Anda di halaman 1dari 201

ANALISIS BIAYA DAN PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN NATA DE COCO KOKTAIL (Sun Coco)

(Kasus: PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat)

SKRIPSI

YUDISTIRA MARFIANDA A14105627

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

RINGKASAN

YUDISTIRA MARFIANDA. Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok Penjualan Nata de Coco Koktail (Sun Coco), Kasus: PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR).

Perusahaan dalam kegiatannya sehari-hari (bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Untuk tetap dapat beroperasi dan menghasilkan keuntungan yang diharapkan perusahaan harus berproduksi dengan biaya seefisien mungkin. PT Tonsu

Wahana Tirta sebagai perusahaan pengolahan nata de coco yang berada di kota Depok, Jawa Barat, dalam aktivitas produksinya selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja dan mempertahankan kelanjutan usaha dimana laba atau profitabilitas perusahaan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan terutama dalam menghadapi persaingan di antara para perusahaan pesaingnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis dan mengidentifikasi biaya-biaya yang menjadi dasar penetapan harga pokok penjualan serta bagaimana proyeksinya terhadap profitabilitas perusahaan, (2) menganalisis biaya-biaya apa saja yang mengalami penyimpangan dan paling berpengaruh terhadap penetapan harga pokok penjualan perusahaan serta tindakan korektif apa yang paling tepat. Penelitian ini dilakukan di PT. Tonsu Wahana Tirta di Jalan Pendowo Raya No 46, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan bulan Desember tahun 2009. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak pimpinan manajemen perusahaan serta laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis variance metode satu selisih dan tiga selisih, Metode penetapan harga pokok penjualan adalah metode harga pokok proses (Process Cost Method) dengan pendekatan variabel costing dan full costing. untuk menganalisis kemampuan menghasilkan laba digunakan analisis laba kotor, marjin kontribusi, BEP, MIR dan MOS.

Prioritas utama yang harus diperbaiki perusahaan dalam penyusunan biaya standarnya kedalam harga pokok penjualannya adalah dengan memperhatikan setiap biaya yang ikut serta dalam tahapan produksinya. Analisis penyusunan biaya ke dalam harga pokok penjualan, biaya standar yang ditetapkan melalui perhitungan metode perusahaan adalah lebih besar dari metode perhitungan analisis, Sehingga menyebabkan harga pokok penjualan per unit standar Nata de Coco koktail (produk akhir) menurut perhitungan metode perusahaan (Rp 551) adalah lebih besar dari perhitungan harga pokok penjualan standar metode analisis yaitu metode full costing dan variabel costing (Rp 549). Hasil analisis profitabilitas memperlihatkan bahwa keuntungan yang diperoleh PT Tonsu Wahana Tirta dengan metode penetapan biaya standar dan harga pokok analisis adalah profitabilitas yang terbesar, yaitu 34,20%. Selisih hasil perhitungan metode analisis menemukan banyak kerugian karena adanya penyimpangan terhadap waktu pengerjaan standar yang menyebabkan tarif upah menjadi naik. Waktu selisih terbanyak terjadi pada proses kegiatan perebusan, pemasukan dalam loyang serta pengepakan. Sedangkan pada selisih BOP pada metode analisis memperlihatkan bahwa biaya variabel aktual adalah lebih tinggi dari biaya variabel yang dianggarkan sehingga memberikan selisih yang merugikan, mengindikasikan bahwa menurut metode analisis perusahaan tidak dapat menekan biaya variabel aktualnya yaitu pada biaya aktual bahan penolong terutama gula dan bahan bakar (LPG). Hasil kalkulasi BEP menjelaskan jumlah peningkatan biaya pada perhitungan metode perusahaan adalah lebih besar dari peningkatan biaya dari perhitungan metode analisis, walaupun dari hasil analisa laba kotor pertambahan bersih dalam laba kotor metode perusahaan adalah lebih besar dari metode analisis. Berdasarkan analisa MOS metode penetapan biaya dan harga pokok standar metode perusahaan menghasilkan nilai MOS lebih kecil dari metode analisis, namun memiliki rentang kenaikan paling besar pada kondisi aktualnya jika dibandingkan pada metode analisis.

ANALISIS BIAYA DAN PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN NATA DE COCO KOKTAIL (Sun Coco)
(Kasus: PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat)

YUDISTIRA MARFIANDA A14105627

SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Judul Skripsi

: Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok Penjualan Nata de Coco Koktail (Sun Coco) Kasus: PT. Tonsu Wahana

Tirta, Kota Depok, Jawa Barat Nama Nrp : Yudistira Marfianda : A14105627

Disetujui, Pembimbing

Rahmat Yanuar, SP. MSi NIP 197 601 012 006 041 010

Diketahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 195 712 221 982 031 002

Tanggal Lulus Ujian :

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok Penjualan Nata de Coco Koktail (Sun Coco) Kasus: PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

Yudistira Marfianda A14105627

RIWAYAT HIDUP

Penulis Dilahirkan di Curup, Bengkulu pada tanggal 28 Maret 1985, putera dari bapak Komarudin dan ibu Effi. Penulis merupakan putera pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan dasar di SD 1 Argamakmur pada tahun 1990 selama dua tahun, kemudian melanjutkan ke SD 12 Rejang Lebong hingga lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 1 di Rejang Lebong pada tahun yang sama hingga lulus pada tahun 1999. Pendidikan selanjutnya di tempuh penulis di SMUN 1 Curup dari tahun 1999 hingga tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan tinggi dan diterima sebagai mahasiswa Diploma Tiga pada Program Studi Teknik Instrumentasi dan Kontrol, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan berhasil lulus pada tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT atas nimat iman, islam, kekuatan, keselamatan, kesehatan dan kemudahan yang selalu penulis dapatkan selama menjalani perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini. Skripsi ini berjudul Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok Penjualan Nata de Coco Koktail (Sun Coco) Studi Kasus di PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat, disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana (S1) Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pemilihan topik dan judul penelitian ini diawali dengan ketertarikan penulis terhadap usaha Nata de Coco terutama terhadap proses pengolahannya dan kutipan dari berbagai artikel di internet yang menginformasikan bahwa bisnis Nata de Coco sangat potensial sekaligus menguntungkan. Sebagai kebijakan untuk mendukung program penelitian penulis memilih PT Tonsu Wahana Tirta yang berada di kota Depok dengan pertimbangan perusahaan tersebut mengolah bahan baku air kelapa hingga menjadi produk olahannya yaitu Nata de Coco Koktail, selain itu perusahaan tersebut telah berpengalaman dalam berproduksi karena telah lama berdiri yaitu sejak tahun 2000. Perusahaan seperti PT. Tonsu Wahana Tirta dalam aktifitas sehari-hari dalam pemasaran hasil produknya bertindak sebagai penerima harga, namun dalam proses produksinya perusahaan sering mengalami kendala terhadap fluktuasi harga bahan penolong, oleh karena itu untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan dalam industrinya perhatian manajemen harus tertuju terhadap biaya produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya standar yang menjadi dasar pengendalian biaya dan penetapan harga pokok penjualan dan bagaimana proyeksinya terhadap profitabilitas perusahaan. Alternatif penyusunan biaya yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi serta pertimbangan pihak manajemen dalam mengambil kebijakan dalam penyusunan biaya produksi kedalam harga pokok penjualan dan penetapan biaya standarnya pada periode selanjutnya.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2010

Yudistira Marfianda A14105627

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis sangat bersyukur atas bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak selama kegiatan penelitian dilakukan hingga skripsi ini ditulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Rahmat Yanuar, SP, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar, tulus dan bijaksana meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan sejak perencanaan penulisan proposal, pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini. 2. Ibu Dr.Ir. Anna Fariyanti, MS, atas evaluasi, saran, motivasi dan masukan yang sangat berharga selama penulis menyelesaikan studi hingga skripsi ini diselesaikan. 3. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji komdik atas kritik dan saran yang sangat berharga untuk perbaikan skripsi 4. Seluruh staf Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Mba Nur, Mba Rahmi, dan Mba Maya atas masukan dan kerjasamanya selama penulis menyelesaikan studi hingga skripsi ini diselesaikan. 5. Abi Rahmat yang telah memberikan dukungan, motivasi, semangat dan bimbingan spiritual yang sangat berharga selama ini kepada penulis, semoga Alllah SWT memberikan keberkahan dunia dan akhirat kepada kita semua. 6. Bapak Komarudin, Ibunda Effi dan kedua adik tersayang Rangki Marfianda, dan Almira Tri Rahma Zella, yang telah memberikan semangat ,doa dan dukungan selama penulis menyelesaikan studi. 7. Bapak Toni selaku manajer dan seluruh staf karyawan PT. Tonsu Wahana Tirta atas waktu, kesempatan dan kerjasamanya dalam memberikan informasi serta masukan selama penulis menyelesaikan skripsi. 8. Mr. Zamani Akbar terima kasih atas masukan dan sharenya selama ini metode anda memang brilliant. 9. Mr. Tenri Wali BS. Terima kasih atas bantuannya dalam pembahasan seminar penulis, arahan anda sungguh baik.

10. Sahabat-sahabatku warga Paladium Akbar Zamani (Bamz), Abdi Haris (Igor), Alam Lazuardi (Roev), Agung Wibowo (Jappy), Eko Hendrawanto (Doc), Kholid Syamsurijal (Jaloe), Rudi (uda faisal), Tenri Wali (Boy), Faiq Al syawaf (Gabol), Dafri Ariyadi (Duff), Dimaz, Evan marheky (Brimob), Irvan Lubiz (Sensei), Zacky Adnany (Jack), Atas masukan, canda tawa, dukungan, semangat, kritik, dan saran yang telah diberikan kepada penulis. 11. Terima kasih juga untuk ibu yayuk atas menu-menu makanan special yang disajikan serta dukungannya. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dengan segala keterbatasan wawasan dan pikiran penulis, sehingga sangat disadari bahwa masih banyak kekurangan pada tulisan ini. Kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan sehingga dimasa mendatang dapat lebih baik. Semoga apa yang telah dituangkan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2010

Yudistira Marfianda A 14105627

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Permasalahan ............................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nata de Coco .............................................................................. 2.2. Proses Produksi Nata de Coco ..................................................... 2.3. Biaya ........................................................................................... 2.3.1. Klasifikasi Biaya .............................................................. 2.3.2. Pengendalian Biaya .......................................................... 2.4. Produksi ....................................................................................... 2.4.1. Biaya Produksi .................................................................. 2.5. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 2.5.1. Penelitian Tentang Biaya dan Harga Pokok ....................... 2.5.2. Penelitian Tentang Nata de coco ........................................ 2.5.3. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu ........................... III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 3.1.1. Biaya dan Keuntungan Bagi Perusahaan ............................ 3.1.2. Pengendalian Biaya ........................................................... 3.1.2.1. Biaya Standar ....................................................... 3.1.2.2. Biaya Aktual ......................................................... 3.1.3. Analisis Varians ................................................................ 3.1.4. Metode Harga Pokok ......................................................... 3.1.5. Analisis laba Kotor ............................................................ 3.1.6. Perencanaan Keuntungan Penjualan dan Biaya .................. 3.1.5.1. Analisis Titik Impas .............................................. 3.1.5.2. Marjin Kontribusi ................................................. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 4.3. Metode Pengambilan Data ............................................................

iv xi xii

1 7 11 11 12

13 14 15 15 16 18 19 20 20 22 24

26 26 26 27 30 30 32 35 36 36 37 38

41 41 41

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 4.4.1. Analisis Harga Pokok ....................................................... 4.4.2. Analisis Biaya Standar....................................................... 4.4.2.1. Biaya Standar Bahan Baku .................................... 4.4.2.2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung.................. 4.4.2.3. Biaya Standar Overhead Pabrik............................. 4.4.3. Analisis Penyimpangan (Variance) .................................... 4.4.3.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku ....................... 4.4.3.2. Analisis Selisih Biaya TKL ................................... 4.4.3.3. Analisis Selisih BOP............................................. 4.4.4. Analisis Laba Kotor ........................................................... 4.4.5. Kemampuan Menghasilkan Laba ....................................... 4.4.5.1. Marjin Kontribusi ................................................. 4.4.5.2. Titik Impas (BEP) ................................................. 4.4.5.3. Analisis Profitabilitas ............................................ V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Latar Belakang Perusahaan ........................................................... 5.2. Struktur Organisasi Perusahaan ..................................................... 5.3. Aktifitas Perusahaan ..................................................................... 5.3.1. Aktifitas Pembelian Bahan Baku ....................................... 5.3.2. Aktifitas Produksi .............................................................. 5.4. Lokasi Pabrik ................................................................................ 5.5. Fasilitas Produksi dan Peralatan .................................................... 5.6. Bahan Baku .................................................................................. 5.7. Tenaga Kerja ................................................................................ 5.8. Teknologi ..................................................................................... 5.9. Proses Produksi.............................................................................

42 43 44 44 45 45 45 48 49 49 49 50 50 50 51

52 53 54 54 55 55 55 57 58 58 58

ANALISIS BIAYA PRODUKSI 6.1. Biaya Standar................................................................................ 63 6.1.1. Biaya Standar Metode Perusahaan ..................................... 63 6.1.1.1. Biaya Standar Bahan Baku .................................... 63 6.1.1.2. Biaya Standar TKL ............................................... 69 6.1.1.3. Biaya Standar Overhead Pabrik............................. 74 6.1.2. Biaya Standar Metode Analisis .......................................... 75 6.1.2.1. Biaya Standar Bahan Baku .................................... 75 6.1.2.2. Biaya Standar TKL ............................................... 75 6.1.2.3. Biaya Standar Overhead Pabrik............................. 87 6.2. Biaya Aktual ................................................................................. 90 6.2.1. Biaya Aktual Metode Perusahaan ...................................... 90 6.2.1.1. Biaya aktual Bahan Baku ...................................... 90 6.2.1.2. Biaya Aktual TKL ................................................ 93 6.2.1.3. Biaya Aktual Overhead Pabrik .............................. 94 6.2.2. Biaya Aktual Metode Analisis ........................................... 95 6.2.2.1. Biaya Aktual Bahan Baku ..................................... 95 6.2.2.2. Biaya Aktual TKL ................................................ 96 6.2.2.3. BOP Aktual .......................................................... 100

6.2. Analisis Selisih Biaya .................................................................. 6.3.1. Analisis Selisih Biaya Metode Perusahaan ......................... 6.3.1.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku ....................... 6.3.1.2. Analisis Selisih Biaya TKL ................................... 6.3.1.3. Analisis Selisih BOP ............................................. 6.3.2. Analisis Selisih Biaya Metode Analisis .............................. 6.3.2.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku ....................... 6.3.2.2. Analisis Selisih Biaya TKL ................................... 6.3.2.3. Analisis Selisih BOP............................................. VII. ANALISIS BIAYA DAN PENGENDALIAN BUDJET 7.1. Harga Jual Nata de coco Koktail ................................................... 7.2. Harga Pokok Penjualan ................................................................. 7.2.1. Harga Pokok Penjualan Metode Perusahaan ...................... 7.2.2. Harga Pokok penjualan Metode Analisis............................ 7.3. Analisis Laba Kotor ...................................................................... 7.3.1. Analisis Laba Kotor Metode Perusahaan............................ 7.3.2. Analisis Laba Kotor Metode Analisis ................................ 7.4. Analisis Titik Impas ..................................................................... 7.4.1. Analisis Titik Impas Metode Perusahaan ........................... 7.4.2. Analisis Titik Impas Metode Analisis ................................ 7.5. Analisis Marjin Kontribusi ........................................................... 7.6. Analisis Marjin of Safety .............................................................. 7.7. Analisis Profitabilitas ....................................................................

102 103 103 106 110 111 111 115 123

125 125 125 127 131 132 135 138 138 140 142 143 144

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ................................................................................... 145 8.2. Saran............................................................................................. 146 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 148 LAMPIRAN ................................................................................................ 150

DAFTAR TABEL

Nomor 1.

Halaman Proyeksi Luas Areal dan Produksi Kelapa Menurut Jenis Pengusahaan Tahun 2006 - 2010 .................................................... Produksi Kelapa di Jawa Barat 2004-2007 ...................................... PDRB Kota Depok Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000 Periode 2003 2007 (Dalam juta Rupiah)................. Beberapa Jenis Produk Minuman Nata de Coco (Koktail) ............... Biaya Operasional (Variabel) Nata de Coco (Sun Coco 220 ml) Lempeng dan Kemasan (50 Kg Nata Lembaran) ............................. Harga Pembelian Bahan Penolong dan Botol Pengemasan Tahun 2009 ..................................................................................... Faktor Penyebab Terjadinya penyimpangan ................................... Jenis dan Sumber Data .................................................................... Kapasitas Produksi Bulanan Nata de Coco Koktail di PT Tonsu Wahana Tirta Tahun 2008-2009 ......................................................

1 4

2. 3.

5 6

4. 5.

6.

9 10 42

7. 8. 9.

65

10.

Total Kebutuhan Bahan Baku (Air Kelapa) Pembuatan Nata de Coco (Sun Coco) ...................................................................................... 65 Jumlah Total Kebutuhan Air Kelapa................................................ Kuantitas Standar Kebutuhan Bahan Baku Pembuatan Nata Mentah Lembaran ........................................................................... Standar Harga Bahan Baku Air Kelapa Pada PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan ................................................................. Perhitungan Harga Pokok Produksi Standar Per unit Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan .................................... 66

11. 12.

66

13.

67

14.

68

15.

Kapasitas Produksi Rata-rata Bibit Nata di PT Tonsu Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 - September 2009 ............................................

70

16. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit Proses Pengembangan Bibit Nata Metode Perusahaan ............ 17. Kapasitas Rata-rata Produksi Nata de coco Koktail di PT Tonsu Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 September 2009 ..................... 18. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan ....... 19. Kapasitas Rata-rata Produksi Nata Mentah Lembaran di PT Tonsu Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 September 2009 ..................... 20. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ........... 21. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Standar di PT. Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan .............................. 22. Prosedur Penetapan Biaya Standar BOP per Unit Metode Perusahaan. ..................................................................................... 23. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Pengembangan Bibit Metode Analisis..................................................................... 24. Perhitungan Harga Pokok Produksi Standar Per unit Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis ......................................... 25. Spesifikasi Standar Produk Pengembangan Bibit Nata Metode Analisis ........................................................................................... 26. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pengembangan Bibit Nata ....................................................................................... 27. Spesifikasi Produk Nata Mentah Lembaran ..................................... 28. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran ........................................................................... 29. Spesifikasi Produk Nata de coco Koktail .........................................

70

71

72

73

73

74

75

77

78

79

80 82

83 85

30. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata de Coco Koktail ................................................................................... 31. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Standar Biaya Overhead Pabrik Metode Full Costing ....................................................................... 32. Prosedur Penetapan Biaya Standar BOP per Unit Metode Full Costing............................................................................................ 33. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Standar Variabel Costing ............................................................................. 34. Rekapitulasi BOP Standar per Unit Metode Variabel Costing ......... 35. Prosedur Penetapan BOP Standar per Unit Metode Variabel Costing............................................................................................ 36. Produksi Aktual Nata de Coco Kemasan (Koktail) Selama 15 Hari Pada Bulan November Tahun 2009 ......................................... 37. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Aktual Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan ................................... 38. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Aktual Metode Perusahaan ......................................................................... 39. Prosedur Penetapan Biaya Overhead Pabrik Aktual per Unit Metode Perusahaan. ........................................................................ 40. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Aktual Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis ......................................... 41. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pengembangan Bibit Nata ............................................................... 42. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran ................................................................... 43. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata de coco Koktail ......................................................................

85

87

88

89 90

90

91

92

94

95

96

97

98

99

44. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Aktual Analisis Metode Full Costing ......................................................... 100 45. Prosedur Penetapan BOP Aktual Analisis per Unit Metode Full Costing............................................................................................ 101 46. Rekapitulasi BOP Aktual Analisis per Unit Metode Variabel Costing............................................................................................ 102 47. Prosedur Penetapan BOP Aktual Analisis per Unit Metode Variabel Costing. ............................................................................ 102 48. Perbandingan Biaya Standar dan Biaya Aktual Bahan Baku Nata de coco Koktail Per Unit Metode Perusahaan ......................... 104 49. Selisih Harga Bahan Baku Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ...................................................................................... 105 50. Selisih Kuantitas Bahan Baku Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ...................................................................................... 106 51. Selisih Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan ......................................................... 107 52. Selisih Kuantitas Bahan Baku Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan ......................................................... 108 53. Selisih Tarif / Kuantitas Upah TKL Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan ............................................ 108 54. Selisih Harga Bahan Baku Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ............................................................. 109 55. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail ............... 109 56. Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail ............................................................................................ 109 57. Perbandingan BOP Standar dan BOP Pembuatan Nata de coco Koktail aktual Metode Perusahaan .................................................. 110

58. Perhitungan Selisih BOP Full Costing (satu selisih) Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ....................................... 110 59. Selisih BOP Metode Variabel Costing Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ............................................................. 111 60. Perbandingan Harga Standar dan Harga Aktual Bahan Baku Nata de coco Koktail Per Unit Metode Analisis ............................... 112 61. Selisih Harga Bahan Baku Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis .............................................................................. 113 Selisih Kuantitas Bahan Baku Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis .............................................................................. 114 Selisih Harga / Kuantitas Bahan Baku Nata de coco Koktail Metode Analisis .............................................................................. 114 Perbandingan Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis .............................................................................. 115 Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Bibit Nata ...... ........................................................................................................ 116 Selisih Tarif Upah TKL Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis ..... 116 Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis ..... 117 Selisih Tarif Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis ........................................................................................... 118 Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran .......................................................................... 118 Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis .............................................................................. 119 Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis .............................................................. 119 Selisih Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis .................................................................. 120

62.

63.

64.

65.

66. 67. 68.

69.

70.

71.

72.

73.

Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Nata de coco koktail..................................................................................... 121 Selisih Kuantitas Proses PembuatanNata de coco Koktail MetodeAnalisis ............................................................................... 121 Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis ................................................................. 122 Perbandingan BOP Standar dan BOP Pembuatan Nata de coco Koktail aktual Metode Analisis ....................................................... 123 Perhitungan Selisih BOP Full Costing (satu selisih) Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis ............................................ 123 Selisih BOP Metode Variabel Costing Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis .................................................................. 124 Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan ...................... 126 Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan ....................... 127 Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Full Costing .................... 128 Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Variabel Costing ............. 129 Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Full Costing .................... 130 Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Variabel Costing ............. 131 Perhitungan laba Kotor Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan ...................................................................................... 132 Kalkulasi Selisih Harga Jual Kuantitas Penjualan MetodePerusahaan .......................................................................... 133

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan Kuantitas biaya Metode Perusahaan ......................................................................... 133 Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan Terakhir Metode Perusahaan ........................................................... 134 Perhitungan laba Kotor Nata de Coco Koktail Metode Analisis ....... 135 Kalkulasi Selisih Harga Jual Kuantitas Penjualan Metode Analisis ........................................................................................... 136 Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan Kuantitas Biaya Nata de Coco Koktail Metode Analisis ............................................ 136 Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan Terakhir Nata de Coco Koktail Metode Analisis.............................. 137 Perbandingan Jumlah Pendapatan dan Biaya Standar dan Aktual Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan ........................... 139 Perbandingan Nilai Titik Impas Standar dan Aktual Metode Perusahaan ...................................................................................... 139 Perbandingan Jumlah Pendapatan dan Biaya Standard dan Aktual Nata de Coco Koktail Metode Analisis ................................ 140 Perbandingan Nilai Titik Impas Standar dan Aktual Metode Analisis .......................................................................................... 141 Perbandingan Nilai Marjin Kontribusi Metode Perusahaan dan Metode Analisis .............................................................................. 142 Perbandingan Nilai Marjin of Safety (MOS) Metode Perusahaan dan Metode Analisis ..................................................... 143 Perbandingan Kemampuan Memperoleh laba di PT Tonsu Wahana Tirta .................................................................................. 144

88.

89. 90.

91.

92.

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

DAFTAR GAMBAR

Nomor 1. 2.

Halaman Jenis Perusahaan Nata de coco ........................................................ Harga Pokok Produk dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode Variabel Costing ................................................................ Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode Full Costing ....................................................................... Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... Grafik Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas Standar Lebih Rendah dari Kuantitas Dan Harga Sesungguhnya ............................ Grafik Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas Standar Lebih Tinggi dari Kuantitas dan Harga Sesungguhnya .............................. Grafik Harga Standar Lebih Rendah dari Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Standar Lebih Tinggi dari Kuantitas Aktual .............. Grafik Harga standar Lebih Tinggi dari Harga Aktual dan Kuantitas Standar Lebih Rendah dari Kuantitas Aktual. .................. Tata Letak PT. Tonsu Wahana Tirta ................................................ Struktur Organisasi PT. Tonsu Wahana Tirta 2009 .......................... Proses Pembuatan Nata de coco Lembaran...................................... 3

33

3.

34 40

4.

5.

46

6.

47

7.

48

8.

48 52 53 59

9. 10. 11.

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1.

Halaman Harga Pokok Produksi Standar Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan ...................................................................................... 150 Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ...................................................................................... 151 Harga Pokok Produksi Standar Bibit Nata Metode Analisis ........................................................................................................ 153 Harga Pokok Produksi Standar Nata Mentah Lembaran Metode Analisis ........................................................................................... 154 Harga Pokok Penjualan Standar Nata Koktail Metode Analisis Full Costing .................................................................................... 155 Harga Pokok Produksi Standar Nata Koktail Metode Analisis Variabel costing .............................................................................. 157 Harga Pokok Produksi Nata Lembaran Aktual Metode Perusahaan ...................................................................................... 158 Harga Pokok Penjualan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ...................................................................................... 159 Harga Pokok Produksi Bibit Nata Aktual Metode Analisis .............. ........................................................................................................ 161 Harga Pokok Produksi Aktual Nata Mentah Lembaran Metode Analisis ........................................................................................... 162 Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail Metode Analisis Full costing ........................................................................ 163 Waktu Standar Operasi Pembuatan Bibit Nata de Coco Analisis ..... 165 Waktu Standar Operasi Pembuatan Nata mentah Lembaran Metode Analisis .............................................................................. 166

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12. 13.

14.

Waktu Standar Operasi Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis .............................................................................. 167 Peralatan Pembuatan Bibit Nata de coco ......................................... 168 Peralatan Pembuatan Nata Mentah Lembaran .................................. 169 Peralatan Pembuatan Nata de coco Koktail (Kemasan) .................... 170 Waktu Aktual Proses Pembuatan Bibit Nata Selama 15 Hari ......... 171 Waktu Aktual Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Selama 15 Hari................................................................................

15. 16. 17. 18. 19.

172

20.

Waktu Aktual Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Selama 15 Hari ............................................................................................ 173 Alur Proses Pembuatan dan Pengembangan Bibit Nata.................... 174 Alur Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran .............................. 175

21. 22.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kelapa merupakan komoditi sosial yang pengembangannya di Indonesia sudah berkembang secara tradisional turun temurun tersebar di seluruh Nusantara. Pertanaman kelapa tersebar di seluruh kepulauan Indonesia seluas 3,8 juta Ha yaitu Sumatera (34,6%), Jawa (22,9%), Sulawesi (18,9%), Bali, NTB, dan NTT (7,6%), Maluku dan Papua (8,6%) serta Kalimantan (7,4%), Jika ditinjau dari luas areal kelapa dunia (11,8 juta Ha), areal kelapa Indonesia mencapai 26,23% dari areal dunia, dengan produksi buah kelapa rata-rata 15,5 milyar butir per tahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut (Konferensi Nasional Kelapa VI 2006). Berdasarkan prosiding konferensi nasional kelapa VI di Gorontalo 2006, diperkirakan proyeksi areal dan produksi kelapa sampai dengan tahun 2010 akan terus meningkat (Tabel 1), hal ini disebabkan adanya rencana jangka panjang pemerintah (2025) dalam pengembangan agribisnis kelapa pada tingkat makro sebagai komoditas andalan yang meliputi intensifikasi, peremajaan dan pengembangan yaitu dengan merealisasikan biaya yang berasal dari berbagai sumber seperti perbankan, pemerintah pusat dan daerah, pengusaha dan dana dari komoditi sebesar 7.432 milyar sampai dengan tahun 2010. Tabel 1. Proyeksi Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan Tahun 2006-2010
No 1 2 3 4 5 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 PR 3.815 3.819 3.823 3.827 3.830 Areal (000 ha) PBN PBS 7 72 7 72 7 72 7 72 7 72 Jml 3.894 3.898 3.902 3.906 3.910 PR 3.237 3.269 3.302 3.335 3.368 Produksi (000 ton) PBN PBS 5 85 5 86 5 87 5 88 5 89 jml 3.327 3.360 3.394 3.428 3.462

Sumber : (APCC) Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VI Tahun 2006. Keterangan : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Negara PBS : Perkebunan Swasta

Sekalipun terlihat adanya kenaikan luas areal lahan dan produksi kelapa untuk tahun-tahun berikutnya, permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan

agribisnis kelapa di Indonesia salah satunya adalah daya saing. Industri pengolahan buah kelapa umumnya masih terfokus kepada pengolahan hasil daging buah sebagai hasil utama, sedangkan industri yang mengolah hasil samping buah (by-product) seperti air, sabut, dan tempurung kelapa masih secara tradisional dan berskala kecil, padahal potensi ketersediaan bahan baku untuk membangun industri pengolahannya masih sangat besar. Tanaman kelapa sering juga disebut sebagai pohon kehidupan (tree of life), karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia dan mempunyai nilai ekonomis salah satunya adalah air kelapa. Air kelapa pada dasarnya merupakan hasil samping dari produksi kopra atau kelapa parut kering (desiccated coconut). Sekitar 40% butir kelapa yang dihasilkan diolah menjadi kopra (5 milyar butir/tahun), terdapat bahan ikutan berupa air kelapa sebesar 3,75 ton, dengan asumsi luas areal kelapa pada tahun 2009 mencapai 3,8 juta ha dengan produksi 3 juta ton setara kopra maka pada tahun 2009 akan diperoleh sekitar 450 juta liter air kelapa. Jumlah air kelapa yang melimpah untuk setiap tahun merupakan suatu peluang untuk meningkatkan daya saing produk kelapa melalui program pengembangan diversifikasi produk dari air kelapa (Asian Pacific Coconut Community 2006). Air kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan minuman ringan, jelly, ragi, alkohol, nata de coco, dextran, anggur, cuka, ethyl acetat, dan sebagainya. Komposisi kimia air kelapa adalah; specific grafity 1,02%, bahan padat 4,71%, gula 2,56%, abu 0,46%, minyak 0,74%, protein 0,55%, dan senyawa khlorida 0,17%. Air kelapa yang dapat diolah untuk menghasilkan beberapa produk bernilai ekonomi seperti minuman ringan, cuka, dan nata de coco. Nata de coco sendiri selain sebagai makanan berserat, juga dapat digunakan dalam industri akustik. Saat ini baru nata de coco yang telah berkembang mulai dari skala industri rumah tangga hingga industri besar. Berdasarkan profil usaha, saat ini terdapat tiga jenis industri nata de coco yang berkembang, yaitu perusahaan yang hanya menghasilkan nata de coco mentah (lembaran), perusahaan yang hanya menghasilkan nata de coco kemasan (syrup), dan perusahaan menghasilkan nata de coco mentah sekaligus mengolahnya menjadi nata de coco kemasan (Gambar 1).

Gambar 1. Jenis Perusahaan Nata de coco.

Produk nata de coco dapat diolah menjadi berbagai minuman segar, seperti puding, koktail nata dalam sirup, campuran jelly, manisan dan produk lainnya. Komponen yang dikandung nata de coco terutama air dan serat kasar yang berguna untuk pencernaan. Potensi pengusahaan nata de coco sangat menjanjikan. Hal ini mengingat bahan baku limbah air kelapa yang melimpah, bahan pembantu mudah didapat dan teknologi pengolahannya relatif mudah. Produk olahan nata de coco mempunyai daya tahan relatif lama, dikemas siap saji, disukai konsumen dari berbagai kalangan, makanan berserat tinggi, biaya produksi relatif rendah sehingga produk ini dapat mudah bersaing dipasaran. Adanya prospek yang menjanjikan dalam industri nata de coco, membuat semakin banyak pihak investor yang menanamkan modalnya ke dalam industri ini. sehingga saat ini banyak bermunculan perusahaan baik berskala besarmenengah maupun perusahaan kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri. Perusahaan besar-menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas mencakup pasar domestik dan pasar ekspor. Jawa barat merupakan salah satu daerah penghasil kelapa di Indonesia, Daerah-daerah penghasil kelapa di Jawa Barat adalah Banten, Ciamis, Cianjur, Garut, Sukabumi, dan Tasikmalaya. Produksi kelapa di jawa barat tahun 2004 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel 2. Daerah pengolahan kelapa menjadi produk turunanya biasanya sangat dekat dengan daerah pemasarannya misalnya di daerah Bekasi, Depok, Bogor, dan Tanggerang sebagai salah satu contohnya PT. Putra Jalasutra Kencana, PT. Fortuna Co, yang berada di daerah Bekasi, PT. Graha Putraindo yang merupakan perusahaan pemasaran dan pengolahan kopra yang terdapat di daerah Depok. Daerah Depok strategis sebagai

tempat berdirinya berbagai perusahaan pengolahan hasil pertanian salah satunya adalah pengolahan kelapa menjadi produk turunannya, karena posisinya yang strategis sebagai kota satelit. Tabel 2. Produksi Kelapa di Jawa Barat Tahun 2004-2007.
Tahun 2004 2005 2006 2007 Perkebunan Rakyat (PR) Luas areal (Ha) Produksi (Ton) 172.500,60 155.512,70 182.463,00 177.436,10 183.360,07 148.099,22 177.450,00 136.831,00 Perkebunan Swasta(PBS) Luas areal (Ha) Produksi (Ton) 699,15 341,34 668,43 422,45 660,69 114,42 670,00 142,00

Sumber : Badan Pusat Statistik (Jawa Barat dalam angka 2008

Kota Depok sebagai wilayah termuda di provinsi Jawa barat dengan luas 200,29 km2, terbentuk pada tahun 1999 berdasarkan UU Nomor 15 tahun 1999 tentang pembentukan kotamadya daerah tingkat II Depok dan kotamadya daerah tingkat II Cilegon. Peningkatan pendapatan domestik bruto (PDRB) kota Depok dapat menjadi indikator pesatnya pertumbuhan ekonomi kota Depok dari tahun ke tahun. PDRB adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu tertentu (satu tahun) di wilayah regional tertentu. Perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor perekonomian kota Depok baik dari segi perubahan besarnya distribusi maupun kontribusi tiap sektor dapat terlihat dengan jelas dalam PDRB kota Depok. Dapat dilihat dalam PDRB kota Depok periode 2003 2007 (Tabel 3), industri pengolahan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB yaitu sebesar 40,10 % pada tahun 2003 dan mengalami peningkatan menjadi 40,39 % pada tahun 2007. Adanya optimisme pemerintah kota Depok terhadap kemajuan pembangunan terutama sebagai tempat berdirinya berbagai perusahaan

pengolahan hasil pertanian salah satunya adalah pengolahan kelapa menjadi produk turunannya. Adanya faktor sumber bahan baku, dan minat para investor untuk menanamkan investasinya di bisnis pengolahan ini, maka usaha pengolahan hasil buah kelapa salah satunya adalah nata de coco sangat layak untuk didirikan di kota Depok. Daerah survey penelitian di kota Depok terdapat tiga jenis usaha Nata de Coco, yaitu: pertama, usaha membuat nata de coco lembaran (mentah) saja,

kedua usaha membuat nata de coco kemasan saja dan ketiga, usaha membuat nata de coco lembaran sekaligus kemasan. Tabel 3. PDRB Kota Depok Menurut lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000 Periode 2003 2007 (Dalam juta Rupiah)
Sektor Pertanian 2003 153.071,52 (3,67) 2004 159.556,91 (3,59) 2005 167.053,64 (3,52) 2006 159.921,17 (3,16) 2007 161.095,98 (2,97)

Pertambangan dan (0) (0) (0) (0) (0) Penggalian Industri 1.671.366,52 1.793.348,32 1.954.749,67 2.096.462,49 2.188.502,41 Pengolahan (40,30) (40,38) (41,15) (41,34) (40,39) Listrik, Gas 138.496,57 146.341,60 157.857,97 162.625,11 168.289,13 dan Air (3,32) (3,30) (3,32) (3,21) (3,11) Bersih Bangunan/ 269.033,15 284.053,85 289.734,93 299.855,37 330,725,45 konstruksi (6,45) (6.40) (6,10) (3,92) (6,10) Perdagangan, 1.221.192,62 1.293.418,42 1.371.884,46 1.500.643,82 1,680.841,66 Hotel dan (29,29) (29,13) (28,88) (29,62) (31,02) Restoran Pengangkutan 225.171,34 240.540,33 259.654,73 265.439,68 272.608,12 dan (5,40) (5,42) (5,47) (5,42) (5,03) Komunikasi Keuangan, Persewaan, & 163.791,87 180.689,28 192.688,45 198.084,51 216.184,33 Jasa (3,93) (4,07) (4,06) (3,91) (3,99) Perusahaan Jasa-jasa 327.129,36 342.927,92 356.430,25 385.097,91 399.999,46 (7,85) (7.72) (7,50) (7,60) (7,38) PDRB 4.369.755,44 4.440.876,83 4.750.034,10 5.066.129,06 5.618.246,94 (100) (100) (100) (100) (100)
Sumber : BPS Kota Depok, 2003 2007. ( ) = Persentase kontribusi tiap sektor terhadap PDRB Kota Depok

PT. Tonsu Wahana Tirta adalah salah satu perusahaan yang sejak tahun 2000 bergerak dalam usaha pengolahan air kelapa menjadi nata de coco dalam kemasan (Koktail) yang terletak di kota Depok. Perusahaan ini selain mengolah air kelapa menjadi lembaran nata de coco juga mengolahnya langsung menjadi minuman sari kelapa (Koktail) nata de coco dalam kemasan. Produk akhir yang dihasilkan PT Tonsu Wahana Tirta adalah nata de coco dalam kemasan gelas plastik 220 ml dengan label kemasan bermerek Sun coco dengan bahan baku utama adalah air kelapa. Kapasitas produksi PT Tonsu Wahana Tirta mencapai 175 karton perhari dengan isi dalam kemasan karton adalah 24 cup atau setara dengan 4.200 cup per hari.

Banyaknya perusahaan-perusahaan sejenis di propinsi Jawa Barat baik dalam skala perusahaan maupun usaha rumah tangga yang muncul secara sporadis, sehingga dalam menjalankan usahanya sehari-hari PT Tonsu Wahana Tirta menghadapi persaingan. Tingkat persaingan terjadi lebih ketat terutama pada input air kelapa dari sumber yang relatif sama terutama saat permintaan meningkat terutama pada hari-hari besar keagamaan, selain itu persaingan juga terjadi dalam pemasaran produknya, karena saat ini banyak ditemukan berbagai macam produk sejenis dan merk di pasaran. Beberapa produk minuman nata de coco berdasarkan observasi pasar bulan Oktober 2009 adalah sebagai berikut pada (Tabel 4). Tabel 4. Beberapa Jenis Produk Minuman Nata de coco (Koktail)
Produk Kara Wong Coco King Coco Mama Okky jely Vol isi/Kemasan (ml) 220 245 245 240 190 Kisaran Harga (Rp) 2.200 2.500 3.200 3.500 2.200 2.500 2.200 2.500 1.000 1.500

Sumber : Observasi Pasar Bulan Oktober 2009.

Berdasarkan survey pasar harga untuk produk nata de coco kemasan ratarata 220 ml berkisar antara Rp 1.000 Rp 2.500. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pimpinan perusahaan, bahwa dalam penetapan harga jual produknya PT Tonsu Wahana Tirta mengikuti harga pasar (price taker). Harga jual yang ditetapkan untuk produknya (Sun coco) adalah Rp 1.000 Perusahaan seperti PT Tonsu Wahana Tirta dalam kegiatannya sehari-hari (bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Laba adalah kelebihan penerimaan penjualan terhadap biaya atau pengeluaran. Manajer perusahaan biasanya hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak dapat mengendalikan harga penjualan. Selain masalah harga, kendala lain yang dihadapi perusahaan adalah untuk tetap bertahan dalam persaingan dengan produk-produk sejenis. Untuk tetap dapat beroperasi dan menghasilkan keuntungan yang diharapkan perhatian perusahaan harus tercurah pada biaya atau pengeluaran, perusahaan harus berusaha untuk berproduksi dengan biaya seefisien mungkin. Efisiensi biaya produksi yang ingin dicapai perusahaan tidak lepas dari pengendalian dan perencanaan terhadap biaya-biaya produksi yang akan

dikeluarkan. Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilaksanakan, bagaimana menentukan strategi pencapaiannya dengan mempertimbangkan kemampuan yang ada guna mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan. Sedangkan pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur dan metode serta langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik mencapai sasaran yang ditetapkan. Dengan adanya perencanaan dan pengendalian terhadap biaya produksi yang dikeluarkannya maka manajemen perusahaan dapat menentukan apakah biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diharapkan. Berdasarkan indikasi tersebut penulis merasa penting untuk melihat lebih lanjut tentang biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan selama berproduksi terutama dalam perencanaan dan pengendalian serta penetapan harga pokok penjualannya.

1.2. Permasalahan PT Tonsu Wahana Tirta sebagai perusahaan pengolahan nata de coco yang beroperasi sejak tahun 2000, dalam aktivitas produksinya perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja dan mempertahankan kelanjutan usaha. Laba atau profitabilitas perusahaan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan terutama dalam menghadapi persaingan di antara para perusahaan pesaingnya. Dalam upaya meningkatkan daya saing hasil produksinya, PT Tonsu Wahana Tirta senantiasa melakukan peninjauan kembali terhadap seluruh sistem operasional dan produksi yang telah berjalan, misalnya dengan meningkatkan produktivitas, peningkatan waktu penyelesaian sesuai dengan perjanjian, dan peningkatan mutu produk. Profitabilitas yang diperoleh PT Tonsu Wahana Tirta sangat tergantung pada alur produksinya yang berimplikasi terhadap besar kecilnya korbanan biaya yang dikorbankan. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan sangat bergantung dari besar kecilnya total biaya produksi. Untuk memproduksi nata de coco dibutuhkan input yang dibedakan atas input tetap (fixed input) dan input variabel (variabel input). Pemakaian input membawa konsekuensi pada biaya yang terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

Biaya operasional usaha nata de coco merupakan biaya variabel (variable cost) yang besarnya tergantung dengan jumlah nata de coco yang diproduksi. Pada (Tabel 5) menunjukkan biaya operasional usaha nata de coco lembaran sekaligus kemasan. Untuk 50 lembaran (kurang lebih 50 kg) dibutuhkan biaya produksi/biaya operasional sebesar Rp 142.349 per hari. Dengan 50 lembaran dapat diproduksi 375 nata de coco kemasan gelas (16 karton). Tabel 5. Biaya Operasional (Variabel) Nata de coco (Sun Coco 220 ml) Lempeng dan Kemasan (50 Kg Nata lembaran)
A. Biaya Variabel (Nata Mentah Lembaran) No 1 2 3 4 5 6 7 8 Uraian Air Kelapa Starter Za Gula Asam Asetat Satuan Liter Botol (63 ml) Kg Kg Liter Jumlah 50 2 0,125 1 0,5 1 1 50 Harga/Satuan (Rp) 200 20.000 1.500 8.000 20.000 13.000 3.000 150 Jumlah Harga (Rp) 10.000 40.000 188 8.000 10.000 13.000 3.000 7.500 91.688 32.000 225 6 5.000 13.000 400 50.661 142.349

1 2 3 4 5 6

LPG Tabung (13kg) Karet Bungkus Tenaga Kerja Lembar Total A B. Biaya Variabel (Nata Koktail) Gula Kg Natrium Benzoat Liter Siklamat Kg Essence Botol Kemasan Cup Tenaga Kerja (10) Dus Total B Total (A+B)

4 0,015 0,003 1 130 4

8.000 15.000 2.150 5.000 100 100

Sumber : Pimpinan PT Tonsu Wahana Tirta (Maret 2009)

Harga jual merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam persaingan, dimana dalam pemasaran produknya perusahaan mengikuti harga pasaran yang berlaku. Untuk produk nata de coco (220 ml) harga eceran yang ditetapkan perusahaan adalah mengikuti harga pasar (price taker) sebesar Rp 800. Harga pasar merupakan faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan oleh pengusaha, maka untuk memperoleh keuntungan masksimum pengusaha pengolah harus menekan harga jual dengan salah satu cara mengefisiensi biaya produksi. Perusahaan dalam aktifitasnya sehari-hari sering mengalami kendala terhadap fluktuasi harga, terutama terhadap kenaikan harga bahan penolong dan

kemasan melebihi harga standar pembelian yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya. Biaya bahan penolong dan kemasan yang terdapat di perusahaan dapat dilihat pada (Tabel 6). Tabel 6. Harga Pembelian Bahan Penolong dan Botol Pengemasan Tahun 2009
Bahan Penolong Bulan Asam Sitrat (25 Kg) Rp 8.000 Rp 8.000 Rp 9.200 Rp 9.200 Rp 9.600 Rp 9.600 Rp 9.600 Benzoat (25 Kg) Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 23.000 Rp 23.000 Rp 24.000 Siklamat (75 Kg) Rp 135.000 Rp 135.000 Rp 135.000 Rp 155.250 Rp 162.000 Rp 162.000 Rp 162.000 Gula (50 Kg) Rp 325.000 Rp 325.000 Rp 325.000 Rp 325.000 Rp 325.000 Rp 325.000 Rp 325.000 Botol Pengemasan (250 ml) Pembelian (Unit) 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 Harga (Rp) 100 100 100 100 150 150 150 Total (Rp) 300.000 300.000 300.000 300.000 450.000 450.000 450.000

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

Sumber : PT. Tonsu Wahana Tirta, 2009.

