Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS

TBC Paru Dengan Fibrosis

OLEH : REZKY AMELIA (G1A105054)

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER BAGIAN RADIOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI FAKULTAS KEDOOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI 2010

LAPORAN KASUS

Tgl : 19 juli 2010 Identitas Pasien

Nama Umur BB Alamat Pekerjaan

: Ponijah : 28 thn : 39 kg : mersam, sungai rengas. : IRT

Anamnesis

Keluhan utama : Batuk berdahak sejak 1 bulan.

Riwayat penyakit sekarang : Batuk berdahak putih sejak 1 bln. Sesak nafas tidak ada(-), nafas berbunyi tidak ada (-). Os juga mengeluh sering demam. Os juga mengeluh berat badan menurun dan nafsu makan berkurang. Os juga merasa badan lemes.

Riwayat penyakit keluarga : Batuk-batuk (+) Asma (-)

Riwayat pengobatan sebelumnya : Os sudah berobat di puskesmas terdekat dan sudah minum obat batuk tetapi os merasa batuknya tidak sembuh-sembuh.

Pemeriksaan Radiologi

Hasil foto thoraks : Cor : CTR < 50% (normal size), pinggang jantung tertarik kekiri. Aorta dan mediastinum superior tak melebar. Trachea ditengah. Hilus melebar, corakan bronkovaskuler meningkat, tampak infiltrate pada kedua lapangan paru dan fibrosis pada lobus superior. Kedua sinus costofrenikus lancip, diafragma baik. Tulang-tulang dan jaringan lunak dinding dada baik.

Kesan : TB denganm fibrosis lobus superior.

ANALISA KASUS

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Tanda Dan Gejala 1. Tanda a. Penurunan berat badan b. Anoreksia c. Dispneu d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning. 2. Gejala a. Demam Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk. b. Batuk Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus. c. Sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru. d. Nyeri dada Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis) e. Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam

Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah. TB pada orang dewasa biasanya lokasi terdapat pada lapangan atas dan segmen apical lobus bawah. Pembagian TB pada kelaina rongent menurut bentuk : 1. Sarang eksudatif : awan-awan atau bercak, batas tidak tegas, densitas rendah. 2. Sarang produktif : butir bulat kecil, batas tegas, densitas sedang. 3. Cavitas : bulat, radiolusen, batas tegas. 4. Sarang induratif/fibrotic : garis/pita tebal, batas tegas, densitas tinggi. 5. Sarang kapur : kalsifikasi.

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudak diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma. Pada kavitas bayangannya berupa cincin yg mula-mula berdinding tipis. Lama-lama dinding menjadi skelerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya tampak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru. Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada tuberculosis yg sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotic, kalsifikasi, kavitas (non sklerotik/skelerotik) maupun atelektasis dan emfisema.

Pengobatan TBC :
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin. Dosis obat antituberkulosis (OAT)

Obat

Dosis harian (mg/kgbb/hari)

Dosis 2x/minggu (mg/kgbb/hari) 15-40 (maks. 900 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 50-70 (maks. 4 g) 50 (maks. 2,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

Dosis 3x/minggu (mg/kgbb/hari) 15-40 (maks. 900 mg) 15-20 (maks. 600 mg) 15-30 (maks. 3 g) 15-25 (maks. 2,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

INH Rifampisin Pirazinamid Etambutol Streptomisin

5-15 (maks 300 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-40 (maks. 2 g) 15-25 (maks. 2,5 g) 15-40 (maks. 1 g)

Pengobatan TBC pada orang dewasa Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada: Penderita baru TBC paru BTA positif. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada: Penderita kambuh. Penderita gagal terapi. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3 Diberikan kepada: Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

1. Patel Pradip R. Saluran Pernafasan. Lectures Note Radiologi. Edisi 2. 2007. Jakarta : Erlangga Medical Series ; 19-63. 2. Amin Zulkifli, Bahar Asril. (2006). Tuberkulosis Paru. In Sudoyo dkk, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (p. 988). Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 3. Tuberculosis Paru. Dalam: http:/www.

Anda mungkin juga menyukai