Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA II

PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI RATA-RATA SECARA LANGSUNG PADA TIKUS dan KESANGGUPAN KARDIOVASKULER
(PRAKTIKUM IV dan V)

Kelompok 2 (pagi) :

Exaudi Ebennezer Esther Lamria Purba Fikri Adri Fadhli Izatul R Fanny Oktorina Genita Savitri

PROGRAM S1 PARALEL DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA

PRAKTIKUM IV

PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI RATA-RATA SECARA LANGSUNG PADA TIKUS


Hari/tanggal praktikum Waktu Tempat : Senin, 5 April 2010 : Pk. 08.00-11.00 WIB : Laboratorium Farmakologi dan Farmakokinetika Departemen Farmasi FMIPA UI Depok.

Tujuan: Agar mahasiswa mampu mengukur tekanan darah arteri rata-rata pada tikus. Bahan: 1. 2. 3. 4. 5. Alat: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Manometer air raksa Kanula Alat bedah 1 set Alat suntik dan sonde Timbangan Papan bedah Uretan 20% Heparin-Saline 25 IU/ml Alkohol 70% Natrium Klorida Tikus

Kerangka Teori: Sirkulasi darah tikus merupakan sistem pembuluh yang tertutup, oleh karena itu terdapat sirkulasi sistemik pembuluh darah arteri dan vena. Tekanan darah arteri merupakan tekanan darah sistemik yang terdiri dari sistol dan diastol. 2

Tekanan arteri rata-rata adalah tekanan rata-rata yang bertanggung jawab mendorong darah maju ke jaringan selama seluruh siklus jantung. Tekanan arteri rata-rata tidak terletak di tengah-tengah antara tekanan sistolik dan diastolik karena tekanan arteri tetap lebih dekat ke tekanan diastol daripada ke tekanan sistol untuk jangka yang lebih lama pada setiap siklus jantung. Pada kecepatan denyut jantung istirahat. Sekitar dua-pertiga siklus jantung dipakai dalam diastol dan hanya sepertiga dalam sistol. Oleh karena itu, selain menggunakan metode pengukuran langsung, perkiraan tekanan arteri rata-rata dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut: Tekanan arteri rata-rata = tekanan diastolik + (tekanan sistolik-tekanan diastolik) Tekanan arteri rata-rata, seperti halnya tekanan sistol dan diastol, pada dasarnya sama di semua arteri. Karena arteri kurang menimbulkan resisitensi terhadap aliran, kehilangan energi tekanan melalui friksi dapat diabaikan.

Cara Kerja: 1. Tikus dianastesi dengan larutan uretan 20% dalam NaCl fisiologis dengan dosis 1,25 gram/kg bb secara intraperitonial. 2. Keempat kaki tikus diikat dengan benang kasur dan ditambatkan pada paku di bagian pinggir papan. Bulu di sekitar leher tikus digunting kemudian dibersihkan dengan kapas yang telah dibatasi oleh alkohol 70%. 3. Pada kulit dibagian tengah leher dibuat irisan vertical 3 cm dengan menggunakan gunting bedah sampai tampak trakea. Otot dan lemak yang menyelubungi trakea dan arteri karotis disishkan dengan menggunakan gunting tumpul, selama pembedahan diusahakan jangan ada pendarahan. 4. Di bagian bawah trakea terdapat 2 arteri karotis sebelah menyebelah dengan trakea. Salah satu arteri karotis diisolasi dengan diangkat dan diregangkan dengan menggunakan pinset tumpul. Arteri karotis dipisahkan dari saraf yang menepel padanya. Arteri karotis ke arah distal diikat dengan menggunakan benang. Pada bagian bebasnya dimasukan kanula yang telah dihubungkan dengan manometer air raksa. Kemudian diikat dengan benang agar posisinya tidak berubah, lalu regangan dilepaskan. 5. Untuk mencegah darah membeku, kanula terlebih dahulu diisi dengan larutan heparin-saline encer. Secara perlahan-lahan darah dari dalam arteri karotis akan mendesak cairan heparin-saline di dalam kanula dan akhirnya menekan air raksa di tabung sebelah kiri ke bawah dan mendorong air raksa di tabung sebelah kanan atas. Perbedaan tinggi air raksa pada tabung sebelah kiri dan kanan manometer air raksa menunjukan tekanan darah arteri rata-rata.