Semakin tinggi persaingan pada tahun-tahun terakhir ini, perusahan PT Tonsu Wahana Tirta harus semakin jeli dalam menganalisis kondisi perusahaan sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam pengambilan keputusan manajemen. Harga pasar yang sulit dikendalikan dan harga bahan penolong yang sering berfluktuasi mempengaruhi pendapatan atau laba perusahaan, sehingga untuk mengatasinya perhatian manajer perusahaan harus tercurah terhadap biayabiaya atau pengeluaran yang digunakannya. Pimpinan harus menilai apakah biaya tersebut lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan, dan menilai faktor-faktor yang mungkin terjadi dari penyimpangan biaya (Tabel 7). Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat dikendalikan perusahaan apabila perusahaan menetapkan suatu pola perencanaan dan penetapan biaya produksi yang tepat. Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk, namun salah satu permasalahan yang kadangkala dialami perusahaan adalah perusahaan kurang jeli dalam proses pencatatan biaya-biaya kedalam harga pokoknya. Perusahaan seringkali mengabaikan proses pencatatan menurut sistem akuntansi yang lazim terutama terhadap pengelompokkan dan pencatatan biaya overhead pabrik dan biaya non produksi lainnya, sehingga biaya-biaya tersebut yang sebenarnya telah dikeluarkan tidak terhitung dan tidak menjadi komponen harga pokok penjualannya yang ditetapkan.

Berdasarkan keterangan diatas di indikasikan bahwa PT Tonsu Wahana Tirta kurang memperhatikan serapan biaya pada proses produksi secara teliti dan cermat dalam menentukan harga pokok penjualannya, sehingga perusahaan sulit melakukan pengendalian dan perencanaan. Tabel 7. Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan
No Penyimpangan Faktor-faktor Tindakan Korektif yang Mungkin II. UPAH A. Tingkatan Upah Persetujuan dengan Serikat Buruh Lembur Menaikkan Harga Jual Mengganti Bahan Mengurangi Sisa yang Dibuang Membeli Sebelumnya Membeli Sebelumnya Menambah Persediaan Pesan Lebih Tepat Meningkatkan Pemeriksaan Pengawasan yang Lebih Baik Pengawasan yang Lebih Baik Meningkatkan Pemeriksaan Meningkatkan Harga Jual Meningkatkan Efisiensi Pengawasan yang Lebih Baik Pengawasan yang Lebih Baik Melatih Para Petugas Memesan Lebih Awal Mengejar Pesanan Pengeluaran yang Lebih Baik Pengawasan yang Lebih Baik Perencanaan Kerja yang Lebih Baik Pemeliharaan Preventif Pelatihan Lebih Baik Mengurangi Karyawan Pengawasan yang Lebih Baik I . BAHAN A. Harga

Kenaikan Harga Pasar

B.

Pemakaian

Mutu Terlalu Bagus, Mutu Biasa Tidak Ada Bahan Bermutu Rendah Banyak Sisa yang Terbuang Pekerjaan Bermutu Rendah

III. EFFISIENSI A. Kinerja Karyawan

Bekerja di Bawah Standar -

B.

Menunggu Bahan

C.

Menunggu Kerja

Pesan Terlalu Lambat Keterlambatan Pengiriman Penumpukan Barang di Gudang Keterlambatan dalam Proses Pengeluaran Terlambat Kerusakan Penggunaan yang Salah

D.

Kerusakan Mesin

IV. BIAYA UMUM A. Gaji B. Telepon, Listrik, dll

Terlalu Banyak Karyawan Pemborosan Pemakaian -

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka menjadi penting untuk mengkaji bagaimana penentuan harga pokok penjualan yang wajar dan pengendalian biaya dengan menghitung biaya standar yang ditentukan dari pengalaman periode sebelumnya untuk kemudian diaplikasikan pada periode yang akan datang. Selanjutnya dapat dilakukan pengendalian terhadap biaya-biaya yang mengalami penyimpangan yaitu dengan membandingkan antara penetapan biaya standar dan biaya aktual perusahaan, sehingga dapat diambil tindakan korektif, dengan pola penetapan biaya standar yang baru. Selaras dengan pernyataan yang dikemukakan diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah identifikasi biaya dalam memproduksi produk Nata de Coco di PT Tonsu Wahana Tirta? 2. Apakah biaya standar yang ditetapkan perusahaan masih sesuai sebagai dasar pengendalian biaya dan penetapan harga pokok penjualanya?

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis dan mengidentifikasi biaya-biaya yang menjadi dasar penetapan harga pokok penjualan serta bagaimana proyeksinya terhadap profitabilitas perusahaan. 2. Menganalisis biaya-biaya apa saja yang mengalami penyimpangan dan paling berpengaruh terhadap penetapan harga pokok penjualan perusahaan serta tindakan korektif apa yang paling tepat.

1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan masukan dan saran sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen PT Tonsu Wahana Tirta dalam menjalankan usaha pengolahan dan pembuatan nata de coco untuk produksi dan penjualan di masa yang akan datang.

2. Bagi penulis khususnya untuk mendapatkan pengalaman dan sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. 3. Sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang tertarik untuk melakukan studi lanjutan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bahwa analisis dan penetapan biaya standar dan pengumpulan biaya kedalam harga pokok penjualan dianggap sesuai dengan kondisi lingkungan internal dan ekternal perusahaan. Perubahan dalam pemilihan alternatif penetapan biaya standar dan metode pengumpulan ke dalam harga pokok penjualan yang telah dirumuskan setelah penelitian ini mungkin dapat menyebabkan metode penyusunan dan penetapan biaya standar menjadi tidak sesuai. Hal ini menjadi batasan mengingat kondisi lingkungan bisnis yang terus mengalami perubahan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nata de Coco Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air kelapa, dan mulanya dibuat di Filipina. nata de coco dalam bahasa Spanyol berarti krim kelapa. Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan nata de coco dalam bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol. Bakteri pembentuk nata adalah Acetobacter xylinum. Jika ditumbuhkan dalam medium yang mengandung gula, bakteri tersebut dapat mengubah 19% gula menjadi selulosa. Selulosa ini berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk suatu masa dan dapat mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan bakteri Acetobacter xylinum adalah tingkat keasaman medium, lama fermentasi, sumber karbon, sumber nitrogen, suhu dan konsentrasi bibit (starter). Pada dasarnya proses pembuatan biakan murni bakteri dapat dilakukan secara laboratories maupun secara sederhana. Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 2831C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan 1

http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco

2.2. Proses Produksi Nata de Coco Menurut Rony (1990), produksi adalah kegiatan suatu organisasi atau perusahaan untuk memproses atau merubah bahan baku (raw material) menjadi barang jadi (finished goods) melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas produksi lainnya. Menurut Mulyadi (1993), untuk menentukan harga pokok produk diperlukan pemahaman terhadap proses pembuatan produk dari pengolahan bahan baku hingga menjadi produk jadi. Setiap tahap pengolahan bahan baku memerlukan pengorbanan sumber ekonomi, sehingga informasi biaya sangat diperlukan untuk mengetahui setiap sumber ekonomi yang dikorbankan dalam setiap tahap pengolahan tersebut. Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima pihak luar, sedangkan perusahaan yang berproduksi massa melaksanakaan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang. Dapat disimpulkan bahwa proses produksi nata de coco adalah kegiatan suatu organisasi atau perusahaan untuk memproses air kelapa menjadi nata de coco melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas produksi lainnya yang menunjang proses tersebut. Secara umum produk nata de coco yang terdapat di pasaran terdiri dari produk nata de coco dalam bentuk lembaran dan dalam bentuk kemasan (syrup). Proses pembuatan (produksi) nata de coco dari air kelapa terdiri dari enam tahap, yaitu penyaringan, pemasakan dan pencampuran bahan pembantu, penempatan dalam cetakan dan pendinginan, inokulasi (penanaman/penebaran) bibit (starter), pemeraman (fermentasi), serta pemanenan. Sedangkan produksi nata de Coco dalam bentuk kemasan (syrup) harus melalui beberapa proses yaitu, pembuatan syrup, pencampuran nata de coco dan bahan lain, pengemasan dan pengepakan (Bank Indonesia Industri Pengolahan Nata de Coco 2004).

2.3. Biaya Menurut Buffa dan K.Sarin (1996) biaya adalah variabel yang dapat memungkinkan harga lebih rendah namun tetap memungkinkan, sedangkan menurut prinsip akuntansi Indonesia (PAI) biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh barang atau jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar menukar ataupun melalui pemberian jasa. Menurut Mulyadi (1993) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

2.3.1. Klasifikasi Biaya Pengelompokan biaya meliputi penentuan, akumulasi, peringkasan, pencatatan, dan penginterpretasian terhadap biaya-biaya yang terjadi, dan kemudian biaya-biaya tersebut diklasifikasikan, dalam perusahaan industri pengklasifikasian dari biaya terbagi atas dua bagian yaitu biaya-biaya produksi atau pabrik, dan biaya-biaya distribusi (Sembiring 1991). Biaya-biaya pabrik meliputi, bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beban-beban biaya overhead pabrik yang terjadi secara langsung dalam memproduksi suatu jenis produk. Seluruh biaya-biaya lainnya dari sebuah perusahaan industri dapat meliputi biaya overhead pabrik atau biaya yang ada hubungannya dengan pendistribusian produk. Menurut Mulyadi (1993) dalam akuntasi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara, umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep different cost for different purposes, berdasarkan hal tersebut biaya digolongkan menurut; (1) objek pengeluaran, (2) fungsi pokok dalam perusahaan, (3) hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, (4) perilaku

biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dan (5) Jangka waktu manfaatnya. Menurut Mulyadi (1993) dalam perusahaan manufaktur biaya dapat digolongkan menurut fungsi pokoknya yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, serta fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Biaya Produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi, yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi. 2. Biaya Pemasaran. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran yang biasanya meliputi biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari perusahaan ke gudang pembeli, biaya gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, serta biaya contoh (sample). 3. Biaya Administrasi dan Umum. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk

mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Biaya administrasi ini biasanya meliputi biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya

pemerikasaan akuntan, serta biaya fotocopy.

2.3.2. Pengendalian Biaya Perusahaan (bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Laba adalah kelebihan penerimaan penjualan terhadap biaya atau pengeluaran. Manajer perusahaan biasanya hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak dapat

mengendalikan harga penjualan dan karenannya perhatiannya harus tercurah pada biaya atau pengeluaran. Pimpinan menerima laporan periodik (biasanya bulanan) tentang biaya yang benar-benar dikeluarkan, dan ia harus menilai ini untuk menentukan apakah biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan, atau kurang lebih sama. Ia akan tertarik kepada biaya yang lebih tinggi daripada yang diharapkan, sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindakan untuk menekannya. Tetapi ia juga tertarik kepada biaya yang lebih rendah untuk melihat apakah penghematan itu dapat dipertahankan. Untuk dapat menentukan apakah biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah ia harus mengetahui berapa besar biaya yang diharapkan (Murphy 1973). Pada dasarnya fungsi manajemen mencakup aspek perencanaan dan pengendalian semua aktifitas suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh organisasi itu sendiri. Usaha manajemen mencapai tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh sejauh mana manajemen mampu menjalankan fungsi perencanaan dan pengendalian atas keseluruhan aktivitas perusahaan.(Rony 1990). Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilaksanakan, bagaimana menentukan strategi pencapaiannya dengan mempertimbangkan kemampuan yang ada guna mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan. Untuk ini memerlukan adanya data-data yang berkaitan dengan aktivitas produksi meliputi pengelolaan material, pengelolaan buruh dan pengelolaan peralatan produksi, serta perencanaan penjualan dan kegiatan administratif. Pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode serta langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik mencapai sasaran yang ditetapkan. Pengendalian biaya yang efektif mempunyai dua aspek pokok yaitu, pengendalian operasional dan pengendalian akuntansi. Pengendalian biaya yang efektif bergantung kepada pengumpulan data serta penyajian laporan yang relevan. Pengendalian biaya dimulai dengan melakukan pencatatan-pencatatan semua transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk pengendalian biaya yang

efektif, diperlukan adanya sistem akuntansi biaya, yang mencatat dan melaporkan semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan (Sembiring 1990). Budget merupakan alat pengendalian yang efektif bagi perusahaan dalam melakukan perencanaan yang diharapkan, oleh karena itu dalam penentuan budget harus objektif. Penentuan pos-pos budget yang efektif akan memberikan hasil yang bermanfaat dalam tahun penggunaanya. Adanya selisih-selisih terhadap rencana biaya yang telah ditetapkan sebelumnya, maka harus dilakukan analisis mengenai sebab-sebab terjadinya dan melakukan tindakan revisi kembali, sehingga dapat disesuaikan kembali dengan rencana yang sebenarnya. Berdasarkan tinjauan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian biaya mengandung pengertian suatu metode pencatatan, pengumpulan, dan penyajian yang berkaitan dengan sistem mengenai perencanaan terhadap biayabiaya yang telah dikeluarkan agar dapat mencapai sasaran yang ditetapkan.

2.4. Produksi Secara umum pengertian produksi adalah kegiatan suatu organisasi atau perusahaan untuk memproses dan merubah bahan baku (raw material) menjadi barang jadi (finished goods) melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas produksi lainnya (Sembiring 1990). Sedangkan sistem produksi menurut Buffa (1996) adalah alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran. Kegiatan produksi menurut Sembiring yang dilakukan perusahaan membutuhkan modal investasi dan modal kerja yang meliputi antara lain : 1. Sarana Produksi seperti tanah untuk bangunan, gudang penyimpanan bahan baku dan produksi akhir, pabrik, mesin-mesin lainnya yang berkaitan dengan berbagai sarana penunjang untuk kelancaran aktifitas produksi. 2. Tenaga kerja yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan produksi seperti buruh pabrik, mandor, tenaga operator, tenaga pembersih gedung dan peralatan pabrik lainnya. 3. Bahan-bahan yang meliputi bahan baku utama, bahan pembantu dan penunjang lainnya seperti bahan bakar, pelumas, dan lain sebagainya.

Sembiring (1990) menjelaskan tentang ciri-ciri produksi, bahwa proses produksi dapat dibedakan berdasarkan pelaksanaan proses produksi yang dilakukan. Cara pelaksanaan proses produksi juga akan mempengaruhi perhitungan harga pokok dan sistem pelaporannya, secara umum, proses produksi dapat dibedakan atas dua golongan utama yaitu : 1. Produksi atas dasar pesanan, yaitu produksi yang dilakukan bila ada pesanan. 2. Produksi untuk persediaan, yaitu produksi yang dilakukan untuk memenuhi persediaan digudang, artinya walaupun tidak ada pesanan proses produksi tetap dilaksanakan sepanjang tidak melebihi budget produksi yang telah ditetapkan.

2.4.1. Biaya Produksi Dalam buku PAI dinyatakan biaya produksi dikatagorikan menjadi 3 (tiga) jenis biaya yaitu : 1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost) Suatu biaya produksi disebut biaya bahan baku langsung bila bahan tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat atau diukur secara jelas dan mudah serta ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam wujud produksi yang dihasilkan. 2. Biaya Buruh Langsung (Direct Labor Cost) Suatu produksi disebut biaya buruh langsung bila biaya itu dikeluarkan atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada buruh yang langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir. Biaya ini dapat ditelusuri karena secara jelas dapat diukur dengan waktu yang dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk produksi akhir. 3. Biaya Pabrik Lainnya (Factory Overhead Cost) Pengelompokkan biaya ini adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku langsung dan buruh langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena sifatnya baik sebagai bagian yang memiliki eksistensi dalam

produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau sebagai penggerak kegiatan itu sendiri.

2.5. Penelitian Terdahulu 2.5.1. Penelitian Tentang Biaya dan Harga Pokok Kajian penetapan harga pokok yang dilakukan oleh Muharjadi (2005) di PD. Central Nata de coco (CNDC) di Bogor Jawa Barat. diketahui bahwa harga jual/unit produk Mc Coco dengan perhitungan perusahaan lebih tinggi daripada harga jual/unit dengan perhitungan full costing, hal tersebut disebabkan karena harga jual produk perusahaan dihitung dengan rumusan tersendiri yaitu menjumlahkan biaya produksi, biaya pemasaran. Hasil perhitungan HPP/unit secara full costing untuk produk Mc Coco adalah sebesar Rp 367,73 adalah lebih besar daripada metode perusahaan yaitu sebesar Rp 458,33 atau lebih tinggi Rp 65,6. Rendahnya perhitungan HPP/unit dengan metode perusahaan

disebabkan adanya biaya-biaya yang tidak dimasukkan dalam perhitungan harga pokoknya seperti biaya administrasi dan umum, serta biaya penyusutan aktiva yang dimiliki perusahaan. Analisis biaya dan penetapan harga pokok produksi kayu gergajian (Sawn Timber) hutan rakyat CV. Sinar Kayu Bogor, Jawa Barat dilakukan Permata (2008). Hasil analisis selisih biaya standar dan biaya aktual terdapat selisisih yang defisit, baik dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Selisih biaya bahan baku dari kedua jenis bahan baku merupakan selisih yang defisit dimana biaya aktual yang sebenarnya terjadi lebih besar dari biaya standar yang ditetapkan. Analisis struktur biaya pada CV Sinar Kayu menjelaskan bahwa terjadi perbedaan dalam penetapan kebijakan harga jual antara secara eceran ke konsumen langsung dan distributor. Harga jual yang ditetapkan dengan sistem penjualan ke distributor lebih rendah jika dibandingkan dengan harga jual dengan sistem penjualan ke konsumen langsung. Harga pokok produksi berdasarkan biaya standar untuk kaso 57 Rp 4.316,92 per unit sedangkan produk kaso 46 adalah Rp 3.103,28 per unit. Dengan demikian keuntungan per unit yang ingin di peroleh

oleh CV Sinar Kayu untuk produk kaso 57 lebih besar jika dibandingkan penjualan produk kaso 46 untuk ke dua sistem penjualan. Penelitian tentang penetapan harga pokok produksi dilakukan oleh Roslinawati (2007) dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi Pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Dari hasil perhitungan didapatkan rata-rata harga pokok produksi metode perusahaan

menghasilkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam menganalisis biaya. Pada metode perusahaan memasukkan biaya pengemasan kedalam perhitungan harga pokok produksinya, yang seharusnya tidak dilakukan karena biaya pengemasan merupakan biaya pemasaran dan bukan termasuk biaya produksi. Yulianti (2007) melakukan penelitian dengan judul Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Meises Cokelat (kasus : PT G di Bandung, Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukan bahwa perhitungan harga pokok produk meises cokelat 818 biru dengan menggunakan metode full costing periode tahun 2006 yaitu Rp 6.282 per kg atau Rp 78.530 per dus. Harga pokok meises dengan menggunakan metode full costing lebih tinggi dari pada harga pokok produk dengan metode PT G, disebabkan karena metode full costing mengakumulasikan seluruh biaya termasuk biaya tetap dan biaya variabel. Ivana Eva (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Penentuan Harga Pokok Produksi Karkas dengan menggunakan metode full costing, variabel costing, dan ABC costing pada studi kasus rumah potong ayam Asia Afrika, Bogor Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa rata-rata harga pokok untuk menghasilkan 1 kg karkas dengan menggunakan metode variabel costing merupakan harga pokok rata-rata yang paling rendah dan laba kotor ratarata tertinggi, hal ini disebabkan dalam metode variabel costing komponen pembentuk harga pokok produksi adalah biaya produksi yang bersifat variabel yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel, sehingga total biaya produksi yang akan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan metode lain.

Harga pokok rata-rata yang tertinggi dan laba kotor terendah diperoleh dengan menggunakan metode full costing, hal ini disebabkan dalam metode full costing penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap dan variabel, sehingga total biaya

produksi akan menjadi lebih besar bila dibandingkan metode yang lain. Harga pokok dan laba kotor rata-rata yang menggunakan metode ABC costing tidak menghasilkan nilai yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, hal ini disebabkan dalam metode ABC penentuan harga pokok produksi berdasarkan biaya aktivitas-aktivitasnya yang dilakukan untuk menghasilkan produk, sehingga dalam metode ABC harga pokok produksi yang dihasilkan benar-benar mencerminkan konsumsi sumber daya aktivitas yang dikeluarkan untuk menghasilkan harga pokok yang undercosted untuk produk yang diproduksi dalam volume tinggi dan overcosted untuk produk yang diproduksi dalam volume rendah.

2.5.2. Penelitian Tentang Nata de Coco Penelitian tentang Analisis House of Quality untuk Pengembangan Strategi Pemasaran Minuman Nata de Coco Dalam kemasan CV. Triangel, Bogor dilakukan oleh Rahmawanti (2009). Hasil analisis House of Quality menjelaskan bahwa terdapat 14 atribut keinginan konsumen yang akan dikembangkan perusahaan untuk pengembangan produk dan peningkatan kinerja agar dapat meningkatkan pendapatan dan juga menambah daerah pemasaran. Berdasarkan bobot relatif persyaratan konsumen, diketahui prioritas persyaratan konsumen yang harus dipenuhi oleh Sari koko untuk meningkatkan kepuasan konsumennya adalah dapat dibeli di swalayan, bentuk potongan seragam, after taste sesuai flavour, bentuk potongan dadu sedang (1x1x1 cm), warna nata putih sedikit transparan, dilengkapi sendok dan berfungsi membuka tutup kemasan, jenis pemanis gula, air sirup berwarna bening, kemasan cup plastic, volume kemasan 220ml, karakteristik rasa sesuai flavour, harga Rp 1000 Rp 2000, kenyal dan jenis flavour lychee.

Berdasarkan analisis kesenjangan, kesenjangan yang tinggi dengan competitor didapatkan dari dapat dibeli dibeli di swalayan, after taste sesuai flavour, bentuk potongan dadu sedang dan seragam. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini yaitu terdapat 14 atribut persyaratan konsumen nata de coco, 12 atribut persyaratan teknik yang perlu dikembangkan. Terdapat tiga persyaratan konsumen yang mempunyai kesenjangan tinggi yang lebih diprioritaskan untuk diperhatikan. Optimalisasi produksi Nata de Coco pada PT FITS Mandiri oleh Marety (2005) hasil penelitiannya menjelaskan bahwa pada tingkat produksi yang dihasilkan oleh PT FITS Mandiri pada kondisi aktual masih belum optimal. Perusahaan masih dapat mengoptimalkan jumlah produksinya menjadi 27.200 cup untuk Nata de Coco kubus dan 172.800 cup untuk Nata de Coco bentuk slice. Keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila berproduksi pada kondisi optimal juga akan meningkat sebesar 14,39 persen (Rp. 4.283.571,34). Penggunaan sumberdaya, hanya bahan baku nata mentah saja yang sudah dimanfaatkan secara optimal yang dilihat dari nilai slack/surplus sebesar (0) dan menunjukkan bahwa nata mentah berstatus sebagai sumberdaya pembatas. Untuk penggunaan sumberdaya lain, seperti gula pasir, pengemasan, jam tenaga kerja langsung, dan jam kerja mesin pada kondisi optimal ketersediaannya masih berlebih. Hal ini dapat dilihat dari nilai slack/surplus berturut-turut untuk gula pasir, cup, lid, sendok plastic, jam tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja mesin pemotong nata, dan jam kerja mesin filler sebesar 500, 26.666, 33.333, 1. 505, 168, dan 138. Analisis product positioning serta preferensi konsumen Nata de coco pada PT. FITS Mandiri di Kota Bogor oleh Arisandy (2005). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis keputusan pembelian terhadap nata de coco serta atribut yang mempengaruhi dan tingkat kepentingannya, serta menganalisis segmen dan pasar target. Hasil penelitian menjelaskan pada tahap keputusan pembelian konsumen menganggap produk Nata de Coco lebih sebagai minuman ringan biasa, tidak terdapat alokasi waktu khusus untuk pencarian informasi produk yang dilakukan oleh konsumen. Kriteria yang dianggap sebagai pilihan utama adalah: Rasa manis

yang sedang, bentuk irisan dadu, kemasan berupa gelas (cup), serta adanya variansi dalam hal rasa. Kecenderungan konsumen dalam melakukan penggantian merek tinggi dan umumnya konsumen tidak merasa puas setelah melakukan pembelian produk Nata de Coco. Nilai tertinggi hingga yang paling rendah adalah atribut tanggal masa kadaluarsa, nomor izin Depkes, kesesuaian isi, kandungan zat additive, kejernihan isi produk, harga, rasa manis, bentuk kemasan, kemudahan diperoleh, produsen produk, dan merek produk. Pasar target yang dipilih perusahaan adalah para remaja dengan menggunakan pola spesialisasi pasar. Hasil analisis product positioning Nata de Coco Fm hanya memiliki keunggulan pada atribut nomor izin Depkes dan tanggal masa kaduluarsa yang jelas. Kelemahan yang paling mendasar terletak pada atribut merek produk yang tidak terkenal dan rasa manis yang kurang ideal. Produk yang diusulkan menyangkut perbaikan bahan baku terutama zat pemanis, mempertimbangkan variasi rasa, serta mempertahankan kelebihan yang telah ada. Dari sisi harga, perusahaan dapat tetap menjalankan kebijakan yang selama ini telah dilakukan. Dari sisi tempat, perlunya jaringan distribusi penjualan yang lebih luas, terutama di supermarket dan warung dekat pemukiman serta menjaga kontinuitas pasokan produk. Menyangkut aspek promosi, perusahaan harus lebih gencar melakukan kegiatan dalam rangka pengenalan produk serta pembangunan citra perusahaan di masa konsumen.

2.5.3. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan, biaya dan harga pokok sudah banyak dilakukan sebelumnya, Hasil dari setiap penelitian sangat beragam, namun terdapat kesamaan pada metode analisis yang digunakan. Kesamaan lain yaitu dari tujuan yang ingin dicapai, yaitu menentukan suatu penetapan harga pokok, biaya, dan tingkat volume produksi yang sesuai bagi perusahaan. Penelitian yang berhubungan nata de coco telah sering dilakukan, namun penelitian yang penulis lakukan mempunyai perbedaan yaitu penelitian terhadap analisis biaya dan harga pokok dengan perhitungan penetepan harga pokok yaitu menggunakan pendekatan harga pokok proses dengan metode perhitungan menggunakan analisis harga pokok variabel costing dan full costing. Analisis

biaya pada penelitian ini merupakan analisis biaya standar perusahaan terhadap biaya aktualnya dengan metode perhitungan analisis menggunakan pendekatan model tiga selisih untuk selisih biaya bahan baku dan selisih biaya tenaga kerja langsung, sedangkan analisis selisih biaya overhead pabrik menggunakan model satu selisih. Studi kasus yang dilakukan, yaitu di PT Tonsu Wahana Tirta, kota Depok. Perubahan dapat terjadi karena pengaruh waktu, harga input dan output mungkin telah mengalami perubahan sejak penelitian dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat diperoleh suatu penetapan harga pokok penjualan yang sesuai bagi perusahaan sehingga dapat menjadi suatu bahan kebijakan bagi perusahaan dalam menetapkan tingkat laba dan harga jual produknya. Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada waktu, tempat dan metode yang dipilih.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Biaya dan Keuntungan Bagi Perusahaan Perusahaan (bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Laba adalah kelebihan penerimaan penjualan terhadap biaya atau pengeluaran. Manajer perusahaan biasanya hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak dapat mengendalikan harga penjualan dan karenannya perhatiannya harus tercurah pada biaya atau pengeluaran. Pimpinan menerima laporan periodik (biasanya bulanan) tentang biaya yang benar-benar dikeluarkan, dan ia harus menilai ini untuk menentukan apakah biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan, atau kurang lebih sama. Ia akan tertarik kepada biaya yang lebih tinggi daripada yang diharapkan, sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindakan untuk menekannya, tetapi ia juga tertarik kepada biaya yang lebih rendah untuk melihat apakah penghematan itu dapat dipertahankan. Untuk dapat menentukan apakah biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah ia harus mengetahui berapa besar biaya yang diharapkan. Untuk membandingkan biaya yang sebenarnya dengan biaya yang diharapkan dibutuhkan suatu alat pengukur, dan alat ukur yang paling baik ialah angka yang menunjukkan berapa besar biaya itu seharusnya. Dapat dikatakan bahwa angka ini ialah merupakan standar yang kita harapkan akan kita capai, dan karenanya alat pengukur ini disebut biaya.

3.1.2. Pengendalian Biaya Kamus ensiklopedia Amerika merumuskan kata pengendalian yaitu menjalankan pengendalian atau bertanggung jawab atas, mengendalikan atau mengawasi atau mengekang. Kata biaya tidak memiliki arti yang khas, tetapi mempunyai arti harfiah yang berarti tentang pengaturan, pembatasan atau penetapan-penetapan biaya. Pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode serta langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik mencapai sasaran yang ditetapkan. Berdasarkan

tinjauan tersebut pengendalian biaya mengandung pengertian mengenai suatu metode pencatatan, pengumpulan, dan penyajian yang berkaitan dengan sistem mengenai perencanaan terhadap biaya-biaya yang telah dikeluarkan agar dapat mencapai sasaran yang ditetapkan. Budget merupakan alat pengendalian yang efektif bagi perusahaan dalam melakukan perencanaan yang diharapkan, oleh karena itu dalam penentuan budget harus objektif. Penentuan pos-pos budget yang efektif akan memberikan hasil yang bermanfaat dalam tahun penggunaanya. Adanya selisih-selisih terhadap rencana biaya yang telah ditetapkan sebelumnya, maka harus dilakukan analisis mengenai sebab-sebab terjadinya dan melakukan tindakan revisi kembali sehingga dapat disesuaikan kembali dengan rencana yang sebenarnya. Pengendalian biaya yang efektif mempunyai dua aspek pokok, yaitu pengendalian operasional dan pengendalian akuntansi, karena sasaran pokok tertuju pada pengelompokkan biaya, maka perhatian yang lebih besar akan tertuju kepada pengendalian akuntansi. Pengendalian akuntansi bertujuan untuk menciptakan suatu sistem pencatatan yang dapat mengembangkan pertanggungjawaban biaya-biaya dan arus pekerjaan, serta memberikan laporan singkat tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian dan laporan statistik. Pengendalian akuntansi dapat menyajikan atau menyediakan informasi yang menggambarkan kebutuhankebutuhan dari perusahaan, juga dapat mengadakan koreksi terhadap kekurangankekurangan serta hal-hal yang tidak memadai yang ada dalam perusahaan dan dapat merencanakan dengan cermat prosedur pelaksanaan untuk masa yang akan datang.

3.1.2.1. Biaya Standar Pengembangan biaya standar adalah merupakan dasar untuk menyusun budget. Setelah perusahaan berpengalaman dalam menyusun budget, yaitu untuk menetapkan apa yang diharapkan di masa yang akan datang, maka penyusunan biaya standar merupakan jalan pintas untuk menyusun rencana dimasa mendatang. Budget adalah suatu pengertian yang menyangkut seluruh aspek operasi termasuk pelaksanaannya dan hasil yang diharapkan, oleh sebab itu angka-angka

budget harus disusun secara terperinci dan jelas. Angka-angka dari budget adalah merupakan dasar dari pengukuran statistik dari hasil yang diperoleh. Definisi biaya standar adalah biaya yang ditentukan lebih dahulu yang dihitung berdasarkan standar yang dipakai oleh pimpinan tentang operasi yang efisien dan pengeluaran yang dianggap perlu serta relevan. yang khas dari biaya standar dibandingkan biaya yang lain adalah kenyataannya bahwa biaya standar ditentukan sebelum adanya kegiatan produksi. Kata yang paling penting dalam definisi biaya standar adalah ditentukan lebih dahulu. Penetapan biaya standar sangat bermanfaat bagi manajemen dalam perencanaan dan pengendalian aktifitas perusahaan. Adapun manfaat biaya standar antara lain (Rony, 1990) yaitu : 1. Dasar pertimbangan pembuatan budget. 2. Pengendalian biaya dan mengukur efisiensi 3. Mendorong kemungkinan pengurangan biaya. 4. Memudahkan dalam pencatatan dan pelaporan biaya. 5. Merencanakan biaya bahan baku, pekerjaan dalam proses maupun produk jadi. 6. Sebagai penetapan harga penawaran dalam suatu proyek atau kontrak tertentu. Teknik biaya standar adalah persiapan dan pemakaian biaya standar, perbandingannya dengan biaya sebenarnya, dan analisa mengenai penyimpangan untuk mencari sebab dan akibatnya. Kata yang paling penting dalam definisi sistem biaya standar adalah perbandingan. Perbandingan merupakan inti dari sistem biaya standar, karena dengan ini dapat menilai apakah biaya itu lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang diharapkan. Bila membicarakan biaya, biasanya yang dimaksud adalah bahwa barang yang dibuat atau dihasilkan ada biayanya, dan biaya yang dimaksud disini adalah biaya produk, dan karenanya biaya tersebut kita sebut biaya per unit. Biaya standar biasanya diartikan sebagai biaya standar untuk setiap unit barang. Tentu saja dapat dibuat perbandingan yang perlu antara biaya standar per unit dan biaya sebenarnya per unit. Biaya yang sebenarnya akan memberi gambaran tentang apa yang telah terjadi, dan inilah yang akan dikendalikan.

Untuk mendapatkan biaya per unit yang sebenarnya terlebih dahulu harus mengalokasikan atau membagi semua pengeluaran yang sebenarnya kepada setiap barang. Hal ini sangat mahal dan banyak memakan waktu. Sebagai contoh bahan mentah tertentu dari biaya standar per unit dapat dilihat antara lain berapa yang harus dikeluarkan untuk bahan mentah untuk satu unit barang, jika dikalikan jumlah barang yang diproduksi misalnya dalam satu bulan dengan biaya standar bahan mentah per unit produk, dapat dilihat, berapa banyak bahan mentah yang harus dihabiskan dalam satu bulan, dinyatakan dalam rupiah. Jumlah barang yang diproduksi dikalikan dengan biaya standar bahan mentah per unit barang menunjukkan berapa seharusnya nilai bahan yang dipakai selama periode yang bersangkutan, dan ini disebut standar. Standar ini kemudian dibandingkan dengan nilai bahan mentah yang sebenarnya dipakai secara keseluruhan. Pengalaman menunjukkan bahwa nilai standar dan nilai sebenarnya, jarang atau bahkan tidak pernah sama. Jadi hampir selalu terjadi suatu pengeluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi. Tentu saja biaya pembuatan barang tidaklah terbatas pada bahan mentah saja ada biaya-biaya lain, atau unsur-unsur biaya yang lain. Jika prosedur memungkinkan standar itu dilakukan untuk semua unsur biaya, kita menilai produksi untuk bulan itu berdasarkan biaya standar per unit. dan ini disebut nilai standar produksi (SVP = standar value produced) atau NSP. Nilai standar produksi adalah alat pengukur yang dipakai, perbandingan antara pengeluaran yang sebenarnya dengan nilai standar produksi akan menunjukkan pengeluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi yang disebut penyimpangan, dengan cepat penyimpangan akan menunjukkan hal-hal yang tidak beres, dan kemudian dapat diambil tindakan perbaikan. Teknik yang merupakan salah satu manfaat utama dari sistem biaya standar, dikenal dengan nama manajemen berdasarkan perkecualian, yaitu teknik yang dapat dipakai untuk dengan mudah dan cepat mengetahui daerah-daerah persoalannya dan kemudian mengambil tindakan koreksinya. Banyaknya pos pengeluaran akan menunjukkan adanya penyimpangan, maka harus menentukan mana yang penting dan mana yang tidak. Memang selalu ada kecenderungan untuk mencoba memperhitungkan semua penyimpangan,

tetapi bahwa sebelum dapat menyelesaikan semua penyimpangan dan persoalan untuk suatu bulan tertentu, penyimpangan itu akan menjadi tanggung jawab, dan tugas kita sekarang adalah membuat suatu daftar prioritas, sehingga dapat mengambil tindakan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang paling penting terlebih dahulu, tetapi bagaimana caranya kita menentukan apa yang penting, dan apa yang tidak. Pertama-tama kita periksa penyimpangannya dan

menghubungkannya dengan jumlah yang seharusnya dikeluarkan. Jadi yang kita lihat adalah jumlah yang relatif dari penyimpangannya. Salah satu petunjuk mengenai pentingnya suatu penyimpangan adalah nilai relatifnya, dan dalam mempertimbangkan jumlah penyimpangan kita lihat nilai mutlaknya. Jadi ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan besarnya angka penyimpangan yang relatif dan yang mutlak. Penyimpangan memberikan gambaran bahwa kenyataan tidak sesuai dengan rencana, dan dengan sendirinya kita ingin memperbaiki ini. Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa tujuan dari penggunaan biaya standar bukanlah mencari penyimpangan melainkan

menentukan tindakan untuk menyehatkan perusahaan kembali.

3.1.2.2. Biaya Aktual Biaya aktual merupakan biaya yang sesungguhnya terjadi dalam memproses suatu produk, pesanan atau jasa yang dihasilkan. Perhitungan biaya aktual ini hanya dapat dilakukan pada akhir periode tertentu. Seperti halnya dengan biaya standar perhitungan biaya aktual juga terdiri dari biaya aktual bahan baku, biaya aktual tenaga kerja langsung, biaya aktual overhead pabrik.

3.1.3. Analisis Varians Untuk mendapatkan suatu patokan biaya yang baik, terlebih dahulu harus diketahui biaya-biaya apa saja yang diperlukan dan berapa nilai dari masingmasing biaya tersebut. Oleh karena itu, sebelum produksi dimulai, terlebih dahulu masing-masing unsur biaya (biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead) harus dianalisa untuk mengetahui berapa besarnya masingmasing biaya seharusnya dalam suatu keadaan tingkat harga dan cara produksi

yang normal. Biaya yang seharusnya dan ditetapkan secara ilmiah ini dinamakan biaya standar (Hartanto, 1981). Biaya standar ini merupakan target yang dituju dan sekaligus merupakan patokan yang dipakai untuk mengukur dan menilai biaya sesungguhnya. Biaya standar juga membantu manajemen dalam bidang perencanaan, khususnya mengenai biaya pabrikasi dapat dilakukan sampai unsur biaya yang sekecilkecilnya. Jika kita membandingkan biaya standar dengan biaya sesungguhnya (biaya aktual), maka biasanya akan terdapat perbedaan-perbedaan (Garrison dan Eric, 1997). Selisih tersebut dapat dibedakan menjadi selisih harga dan selisih jumlah. Alasan pembedaan analisis selisih ini adalah karena keputusan pengendalian yang berkaitan dengan harga dan pengendalian yang berkaitan dengan jumlah dilakukan pada waktu yang berbeda. Perbedaan tersebut yang merupakan penyimpangan dapat dianalisa menjadi penyimpangan mengenai: 1. Biaya bahan langsung (penentuan harga bahan dan penyimpangan efisiensi bahan baku). Selisih ini dapat terjadi karena kesalahan penentuan harga dan inefisiensi penggunaan bahan baku. 2. Biaya tenaga kerja langsung (penyimpangan penentuan tingkat upah dan efisiensi tenaga atau jam kerja). Selisih yang dapat ditemui pada perhitungan biaya tenaga kerja langsung adalah inefisiensi tenaga atau jam kerja. 3. Biaya overhead (2 metode yaitu 3-variance methods dan 2-variance methods). Dalam 3 variance methods akan diukur penyimpangan yang terjadi pada penentuan budget/standar, penyimpangan kapasitas dan penyimpangan efisiensi. Sedangkan 2-variance methods penyimpangan biaya overhead dipecahkan menjadi penyimpangan yang dapat

dikendalikan (Controllable Variance) dan penyimpangan yang tidak dapat dikendalikan (Noncontrolable Variance). Penyimpangan yang dapat dikendalikan terdiri dari penyimpangan dalam pengeluaran dan efisiensi, dan yang tidak dapat dikendalikan ialah penyimpangan yang disebabkan biaya tetap. Selisih yang ditemui pada perhitungan biaya overhead pabrik

akibat perbedaan biaya yang dianggarkan (tarif) dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dikeluarkan.

3.1.4 Metode Harga Pokok Metode harga pokok dapat dibagi menjadi dua yaitu metode harga pokok pesanan (job order cost method) dan metode harga pokok proses (process cost method) (Mulyadi, 1993).

1.

Metode Harga Pokok Pesanan Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut

pesanan. Perhitungan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai di produksi. Penggolongan biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka.

2.

Metode Harga Pokok Proses Metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per

departemen produksi per periode akuntansi. Perhitungan harga pokok produksi persatuan dilakukan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi (biasanya akhir bulan). Harga pokok per satuan produk dihitung setiap akhir bulan, sehingga umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi. Biaya overhead pabrik terdiri dari

biaya produksi selain biaya bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik langsung maupun tidak langsung). Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.
Harga Pokok Produksi Variabel Biaya Adm. Dan Umum Variabel Biaya Pemasaran Variabel Biaya Overhead Pabrik Variabel Biaya Overhead Pabrik Tetap Biaya Adm. Dan Umum Tetap Biaya Pemasaran Tetap Total Harga Pokok Produk

Biaya Bahan Baku

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Periode

Gambar 2. Harga Pokok Produk dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode Variabel Costing. (Mulyadi, 1993). Menurut Mulyadi (1993) dalam memperhitungkan biaya-biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu variable costing dan full costing. Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variable ke dalam harga pokok produksi. Biaya yang diperhitungkan dalam variable costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable. Variable Costing bermanfaat dalam pembuatan rencana jangka pendek dengan memisahkan biaya variabel dan tetap dalam laporan rugi laba, sehingga akan diketahui Contribution Margin. Dengan kedua hal itu maka manajemen bisa merencanakan berapa laba yang akan diperoleh. Harga pokok produk yang dihitung dengan menggunakan metode variable costing terdiri dari harga pokok produksi variable (biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable). Kemudian ditambah dengan biaya non produksi variable yang terdiri dari biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum variable, dan biaya tetap yang terdiri dari biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap (Gambar 2) Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik yang bersifat variable maupun tetap, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga pokok produk yang dihitung dengan menggunakan metode full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap. Kemudian ditambah dengan biaya non produksi yang terdiri dari biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum. (Gambar 3) memperlihatkan unsur harga pokok produksi dan harga pokok produk dengan pendekatan full costing.

