan Gambar 6, terlihat kelarutan KNO3 sangat berpengaruh oleh kenaikan suhu, sedangkan KBr kecil sekali. Jika campuran ini dimasukkan air panas, maka kelarutan KNO3 lebih besar daripada KBr sehingga KBr lebih banyak mengkristal pada suhu tinggi, dan KBr dapat dipisahkan dengan menyaring dalam keadaan panas.

Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka kelarutan gas berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan meninggalkan pelarut. Ikan akan mati dalam air panas karena kelarutan oksigen berkurang. Minuman akan mengandung CO2 lebih banyak bila disimpan dalam lemari es dibandingkan di udara terbuka. Pengadukan Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut. Semakin banyak jumlah pengadukan, maka zat terlarut umumnya menjadi lebih mudah larut. Luas Permukaan Sentuhan Zat Kecepatan kelarutan dapat dipengaruhi juga oleh luas permukaan (besar kecilnya partikel zat terlarut). Luas permukaan sentuhan zat terlarut dapat di diperbesar melalui proses pengadukan atau penggerusan secara mekanis. Gula halus lebih mudah larut daripada gula pasir. Hal ini karena luas bidang sentuh gula halus lebih luas dari gula pasir, sehingga gula halus lebih mudah berinteraksi dengan air. 3. Daya Hantar Listrik Dalam kehidupan sehari-hari mungkin Anda pernah menjumpai orang yang kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan, yaitu menangkap ikan dengan menggunakan strom listrik. Dengan alat tersebut mereka memasukkan aliran listrik ke dalam air sungai atau air laut. Mengapa air sungai tersebut dapat menghantarkan arus listrik dan ikan dapat tertraik oleh aliran listrik tersebut? Dalam air sungai terdapat zat-zat terlarut dan ternyata sebagian dari zat terlarut itu ada yang dapat menghantarkan arus listrik. Hal itu terbukti dengan adanya ikan yang mati akibat sengatan arus listrik. Air murni merupakan penghantar listrik yang buruk. Akan tetapi jika dalam air tersebut ditambahkan zat terlarut maka sifat daya hantarnya akan berubah sesua dengan jenis zat yang dilarutkan. Contoh, jika dalam air ditambahkan garam dapur, maka larutan ini akan dapat menghantarkan listrik dengan baik. Tetapi jika dalam air ditambahkan gula pasir, maka daya hantar listriknya tidak berbeda dengan air murni.

Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan tersebut bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan tersebut bersifat non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hantaran listrik melalui larutan dapat dtunjukkan dengan alat uji elektrolit seperti pada Gambar 7. Jika larutan menghantarkan arus listrik, maka lampu dalam rangkaian tersebut akan menyala dan timbul gas atau endapan pada salah satu atau kedua elektroda.

Contoh lain adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit. Perhatikan reaksi berikut.

Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan. Larutan gula adalah contoh dari larutan non elektrolit. Perhatikan reaksi berikut:

Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan elektrolit maupun non elektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan garam dapur, larutan cuka makan, larutan asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh larutan non elektrolit adalah larutan gula, larutanurea, larutan alkohol, larutan glukosa.

Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah


Daya hantar listrik larutan elektrolit bergantung pada jenis dan konsentrasinya. Beberapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik dengan baik meskipun konsentrasinya kecil, larutan ini dinamakan elektrolit kuat. Sedangkan larutan elektrolit yang mempunyai daya hantar lemah meskipun konsentrasinya tinggi dinamakan elektrolit lemah. Perhatikan hasil uji elektrolit yang ditunjukkan pada Gambar 8. Pada larutan elektrolit lampu yang digunakan menyala dan timbul gas pada elektrodanya. Beberapa larutan elektrolit dapat mengahantarkan listrik dengan baik sehingga lampu menyala terang dan gas yang terbentuk relatif banyak (Gambar 8a). Larutan ini dinamakan elektrolit kuat, beberapa elektrolit yang lain dapat menghantarkan listrik tetapi kurang baik, sehingga lampu nyala, redup atau bahkan tidak menyala dan gas yang terbentuk relatif sedikit. (Gambar 8b). Dari uraian di atas kita dapat golongkan larutan elektrolit menjadi dua macam, yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah.

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat ionisasi = 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-ion. Sebagai contoh larutan NaCl. Jika padatan NaCl dilarutkan dalam air maka NaCl akan terurai sempurna menjadi ion Na+ dan Cl-. Perhatikan reaksi berikut. NaCl (aq)-------- Na+ (aq) + Cl- (aq) Dari reaksi diatas jika 100 mol NaCl dilarutkan dalam air akan terbentuk 100 mol ion Na+ dan 100 mol ion Cl-. Jadi jika 100 mol NaCl dilarutkan akan terbentuk 200 mol ion. Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah. Hal ini disebabklan karena zat terlarut akan terurai sebagian (<< 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut sedikit mengandung ion. Tabel berikut menggambarkan larutan-larutan yang termasuk elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit.

c. Rangkuman
Larutan adalah campuran zat-zat homogen, terdiri dari dua komponen atau lebih yang disebut zat terlarut (solut) dan pelarut (solvent). Suatu larutan dapat dibedakan sebagai larutan jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Mekanisme dalam proses pembentukan suatu larutan adalah: (a) Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat yang baru, (b) Zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut, (c) Terbentuknya larutan berdasarkan dispersi. Larutan dengan konsentrasi tinggi disebut larutan pekat, sedangkan larutan dengan konsentrasi rendah disebut larutan encer. Kelarutan adalah banyaknya zat terlarut maksimal yang dapat larut dalam

jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan. Kelarutan dipengaruhi oleh suhu, pengadukan dan luas permukaan zat. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik, karena zat terlarutnya terurai sempurna (derajat ionisasi = 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-ion. Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah, karena zat terlarut terurai sebagian (<< 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut sedikit mengandung ion. Posted in: Posting Lama Beranda 0 komentar: Poskan Komentar http://e-learningofchemistry.blogspot.com/2011/06/pendahuluan-asam-dan-basa_12.html

Anda mungkin juga menyukai