Hasil Pengamatan: Tekanan darah arteri rata-rata pada tikus sempat naik dalam 2 sampai 3 menit namun kemudian menurun dari menit ke 4 sampai menit ke 20, dan akhirnya stabil pada menit 20 sampai menit ke 35, yaitu 150 mmHg. Perhitungan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan mengurangi tinggi air raksa pada tabung kiri dengan tabung air raksa pada tabung kanan. Maka, rumusnya adalah: Tinggi air raksa kanan tinggi air raksa kiri = Tekanan darah arteri rata-rata MENIT KETINGGI AIR RAKSA PADA TABUNG KIRI KANAN 2 3 4 5 10 15 20 25 30 35 (mmHg) 240 45 235 50 230 60 220 60 210 80 210 80 220 70 220 70 220 70 220 70 TEKANAN DARAH ARTERI RATA-RATA (mmHg) 175 185 170 160 130 130 150 150 150 150

Foto 1: Kedua tabung pada manometer air raksa

Foto 2: Tikus yang telah diisolasi arteri karotisnya, kemudian pada bagian yang tidak diikat dimasukkan kanula yang telah dihubungkan dengan manometer air raksa.

Pembahasan: Pada hasil pengukuran, tampak tekanan arteri rata-rata pada tikus yang cukup tinggi, yaitu sebesar 150 mmHg. Tekanan arteri rata-rata yang cukup tinggi tersebut disebabkan sesaat sebelum hasil pengukuran terbaca, dilakukan penjepitan pada salah satu tungkai tikus sehingga tikus diduga mengalami shock / kejutan. Kejutan tersebut memungkinkan naiknya tekanan arteri rata-rata pada tikus. Selain itu, kelompok kami menyimpulkan tingginya tekanan darah rata-rata pada tikus disebabkan oleh pembiusan yang dilakukan terhadap tikus sehingga menaikkan tekanan darah rata-rata. Dalam percobaan pengukuran tekanan darah arteri rata-rata pada tikus ini, pembuluh darah yang digunakan adalah arteri karotis yang ada di leher. Hal ini disebabkan ukuran arteri karotis yang cukup besar dan tekanan darahnya mudah terdeteksi. Dalam pengukuran tekanan darah arteri rata-rata secara langsung pada tikus, kita tidak dapat mengukur tekanan darah sistol dan diastolnya. Selain itu, dalam percobaan ini dipergunakan heparin agar darah yang keluar dari tubuh tikus tidak membeku.

Kesimpulan: Tekanan arteri rata-rata yang menunjukkan distribusi darah ke seluruh organ pada tikus mencapai 150 mmHg.

Daftar Pustaka: Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008.

PRAKTIKUM V

KESANGGUPAN KARDIOVASKULER
Hari/tanggal praktikum Waktu Tempat : Senin, 5 April 2010 : Pk. 08.00-11.00 WIB : Laboratorium Farmakologi dan Farmakokinetika Departemen Farmasi FMIPA UI Depok.

Tujuan: 1. Mahasiswa mampu menilai efek pendinginan terhadap tekanan darah. 2. Mahasiswa mampu menghitung Indeks Kesanggupan Badan Alat: 1. 2. 3. 4. 5. Sfigmomanometer Stetoskop Stopwatch Ember kecil berisi es dan termometer kimia Bangku setinggi 19 inchi

Kerangka Teori: Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor dasar yang mempengaruhinya adalah cardiac output, total tahanan perifer pembuluh darah di arteriola, volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh kita melakukan kontol agar tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan pembuluh darah yang bekerja dalam mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan lokal, saraf dan hormonal. Kontol lokal (intrinsik) adalah perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan yang mengubah jari-jari pembuluh, sehingga alirah darah ke jaringan tersebut berubah melalui efek terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol lokal sangat penting bagi otot rangka dan jantung, yaitu jaringan-jaringan yang aktivitas metabolik dan kebutuhan akan pasokan darahnya sangat bervariasi, dan bagi otak, yang aktivitas metabolic keseluruhannya dan kebutuhan akan pasokan darah tetap konstan. Pengaruh-pengaruh lokal dapat bersifat kimiawi atau fisik. I. Tes peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold-presor test)

Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu contoh pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah. Bila pada pendinginan, tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 15 mmHg dibandingkan dengan tekanan basal, maka o.p tergolong hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan darah o.p masih di bawah angka-angka tersebut, o.p tergolong hiporeaktor. II. Percobaan naik turun bangku (Harvard Step Test) Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini mempengaruhi tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal kimiawi. Sebab olahraga menyebabkan: a. Penurunan O2 oleh karena sel-sel yang aktif melakukan metabolism menggunakan lebih banyak O2 untuk fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.
b. Peningkatan CO2 sebagai produk sampingan fosforilasi oksidatif c. Peningkatan asam lebih banyak asam karbonat yang dihasilkan dari peningkatan

produksi CO2 akibat peningkatan aktivitas metabolic. Juga terjadi penimbunan asam laktat apabila yang digunakan untuk menghasilkan ATP adalah jalur glikolitik.
d. Peningkatan K+ -- potensial aksi yang terjadi berulang-ulang dan mengalahkan

kemampuan pompa Na+ untuk mengembalikan gradient konsentrasi istirahat, menyebabkan peningkatan K+ di cairan jaringan.
e. Peningkatan osmolaritas ketika metabolism sel meningkat karena meningkatnya

pembentukan partikel-partikel yang secara osmotis aktif.


f. Pengeluaran adenosin sebagai respon terhadap peningkatan aktivitas metabolism atau

kekurangan O2, terutama di otot jantung. g. Pengeluaran prostaglandin Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah beraktivitas (misalnya : olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi peningkatan aliran balik vena. Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas otot mendorong lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung. Pada Harvard Step Test menggunakan parameter waktu lama kerja dan frekuensi denyut nadi, Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri radialis, suara

detak jantung, atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan memakai kedua factor tersebut dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang dibedakan antara kesanggupan kurang sampai kesanggupan amat baik.

Cara Kerja:
I.

Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold-presor Test) 1. Orang percobaan (o.p.) disuruh berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit. 2. Selama menunggu manset sfigomanometer dipasang pada lengan kanan atas orang percobaan. 3. Setelah o.p. berbaring 20 menit, tekanan darahnya diperiksa setiap 5 menit sekali sampai terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut (tekanan basal). 4. Tanpa membuka manset o.p. diminta untuk memasukkan tangan kirinya ke dalam air es (4C) sampai pergelangan tangan. 5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, ditetapkan tekanan sistolik dan diastolik o.p. 6. Hasil pengukuran tekanan darah o.p. selama pendinginan dicatat. 7. O.p. diminta untuk segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tekanan sistolik dan diastoliknya ditetapkan setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan darah basalnya.

II. Percobaan Naik Turun Bangku (Harvard Step Test)

1. Orang percobaan (o.p.) disuruh berdiri menghadap bangku setinggi 19 inchi. 2. O.p. disuruh melakukan gerakan naik turun bangku dengan aturan sebagai berikut : a. Diletakkan salah satu kaki di bangku. b. Kaki lainnya dinaikkan ke bangku sehingga o.p. berdiri tegak di atas bangku c. Kemudian kaki yang pertama kali naik diturunkan. d. Kaki yang masih ada di atas bangku juga diturunkan sehingga o.p. berdiri tegak lagi di depan bangku. 3. Siklus teresbut diulang terus-menerus sampai o.p. tidak kuat lagi tetapi tidak lebih dari 5 menit. 4. Dicatat berapa lama o.p. melakukan percobaan itu dengan menggunakan stopwatch.

5. Segera setelah itu, o.p. disuruh duduk. Dihitung dan dicatat frekuensi denyut nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1-130, dari 2230 dan 3-330. 6. Dihitung Indeks Kesanggupan Badan o.p.

Hasil Percobaan:
I.

Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold-presor Test)


TEKANAN DARAH (mmHg) NAMA SETELAH 3 KALI PENGUKURAN DENGAN HASIL Exaudi Esther Fadhli Fanny Fikri Genita YANG SAMA 125/65 115/70 122/90 120/80 118/78 120/80 DETIK KE-30 138/98 125/80 130/100 130/95 128/98 128/90 DETIK KE-60 145/105 130/85 135/105 135/98 142/118 135/95 TEKANAN DARAH (mmHg) SETELAH DILAKUKAN PENDINGINAN

II. Percobaan Naik Turun Bangku (Harvard Step Test)

FREKUENSI DENYUT WAKTU NAMA PERCOBA AN (detik) Exaudi Esther Fadhli 240 125 240 NADI SELAMA 30 DETIK PADA MENIT KE1130 70 75 72 2230 60 70 63 3330 55 62 58