Biaya Bahan Baku

B.Utama

Biaya Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Biaya Overhead Pabrik Tetap

B.Konversi
Biaya Overhead Pabrik Variabel Biaya Administrasi dan Umum Biaya Pemasaran Total Harga Pokok Produk

Gambar 3. Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode Full Costing (Mulyadi, 1993)

3.1.5 Analisis Laba Kotor Keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual. Sebagaimana diketahui hasil penjualan merupakan perkalian antara volume terhadap harga satuan barang yang dijual. Sedangkan harga pokok barang yang dijual adalah perkalian antara volume yang dijual terhadap harga pokoknya (bahan baku, buruh dan biaya pabrik lainnya). Faktor yang mempengaruhi keuntungan kotor adalah perubahan salah satu atau kombinasi dari hal-hal sebagai berikut : 1. Perubahan harga jual produk. 2. Perubahan dalam volume penjualan terdiri dari : a. Perubahan jumlah satuan fisik produk yang dijual b. Perubahan dari jenis-jenis produk campuran atau penjualan campuran. 3. Perubahan dalam unsur biaya produksi (bahan baku, biaya buruh, dan biaya pabrik lainnya). Untuk tujuan analisis keuntungan kotor ini perlu ditetapkan dasar sebagai faktor pembanding baik bersumber dari data akuntansi yang lampau atau tahun tertentu yang dipilih maupun berupa standar atau anggaran harga dan biaya produksi produk yang akan dijual. Analisis keuntungan kotor dapat dihitung melalui pendekatan dengan beberapa metode sebagai berikut: 1. Analisis keuntungan kotor berdasarkan data historis Untuk menguraikan analisis atas dasar data historis atau periode sebelumnya, maka diperlukan data-data akuntansi yang berkaitan dengan laporan hasil usaha periode sebelumnya dan kemudian diperbandingkan dengan laporan hasil usaha periode berjalan. 2. Analisis keuntungan kotor berdasarkan biaya standar dan anggaran Untuk menguraikan analisa keuntungan kotor berdasarkan biaya standar dan anggaran laporan hasil usaha dengan metode biaya standar, di perbandingkan dengan laporan hasil usaha aktual pada periode tahun berjalan.

3.1.6 Perencanaan Keuntungan Penjualan dan Biaya Untuk mengetahui kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan atau yang masih tersembunyi sangat diperlukan analisis biaya kegiatan laba (BKL). Analisis BKL ini merupakan faktor kunci dalam dasar pengambilan keputusan meliputi pemilihan jenis produk, penetapan harga jual produk, strategi pemasaran dan penggunaan fasilitas produksi (Garrison, 1997). Jadi dengan melakukan analisis BKL ini seorang manajer dengan cepat mampu mengambil keputusan teknis terhadap perubahan-perubahan variabel yang berpengaruh. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba, perlu dihitung titik impas (Break Event) yang dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya, perusahaan tersebut tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian (Munawir, 1996). Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (CM), yaitu pendapatan penjualan dikurangi biaya variabel total, hanya dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap saja (Mulyadi, 1993). Analisis titik impas merupakan suatu cara untuk mengetahui batas penjualan minimum agar perusahaan tidak merugi, tetapi belum memperoleh laba.

3.1.6.1. Analisis Titik Impas Analisis titik impas dan hubungannya terhadap analisis biaya, volume dan biaya keuntungan merupakan sarana bagi manajemen dalam mempersiapkan perencanaan keuntungan, penetapan kebijaksanaan dan alat untuk mengambil keputusan. Analisis titik impas sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara yang berbeda namun tetap berkaitan yaitu (Rony, 1990): 1. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan beberapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba. 2. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional. 3. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi kerja dengan peralatan yang canggih.

Analisis titik impas merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau kerugian. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan pemisahan biaya tetap dengan biaya variabel secara jelas dan benar. Biaya variabel mencakup biaya bahan baku variabel, biaya buruh langsung, biaya pabrik lainnya, biaya administrasi dan pemasaran yang variabel. Sedangkan biaya tetap meliputi biaya pabrik lainnya, biaya administrasi tetap dan biaya pemasaran tetap.

3.1.6.2. Margin Kontribusi Margin kontribusi dapat diartikan sebagai jumlah yang tersisa dari penjualan setelah dikurangi biaya variable. Nilai dari margin kontribusi dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap dan untuk mendapatkan laba pada periode tertentu (Garrison, 1997). Margin kontribusi ini selalu digunakan untuk menutupi biaya tetap selama biaya tetapnya belum tertutupi sampai dengan batas titik impas suatu perusahaan atau dapat dikatakan sebagai pengurangan potensi kerugian yang ditunjukkan oleh biaya tetap, namun setelah semua biaya tetap tertutupi (diatas titik impas), margin kontribusi berfungsi sebagai penghasil laba. Jadi dapat disimpulkan bahwa selama perusahaan berproduksi dibawah titik impas, maka margin kontribusi berfungsi sebagai pengurangan potensi kerugian yang digunakan untuk menutupi biaya tetap. Pengurangan potensi kerugian akibat adanya biaya tetap akan sebanding dengan kenaikan margin kontribusi persatuan untuk setiap satuan tambahan yang terjual. Setelah produksi perusahaan berada diatas titik impas maka margin kontribusi berperan sebagai penghasil laba. Pada kondisi ini kenaikan laba bersih keseluruhan sebanding dengan margin kontribusi yang dihasilkan. Margin kontribusi dapat dinyatakan dengan nilai mata uang atau dengan perbandingan relatif. Perbandingan relatif margin kontribusi terhadap penjualan total disebut nisbah margin kontribusi (nisbah M/K) atau nisbah laba volume (nisbah L/V), (Garrison, 1997). Nisbah MK dapat menggambarkan dengan cepat pengaruh perubahan margin kontribusi jika terjadi perubahan penjualan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Perusahaan (bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Laba adalah kelebihan penerimaan penjualan terhadap biaya atau pengeluaran. Manajer perusahaan biasanya hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak dapat mengendalikan harga penjualan dan karenannya perhatiannya harus tercurah pada biaya atau pengeluaran. Pimpinan menerima laporan periodik (biasanya bulanan) tentang biaya yang benar-benar dikeluarkan, dan ia harus menilai ini untuk menentukan apakah biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan, atau kurang lebih sama. PT Tonsu Wahana Tirta dalam aktifitas pemasarannya bertindak sebagai penerima harga (price taker) sehingga kemungkinan kecil untuk dapat mengendalikan harga jualnya, oleh karena itu perhatian manajer terfokus terhadap biaya produksinya, dengan menekan biaya produksi berarti dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Untuk menentukan jumlah biaya yang akan

dikeluarkannya, perusahaan menyusun biaya dalam bentuk biaya produksi standar dan harga pokok penjualannya. Untuk melihat apakah biaya-biaya yang ditetapkan PT. Tonsu Wahana Tirta selama ini telah sesuai untuk dijadikan dasar penetapan harga pokok penjualannya, maka perlu dilakukan analisis biaya dan membandingkan harga pokok penjualan yang didasarkan pada perhitungan perusahaan dengan harga pokok penjualan melalui pendekatan analisis. Selanjutnya setelah diketahui jumlah biaya standar dari masing-masing metode maka akan dilakukan analisis penyimpangan biaya (variance), yaitu untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan yang positif atau negatif biaya standar yang telah ditetapkan dari masing-masing perhitungan terhadap biaya-biaya aktualnya. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini dibedakan atas analisis selisih biaya dan analisis terhadap metode perhitungan harga pokok penjualan. Analisis selisih biaya menjelaskan penyimpangan yang terjadi terhadap biaya-biaya penyusun harga pokok produksi perusahaan, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang ditetapkan sebelumnya (standar) terhadap biaya-biaya yang sebenarnya dikeluarkan (aktual). Perhitungan terhadap

penetapan biaya standar dibedakan dalam dua metode yaitu biaya standar yang ditetapkan perusahaan dan biaya standar dengan pendekatan analisis. Analisis harga pokok penjualan yaitu menganalisis perbedaan metode perhitungan dan pengumpulan biaya ke dalam harga pokok penjualan metode perusahaan terhadap metode perhitungan analisis. Hal ini didasarkan atas perbedaan metode pengumpulan dan perhitungan biaya ke dalam harga pokok penjualan akan menghasilkan harga pokok penjualan per unit yang berbeda. Untuk kepentingan analisis ini maka perbedaan yang dimaksud adalah selisih keuntungan yang disebabkan perbedaan harga pokok penjualan standar perusahaan terhadap harga pokok penjualan yang dihitung melalui pendekatan analisis. Komponen biaya-biaya penyusun harga pokok produksi standar perusahaan adalah biaya produksi standar perusahaan, sedangkan harga pokok produksi standar analisis adalah biaya standar yang ditetapkan dari perhitungan analisis. Hasil selisih terhadap biaya dan harga pokok penjualan adalah keuntungan ataupun kerugian yang ditimbulkan terhadap adanya penyimpangan biaya dan metode pengumpulan biaya dalam harga pokok penjualan. Hasil tersebut digunakan sebagai koreksi dan rekomendasi terhadap biaya produksi standar yang ditetapkan perusahaan beserta cara pengumpulan biayanya didalam metode penetapan harga pokok penjualan per unitnya.

PT TONSU WAHANA TIRTA Laporan hasil penjualan Aktual Biaya Produksi Standar Perusahaan

Proyeksi Penjualan Aktual Terhadap Biaya Produksi Standar Perusahaan (Laba Kotor)

Keuntungan dan Kerugian dalam Perusahaan

Pengendalian Biaya Produksi

Analisis Biaya dan Harga Pokok

Analisis Biaya Produksi

Analisis Harga Pokok

Biaya Produksi Standar Perusahaan

Biaya Produksi Standar Analisis

Metode Perusahaan

Metode Analisis

Biaya Aktual

Harga Pokok Standar

Harga Pokok Aktual

Harga Pokok Standar

Harga Pokok Aktual

Selisih Analisis Laba Kotor


Analisis Penyimpangan Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga kerja Biaya Overhead Pabrik

Selisih Analisis Laba Kotor

Metode Harga Pokok dengan laba kotor Terbaik

Perencanaan Keuntungan, Penjualan, Biaya Analisis (BEP, MIR, MOS, MK, dan NMK)

Biaya Produksi Standar Terkoreksi

Rekomendasi dan Alternatif Tindakan Koreksi (Biaya Produksi Standar)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Tonsu Wahana Tirta di Jalan Pendowo Raya No 46, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. Tonsu Wahana Tirta merupakan salah satu perusahaan yang mengolah air kelapa menjadi nata de coco dan terdapat di daerah kota Depok. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan bulan Desember tahun 2009, sedangkan pengambilan data mengenai waktu pengerjaan proses pembuatan nata de coco dilakukan selama 15 hari.

4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak pimpinan manajemen perusahaan serta laporan keuangan perusahaan. Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan yang dimiliki PT. Tonsu Wahana Tirta, skripsi dan literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini.

4.3. Metoda Pengambilan Data Data primer diperoleh langsung dengan metode wawancara kepada pihak manajemen perusahaan menggunakan kuesioner, serta melakukan pengamatan langsung pada kegiatan produksi perusahaan. Pencarian informasi mengenai aktifitas produksi perusahaan dilakukan selama 15 hari pada bulan November dengan metode pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen yang paling mengerti mengenai aktifitas produksi dan mengetahui tentang gambaran perusahaan secara keseluruhan yaitu manajer sekaligus pemilik perusahaan.

Tabel 8. Jenis dan Sumber Data


No 1 Jenis Data Gambaran Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan 2. Jumlah Karyawan Tetap Data Produksi 1. Kapasitas Produksi 2. Realisasi Produksi 3. Rata-rata Produksi Harian 4. Persediaan Produk akhir 5. Kebutuhan Bahan Baku 6. Persediaan Bahan Baku 7. Sumber Bahan Baku 8. Harga Bahan baku Biaya Produksi dan Non Produksi 1. Biaya Bahan Baku 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Overhead Pabrik 4. Biaya Administrasi dan Umum 5. Biaya Pemasaran Data Pemasaran 1. Jumlah Penjualan 2. Harga Jual 3. Daerah Pemasaran 4. Jumlah Pelanggan 5. Jumlah Pesaing Sumber Data Manajemen Perusahaan

Bagian Produksi, Administrasi

Bagian Produksi, Administrasi dan Pemasaran

Bagian Pemasaran

4.4. Metoda Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang didapat, kemudian diolah dan dianalisis, tujuannya adalah untuk menyederhanakan data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner. Data berupa biaya produksi kemudian dianalisis dan dihitung untuk mencari jumlah penetapan harga pokok penjualan. Biaya produksi yang dianalisis terdiri dari biaya produksi aktual dan biaya produksi standar. Biaya produksi standar merupakan biaya produksi yang ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan kapasitas rata-rata, sedangkan biaya produksi aktual merupakan biaya produksi berdasarkan biaya yang terjadi pada kapasitas aktual. Analisis harga pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis penetapan harga pokok metode variabel costing dan full costing yaitu untuk mengetahui seberapa besar harga pokok yang akan ditetapkan sebagai harga pokok penentu harga jual. Analisis yang kedua adalah alat analisis penyimpangan

yang digunakan untuk menganalisis penyimpangan biaya. Penyimpangan biaya terdiri dari penyimpangan terhadap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan penyimpangan biaya overhead pabrik. Dalam perhitungan analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ,akan digunakan metode tiga selisih (the three-way model), yaitu selisih biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi tiga macam selisih yaitu selisih harga, selisih kuantitas dan selisih gabungan. Selisih biaya overhead pabrik akan dihitung dengan model satu selisih, dalam model ini selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan cara mengurangi biaya overhead pabrik standar dengan tarif standar pada kapasitas standar dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Analisis yang ketiga adalah analisis profitabilitas yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba, yang meliputi analisis laba kotor, analisis titik impas dan analisis marjin kontribusi. Analisis profitabilitas akan digunakan pihak manajemen untuk menyesuaikan kembali standar biaya yang telah ditetapkan sebelumnya.

4.4.1. Analisis Harga Pokok Analisis penetapan harga pokok digunakan untuk penentuan harga jual produk per unit. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode harga pokok proses (Process Cost Method) karena perusahaan berproduksi secara massa tanpa dibatasi oleh ada atau tidaknya pesanan. Perhitungan harga pokok proses dilakukan dengan pendekatan variabel costing dan full costing, dalam metode ini pengumpulan biaya-biaya untuk setiap departemen pada periode tertentu (November 2009 sampai Desember 2009). Biaya produksi ini jika ditambahkan dengan biaya non produksi akan menghasilkan harga pokok produk. Komponen-komponen yang termasuk kedalam biaya non produksi diantaranya adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Perhitungan harga pokok produk per satuan dilakukan dengan membagi total biaya produksi dan non produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan kuantitas produk yang dihasilkan pada periode tersebut (Mulyadi, 1993).

4.4.2. Analisis Biaya Standar Penetapan biaya standar merupakan seni yang menggabungkan antara pemikiran dan kepakaran semua orang yang memiliki tanggung jawab atas harga dan jumlah input. Titik awal dalam penetapan biaya standar merupakan pengalaman masa lalu, selain itu harus juga dikoreksi dengan situasi perekonomian yang terus berubah, perilaku permintaan dan penawaran yang berubah dan teknologi yang berubah. Terdapat dua metode dalam penetapan biaya standar yaitu biaya standar ideal dan biaya standar praktis. Penetapan biaya standar ideal didasarkan pada kondisi yang paling terbaik yakni pekerja yang paling terlatih, efisiensi maksimum sepanjang waktu dan tanpa memperhatikan kemungkinan masa henti mesin dan masa istirahat pekerja. Sedangkan penetapan biaya standar praktis memperhitungkan kondisi kemungkinan masa henti mesin, masa istirahat pekerja pada kondisi yang wajar. Dalam penelitian ini untuk mengetahui biaya standar menggunakan metode biaya standar praktis.

4.4.2.1. Biaya Standar Bahan Baku Biaya standar bahan baku pembuatan minuman sari kelapa Sun coco merupakan hasil perkalian antara harga standar bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk Sun coco dengan jumlah (kuantitas) standar bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi minuman sari kelapa (koktail) Sun coco. Harga standar bahan baku pembuatan minuman sari kelapa (koktail) Sun coco terdiri harga beli bahan baku, biaya angkut bahan baku sampai ke pabrik dan pengurangan dari pemotongan pembelian. Dengan demikian harga standar bahan baku minuman Sun coco merupakan harga akhir bahan baku sampai pada perusahaan. Sedangkan kuantitas standar dari bahan baku Sun coco terdiri dari kebutuhan bahan baku untuk satuan unit produk yang dihasilkan. Dalam perhitungan kuantitas standar ini juga harus memasukkan variabel kelonggaran produk sisa, rusak dan kuantitas produk cacat, dengan demikian semua bahan baku dalam satu proses produksi sudah teridentifikasi dan terhitung dalam penetapan kuantitas standar.

4.4.2.2. Biaya Standar Tenaga Kerja langsung Biaya standar tenaga kerja langsung terkait dengan proses produksi merupakan hasil perkalian tarif standar per jam atau per unit tenaga kerja langsung dengan jam atau kapasitas standar tenaga kerja langsung yang dibutuhkan unttuk memproduksi satuan unit produk. Tarif standar per jam atau per unit mencakup tarif upah dasar yang ditetapkan, pajak pekerja dan beberapa tunjangan sosial. Sedangkan jam kerja standar mencakup waktu kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satuan unit produk, kelonggaran waktu istirahat minimum dan kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk membersihkan tempat kerja, dan kelonggaran waktu untuk memperbaiki produk cacat.

4.4.2.3. Biaya Standar Overhead Pabrik Biaya standar overhead pabrik pembuatan sari kelapa Sun coco diperoleh dari perkalian antara jam standar tenaga kerja langsung dengan tarif overhead standar pabrik. Tarif overhead standar diperoleh dengan pembagian biaya overhead yang dianggarkan dengan kapasitas normal (dalam jam) pabrik dalam memproduksi minuman sari kelapa (koktail) Sun coco (Garrison, 1997).

4.4.3. Analisis Penyimpangan (Variance) Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance) selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisis ini diselidiki penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Pada penelitian ini digunakan analisis model tiga selisih (Three-Way Model). Pada model ini, selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi tiga macam selisih yaitu selisih harga, selisih kuantitas, dan selisih harga atau kuantitas. Hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan tiga kemungkinan: 1. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari harga dan kuantitas sesungguhnya.

2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya. 3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya. Model tiga selisih, rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas tergantung dari jenis hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya.

1. Harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya. a. Rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut. SH = (HSt HS) x KSt SK = (KSt KS) x HSt SHK = (HSt HS) x (KSt KS) Untuk menghitung selisih harga. Untuk menghitung selisih kuantitas. Untuk menghitung selisih gabungan.

HS

HSt

KSt

KS

Gambar 5. Grafik Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas Standar lebih Rendah dari Kuantitas dan Harga Sesungguhnya.
Ket : HS HSt KS KSt = Harga Sesungguhnya = Harga Standar = Kapasitas Sesungguhnya = Kapasitas Standar = Selisih Harga = Selisih Kuantitas = Selisih Gabungan

Harga dan kuantitas standar yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya, sehingga menimbulkan selisih gabungan (joint variance) yang mengandung unsur selisih harga dan kuantitas. Dalam hubungannya dengan bahan baku, selisih harga bahan

baku menjadi tanggung jawab fungsi pembelian, sedangkan selisih kuantitas bahan baku menjadi tanggung jawab fungsi produksi. Selisih gabungan menjadi tanggung jawab bersama fungsi pembelian dan fungsi produksi. b. Harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi dari harga dan kuantitas sesungguhnya SH = (HSt HS) x KS SK = (KSt KS) x HS SHK = (HSt HS) x (KSt KS) Untuk menghitung selisih harga Untuk menghitung selisih kuantitas Untuk menghitung selisih gabungan

HSt

HS

KS

KSt

Gambar 6. Grafik Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas Standar lebih Tinggi dari Kuantitas dan Harga Sesungguhnya. 2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya. Jika harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya, kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya, maka selisih gabungan yang merupakan selisih harga atau kuantitas tidak akan terjadi. Dengan demikian perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi seperti ini dengan model tiga selisih dilakukan dengan rumus SH SK = (HSt HS) x KS = (KSt KS) x HSt Untuk menghitung selisih harga. Untuk menghitung selisih Kuantitas

Selisih harga atau kuantitas sama dengan nol.

HS

HSt

KS

KSt

Gambar 7. Grafik Harga Standar Lebih Rendah dari Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Standar lebih Tinggi dari Kuantitas Aktual 3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya. Jika harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya, selisih gabungan tidak akan terjadi. Dengan demikian perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi seperti ini dengan model tiga selisih dilakukan dengan rumus berikut: SH SK = (HSt HS) x KSt = (KSt KS) x HS Untuk menghitung selisih harga. Untuk menghitung selisih kuantitas.

HSt

HS

KSt

KS

Gambar 8. Grafik Harga Standar Lebih Tinggi dari Harga Aktual dan Kuantitas Standar lebih Rendah dari Kuantitas Aktual 4.4.3.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Selisih biaya bahan baku terdiri dari selisih harga bahan baku dan selisih jumlah (kuantitas) bahan baku. Selisih harga terjadi karena adanya perbedaan antara harga pembelian bahan baku standar yang ditetapkan saat perencanaan

dengan harga pembelian bahan baku yang sesungguhnya terjadi pada saat proses produksi dilakukan. Sedangkan selisih jumlah bahan baku merupakan perbedaan jumlah bahan baku standar proses produksi dengan jumlah bahan baku yang sesungguhnya. 4.4.3.2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung (TKL) Selisih biaya TKL terdiri dari selisih tarif upah TKL dan selisih jam kerja TKL. Selisih tarif upah terjadi karena adanya perbedaan antara tarif atau upah standar yang ditetapkan saat perencanaan dengan tarif atau upah TKL yang sesungguhnya terjadi pada saat produksi dilaksanakan. Sedangkan selisih jam kerja merupakan perbedaan jam kerja standar untuk melakukan proses produksi terhadap jam kerja sesungguhnya.

4.4.3.3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik (BOP) Untuk menganalisis selisih biaya overhead pabrik dengan metode satu selisih. Metode satu selisih dapat dihitung dengan mengurangi biaya overhead pabrik berdasarkan tarif standar pada kapasitas normal dengan biaya overhead pabrik pada kapasitas aktual.

4.4.4. Analisis Laba Kotor Keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual. Sebagaimana diketahui hasil penjualan merupakan perkalian antara volume terhadap harga satuan barang yang dijual. Sedangkan harga pokok barang yang dijual adalah perkalian antara volume yang dijual terhadap harga pokoknya (bahan baku, buruh dan biaya pabrik lainnya). Dalam penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan kotor akibat perubahan salah satu atau kombinasi dari hal-hal seper berikut a. Perubahan harga jual produk b. Perubahan dalam volume penjualan terdiri dari 1. Perubahan jumlah satuan fisik produk yang dijual 2. Perubahan dari jenis-jenis produk yang dijual dimana sering disebut produk campuran atau penjualan campuran.

c. Perubahan dalam unsur biaya produksi (bahan baku buruh dan biaya pabrik lainnya) Dalam menganalisa penyebab bertambah atau berkurangnya keuntungan kotor adalah sama dengan analisa selisih dalam biaya standar disamping data-data historis mengenai harga dan biaya tahun-tahun sebelumnya. Untuk tujuan analisis perubahan keuntungan ini perlu ditetapkan dasar sebagai faktor pembanding, baik bersumber dari data akuntansi yang lampau atau tahun tertentu yang dipilih maupun berupa standar atau anggaran harga dan biaya produk yang akan dijual.

4.4.5. Kemampuan Menghasilkan Laba 4.4.5.1. Marjin Kontribusi (MK) Nilai dari margin kontribusi dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap dan untuk mendapatkan laba pada periode tertentu (Garrison 2007).

MK MK (per Unit)

= Penjualan Total Biaya Variabel = Penjualan Per Unit Biaya Variabel per Unit

4.4.5.2. Titik Impas (Break Event Point) Merupakan informasi yang digunakan oleh manajemen untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat volume penjualan minimum agar perusahaan tidak mengalami kerugian atau laba. Menurut (Munawir, 1996) titik impas merupakan suatu tittik atau keadaan dimana perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Titik Impas Dapat dihitung menggunakan rumus :

Keterangan: BEP TFC P VC = Nilai Impas Produksi (Rp) = Total Biaya Tetap (Rp) = Harga Output (Rp/Unit) = Biaya Variabel (Rp/Unit)

4.4.5.3. Analisis Profitabilitas Analisis profitabilitas merupakan analisis untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba, dengan terlebih dahulu menghitung marginal income ratio (MIR) dan margin of safety (MOS). Sehingga dengan adanya analisis profitabilitas manajemen dapat menyesuaikan kembali standar biaya yang telah ditetapkan sebelumnya. Perhitungan MIR dan MOS dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
MIR (%) = 1 VC/P x 100%

MIR VC P

= Marginal Income Ratio (%) = Biaya Variabel Rata-rata = Harga Output per Unit Produk (Rp/unit)

Perhitungan nilai MOS dapat di hitung menggunakan rumus :

MOS BEP Q

= Margin Of Safety (%) = Titik Impas = Jumlah Output (unit)

Perhitungan laba atau keuntungan dapat dihitung menggunakan rumus :

= Kemampuan memperoleh laba perusahaan (%)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Latar Belakang Perusahaan PT. Tonsu Wahana Tirta didirikan pada bulan Maret 2000 yang terletak di Jalan Pendowo Raya No 46, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku menjadi suatu produk dalam bentuk minuman atau cairan. Tujuan didirikannya PT. Tonsu Wahana Tirta adalah untuk memanfaatkan bahan-bahan makanan yang tidak terpakai atau bahan baku yang belum pernah dimanfaatkan sebelumnya untuk kemudian diolah menjadi produk baru yang bermanfaat dan mempunyai nilai jual. Perusahaan ini memiliki luas areal tanah 1.000 M2 dengan luas bangunan 600 M2. Tata letak perusahaan terdiri dari tempat produksi atau pengolahan, pusat administrasi dan tempat pemasaran, tempat pengemasan, tempat pembersihan peralatan dan bahan baku, serta areal parkir

Tempat Pembersihan Peralatan dan Bahan Baku

Tempat Pengemasan Tempat Produksi dan Pengolahan

Areal Parkir
Kantor Administrasi dan Pemasaran Kantor Manajer Ruang Istirahat Pegawai

Gambar 9. Tata Letak PT. Tonsu Wahana Tirta. Sumber : PT. Tonsu Wahana Tirta, 2009.

5.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Bentuk perusahaannya adalah PT (Perseroan Terbatas) dalam bidang industri pengolahan buah. Berdasarkan struktur organisasi PT. Tonsu Wahana Tirta, perusahaan ini dipimpin oleh seorang manajer yang sekaligus pemilik perusahaan yang membawahi bagian Administrasi, Bagian Produksi dan Bagian Pemasaran (Marketing). Struktur organisasi yang sederhana akan memudahkan dalam pembagian tugas dan wewenang serta pengawasan kepada tiap bagian pekerja. Pembagian tugas kinerja dilakukan secara berjenjang dari pimpinan ke tiap bagian perusahaan yang dilanjutkan kepada masing-masing karyawan. Pimpinan bertugas untuk mengawasi dan memberikan arahan demi kemajuan dan tujuan perusahaan. Bagian administrasi bertugas untuk menjalankan kegiatan internal dan mengontrol keuangan perusahaan. Bagian produksi bertugas untuk melakukan pengolahan produk yang sesuai dengan keinginan perusahaan dan bagian pemasaran (Marketing) bertugas untuk memasarkan dan

mempromosikan produk.

MANAGER / OWNER

BAGIAN ADMINISTRASI

BAGIAN PRODUKSI

BAGIAN MARKETING

Karyawan Produksi

Karyawan

Karyawan

Karyawan

Karyawan

Gambar 10. Struktur Organisasi PT. Tonsu Wahana Tirta. Sumber : PT. Tonsu Wahana Tirta, 2009.

5.3. Aktivitas Perusahaan P.T Tonsu Wahana Tirta merupakan salah satu perusahaan pengolahan dan pembuatan nata de coco di kota Depok. Produk yang dihasilkan adalah nata de coco lembaran dan produk minuman olahan (koktail) nata de coco kemasan 220 ml dengan merek dagang Sun Coco. Kegiatan pengolahaan dilakukan oleh 20 karyawan yang dibawahi oleh tiga orang penanggung jawab kegiatan pada bagian administrasi, bagian produksi dan bagian pemasaran yang kemudian akan memberikan laporan kinerja langsung kepada pimpinan. Jam kerja karyawan dimulai pada pukul 08:00 sampai dengan pukul 16:00 dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Aktivitas utama yang dilakukan oleh perusahaan dalam memproduksi Nata de coco terdiri dari aktivitas pembelian bahan baku, aktivitas produksi dan aktivitas penjualan. 5.3.1. Akivitas Pembelian Bahan Baku Ketersediaan bahan baku untuk pengolahan sari kelapa nata de coco sangat penting untuk menjaga kelancaran dan kontinuitas perusahaan dalam kegiatan produksi. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nata de coco koktail meliputi bahan baku utama berupa air kelapa, dan bahan-bahan pendukung atau penolong. Bahan baku air kelapa dibeli dari produsen kopra yang terdapat di sekitar daerah jabodebetabek. Bahan baku diperoleh dengan mendistribusikan jerigen-jerigen berkapasitas 20 liter ke produsen kopra dengan asumsi bahwa setiap produsen kopra mampu menghasilkan 10 jerigen atau 200 liter dalam satu hari. Harga air kelapa dari produsen kopra berkisar Rp 200 - Rp 300 per liter, air kelapa bagi perusahaan pengolahan kopra merupakan limbah atau sisa hasil buangan dari buah utuh selain tempurung dan sabut kelapa. Selain itu air kelapa juga diperoleh dari pedagang kelapa eceran, kapasitas yang diperoleh dari satu pedagang kelapa eceran adalah kurang lebih sekitar tiga ember atau 45 liter setiap hari. Untuk bahan-bahan pendukung atau penolong serperti asam sitrat, natrium benzoate dan asam siklamat didapat dari toko bahan kimia yang berada didaerah Bogor. Sedangkan untuk gula pasir biasanya dibeli di salah satu toko di pasar

Anyar Bogor, Jawa Barat. Botol pengemasan ukuran 220 mililiter dan kardus pengemasannya di beli di PT. Citra yang berlokasi di Bumi Serpong Damai. 5.3.2. Aktivitas Produksi Proses produksi merupakan cara atau metode dan teknik dalam menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Sistem produksi dalam industri nata de coco meliputi segala aspek yang menunjang efisiensi dan efektifitas produksi, termasuk di dalamnya adalah pengadaan bahan dan penanganannya, proses (dari preparasi hingga fermentasi) dan pengendaliannya, serta pemanenan dan penanganan pascafermentasi. 5.4. Lokasi Pabrik Lokasi Pabrik untuk semua jenis usaha nata de coco tidak menuntut tempat khusus dan tidak harus dekat dengan sumber inputnya. Usaha nata de coco lembaran tidak harus dekat dengan sumber pasokan air kelapa mengingat air kelapa yang digunakan tidak harus air kelapa segar. Air kelapa bisa ditampung selama kurang lebih lima sampai enam hari sebelum memasuki proses produksi. Begitu juga usaha nata de coco kemasan tidak harus dekat dengan sumber nata de coco lembaran mengingat nata de coco lembaran dapat disimpan dengan teknologi yang sederhana yaitu, mengganti air rendaman dan perebusan. 5.5. Fasilitas Produksi dan Peralatan Dalam proses pembuatan nata de coco, terdapat fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan. Usaha ini sangat membutuhkan fasilitas bangunan, sumber air dan pembuangan limbah cair. Peralatan usaha nata de coco sangat sederhana dan dapat ditemukan dengan mudah di sekitar lokasi usaha. Berikut ini adalah fasilitas dan peralatan yang biasa digunakan: Fasilitas : 1. Bangunan untuk proses produksi. Proses produksi membutuhkan suhu kamar yang optimal. 2. Pompa air untuk memasok air dari sumur. 3. Tandon air untuk tempat menyimpan cadangan air dalam proses pencucian. 4. Tempat pembuangan limbah cair.

Peralatan: 5. Botol bekas syrup untuk tempat menyiapkan starter atau bibit. 6. Jerigen untuk mengumpulkan air kelapa dari sumber: petani kopra, pasar dan lain-lain. 7. Hand refractometer untuk mengukur kandungan padatan air kelapa. 8. Ember untuk menampung air kelapa dan membersihkan lembaran nata de coco. 9. Penyaring digunakan untuk memisahkan material lain (seperti serabut, pecahan tempurung, dll) dari air kelapa. 10. Panci/dandang perebus sebaiknya terbuat dari stainless steel untuk menghindari reaksi dengan media maupun produk nata de coco yang dihasilkan. Panci ini digunakan untuk memasak air kelapa dan juga nata de coco. 11. Kompor (minyak atau gas) ataupun tungku (kayu bakar). Jenis kompor bisa dengan kompor spiral yang dilengkapi dengan selenoid. 12. Pengaduk sebaiknya dari kayu atau stainless steel. 13. Lori (kereta dorong) digunakan untuk sarana mengangkut/ memindahkan. 14. Gayung plastik (gelas ukur/alat pengukur volume) digunakan untuk menuangkan bahan air kelapa yang sudah di masak ke dalam baki plastik. 15. Meja panjang untuk menempatkan baki/nampan fermentasi. 16. Baki/nampan plastik digunakan untuk tempat media fermentasi. 17. Kain saring atau kertas koran sebagai penutup baki/nampan plastic selama proses fermentasi. 18. Tali karet (elastik) untuk mengikat kain/koran penutup baki/nampan. 19. Ember pencuci. 20. Pisau dan talenan digunakan untuk mengiris nata de coco yang semula berbentuk lembaran agar menjadi bentuk kubus. Pisau mesin dapat digunakan untuk menjaga standarisasi bentuk kubus nata de coco. 21. Rak untuk fermentasi dan pengeringan alat. 22. Teko. 23. Kursi. 24. Sepatu plastik.

25. Sarung tangan. 26. Timbangan. 27. Mesin press.

5.6. Bahan Baku Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan baku dan bahan pembantu. Bahan baku pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang telah dibasikan atau disimpan kurang lebih lima sampai enam hari. Bahan pembantu digunakan untuk mempercepat proses pertumbuhan bakteri (Acetobacter xylinum) dan untuk mengatur kondisi air kelapa agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Penggunaan bahan baku tersebut bervariasi tergantung dari produsen. Berikut ini adalah bahan tambahan yang biasa digunakan: Untuk nata de coco lembaran: a. Air Kelapa b. Gula pasir sebagai sumber karbohidrat c. Asam cuka glasial/cuka untuk membantu mengatur tingkat keasaman (pH) d. Pupuk ZA sebagai sumber nitrogen e. Garam inggris untuk membantu pembentukan lapisan nata de coco f. Asam sitrat (zitrun zuur) g. Bibit nata de coco h. Air

Untuk nata de coco kemasan: a. Gula/syrup b. Pewarna c. Pewangi d. Pengawet e. Kemasan (gelas plastik, penutup, sendok plastik) f. Kardus g. Lakban

5.7. Tenaga Kerja Produksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan formal atau pengetahuan khusus tetapi lebih memerlukan keterampilan dan ketekunan. Kebutuhan tenaga dapat dipenuhi dari keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar. Tenaga kerja biasanya ada yang tetap dan tidak tetap (borongan). Tenaga kerja tetap bekerja kurang lebih delapan jam per hari, sedangkan tenaga tidak tetap biasanya berdasarkan borongan. 5.8. Teknologi Teknologi produksi nata de coco adalah teknologi sederhana dan tepat guna. Untuk usaha nata de coco lembaran atau kemasan bisa dilakukan tanpa peralatan mekanis. Kalaupun menggunakan peralatan mekanis, peralatan tersebut dapat dirancang sendiri. Sebagai contoh, pisau atau mesin pemotong nata lembaran menjadi kubus ukuran 1x1x1 cm3 dapat dirancang sendiri dan dipesan di pasar lokal. Namun demikian, terdapat beberapa mesin seperti mesin kemasan yang harus didatangkan dari luar daerah sebab memiliki disain khusus. 5.9. Proses Produksi Proses pembuatan nata de coco terdiri dari enam tahap, yaitu penyaringan, pemasakan dan pencampuran bahan pembantu, penempatan dalam nampan dan pendinginan, inokulasi penebaran bibit (starter), pemeraman (fermentasi), panen dan pasca panen (pengolahan lanjut sampai setengah jadi atau siap konsumsi). Berikut proses pembuatan nata de coco dapat dilihat pada (Gambar 11) berikut

Air Kelapa

Penyaringan

PEMBUATAN STARTER Media Cair Starter

Pendidihan dan Penambahan Bahan Pembantu

Pendidihan

Pewadahan Dalam Kondisi Panas dan Penutupan

Inokulasi Kultur Murni

Didiamkan Satu Malam

Pemeraman 4 hari

Inokulasi Bibit Starter

Bibit Starter

Fermentasi 6-7 hari, Suhu Kamar

Didiamkan Satu malam

Gambar 11. Proses Pembuatan Nata de coco Lembaran 1. Penyaringan. Air kelapa bisa dibasikan selama kurang lebih empat hari. Kemudian, air kelapa tersebut disaring dengan menggunakan penyaring lembut untuk memisahkan air kelapa dengan material-material atau kotoran-kotoran seperti: sabut, pecahan batok kelapa, cikal/buah kelapa dan lain-lain. Kandungan air kelapa yang masih segar berkisar antara 400500 ml per butir. Buah kelapa yang berumur empat sampai lima bulan memiliki volume air yang maksimum. Namun demikian, kualitas air kelapa yang paling baik adalah ketika buah kelapa berumur kurang lebih lima bulan dengan kandungan total padatan maksimal enam gram per 100 ml. Kandungan gula terlarut biasa diukur dengan menggunakan hand refractometer.

2. Pemasakan dan pencampuran bahan pembantu. Air kelapa yang sudah di saring selanjutnya dimasukkan ke dalam panci/dandang stainless steel untuk dimasak sampai mendidih selama kurang lebih 30 menit. Selama mendidih bahan-bahan pembantu seperti: gula pasir; pupuk ZA; garam inggris, asam sitrat (zitrun zuur) ditambahkan. Sebelum pendidihan diakhiri, ditambahkan asam asetat glasial/cuka hingga mencapai pH kurang lebih 3,2. Tidak terdapat relevansi antara cita rasa dengan pH. 3. Penempatan dalam baki/nampan plastik. Semua peralatan harus bersih dan steril. Nampan plastik yang digunakan harus terlebih dahulu dibersihkan dan disterilkan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara dicelup dalam air mendidih, dijemur, dibasahi dengan alkohol 70% atau spiritus. Media fermentasi (air kelapa dan bahan tambahan yang dididihkan) dituangkan dalam nampan dan selanjutnya segera ditutup rapat dengan koran dan diikat karet/elastik. Volume media fermentasi sebanyak 1,2 sampai 1,3 liter untuk setiap nampan tergantung ukurannya. Kemudian, media fermentasi tersebut dibiarkan sampai hangat-hangat kuku selama satu malam. 4. Inokulasi bibit (starter). Setiap nampan yang berisi fermentasi yang telah didinginkan selama satu malam tersebut ditambahkan bibit (starter) sebanyak dengan perbandingan 10% bibit (kurang lebih 13 ml). Inokulasi bibit dengan cara membuka sedikit tutup kain/koran dan segera ditutup kembali. 5. Fermentasi. Media fermentasi yang sudah ditambahkan bibit selanjutnya diperam selama enam sampai tujuh hari. Kebersihan tempat pemeraman dengan suhu kamar (28-31 derajat celcius) sangat mutlak diperlukan untuk menghindari kontaminasi dengan mikroba lain atau serangga yang dapat menggagalkan proses fermentasi. Keberhasilan proses fermentasi ini dapat dilihat dari ada tidaknya lapisan tipis pada permukaan media fermentasi setelah dua hari dan akan semakin bertambah tebal dari hari ke hari. 6. Panen dan Pasca Penen. Setelah pemeraman selama enam sampai tujuh hari, lapisan nata de coco akan memiliki ketebalan 0,8-1,5 cm berbentuk lembaran-lembaran (slab) yang asam dalam bau, cita rasa dan pH-nya.

Lembaran-lembaran ini kemudian diangkat dan lendirnya dibuang melalui pencucian. Lembaran-lembaran ini siap untuk di jual atau mungkin harus di potong kecil-kecil berbentuk kubus, tergantung dari permintaan. Baik dalam bentuk lembaran ataupun potongan kubus harus direndam dalam air bersih selama 2-3 hari. Air rendaman setiap hari harus diganti agar bau dan rasa asam hilang. Kemudian, nata de coco dicuci kembali dan direbus untuk mengawetkan dan sekaligus menyempurnakan proses penghilangan bau dan rasa asam. Pencucian dan perebusan ini pada hakekatnya dilakukan hingga nata de coco menjadi tawar. Penyimpanan nata de coco tawar cukup dilakukan dengan merendamnya dalam air tawar yang harus sering diganti. Di pasaran, nata de coco sering diminta dalam bentuk lembaran, bentuk kubus kecil-kecil tawar atau sudah dalam keadaan manis larutan gula atau syrup. Bentuk lembaran dan kubus-kubus kecil tawar biasanya diminta oleh produsen/pengusaha lain untuk diolah kembali. Dengan kata lain nata de coco lembaran dan kubus-kubus kecil tawar sebagai bahan baku proses produksi nata de coco dalam syrup. Bila nata de coco ingin dipasarkan dalam keadaan tawar maka, nata de coco tersebut direbus kembali dengan air bersih hingga mendidih dan dalam keadaan panas segera dilakukan pengemasan dalam kantung plastik dan diikat rapat dan didinginkan. Sedangkan nata de coco dalam syrup siap untuk dikonsumsi harus melalui beberapa proses pembuatan syrup, pencampuran nata de coco dan bahan lain, pengemasan dan pengepakan. Pembuatan Nata de Coco dalam bentu kemasan adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan Syrup. Gula dituangkan ke dalam air dan dipanaskan sampai mendidih dan disaring beberapa kali sampai jernih. Tingkat kemanisan syrup disesuaikan dengan selera. Komposisi umum untuk tiga kg nata de coco dibutuhkan dua kg gula pasir dan 4,5 liter air. 2. Pencampuran. Nata de coco kubus kecil-kecil tawar dicampur dalam larutan syrup dan dididihkan selama 15 menit. Bisa ditambahkan: garam, cita rasa (flavour misal vanili, frambosen, cocopandan, rose, mangga) dan essence. Kemudian, nata de coco dibiarkan selama kurang lebih setengah

hari dengan tujuan terjadi proses penyerapan gula dan cita rasa. Nata de coco direbus kembali dalam larutan syrup (gula) dan untuk mengawetkan bisa ditambah natrium benzoat 0,1 persen ke dalam larutan syrup perendam. 3. Pengemasan dan Pengepakan. Dalam keadaan panas, nata de coco dimasukkan ke dalam kemasan kantong/gelas plastik pengemas, ditutup rapat dan direbus dalam air mendidih selama 30 menit. Selanjutnya, kantong/gelas plastik diangkat dan disimpan dalam suhu kamar dalam posisi terbalik. Pengepakan dilakukan dan siap untuk dipasarkan.

