Anda di halaman 1dari 2

RESUME Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat infeksius, ditandai dengan ruam kulit makulopapular, demam,

dan gejala pernafasan. Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi . Manifestasi klinis campak sebenarnya ringan, namun komplikasinya seringkali fatal sehingga dapat menyebabkan kematian pada anak. Penyakit campak disebabkan oleh virus Rubeola dari genus Morbillivirus yang termasuk dalam famili Paramyxoviridae. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan, berkembang biak secara lokal, kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional, dimana terjadi perkembangbiakan lebih lanjut. Hanya terdapat satu antigen virus campak Cara penularan virus campak adalah melalui droplet dan kontak. Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium, yaitu 1) stadium kataral (prodromal), 2) stadium erupsi, dan 3) stadium konvalesensi. Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga mudah terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensefalitis, dan bronkopneumonia. Komplikasi neurologis pada campak dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, neuritis optika, dan ensefalitis Imunisasi campak dilakukan pada usia 9 bulan, karena sampai usia 6 bulan, bayi masih membawa kekebalan, dalam hal ini berupa antibodi IgG, yang ditransfer transplasental. Antibodi bawaan ini kemudian menurun, hingga pada usia 9 bulan telah siap untuk diperkenalkan dengan virus campak yang telah dilemahkan. Imunisasi campak dilakukan pada usia 9 bulan, karena sampai usia 6 bulan, bayi masih membawa kekebalan, dalam hal ini berupa antibodi IgG, yang ditransfer transplasental. Antibodi bawaan ini kemudian menurun, hingga pada usia 9 bulan telah siap untuk diperkenalkan dengan virus campak yang telah dilemahkan. Panas atau demam kemungkinan besar terjadi akibat mekanisme berikut. Setelah virus masuk, makrofag berusaha mem-fagositosis virus tersebut, kemudian sisasisa antigen yang masih ada menjadi pirogen eksogen. Pirogen eksogen ini kemudian merangsang leukosit untuk mensekresi salah satu mediatornya, yaitu pirogen endogen berupa interleukin 1 (IL-1). IL-1 ini kemudian di hipotalamus, yang merupakan pusat pengaturan suhu, merangsang metabolisme asam arachidonat yang kemudian menghasilkan prostaglandin E2 (PG E2). PG E2 inilah yang menyebabkan tubuh mengalami demam (pireksia) dan nyeri.

Reaksi peradangan disebabkan oleh pelepasan mediator, seperti histamin yang menimbulkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas dindingnya, sehingga leukosit dapat lebih mudah bergerak. Leukosit kemudian bergerak ke pinggir pembuluh darah kemudian pindah ke jaringan. Akibat dari vasodilatasi, cairan edema berkumpul dalam area trauma dan fibrin membentuk jaringan, menyumbat saluran limfatik untuk menghambat penyebaran organisme. Reaksi panas atau demam dan radang memang termasuk dapat digolongkan dalam kejadian ikutan pasca imunisasi, tetapi secara umum reaksi tersebut merupakan reaksi fisiologis yang wajar pada setiap kejadian memasukkan patogen ke dalam tubuh. Jadi, hanya perlu terapi ringan untuk menurunkan demam dan mengatasi radang. Sehingga, imunisasi tidak perlu gagal dilaksanakan hanya karena kejadian tersebut dapat terjadi pasca imunisasi, karena risiko apabila terinfeksi patogen tersebut jauh lebih besat dan menimbulkan efek yang jauh lebih berbahaya daripada hanya sekedar demam dan radang. KESIMPULAN 1. Vaksin campak diberikan saat anak berusia 9 bulan, karena pada usia tersebut kekebalan bawaan yang didapat dari ibu sudah berkurang. 2. Panas dan radang adalah mekanisme fisiologis akibat masuknya antigen pada proses imunisasi. 3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi dibagi menjadi faktor pejamu, faktor vaksin itu sendiri, dan proses pelaksanaan imunisasi. 4. Kemungkinan infeksi campak berulang terjadi karena efikasi vaksin tidak 100%, tidak berhasilnya imunisasi karena faktor tertentu, dan kesalahan diagnosis (sebenarnya bukan campak, hanya penyakit yang lain yang mirip dengan campak).

Anda mungkin juga menyukai