INDEKS KESANGGUPAN

KETERANGAN

IKB BADAN (IKB) CARA CARA CARA CARA LAMBA LAMBA CEPAT CEPAT T T 65 62 CUKUP SEDAN 29 62 30 60 KURAN G SEDAN G G KURAN G SEDAN G

Fanny Fikri Genita

120 200 120

78 86 75

67 73 68

60 68 60

29 44 29

28 42 29

KURAN G KURAN G KURAN G

KURAN G KURAN G KURAN G

Cara menghitung Indeks Kesanggupan Badan (IKB) : 1. Cara lambat : Indeks Kesanggupan Badan = lama naik turun dalam detik x 100 k 2 x jumlah ketiga denyut nadi per 30 Penilaiannya : < 55 = keanggupan kurang 55.64 = kesanggupan sedang 65.79 = kesanggupan cukup 80.89 = kesanggupan baik > 90 = kesanggupan amat baik

2. Cara cepat : Indeks Kesanggupan Badan = lama naik turun dalam detik x 100 f 5.5 x harga denyut nadi per 30pertama Penilaiannya : < 50 = kurang 50-80 = sedang >80 = baik

Pembahasan: I. Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold-presor Test)

Pada data hasil percobaan di atas, terlihat secara umum bahwa tekanan darah basal sistol dan diastol mengalami peningkatan setelah tangan dimasukkan ke dalam air es. Hal ini sesuai dengan mekanisme homeostatis tubuh manusia. Saat tubuh manusia berada pada temperatur yang relatif lebih rendah, pembuluh-pembuluh darah akan menyempit

10

(vasokonstriksi), terutama pembuluh darah perifer. Tujuan vasokonstriksi tersebut adalah untuk menjaga panas tubuh agar tidak keluar. Vasokonstriksi tersebut berdampak pada naiknya tekanan darah sistol dan diastol. Kemungkinan lain yang menyebabkan tekanan darah o.p naik adalah sebelum o.p memasukkan tangan kirinya ke dalam air es atau sebelum menjalani percobaan, o.p merasa takut atau grogi akan dinginnya es yang akan melingkupi tangannya sehingga tekanan darah o.p meningkat. Di samping itu, adanya respon stress yang ditimbulkan tubuh saat tangan o.p dimasukkan dalam es yang bersuhu 4oC juga mungkin menjadi alasan naiknya tekanan darah o.p. Suhu yang sangat dingin ini akan menyebabkan tubuh tidak mampu mempertahankan kondisi homeostasis, sehingga menimbulkan respon stress. Respon stress ini akan memacu disekresikannya hormon adrenalin yang memacu peningkatan aktivitas kardiovaskuler termasuk peningkatan tekanan darah. Bila pada pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan distolik lebih dari 15 mmHg dari tekanan basal, maka o.p. termasuk golongan hiperreaktor yang dapat diprediksi memiliki potensi hipertensi. Bila kenaikan tekanan darah o.p. masih dibawah angka-angka tersebut diatas, maka o.p. termasuk golongan hiporeaktor. Contohnya pada o.p Yiska dimana tekanan darah sistolnya naik sebesar 10 mmHg dan tekanan darah diastolnya naik sebesar 20 mmHg sehingga dapat disimpulkan o.p Yiska termasuk golongan hiporeaktor

II. Percobaan Naik Turun Bangku (Harvard Step Test)

Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan indeks kesanggupan badan seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Melalui cara perhitungan yang telah dijelaskan diatas, terlihat dengan jelas bahwa indeks kesanggupan badan sangat bergantung dari lama orang tersebut mampu terus menerus naik-turun bangku dan frekuensi denyut nadinya segera setelah ia melakukan aktivitas tersebut. Semakin lama ia mampu bertahan naik-turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi normal, maka semakin baik pula kesanggupannya. Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fungsional individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantungyang diperlukan pada tingkatan latihan fisik, baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung dilakukan dengan meningkatan isi sekuncup dan denyut jantung.

11

Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas. Semakin besar nilai dari IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.

Kesimpulan: 1. Efek pendinginan menyebabkan tekanan darah seseorang meningkat disebabkan karena terjadinya vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah. 2. Kesanggupan badan seseorang dapat dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB). Semakin besar nilai IKB, semakin baik kesanggupan badan seseorang.

DAFTAR PUSTAKA Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008.

12

Anda mungkin juga menyukai