VI. ANALISIS BIAYA PRODUKSI

6.1. Biaya Standar Biaya standar merupakan biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satuan unit produk atau sejumlah produk tertentu selama periode tertentu. Biaya standar yang diterapkan perusahaan merupakan biaya standar yang diperoleh dari pengalaman masa lalu perusahaan (historis). Dalam berproduksi perusahaan menggunakan biaya standar sebagai patokan biaya produksinya untuk satu periode kedepan, biaya standar sangat penting bagi perusahaan sebagai tolak ukur perusahaan dalam berproduksi. Biaya standar harus merupakan alat pengukur yang dipakai untuk membandingkan semua biaya yang sebenarnya, karenanya angka-angka biaya standar harus dibuat sebelum kegiatan dilakukan. Segera setelah ditentukan biaya standar untuk masa mendatang, maka ini harus dibebankan pada setiap produk bila produk itu melewati setiap pusat biaya. sebelum menentukan biaya standar terlebih dahulu ada dua keputusan yang harus dibuat yaitu, (1) jumlah input yang seharusnya digunakan per unit produk dan, (2) jumlah yang seharusnya dibayar untuk kuantitas input yang digunakan (keputusan harga). Keputusan kuantitas dan harga yang ditentukan meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya operasional produk (biaya overhead pabrik). Produksi nata de coco pada perusahaan (PT Tonsu Wahana Tirta) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan perusahaan pengolahan nata de coco kategori tiga, yaitu perusahaan yang memproduksi nata de coco lembaran sekaligus nata de coco kemasan. Biaya produksi pembuatan nata de coco terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

6.1.1. Biaya Standar Metode Perusahaan 6.1.1.1. Biaya Standar Bahan Baku Sebelum menetapkan biaya standar bahan suatu produk ada dua hal yang harus diperhitungkan yaitu harga standar bahan baku dan kuantitas standar bahan baku. Pada proses produksi di PT Tonsu Wahana Tirta proses produksi terdiri dari

proses pembuatan atau pengembang biakan bibit, pembuatan nata mentah lembaran, dan pembuatan nata de coco koktail (nata kemasan). Dari ketiga proses tersebut yang langsung memanfaatkan air kelapa sebagai bahan baku langsung adalah proses pengembangan bibit nata dan proses pembuatan nata lembaran, sementara pembuatan nata koktail memanfaatkan bahan baku berupa nata lembaran dari proses produksi sebelumnya. Besarnya biaya standar dihitung berdasarkan jumlah nata mentah lembaran yang diperlukan untuk membuat jumlah unit produk jadi. Berapa rupiah biaya yang dikeluarkan dibagi total unit produk. Produk yang dimaksud adalah produk nata de coco koktail. Dalam penentuan biaya standar baku pembuatan nata de coco koktail ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu harga standar bahan baku dan kuantitas standar bahan baku. Pada PT Tonsu Wahana Tirta harga standar bahan baku yang dimaksud adalah harga standar bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail yaitu harga standar nata mentah lembaran, sehingga perlu terlebih dahulu untuk menghitung kuantitas dan harga standar bagi proses pembutan nata mentah lembaran yaitu kuantitas dan harga standar air kelapa, sedangkan kuantitas standar bahan baku pembuatan nata de coco koktail ditentukan berdasarkan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk membuat jumlah unit produk jadi yang terdiri dari jumlah bahan baku bagi proses pembuatan nata mentah lembaran dan pengembangan bibit nata. Penentuan biaya bahan baku bagi proses pembuatan nata mentah lembaran (air kelapa) ditentukan berdasarkan pengalaman perusahaan dimasa lalu dimana jumlah kebutuhan air kelapa bergantung dari jumlah produk akhir (Tabel 9) Berdasarkan data produksi bulan-bulan sebelumnya didapatkan bahwa rata-rata perusahaan dapat memproduksi kurang lebih 4.169 cup nata de coco koktail per hari. Maka sebagai kuantitas produksi perusahaan menetapkan untuk dapat berproduksi sebanyak 4.169 cup per hari atau sama dengan 174 dus (satu dus 24 cup). Kebutuhan bahan baku (air kelapa) perusahaan untuk tetap dapat menghasilkan produk jadi (nata kemasan) merupakan jumlah dari standar

kebutuhan air kelapa untuk proses mengembangkan bibit dan proses pembuatan nata lempeng. Tabel 9. Kapasitas Produksi Bulanan Nata de Coco Koktail di PT Tonsu Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 - September 2009
No Bulan 1 Oktober 2 November 3 Desember 4 Januari 5 February 6 Maret 7 April 8 Mei 9 Juni 10 Juli 11 Agustus 12 September Total Rata-rata (Bulan) Rata-rata (Hari) Rata-rata(Dus = 24 cup) Kapasitas Produksi (cup) 148.440 120.480 132.360 110.112 116.400 120.000 125.808 130.344 132.072 132.432 102.288 130.248 1.500.984 125.082 4.169 174 Harga/Kemasan (Rp) 800 800 800 800 800 800 800 800 800 800 800 800 Penerimaan (Rp) 118.752.000 96.384.000 105.888.000 88.089.600 93.120.000 96.000.000 100.646.400 104.275.200 105.657.600 105.945.600 81.830.400 104.198.400 1.200.787.200 100.065.600 3.335.520

Kebutuhan bahan baku membuat satu cup nata koktail dibutuhkan 74 gr nata mentah (standar kemasan), sehingga untuk memproduksi 4.169 cup nata koktail dibutuhkan 308,506 kg nata mentah. Kebutuhan air kelapa untuk membuat per kilogram nata mentah adalah satu liter, sehingga total kebutuhan air kelapa untuk membuat nata lembaran adalah 308,506 liter (Tabel 10). Tabel 10. Total Kebutuhan Bahan Baku (air kelapa) Pembuatan Nata de Coco (Sun Coco) Nata de Coco Nata Mentah Bibit Nata Koktail (Cup) (Lembar) (Botol) 4.169 308,5 68 Produksi 0,074* 0,54** Keb. B.Baku/ Unit 1** 308,5 308,5 37 Kebutuhan Total (Liter)
Keb. Air Kelapa (Liter) 308,5 308,5 37

Sumber : PT. Tonsu Wahana Tirta, 2009 Keterangan : *) Nata Mentah Lembaran (Kg) : **) Air Kelapa (Liter) Kebutuhan bahan baku untuk membuat satu lembar nata lempeng (berat satu kg) membutuhkan air kelapa sebanyak satu liter, air kelapa kemudian di inokulasi di dalam loyang plastik yang berukuran 31x24x4 cm3 selama enam hari.

Hasil akhir berupa nata de coco lempeng berumur enam hari dengan berat berkisar kurang lebih satu kg. sehingga untuk menghasilkan Nata de Coco koktail sebanyak 4.196 cup membutuhkan nata lempeng sebanyak 308,506 lembar nata mentah atau setara dengan 308,506 liter air kelapa. Untuk mengembangkan bibit nata diperlukan air kelapa sebagai media tempat berkembang biaknya bibit. Bibit dari hasil pembiakan kultur murni selanjutnya dikembangkan sesuai kebutuhan nata lempeng yang akan di produksi. Bibit nata dari biakan murni dikembangkan dalam botol berkapasitas 630 ml dengan volume air kelapa per botol yaitu 540 ml. Bibit nata dalam botol 630 ml berumur enam hari dapat digunakan untuk menginokulasi lima loyang (satu loyang per satu liter membutuhkan 120 ml bibit). Jumlah volume air kelapa yang di butuhkan untuk menginokulasi 308,506 lembar nata lempeng atau setara dengan 308,506 kg nata mentah adalah 37 liter air kelapa atau setara dengan 69 botol (kebutuhan untuk bibit nata). Sehingga jumlah air kelapa yang dibutuhkan untuk memproduksi nata de coco koktail sebanyak 4.169 cup merupakan jumlah total air kelapa yang dibutuhkan untuk pengembangan bibit dan pembuatan nata lembaran (Tabel 11) Tabel 11. Jumlah Total Kebutuhan Air Kelapa
No 1 2 Uraian Kebutuhan Air Kelapa Proses Pengembang Biakan Kultur Murni Proses Pembuatan Nata Lembaran Total Kebutuhan Satuan Liter Liter Liter Jumlah 37,020 308,506 345,526

Kebutuhan standar bahan baku bagi pembuatan nata mentah lembaran sangat dipengaruhi oleh reindemen proses produksi dan volume dari produk yang dihasilkan. Standar rendemen yang ditetapkan perusahaan adalah 90,3%, sehingga kuantitas standar bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi pembuatan nata mentah lembaran pada PT Tonsu Wahana Tirta dapat dilihat pada (Tabel 12) sebagai berikut Tabel 12. Kuantitas Standar Kebutuhan Bahan Baku Pembuatan Nata Mentah Lembaran
No 1 2 Uraian Nata Bibit Nata Mentah lembaran Total Kebutuhan Satuan Liter Liter Liter Jumlah 37,020 308,506 345,526 Rendemen (%) 90,3 90,3 Kuantitas Standar 40,589 338,431 379,02

Bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco (air kelapa) untuk proses pembuatan nata de coco pada PT Tonsu Wahana Tirta sangat bergantung dari kuantitas rata-rata produksi per hari. Sehingga Untuk memproduksi 4.169 cup nata de coco per hari dengan reindemen standar perusahaan 90,3% membutuhkan air kelapa sebanyak 379,02 liter. Bahan baku diperoleh dari produsen kopra dan pedagang kelapa eceran di sekitar daerah jabodebetabek, dengan mendistribusikan jerigen berkapasitas 20 liter. Standar harga pembelian bahan baku pada PT Tonsu Wahana Tirta terdiri dari variabel pembelian bahan baku dan biaya transportasi. Potongan pembelian biasanya jarang didapatkan perusahaan. Frekuensi pemesanan bahan baku dilakukan perusahaan biasanya dua sampai tiga kali per minggu sehingga satu bulan dapat mencapai sepuluh kali pemesanan. Kapasitas rata-rata per satu kali pemesanan adalah 900 liter tergantung dari kapasitas produksi dan permintaan pasar. Biaya transportasi untuk satu kali pemesanan ditanggung oleh perusahaan sebesar Rp 50.000,-. Harga rata-rata air kelapa dari produsen kelapa dan pedagang kelapa eceran biasanya berkisar Rp 200,- per liternya. Standar harga bahan baku air kelapa dapat dilihat pada (Tabel 13) berikut Tabel 13. Standar Harga Bahan Baku Air Kelapa Pada PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan
No Uraian 1 Harga Air kelapa 2 Harga Pembelian Air Kelapa 3 Biaya Transportasi 4 Total Standar harga Bahan baku Standar Harga Bahan Baku Per unit Satuan Liter Liter Rupiah Rupiah Rupiah/liter Jumlah 1 900 1 900 1 Harga (Rp) 200 180.000 50.000 230.000 255,55

Berdasarkan data standar harga bahan baku dan standar kuantitas bahan baku bagi pembuatan nata mentah lembaran, maka dapat diperoleh biaya standar per unit bagi proses pembuatan nata de coco koktail adalah dengan menghitung harga pokok produksi pembuatan nata mentah lembaran terlebih dahulu. Harga pokok bagi pembuatan nata mentah lembaran merupakan harga pokok produksinya, dikarenakan nata mentah lembaran merupakan bahan baku bagi pembuatan nata koktail, harga pokok pembuatan nata mentah lembaran metode perusahaan dapat dilihat pada (lampiran 1). Ringkasan biaya penyusun harga

pokok produksi per unit proses pembuatan nata mentah lembaran metode perusahaan dapat dilihat pada (Tabel 14) sebagai berikut Tabel 14. Perhitungan Harga Pokok Produksi Standar Per unit Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan
Uraian Biaya Bahan Baku Air Kelapa Untuk Nata Bibit Air kelapa Untuk Nata lembaran Total Biaya Bahan Baku 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Overhead Pabrik Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK HARGA POKOK PRODUKSI JUMLAH UNIT PRODUK JADI (Lembar) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT No 1. Total Biaya (Rp) 10.373 86.486
96.859 74.999 66.555 17.333 83.888 255.746 308,506 828,98

Berdasarkan keterangan tabel diatas didapatkan harga pokok produksi per unit nata mentah lembaran yaitu sebesar harga pokok produksi di bagi jumlah unit produk, sehingga harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp 828,98-. Pada penjelasan sebelumnya biaya bahan baku standar terdiri dari harga standar dan kuantitas standar, biaya standar diperoleh dari hasil perkalian antara harga standar dengan kuantitas standar. Pada metode perusahaan, proses penentuan biaya standar bahan baku pembuatan nata de coco koktail yang menjadi harga standar bahan baku adalah harga pokok produksi nata mentah lembaran, sehingga harga standar bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail dari hasil proses perhitungan di dapatkan sebesar Rp 828,98- per (Kg). Kuantitas standar bahan baku bagi pembuatan nata de coco koktail dari penjelasan sebelumnya diperoleh perusahaan berdasarkan pengalaman perusahaan selama satu tahun sebelumnya, yaitu untuk memproduksi 4.169 cup Nata de Coco koktail membutukan nata mentah lembaran sebanyak 338,431 kg (rendemen 90.3 %), sehingga kuantitas standar kebutuhan bahan baku bagi pembuatan nata de coco koktail adalah 338,431 kg. Biaya standar bagi pembuatan Nata de Coco koktail adalah Rp 280.552, yaitu hasil perkalian antara harga standar Rp 828,98/unit dengan kuantitas standar sebesar 338,431 kg.

6.1.1.2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung merupakan pengeluaran yang terjadi akibat penggunaan tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses pembuatan produk. Pada PT Tonsu Wahana Tirta yang merupakan tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja borongan, sehingga biaya tenaga kerja langsung merupakan upah tenaga kerja borongan pada masing-masing tenaga kerja pada proses pengolahan bahan baku air kelapa hingga menjadi produk akhir, seperti diketahui bahwa proses produksi pembuatan nata de coco koktail pada PT Tonsu Wahana Tirta terdiri dari tiga proses, yaitu proses pengembangan bibit, proses pembuatan nata lembaran, dan proses pengolahan nata lembaran menjadi nata syrup atau koktail (kemasan). Penentuan biaya standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan perusahaan adalah berdasarkan jumlah standar per unit produk yang dihasilkan dalam satu kali produksi, dalam penentuannya biaya standar tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan terdiri dari tarif upah standar tenaga kerja langsung dan kuantitas standar produksi. Tarif upah standar tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan tarif per unit produk yang dihasilkan, sehingga untuk mendapat tarif upah per unit sebelumnya harus ditetapkan dasar pembebanan yang sama, dasar pembebanan dalam penentuan tarif upah standar adalah upah tenaga kerja harian sebesar Rp 15.000,- per hari, sedangkan kuantitas standar ditentukan berdasarkan kapasitas rata-rata produk jadi yang dihasilkan dalam satu kali produksi berdasarkan pengalaman perusahaan dalam satu tahun sebelumnya. 1. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Pengembangan Bibit Nata Biaya standar yang ditentukan perusahaan untuk proses pengembangan bibit nata dari hasil biakan kultur murni merupakan hasil perkalian tarif standar tenaga kerja langsung per unit dengan kuantitas standar produk bibit per hari. Dasar pembebanan tarif standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan perusahaan untuk proses pengembangan bibit nata adalah berdasarkan tarif tenaga kerja harian sebesar Rp 15.000,-. Sedangkan penentuan kuantitas standar produksi per hari berdasarkan jumlah rata-rata produk yang dihasilkan dalam waktu satu hari. Jumlah rata-rata produk yang dihasilkan dalam satu hari pada perusahaan

diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan dalam satu tahun dapat dilihat seperti (Tabel 15) berikut. Tabel 15. Kapasitas Produksi Rata-rata Bibit Nata di PT Tonsu Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 September 2009
No Bulan Kapasitas Produksi (cup) 148.440 120.480 132.360 110.112 116.400 120.000 125.808 130.344 132.072 132.432 102.288 130.248 1.500.984 125.082 4.169 Jumlah Botol (unit) 2.441 1.981 2.177 1.811 1.914 1.973 2.069 2.143 2.172 2.178 1.682 2.142 24.683 2.057 69 Jumlah (liter) 1.318 1.070 1.175 978 1.034 1.066 1.117 1.157 1.173 1.176 908 1.157 13.329 1.111 37 Harga Air Kelapa/Liter (Rp) 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 Biaya Bahan Baku (Rp) 263.629 213.972 235.071 195.559 206.726 213.120 223.435 231.491 234.560 235.199 181.663 231.320 2.665.748 222.146 7.405

1 Oktober 2 November 3 Desember 4 Januari 5 February 6 Maret 7 April 8 Mei 9 Juni 10 Juli 11 Agustus 12 September Total Rata-rata (Bulan) Rata-rata (Hari)

Kapasitas

standar

produksi

perusahaan

didapatkan

berdasarkan

pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata produk bibit nata per hari yang dihasilkan perusahaan adalah 69 botol. Sehingga tarif upah standar borongan per unit yang ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit Proses Pengembangan Bibit Nata Metode Perusahaan
No 1. 2. 3. Uraian Pembebanan Tarif Standar Upah TKL Kuantitas Standar Tarif Standar Upah Tenaga Kerja Borongan / Unit Satuan Rp/Hari Botol/Hari Rp/Unit Jumlah 15.000 69 217,391

Berdasarkan tabel diatas diperoleh besarnya tarif upah standar tenaga kerja borongan bagi proses pengembangan bibit nata yaitu Rp 217,391,- per unit, yang diperoleh dari hasil pembagian tarif pembebanan dengan kuantitas standar, sehingga besarnya biaya standar tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan perkalian antara tarif upah standar per unit dengan kuantitas standar. Besarnya biaya standar tenaga kerja langsung adalah Rp 14.999,97,- yaitu hasil perkalian

antara tarif upah standar Rp 217,391/unit dengan kuantitas standar bahan baku bibit 69 botol. 2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata de coco Mentah Lembaran Penentuan biaya standar tenaga kerja langsung per unit untuk memproduksi nata lempeng yang ditetapkan perusahaan adalah didasarkan atas jumlah unit produk jadi rata-rata yang dihasilkan untuk satu kali produksi per harinya. Biaya standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan perusahaan terdiri dari penentuan tarif standar tenaga kerja langsung per unit, dan penentuan kuantitas standar produksi pembuatan nata lempeng per harinya. Kuantitas standar Nata de Coco koktail diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan selama satu tahun berproduksi sebelumnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Tabel 17) sebagai berikut Tabel 17. Kapasitas Rata-rata Produksi Nata de coco Koktail di PT Tonsu Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 September 2009
No Bulan Kapasitas Produksi (cup) 148.440 120.480 132.360 110.112 116.400 120.000 125.808 130.344 132.072 132.432 102.288 130.248 1.500.984 125.082 4.169 Jumlah Nata Mentah (lembar) 10.985 8.916 9.795 8.148 8.614 8.880 9.310 9.645 9.773 9.800 7.569 9.638 111.073 9.256 308,506 Jumlah (liter) 10.985 8.916 9.795 8.148 8.614 8.880 9.310 9.645 9.773 9.800 7.569 9.638 111.073 9.256 309 Harga Air Kelapa/Liter (Rp) 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 Biaya Bahan Baku (Rp) 2.196.912 1.783.104 1.958.928 1.629.658 1.722.720 1.776.000 1.861.958 1.929.091 1.954.666 1.959.994 1.513.862 1.927.670 22.214.563 1.851.214 61.707

1 Oktober 2 November 3 Desember 4 Januari 5 February 6 Maret 7 April 8 Mei 9 Juni 10 Juli 11 Agustus 12 September Total Rata-rata (Bulan) Rata-rata (Hari)

Biaya standar yang ditentukan perusahaan untuk proses pembuatan nata mentah lembaran merupakan hasil perkalian tarif standar tenaga kerja langsung per unit dengan kuantitas standar produk nata mentah lembaran per hari. Dasar pembebanan tarif standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan perusahaan untuk proses pembuatan nata mentah lembaran adalah berdasarkan

tarif tenaga kerja harian sebesar Rp 15.000,- Sedangkan penentuan kuantitas standar produksi per hari berdasarkan jumlah kapasitas rata-rata produk yang dihasilkan dalam waktu satu hari. Kuantitas standar produksi perusahaan didapatkan berdasarkan

pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata produksi nata mentah lembaran bibit per hari yang dihasilkan perusahaan adalah 308,506 lembar. Sehingga tarif upah standar borongan per unit yang ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 18. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan
No 1. 2. 3. Uraian Pembebanan Tarif Standar Upah TKL Kuantitas Standar Tarif Standar Upah Tenaga Kerja Borongan / Unit Satuan Rp/Hari Lembar Rp/unit Jumlah 15.000,308,506 48,62

Berdasarkan tabel 18 diperoleh besarnya tarif upah standar tenaga kerja borongan bagi proses pembuatan nata mentah lembaran yaitu Rp 48,62,- per unit, yang diperoleh dari hasil pembagian tarif pembebanan dengan kuantitas standar, sehingga besarnya biaya standar tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan perkalian antara tarif upah standar per unit dengan kuantitas standar. Besarnya biaya standar tenaga kerja langsung adalah Rp 14.999,56 yaitu hasil perkalian tarif upah standar Rp 48,62 / unit dengan kuantitas standar bahan baku yaitu 308,506 lembar nata mentah. 3. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata de Coco koktail Penentuan tarif standar tenaga kerja borongan untuk proses pembuatan Nata de Coco syrup (koktail) merupakan hasil bagi dasar pembebanan tarif standar tenaga kerja langsung dengan kuantitas standar produksi. Dasar pembebanan tarif standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan perusahaan untuk proses pengembangan bibit nata adalah berdasarkan tarif tenaga kerja harian sebesar Rp 15.000, Sedangkan penentuan kuantitas standar produksi per hari berdasarkan jumlah rata-rata produk yang dihasilkan dalam waktu satu hari. Jumlah rata-rata produk yang harus dihasilkan dalam satu hari pada

perusahaan diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan dalam satu tahun dapat dilihat seperti tabel berikut. Tabel 19. Kapasitas Rata-rata Produksi Nata Mentah Lembaran di PT Tonsu Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 September 2009
Kapasitas Produksi (cup) 148.440 120.480 132.360 110.112 116.400 120.000 125.808 130.344 132.072 132.432 102.288 130.248 1.500.984 125.082 4.169 Jumlah Nata Mentah (lembar) 10.985 8.916 9.795 8.148 8.614 8.880 9.310 9.645 9.773 9.800 7.569 9.638 111.073 9.256 308,54 Jumlah (liter) 10.985 8.916 9.795 8.148 8.614 8.880 9.310 9.645 9.773 9.800 7.569 9.638 111.073 9.256 309 Harga Air Kelapa/liter (Rp) 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 Biaya Bahan Baku (Rp) 2.196.912 1.783.104 1.958.928 1.629.658 1.722.720 1.776.000 1.861.958 1.929.091 1.954.666 1.959.994 1.513.862 1.927.670 22.214.563 1.851.214 61.707

No

Bulan

1 Oktober 2 November 3 Desember 4 Januari 5 February 6 Maret 7 April 8 Mei 9 Juni 10 Juli 11 Agustus 12 September Total Rata-rata (Bulan) Rata-rata (Hari)

Kapasitas

standar

produksi

perusahaan

didapatkan

berdasarkan

pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata produk nata de coco koktail yang dihasilkan perusahaan adalah 4.169 cup per hari. Sehingga tarif upah standar borongan per unit yang ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 20. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan
No 1. 2. 3. Uraian Pembebanan Tarif Standar Upah TKL Kuantitas Standar Tarif Standar Upah Tenaga Kerja Borongan / Unit Satuan Rp/hari Cup/hari Rupiah/unit Jumlah Rp.15.000,4.169 Cup Rp.3,59

Berdasarkan tabel diatas diperoleh besarnya tarif upah standar tenaga kerja borongan bagi proses pembuatan nata de coco koktail yaitu Rp 3,59,- per unit, yang diperoleh dari hasil pembagian tarif pembebanan dengan kuantitas standar, sehingga besarnya biaya standar tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan perkalian antara tarif upah standar per unit dengan kuantitas standar. Besarnya

biaya standar tenaga kerja langsung adalah Rp 14.996,71 yaitu hasil dari perkalian tarif upah standar Rp 3,59 dengan kuantitas standar bahan baku yaitu 4.169 cup. 6.1.1.3. Biaya Standar Overhead Pabrik Salah satu unsur biaya produksi adalah biaya overhead pabrik, biaya overhead pabrik ini meliputi semua biaya-biaya yang bukan diklasifikasikan sebagai biaya bahan langsung maupun biaya buruh langsung. Biaya overhead pabrik pada PT Tonsu Wahana Tirta terdiri dari biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel (Lampiran 2). Biaya overhead pabrik variabel terdiri dari biaya bahan penolong, serta biaya bahan bakar (gas). Sedangkan biaya overhead pabrik tetap perusahaan terdiri dari biaya listrik, biaya telpon serta biaya tenaga kerja karyawan tetap. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Standar di PT. Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan
No 1 2 3 4 5 6 7 7 TOTAL Uraian Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Biaya Listrik Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Penyusutan Bangunan Biaya Telpon Biaya Angkut B.Baku Biaya Gaji Karyawan tetap Kategori BOP Variabel BOP Variabel BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap Biaya / Produksi (Rp) 1.796.229 34.667 5.769 27.900 4.767 5.769 21.056 96.154 1.992.311

Berdasarkan sifat biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tak langsung produk, dasar perhitungan dari besaran biaya ini dilakukan dengan mekanisme penjatahan. Penjatahan pembebanan biaya overhead harus

menetapkan dasar kegiatan yang sama terhadap semua jenis produk yang diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka pada PT Tonsu Wahana Tirta yang dijadikan standar pembebanan biaya overhead pabrik adalah standar jam kerja harian karyawan, karena jumlah produk yang dihasilkan sangat tergantung dari jumlah jam kerja harian karyawan. Berdasarkan tabel diketahui bahwa pembebanan BOP selama periode analisis adalah sebesar Rp 1.992.331 Dasar pembebanan terhadap biaya overhead pabrik perusahaan adalah berdasarkan jam kerja harian karyawan perusahaan yaitu delapan jam perhari. Besarnya biaya standar overhead produksi diperoleh

dengan membagi pembebanan biaya overhead pabrik pada kuantitas normal dengan jam standar karyawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini. Tabel 22. Prosedur Penetapan Biaya Standar BOP per Unit Metode Perusahaan
NO 1 2 3 4 5 6 Uraian Total Pembebanan BOP Standar Jam Kerja / Hari Biaya Standar BOP /jam Unit Produk jadi / Hari Unit Produk jadi / jam Tarif Standar BOP / Unit Satuan Rp Jam Rp / Jam Unit / Hari Unit / Jam Rp / Unit Jumlah 1.992.311 8 249.038,88 4.169 521,125 477,89

Rata-rata total unit produk yang dihasilkan menurut pengalaman perusahaan selama satu tahun adalah sebesar 4.169 cup nata de coco koktail per hari produksi, dengan standar jam kerja karyawan selama delapan jam per hari, sehingga diperoleh biaya standar BOP per jam sebesar Rp 249.038,88. Unit produk jadi yang dapat dihasilkan perusahaan pada kuantitas normal per jam adalah 521 unit, sehingga besar penetapan biaya standar BOP per unit oleh perusahaan adalah sebesar Rp 477,89 per unit.

6.1.2. Biaya Standar Metode Analisis 6.1.2.1. Biaya Standar Bahan Baku Sebelum menetapkan biaya standar bahan suatu produk ada dua hal yang harus diperhitungkan yaitu harga standar bahan baku dan kuantitas standar bahan baku. Penetapan biaya standar bahan baku metode analisis yaitu dengan terlebih dahulu merincikan setiap tahap proses produksi, dikarenakan sasaran penetapan biaya standar bahan baku di tujukan adalah pada produk akhir yaitu nata koktail yang bahan bakunya adalah nata mentah lembaran. Pada proses produksi di PT Tonsu Wahana Tirta proses produksi terdiri dari proses pembuatan bibit, pembuatan nata lembaran, dan pembuatan nata koktail. Dari ketiga proses tersebut yang langsung memanfaatkan air kelapa sebagai bahan baku langsung adalah proses pengembangan bibit nata dan proses pembuatan nata lembaran, sementara pembuatan nata koktail memanfaatkan bahan baku berupa nata lembaran dari proses produksi sebelumnya.

Perbedaan antara metode penetapan biaya standar bahan baku metode perusahaan dengan metode analisis yaitu terletak pada pengumpulan biaya penyusun harga pokok produksi nata mentah lembaran yang digunakan sebagai harga standar bahan baku bagi produk akhir, pada metode perusahaan biaya penyusun bahan baku pembuatan nata mentah lembaran yakni dengan menyatukan biaya bahan baku (air kelapa) untuk proses pembuatan bibit dan bahan baku (air kelapa) untuk proses pembuatan nata mentah lembaran, sedangkan harga bibit yang merupakan biaya bahan penolong menggunakan harga bibit (starter), yaitu bibit yang dapat di beli dipasar dengan harga Rp 20.000,- per liter. Metode analisis biaya bahan baku pembuatan nata mentah lembaran hanya terdiri dari biaya bahan baku air kelapa, sedangkan biaya bibit dihitung secara terpisah yaitu dengan menghitung harga pokok bibit terlebih dahulu, sehingga yang termasuk kedalam biaya bahan penolong (harga bibit) dalam perhitungan harga pokok nata mentah lembaran, adalah harga bibit hasil perhitungan harga pokok produksi bibit per unit. Penentuan harga pokok nata lembaran terlebih dahulu harus mengetahui semua unsur biaya penyusunnya termasuk proses pembuatannya, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya upah tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Pada biaya bahan penolong proses pembuatan nata mentah lembaran terdapat satu unsur biaya bibit, sehingga perlu juga untuk dihitung harga pokoknya yang akan dibebankan kepada biaya bahan penolong pada proses perhitungan harga pokok produksi nata mentah lembaran. Metode penentuan harga pokok produksi pada proses pembuatan nata mentah lembaran dan pengembangan bibit dihitung dengan metode variabel costing, dengan alasan bahwa biaya yang paling berpengaruh bagi harga pokok produksinya adalah biaya variabel, selain itu untuk mencegah terjadinya perhitungan dua kali atau double counting pada proses perhitungan harga pokok produk akhir (Nata koktail). Sehingga semua unsur biaya tetap dan penyusutan dihitung atau dimasukkan pada harga pokok produksi produk akhir yaitu pada proses penetapan harga pokok produksi nata koktail (kemasan). Untuk lebih

jelasnya proses perhitungan harga pokok produksi dapat dilihat pada (lampiran 10). Tabel 23.
No 1. 2. 3.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Unit Pengembangan Bibit Metode Analisis
Total Biaya (Rp) 10.373 3.907 32.444 4.333 36.777 51.057 69 740

Uraian Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK HARGA POKOK PRODUKSI JUMLAH UNIT PRODUK JADI (Botol) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT

Harga pokok produksi per unit pada proses pembuatan bibit selanjutnya akan menjadi harga standar bibit per unit pada proses perhitungan harga pokok produksi pembuatan nata mentah lembaran. Harga pokok produksi nata lembaran per unit selanjutnya akan menjadi harga standar bahan baku per unit bagi proses pembuatan nata koktail. Berdasarkan tabel diatas besarnya harga pokok produksi bibit per unit adalah Rp 740,- yang diperoleh dari hasil pembagian harga pokok produksi dengan jumlah unit produk jadi yaitu sejumlah 69 botol. Jumlah unit produk jadi (bibit/botol) merupakan jumlah kuantitas standar rata-rata yang diperoleh dari jumlah standar yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah nata lembaran yang nantinya akan digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk akhir, yaitu nata koktail sejumlah 4.169 unit (cup). Botol yang digunakan untuk pengembangbiakan bibit menggunakan botol bekas sirup ABC dengan volume 630 ml per botol. Jumlah standar kebutuhan bibit (usia enam hari) untuk memproduksi satu lembar nata mentah (1kg/lembar) adalah 120 ml, sehingga satu botol dapat digunakan untuk menginokulasi lima lembar nata lempeng. Harga pokok produksi per unit bibit selanjutnya akan menjadi harga bibit per unit pada proses perhitungan harga pokok produksi pembuatan nata mentah lembaran (lampiran 4). Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pembuatan nata mentah lembaran beserta biaya penyusunya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 24. Perhitungan Harga Pokok Produksi Standar Per unit Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis
Uraian Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK HARGA POKOK PRODUKSI JUMLAH UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT No 1. 2. 3. Total Biaya (Rp)
86.486 18.510 91.955 13.000 104.955 209.951 308,506 681

Berdasarkan keterangan tabel diatas didapatkan harga pokok produksi per unit nata mentah lembaran yaitu sebesar harga pokok produksi di bagi jumlah unit produk, sehingga harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp 681. Pada penjelasan sebelumnya biaya bahan baku standar terdiri dari harga standar dan kuantitas standar, biaya standar diperoleh dari hasil perkalian antara harga standar dengan kuantitas standar. Pada metode analisis dalam proses penentuan biaya standar bahan baku pembuatan nata de coco koktail yang menjadi harga standar bahan baku adalah harga pokok produksi nata mentah lembaran. Harga standar bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail dari hasil proses perhitungan di dapatkan sebesar Rp 681 per (Kg), sehingga biaya standar bahan baku bagi produk akhir (nata koktail) adalah Rp 210.092,- yang diperoleh dari hasil perkalian harga standar bahan baku Rp 681/ unit dengan kuantitas standar 308,506 lembar nata mentah. 6.1.2.2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Pada penentuan biaya standar tenaga kerja langsung yang dimaksud tenaga kerja langsung disini adalah tenaga kerja yang langsung ikut serta dalam proses produksi, dan bukan merupakan tenaga kerja yang tidak memiliki kegiatan langsung pada kegiatan produksi. Biaya standar tenaga kerja langsung terdiri dari penentuan tarif standar upah per unit dan kuantitas standar produksi per hari. Penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung metode analisis menggunakan standar pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai. Standar jenis ini didasarkan pada tingkat pelaksanaan yang dapat dicapai dengan memperhitungkan kegiatan yang tidak efisien yang tak dapat dihindarkan terjadinya lagi, selain itu

perlu diperhatikan produk dengan standar kualitas terbaik yang dapat dihasilkan. Penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung pada metode analisis terdiri dari penentuan tarif upah standar tenaga kerja langsung per unit pada masingmasing kegiatan produksi yaitu produksi pengembangan bibit nata, pembuatan nata mentah lembaran, pembuatan nata koktail (kemasan), dan penentuan kuantitas standar produksi per hari

1.

Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Proses Pengembangan Bibit Nata Penentuan biaya standar tenaga kerja langsung pada metode analisis terdiri

dari penentuan tarif upah standar per unit dan kuantitas standar produksi. Pada penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung metode analisis menggunakan standar pelaksanaan terbaik untuk menghasilkan produk terbaik, sehingga sebelum menentukan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit perlu diketahui spesifikasi standar produk terbaik yang dapat dihasilkan perusahaan (Tabel 25). Tabel 25. Spesifikasi Standar Produk Pengembangan Bibit Nata Metode Analisis
1. Jenis Produk Nata Bibit Produk yang akan dihasilkan Spesifikasi Produk 1. Warna Putih Kekeruhan 2. Terdapat Lapisan Tipis di Permukaan. 3. Tidak Terdapat Jamur 4. Tidak Terdapat Ruang Kosong Antar Cairan

Untuk menghasilkan produk terbaik berdasarkan spesifikasi pada tabel diatas maka sebelumnya perlu ditetapkan formula untuk menghasilkannya, selain itu perlu diperhatikan waktu standar pada tiap-tiap proses kegiatan. Pada metode analisis, formula standar yang dijadikan dasar dalam penentuan waktu standar pengerjaan produk yang dihasilkan adalah 20 liter bahan baku (air kelapa), dengan alasan bahwa formula 20 liter bahan baku adalah formula pada kuantitas normal yang dapat dikerjakan oleh satu orang karyawan untuk menghasilkan produk dengan spesifikasi terbaik.

Tabel 26. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pengembangan Bibit Nata
Teknik Proses (Formula 20 Liter Air Kelapa) Tahapan Proses Waktu Standar (menit) 1. Penyiapan Alat 10 2. Penyiapan Bahan 10 3. Penyiapan dan Pencucian Botol 30 4. Penyaringan Air Kelapa 15 5. Penimbangan Bahan Kimia dan Pengukuran air kelapa 15 6. Perebusan 30 7. Pemasukan ke Dalam Botol 15 8. Inokulasi Bibit 30 9. Fermentasi ( 6 hari) TOTAL WAKTU PRODUKSI (menit) 155

Pada metode analisis penentuan waktu standar di dasarkan atas standar pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai untuk tiap-tiap tahapan proses produksi. Standar jenis ini didasarkan pada tingkat pelaksanaan yang dapat dicapai dengan memperhitungkan kegiatan yang tidak efisien yang tak dapat dihindarkan terjadinya lagi. Standar waktu proses pengembangan bibit nata selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran 11). Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari tabel diatas, bahwa total waktu standar pengerjaan proses pengembangan bibit untuk formula 20 liter bahan baku adalah 155 menit atau sama dengan 2,58 jam, formula standar 20 liter mampu menghasilkan sekitar 37 botol bibit nata dengan pertimbangan bahwa air kelapa yang dijadikan media pengembangbiakan bibit per botol adalah 540 ml atau 0,54 liter, sehingga waktu standar per unit adalah 0,07 jam atau 155 menit , yang diperoleh dari hasil pembagian total waktu standar terhadap jumlah total unit produk jadi. Penentuan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit pada metode analisis sebelumnya terlebih dahulu didasarkan atas pengalaman perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya mengenai dasar pembebanan upah standar tenaga kerja langsung (per hari) kemudian selanjutnya pada metode analisis dasar pembebanan upah standar harian per tenaga kerja langsung diproyeksikan terhadap waktu standar pengerjaan metode analisis. Tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit metode analisis terlebih dahulu harus mengetahui dasar pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung yang bersumber dari perusahaan terhadap total waktu standar metode

analisis yaitu dengan memproyeksikannya. Dasar pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan adalah sebesar Rp.15.000, perhari dengan standar waktu kerja perhari adalah delapan jam kerja. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa besarnya pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung perusahaan terhadap total waktu standar metode analisis adalah sebesar Rp 5.806,- yang diperoleh dari hasil pembagian pembebanan tarif standar perusahaan sebesar Rp 15.000,- per hari (delapan jam kerja) dengan total waktu proses kegiatan produksi metode analisis yaitu 2,58 jam. Jumlah produk yang dihasilkan berdasarkan total waktu standar pengerjaan pada metode analisis adalah 37 botol, sehingga untuk satu jam produk yang dapat dihasilkan adalah 14 botol. Berdasarkan hasil proyeksi perhitungan didapatkan pembebanan tarif standar upah per unit untuk tenaga kerja langsung per jam adalah sebesar Rp. 405. per unit per jam, yang diperoleh dari hasil pembagian pembebanan tarif standar upah perusahaan per total waktu metode analisis Rp 5.806 dengan jumlah unit per jam metode analisis yaitu sejumlah 14 botol. Tarif standar upah tenaga kerja langsung metode analisis merupakan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit, yang berarti jumlah tarif standar upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk mengerjakan satu unit produk jadi. Dari hasil perhitungan diperoleh tarif standar upah per unit tenaga kerja langsung adalah sebesar Rp 28,31 per unit,- yang diperoleh dari hasil perkalian pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit yaitu sebesar Rp 405 dengan waktu standar pengerjaan per unit selama 0,07 jam per unit. Kuantitas standar produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. Berdasarkan data historis perusahaan diketahui bahwa rata-rata produk bibit nata per hari yang dihasilkan perusahaan adalah 69 botol. Sehingga biaya standar upah tenaga kerja langsung pengembangan bibit adalah Rp 1.953,39 yang diperoleh dari hasil perkalian tarif upah standar Rp 28,31 dengan kuantitas standar yaitu 69 botol. 2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata Mentah Lembaran Seperti pada penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung sebelumnya proses penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung

pembuatan nata de coco mentah lembaran metode analisis juga menggunakan standar pelaksanaan terbaik yang dapat dilakukan, maka selain memperhitungkan waktu pada setiap tahap proses kegiatan, selain itu perlu juga diperhatikan spesifikasi terhadap produk yang dihasilkan. Spesifikasi produk yang dihasilkan merupakan produk terbaik yang dapat dihasilkan perusahaan, spesifikasi produk nata mentah lembaran dapat dilihat pada Tabel 27. Untuk menghasilkan produk terbaik berdasarkan spesifikasi pada tabel 27 maka sebelumnya perlu ditetapkan formula bahan baku untuk menghasilkannya, selain itu juga perlu diperhatikan waktu standar pada tiap-tiap proses kegiatan. Pada metode analisis, formula standar yang dijadikan dasar penentuan spesifikasi produk yang dihasilkan adalah 50 liter bahan baku (air kelapa), dengan alasan bahwa formula 50 liter bahan baku adalah formula pada kapasitas normal yang dapat dikerjakan oleh satu orang karyawan untuk menghasilkan produk dengan spesifikasi terbaik. Tabel 27. Spesifikasi Produk Nata Mentah Lembaran
2. Jenis Produk Nata Mentah Lembaran Produk yang akan dihasilkan Spesifikasi Produk 1. Warna Putih Kekeruhan 2. Ketebalan 1,5-2 cm 3. Tidak Terdapat Jamur 4. Permukaan Tidak Cacat

Biaya standar upah tenaga kerja langsung pada metode analisis terdiri dari penentuan tarif standar per unit dan kuantitas produksi standar. Penetapan tarif standar pengerjaan per unit dalam metode analisis di dasarkan atas pelaksanaan terbaik yang dapat dilakukan dengan memperhitungkan kegiatan yang tidak efisien yang tak dapat dihindarkan terjadinya lagi. Waktu standar pengerjaan untuk setiap tahap kegiatan pada metode analisis merupakan jumlah waktu terbaik yang dapat dicapai per orang karyawan dengan memperhitungkan kegiatan yang tidak efisien yang tidak dapat dihindarkan lagi. Waktu standar pengerjaan pembuatan nata mentah lembaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

Tabel 28. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata Mentah
Lembaran Teknik Proses (Formula 50 Liter Air Kelapa) Tahapan Proses Waktu Standar (menit) 1. Penyiapan Alat 10 2. Penyiapan Bahan 10 3. Penyiapan dan Pencucian Loyang 45 4. Penyaringan Air Kelapa 15 5. Penimbangan Bahan 15 6. Perebusan 30 7. Pemasukan Dalam Loyang 45 8. Inokulasi Bibit 30 9. Fermentasi (6 hari) TOTAL WAKTU PRODUKSI (menit) 200

Berdasarkan keterangan tabel diatas total standar waktu pengerjaan pembuatan nata mentah lembaran dengan formula 50 liter air kelapa adalah 200 menit per orang karyawannya, atau setara dengan 3,33 jam. Formula 50 liter air kelapa dapat menghasilkan 50 lembar nata mentah hasil inokulasi selama enam hari. Berat per lembar nata mentah kurang lebih satu kg, sehingga 50 liter air kelapa mampu menghasilkan 50 Kg nata lempeng. Untuk mendapatkan standar waktu pengerjaan per unit yaitu dengan membagi total waktu standar pengerjaan metode analisis dengan jumlah total produk jadi formula standar. Dari hasil perhitungan diperoleh standar waktu pengerjaan per unit produk adalah empat menit, yang diperoleh dari hasil pembagian total waktu standar analisis yaitu 200 menit dengan jumlah produk yang dihasilkan pada formula standar yaitu 50 liter sama dengan 50 Kg. Untuk menetapkan biaya standar upah per unit, hal yang harus diperhatikan pula adalah penentuan pembebanan tarif standar upah pengerjaan per unitnya. pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung per jam metode analisis terlebih dahulu harus mengetahui pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung yang bersumber dari perusahaan terhadap total waktu standar metode analisis yaitu dengan memproyeksikannya terlebih dahulu. Pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan adalah sebesar Rp 15.000,- perhari dengan standar waktu kerja perhari adalah delapan jam kerja. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa besarnya pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung perusahaan terhadap total waktu standar

metode analisis adalah sebesar Rp 4.500,- yang diperoleh dari hasil pembagian pembebanan tarif standar upah perusahaan sebesar Rp 15.000,- per hari (delapan jam kerja) dengan total waktu proses kegiatan produksi metode analisis yaitu 3,33 jam. Jumlah produk yang dihasilkan berdasarkan total waktu standar pengerjaan pada metode analisis adalah 50 lembar nata mentah, sehingga untuk satu jam metode analisis produk yang dapat dihasilkan adalah 15 lembar nata mentah. Berdasarkan hasil proyeksi perhitungan didapatkan pembebanan tarif standar upah per unit untuk tenaga kerja langsung adalah sebesar Rp 300, yang diperoleh dari hasil pembagian pembebanan tarif standar upah perusahaan per total waktu metode analisis Rp 4.500 dengan jumlah unit per jam metode analisis sejumlah 15 lembar nata mentah. Tarif standar upah tenaga kerja langsung metode analisis merupakan tarif standar tenaga kerja langsung per unit, yang berarti jumlah tarif upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk mengerjakan satu unit produk jadi. Dari hasil perhitungan diperoleh tarif standar upah per unit tenaga kerja langsung adalah sebesar Rp 20,- yang diperoleh dari hasil perkalian besarnya pembebanan tarif upah tenaga kerja langsung per unit yaitu sebesar Rp 300 dengan waktu standar pengerjaan per unit selama 0,07 jam per unit. Kuantitas standar produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. Berdasarkan data historis perusahaan diketahui bahwa rata-rata produk nata mentah lembaran per hari yang dihasilkan perusahaan adalah 308,506 lembar. Sehingga biaya standar upah tenaga kerja langsung pembuatan nata mentah lembaran metode analisis adalah Rp 6.170,12 yang diperoleh dari hasil perkalian tarif upah standar Rp 20/unit dengan kuantitas standar 308,506 lembar. 3. Biaya Standar Tenaga Kerja langsung Pembuatan Nata Koktail. Penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung pada proses pembuatan nata de coco koktail terdiri dari penentuan tarif per unit tenaga kerja langsung dan kuantitas standar produksi. Penentuan tarif standar upah tenaga kerja langsung pada proses pembuatan nata de coco koktail menggunakan standar pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai perusahaan untuk menghasilkan sejumlah

produk dengan standar kualitas terbaik. formula standar yang digunakan dalam penentuan biaya standar tenaga kerja langsung metode analisis yaitu formula 10 kg nata, dari hasil 10 kg nata mentah lembaran dapat menghasilkan 135 cup nata koktail. Data spesifikasi produk nata de coco koktail dengan standar terbaik yang mampu dicapai perusahaan adalah seperti pada tabel berikut Tabel 29. Spesifikasi Produk Nata de coco Koktail
Produk yang Akan Dihasilkan (Formula 10 Kg Nata Mentah Lembaran) Jenis Produk Spesifikasi Produk 3. Nata Koktail 1.Ukuran Potongan Nata Seragam 2. Warna Putih Transparan 3. Nata Digigit Renyah 4. Rasa Tidak Terlalu Manis 5. Rasa Nata Seperti Agar 6. Jumlah Nata Tiap cup 38 Butir 7. Tidak Terdapat Kotoran 8. Cup Plastik Jernih 9. Tutup cup Rapat dan Tidak Bocor 10. Kemasan Tidak Lengket 11. Hasil Produk 135 cup

Berdasarkan spesifikasi produk di atas maka untuk menghasilkan jenis produk yang diharapkan, perlu ditetapkan waktu untuk setiap tahap proses kegiatan, penetapan waktu didasarkan atas standar pengerjaan terbaik yang mampu dicapai satu orang karyawan. Standar waktu dan tahapan proses pembuatan nata de coco koktail dapat dijelaskan seperti pada tabel berikut Tabel 30. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata de coco Koktail
Teknik Proses (Formula 10 Kg Nata Mentah Lembaran) Tahapan Proses Waktu Standar (menit) 1. Penyiapan Alat 10 2. Penyiapan Bahan 10 3.Pembersihan dan Pemotongan 30 4. Sortasi dan Grading 15 5. Netralisasi 60 6. Penimbangan Bahan Baku 10 7. Perebusan dan Pencampuran 60 8. Pembuatan Sirup 20 9. Pemasukan Bahan dalam Cup 30 10. Pengemasan 30 11. Pengepakan 15 TOTAL WAKTU PRODUKSI (menit) 290

Berdasarkan keterangan tabel diatas total standar waktu pengerjaan pembuatan nata de coco koktail dengan formula 10 kg nata mentah lembaran adalah 290 menit per orang karyawannya, atau setara dengan 4,83 jam. Formula 10 kg nata mentah dapat menghasilkan 135 cup nata de coco koktail. Berat padat standar yang ditetapkan perusahaan untuk satu cup nata de coco koktail adalah 74 gr atau setara dengan 0,074 Kg. Penentuan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit metode analisis yaitu dengan memproyeksikan pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan terhadap total waktu standar pengerjaan metode analisis, dari keterangan yang diperoleh dari perusahaan bahwa pembebanan tarif upah standar tenaga kerja langsung adalah Rp 15.000,dengan standar waktu kerja perhari adalah delapan jam kerja. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa besarnya pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung perusahaan terhadap total waktu standar metode analisis adalah sebesar Rp 3.103,- yang diperoleh dari hasil pembagian pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung perusahaan sebesar Rp 15.000,- per hari (delapan jam kerja) dengan total waktu proses kegiatan produksi metode analisis yaitu 4,83 jam. Jumlah produk yang dihasilkan berdasarkan total waktu standar pengerjaan pada metode analisis adalah 135 cup nata koktail, sehingga untuk satu jam metode analisis, produk yang dapat dihasilkan adalah 28 cup nata koktail. Berdasarkan hasil proyeksi perhitungan didapatkan pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit adalah sebesar Rp 111,- per unit per jam, yang diperoleh dari hasil pembagian pembebanan tarif standar upah perusahaan per total waktu metode analisis sebesar Rp 3.103,- dengan jumlah unit per jam metode analisis sejumlah 28 cup nata koktail. Tarif standar upah tenaga kerja langsung metode analisis merupakan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit, yang berarti jumlah tarif upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk mengerjakan satu unit produk jadi. Dari hasil perhitungan diperoleh tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit adalah sebesar Rp 3,98,- yang diperoleh dari hasil perkalian pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit yaitu sebesar Rp. 111,- dengan waktu standar pengerjaan per unit selama 0,04 jam per unit.

