Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok fungi (Basidiomycota) yang berbentuk seperti payung : terdiri dari bagian yang tegak ("batang") dan bagian yang mendatar atau membulat. Secara teknis biologis, tubuh buah ini disebut basidium. Jamur tumbuh secara saprofit dan parasit pada tanaman karena tidak memiliki klorofil untuk berfotosintesis, sehingga terkadang jamur sangat merugikan bagi tumbuhan. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah (Dwidjoseputro, 2003). Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa (Sutedjo, 1996). Umumnya cahaya menstimulasi pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya (Purdy, 1956). Suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk dapat tumbuh berkisar 300 C sampai 400 C dan optimalnya pada suhu 200 C sampai 300 C (Kaneko dan Sugara, 2001).

Tujuan Praktikum 1. Untuk mengetahui pertumbuhan jamur yang terdapat pada sampel buah. 2. Untuk mengetahui warna koloni dari jamur dan mengetahui bentuk-bentuk dari koloni jamur pada sampel buah.

II.

MATERI DAN METODE Pada praktikum Pemeriksaan jamur kali ini, bahan yang digunakan adalah

enam sampel buah diantaranya buah Apel, Duku, Rambutan, Salak, Jeruk, dan Anggur yang setengah busuk. Sampel buah dipotong sebanyak tiga potongan, setiap potongan terdapat bagian yang busuk dan bagian yang belum busuk, cawan petri dibagi menjadi tiga sesuai jumlah potongan sampel, sampel kemudian diletakkan diatas media, cawan petri yang telah berisi sampel buah yang setengah busuk kemudian diinkubasi di inkubator selama 24 jam. Setelah diinkubasi, diamati jamur yang tumbuh pada media. Jamur diamati warna koloni, sebalik koloni dan bentuk koloninya kemudian dicatat hasilnya pada tabel pengamatan.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum Terlampir 3.2 Pembahasan Praktikum Pemeriksaan jamur, bahan yang digunakan adalah enam sampel buah Yaitu buah Apel, Duku, Rambutan, Salak, Jeruk, dan Anggur yang setengah busuk dengan media PDA (Potato Dextrosa Agar), Sampel yang didapatkan diidentifikasi warna koloninya, warna sebalik koloni dan bentuk koloni jamur. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya (Anonim, 2012). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh, warna koloni jamur pada sampel buah apel yaitu warna putih kehijauan,warna sebalik koloni putih kehijauan. Sementara pada buah duku, warna koloni jamur abu-abu, dan warna sebalik koloninya juga berwarna abu-abu. Koloni jamur pada buah rambutan berwarna putih keabuan, dan warna sebalik koloni putih kecoklatan. Hasil pemeriksaan jamur pada sampel buah salak didapatkan berwarna putih kehitaman, dan warna sebalik koloninya yaitu putih keabuan. Jamur yang tumbuh pada sampel jeruk berwarna putih kekuningan dan warna sebalik koloninya juga berwarna putih keabuan, pada sampel amggur didapatkan jamur dengan warna putih dan pada sebalik koloni juga berwarna putih. Hasil dari pemeriksaan warna koloni dan sebalik koloni menunjukkan bahwa jamur yang dapat tumbuh pada keenam sampel buah yang diidentifikasi merupakan jenis jamur yang berbeda, hal ini dapat dikatakan berbeda karena perbedaan warna koloni yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis jamur dari buah apel dan belimbing. Jamur dapat hidup pada buah setengah busuk dikarenakan jamur bertugas dalam mendegradasi senyawa kompleks

(polisakarida) yang terkandung di dalam buah tersebut dan agar lebih maksimal pertumbuhan jamur maka ditambahkan Clorampenicol pada medium yang digunakan. Pada pemeriksaan bentuk koloni dari sampel buah yang diidentifikasi, hasilnya menunjukan koloni yang berbentuk radial terdapat pada sampel buah apel dan duku. Sementara pada sampel buah rambutan, salak, jeruk dan, anggur, berbentuk aradial.

IV.

PENUTUP

4.1. Kesimpulan 1. Dari keenam sampel buah yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan jamur, seluruh sampel yang diuji ditumbuhi jamur 2. Pada sampel buah apel, jamur berwarna putih kehijauan, pada duku berwarna abu-abu, pada buah rambutan berwarna putih keabuan, pada sampel buah salak berwarna putih kehitaman, pada buah jeruk berwarna putih kekuningan dan, pada buah anggur berwarna putih

Anda mungkin juga menyukai