Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat keterlambatan pembentukan jaringan granulasi tidak adanya reepitalisasi komplikasi post operatif adanya infeksi.
Komplikasi
Dini
1.
Infeksi
Invasi
bakteri
pada
luka
dapat
terjadi
pada
saat
trauma,
selama
pembedahan
atau
setelah
pembedahan.
Gejala
dari
infeksi
sering
muncul
dalam
2
7
hari
setelah
pembedahan.
Gejalanya
berupa
infeksi
termasuk
adanya
purulent,
peningkatan
drainase,
nyeri,
kemerahan
dan
bengkak
di
sekeliling
luka,
peningkatan
suhu,
dan
peningkatan
jumlah
sel
darah
putih.
2. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.
tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence
Dehisence
nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
Komplikasi
Lanjut
Keloid
dan
jaringan
parut
hipertrok
(scars)
Timbul
karena
reaksi
serat
kolagen
yang
berlebihan
dalam
proses
penyembuhan
luka.
Serat
kolagen
teranyam
teratur.
Keloid
Jaringan ikat yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.
Parut hipertrok (scars) Berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang kadang nyeri. Parut hipertrok akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.
Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral wajah
Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi pada proses penyembuhan luka.
menurun, yang berujung pada iskemi otot. Karena iskemi otot, edema menjadi bertambah dan iskemik menjadi-jadi (sirkulus visiosus) dan akhirnya terjadi nekrosis otot dan saraf dalam kompartemen tersebut.
digantikan dengan jaringan brosis yang sifatnya tidak elastis yang akan membentuk kontraktur atau lebih dikenal sebagai Volkmann ischaemic contracture. Biasanya sindroma kompartemen ini diakibatkan balutan atau gips yang terlalu kencang. Pada bagian yang mengalami sindrom kompartemen, komplikasi beresiko tinggi yang sering muncul ialah fraktur siku, lengan atas.
Sindroma kompartemen ini ditandai dengan 5P: Pain (rasa nyeri) Paresthesia (mati rasa) Pallor (pucat) Paralisis (kelumpuhan) Pulselessness (ketiadaan denyut nadi)
Cedera jaringan lunak berat Suplai darah inadekuat Infeksi Stabilisasi tidak adekuat Traksi berlebihan Tatalaksana dengan bone graft
Non-union (delayed union >6 bulan) Tidak terjadi penyambungan tulang. Tulang hanya tersambung dengan jaringan brosis, sehingga pada daerah fraktur tulang dapat bergerak (pseudoarthrosis). Pada pemeriksaan dengan sinar X, masih terlihat dengan jelas garis fraktur. Penyebabnya adalah gangguan stabilitas.
Terdapat dua jenis non-union: atrok (sedikit callus terbentuk, dapat diatasi dengan bone grafting) hipertrok (terdapat kalus namun tidak stabil, umumnya akibat banyak pergerakan di lokasi fraktur)
Kaku sendi Hipotro/Atro otot Miositis osikans Beberapa tanda muncul seperti bengkak local, nyeri tekan, gerak sendi yang terbatas. Pada pemeriksaan dengan sinar X setelah lebih dari 2 minggu, tampak gambaran kalsikasi pada otot. Tatalaksana dengan eksisi massa tulang, indometasin, dan terapi radiasi.
Miosi6s osikans
Avascular necrosis/Osteonecrosis Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia tulang yang berujung pada nekrosis avaskular. Algodystrophy (Sudecks atrophy)/ Complex regional pain syndrome (CRPS) type I Kekakuan otot dengan etiogi yang tidak diketahui, ditandai dengan burning pain pada regio yang terluka, kaku sendi, keterbatasan ketidakmampuan menggerakkan bagian tubuh, nyeri otot Osteoarthritis/ degenerative arthritis /degenerative joint disease ketidaknormalan kerja sendi yaitu articular cartilago & tulang subchondral, gejala : nyeri sendi, kekakuan, pembengkakan, sendi terkunci.
Osteonecrosis
Penatalaksanaan/Perawatan
Luka
Tahap
perawatan
luka
Evaluasi
luka,
Tindakan
antiseptik,
Pembersihan
luka,
Penjahitan
luka,
Penutupan
luka,
Pembalutan,
Pemberian
antiboitik
Pengangkatan
jahitan.
biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti: Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
Halogen dan senyawanya Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam Povidon Iodine (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
senyawa biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.
Oksidansia Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasarkan sifat oksidator. Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk
Logam berat dan garamnya Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts)
Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar. Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi
diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat siologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).
meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka menghindari terjadinya infeksi membuang jaringan nekrosis dan debris
Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. Berikan antiseptik Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal Bila perlu lakukan penutupan luka
Penjahitan luka Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, Sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
Penutupan Luka Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. pelindung terhadap penguapan, pelindung terhadap infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai ksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
Pengangkatan
Jahitan
Jahitan
diangkat
bila
fungsinya
sudah
tidak
diperlukan
lagi.
Waktu
pengangkatan
jahitan
tergantung
dari
faktor
lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita adanya infeksi