Kuantitas standar produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. berdasarkan data historis perusahaan diketahui bahwa rata-rata produk nata de coco koktail per hari yang dihasilkan perusahaan adalah 4.169 cup. Sehingga biaya standar upah tenaga kerja langsung pembuatan nata de coco koktail metode analisis adalah Rp 16.592 yaitu hasil perkalian tarif upah standar Rp 3,98/ unit dengan kuantitas standar 4.169 cup.

6.1.2.3. Biaya Standar Overhead Pabrik Salah satu unsur biaya produksi adalah biaya overhead pabrik, biaya overhead pabrik ini meliputi semua biaya-biaya yang bukan diklasifikasikan sebagai biaya bahan langsung maupun biaya buruh langsung. perhitungan biaya overhead pabrik pada metode analisis terdiri dari dua metode yaitu perhitungan biaya overhead pabrik metode full costing dan perhitungan biaya overhead pabrik metode variabel costing. Perhitungan biaya overhead pabrik metode full costing terdiri dari biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel, biaya overhead pabrik variabel terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya bahan bakar, sedangkan biaya overhead pabrik tetap terdiri dari biaya penyusutan peralatan, penyusutan bangunan, biaya listrik, biaya telpon, dan biaya gaji karyawan tetap bagian produksi. Hasil rekapitulasi perhitungan biaya overhead pabrik metode full costing dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 31. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Standar Biaya Overhead Pabrik Metode Full Costing
No 1 2 3 4 4 5 6 Uraian Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Penyusutan Bangunan Biaya Listrik Biaya Telpon Biaya Gaji Karyawan Tetap TOTAL Kategori BOP Variabel BOP Variabel BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap Biaya / Produksi (Rp) 1.729.678 17.333 27.900 4.767 5.769 5.769 19.231 1.810.447

Perbedaaan prosedur penetapan biaya overhead metode analisis dengan metode perusahaan yaitu pada metode perusahaan tidak terdapat biaya penyusutan

peralatan dan bangunan, serta biaya total gaji karyawan tetap merupakan total gaji dari seluruh karyawan di semua departemen, sedangkan pada metode analisis yang menggunakan metode full costing, pengumpulan biaya overhead pabrik tetap memasukkan semua unsur penyusutan yang meliputi penyusutan peralatan dan bangunan. Biaya gaji karyawan tetap pada metode analisis diperoleh dengan memisahkan karyawan antara departemen, sehingga biaya gaji karyawan yang termasuk dalam perhitungan metode analisis full costing adalah biaya gaji karyawan bagian produksi, sedangkan biaya gaji karyawan bagian pemasaran dan administrasi di hitung sebagai biaya pemasaran dan administrasi pada penetapan harga pokok penjualan produk akhir. Berdasarkan sifat biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tak langsung produk, dasar perhitungan dari besaran biaya ini dilakukan dengan mekanisme penjatahan. Penjatahan pembebanan biaya overhead harus

menetapkan dasar kegiatan yang sama terhadap semua jenis produk yang diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka pada metode analisis mekasnisme penjatahan menggunakan mekanisme penjatahan yang sama dengan metode perusahaaan yaitu standar jam kerja harian karyawan, karena jumlah produk yang dihasilkan sangat tergantung dari jumlah jam kerja harian karyawan. Tabel 32. Prosedur Penetapan Biaya Standar BOP per Unit Metode Full Costing.
NO 1 2 3 4 5 6 Uraian Total Pembebanan BOP Standar Jam Kerja / Hari Biaya Standar BOP Unit Produk jadi Unit Produk jadi Biaya Standar BOP Satuan Rp Jam Rp / Jam Hari Hari / Jam Rp / Unit Jumlah 1.810.447 8 226.305,97 4.169 521,125 434,26

Berdasarkan tabel diketahui bahwa pembebanan BOP selama periode analisis adalah sebesar Rp 1.810.448. Dasar pembebanan terhadap biaya overhead pabrik perusahaan adalah berdasarkan jam kerja harian karyawan perusahaan yaitu delapan jam perhari, dengan besarnya biaya standar overhead produksi diperoleh dengan membagi pembebanan biaya overhead pabrik pada kapasitas normal dengan jam standar karyawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini

Rata-rata total unit produk yang dihasilkan menurut pengalaman perusahaan selama satu tahun adalah sebesar 4.169 unit per hari produksi, dengan standar jam kerja karyawan selama delapan jam per hari, sehingga diperoleh biaya standar BOP per jam sebesar Rp 226.305,97. Unit produk jadi yang dapat dihasilkan perusahaan pada kuantitas normal per jam adalah 521 unit, sehingga besar penetapan biaya standar per unit metode full costing adalah sebesar Rp 434,26 per unit. Perhitungan biaya overhead pabrik metode variabel costing hanya terdiri dari biaya overhead pabrik variabel, sehingga yang termasuk ke dalam biaya overhead pabrik tetap tidak dimasukkan, biaya overhead pabrik variabel terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya bahan bakar. Hasil rekapitulasi perhitungan biaya overhead pabrik metode variabel costing dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 33. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Standar Variabel Costing
No Uraian 1 Biaya Bahan Penolong 2 Biaya Bahan Bakar TOTAL Kategori BOP Variabel BOP Variabel Biaya / Produksi (Rp) 1.729.678 17.333 1.747.011

Metode penjatahan pada perhitungan standar biaya overhead pabrik metode variabel costing menggunakan mekanisme penjatahan yang sama dengan metode perusahaaan yaitu standar jam kerja harian karyawan, karena jumlah produk yang dihasilkan sangat tergantung dari jumlah jam kerja harian karyawan. Berdasarkan tabel diketahui bahwa pembebanan BOP variabel selama periode analisis adalah sebesar Rp 1.747.011. dasar pembebanan terhadap biaya overhead pabrik perusahaan adalah berdasarkan jam kerja harian karyawan perusahaan yaitu delapan jam perhari, dengan besarnya biaya standar overhead produksi variabel diperoleh dengan membagi pembebanan biaya overhead pabrik pada kuantitas normal dengan jam standar karyawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini.

Tabel 34. Rekapitulasi BOP Standar per Unit Metode Variabel Costing
NO 1 2 3 4 5 6 Uraian Total Pembebanan BOP Standar Jam Kerja / Hari Biaya Standar BOP Unit Produk jadi Unit Produk jadi Biaya Standar BOP Satuan Rp Jam Rp / Jam Unit / Hari Unit / Jam Rp / Unit Jumlah 1.747.011 8 218.376,42 4.169 521,125 419,05

Rata-rata total unit produk yang dihasilkan menurut pengalaman perusahaan selama satu tahun adalah sebesar 4.169 unit per hari produksi, dengan standar jam kerja karyawan selama delapan jam per hari, sehingga diperoleh biaya standar BOP per jam sebesar Rp 218.376,42. unit produk jadi yang dapat

dihasilkan perusahaan pada kuantitas normal per jam adalah 521 unit, sehingga besar penetapan biaya standar per unit metode full costing adalah sebesar Rp 419,- per unit. Tabel 35.
NO 1 2 3 4 5 6

Prosedur Penetapan BOP Standar per Unit Metode Variabel Costing


Uraian Total Pembebanan BOP Standar Jam Kerja / Hari Biaya Standar BOP Unit Produk jadi Unit Produk jadi Biaya Standar BOP Satuan Rp Jam Rp / Jam Hari Hari / Jam Rp / Unit Jumlah 1.747.011 8 218.376,42 4.169 521,125 419,05

6.2. Biaya Aktual 6.2.1. Biaya Aktual Metode Perusahaan 6.2.1.1. Biaya Aktual Bahan Baku Biaya bahan baku aktual adalah biaya bahan baku yang sebenarnya dikeluarkan untuk menghasilkan produk jadi. Bahan baku bagi pembuatan nata de coco koktail adalah nata mentah lembaran. Sehingga biaya bahan baku aktual pembuatan nata de coco koktail adalah biaya nata mentah lembaran yang sebenarnya dikeluarkan untuk menghasilkan produk nata de coco koktail (kemasan). Untuk mengetahui biaya bahan baku aktual, maka terlebih dahulu harus mengetahui jumlah produk jadi (nata de coco koktail), dan jumlah bahan baku yang digunakan. Pada periode analisis menggunakan pengamatan terhadap produksi di PT Tonsu Wahana Tirta selama 15 hari. Sehingga jumlah produksi

nata de coco koktail (nata kemasan) selama 15 hari dapat dilihat seperti pada tabel berikut. Tabel 36. Produksi Aktual Nata de Coco Kemasan (Koktail) Selama 15 Hari Pada Bulan November Tahun 2009
UNIT PRODUK (DUS) 55 177 399 208 72 133 130 342 258 199 408 377 389 185 218 3,550 237 UNIT PRODUK (CUP) 1.320 4.248 9.576 4.992 1.728 3.192 3.120 8.208 6.192 4.776 9.792 9.048 9.336 4.440 5.232 85.200 5.680 BERAT PADAT PRODUK (KG) 97,68 314,352 708,624 369,408 127,872 236,208 230,88 607,392 458,208 353,424 724,608 669,552 690,864 328,56 387,168 6.304,8 420,32 BERAT B.BAKU (KG) 117 362 748 399 144 262 246 666 524 371 783 738 760 370 406 6.896,00 459,73 BERAT SISA (KG) 19,32 47,65 39,38 29,59 16,13 25,79 15,12 58,61 65,79 17,58 58,39 68,45 69,14 41,44 18,83 591,20 39,41 SISA (%) 16,51 13,16 5,26 7,42 11,20 9,84 6,15 8,80 12,56 4,74 7,46 9,27 9,10 11,20 4,64 9,15 RENDEMEN (%) 83,49 86,84 94,74 92,58 88,80 90,16 93,85 91,20 87,44 95,26 92,54 90,73 90,90 88,80 95,36 90,85

NO

HARI

1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 TOTAL RATA-RATA

Berdasarkan keterangan pada tabel diatas diketahui bahwa jumlah total produksi aktual nata de koko koktail selama 15 hari adalah 85.200 cup atau setara dengan 3.550 dus dengan rata-rata produksi harian adalah 5.680 cup atau 237 dus. Untuk menelusuri jumlah bahan baku yang sebenarnya digunakan maka dilakukan pendekatan hasil rendemen dengan mula-mula mengetahui jumlah produk sisa hasil produksi. Perhitungan rendemen proses pembuatan Nata de Coco koktail dapat dilakukan dengan membandingkan antara berat seluruh bahan baku hasil output nata de coco koktail dengan berat bahan baku inputnya yaitu berat nata mentah lembaran yang digunakan untuk membuat Nata de Coco koktail. Bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail adalah nata mentah lembaran, dimana pada penjelasan sebelumnya bahwa untuk mendapatkan harga per unit nata mentah lembaran terlebih dahulu harus menghitung harga pokok produksi per unit terlebih dahulu. Berdasarkan data pada tabel produksi nata de coco (kemasan) pada bulan November, diketahui bahwa rendemen aktual produksi nata de coco koktail adalah 90,85 %, sehingga kebutuhan bahan baku aktual bagi proses pembuatan Nata de Coco adalah 459,73 Kg. pada perhitungan harga pokok produksi nata mentah

lembaran, rendemen produksi aktual nata mentah lembaran tidak jauh berbeda dengan rendemen standar yaitu 90,3 %, sehingga kebutuhan air kelapa pada rendemen aktual untuk memproduksi 459,73 nata mentah lembaran adalah 504,323 liter. Perhitungan harga pokok produksi aktual nata mentah lembaran metode perusahaan dapat dilihat pada (lampiran 8), hasil rekapitulasi perhitungan harga pokok produksi per unit nata mentah lembaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 37. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Aktual Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan Rendemen 90,3%
Uraian Biaya Bahan Baku Air kelapa Untuk Bibit Nata Air kelapa Untuk Nata lembaran Total Biaya Bahan Baku 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Overhead Pabrik Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK HARGA POKOK PRODUKSI JUMLAH RATA-RATA UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT No 1. Total Biaya (Rp) 10.373 128.880
139.252 97.056 90.280 30.333 120.613 356.922 459,73 776,37

Berdasarkan tabel diatas diperoleh harga nata mentah lembaran aktual dari perhitungan harga pokok produksi per unit adalah Rp 776,37 per unit. Kuantitas rata-rata bahan baku bagi proses pembuatan Nata de Coco koktail selama pada bulan November (rendemen 90,3%) adalah 459,73 lembar, sehingga biaya bahan baku aktual menurut metode perhitungan perusahaan adalah Rp 356.922,- yang diperoleh dari hasil perkalian harga bahan baku aktual Rp 776,37 per unit dengan kuantitas bahan baku aktual sebesar 459,73 lembar. Biaya bahan baku aktual nata de coco koktail adalah sama dengan harga pokok produksi nata mentah lembaran yaitu Rp 356.922,- sedangkan harga aktual bahan baku per unit sama dengan harga pokok produksi per unit nata mentah mentah lembaran yaitu Rp 776,37 per unit.

6.2.1.2. Biaya Aktual Tenaga Kerja Langsung 1. Biaya aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Bibit Nata Metode Perusahaan. Biaya aktual upah tenaga kerja langsung metode perusahaan terdiri dari tarif upah aktual dan kuantitas aktual. Biaya aktual perusahaan untuk proses pengembangan bibit nata dari hasil biakan kultur murni merupakan hasil perkalian tarif aktual tenaga kerja langsung per unit dengan kuantitas aktual produk bibit selama bulan November. Kapasitas produksi pembuatan bibit nata selama 15 hari pada bulan November tidak berbeda jauh dengan kapasitas standar, sehingga tarif upah aktual dan biaya aktual tenaga kerja langsung menurut metode perusahaan selama 15 hari pada bulan November tidak mengalami perubahan yaitu sebesar Rp 217.391,2. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan. Biaya aktual perusahaan untuk pembuatan nata mentah lembaran merupakan hasil perkalian tarif aktual tenaga kerja langsung per unit dengan kuantitass rata-rata aktual produk bibit selama 15 hari pada bulan November. Tarif aktual upah tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan perusahaan selama periode analisis pada bulan November sama dengan tarif standar upah tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan sebelumnya, yaitu sebesar tarif standar Rp 48,62,Kuantitas aktual produksi nata mentah lembaran perusahaan didapatkan berdasarkan kuantitas rata-rata perusahaan selama 15 hari pada bulan November. berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kuantitas rata-rata aktual produksi nata mentah lembaran per hari yang dihasilkan perusahaan adalah 459,73 lembar. Sehingga, besarnya biaya aktual tenaga kerja langsung metode perusahaan adalah Rp 22.352 yang diperoleh dari hasil perkalian tarif upah aktual Rp 48,62 dengan kuantitas rata-rata aktual sebesar 459,73 lembar. 3. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode perusahaan. Biaya aktual perusahaan untuk pembuatan nata de coco koktail merupakan hasil perkalian tarif aktual tenaga kerja langsung per unit dengan rata-rata kapasitas aktual produk nata de coco koktail selama 15 hari pada bulan

November. Tarif aktual upah tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan perusahaan selama periode analisis pada bulan November sama dengan tarif standar upah tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan sebelumnya, yaitu sebesar tarif standar Rp 3,59,-. Kapasitas aktual produksi nata de coco koktail (kemasan) perusahaan didapatkan berdasarkan kapasitas rata-rata perusahaan selama 15 hari pada bulan November. Berdasarkan tabel produksi nata de coco perusahaan diketahui bahwa rata-rata produksi nata de coco koktail per hari yang dihasilkan perusahaan adalah 5,680 cup. Sehingga, besarnya biaya aktual tenaga kerja langsung proses pembuatan nata de coco koktail adalah Rp 20.391,- yang diperoleh dari hasil perkalian tarif upah aktual tenaga kerja langsung pembuatan Nata de Coco koktail dengan kapasitas aktual bahan baku sebesar 5.680 cup. 6.2.1.3. Biaya Aktual Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik pada PT Tonsu Wahana Tirta terdiri dari biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel (Lampiran 8). Biaya overhead pabrik variabel terdiri dari biaya bahan penolong, serta biaya bahan bakar (gas). Sedangkan biaya overhead pabrik tetap perusahaan terdiri dari biaya listrik, biaya telpon serta biaya tenaga kerja karyawan tetap. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 38. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Aktual Metode Perusahaan
No Uraian Kategori BOP Variabel BOP Variabel BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap 1 Biaya Bahan Penolong 2 Biaya Bahan Bakar 3 Biaya Listrik 4 Biaya Penyusutan Peralatan 5 Biaya Penyusutan Bangunan 6 Biaya Telpon 7 Biaya Angkut B.Baku 7 Biaya gaji Karyawan tetap TOTAL Biaya / Produksi (Rp) 2.446.819 65.000 5.769 27.900 4.767 5.769 30.273 96.154 2.682.451

Berdasarkan sifat biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tak langsung produk, dasar perhitungan dari besaran biaya ini dilakukan dengan mekanisme penjatahan. Penjatahan pembebanan biaya overhead harus

menetapkan dasar kegiatan yang sama terhadap semua jenis produk yang diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka pada PT Tonsu Wahana Tirta yang dijadikan standar pembebanan biaya overhead pabrik adalah standar jam kerja harian karyawan, karena jumlah produk yang dihasilkan sangat tergantung dari jumlah jam kerja harian karyawan. Berdasarkan tabel diketahui bahwa pembebanan BOP aktual selama 15 hari pada bulan November adalah sebesar Rp 2.682.451,- Dasar pembebanan terhadap biaya overhead pabrik aktual perusahaan adalah berdasarkan jam kerja harian karyawan perusahaan yaitu delapan jam perhari dengan. Besarnya biaya overhead produksi aktual diperoleh dengan membagi pembebanan biaya overhead pabrik aktual pada kapasitas aktual dengan jam standar karyawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah berikut ini. Tabel 39. Prosedur Penetapan Biaya Overhead Pabrik Aktual per Unit Metode Perusahaan
NO 1 2 3 4 5 6 Uraian Total Pembebanan BOP Aktual Jam Kerja / Hari Biaya Aktual BOP / jam Unit Produk jadi / Hari Unit Produk jadi / jam Tarif Aktual BOP / Unit Satuan Rp Jam Rp / Jam Unit / Hari Unit / Jam Rp / Unit Jumlah 2.682.451 8 335.306,36 5.680 710 472,26

Rata-rata total unit produk yang dihasilkan

perusahaan selama bulan

November adalah sebesar 5.680 cup nata de coco koktail perhari, dengan standar jam kerja karyawan selama delapan jam per hari, sehingga diperoleh BOP aktual per jam sebesar Rp 335.306,36. Unit produk jadi yang dapat dihasilkan

perusahaan pada kuantitas aktual per jam adalah 710 unit, sehingga besar BOP aktual per unit oleh perusahaan adalah sebesar Rp 472,26,- per unit. 6.2.2. Biaya Aktual Metode Analisis 6.2.2.1. Biaya Aktual Bahan Baku Proses penentuan biaya bahan baku aktual nata de coco koktail metode analisis adalah dengan menghitung harga pokok produksi bibit nata terlebih dahulu, dan selanjutnya harga pokok bibit per unit dibebankan terhadap harga pokok proses pembuatan nata mentah lembaran. Diketahui bahwa selama periode

analisis bulan November, jumlah produksi bibit aktual tidak jauh berbeda dengan yang telah ditetapkan sebelumnya, akan tetapi terjadi perbedaan pada biaya upah pengerjaan bibit per unit. Tabel 40. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Aktual Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis Rendemen 90,3%
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK HARGA POKOK PRODUKSI JUMLAH RATA-RATA UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT No 1. 2. 3. Uraian Total Biaya (Rp)
128.880 35.721 138.653 30.333 168.986 333.587 459,73 725,62

Berdasarkan tabel diatas diperoleh harga nata mentah lembaran aktual per unit adalah Rp 725,62,- per unit. Kuantitas bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail pada bulan November (rendemen 90,85%) adalah 459,73 lembar, sehingga biaya bahan baku aktual menurut metode perhitungan analisis adalah Rp 333.589,- yang diperoleh dari hasil perkalian harga bahan baku aktual Rp 725,62 per unit dengan kuantitas bahan baku aktual sebesar 459,73 lembar.

6.2.2.2. Biaya Aktual Tenaga Kerja Langsung 1. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis. Biaya aktual tenaga kerja langsung pembuatan bibit nata merupakan biaya yang sesungguhnya dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja langsung yang digunakan untuk memproduksi produk bibit nata. Biaya aktual tenaga kerja langsung pada metode analisis terdiri dari tarif upah aktual yang diterima pekerja dan kuantitas aktual produksi bibit selama 15 hari pada bulan November. Penentuan tarif aktual tenaga kerja langsung pembuatan bibit pada metode analisis menggunakan standar formula pengerjaan bibit yaitu formula standar pengerjaan 20 liter bahan baku. Dengan formula standar pengerjaan bibit maka akan ditelusuri waktu aktual pengerjaan pada setiap tahap pengerjaan selama 15 hari pada bulan November. Dari hasil pengamatan maka diperoleh waktu aktual

pengerjaan pembuatan bibit nata selama 15 hari pada bulan November (lampiran 17), rata-rata waktu aktual pengerjaan bibit pada formula standar untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 41. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pengembangan Bibit Nata Teknik Proses (Formula 20 liter Air Kelapa) Tahapan Proses Waktu Aktual (menit) 1. Penyiapan Alat 13 2. Penyiapan Bahan 13 3.Penyiapan dan Pencucian Botol 45 4. Penyaringan Air Kelapa 11 5. Penimbangan Bahan Kimia dan pengukuran air kelapa 17 6. Perebusan 48 7. Pemasukan ke dalam botol 22 8. Inokulasi Bibit 43 9. Fermentasi ( 6 hari) TOTAL RATA-RATA WAKTU AKTUAL 212

Berdasarkan tabel diatas diketahui total rata-rata waktu aktual pengerjaan bibit nata selama 15 hari pada bulan November yaitu 212 menit atau setara dengan 3,53 jam. Dalam penentuan tarif aktual digunakan dasar pembebanan yang sama dengan metode standar yaitu standar upah harian tenaga kerja langsung sebesar Rp 15.000,-, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Hasil perhitungan diperoleh tarif aktual upah per unit tenaga kerja langsung pembuatan bibit adalah sebesar Rp 38,71,- yang diperoleh dari hasil perkalian besarnya pembebanan tarif upah tenaga kerja langsung per unit yaitu sebesar Rp 405 dengan rata-rata waktu aktual pengerjaan per unit selama 0,10 jam per unit. Kuantitas aktual produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan ratarata produksi aktual perusahaan selama 15 hari pada bulan November. Rata-rata produksi aktual pembuatan bibit nata tidak berbeda jauh dengan produksi standar yaitu 69 botol bibit per hari. Sehingga biaya aktual upah tenaga kerja langsung pembuatan bibit nata adalah Rp 2.670,99,- yang diperoleh dari hasil perkalian antara tarif upah aktual sebesar Rp 38,71 per unit dengan kuantitas produksi aktual yaitu 69 botol.

2. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis Penentuan tarif aktual tenaga kerja langsung pembuatan nata mentah lembaran pada metode analisis menggunakan standar formula pengerjaan yaitu formula standar pengerjaan 50 liter bahan baku. Dengan formula standar pengerjaan nata mentah lembaran, maka akan ditelusuri waktu aktual pengerjaan pada setiap tahap pengerjaan selama 15 hari pada bulan November. Dari hasil pengamatan maka diperoleh waktu aktual pengerjaan pembuatan nata mentah lembaran selama 15 hari pada bulan November (lampiran 18), rata-rata waktu aktual pengerjaan nata mentah lembaran pada formula standar untuk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 42. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran
Teknik Proses (formula 20 liter Air kelapa) Tahapan Proses Waktu Standar (menit) 1. Penyiapan alat 19 2. Penyiapan bahan 14 3. Penyiapan dan pencucian Loyang 54 4. Penyaringan air kelapa 20 5. Penimbangan Bahan 20 6. Perebusan 46 7. Pemasukan dalam Loyang 48 8. Inokulasi bibit 38 9. Fermentasi (6 hari) TOTAL RATA-RATA WAKTU AKTUAL 259

Berdasarkan tabel diatas diketahui total rata-rata waktu aktual pengerjaan bibit nata selama 15 hari pada bulan November yaitu 259 menit atau setara dengan 4,32 jam. Dalam penentuan tarif aktual digunakan dasar pembebanan yang sama dengan metode standar yaitu standar upah harian tenaga kerja langsung sebesar Rp 15.000,-, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Hasil perhitungan diperoleh tarif aktual upah per unit tenaga kerja langsung pembuatan bibit adalah sebesar Rp 25,90,- yang diperoleh dari hasil perkalian besarnya pembebanan tarif upah tenaga kerja langsung per unit yaitu sebesar Rp. 300 dengan rata-rata waktu aktual pengerjaan per unit selama 0,09 jam per unit.

Kuantitas aktual produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan ratarata produksi aktual perusahaan selama 15 hari pada bulan November rata-rata produksi aktual nata mentah lembaran adalah 459,73 lembar nata mentah, sehingga biaya aktual yang dikeluarkan perusahaan selama bulan November adalah Rp 11.907,- yang diperoleh dari hasil perkalian antara tarif upah aktual sebesar Rp 25,90 dengan kuantitas produksi aktual sebesar 459,73 lembar. 3. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis Penentuan tarif aktual tenaga kerja langsung pembuatan nata mentah lembaran pada metode analisis menggunakan standar formula pengerjaan yaitu formula standar pengerjaan 10 Kg nata mentah, dengan menggunakan formula standar pengerjaan, maka akan ditelusuri waktu aktual pengerjaan pada setiap tahap pengerjaan selama 15 hari pada bulan November. Dari hasil pengamatan maka diperoleh waktu aktual pengerjaan pembuatan Nata de Coco koktail selama 15 hari, rata-rata waktu aktual pengerjaan nata de coco koktail pada formula standar 10 Kg untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 43. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata de coco Koktail
Teknik Proses (Formula 10 Kg Nata) Tahapan Proses Waktu Aktual (menit) 1. Penyiapan Alat 16 2. Penyiapan Bahan 16 3. Pembersihan dan Pemotongan 32 4. Sortasi dan Grading 26 5. Netralisasi 59 6. Penimbangan Bahan Baku 17 7. Perebusan dan Pencampuran 63 8. Pembuatan Sirup 32 9. Pemasukan Bahan dalam Cup 37 10. Pengemasan 43 11. Pengepakan 33 TOTAL RATA-RATA WAKTU AKTUAL 374

Berdasarkan tabel diatas diketahui total rata-rata waktu aktual pengerjaan pembuatan nata de coco koktail (kemasan) selama 15 hari pada bulan November yaitu 374 menit atau setara dengan 6,23 jam. Dalam penentuan tarif aktual digunakan dasar pembebanan yang sama dengan metode standar yaitu standar

upah harian tenaga kerja langsung sebesar Rp 15.000,-, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran 19). Hasil perhitungan diperoleh tarif aktual upah per unit tenaga kerja langsung pembuatan nata de coco koktail adalah sebesar Rp 5,13,- yang diperoleh dari hasil perkalian besarnya pembebanan tarif upah tenaga kerja langsung per unit yaitu sebesar Rp 111,- dengan rata-rata waktu aktual pengerjaan per unit selama 0,05 jam per unit. Kuantitas aktual produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan ratarata produksi aktual perusahaan selama 15 hari pada bulan November. Rata-rata produksi aktual nata de coco koktail adalah 5.680 cup per harinya, sehingga biaya aktual upah tenaga kerja langsung rata-rata yang dikeluarkan perusahaan untuk proses pembuatan nata de coco koktail selama 15 hari pada bulan November adalah Rp 29.138,- yang diperoleh dari hasil perkalian antara tarif upah aktual Rp. 29.138,- dengan kuantitas produksi aktual Nata de Coco koktail metode analisis sebesar 5.680 cup. 6.2.2.3. BOP Aktual Perhitungan BOP aktual metode full costing terdiri dari biaya overhead pabrik aktual tetap dan biaya overhead pabrik aktual variabel, biaya overhead pabrik aktual variabel terdiri dari biaya aktual bahan penolong dan biaya aktual bahan bakar, sedangkan biaya overhead pabrik aktual tetap terdiri dari biaya penyusutan peralatan, penyusutan bangunan, biaya listrik, biaya telpon, dan biaya gaji karyawan tetap bagian produksi. Hasil rekapitulasi perhitungan biaya overhead pabrik aktual metode full costing dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 44. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Aktual Analisis Metode Full Costing
No 1 2 3 4 4 5 6 Uraian Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Penyusutan Bangunan Biaya Listrik Biaya Telpon Biaya Gaji Karyawan tetap TOTAL Kategori BOP Variabel BOP Variabel BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap BOP Tetap Biaya / Produksi (Rp) 2.356.540 65.000 27.900 4.767 5.769 5.769 19.231 2.484.976

Berdasarkan sifat biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tak langsung produk, dasar perhitungan dari besaran biaya ini dilakukan dengan mekanisme penjatahan. Penjatahan pembebanan biaya overhead harus

menetapkan dasar kegiatan yang sama terhadap semua jenis produk yang diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka pada metode analisis mekasnisme penjatahan menggunakan mekanisme penjatahan yang sama dengan metode perusahaaan yaitu standar jam kerja harian karyawan, karena jumlah produk yang dihasilkan sangat tergantung dari jumlah jam kerja harian karyawan. Berdasarkan (Tabel 44) diketahui bahwa pembebanan BOP aktual full costing selama 15 hari bulan November adalah sebesar Rp 2.484.976,- Dasar pembebanan terhadap biaya overhead pabrik perusahaan adalah berdasarkan jam kerja harian karyawan perusahaan yaitu delapan jam perhari, dengan besarnya biaya overhead pabrik aktual produksi diperoleh dengan membagi pembebanan biaya overhead pabrik pada kuantitas aktual dengan jam standar kerja karyawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini. Tabel 45.
NO 1 2 3 4 5 6

Prosedur Penetapan BOP Aktual Analisis per Unit Metode Full Costing.
Satuan Rp Jam/hari Rp / Jam Unit/ Hari Unit / Jam Rp / Unit Jumlah 2.484.976 8 310.622,05 5.680 710 437,50

Uraian Total Pembebanan BOP Standar Jam Kerja / Hari Biaya Aktual BOP Rata-rata Aktual Produk jadi Rata-rata Aktual Produk jadi Biaya Aktual BOP

Rata-rata total unit produk yang dihasilkan perusahaan selama 15 hari pada bulan November adalah sebesar 5.680 unit (cup) per hari, dengan standar jam kerja karyawan per hari adalah delapan jam, sehingga diperoleh BOP aktual per jam sebesar Rp 310.622,05. unit produk jadi yang dapat dihasilkan perusahaan pada kuantitas aktual per jam adalah 710 unit, sehingga besar penetapan BOP aktual per unit metode analisis full costing adalah sebesar Rp 437,50 per unit. Perhitungan biaya overhead pabrik metode variabel costing hanya terdiri dari biaya overhead pabrik variabel, sehingga yang termasuk ke dalam biaya overhead pabrik tetap tidak dimasukkan, biaya overhead pabrik variabel aktual terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya bahan bakar aktual. Hasil rekapitulasi

perhitungan biaya overhead pabrik aktual metode variabel costing dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 46.
No 1 2

Rekapitulasi BOP Aktual Analisis per Unit Metode Variabel Costing.


Uraian Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar TOTAL Kategori BOP Variabel BOP Variabel Biaya / Produksi (Rp) 2.356.540 65.000 2.421.540

Rata-rata aktual produk yang dihasilkan selama 15 hari pada bulan November adalah sebesar 5.680 unit per hari produksi, dengan standar jam kerja karyawan selama delapan jam per hari, sehingga diperoleh BOP aktual per jam sebesar Rp 302.692,50, rata-rata aktual unit produk jadi yang dapat dihasilkan perusahaan pada kapasitas aktual per jam adalah 710 unit, sehingga besar penetapan BOP aktual per unit metode variabel costing adalah sebesar Rp 426,33,- per unit. Tabel 47. Prosedur Penetapan BOP Aktual Analisis per Unit Metode Variabel Costing.
NO 1 2 3 4 5 6 Uraian Total Pembebanan BOP Standar Jam Kerja / Hari Biaya Standar BOP Unit Produk jadi Unit Produk jadi Biaya Standar BOP Satuan Rp Jam Rp / Jam Hari Hari / Jam Rp / Unit Jumlah 2.421.540 8 302.692,50 5.680 710 426,33

6.3. Analisis Selisih Biaya Selisih biaya merupakan perbedaan antara biaya standar yang ditetapkan dengan biaya aktual yang terjadi sesunguhnya. perbandingan antara pengeluaran yang sebenarnya dengan nilai standar produksi akan menunjukkan pengeluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi yang disebut penyimpangan, dengan cepat penyimpangan akan menunjukkan hal-hal yang tidak beres, dan kemudian dapat diambil tindakan perbaikan atau koreksi. Analisis selisih biaya menunjukkan perbedaan antara biaya standar yang telah ditetapkan sebelumnya terhadap biaya aktual. Seperti yang telah diketahui bahwa penentuan biaya standar dalam penelitian ini, terdiri dari penentuan biaya standar metode perusahaan dan metode analisis, sehingga analisis biaya yang akan

ditelusuri adalah analisis selisih biaya pada masing-masing metode, yaitu analisis selisih biaya metode perusahaan dan analisis biaya metode analisis. Analisis biaya metode perusahaan yaitu perbedaan antara biaya standar dan biaya aktual menurut perhitungan perusahaan, sedangkan analisis selisih biaya metode analisis yaitu perbedaan antara biaya standar dan biaya aktual menurut metode analisis. Analisis selisih biaya yang akan ditelusuri meliputi selisih biaya bahan baku, selisih upah tenaga kerja langsung, dan analisis selisih biaya overhead pabrik.

6.3.1. Analisis Selisih Biaya Metode Perusahaan 6.3.1.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Selisih biaya bahan baku pada metode perusahaan merupakan perbedaan antara biaya bahan baku yang telah ditetapkan (standar perusahaan) dengan biaya aktual yang terjadi. Pada analisis selisih biaya bahan baku metode perusahaan menggunakan model analisis tiga selisih (the three-way model), yaitu selisih biaya dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu selisih harga bahan baku, selisih kuantitas bahan baku, dan selisih gabungan. Perhitungan metode tiga selisih dipilih dengan pertimbangan model tiga selisih menghasilkan informasi selisih yang lebih teliti untuk pertanggungjawaban selisih. Selain itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam menentukan biaya standar dan biaya aktual bahan baku bagi proses produksi Nata de Coco koktail adalah melalui perhitungan harga pokok produksi nata mentah lembaran, dimana besarnya biaya bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail adalah besarnya harga pokok produksi nata mentah lembaran, Sehingga perlu dihitung besarnya selisih yang terjadi pada masing-masing metode yaitu perbandingan antara besarnya selisih biaya pada perhitungan harga pokok produksi standar nata mentah lembaran terhadap perhitungan harga pokok produksi aktualnya.

1. Analisis Selisih Harga Bahan Baku Analisis selisih harga bahan baku merupakan perbedaan antara harga bahan baku aktual dengan harga bahan baku standar. Bahan baku bagi proses pembuatan Nata de Coco koktail (kemasan) adalah nata mentah lembaran, sebagai

mana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam menentukan harga bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail (kemasan) adalah dengan mengetahui harga pokok produksi nata mentah lembaran. Harga pokok produksi aktual nata mentah lembaran sangat dipengaruhi biaya-biaya penyusun harga pokoknya. Pada periode analisis bulan November harga-harga aktual penyusun biaya produksi nata mentah lembaran, seperti harga air kelapa, harga bahan penolong, serta harga bahan bakar (LPG) tidak mengalami perubahan. Perbedaan terjadi pada kuantitas bahan baku, bahan penolong, dan bahan bakar, bagi proses pembuatan nata mentah lembaran, dikarenakan adanya peningkatan permintaan terhadap nata de coco koktail, sehingga hal tersebut mempengaruhi besarnya harga per unit nata mentah lembaran. Seperti diketahui pada penjelasan sebelumnya bahwa harga pokok produksi per unit nata mentah lembaran merupakan harga bahan baku per unit nata de coco koktail, sehingga perbandingan harga standar dan aktual bahan baku nata de coco koktail per unit metode perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 48. Perbandingan Biaya Standar dan Biaya Aktual Bahan Baku Nata de Coco Koktail Per Unit Metode Perusahaan
No Uraian 1. Biaya Bahan Baku Air kelapa Untuk Bibit Nata Air kelapa Untuk Nata Lempeng Total Biaya Bahan Baku 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Overhead Pabrik Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK HARGA POKOK PRODUKSI JUMLAH UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT

Harga Standar (Rp)


10.373 86.486 96.859 74.999 66.555 17.333 83.888 255.746 308,506 828,98

Harga Aktual (Rp) 10.373 128.880


139.252 97.056 90.280 30.333 120.613 356.922 459,73 776,37

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terjadi perbedaan pada harga pokok produksi standar per unit terhadap produksi aktual per unit metode perusahaan, dimana terjadi peningkatan harga pokok produksi aktual dari harga pokok produksi standar pada bulan November. Jumlah rata-rata produksi aktual selama 15 hari pada bulan November mengalami peningkatan menjadi 459,73 unit dari kuantitas standar 308,506 unit, sehingga harga pokok produksi aktual nata

mentah lembaran atau harga bahan baku aktual nata de coco koktail sebesar Rp 776,37,- adalah lebih kecil dari harga bahan baku standar sebesar Rp 828,98,,hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kapasitas produksi nata menyebabkan harga pokok produksi atau harga bahan baku per unit turun. Harga pokok produksi per unit nata mentah lembaran merupakan harga bahan baku per unit Nata de Coco koktail. Dari perhitungan standar harga pokok produksi nata mentah lembaran dan perhitungan harga pokok produsi aktual nata mentah lembaran menghasilkan harga bahan baku yang berbeda, sehingga selisih harga bahan baku menurut metode perhitungan tiga selisih adalah Tabel 49. Selisih Harga Bahan Baku Nata de coco Koktail Metode Perusahaan
SELISIH HARGA Harga Standar / unit Harga Aktual / unit Nilai Selisih Rp / Unit Kuantitas Standar (Unit) Jumlah Selisih Harga (Rp) Jumlah (Rp) 828,98 776,37 52,61 308,506 16.230,50

Berdasarkan keterangan tabel diatas harga aktual bahan baku per unit Rp 776,37,- adalah lebih rendah jika dibandingkan harga per unit pada penetapan standar Rp 828,98, sehingga berdasarkan perhitungan metode tiga selisih, selisih harga bahan baku adalah Rp 16.230,50. nilai selisih harga bahan baku tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan karena adanya penurunan harga bahan baku (harga pokok nata mentah lembaran) dari harga bahan baku yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Selisih Jumlah Bahan Baku Selisih jumlah bahan baku merupakan perbedaan antara bahan baku yang sebenarnya digunakan untuk memproduksi Nata de Coco koktail dengan bahan baku yang telah ditetapkan sebelumnya (bahan baku standar). Bahan baku pembuatan nata de coco koktail adalah nata mentah lembaran. Untuk keperluan analisis maka selisih jumlah ini akan diukur dalam satuan mata uang. Seperti pada proses penentuan selisih harga bahan baku, penentuan selisih jumlah bahan baku terlebih dahulu harus mengetahui jumlah bahan baku yang sebenarnya dan jumlah bahan baku standar yang seharusnya dipakai. untuk

keperluan hal tersebut maka dilakukan pendekatan rendemen proses produksi, jumlah bahan baku yang sebenarnya diperoleh dengan membagi berat bahan padat produk akhir yaitu berat total nata pada produk akhir (Nata de Coco koktail) dengan reindemen aktualnya. Jumlah bahan baku standar merupakan jumlah bahan baku yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan. Berdasarkan keterangan yang telah diketahui sebelumnya bahwa kuantitas standar bahan baku adalah 308,506 unit, sedangkan kuantitas aktual bahan baku yang diperoleh dari pendekatan rendemen aktual proses (90,85%) adalah 459,73 unit sehingga selisih kuantitas bahan baku adalah sebagai berikut pada tabel berikut Tabel 50. Selisih Kuantitas Bahan Baku Nata de coco Koktail Metode Perusahaan
SELISIH KUANTITAS Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Nilai Selisih Harga Aktual Jumlah Selisih Kuantitas Jumlah (Rp) 308,506 459,73 -151,224 776,37 -117.405,78

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil selisih antara kuantitas standar dan kuantitas aktual adalah sebesar Rp 117.405,78 hasil selisih tersebut merupakan defisit atau kerugian bagi perusahaan,. walaupun hasil selisih harga menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, akan tetapi hasil selisih kuantitas menghasilkan kerugian yang lebih besar jika dibandingkan keuntungan yang diperolehnya. Pada perhitungan analisis selisih biaya bahan baku metode perusahaan diketahui harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya, sehingga selisih gabungan tidak akan terjadi.

6.3.1.2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung merupakan perbedaan antara biaya aktual tenaga kerja langsung dengan biaya standar tenaga kerja langsung untuk memproduksi Nata de Coco koktail. Pada penentuan analisis selisih biaya tenaga kerja langsung pada proses pembuatan Nata de Coco koktail metode perusahaan di bedakan atas analisis selisih biaya tenaga kerja langsung proses

pembuatan nata bibit, pembuatan nata mentah lembaran, dan analisis selisih biaya tenaga kerja langsung proses pengolahan nata mentah lembaran menjadi Nata de Coco koktail. Biaya tenaga kerja langsung metode perusahaan merupakan hasil perkalian tarif upah per unit dengan kuantitas produksi. Metode perhitungan analisis selisih biaya tenaga kerja langsung metode perusahaan menggunakan metode analisis tiga selisih, dimana selisih dibedakan menjadi tiga yaitu selisih tarif, selisih kuantitas, dan selisih gabungan. Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung proses pembuatan bibit metode perusahaan adalah 0 dikarenakan tidak ada perbedaan antara tarif dan kuantitas standar dengan tarif dan kuantitas aktual. 1. Analisis Selisih Biaya TKL Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung proses pembuatan nata mentah lembaran terdiri dari selisih tarif dan selisih kuantitas, pada selisih tarif tidak ada ditemukan besarnya selisih atau selisih tarif upah pembuatan nata mentah lembaran pada metode perusahaan adalah 0, dikarenakan tarif upah standar

pembuatan nata mentah lembaran tidak jauh berbeda dengan tarif upah pembuatan nata mentah lembaran aktual. Selisih tarif upah TKL proses pembuatan nata mentah lembaran metode perusahaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 51. Selisih Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan
SELISIH TARIF Tarif Standar (Rp) Tarif Aktual (Rp) Nilai Selisih Kuantitas Standar (Unit) Selisih Tarif (Rp) Jumlah (Rp) 48,62 48,62 0 465,47 0,00

Selisih kuantitas pembuatan nata mentah lembaran metode perusahaan, yaitu membandingkan antara kuantitas standar nata mentah lembaran terhadap kuantitas aktualnya. Proses perhitungan selisih kuantitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

Tabel 52.

Selisih Kuantitas Bahan Baku Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan
Jumlah (Rp) 308,506 459,73 -151,224 48,62 -7.352,51

SELISIH KUANTITAS Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Nilai Selisih Tarif Standar Jumlah Selisih Kuantitas

Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan analisis selisih kuantitas menghasilkan selisih sebesar Rp 7.352,51 hasil selisih tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan dikarenakan dengan peningkatan kuantitas aktual dari kuantitas standar, menghasilkan biaya tenaga kerja langsung yang lebih besar dari biaya tenaga kerja langsung yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Hasil selisih gabungan yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0, hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 53. Selisih Tarif / Kuantitas Upah TKL Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan
SELISIH TARIF / KUANTITAS Tarif Standar Tarif Aktual Selisih Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Selisih Selisih Harga / Kuantitas Jumlah (Rp) 48,62 48,62 0 308,506 459,73 -151,224 0

2. Analisis Selisih Biaya TKL Proses Pembuatan Nata de Coco Koktail Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung proses pembuatan nata de coco koktail metode perusahaan terdiri dari selisih tarif dan selisih kuantitas, pada selisih tarif tidak ada ditemukan besarnya selisih atau selisih tarif upah pembuatan Nata de Coco koktail pada metode perusahaan adalah 0, dikarenakan tarif upah standar pembuatan Nata de Coco koktail tidak jauh berbeda atau sama dengan tarif upah pembuatan Nata de Coco koktail aktual. Selisih tarif upah TKL proses pembuatan Nata de Coco koktail metode perusahaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 54. Selisih Harga Bahan Baku Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan
SELISIH TARIF Tarif Standar Tarif Aktual Nilai Selisih Kuantitas Standar Selisih Tarif Jumlah (Rp) 3,59 3,59 0 308,506 0,00

Selisih kuantitas pembuatan Nata de Coco koktail metode perusahaan, yaitu membandingkan antara kuantitas standar Nata de Coco koktail terhadap kuantitas aktualnya. Proses perhitungan selisih kuantitas dapat dilihat pada Tabel 55 Tabel 55. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail
SELISIH KUANTITAS Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Nilai Selisih Tarif Standar Jumlah Selisih Kuantitas Jumlah (Rp) 308,506 459,73 -151,224 3,59 -542,89

Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan analisis selisih kuantitas menghasilkan selisih sebesar Rp 542,89,- hasil selisih tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan dikarenakan dengan peningkatan kuantitas aktual dari kuantitas standar, menghasilkan biaya tenaga kerja langsung yang lebih besar dari biaya tenaga kerja langsung yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Dari hasil perhitungan analisis gabungan diperoleh hasil selisih kuantitas atau tarif adalah 0, hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 56 Tabel 56. Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail
SELISIH TARIF / KUANTITAS Tarif Standar Tarif Aktual Selisih Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Selisih Selisih Harga / Kuantitas Jumlah (Rp) 3,59 3,59 0 308,506 459,73 -151,224 0

6.3.1.3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik (BOP) Analisis selisih biaya overhead pabrik adalah perbedaan tarif biaya overhead pabrik yang dianggarkan dengan biaya aktual overhead pabrik pada periode tertentu. Pada analisis selisih biaya overhead pabrik metode perusahaan menggunakan dua metode analisis yaitu metode full costing dan variabel costing. Perbandingan BOP standar dan BOP aktual dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 57. Perbandingan BOP Standar dan BOP Pembuatan Nata de Coco Koktail Aktual Metode Perusahaan
Uraian Total Pembebanan BOP Standar Jam Kerja / Hari Pembebanan BOP / Jam Unit Produk jadi / Hari Unit Produk jadi / Jam Tarif Standar BOP / Unit STANDAR Satuan Jumlah Rp 1.992.311 Jam 8 Rp / Jam 249.038,88 Unit / Hari 4.169 Unit / Jam 521,125 Rp / Unit 477,89 AKTUAL Satuan Jumlah Rp 2.682.451 Jam 8 Rp / Jam 335.306,38 Unit / Hari 5.680 Unit / Jam 710 Rp / Unit 472,26

Pada perhitungan analisis selisih biaya metode perusahaan dengan pendekatan full costing adalah dengan model satu selisih, dalam model ini selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan cara mengurangi biaya overhead pabrik aktual terhadap BOP standar yang dibebankan pada kuantitas aktual Tabel 58. Perhitungan Selisih BOP Full Costing (satu selisih) Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan
Uraian BOP Standar BOP yang dibebankan Unit Aktual / jam Waktu Standar / Hari Tarif Standar BOP / Unit BOP yang Dibebankan Selisih BOP Jumlah (Rp) 2.682.451 710 8 477,89 2.714.415 -31.964

Biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada satu kali produksi perusahaan adalah Rp 2.682.451,-.Berdasarkan waktu standar per hari yaitu delapan jam maka dari besarnya biaya overhead pabrik standar diperoleh tarif standar BOP per unit yaitu Rp 477,89,- sehingga besarnya nilai BOP yang dibebankan pada kuantitas aktual 710 unit adalah Rp 2.714.415.- besarnya selisih

BOP diperoleh dari hasil pengurangan BOP standar dengan BOP yang dibebankan yaitu Rp 31.964.Nilai selisih tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan sebesar Rp 31.964. Hal itu menunjukkan bahwa pada BOP aktual pabrik untuk menghasilkan unit aktual sejumlah 710 unit per jam masih terlalu besar, sehingga perusahaan perlu meninjau kembali kuantitas bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Nilai selisih BOP metode perusahaan untuk kepentingan analisis juga dihitung dengan metode variabel costing, yaitu untuk mengetahui besarnya kerugian atau keuntungan perusahaan terhadap selisih biaya dinilai dari pengeluaran biaya-biaya variabelnya, hasil selengkapnya dapat disimak pada tabel sebagai berikut Tabel 59. Selisih BOP Metode Variabel Costing Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan
Uraian BOP Variabel Aktual BOP Variabel Dibebankan Unit Aktual / jam Waktu Standar / hari Tarif Standar BOP / Unit BOP Variabel Dibebankan Selisih BOP Jumlah (Rp) 2.511.819 710 8 442,22 2.511.809,60 9,40

Berdasarkan keterangan pada tabel, selisih yang disebabkan adanya perbedaan biaya variabel aktual terhadap biaya variabel standar proses pembuatan nata de coco koktail adalah Rp 9,40,- hal tersebut merupakan selisih yang positif bagi perusahaan yaitu keuntungan yang diperoleh perusahaan dimana perusahaan dapat menekan biaya variabelnya.

6.3.2. Analisis Selisih Biaya Metode Analisis 6.3.2.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Selisih biaya bahan baku pada metode analisis merupakan perbedaan antara biaya bahan baku yang telah ditetapkan (standar perusahaan) dengan biaya aktual yang terjadi. Pada analisis selisih biaya bahan baku metode analisis menggunakan model analisis tiga selisih (the three-way model), yaitu selisih biaya

dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu selisih harga bahan baku,

selisih

kuantitas bahan baku, dan selisih gabungan. Perhitungan metode tiga selisih dipilih dengan pertimbangan model tiga selisih menghasilkan informasi selisih yang lebih teliti untuk pertanggungjawaban selisih. Seperti yang telah diketahui bahwa dalam menghitung harga bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail metode analisis adalah dengan menghitung harga pokok produksi bibit nata terlebih dahulu, dan selanjutnya harga pokok bibit per unit dibebankan terhadap harga pokok proses pembuatan nata mentah lembaran. Diketahui bahwa selama periode analisis bulan November, jumlah produksi bibit aktual tidak jauh berbeda dengan yang telah ditetapkan sebelumnya, akan tetapi terjadi perbedaan pada biaya upah pengerjaan bibit per unit. Perbandingan harga pokok produksi standar dan harga pokok produksi aktual proses pembuatan nata mentah lembaran metode analisis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 60. Perbandingan Harga Standar dan Harga Aktual Bahan Baku Nata de Coco Koktail Per Unit Metode Analisis
Uraian Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK HARGA POKOK PRODUKSI JUMLAH UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT No 1 2 3 STANDAR (Rp)
86.486 18.510 91.955 13.000 104.955 209.951 308,506 681 138.653 30.333 168.986 333.587 459,73 725,62

AKTUAL (Rp)
128.880 35.721

Berdasarkan hasil perbandingan harga pokok produksi nata mentah lembaran, diketahui bahwa harga pokok produksi dan jumlah unit produk aktual yang dihasilkan sama-sama lebih besar dari harga pokok produksi dan jumlah unit produk standar, sehingga harga pokok produksi per unit aktual nata mentah lembaran Rp 725,62 adalah lebih besar dari harga pokok produksi standar per unitnya. Harga pokok produksi per unit nata mentah lembaran merupakan harga bahan baku per unit nata de coco koktail. Dari perhitungan standar harga pokok produksi nata mentah lembaran dan perhitungan harga pokok produksi aktual nata

mentah lembaran menghasilkan harga bahan baku yang berbeda, sehingga selisih harga bahan baku menurut metode perhitungan tiga selisih adalah sebagai berikut Tabel 61. Selisih Harga Bahan Baku Pembuatan Nata de Coco Koktail Metode Analisis
SELISIH HARGA Harga Standar / Unit (Rp) Harga Aktual / Unit (Rp) Nilai Selisih (Rp) Kuantitas Standar (Cup) Jumlah Selisih Harga (Rp) Jumlah (Rp) 681 725,62 -44,62 308,506 -13.765,54

Harga aktual bahan baku pembuatan Nata de Coco koktail atau harga pokok produksi nata mentah lembaran adalah Rp 725,62,- adalah lebih besar dari harga bahan baku yang telah ditetapkan sebelumnya Rp 681, sehingga jumlah selisih harga yang dibebankan pada kuantitas standar produksi menghasilkan selisih negatif Rp 13.756,54, nilai selisih tersebut merupakan kerugian bagi

perusahaan, dimana terjadi kenaikan kuantitas dan harga pokok produksi aktual bahan baku yang melebihi dari standar yang telah ditetapkan, sehingga menghasilkan harga bahan baku per unit aktual yang lebih besar dari harga per unit bahan baku standar, hal tersebut disebabkan karena harga pokok produksi aktual bahan baku menjadi terlalu besar akibat kenaikan kebutuhan bahan baku, sehingga perusahaan perlu mempertimbangan biaya-biaya yang berkaitan dengan bahan penolong, bahan bakar, serta biaya upah tenaga kerja langsung proses pembuatan per unit. Selisih jumlah bahan baku merupakan perbedaan antara bahan baku yang sebenarnya digunakan unttuk memproduksi Nata de Coco koktail dengan bahan baku yang telah ditetapkan sebelumnya (bahan baku standar). Bahan baku pembuatan Nata de Coco koktail adalah nata mentah lembaran. Untuk keperluan analisis maka selisih jumlah ini akan diukur dalam satuan mata uang. Perhitungan selisih kuantitas bahan baku berdasarkan perhitungan analisis selisih kuantitas diperoleh besarnya selisih sebagai berikut

Tabel 62. Selisih Kuantitas Bahan Baku Pembuatan Nata de Coco Koktail Metode Analisis
SELISIH KUANTITAS Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Nilai Selisih Harga Aktual Jumlah Selisih Kuantitas Jumlah (Rp) 308,506 459,73 -151,224 681 -102.983,54

Berdasarkan hasil perhitungan analisis diperoleh hasil yang negatif yaitu Rp 102.983,54,- sehingga hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan dimana kuantitas aktual melebihi kuantitas yang telah ditetapkan sebelumnya, kerugian yang timbul akibat selisih kuantitas bahan baku dinilai lebih besar dari kerugian yang timbul akibat adanya selisih harga bahan baku. kenaikan jumlah bahan baku yang dibutuhkan telah menyebabkan harga pokok aktual meningkat melebihi harga pokok standar, tetapi tidak diikuti dengan efisiensi produksi terutama dalam penentuan kuantitas bahan-bahan yang dipakai. Kerugian di timbulkan akibat adanya selisih harga dan kuantitas metode analisis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 63. Selisih Harga / Kuantitas Bahan Baku Nata de Coco Koktail Metode Analisis
Jumlah (Rp) 681 725,62 -44,62 308,506 459,73 -151,224 6.747,61

SELISIH HARGA / KUANTITAS Harga Standar Harga Aktual Selisih Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Selisih Selisih Harga / Kuantitas

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil selisih gabungan yang disebabkan adanya selisih harga dan selisih kuantitas adalah sebesar Rp 6.747,61,- hal itu merupakan nilai defisit atau kerugian bagi perusahaan, kerugian terbesar disebabkan adanya selisih kuantitas bahan baku, sehingga pembebanan terbesar menjadi tanggung jawab manajemen bagian produksi, halhal yang perlu diperhatikan pada bagian produksi adalah tindakan koreksi terhadap kuantitas bahan-bahan yang dibutuhkan terutama mengenai tingkat efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penolong, dan bahan bakar.

6.3.2.2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Selisih biaya tenaga kerja langsung metode analisis merupakan selisih antara biaya tenaga kerja langsung aktual metode analisis dengan biaya tenaga kerja langsung yang telah dianggarkan metode analisis. Pada metode analisis, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penentuan biayanya menggunakan dasar pembebanan waktu standar pengerjaan terbaik yang dapat dicapai. Proses pengolahan air kelapa menjadi Nata de Coco koktail (kemasan) pada perusahaan, terdiri dari proses pembuatan bibit nata, proses pembuatan nata mentah lembaran dan pengolahan nata mentah lembaran menjadi nata de coco koktail. Oleh karena itu penentuan selisih biaya metode analisis terdiri dari penentuan besarnya selisih biaya upah tenaga kerja langsung pembuatan bibit nata, pembuatan nata mentah lembaran, dan pembuatan Nata de Coco koktail.

1. Analisis Selisih Biaya Tenaga kerja Langsung Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis Penentuan selisih biaya tenaga kerja langsung proses pembuatan bibit pada metode analisis adalah menggunakan metode analisis tiga selisih, dimana selisih biaya dipecah menjadi menjadi selisih tarif upah, selisih kuantitas, selisih tarif dan kuantitas. Selisih tarif merupakan selisih antara tarif upah aktual terhadap tarif upah yang telah ditetapkan sebelumnya, pembebanan terhadap tarif aktual dan standar pada metode analisis yaitu menggunakan pembebanan tarif upah standar harian tenaga kerja langsung yaitu Rp 15.000 per hari, sedangkan penentuan besarnya tarif upah per unit menggunakan dasar pembebanan waktu pengerjaan. Perbandingan Penentuan tarif upah tenaga kerja langsung proses pembuatan bibit nata dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 64. Perbandingan Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis
Uraian Total waktu Produksi (Menit) Total waktu Produksi (Jam) Jumlah Unit Formula (unit) Pembebanan Tarif (Rp/hari) Pembebanan / Waktu pengerjaan (Rp) Waktu / Unit (Jam/unit) Tarif TKL Standar 155 2,58 37 15.000 5.806 0,07 28,31 Aktual 212 3,53 37 15.000 4.245 0,1 38,71

Berdasarkan tabel diatas besarnya tarif upah aktual TKL proses pembuatan bibit nata adalah Rp 38,71 yaitu lebih besar dari penentuan tarif upah TKL yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya yaitu Rp 28,31, hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah waktu pengerjaan aktual dari waktu standar. Perbandingan waktu pengerjaan proses pembuatan bibit aktual dan standar adalah sebagai berikut. Tabel 65. Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Bibit Nata
Teknik Proses Pembuatan Bibit Tahapan Proses 1. Penyiapan Alat 2. Penyiapan Bahan 3. Penyiapan dan Pencucian Botol 4. Penyaringan Air Kelapa 5. Penimbangan Bahan Kimia dan Pengukuran Air Kelapa 6. Perebusan 7. Pemasukan ke Dalam Botol 8. Inokulasi Bibit 9. Fermentasi (6 hari) TOTAL WAKTU PRODUKSI (menit) Waktu Standar (menit) 10 10 30 15 15 30 15 30 155 Waktu Aktual (menit) 13 13 45 11 17 48 22 43 212

Total waktu rata-rata proses pembuatan bibit nata selama 15 hari pada bulan November adalah 212 menit yaitu 57 menit melebihi waktu yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 155 menit, sehingga besarnya selisih tarif proses pembuatan nata bibit pada metode analisis dapat dilihat pada Tabel 66 Tabel 66. Selisih Tarif Upah TKL Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis
SELISIH TARIF Tarif Standar / unit Tarif Aktual / unit Nilai Selisih Kuantitas Standar Jumlah Selisih Tarif Jumlah (Rp) 28,31 38,71 -10,4 69 -717,60

Tarif upah TKL aktual pembuatan bibit nata pada metode analisis adalah Rp 38,71 yaitu melebihi tarif standar yang telah ditetapkan, sehingga selisih tarif upah menghasilkan nilai negatif, yaitu Rp 717,60, hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan yang disebabkan adanya kelebihan waktu pengerjaan bibit nata dari standar yang telah ditetapkan. Kelebihan waktu tersebut menyebabkan naiknya biaya upah per unit, sehingga hal tersebut harus menjadi

tanggung jawab bagian produksi dalam hal menangani efisiensi waktu pengerjaan pada tiap proses pembuatan nata bibit. Berdasarkan perbandingan waktu pengerjaan terjadi beberapa

penyimpangan waktu aktual terhadap waktu standar, kecuali proses tahap penyaringan air kelapa. Hal yang harus menjadi perhatian pihak yang bertanggung jawab pada bagian produksi terhadap waktu proses pembuatan nata bibit adalah terutama terhadap waktu persiapan dan pencucian botol, waktu perebusan, serta waktu inokulasi. Selisih kuantitas merupakan tanggung jawab manajemen bagian produksi, dimana waktu pengerjaan sangat dipengaruhi kuantitas produksi yang dibebankan terhadap jumlah buruh bagian produksi. selisih kuantitas proses pembuatan bibit nata metode analisis dapat dilihat seperti pada Tabel 67 berikut Tabel 67. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis
SELISIH KUANTITAS Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Nilai Selisih Tarif Aktual Jumlah Selisih Kuantitas Jumlah (Rp) 69 69 0 38,71 0,00

Berdasarkan keterangan pada tabel diatas diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan antara kuantitas produksi aktual terhadap kuantitas produksi pembuatan bibit nata standar, sehingga selisih kuantitas menghasilkan nilai nol, atau dapat disimpulkan bahwa bagian produksi bibit nata dapat mengatur efisiensi produksi bibitnya untuk kebutuhan pembuatan nata mentah lembaran. Hasil selisih gabungan juga menghasilkan nilai 0, sehingga tidak terdapat besarnya selisih gabungan yang menjadi tanggung jawab manajemen bagian produksi.

2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung pembuatan nata mentah lembaran menggunakan analisis tiga selisih, dimana selisih biaya dibedakan atas selisih tarif, selisih kuantitas, dan selisih gabungan tarif kuantitas. Dasar penentuan tarif upah pembuatan nata mentah lembaran pada metode analisis sama seperti dasar penentuan upah pada pembuatan bibit nata yang telah dijelaskan

sebelumnya. Besarnya selisih tarif upah pengerjaan nata mentah lembaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 68. Selisih Tarif Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis
SELISIH TARIF Tarif Standar / Unit Tarif Aktual / Unit Nilai Selisih Kuantitas Standar Jumlah Selisih Tarif Jumlah (Rp) 20 25,9 -5,9 308,506 -1.820,19

Pada penjelasan sebelumnya diketahui bahwa tarif dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah dari tarif dan kuantitas aktual, sehingga besarnya selisih tarif menurut metode analisis tiga selisih adalah Rp 1.820,19,- besarnya selisih tersebut merupakan defisit atau kerugian bagi perusahaan, tarif aktual menjadi lebih besar dikarenakan adanya penyimpangan waktu pengerjaan proses pembuatan nata mentah lembaran, dimana waktu aktual menjadi lebih besar dari waktu standar. Hasil perbandingan waktu standar dan waktu aktual proses pembuatan nata mentah lembaran dapat disimak pada tabel sebagai berikut Tabel 69. Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran
Tahapan Proses 1. Penyiapan alat 2. Penyiapan bahan 3. Penyiapan dan pencucian loyang 4. Penyaringan air kelapa 5. Penimbangan Bahan 6. Perebusan 7. Pemasukan dalam loyang 8. Inokulasi bibit 9. Fermentasi (6 hari) TOTAL Teknik Proses Waktu Standar (menit) 10 10 45 15 15 30 45 30 200 Waktu Aktual (menit) 19 14 54 20 20 46 48 38 259

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa waktu aktual proses pengerjaan nata mentah lembaran, adalah lebih besar dari standar yang telah ditetapkan, sehingga hal tersebut patut menjadi perhatian pihak manajemen produksi, terutama terhadap tahapan proses yang memilki jumlah penyimpangan waktu paling besar, terutama terhadap waktu perebusan bahan. Adanya penyimpangan waktu yang melebihi standar menyebabkan tarif upah ikut menjadi lebih besar.

Selisih kuantitas merupakan tanggung jawab manajemen bagian produksi, dimana waktu pengerjaan sangat dipengaruhi kuantitas produksi yang dibebankan terhadap jumlah buruh bagian produksi. selisih kuantitas proses pembuatan nata mentah lembaran metode analisis dapat dilihat seperti pada tabel berikut Tabel 70. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata Mentah lembaran Metode Analisis
SELISIH KUANTITAS Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Nilai Selisih Tarif Standar Jumlah Selisih Kuantitas Jumlah (Rp) 308,506 459,73 -151,224 20 -3.024,48

Pada selisih kuantitas diketahui bahwa kuantitas aktual 459,73 unit meningkat melebihi kuantitas standar yang telah ditetapkan, sehingga berdasarkan analisis selisih dengan tarif upah standar pengerjaan per unit diperoleh hasil analisis yang negatif, sebesar Rp 3.024,48 nilai tersebut merupakan defisit atau kerugian bagi perusahaan, karena adanya tambahan kuantitas menyebabkan biaya upah yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih besar dari standar yang telah ditetapkan. Pada analisis gabungan yaitu untuk melihat besarnya keuntungan atau kerugian yang ditimbulkan akibat timbulnya selisih terhadap tarif dan kuantitas, hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 71. Selisih Harga/Kuantitas Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis
SELISIH HARGA / KUANTITAS Tarif Standar Tarif Aktual Selisih Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Selisih Selisih Tarif / Kuantitas Jumlah (Rp) 20 25,9 -5,9 308,506 459,73 -151,224 892,22

Berdasarkan pada tabel diketahui bahwa tarif upah TKL dan kuantitas standar memiliki nilai yang lebih kecil dari tarif upah dan kuantitas yang sebenarnya, sehingga besarnya selisih yang timbul akibat adanya perbedaan kedua hal tersebut adalah Rp 892,22, hal tersebut merupakan defisit atau kerugian bagi

perusahaan, yang disebabkan adanya kelebihan waktu pengerjaan dari standar yang telah ditetapkan. Kelebihan waktu tersebut menyebabkan naiknya biaya upah per unit, sehingga hal tersebut harus menjadi tanggung jawab bagian produksi dalam hal menangani efisiensi waktu pengerjaan pada tiap proses pembuatan nata mentah lembaran.

3. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung pembuatan Nata de Coco koktail metode analisis menggunakan analisis tiga selisih, dimana selisih biaya dibedakan atas selisih tarif, selisih kuantitas, dan selisih gabungan tarif kuantitas. Dasar penentuan tarif upah pembuatan Nata de Coco koktail pada metode analisis sama seperti dasar penentuan upah pada pembuatan bibit nata yang telah dijelaskan sebelumnya. Besarnya selisih tarif upah pengerjaan nata mentah lembaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 72. Selisih Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Nata de Coco Koktail Metode Analisis
SELISIH TARIF Tarif standar / unit Tarif Aktual / unit Nilai Selisih Kuantitas Standar Jumlah Selisih Tarif Jumlah (Rp) 3,98 5,13 -1,15 4.169 -4.794,35

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tarif aktual upah TKL proses pembuatan Nata de coco koktail lebih besar dari upah standar yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya, perbedaan tarif tersebut menyebabkan perusahaan membayar lebih banyak upah dari standar yang telah ditetapkan. Kenaikan tarif tersebut disebabkan waktu aktual pengerjaan melebihi waktu standar, sehingga waktu aktual yang dibebankan terhadap penetapan tarif upah per unit menjadi lebih besar dari tarif upah standar, oleh karena itu hal ini harus menjadi perhatian manajemen produksi terutama terhadap efisiensi penggunaan waktu pengerjaan proses. Selisih waktu proses pengerjaan Nata de Coco koktail dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

Tabel 73. Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Nata de coco Koktail
Teknik Proses Tahapan Proses 1. Penyiapan Alat 2. Penyiapan Bahan 3. Pembersihan dan Pemotongan 4. Sortasi dan Grading 5. Netralisasi 6. Penimbangan Bahan Baku 7. Perebusan dan Pencampuran 8. Pembuatan Sirup 9. Pemasukan Bahan dalam Cup 10. Pengemasan 11. Pengepakan TOTAL Waktu Standar (menit) 10 10 30 15 60 10 60 20 30 30 15 290 Waktu Aktual (menit) 16 16 32 26 59 17 63 32 37 43 33 374

Perbedaan total waktu aktual proses pembuatan nata de coco koktail adalah 84 menit dari total waktu standar, selisih waktu paling banyak terjadi pada tahapan pengepakan, pengemasan, pembuatan sirup, dan sortasi. Selisih waktu telah menyebabkan kenaikan tarif upah pengerjaan per unit, sehingga menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya upah pengerjaan lebih besar dari seharusnya yang dianggarkan. Jumlah tenaga kerja borongan perusahaan pada proses pembuatan Nata de Coco koktail adalah 10 orang, efisiensi waktu pengerjaan dinilai kurang baik, sehingga bagian manajemen produksi seharusnya memperhatikan waktu efektif setiap karyawan produksi. Selisih kuantitas merupakan tanggung jawab manajemen bagian produksi, dimana waktu pengerjaan sangat dipengaruhi kapasitas produksi yang dibebankan terhadap jumlah buruh bagian produksi. selisih kuantitas proses pembuatan Nata de Coco koktail metode analisis dapat dilihat seperti pada tabel berikut Tabel 74. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata de Coco Koktail Metode Analisis
SELISIH KUANTITAS Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Nilai Selisih Tarif Standar Jumlah Selisih Kuantitas Jumlah (Rp) 4.169 5.680 -1.511 3,98 -6.013,78

Selama bulan November terjadi peningkatan permintaan terhadap nata de coco koktail, sehingga jumlah kuantitas produksi aktual melebihi kuantitas standar perusahaan. Menurut metode analisis selama bulan November telah terjadi perubahan tarif upah per unit, akibat adanya perubahan waktu dari standar yang telah ditetapkan, sehingga perusahaan harus membayar biaya upah pembuatan bibit melebihi biaya yang seharusnya. Peningkatan jumlah produksi tanpa diimbangi efisiensi waktu pengerjaan telah menyebabkan perusahaan mengalami kerugian sebesar jumlah selsisih kuantitas yaitu Rp 6.013,78. kerugian tersebut merupakan tanggung jawab manajemen bagian produksi, terutama dalam mengatur tingkat efisiensi waktu tenaga kerja misalnya dengan memberikan keterampilan, pelatihan, serta teknik pengerjaan yang lebih efektif. jumlah keuntungan ataupun kerugian perusahaan menurut metode analisis dapat dilihat dari Tabel 75 berikut Tabel 75. Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Analisis
SELISIH HARGA / KUANTITAS Tarif Standar Tarif Aktual Selisih Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Selisih selisih Tarif / Kuantitas Jumlah (Rp) 3,98 5,13 -1,15 4.169 5.680 -1.511 1.737,65

Berdasarkan tabel diatas jumlah tarif dan kuantias aktual memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan tarif dan kuantitas standar, peningkatan kuantitas tanpa di imbangi dengan efisiensi waktu pengerjaan telah menyebabkan kenaikan tarif upah per unit, sehingga hal tersebut telah menyebabkan kerugian perusahaan sebesar Rp 1.737,65. kerugian tersebut dapat ditangani jika perusahaan dapat meningkatkan efisiensi waktu pengerjaan pada setiap tahap proses produksi, misalnya dengan memberikan pelatihan, peningkatan

keterampilan pengerjaan, atau pengaturan jumlah karyawan pada di tiap tahap proses pengerjaan.

6.3.2.3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik (BOP) Analisis selisih biaya overhead pabrik adalah perbedaan tarif biaya overhead pabrik yang dianggarkan dengan biaya aktual overhead pabrik pada periode tertentu. Pada analisis selisih biaya overhead pabrik metode analisis menggunakan dua metode perhitungan yaitu metode full costing dan variabel costing. Perbandingan BOP standar dan BOP aktual metode analisis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 76. Perbandingan BOP Standar dan BOP Pembuatan Nata de coco Koktail Aktual Metode Analisis
NO 1 2 3 4 5 6 Uraian Total Pembebanan BOP Standar Jam Kerja / Hari Biaya Standar BOP Unit Produk jadi Unit Produk jadi Biaya Standar BOP Satuan Rp Jam Rp / Jam Hari Hari / Jam Rp / Unit Standar 1.810.448 8 226.305,97 4.169 521,125 434,26 Aktual 2.484.976 8 310.622,05 5.680 710 437,5

Dari hasil perbandingan diketahui bahwa BOP aktual memiliki nilai yang lebih besar dari BOP yang telah dianggarkan, pada perhitungan analisis selisih biaya metode perusahaan dengan pendekatan full costing adalah dengan model satu selisih, dalam model ini selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan cara mengurangi biaya overhead pabrik aktual terhadap BOP standar yang dibebankan pada kuantitas aktual Tabel 77. Perhitungan Selisih BOP Full Costing (satu selisih) Pembuatan Nata de Coco Koktail Metode Analisis
Uraian BOP Standar BOP yang dibebankan Unit Aktual Waktu Standar Tarif Standar BOP / Unit BOP yang dibebankan Selisih BOP Jumlah (Rp) 1.810.448 710 8 434,26 2.466.597 -656.149

Biaya overhead pabrik standar pada satu kali produksi perusahaan adalah Rp 1.810.448,-.Berdasarkan waktu standar per hari yaitu delapan jam kerja, maka dari besarnya biaya overhead pabrik standar diperoleh tarif standar BOP per unit

yaitu Rp 477,89,- sehingga besarnya nilai BOP yang dibebankan pada kuantitas aktual 710 unit adalah Rp 2.466.597.- besarnya selisih BOP diperoleh dari hasil pengurangan BOP standar dengan BOP yang dibebankan yaitu Rp 656.149.Nilai selisih tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan sebesar Rp 656.149,-. Hal itu menunjukkan bahwa pada produksi aktual biaya overhead pabrik untuk menghasilkan unit aktual sejumlah 710 unit masih terlalu besar, sehingga perusahaan perlu meninjau kembali kuantitas bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Nilai selisih BOP metode perusahaan untuk kepentingan analisis juga dihitung dengan metode variabel costing, yaitu untuk mengetahui besarnya kerugian atau keuntungan perusahaan terhadap selisih biaya dinilai dari pengeluaran biaya-biaya variabelnya, hasil selengkapnya dapat disimak pada tabel sebagai berikut Tabel 78. Selisih BOP Metode Variabel Costing Pembuatan Nata de Coco Koktail Metode Analisis
BOP Variabel Aktual BOP Variabel Dibebankan Unit Aktual Waktu Standar Tarif Standar BOP / Unit BOP Variabel Dibebankan Selisih BOP 2.421.540 710 8 419,05 2.380.204. 41.336.

Berdasarkan keterangan pada tabel, selisih yang disebabkan adanya perbedaan biaya variabel aktual terhadap biaya variabel standar proses pembuatan nata de coco koktail adalah Rp 41.336.,- hal tersebut merupakan selisih yang negatif bagi perusahaan yaitu kerugian yang diperoleh perusahaan dimana perusahaan tidak dapat menekan biaya variabelnya terutama biaya aktual bahan penolong.

VII. ANALISIS BIAYA DAN PENGENDALIAN BUDJET

7.1. Harga Jual Nata de coco Koktail (Nata Kemasan) Harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran pasar. Namun manajemen puncak memerlukan informasi biaya untuk memperhitungkan konsekuensi laba dari setiap alternatif harga jual yang terbentuk dipasar. Harga jual nata de coco koktail dari PT Tonsu Wahana Tirta adalah berdasarkan harga jual yang terbentuk dipasar, sehingga perusahaan bertindak sebagai penerima harga (Price Taker). Harga jual produk yang diterima perusahaan untuk nata de coco koktail kemasan 220 ml Rp 1.000,ke konsumen langsung, dan Rp 800 ke pedagang grosir atau pengecer. Harga jual nata de coco koktail pada bulan november yang ditetapkan perusahaan sama dengan harga pasar yaitu Rp 1.000,- dan Rp 800,- ke pedagang grosir atau pengecer. Saluran pemasaran pada perusahaan yaitu produk dijual langsung ke pedagang grosir atau pengecer.

7.2. Harga Pokok Penjualan 7.2.1. Harga Pokok Penjualan Metode Perusahaan Harga pokok perusahaan terdiri dari biaya produksi dan biaya non produksi. Besar kecilnya harga pokok penjualan yang akan dibebankan kepada unit produk sangat tergantung dari besar kecilnya biaya-biaya penyusun harga pokok tersebut. Untuk perusahaan yang bersifat price taker besar kecilnya keuntungan perusahaan sangat tergantung dari besar kecilnya harga pokok produksinya. Harga pokok perusahaan terdiri dari harga pokok standar dan harga pokok aktual. Harga pokok produksi standar merupakan harga pokok yang dianggarkan perusahaan untuk memproduksi sejumlah unit produk, sedangkan harga pokok produksi aktual perusahaan merupakan harga pokok yang sebenarnya terjadi selama periode produksi. Rekapitulasi harga pokok penjualan standar perusahaan adalah seperti pada tabel sebagai berikut

Tabel 79. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan
I Biaya Produksi 1 Biaya Bahan Baku 2 Biaya TKL 3 BOP BOP Variabel Keterangan Jumlah (Rp) 75.804 224.666

Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Total BOP Variabel BOP Tetap Biaya Listrik B. Penyusutan Peralatan B.Penyusutan Bangunan Biaya Telpon Biaya Angkut B. Gaji Karyawan Tetap Total BOP Tetap Total BOP Harga Pokok Produksi Unit Produksi Standar Harga Pokok Produksi / Unit Biaya Non Produksi Biaya Administrasi Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan / Unit

1.796.229 34.667 1.830.896 5.769 27.900 4.767 5.769 21.056 96.154 161.415 1.992.311 2.292.780 4.169 550 5.769 2.298.549 551

II

Harga pokok penjualan standar nata de coco koktail per unit metode perusahaan adalah Rp 551,- sedangkan harga pokok produksi per unit standar perusahaan berdasarkan perhitungan harga pokok metode perusahaan adalah Rp 550,- harga pokok per unit diperoleh berdasarkan total harga pokok dibagi unit produksi standar perusahaan yaitu 4.169 cup nata de coco koktail per hari. Besarnya harga pokok aktual perusahaan merupakan harga pokok yang sebenarnya diterima perusahaan selama 15 hari pada bulan November atas biayabiaya aktualnya selama periode analisis, perhitungan harga pokok aktual perusahaan dihitung dengan metode perusahaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

Tabel 80. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan
I Biaya Produksi 1 Biaya Bahan Baku 2 Biaya TKL 3 BOP BOP Variabel Keterangan Jumlah (Rp) 108.982 300.098

Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Total BOP Variabel BOP Tetap Biaya Listrik B. Penyusutan Peralatan B.Penyusutan Bangunan Biaya Telpon Biaya Angkut B. Gaji Karyawan Tetap Total BOP Tetap Total BOP Harga Pokok Produksi Unit Produksi Aktual Harga Pokok Produksi / unit Biaya Non Produksi Biaya Administrasi Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan / Unit

2.446.819 65.000 2.511.819 5.769 27.900 4.767 5.769 30.273 96.154 170.632 2.682.451 3.091.531 5.680 544 5.769 3.097.300 545

II

Berdasarkan tabel diketahui bahwa harga pokok produksi per unit nata de coco koktail aktual metode perusahaan adalah Rp 544,- sedangkan harga pokok penjualan per unit diketahui adalah Rp 545,- per unit. 7.2.2. Harga Pokok Penjualan Metode Analisis Harga pokok penjualan metode analisis terdiri dari penentuan harga pokok standar dan harga pokok aktual, Harga pokok standar metode analisis merupakan harga pokok perusahaan yang dianggarkan dengan teknik perhitungan analisis. Harga pokok penjualan terdiri dari biaya produksi dan biaya non produksi. Perhitungan harga pokok penjualan standar nata de coco koktail metode analisis, terdiri dari perhitungan metode full costing dan variabel costing. Perhitungan harga pokok penjualan metode full costing dapat dilihat pada (Tabel 81) sebagai berikut

Tabel 81. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Full Costing
I Biaya Produksi 1 Biaya Bahan Baku 2 Biaya TKL 3 BOP BOP Variabel Keterangan Jumlah (Rp) 230.472 165.926

Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Total BOP Variabel BOP Tetap Biaya Listrik B. Penyusutan Peralatan B.Penyusutan Bangunan Biaya Telpon B. Gaji Karyawan Tetap Total BOP Tetap Total BOP Harga Pokok Produksi Unit Produksi Standar Harga Pokok Produksi / Unit Biaya Non Produksi Biaya Gaji Karyawan Pemasaran Biaya Gaji Karyawan Administrasi Biaya Administrasi Total Biaya Nonproduksi Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan / Unit

1.729.678 17.333 1.747.011 5.769 27.900 4.767 5.769 19.231 63.436 1.810.447 2.206.845 4.169 529 38.462 38.462 5.769 82.693 2.289.538 549

II

Hasil rekapitulasi harga pokok penjualan standar nata de coco koktail analisis metode full costing menghasilkan harga pokok penjualan per unit sebesar Rp 549,- sedangkan harga pokok produksi per unit metode full costing adalah Rp 529,-. Selain metode full costing perhitungan harga pokok penjualan standar per unit metode analisis juga dihitung dengan metode variabel costing, hasil rekapitulasi selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 82) sebagai berikut

Tabel 82. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Variabel Costing
I 1 2 3 Biaya Produksi Biaya Bahan Baku Biaya TKL BOP BOP Variabel Keterangan Jumlah (Rp) 230.472 165.926

Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Total BOP Variabel Harga Pokok Produksi Unit Produksi Standar Harga Pokok Produksi / unit BOP Tetap Biaya Listrik B. Penyusutan Peralatan B.Penyusutan Bangunan Biaya Telpon B. Gaji karyawan tetap Total BOP Tetap

1.729.678 17.333 1.747.011 2.143.409 4.169 514 5.769 27.900 4.767 5.769 19.231 63.436

II

Biaya Non Produksi B. Gaji karyawan Pemasaran B. Gaji Karyawan Administrasi B. Administrasi Total Biaya Nonproduksi Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan / Unit 38.462 38.462 5.769 82.693 2.289.538 549

Hasil penentuan harga pokok per unit analisis metode variabel costing menghasilkan harga pokok produksi per unit Rp 514 sementara dari hasil perhitungan diperoleh harga pokok penjualan per unit Rp 549. Besarnya harga pokok aktual perusahaan merupakan harga pokok yang sebenarnya diterima perusahaan selama 15 hari pada bulan November atas biaya-biaya aktualnya, perhitungan harga pokok aktual perusahaan dihitung dengan metode analisis full costing dapat dilihat pada (Tabel 83) sebagai berikut

Tabel 83. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Full Costing
I Harga Pokok Produksi 1 Biaya Bahan Baku 2 Biaya TKL 3 BOP BOP Variabel Keterangan Jumlah (Rp) 333.589 291.384

Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Total BOP Variabel BOP Tetap Biaya Listrik B. Penyusutan Peralatan B.Penyusutan Bangunan Biaya Telpon B. Gaji karyawan tetap Total BOP Tetap Total BOP Harga Pokok Produksi Unit Produksi Aktual Harga Pokok Produksi / unit Biaya Non Produksi Biaya Gaji karyawan Pemasaran Biaya Gaji Karyawan Administrasi Biaya Administrasi Total Biaya Nonproduksi Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan / Unit

2.356.540 65.000 2.421.540 5.769 27.900 4.767 5.769 19.231 63.436 2.484.976 3.109.949 5.680 548 38.462 38.462 5.769 82.693 3.192.642 562

II

Hasil perhitungan harga pokok penjualan aktual nata de coco koktail metode full costing menghasilkan harga pokok penjualan aktual per unit Rp 562, sementara dari hasil perhitungan harga pokok produksi aktual full costing, menghasilkan harga pokok produksi per unit sebesar Rp 548. Untuk membandingkan hasil perhitungan harga pokok penjualan metode analisis dilakukan perhitungan metode variabel costing, hasil rekapitulasi selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 84) sebagai berikut

Tabel 84. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Variabel Costing
I Harga Pokok Produksi 1 Biaya Bahan Baku 2 Biaya TKL 3 BOP BOP Variabel Keterangan Jumlah (Rp) 333.589 291.384

Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Total BOP Variabel Total Harga Pokok Produksi Unit Produksi Aktual HP Produksi / unit BOP Tetap Biaya Listrik B. Penyusutan Peralatan B.Penyusutan Bangunan Biaya Telpon B. Gaji karyawan tetap II Total BOP Tetap Biaya Non Produksi B. Gaji karyawan Pemasaran B. Gaji Karyawan Administrasi B. Administrasi Total Biaya Nonproduksi Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan / Unit

2.356.540 65.000 2.421.540 3.046.513 5.680 536 5.769 27.900 4.767 5.769 19.231 63.436 38.462 38.462 5.769 82.693 3.192.642 562

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil perhitungan harga pokok aktual metode variabel costing menghasilkan harga pokok produksi per unit sebesar Rp 536, sementara dari hasil perhitungan harga pokok penjualan pada kuantitas produksi aktual sebesar 5.680 unit menghasilkan harga pokok produksi penjualan per unit sebesar Rp 562.

7.3. Analisis Laba Kotor Analisis keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya bahwa hasil penjualan merupakan hasil perkalian antara volume terhadap harga satuan barang yang dijual. Sedangkan harga pokok barang yang dijual adalah perkalian antara volume barang yang dijual terhadap harga pokoknya (bahan baku, buruh dan biaya overhead pabrik). Untuk menganalisis penyebab bertambah atau berkurangnya keuntungan kotor adalah sama dengan analisa selisih dalam biaya standar disamping data-data

historis mengenai harga dan biaya tahun-tahun sebelumnya. Untuk tujuan analisis perubahan keuntungan kotor ini perlu di tetapkan dasar sebagai faktor pembanding, dasar faktor pembanding dalam analisis ini adalah harga pokok standar baik yang ditentukan melalui metode perusahaan maupun metode analisis.

7.3.1. Analisa Laba Kotor Metode Perusahaan Analisa keuntungan kotor metode perusahaan adalah menganalisis jumlah pertambahan atau pengurangan keuntungan yang disebabkan adanya perbedaan antara harga pokok penjualan standar yang telah ditetapkan perusahaan terhadap harga pokok penjualan aktualnya. Analisa keuntungan kotor pada penelitian ini dibedakan menjadi analisa keuntungan kotor terhadap metode perhitungan harga pokok penjualan perusahaan dan analisa keuntungan kotor terhadap metode perhitungan harga pokok penjualan metode analisis. Analisa keuntungan kotor metode perusahaan merupakan selisih hasil penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual metode perusahaan. untuk menguraikan analisa atas dasar data standar memerlukan data-data akuntansi yang berkaitan dengan laporan hasil usaha. Berdasarkan informasi sebelumnya diperoleh data-data lebih lanjut mengenai hasil penjualan dan harga pokok penjualan yang ditetapkan melalui metode perusahaan seperti termuat dalam tabel di bawah ini Tabel 85. Perhitungan Laba Kotor Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan
HASIL PENJUALAN Uraian Kuantitas (Unit) 4.169 5.680 Harga Satuan (Rp) 800 800 Jumlah (Rp) 3.335.200 4.544.000 HARGA POKOK PENJUALAN Harga Pokok penjualan Jumlah (Rp) Per unit (Rp) 551 2.297.119 1.038.081 545 3.095.600 1.448.400

Standar Laba Kotor Aktual Laba Kotor

Kalkulasi laba kotor dari tabel penjualan dan harga pokok penjualan standar metode perusahaan diatas adalah Rp 1.038.081,- dan pada tabel penjualan dan harga pokok penjualan aktual metode perusahaan adalah Rp 1.448.400,- yang berarti laba kotor aktual mengalami kenaikan sebesar Rp 410.319,- dibandingkan harga pokok standar.

Analisa angka-angka pada perhitungan penjualan dan harga pokok penjualan aktual bila dibandingkan dengan data-data harga penjualan dan harga pokok penjualan yang telah dianggarkan, maka akan diperoleh dua penyebab utama perbedaan atau kenaikan tersebut yakni harga jual dan kuantitas produk yang dijual serta harga pokok penjualan dan volume produk yang dijual. Analisis perbedaan dimaksud dibagi dalam tiga tahap yaitu kalkulasi selisih disebabkan harga jual, dan kuantitas penjualan, kalkulasi selisih disebabkan harga pokok penjualan dan kuantitas biaya, serta selisih disebabkan penjualan campuran dan kuantitas penjualan terakhir. Tabel 86. Kalkulasi Selisih Harga Jual Kuantitas Penjualan Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan
Uraian Kuantitas (Unit) 5.680 5.680 5.680 4.169 Harga Jual (Rp) 800 800 800 800 Jumlah (Rp) 4.544.000 4.544.000 0 4.544.000 3.335.200 1.208.800 Jumlah (Rp)

Realisasi Penjualan Aktual Kuantitas Aktual x Harga Aktual Kuantitas Aktual x Harga Standar Selisih disebabkan Harga Jual Kuantitas Aktual x Harga Standar Penjualan Standar Kuantitas Standar x Harga Standar Selisih disebabkan Kuantitas- Penjualan

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil kalkulasi yang disebabkan adanya selisih harga jual adalah nol, hal ini mengindikasikan bahwa antara harga jual standar dan harga jual aktual pada periode analisis tidak terdapat perbedaan, sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian. Sedangkan hasil kalkulasi selisih yang disebabkan adanya perubahan kuantitas adalah Rp 1.208.800. Hal tersebut merupakan selisih yang menguntungkan. Hasil kalkulasi yang disebabkan harga pokok penjualan dan kuantitas biaya dapat dilihat pada tabel seperti berikut. Tabel 87. Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan Kuantitas biaya Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan
Uraian Realisasi Harga Pokok Penjualan Aktual Kuantitas Aktual x HPP Aktual Kuantitas Aktual x HPP Standar Selisih Disebabkan Harga Pokok Penjualan Kuantitas Aktual x HPP Standar Penjualan Standar Kuantitas Standar x HP Standar Selisih Disebabkan Kuantitas- Biaya Kuantitas (Unit) 5.680 5.680 5.680 4.169 HPP/Unit (Rp) 545 551 551 551 Jumlah (Rp) 3.095.600 3.129.680 -34.080 3.129.680 2.297.119 832.561 Jumlah (Rp)

Hasil kalkulasi selisih harga pokok penjualan dan kapasitas biaya metode perusahaan menghasilkan selisih yang disebabkan adanya perbedaan antara harga pokok penjualan aktual dan harga pokok penjualan standar yang dihitung dengan metode perusahaan menghasilkan selisih Rp 34.080, hal ini merupakan surplus atau keuntungan yang diterima perusahaan dengan metode perhitungan harga pokoknya, karena harga pokok penjualan aktual menjadi lebih kecil dari harga pokok penjualan standarnya, sehingga semakin besar keuntungan yang diterima perusahaan karena selisih antara harga pokok penjualan dan harga jual aktual lebih besar dari selisih harga pokok penjualan dan harga jual standar. hasil selisih gabungan kemudian memperlihatkan jumlah keuntungan ataupun kerugian yang ditimbulkan adanya penjualan campuran dan kapasitas penjualan terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 88. Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan Terakhir Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan
Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) 0 1.208.800 832.561 376.239 376.239 34.080 410.319

Uraian Selisih disebabkan Harga Jual Selisih Bersih disebabkan Kuantitas Selisih disebabkan Kuantitas Penjualan Selisih disebabkan Kuantitas Biaya Nilai Selisih Selisih Bersih disebabkan Kuantitas Selisih disebabkan Harga Pokok Penjualan Pertambahan Bersih dalam Laba Kotor

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa laba kotor yang dihasilkan akibat adanya selisih harga adalah nol, atau tidak terdapat adanya keuntungan, hal ini disebabkan karena selama periode analisis tidak terjadi perubahan harga dari harga yang ditetapkan sebelumnya, harga jual nata de coco koktail merupakan harga yang diterima perusahaan adalah mengikuti harga pasar, sehingga perusahaan bertindak sebagai price taker atau penerima harga. Hasil selisih bersih yang disebabkan adanya kenaikan jumlah kuantitas aktual dari jumlah kuantitas produksi dari yang telah ditetapkan sebelumnya adalah Rp 376.239,- hal tersebut merupakan keuntungan atau surplus yang diterima perusahaan. Selisih yang disebabkan harga pokok adalah Rp 34.080. Hal ini merupakan keuntungan yang diterima perusahaan karena adanya penurunan harga pokok penjualan per unit dari harga pokok penjualan per unit standar

sehingga keuntungan yang diterima perusahaan dari selisih harga jual dan harga pokok penjualan aktual adalah lebih besar jika dibandingkan selisih harga jual dan harga pokok penjualan per unit standar. 7.3.2. Analisis Laba Kotor Metode Analisis Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa analisa laba kotor merupakan selisih hasil penjualan terhadap harga pokok penjualan barang yang dijual. Analisa laba kotor pada metode analisis adalah untuk melihat besarnya kerugian atau keuntungan kotor yang diterima perusahaan dari selisih penjualan terhadap harga pokok penjualan produk yang ditetapkan dengan metode analisis. Berdasarkan informasi sebelumnya diperoleh data-data lebih lanjut mengenai hasil penjualan dan harga pokok penjualan yang ditetapkan melalui metode analisis seperti termuat dalam tabel di bawah ini Tabel 89. Perhitungan Laba Kotor Nata de Coco Koktail Metode Analisis
HASIL PENJUALAN Uraian Kuantitas yang dijual (Unit) 4.169 5.680 Harga Satuan (Rp) 800 800 Jumlah (Rp) 3.335.200 4.544.000 HARGA POKOK PENJUALAN HPP/ unit (Rp) 549 562 Jumlah (Rp) 2.288.781 1.046.419 3.192.160 1.351.840

Standar Laba Kotor Aktual Laba kotor

Kalkulasi laba kotor dari tabel penjualan dan harga pokok penjualan standar metode analisis diatas adalah Rp 1.046.419,- dan pada tabel penjualan dan harga pokok penjulalan aktual metode analisis adalah Rp 1.351.840,- yang berarti laba kotor aktual mengalami kenaikan sebesar Rp 305.421,- dibandingkan harga pokok penjualan standar. jumlah kenaikan laba kotor metode analisis adalah lebih rendah jika dibandingkan dengan kenaikan laba kotor metode perusahaan yaitu Rp 410.319. Dengan selisih kenaikan laba kotor sebesar Rp 104.898. Hal itu disebabkan adanya perbedaan metode penetapan harga pokok penjualan. Pada metode penetapan harga pokok penjualan analisis yaitu menghitung semua unsur biaya yang terjadi akibat adanya perubahan produk dari bahan baku menjadi produk setengah jadi dan produk jadi, sehingga keuntungan atau kerugian lebih terinci termasuk kerugian adanya penyusutan produk akibat adanya pengolahan di setiap tahapan proses produksi. Kerugian pada metode analisis

menjadi lebih besar, hal itu menggambarkan kerugian sebenarnya yang diterima perusahaan jika dibandingkan metode perhitungan yang ditetapkan para pihak manajemen perusahaan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa analisis perbedaan pada metode analisis yang dimaksud dibagi dalam tiga tahap yaitu kalkulasi selisih disebabkan harga jual dan kuantitas penjualan, kalkulasi selisih disebabkan harga pokok penjualan dan kuantitas biaya, serta selisih disebabkan penjualan campuran dan kuantitas penjualan terakhir. Hasil kalkulasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 90. Kalkulasi Selisih Harga Jual Kuantitas Penjualan Nata de Coco Koktail Metode Analisis
Harga Jual (Rp) 800 800 800 800 Jumlah (Rp) 4.544.000 4.544.000 0 4.544.000 3.335.200 1.208.800 Jumlah (Rp)

Kuantitas Uraian (Unit) Realisasi Penjualan Aktual Kuantitas Aktual x Harga Aktual 5.680 Kuantitas Aktual x Harga Standar 5.680 Selisih Disebabkan Harga Jual Kuantitas Aktual x Harga Standar 5.680 Penjualan Standar Kuantitas Standar x Harga Standar 4.169 Selisih Disebabkan Kuantitas Penjualan

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil kalkulasi yang disebabkan adanya selisih harga jual adalah nol, hal ini mengindikasikan bahwa antara harga jual standar dan harga aktual pada periode analisis tidak terdapat perbedaan, sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian. Sedangkan hasil kalkulasi selisih yang disebabkan adanya perubahan kuantitas adalah Rp 1.208.800,-. Hal tersebut merupakan selisih yang menguntungkan. Hasil kalkulasi yang disebabkan harga pokok penjualan dan kapasitas biaya dapat dilihat pada tabel seperti berikut Tabel 91. Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan Kuantitas Biaya Nata de Coco Koktail Metode Analisis
Kuantitas (Unit) 5.680 5.680 5.680 4.169 Harga Pokok / Unit (Rp) 562 549 549 549 Jumlah (Rp) 3.192.160 3.118.320 73.840 3.118.320 2.288.781 829.539 Jumlah (Rp)

Uraian Realisasi HP Aktual Kuantitas Aktual x HPP Aktual Kuantitas Aktual x HPP Standar Selisih disebabkan HPP Kuantitas Aktual x HPP Standar Penjualan Standar Kuantitas Standar x HPP Standar Selisih disebabkan Kuantitas Biaya

Selisih disebabkan harga pokok penjualan dari hasil kalkulasi metode analisis adalah Rp 73.840 hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan karena keuntungan perusahaan dari hasil selisih harga jual dan harga pokok penjualan aktualnya menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan harga pokok penjualan standarnya. Hasil kalkulasi selisih yang disebabkan kuantitas biaya memberikan keuntungan bagi perusahaan karena adanya kenaikan permintaan akan produknya sebesar Rp 829.539. Untuk melihat jumlah keuntungan ataupun kerugian yang ditimbulkan adanya penjualan campuran dan kuantitas penjualan terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 92. Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan Terakhir Nata de Coco Koktail Metode Analisis
Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) 0

Uraian Selisih disebabkan Harga Jual Selisih Bersih disebabkan Kuantitas Selisih disebabkan Kuantitas Penjualan Selisih disebabkan Kuantitas Biaya Nilai Selisih Selisih Bersih disebabkan Kuantitas Selisih disebabkan Harga Pokok Penjualan Pertambahan Bersih dalam Laba Kotor

1.208.800 829.539 379.261 379.261 -73.840 305.421

Hasil kalkulasi selisih memperlihatkan bahwa tidak terdapat selisih harga, hal tersebut menjelaskan bahwa selama periode analisis tidak terjadi perubahan harga jual, perusahaan bertindak sebagai penerima harga sehingga harga jual nata de coco koktail ditentukan berdasarkan harga pasaran yang berlaku untuk jenis produk yang sama. Selisih bersih perusahaan yang disebabkan adanya kenaikan permintaan atau kuantitas produksi adalah Rp 379.261, hal tersebut memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan selisih bersih kapasitas metode perhitungan perusahaan yaitu sebesar Rp 376.239. Harga pokok penjualan aktual metode perusahaan menggambarkan jumlah yang menurun dari harga pokok penjualan standar yaitu dari Rp 551 per unit menjadi Rp 545, sedangkan sebaliknya harga pokok penjualan melalui metode perhitungan analisis menunjukkan peningkatan, yakni dari harga pokok penjualan standar Rp 549 meningkat menjadi Rp 562 pada kondisi aktual.

Kenaikan atau penurunan harga pokok penjualan tersebut sangat mempengaruhi besarnya keuntungan perusahaan. Pada hasil perhitungan diperoleh nilai selisih yang disebabkan harga pokok penjualan yaitu Rp 73.840. Hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan, dikarenakan harga pokok penjualan aktual yang meningkat dari jumlah yang telah ditetapkan sebelumnya. Kenaikan harga pokok penjualan tersebut disebabkan adanya kerugian-kerugian yang timbul dari berbagai hal terutama terhadap efisiensi waktu pengerjaan dan penggunaan sejumlah kapasitas selama masa produksi aktual. Hasil kalkulasi gabungan menjelaskan bahwa pertambahan atau

pengurangan bersih laba kotor yang diperoleh perusahaan melalui perhitungan metode analisis adalah sebesar Rp 305.421. Yakni sejumlah nilai yang lebih kecil dari yang diperoleh melalui perhitungan metode perusahaan yaitu sejumlah Rp 410.319. Hasil selisih kedua metode yaitu sebesar Rp 104.898 adalah jumlah kerugian yang sebenarnya diterima perusahaan dari metode perhitungan harga pokok penjualannya 7.4. Analisis Titik Impas Titik impas merupakan gambaran bagi perusahaan untuk mengetahui batas minimal pendapatan yang harus diperoleh agar perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa titik impas ini menunjukkan nilai total penjualan sama dengan biaya total yang dikeluarkan untuk memproduksi produk. Berkaitan dengan harga jual per unit, titik impas ini menunjukkan harga jual sama dengan harga pokok penjualan produk per unit. 7.4.1. Analisis Titik Impas Metode Perusahaan Analisis titik impas metode perusahaan adalah untuk mengetahui jumlah pendapatan yang harus diperoleh perusahaan dimana perusahaan tidak memperoleh keuntungan ataupun kerugian. Untuk mengetahui besarnya titik impas terlebih dahulu harus mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya serta jumlah biaya-biaya yang dikeluarkannya. Untuk kepentingan analisis maka jumlah penjualan dan biaya analisis titik impas standar perusahaan merupakan penjualan sebesar unit produksi standar, sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkannya merupakan biaya standar metode perusahaan. untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan seperti pada tabel berikut

Tabel 93.

Perbandingan Jumlah Pendapatan dan Biaya Standar dan Aktual Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan STANDAR AKTUAL Uraian
4.169 800 3.335.200 167.184 2.131.366 5.680 800 4.544.000 176.401 2.920.899

Produk Rata-rata (Unit) Harga Jual (Rp) Pendapatan Penjualan (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp)

Jumlah unit penjualan standar perusahaan merupakan jumlah unit standar rata-rata produksi yang dianggarkan perusahaan dengan asumsi jumlah produk terjual habis dipasaran. Sedangkan jumlah biaya adalah biaya standar perusahaan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Hasil analisa memperlihatkan besarnya standar titik impas yang diperoleh perusahaan atas penetapan penjualan dan biaya standarnya adalah Rp 463.180. Sehingga perusahaan harus menjual lebih banyak dari 841 unit nata de coco koktail perharinya agar perusahaan tidak mengalami kerugian, Hasil perhitungan selengkapnya seperti pada tabel berikut. Tabel 94. Perbandingan Nilai Perusahaan Titik Impas Standar dan Aktual Metode
STANDAR 800 3.335.200 167.184 2.131.366 0,639 0,361 463.180 841 AKTUAL 800 4.544.000 176.401 2.920.899 0,643 0,357 493.849 906

Uraian Harga Jual (Rp) (P) Penjualan (Rp) (BT) Biaya Tetap (Rp) (BV) Biaya Variabel (Rp) BV / P 1-BV/P Titik Impas (Rp) Titik Impas (Unit)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada metode analisis terdapat kondisi aktual dimana terjadi kegiatan produksi dan pemasaran yang sebenarnya dialami perusahaan, sehingga perlu diketahui juga besarnya titik impas pada periode analisis atau aktual perusahaan. untuk kepentingan analisis maka jumlah penjualan adalah jumlah penjualan rata-rata aktual perusahaan selama 15 hari pada bulan November 2009, sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan adalah biaya pada kuantitas rata-rata produksi aktual. Pada tabel diketahui selama kondisi aktual jumlah unit penjualan (P) ratarata adalah 5.680 cup nata de coco koktail, sehingga pengeluaran biaya tetap (BT)

adalah Rp 176.401 dan biaya variabel (BV) adalah sebesar Rp 2.920.899. Jumlah titik impas perusahaan yang disebabkan adanya penjualan dan biaya aktualnya adalah Rp 493.849. Merupakan hasil yang meningkat jika dibandingkan titik impas yang diperoleh perusahaan atas biaya dan penjualan standarnya. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat seperti pada tabel di bawah sebagai berikut. Berdasarkan tabel 94 diketahui bahwa pada kondisi aktual telah terjadi peningkatan titik impas perusahaan dari yang telah dianggarkan sebelumnya, hal ini menjelaskan bahwa selama periode analisis atau aktual telah terjadi peningkatan biaya produksi dalam perusahaan sehingga agar tidak mengalami kerugian perusahaan harus menjual lebih dari 906 cup nata de coco koktail per harinya. 7.4.2. Analisis Titik Impas Metode Analisis Perbedaan antara analisis titik impas metode analisis dan metode perusahaan adalah pada metode perusahaan perhitungan mengacu kepada biaya dan harga pokok penjualan yang diperoleh dari perhitungan menurut perusahaan, sedangkan analisis titik impas metode analisis mengacu kepada biaya dan harga pokok penjualan yang ditetapkan melalui perhitungan menurut teori yang ada. Analisis titik impas pada metode analisis terdiri dari analisis titik impas standar dan analisis titik impas pada kondisi penjualan dan biaya yang terjadi. Jumlah penjualan standar dan aktual pada metode analisis adalah sama dengan jumlah unit produksi rata-rata standar dan aktualnya dengan asumsi jumlah produk habis terjual dipasaran. Hasil perhitungan metode memperlihatkan jumlah pendapatan beserta biaya standar yang dikeluarkan perusahaan adalah seperti pada tabel sebagai berikut Tabel 95. Perbandingan Jumlah Pendapatan dan Biaya Standar dan Aktual Nata de Coco Koktail Metode Analisis STANDAR AKTUAL Uraian
4.169 800 3.335.200 63.436 2.143.409 5.680 800 4.544.000 63.436 3.046.513

Produk Rata-rata (Unit) Harga Jual (Rp) Pendapatan Penjualan (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp)

Hasil analisa memperlihatkan besarnya standar titik impas yang diperoleh perusahaan atas penetapan penjualan dan biaya standarnya dengan perhitungan analisis adalah Rp 177.524. Hasil perhitungan selengkapnya seperti pada tabel berikut Tabel 96. Perbandingan Nilai Titik Impas Standar dan Aktual Metode Analisis
Uraian Harga Jual (Rp) (P) Penjualan (Rp) (BT) Biaya Tetap (Rp) (BV) Biaya Variabel (Rp) BV / P 1-BV/P Titik Impas (Rp) Titik Impas (Unit) STANDAR 800 3.335.200 63.436 2.143.409 0,643 0,357 177.524 323 AKTUAL 800 4.544.000 63.436 3.046.513 0,670 0,330 192.491 343

Jumlah unit pada perhitungan standar titik impas metode analisis adalah 323 unit cup nata de coco koktail, sehingga agar perusahaan tetap mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya, maka perusahaan harus menjual produk diatas unit BEP. Pada analisa titik impas juga memperlihatkan pada kondisi aktual, yaitu untuk melihat apakah terjadi perubahan titik impas pada kondisi aktual, sehingga melalui perhitungan biaya dan harga pokok penjualan metode analisis diketahui besarnya pendapatan dari hasil penjualan aktual. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat seperti pada tabel sebagai berikut Pada tabel diketahui bahwa pada unit aktual 5.680 menghasilkan pendapatan penjualan sebesar Rp 5.544.000. Dengan jumlah biaya tetapnya adalah Rp 63.436. dan biaya variabel aktual adalah Rp 3.046.513 Sehingga besarnya titik impas perusahaan adalah seperti pada tabel sebagai berikut Berdasarkan hasil kalkulasi didapatkan titik impas aktual metode analisis adalah sebesar Rp 192.491. Yaitu jumlah pendapatan yang diterima perusahaan saat perusahaan tidak mengalami kerugian atau keuntungan. Jumlah tersebut menjelaskan bahwa selama kondisi aktual telah terjadi peningkatan nilai titik impas perusahaan dari yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu Rp 177.524. Jumlah unit impas perusahaan pada kondisi aktual menunjukkan peningkatan sebesar 343 unit dari titik impas standarnya yaitu 323 unit. Jumlah peningkatan BEP pada perhitungan analisis yaitu 20 unit adalah tidak sebesar jumlah

peningkatan BEP pada perhitungan metode perusahaan yaitu sejumlah 65 unit, hal ini berarti jumlah peningkatan biaya pada metode perusahaan adalah lebih besar dari peningkatan biaya dari metode analisis.

7.5. Analisis Marjin Kontribusi (MK) Marjin kontribusi (MK) adalah jumlah yang tersisa dari penghasilan penjualan setelah dikurangi dengan biaya variabel. Nilai MK ini dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap dan kemudian sisanya dapat menghasilkan laba pada periode tertentu. Namun secara hierarki urutan penggunaan nilai marjin kontribusi pertama kali sering digunakan untuk menutupi biaya tetap kemudian sisa nilai MK tersebut menggambarkan kemampuan laba yang diperoleh. Marjin kontribusi dapat dinyatakan dengan total penjualan dikurangi dengan total biaya variabel yang dikorbankan untuk menghasilkan produk pada periode tertentu. Dalam analisis marjin kontribusi dibedakan atas marjin kontribusi yang dihasilkan pada perhitungan metode perusahaan dan marjin kontribusi hasil perhitungan metode analisis. Perbandingan nilai marjin kontribusi standar dan aktual dari masing masing metode dapat dilihat seperti pada tabel sebagai berikut Tabel 97. Perbandingan Nilai Marjin Kontribusi Metode Perusahaan dan Metode Analisis
METODE PERUSAHAAN STANDAR AKTUAL 3.335.200 4.544.000 2.131.366 2.920.899 36,09 35,72 1.203.834 1.623.101 METODE ANALISIS STANDAR AKTUAL 3.335.200 4.544.000 2.143.409 3.046.513 36 33 1.191.791 1.497.487

Uraian
Penjualan (Rp) Biaya Variabel (Rp) Marjin Kontribusi (%) Marjin Kontribusi (Rp)

Berdasarkan informasi pada tabel diatas diketahui bahwa nilai selisih marjin kontribusi standar dan aktual dari hasil perhitungan biaya dan harga pokok metode perusahaan adalah Rp 419.267. Sedangkan nilai selisih marjin kontribusi standar dan aktual pada perhitungan biaya dan harga pokok metode analisis adalah Rp 305.606. Perhitungan metode perusahaan didapatkan jumlah selisih MK yang lebih besar dibandingkan dengan selisih MK metode analisis, hal ini menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh dengan metode perusahaan adalah lebih besar dibandingkan metode perhitungan analisis, akan tetapi dalam

metode perusahaan tidak menggambarkan keuntungan yang sebenarnya, sehingga perlu dihitung realisasi keuntungan sebenarnya pada metode analisis.

7.6. Analisis Marjin of Safety (MOS) Marjin of Safety (MOS) merupakan analisis yang menunjukkan seberapa seberapa jauh volume penjualan atau pendapatan penjualan boleh mengalami penurunan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain, MOS merupakan selisih antara pendapatan penjualan dengan pendapatan pada titik impas. Sehingga dengan kata lain bahwa MOS merupakan tingkat penurunan produksi yang ditolerir sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Nilai MOS juga dapat dinyatakan dengan membagi nilai MOS dengan total penjualan. Besarnya nilai MOS pada metode perusahaan dan metode analisis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 98. Perbandingan Nilai Marjin of Safety (MOS) Metode Perusahaan dan Metode Analisis
METODE PERUSAHAAN STANDAR AKTUAL METODE ANALISIS STANDAR AKTUAL

Penjualan (Rp) Penjualan BEP (Rp) MOS (Rp) % MOS

3.335.200 463.180 2.872.020 86

4.544.000 493.849 4.050.151 89

3.335.200 177.524 3.157.676 95

4.544.000 192.491 4.351.509 96

Berdasarkan hasil perhitungan MOS metode perusahaan dapat dikatakan bahwa jika sistem penetapan biaya dan harga pokok penjualan dilakukan dengan sistem yang ditetapkan perusahaan maka batas minimal penjualan yang dapat ditolerir agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah untuk biaya dan harga pokok standar adalah 86%, sedangkan pada kondisi aktualnya adalah 89%. Berdasarkan hasil perhitungan MOS metode analisis dapat dikatakan bahwa jika sistem penetapan biaya dan harga pokok penjualan dilakukan dengan sistem yang ditetapkan melalui perhitungan metode analisis maka batas minimal penjualan yang dapat ditolerir agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah untuk biaya dan harga pokok standar adalah 95%, sedangkan pada kondisi aktualnya adalah 96%. Berdasarkan analisa MOS Jika dibandingkan penampilan metode penetapan biaya dan harga pokok standar terhadap penetapan biaya dan harga

pokok aktual perusahaan dengan kedua metode tersebut, maka metode penetapan biaya dan harga pokok standar metode perusahaan menghasilkan nilai MOS lebih kecil dari metode analisis, namun memiliki rentang kenaikan paling besar pada kondisi aktualnya jika dibandingkan pada metode analisis. 7.7. Analisis Profitabilitas Profitabilitas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba merupakan hasil perkalian antara persentase margin kontribusi dengan persentase MOS. Kemampuan PT Tonsu Wahana Tirta dalam menghasilkan laba akibat penetapan biaya standar dan penyusunan harga pokoknya adalah 31,04% dan 31,79% pada kondisi aktual. Profitabilitas perusahaan melalui perhitungannya mengalami kenaikan sebesar 0,75% dari standar yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan kemampuan profitabilitas PT Tonsu Wahana Tirta dapat dilihat seperti pada tabel sebagai berikut. Tabel 99.
Uraian PERUSAHAAN ANALISIS

Perbandingan Kemampuan Memperoleh Laba di PT Tonsu Wahana Tirta


Persentase MK (%) Standar Aktual 36,09 35,72 36 33 Persentase MOS Standar Aktual 86 89 95 96 Profitabilitas (%) Standar Aktual 31,04 31,79 34,20 31,68

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh PT Tonsu Wahana Tirta dengan metode penetapan biaya standar dan harga pokok analisis adalah profitabilitas yang terbesar, yaitu 34,20% jika dibandingakan dengan metode penetapan biaya standar dan harga pokok metode perusahaan. pada kondisi aktual menurut metode analisis perusahaan mengalami penurunan keuntungan 2,52% dari target profitabilitas yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 34,20% turun menjadi 31,68%, sedangkan pada metode perhitungan perusahaan, perusahaan mengalami kenaikan profitabilitas sebesar 0.75% dari keuntungan standarnya.

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pada metode analisis penyusunan biaya ke dalam harga pokok penjualan produk akhir adalah dengan mengikuti setiap tahapan proses produksi, sedangkan pada penyusunan biaya dan perhitungan harga pokok penjualan produk akhir pada perhitungan metode perusahaan adalah tanpa memperhatikan tahapan proses produksi melainkan dengan

mengakumulasi semua biaya. Sehingga biaya standar yang ditetapkan melalui perhitungan metode perusahaan adalah lebih besar dari metode perhitungan analisis, yang menyebabkan harga pokok penjualan per unit standar nata de coco koktail (produk akhir) menurut perhitungan metode perusahaan (Rp 551) adalah lebih besar dari perhitungan harga pokok penjualan standar metode analisis yaitu metode full costing dan variabel costing (Rp 549). 2. Hasil analisis profitabilitas memperlihatkan bahwa keuntungan yang diperoleh PT Tonsu Wahana Tirta dengan metode penetapan biaya standar dan harga pokok penjualan analisis adalah profitabilitas yang terbesar, yaitu 34,20% jika dibandingakan dengan metode penetapan biaya standar dan harga pokok penjualan metode perusahaan. Pada kondisi aktual menurut metode analisis perusahaan mengalami penurunan keuntungan 2,52% dari target profitabilitas yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 34,20% turun menjadi 31,68%, sedangkan pada metode perhitungan perusahaan, perusahaan mengalami kenaikan profitabilitas sebesar 0,75% dari keuntungan standarnya. 3. Hasil analisis selisih biaya bahan baku pada perhitungan perusahaan menghasilkan kerugian lebih besar akibat adanya selisih kuantitas (Rp 117.405,78), sedangkan selisih yang disebabkan harga bahan baku pada perhitungan perusahaan menghasilkan keuntungan (Rp 16.230,50)

akan tetapi pada perhitungan analisis menghasilkan kerugian sebesar Rp 13.765,54. Hasil analisis selisih biaya tenaga kerja langsung dari kedua metode menjelaskan bahwa selisih hasil perhitungan metode analisis menemukan banyak kerugian karena adanya penyimpangan terhadap waktu pengerjaan standar. 8.2. Saran Perusahaan dalam memproduksi nata de coco koktail, selama pengamatan merupakan perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi produk setengah jadi, kemudian mengalami proses lanjutan hingga menjadi produk jadi yaitu nata de coco koktail. Selama berproduksi terjadi peningkatan nilai tambah produk yaitu dari bahan baku air kelapa menjadi produk jadi yaitu nata de coco koktail yang mengikut sertakan sejumlah biaya dalam setiap tahapan proses produksinya. Sehingga perusahaan harus memperhatikan setiap biaya yang ikut serta dalam tahapan produksinya. Dengan memperhatikan biaya yang ikut dalam setiap tahapan proses produksinya perusahaan akan mengetahui jumlah keuntungan atau kerugian yang sebenarnya. Berdasarkan perhitungan analisa selisih biaya metode analisis diketahui bahwa telah terjadi penurunan efisiensi waktu tenaga kerja yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian dari sisi biaya upah tenaga kerja, sedangkan pada metode perusahaan tidak menggambarkan kerugian yang sebenarnya timbul dari biaya upah tenaga kerja langsung. Perusahaan perlu memperhatikan dan meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan efisiensi produksi terutama terhadap penggunaan bahan penolong dan bahan bakar. Dalam hal efisiensi tenaga kerja misalnya dengan meningkatkan pengawasan dan pengaturan jumlah tenaga kerja pada setiap proses produksi, serta memberikan pelatihan dan peningkatan keterampilan karyawan. Sedangkan dalam hal efisiensi produksi perusahaan perlu memperhatikan optimalisasi produksinya serta penyesuaian penggunaan bahan baku dan penolong terhadap tingkat produksi. dalam hal ini perusahaan perlu mengkaji kembali penetapan biaya standarnya agar keuntungan yang dihasilkan dapat lebih maksimal. Berdasarkan hasil perbandingan kedua metode, perusahaan perlu mengkoreksi kembali metode penetapan biaya dan penyusunan biaya di dalam

harga pokok penjualannya, sehingga dapat menetapkan biaya standar dan harga pokok standar yang lebih teliti pada periode produksi selanjutnya. Berdasarkan selisih biaya perusahaan perlu mengadakan revisi terhadap kehilangan keuntungan akibat berkurangnya efisiensi produksi terutama terhadap efisiensi waktu tenaga kerja langsung dan efisiensi dalam penolong dalam proses produksi. menggunakan bahan baku serta bahan

DAFTAR PUSTAKA

Ashurst, P, R. 1995. Production And Packaging Of Non-Carbonated Fruit Juice And Fruit Beverages Blackie Academic And Proffesional. London. Arisandy B. 2005. Analisis Produk Positioning Serta Preferensi Konsumen Nata de Coco Pada PT. FITS MANDIRI, [Skripsi] Bogor: Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [APCC] Asian Pacific Coconut Community. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VI . 2006. Buku-1 Gorontalo: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. (Buffa S.Elwood, & Sarin K. Rakesh 1996). Manajemen Operasi dan Produksi Modern, Ed Ke-8, Jilid I. Maulana A, Penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara. [BPS] Badan Pusat Statistika. 2008. Produksi Kelapa di Jawa Barat. Jawa Barat. [BSN] 1995. SNI 01-3719-1995, Tentang Minuman Sari Buah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Permata Dian 2008. Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok Produksi Kayu Gergajian (Sawn Timber) Hutan Rakyat CV. Sinar kayu Bogor, Jawa Barat [Skripsi] Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rahmawanti. 2009. Analisis House Of Quality Untuk Pengembangan Strategi Pemasaran Minuman Nata de Coco Dalam Kemasan di CV. TRI ANGEL, [Skripsi] Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Eva. 2004. Penentuan Harga Pokok Produksi Karkas (Studi kasus Rumah Potong Ayam Asia Afrika, Bogor, Jawa Barat). [Skripsi]. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. (Garrison H, & Eric W. Moreen. 2007). Akuntansi Manajerial, Buku II. Hinduan N dan Tanujaya E, Terjemahan; Jakarta: Salemba Empat. Horngren, T. Charles. 1984. Pengantar Akuntansi Manajemen, Ed ke-6, jilid I. Moh. Badjuri dan Kusnedi, Terjemahan; Jakarta: Erlangga. Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran, ,Terjemahan; Jakarta: Prenhallindo. Ed milenium. Benyamin M

Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya Edisi Kelima, Cetakan III. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Murphy D. 1973. Biaya Standar, The English Universities Press Ltd. Pramana F, Terjemahan; Jakarta: Yayasan Kanisius. Muharjadi A. 2005. Kajian Harga Pokok Pesanan Untuk Menentukan Harga Jual Nata de Coco pada PD. CNDC, [Skripsi] Bogor: Program Sarjana Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Marety W. 2005. Optimalisasi Produksi Nata de Coco Pada PT. FITS MANDIRI, [Skripsi] Bogor : Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pambayun R. 2006. Teknologi Tepat Guna Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Yogyakarta: Kanisius. Rony H. 1990. Akuntansi Biaya Pengantar Untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi. Bogor: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Roslinawati (2007) Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih pada PT. Sang Hyang Seri RM1 Sukamandi, Subang , Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen Ilmu

Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sembiring Y. 1990. Pengendalian Biaya. Bandung: Pionir Jaya. Sutarminingsih L, Ch. 2004. Teknologi Pengolahan Pangan Peluang Usaha Nata de Coco. Yogyakarta: Kanisius. Yulianti. 2007. Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Meises Cokelat (kasus : PT G di Bandung, Jawa Barat). [Skripsi] . Program Studi Ekstensi Managemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN LAMPIRAN

LAMPIRAN (1) . HARGA POKOK PRODUKSI STANDAR NATA MENTAH LEMBARAN ( 308,506 Kg ) METODE PERUSAHAAN
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU Biaya Bahan Baku (Rendemen 90,3%) Air Kelapa Untuk Bibit Air Kelapa Untuk Nata TOTAL BIAYA BAHAN BAKU II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) URAIAN Upah TK Borongan Bibit Upah Tk Borongan Nata Lembaran TOTAL BIAYA TKL III A. BIAYA OVERHEAD PABRIK BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1 Biaya Bahan Penolong URAIAN Gula ZA Asam Asetat Bibit SATUAN Kg Kg Liter Liter NATA BIBIT 0,31 0,12 0,15 0,63 NATA LEMBARAN 2,59 1,05 1,3 TOTAL 2,9 1,17 1,45 0,63 HARGA / SATUAN (Rp) 8.000 1.500 20.000 20.000 TOTAL(Rp) 23.200 1.755 29.000 12.600 66.555 UNIT 4 JUMLAH (Rp) 52.000 PEMAKAIAN 3 BIAYA / PRODUKSI (Rp) 17.333 17.333 83.888 255.746 308,506 828,98 Biaya Upah per Hari Biaya Upah per Hari 2 3 217,39 48,62 69 308,506 30.000 44.999 74.999 STANDAR KARYAWAN UPAH / TK (Rp) UNIT TOTAL UPAH 100 100 liter liter 40,58 338,43 255,55 255,55 10.373 86.486 96.859 96.859 URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGa SATUAN (Rp) TOTAL (Rp) TOTAL (Rp)

TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN 13.000 TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR

TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI UNIT PRODUK JADI (Lembar) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT

LAMPIRAN (2) HARGA POKOK PENJUALAN STANDAR NATA DE COCO KOKTAIL ( 4.169 CUP ) METODE PERUSAHAAN
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU B.Baku (Rendemen 90,3%) Air Kelapa Untuk Bibit Air Kelapa Untuk Nata II TOTAL BIAYA BAHAN BAKU BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) URAIAN Upah TK Borongan Bibit Upah Tk Borongan Nata Lempeng Upah Borongan Koktail STANDAR UPAH Biaya Upah per Hari Biaya Upah per Hari Biaya Upah per Hari 100 100 KARYAWAN 2 3 10 liter liter UPAH / TK (Rp) 217,39 48,62 3,59 40,58 338,43 UNIT 69 308,50 4.169 200 200 TOTAL UPAH 30.000 44.999 149.667 224.666 8.118 67.686 75.804 URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA /SATUAN (Rp) JUMLAH (Rp) TOTAL (Rp)

75.804

III A.

TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG BIAYA OVERHEAD PABRIK BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1 Biaya Bahan Penolong URAIAN SATUAN NATA BIBIT NATA LEMBARAN 2,59 1,05 1,3 NATA KOKTAIL 123,526 TOTAL (Rp) 126,426 1,17 1,45 0,63 0,463 0,003 0,093 3,243 4.169 4.169 174 PEMAKAIAN / UNIT 3 HARGA / SATUAN (Rp) 8.000 1.500 20.000 20.000 15.000 15.000 2.160 333 130 25 500 JUMLAH (Rp) 1.011.408 1.755 29.000 12.600 6.945 45 201 1.080 541.970 104.225 87.000 1.796.229

Gula Kg 0,31 ZA Kg 0,12 Asam Asetat liter 0,15 Bibit Liter 0,63 Na Benzoat liter Na Metabisulfit Kg Siklamat Kg Essence Kg Cup Plastik pcs Plastik Seal pcs Karton pcs TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG Biaya Bahan Bakar (gas PEMBELIAN 3kg) 13.000

0,463 0,003 0,093 3,243 4.169 4.169 174 UNIT 8 PEMBELIAN (Rp) 104.000

BIAYA / PRODUKSI (Rp) 34.667

B.

TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP BIAYA / BULAN (Rp) 1 Biaya Listrik TOTAL BIAYA LISTRIK 150.000 Biaya Penyusutan 2 Peralatan

34.667 1.830.895 BIAYA/PRODUKSI (26 HARI KERJA) 5.769 PENYUSUTAN 12 BULAN 10.183.525 1 X PRODUKSI 27.900 27.900 PENYUSUTAN NILAI SISA (Rp) 3.000.000 BIAYA / BULAN (Rp) 150.000 PESAN / BULAN 10 KARYAWAN 5 EKONOMIS (Tahun) 50 BIAYA / PRODUKSI (Rp) 26 HARI KERJA 5.769 1 X PESAN (LITER) 900 UPAH /KARYAWAN (Rp) 500.000 BIAYA / UNIT (Rp) 56 GAJI / BULAN (Rp) 2.500.000 VOLUME / PRODUKSI (LITER) 379 21.056 BIAYA / PRODUKSI 96.154 96.154 161.415 1.992.311 2.292.780 4.169 550 12 BULAN 1.740.000 1 X PRODUKSI 4.767 4.767

5.769

TOTAL BIAYA PENYUSUTAN PERALATAN Biaya Penyusutan Bangunan NILAI INVESTASI (Rp) 90.000.000 TOTAL BIAYA PENYUSUTAN BANGUNAN Biaya Telpon BIAYA TELPON BIAYA / BULAN (Rp) Biaya Angkut B.Baku 500.000 TOTAL BIAYA ANGKUT PER PRODUKSI Biaya Gaji Karyawan Tetap STANDAR UPAH (Rp) Bulan

5.769

TOTAL BIAYA GAJI KARYAWAN TETAP TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT BIAYA NON PRODUKSI 1 Biaya Pemasaran TOTAL BIAYA PEMASARAN 2 Biaya Administrasi TOTAL BIAYA ADMINISTRASI BIAYA ADMINISTRASI LAIN-LAIN TOTAL BIAYA NON PRODUKSI

TOTAL / BULAN (Rp) 150.000

1 X PRODUKSI 5.769 5.769 5.769

TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN / UNIT

2.298.549 551

LAMPIRAN (3) HARGA POKOK PRODUKSI STANDAR BIBIT NATA (37 Liter = 69 Botol) METODE ANALISIS
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU (Rendemen 90,3%) Air Kelapa TOTAL BIAYA BAHAN BAKU II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH Biaya Upah Per unit TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG III BIAYA OVERHEAD PABRIK URAIAN 1 Biaya Bahan Penolong Gula ZA Asam asetat Bibit 0,835 0,335 0,415 10 kg kg liter liter 0,31 0,12 0,15 4,32 8.000 1.500 20.000 6.200 2.480 180 3.000 26.784 0 0 TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 2 Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN 13.000 TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI TOTAL UNIT PRODUK JADI (Botol) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT UNIT 1 PEMBELIAN (Rp) 13.000 PEMAKAIAN 3 32.444 BIAYA / PRODUKSI (Rp) 4.333 4.333 36.777 51.057 69 740 PERSEN(%) SATUAN JUMLAH B.BAKU/SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp) JUMLAH UNIT 69 BIAYA UPAH / UNIT (Rp) 28,31 KARYAWAN (orang) 2 JUMLAH BIAYA (Rp) 3.906,78 UPAH/KARYAWAN (Rp) 1.953,39 3.907 100 liter 40,589 255,55 10.373 10.373 URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH B.BAKU / SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp) TOTAL BIAYA

LAMPIRAN (4) HARGA POKOK PRODUKSI STANDAR NATA MENTAH LEMBARAN (308,506 liter = 308,506 LEMBAR) METODE ANALISIS
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU (Rendemen 90,3%) Air Kelapa TOTAL BIAYA BAHAN BAKU II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH Biaya Upah Per Unit TOTAL BIAYA TKL III 1 BIAYA OVERHEAD PABRIK URAIAN Biaya Bahan Penolong Gula ZA Asam asetat Bibit TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG PEMBELIAN 2 Biaya Bahan Bakar (gas13kg) TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI TOTAL UNIT PRODUK JADI (Lembar) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 13.000 UNIT 3 PEMBELIAN (Rp) 39.000 PEMAKAIAN 3 BIAYA/ PRODUKSI (Rp) 13.000 13.000 104.955 209.951 308,506 681 0,835 0,335 0,415 10 kg kg liter botol 2,59 1,05 1,3 59 8.000 1.500 20.000 740 20.720 1.575 26.000 43.660 91.955 PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA BAHAN BAKU/SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp) UNIT 308,506 BIAYA UPAH/UNIT (Rp) 20 KARYAWAN 3 JUMLAH BIAYA (Rp) 18.510,36 UPAH/KARYAWAN 6.170 18.510 100 liter 338,431 255,55 86.486 86.486 URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH B.BAKU /SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp) TOTAL (Rp)

LAMPIRAN (5) HARGA POKOK PENJUALAN STANDAR NATA KOKTAIL ( 4.169 CUP ) METODE ANALISIS FULL COSTING
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU (Rendemen 90.3%) TOTAL BIAYA BAHAN BAKU BIAYA TKL( 8 JAM KERJA) TOTAL URAIAN Nata Mentah II STANDAR UPAH PERSEN(%) 100 UNIT 4.169 SATUAN Kg JUMLAH 338,431 SATUAN (Rp) 681 KARYAWAN 10 JUMLAH (Rp) 230.472 230.472 BIAYA UPAH/UNIT (Rp) 3,98 UPAH/KARYAWAN 16.593 165.926

III A.

B.

Biaya Upah/Per unit TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG BIAYA OVERHEAD PABRIK BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1 Biaya Bahan Penolong URAIAN Gula untuk Nata Gula Untuk Sirup Natrium Benzoat Natrium metabisulfit Siklamat Essence Cup Plastik Plastik Seal Karton TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 2 Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN (Rp) UNIT 13.000 4 TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP 1 Biaya Penyusutan Peralatan

PERSEN(%) 0,835 0,335 0,415 10

SATUAN kg kg kg kg kg kg pcs pcs pcs

JUMLAH 46,322 77,204 0,463 0,003 0,093 3,243 4.169 4.169 174

HARGA / SATUAN (Rp) 8.000 8.000 15.000 15.000 2.160 333 130 25 500 BIAYA / PRODUKSI (Rp) 17.333

JUMLAH(Rp) 370.578 617.630 6.948 46 200 1.081 541.970 104.225 87.000 1.729.678

PEMBELIAN (Rp) 52.000

PEMAKAIAN / UNIT 3

17.333 1.747.011 PENYUSUTAN 12 BULAN 10.183.525 1 X PRODUKSI 27.900 27.900

TOTAL BIAYA PENYUSUTAN PERALATAN 2 Biaya Penyusutan Bangunan INVESTASI (Rp)

SISA (Rp)

UMUR EKONOMIS (Tahun)

PENYUSUTAN 12 BULAN 1 X PRODUKSI

90.000.000 TOTAL BIAYA PENYUSUTAN BANGUNAN

3.000.000

50

1.740.000

4.767 4.767

3 Biaya Listrik TOTAL BIAYA LISTRIK 4 Biaya Telpon TOTAL BIAYA TELPON Biaya Gaji Karyawan Tetap Bagian 5 Produksi

BIAYA / BULAN (Rp) 150.000

BIAYA / PRODUKSI 5.769 5.769

BIAYA / BULAN (Rp) 150.000

BIAYA / PRODUKSI 5.769 5.769

UPAH (Rp) Bulan

KARYAWAN 1

UPAH / KARYAWAN (Rp) 500.000

TOTAL / BULAN (Rp) 500.000

TOTAL BIAYA GAJI KARYAWAN TETAP TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT BIAYA NON PRODUKSI 1 B. Gaji Karyawan Tetap Bagian Pemasaran BIAYA GAJI KARYAWAN PEMASARAN B.Gaji Karyawan Tetap Bagian 2 Administrasi BIAYA GAJI KARYAWAN ADMINISTRASI BIAYA LAIN-LAIN ADMINISTRASI TOTAL BIAYA NON PRODUKSI TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN / UNIT

1 X PRODUKSI 19.231 19.231 63.436 1.810.448 2.206.845 4.169 529

STANDAR UPAH (Rp) Bulan

KARYAWAN 2

UPAH /KARYAWAN (Rp) 500.000

TOTAL / BULAN (Rp) 1.000.000

1 X PRODUKSI 38.462 38.462

STANDAR UPAH (Rp) Bulan

KARYAWAN 2

UPAH /KARYAWAN (Rp) 500.000

TOTAL / BULAN (Rp) 1.000.000 150.000

1 X PRODUKSI 38.462 5.769

44.231 82.692 2.289.538 549

LAMPIRAN (6) HARGA POKOK PRODUKSI STANDAR NATA KOKTAIL ( 4.169 CUP ) METODE ANALISIS VARIABEL COSTING
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU (Reindemen 90.3%) TOTAL BIAYA BAHAN BAKU II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH JUMLAH UNIT 4.169 BIAYA UPAH/UNIT (Rp) 3,98 KARYAWAN (orang) 10 UPAH/KARYAWAN 16.593 165.926 TOTAL URAIAN Nata Mentah PERSEN(%) 100 SATUAN Kg JUMLAH 338,431 HARGA /SATUAN (Rp) 681 JUMLAH HARGA (Rp) 230.472 230.472

Biaya Upah/Per unit TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG III A. BIAYA OVERHEAD PABRIK BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1 Biaya Bahan Penolong URAIAN Gula untuk Nata Gula Untuk Sirup Natrium Benzoat Natrium metabisulfit Siklamat Essence Cup Plastik Plastik Seal Karton PEMBELIAN 13.000

PERSEN(%) 0,835 0,335 0,415 10

SATUAN kg kg kg kg kg kg pcs pcs pcs

JUMLAH 46,322 77,204 0,463 0,003 0,093 3,243 4.169 4.169 174

HARGA / SATUAN (Rp) 8.000 8.000 15.000 15.000 2.160 333 130 25 500 PEMAKAIAN / UNIT 3

TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR

UNIT (TABUNG) 4

PEMBELIAN (Rp) 52.000

JUMLAH HARGA (Rp) 370.578 617.630 6.948 46 200 1.081 541.970 104.225 87.000 1.729.678 BIAYA / PRODUKSI (Rp) 17.333 17.333 1.747.011 1.747.011 2.143.409 4.169 514

TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI VARIABEL TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) HARGA POKOK PRODUKSI VARIABEL / UNIT

LAMPIRAN (7) HARGA POKOK PRODUKSI NATA LEMBARAN AKTUAL(459,73 KG) METODE PERUSAHAAN RENDEMEN 90.3 %
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU B. Bahan Baku (Rendemen 90.3%) TOTAL BIAYA URAIAN Air Kelapa untuk Bibit Air Kelapa Untuk Nata TOTAL BIAYA BAHAN BAKU II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) URAIAN Upah TK Borongan Bibit Upah Tk Borongan Nata Lembaran TOTAL BIAYA TKL BIAYA OVERHEAD PABRIK BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1 Biaya Bahan Penolong URAIAN Gula ZA Asam Asetat Bibit TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 2 Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) STANDAR Biaya Upah per Hari Biaya Upah per Hari KARYAWAN 2 3 UPAH / TK (Rp) 217,391 48,62 UNIT PRODUK 69,00 459,730 PERSEN(%) 100 100 SATUAN liter liter JUMLAH 40,589 504,323 SATUAN (Rp) 255,55 255,55 JUMLAH HARGA (Rp) 10.373 128.880 139.252 TOTAL UPAH 30.000 67.056 97.056

139.252

III A

SATUAN Kg Kg liter Liter

NATA BIBIT 0,31 0,12 0,15 0,63

NATA LEMBAR 3,86 1,56 1,94

TOTAL 4,17 1,68 2,09 0,63

HARGA / SATUAN 8.000 1.500 20.000 20.000

TOTAL(Rp) 33.360 2.520 41.800 12.600 90.280

PEMBELIAN 13.000

UNIT (TABUNG) 7

PEMBELIAN (Rp) 91.000

PEMAKAIAN / UNIT 3

BIAYA / PRODUKSI (Rp) 30.333 30.333 120.613 356.922 459,73

TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI UNIT PRODUK JADI (Lembar)

LAMPIRAN (8) HARGA POKOK PENJUALAN NATA DE COCO KOKTAIL AKTUAL (5.680 CUP) METODE PERUSAHAAN
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU (Rendemen 90,3%) (Rendemen 90,3 %) TOTAL BIAYA BAHAN BAKU II BIAYA TKL( 8 JAM KERJA) URAIAN Upah TK Borongan Bibit Upah Tk Borongan Nata Lembaran Upah Borongan Nata Koktail TOTAL URAIAN Air Kelapa untuk Bibit Air Kelapa Untuk Nata PERSEN(%) 100 100 SATUAN liter liter JUMLAH 40,58 504,32 /SATUAN (Rp) 200 200 JUMLAH(Rp) 8.118 100.865 108.982

108.982

STANDAR UPAH Biaya Upah per Hari Biaya Upah per Hari Biaya Upah per Hari

KARYAWAN 2 3 10

UPAH / TK (Rp) 217,39 48,62 3,59

UNIT 69 459,73 5.680

TOTAL (Rp) 30.000 67.056 203.912 300.968

III A.

TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG BIAYA OVERHEAD PABRIK BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1 Biaya Bahan Penolong URAIAN SATUAN Gula Kg ZA Kg Asam Asetat liter Bibit Liter Na Benzoat liter Na Metabisulfit Kg Siklamat Kg Essence Kg Cup Plastik pcs Plastik Seal pcs Karton pcs TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 2 Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN 13.000

NATA BIBIT 0,31 0,12 0,15 0,63

NATA LEMPENG 3,86 1,56 1,94

NATA KOKTAIL 168,29

0,631 0,004 0,127 4,41 5.680 5.680 237

TOTAL 172,46 1,68 2,09 0,63 0,631 0,004 0,127 4,41 5.680 5.680 237

HARGA / SATUAN 8.000 1.500 20.000 20.000 15.000 15.000 2.160 333 130 25 500

JUMLAH (Rp) 1.379.728 2.520 41.800 12.600 9.465 60 274 1.471 738.400 142.000 118.500 2.446.819

UNIT 15

PEMBELIAN (Rp) 195.000

PEMAKAIAN / UNIT 3

B.

TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP BIAYA / BULAN (Rp) 1 Biaya Listrik BIAYA/PRODUKSI (26 HARI KERJA)

BIAYA / PRODUKSI (Rp) 65.000 65.000 2.511.819

TOTAL BIAYA LISTRIK 2 Biaya Penyusutan Peralatan

150.000

5.769 PENYUSUTAN 12 BULAN 10.183.525

5.769

1 X PRODUKSI 27.900 27.900

TOTAL BIAYA PENYUSUTAN PERALATAN Biaya Penyusutan Bangunan NILAI INVESTASI (Rp) 90.000.000 TOTAL BIAYA PENYUSUTAN BANGUNAN Biaya Telpon TOTAL BIAYA TELPON BIAYA / BULAN (Rp) 150.000 BIAYA / BULAN (Rp) 500.000

NILAI SISA (Rp) 3.000.000

UMUR EKONOMIS (Tahun) 50

PENYUSUTAN 12 BULAN 1 X PRODUKSI 1.740.000 4.767 4.767

BIAYA / PRODUKSI 26 HARI KERJA 5.769 PESAN / BULAN 10 1 X PESAN (LITER) 900 BIAYA / UNIT (Rp) 56 PRODUKSI (Ltr) 544.912

5.769

Biaya Angkut B.Baku TOTAL BIAYA ANGKUT PER PRODUKSI

30.273

Biaya Gaji Karyawan Tetap

STANDAR UPAH (Rp) Bulan

KARYAWAN 5

UPAH / KARYAWAN (Rp) 500.000

GAJI / BULAN (Rp) 2.500.000

BIAYA / PRODUKSI 96.154 96.154 170.632 2.682.451 3.092.401 5.680 544

TOTAL BIAYA GAJI KARYAWAN TETAP TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT BIAYA NON PRODUKSI 1 Biaya Pemasaran TOTAL BIAYA PEMASARAN Biaya Administrasi TOTAL BIAYA ADMINISTRASI BIAYA ADMINISTRASI LAIN-LAIN TOTAL BIAYA NON PRODUKSI TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN / UNIT 2

150.000

5.769

5.769 5.769 3.098.171 545

LAMPIRAN (9) HARGA POKOK PRODUKSI BIBIT NATA AKTUAL (37 liter = 69 botol) METODE ANALISIS
URAIAN I B. BAHAN BAKU (Rendemen 90,3%) TOTAL BIAYA URAIAN PERSEN(%) 100 SATUAN liter JUMLAH 40,58 HARGA B. BAKU / SATUAN (Rp) 255,55 JUMLAH HARGA (Rp) 10.373 10.373 UNIT 69 BIAYA UPAH / UNIT (Rp) 38,71 KARYAWAN 2 JUMLAH (Rp) 5.341,98 UPAH/KARYAWAN (Rp) 2.670,99 5.342 PERSEN(%) 0,835 0,335 0,415 10 SATUAN kg kg liter liter JUMLAH 0,31 0,12 0,15 4,32 HARGA BAHAN BAKU/SATUAN (Rp) 8.000 1.500 20.000 6.200 JUMLAH HARGA (Rp) 2.480 180 3.000 26.784 0 0 32.444

Air Kelapa TOTAL BIAYA BAHAN BAKU II B. TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH

III

Biaya Upah Per Unit TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG B. OVERHEAD PABRIK URAIAN 1 B. Bahan Penolong Gula ZA Asam asetat bibit

TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 2 B. Bahan Bakar (gas 3kg) TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI TOTAL UNIT PRODUK JADI (Botol) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT

PEMBELIAN 13.000

UNIT 1

PEMBELIAN (Rp) 13.000

PEMAKAIAN 3

BIAYA / PRODUKSI (Rp) 4.333 4.333 36.777 52.492 69 761

LAMPIRAN (10) HARGA POKOK PRODUKSI AKTUAL NATA MENTAH LEMBARAN (459,73 liter = 459,73 LEMPENG) METODE ANALISIS RENDEMEN 90,3%
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU (Rindemen 90,3%) Air kelapa TOTAL BIAYA BAHAN BAKU II BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG ( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH Biaya Upah Per Unit TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG III BIAYA OVERHEAD PABRIK URAIAN 1 Biaya Bahan Penolong Gula ZA Asam asetat bibit 0,835 0,335 0,415 10 kg kg liter Botol 3,86 1,56 1,94 87,56 8.000 1.500 20.000 761 30.880 2.340 38.800 66.633 0 0 TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG PEMBELIAN (Rp) 2 Biaya Bahan Bakar (gas13kg) TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI TOTAL UNIT PRODUK JADI (Lembar) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 13.000 UNIT 7 PEMBELIAN (Rp) 91.000 PEMBELIAN (UNIT) 3 BIAYA / PRODUKSI (Rp) 30.333 30.333 168.986 333.587 459,73 725.62 138.653 PERSEN(%) SATUAN JUMLAH BAHAN BAKU/SATUAN (Rp) JUMLAH (Rp) UNIT 459,73 UPAH/UNIT (Rp) 25,9 KARYAWAN 3 BIAYA (Rp) 35.721,02 UPAH/KARYAWAN 11.907 35.721 100 liter 504,32 255,55 128.880 128.880 URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA /SATUAN (Rp) JUMLAH (Rp) TOTAL

LAMPIRAN(11) HARGA POKOK PENJUALAN AKTUAL NATA DE COCO KOKTAIL(5.680 CUP) METODE ANALISIS FULL COSTING
URAIAN I BIAYA BAHAN BAKU (Rendemen 90,3 %) TOTAL BIAYA BAHAN BAKU BIAYA TKL( 8 JAM KERJA) TOTAL URAIAN Nata Mentah II UPAH PERSEN(%) 100 UNIT 5.680 SATUAN Kg JUMLAH 459,73 /SATUAN (Rp) 725,62 KARYAWAN (orang) 10 HARGA (Rp) 333.589 333.589 BIAYA UPAH/UNIT (Rp) 5,13 UPAH/KARYAWAN 29.138 291.384

III A.

Biaya Upah/Per unit TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG BIAYA OVERHEAD PABRIK BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1 Biaya B. Penolong URAIAN Gula untuk Nata Gula Untuk Sirup Natrium Benzoat Natrium metabisulfit Siklamat Essence Cup Plastik Plastik Seal Karton TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 2 B. Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN 13.000

PERSEN(%) 0,835 0,335 0,415 10

SATUAN kg kg kg kg kg kg pcs pcs pcs

JUMLAH 105,18 63,11 0,631 0,004 0,127 4,41 5.680 5.680 237

SATUAN (Rp) 8.000 8.000 15.000 15.000 2.160 333 130 25 500

HARGA (Rp) 841.480 504.888 9.465 60 274 1.473 738.400 142.000 118.500 2.356.540

UNIT 15

HARGA (Rp) 195.000

PEMAKAIAN / UNIT 3

BIAYA (Rp) 65.000 65.000 2.421.540

B.

TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP 1 Biaya Penyusutan Peralatan 12 BULAN 10.183.525 TOTAL BIAYA PENYUSUTAN PERALATAN 2 B.Penyusutan Bangunan INVESTASI (Rp) SISA (Rp) 90,000,000 3.000.000 TOTAL BIAYA PENYUSUTAN BANGUNAN

PENYUSUTAN 1 X PRODUKSI 27.900 27.900 PENYUSUTAN 1 X PRODUKSI 4.767 4.767

EKONOMIS (Tahun) 50

12 BULAN 1.740.000

3 4

Biaya Listrik TOTAL BIAYA LISTRIK Biaya Telpon TOTAL BIAYA TELPON Gaji Karyawan Tetap

BIAYA / BULAN (Rp) 150.000 BIAYA / BULAN (Rp) 150.000 UPAH (Rp) Bulan

BIAYA / PRODUKSI 5.769 5.769 BIAYA / PRODUKSI 5.769 KARYAWAN 1 UPAH / KARYAWAN (Rp) 500.000 GAJI / BULAN (Rp) 500.000 5.769 1 X PRODUKSI 19.231 19.231 63.436 2.484.976 3.109.950 5.680 548

TOTAL BIAYA GAJI KARYAWAN TETAP TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT BIAYA NON PRODUKSI 1 Gaji Karyawan Tetap Pemasaran BIAYA GAJI KARYAWAN PEMASARAN Gaji Karyawan Tetap Administrasi

UPAH (Rp) Bulan UPAH (Rp) Bulan

KARYAWAN 2 KARYAWAN 2

UPAH /KARYAWAN (Rp) 500.000 UPAH /KARYAWAN (Rp) 500.000 150.000

TOTAL / BULAN (Rp) 1.000.000 TOTAL / BULAN (Rp) 1.000.000 5.769

1 X PRODUKSI 38.462 38.462 1 X PRODUKSI 38.462 44.231 82.692 3.192.642 562

BIAYA GAJI KARYAWAN ADMINISTRASI BIAYA LAIN-LAIN ADMINISTRASI TOTAL BIAYA NON PRODUKSI TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN / UNIT

LAMPIRAN (12) WAKTU STANDAR OPERASI PEMBUATAN BIBIT NATA DE COCO METODE ANALISIS (FORMULA 20 LITER) = 37 BOTOL (1 X MASAK)
Produk yang Akan Dihasilkan Jenis Produk Spesifikasi Produk 1. Warna Putih Kekeruhan Nata Bibit 2. Terdapat Lapisan Tipis di Permukaan. 3. Tidak Terdapat Jamur 4. Tidak Terdapat Ruang Kosong Antar Cairan Teknik Proses Tahapan Proses 1. Penyiapan Alat 2. Penyiapan Bahan 3.Penyiapan dan Pencucian Botol 4. Penyaringan Air Kelapa 5. Penimbangan Bahan Kimia dan Pengukuran Air Kelapa 6. Perebusan 7. Pemasukan ke Dalam Botol 8. Inokulasi Bibit 9. Fermentasi ( 6 hari) Unit (botol) 37 37 37 37 37 37 37 37 Waktu/unit (menit) 0.27 0.27 0.81 0.41 0.41 0.81 0.41 0.81 4.19 37 0.07 1 15,000 5,806 405 0.07 28.31 14.32

2.

Waktu Standar (menit) 10 10 30 15 15 30 15 30 155 2.58

Total Waktu Produksi (menit) Total Waktu Produksi (Jam) Total Waktu / Unit (Jam) Jumlah Unit / Jam (unit/jam) Tarif Pembebanan (Rp/hari) Tarif Pembebanan / Total waktu Standar analisis (Rp) Tarif Pembebanan / Unit standar analisis per jam (Rp/unit) Waktu Standar/ Unit (Jam/unit) Tarif Standar TKL / Unit (Rp/unit)

LAMPIRAN (13) TABEL WAKTU STANDAR OPERASI PEMBUATAN NATA MENTAH LEMBARAN METODE ANALISIS (FORMULA 50 LITER) = 50 LEMPENG 1 X MASAK
Produk yang Akan Dihasilkan Jenis Produk Spesifikasi Produk 1. Warna Putih Kekeruhan Nata Lempeng 2. Ketebalan 1.5-2 cm 3. Tidak Terdapat Jamur 4. Permukaan Tidak Cacat Teknik Proses Tahapan Proses Waktu Standar (menit) 1. Penyiapan Alat 10 2. Penyiapan Bahan 10 3. Penyiapan dan Pencucian Loyang 45 4. Penyaringan Air Kelapa 15 5. Penimbangan Bahan 15 6. Perebusan 30 7. Pemasukan Dalam Loyang 45 8. Inokulasi Bibit 30 9. Fermentasi (6 hari) 200 3.33 1 15,000 4,500 300 0.07 20.00 Unit (Lembar) 50 50 50 50 50 50 50 50 Waktu/unit (menit) 0.2 0.2 0.9 0.3 0.3 0.6 0.9 0.6 4 50 0.07 15.00

2.

Total Waktu Produksi (menit) Total Waktu Produksi (Jam) Total Waktu / Unit (Jam) Jumlah Unit / Jam (unit/jam) Tarif Pembebanan (Rp/hari) Tarif Pembebanan / Total Waktu Standar Analisis (Rp) Tarif Pembebanan / Unit Standar Analisis per Jam (Rp/unit) Waktu Standar/Unit (Jam/unit) Tarif Standar TKL / Unit (Rp/unit)

LAMPIRAN (14) TABEL WAKTU STANDAR OPERASI PEMBUATAN NATA DE COCO KOKTAIL METODE ANALISIS (FORMULA 10 KG NATA) = 1 X MASAK
Produk yang Akan Dihasilkan Jenis Produk Spesifikasi Produk 1.Ukuran Potongan Nata Seragam Nata Koktail 2. Warna Putih Transparan 3. Nata Digigit Renyah 4. Rasa Tidak Terlalu Manis 5. Rasa Nata Seperti Agar 6. Jumlah Nata Tiap Cup 38 Butir 7. Tidak Terdapat Kotoran 8. Cup Plastik Jernih 9. Tutup cup rapat dan tidak bocor 10. Kemasan Tidak Lengket 11. Hasil Produk 135 Cup Teknik Proses Tahapan Proses Waktu Standar (menit) 1. Penyiapan Alat 10 2. Penyiapan Bahan 10 3. Pembersihan dan Pemotongan 30 4. Sortasi dan Grading 15 5. Netralisasi 60 6. Penimbangan Bahan Baku 10 7. Perebusan dan Pencampuran 60 8. Pembuatan Sirup 20 9. Pemasukan Bahan dalam Cup 30 10. Pengemasan 30 11. Pengepakan 15 290 4.83 1 15,000 3,103 111 0.04 3.98 Unit (Cup) 135 135 135 135 135 135 135 135 135 135 135 135 0.04 27.93 Waktu/unit (menit) 0.07 0.07 0.22 0.11 0.44 0.07 0.44 0.15 0.22 0.22 0.11 2.15

2.

Total Waktu Produksi (menit) Total Waktu Produksi (Jam) Total Waktu / Unit (Jam) Jumlah Unit / Jam (unit/jam) Tarif Pembebanan (Rp/hari) Tarif Pembebanan / Total Waktu Standar Analisis (Rp) Tarif Pembebanan / Unit Standar Analisis per Jam (Rp/unit) Waktu Standar/Unit (Jam/unit) Tarif Standar TKL / unit (Rp/unit)

LAMPIRAN (15) PERALATAN PEMBUATAN BIBIT NATA DE COCO


PERALATAN PEMBUATAN BIBIT NATA KAPASITAS 37 LITER = 69 BOTOL Karyawan Harian) (2 Harga/ Satuan Total Harga Nilai Baru Usia Ekonomi s (thn) Nilai Sisa /satua n (Rp) Nilai Sisa Total (Rp) (Nilai baru Nilai sisa Total) (Rp) Jumlah Penyusutan 12 bln (Rp)

(Rp) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jenis Alat Botol sirup ABC Timbangan Corong Plastik Kompor Gas Saringan Plastik Panci Pisau Kertas Koran Gelas Ukur Plastik Selang Gas Sikat Botol Regulator Karet Gelang Tabung Gas Pengaduk TOTAL Regulator Tabung Gas 414 pcs Kapasitas 3 Kg Kayu Spesifikasi Transparan Kap.630 ml 1000 gr Diameter 10 cm Gas Portable Diameter 30 cm Stainless Kap. 60 liter Stainless Steel Ukuran 7 x 7 cm (414 lembar) Kap. 1 liter Panjang 1 meter Jumlah 414 2 2 2 1 2 2 0.5 2 2 2 2 0.4 2 2 Pengaduk Bahan Selama Pemasakan Keterangan Wadah Media Pada Saat Inkubasi (69 x 6 hari Kerja) Menimbang Bahan di Bawah 1 mg Memasukkan Cairan Bibit ke Dalam Botol Alat Memanaskan Campuran Alat Untuk Memisahkan Filtrat Wadah Untuk Memanaskan Larutan Alat Untuk Memotong Menutup Botol Selama Inkubasi (Rp 1500/kg) Alat Ukur Volume Saluran Gas ke Kompor Pembersih Botol Pengatur Tekanan Gas Pengikat Tutup Botol (Rp.10.000/Kg)

(Rp)

(Rp)

1x Prod. (Rp)

1,000 60,000 1,000 90,000 5,000 450,000 10,000 1,500 15,000 85,000 1,000 50,000 10,000 180,000 15,000 974,500

414,000 120,000 2,000 180,000 5,000 900,000 20,000 750 30,000 170,000 2,000 100,000 4,000 360,000 30,000 2,337,750

414,000 120,000 2,000 180,000 5,000 900,000 20,000 750 30,000 170,000 2,000 100,000 4,000 360,000 30,000 2,337,750

2 2 1 5 1 3 1 0.04 1 2 0.08 2 0.04 5 2

100 5,000 100 25,000 100 25,000 1,000 0 1,000 2,000 0 15,000 0 20,000 1,000 95,300

41,400 10,000 200 50,000 100 50,000 2,000 0 2,000 4,000 0 30,000 0 40,000 2,000 231,700

372,600 110,000 1,800 130,000 4,900 850,000 18,000 750 28,000 166,000 2,000 70,000 4,000 320,000 28,000 2,106,050

186,300 55,000 1,800 26,000 4,900 283,333 18,000 18,750 28,000 83,000 25,000 35,000 100,000 64,000 14,000 943,083

510.41 150.68 4.93 71.23 13.42 776.26 49.32 51.37 76.71 227.40 68.49 95.89 273.97 175.34 38.36 2,584

LAMPIRAN (16) PERALATAN PEMBUATAN NATA MENTAH LEMBARAN


PERALATAN PEMBUATAN NATA DE COCO LEMPENG KAPASITAS 308.506 LITER = 308.506 LEMBAR NATA (3 Karyawan Harian) Harga/ Satuan (Rp) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Jenis Alat Loyang Timbangan Kompor Gas Corong Saringan Panci Bak Kertas Koran Gelas Ukur Plastik Kain Lap Karet Ban Karet Gelang Pengaduk Regulator Selang Gas Tabung gas 1854 pcs (1 kg) 3708 pcs (1 kg) Kayu Regulator Tabung Gas Panjang 1 meter Kapasitas 3 Kg TOTAL Spesifikasi Dimensi 31 x 24 x 4 cm kap. 1000 gr Gas Portable Plastik Plastik Diameter 30 cm Stainless Kapasitas 60 liter Plastik Kapasitas 30 liter 36 x 28 cm (kebutuhan 2 kg) Kap. 1 liter Jumlah 1854 2 3 3 3 3 20 2 3 3 1 1 3 3 3 3 Keterangan 6 hari x 309 loyang Timbangan u/ Menimbang Bahan di Bawah 1000 gr Alat Untuk Memanaskan Campuran Alat Untuk Memasukkan Air Kelapa Alat Untuk Memisahkan Kotoran Wadah Untuk Merebus Bahan Wadah Penampung Nata Lempeng Digunakan u/ Menutup Loyang Selama Fermentasi Alat Ukur Menuang Vol. Cairan ke Dalam Lempeng Digunakan Untuk Membersihkan Loyang Digunakan Untuk Mengikat Koran Pada Loyang Mengikat Koran Agar Loyang Tidak Menempel di Media Alat Untuk Mengaduk Air Kelapa Pengatur Tekanan Gas Saluran Gas ke Kompor 6,000 60,000 90,000 1,000 5,000 450,000 50,000 1,500 15,000 3,500 1,250 1,500 15,000 50,000 85,000 180,000 1,014,750 11,124,000 120,000 270,000 3,000 15,000 1,350,000 1,000,000 3,000 45,000 10,500 1,250 1,500 45,000 150,000 255,000 540,000 14,933,250 11,124,000 120,000 270,000 3,000 15,000 1,350,000 1,000,000 3,000 45,000 10,500 1,250 1,500 45,000 150,000 255,000 540,000 14,933,250 2 2 5 1 1 3 3 0.04 1 0.08 0.08 0.04 2 2 2 5 500 5,000 25,000 100 100 25,000 5,000 0 1,000 0 0 0 1,000 15,000 2,000 20,000 99,700 927,000 10,000 75,000 300 300 75,000 100,000 0 3,000 0 0 0 3,000 45,000 6,000 60,000 1,304,600 10,197,000 110,000 195,000 2,700 14,700 1,275,000 900,000 3,000 42,000 10,500 1,250 1,500 42,000 105,000 249,000 480,000 13,628,650 5,098,500 55,000 39,000 2,700 14,700 425,000 300,000 75,000 42,000 131,250 15,625 37,500 21,000 52,500 124,500 96,000 6,530,275 13,968.49 150.68 106.85 7.40 40.27 1,164.38 821.92 205.48 115.07 359.59 42.81 102.74 57.53 143.84 341.10 263.01 17,891 Total Harga (Rp) Nilai Baru (Rp) Usia Ekonomis (tahun) Nilai Sisa/ Satuan (Rp) Nilai Sisa Total (Rp) (Nilai baru - Nilai sisa Total) Jumlah Penyusutan 12 bln (Rp) 1x prod. (Rp)

LAMPIRAN (17) PERALATAN PEMBUATAN NATA DE COCO KOKTAIL KEMASAN


PERALATAN PEMBUATAN NATA DE COCO KEMASAN KAPASITAS 308.506 KG = 4169 CUP (10 KARYAWAN HARIAN) Harga/ Satuan (Rp) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Jenis Alat Kompor Talenan Plastik Pisau Pengaduk Saringan Bambu Timbangan Kap. 5 kg Gelas Ukur Sendok Makan Cup Sealer Loyang Plastik Panci Perebus Gunting Mesin Press Jerigen Plastik Ember Plastik Pompa Air Tabung Gas Regulator Gas Selang Gas TOTAL Kap 20 liter Kap. 5 liter Sanyo Kapasitas 3 Kg Regulator Tabung Gas Panjang 2 Meter Kap. 10 liter Kap. 60 liter Plastik Ukuran 500 ml Stainless Steel Spesifikasi Gas Portabel Plastik Stainless Steel Kayu Jumlah 4 10 10 4 10 4 10 10 1 10 4 10 1 30 10 1 4 4 4 Pengatur Tekanan Gas Saluran Gas ke Kompor Keterangan Alat Perebus Bantalan Untuk Memotong Alat Pemotong Dan Pembersih Nata Pengaduk Bahan Ketika Memasak Alat Untuk Penirisan Alat Untuk Menimbang Alat Untuk Memasukan Nata Dalam Cup Alat Untuk Memasukan Nata Dalam Cup Alat Pengemas Wadah Nata Dalam Sirup Pemanas Bahan Untung Memotong Plastik Mengepress Nata Penampung Air Kelapa dr Prod Kopra Memasukkan Air Kelapa ke Penampungan Alat Pemompa air Dari Sumber Mata Air 90,000 50,000 10,000 15,000 5,000 80,000 15,000 2,000 650,000 6,000 450,000 5,000 1,850,000 42,500 8,500 400,000 180000 50,000 85,000 3,994,000 Total Harga (Rp) 360,000 500,000 100,000 60,000 50,000 320,000 150,000 20,000 650,000 60,000 1,800,000 50,000 1,850,000 1,275,000 85,000 400,000 720000 200,000 340,000 8,990,000 Nilai Baru (Rp) 360,000 500,000 100,000 60,000 50,000 320,000 150,000 20,000 650,000 60,000 1,800,000 50,000 1,850,000 1,275,000 85,000 400,000 720,000 200,000 340,000 8,990,000 Usia Ekonomis (tahun) 5 2 1 2 1 2 1 2 5 2 3 2 5 2 2 5 5 2 2 Nilai sisa/sat uan (Rp) 25,000 1,000 1,000 1,000 0 5,000 1,000 100 150,000 500 25,000 500 500,000 10,000 1,000 50,000 20,000 15,000 2,000 808,100 Nilai Sisa Total (Rp) 100,000 10,000 10,000 4,000 0 20,000 10,000 1,000 150,000 5,000 100,000 5,000 500,000 300,000 10,000 50,000 80,000 60,000 8,000 1,423,000 260,000 490,000 90,000 56,000 50,000 300,000 140,000 19,000 500,000 55,000 1,700,000 45,000 1,350,000 975,000 75,000 350,000 640,000 140,000 332,000 7,567,000 (Nilai baru Nilai sisa total) Jumlah Penyusutan 1x prod. (Rp) 142.47 671.23 246.58 76.71 136.99 410.96 383.56 26.03 273.97 75.34 1,552.51 61.64 739.73 1,335.62 102.74 191.78 350.68 191.78 454.79 7,425

12 bln (Rp) 52,000 245,000 90,000 28,000 50,000 150,000 140,000 9,500 100,000 27,500 566,667 22,500 270,000 487,500 37,500 70,000 128,000 70,000 166,000 2,710,167

LAMPIRAN (18) WAKTU AKTUAL PROSES PEMBUATAN BIBIT NATA SELAMA 15 HARI PT TONSU WAHANA TIRTA
Teknik Proses Waktu Standar (Menit) 1. Penyiapan Alat 2. Penyiapan Bahan 3.Penyiapan dan Pencucian Botol 4. Penyaringan Air Kelapa 5.Penimbangan Bahan Kimia dan Pengukuran Air Kelapa 6. Perebusan 7. Pemasukan ke Dalam Botol 8. Inokulasi Bibit 9. Fermentasi ( 6 hari) 10 10 30 15 15 30 15 30 Hari 1 6 4 11 6 6 30 6 34 Hari 2 12 12 35 10 17 35 17 12 Hari 3 14 19 73 11 15 73 20 73 Hari 4 15 13 39 12 19 39 19 42 Hari 5 8 5 14 10 7 44 7 17 Hari 6 10 8 25 8 13 25 21 27 Hari 7 10 8 24 6 12 24 12 21 Hari 8 17 18 65 5 20 65 32 60 Hari 9 17 17 51 11 26 51 26 49 Hari 10 12 12 36 11 18 36 18 38 Hari 11 13 19 76 10 25 76 38 67 Hari 12 16 10 72 17 19 72 36 59 Hari 13 20 20 74 13 27 74 37 78 Hari 14 15 12 36 15 18 36 18 28 Hari 15 7 13 40 15 20 40 20 43 192 190 671 160 262 720 328 648 13 13 45 11 17 48 22 43 TOTAL (Menit) RATARATA

LAMPIRAN (19) WAKTU AKTUAL PROSES PEMBUATAN NATA MENTAH LEMBARAN SELAMA 15 HARI PT TONSU WAHANA TIRTA
Teknik Proses Tahapan Proses 1. Penyiapan Alat 2. Penyiapan Bahan 3.Penyiapan dan Pencucian Loyang 4. Penyaringan Air Kelapa 5. Penimbangan Bahan 6. Perebusan 7. Pemasukan dalam loyang 8. Inokulasi Bibit 9. Fermentasi (6 hari) Waktu Standar (Menit) 10 10 45 15 15 30 45 30 Hari 1 23 17 55 35 15 40 56 40 Hari 2 27 17 46 11 10 67 45 21 Hari 3 15 15 73 22 22 49 67 44 Hari 4 18 14 59 12 12 39 35 23 Hari 5 29 9 30 34 33 86 30 56 Hari 6 5 12 36 29 29 57 23 57 Hari 7 19 9 21 14 14 48 31 48 Hari 8 13 13 99 20 20 40 59 40 Hari 9 10 10 72 15 16 31 47 31 Hari 10 14 14 34 11 16 22 34 22 Hari 11 27 15 70 23 25 47 70 47 Hari 12 18 14 66 22 21 43 66 44 Hari 13 15 15 84 28 28 56 68 45 Hari 14 24 14 33 11 11 22 30 22 Hari 15 21 18 36 12 22 44 65 34 TOTAL (Menit) 278 206 814 299 294 691 726 574

RATARATA 19 14 54 20 20 46 48 38

LAMPIRAN (20) WAKTU AKTUAL PROSES PEMBUATAN NATA DE COCO KOKTAIL SELAMA 15 HARI PT TONSU WAHANA TIRTA
Teknik Proses Tahapan Proses 1. Penyiapan Alat 2. Penyiapan Bahan 3. Pembersihan dan Pemotongan 4. Sortasi dan Grading 5. Netralisasi 6. Penimbangan Bahan Baku 7. Perebusan dan Pencampuran 8. Pembuatan Sirup 9. Pemasukan Bahan dalam Cup 10. Pengemasan 11. Pengepakan Waktu Standar (Menit) 10 10 30 15 60 10 60 20 30 30 15 Hari 1 15 10 23 14 58 12 57 19 23 29 14 Hari 2 23 15 44 32 68 15 78 29 44 44 47 Hari 3 9 9 28 10 42 19 56 14 28 28 45 Hari 4 17 17 39 25 49 27 69 31 29 39 55 Hari 5 12 18 34 19 68 12 78 25 38 47 19 Hari 6 16 26 29 35 49 23 49 47 56 45 35 Hari 7 21 21 33 34 57 23 87 62 34 33 34 Hari 8 15 8 24 32 64 18 67 26 24 24 12 Hari 9 14 9 36 23 52 19 75 17 32 34 68 Hari 10 13 14 25 31 63 14 44 38 61 61 53 Hari 11 10 15 26 18 52 15 52 51 21 76 18 Hari 12 14 24 20 33 67 10 40 40 31 20 15 Hari 13 21 12 34 37 59 12 49 33 45 75 37 Hari 14 20 23 38 29 76 25 96 14 38 25 17 Hari 15 18 18 47 18 68 18 48 27 52 63 24 TOTAL (Menit) 238 239 480 390 892 262 945 473 556 643 493 RATARATA 16 16 32 26 59 17 63 32 37 43 33

LAMPIRAN (21). ALUR PROSES PEMBUATAN DAN PENGEMBANGAN BIBIT NATA

LAMPIRAN (22). ALUR PROSES PEMBUATAN NATA MENTAH LEMBARAN (NATA LEMPENG)

Anda mungkin juga menyukai