Anda di halaman 1dari 26

Kebutuhan ASI perah untuk anakku

21 Nov 2011 - 15:54 / Posted by hafidz atharindra in Pola makan Dear dr Tiwi, dokter, dikantorku peraturan untuk cuti melahirkan adalah 1.5bln sebelum melahirkan dan 1.5 bln sesudah melahirkan. jadilah saya harus meninggalkan athar bekerja di usia 1.5 bln. tapi saya masih ingin memberikan asi ekslusif untuk athar. pertanyaan saya adalah berapakah kebutuhan asip untuk athar apabila saya meniggalkannya dari jam 05.30 sampai 18.30 ? selama saya bekerja, saya menyiapkan 7 botol 100ml untuk athar dan dia minum setiap 2-3 jam. tapi kadang dia gumoh dan muntah banyak, apakah jumlah asip yg saya berikan terlalu banyak? tapi kalau dikurangi dia masih seperti kehausan minta tambah minumnya Sekarang athar umurnya hampir 2 bulan. dan nanti kira2 awal desember ada kemungkinan saya ditugaskan untuk dinas keluar kota selama 3 hari... bagaimanakah saya menyiapkan asip untuk athar...dihitungnya dia minum per 2 jam kah? berarti 12 botol @ 100ml untuk 1 hari? mohon pencerahannya....terima kasih yah dok! =indri= ibunnya athar Average: 0 Your rating: None ASI menyebabkan Karies di Gigi macam2 makanan sayuran dan lain2 utk bayi 9 bulan

Umur si kecil: 0 - 3 bulan, 6 - 12 bulan cetak halaman ini Login or register to post comments

1 comment on "Kebutuhan ASI perah untuk anakku"

dr.Tiwi said on 25 November, 2011 - 12:16: Yang Terkasih Mama Indri

Kebutuhan athar saat ini sebetulnya hanya sekitar 750ml/hari,Sebaiknya diberi dg memakai sendok,krn botol membuat bayi minum sangat banyak (krn mereka minum dengan cara yang sangat mudah habis) Latih memberi asi saat dia tidak haus sehingga dia mau minum dari sendok atau cangkir,jadi pelan2 minumnya (sehingga sehari tak perlu minum lebih dari 1 litEr) Saat ditinggal kerja 8-10 jam, dia perlu sekitar 400 ml saja, pagi sebelum kerja usahakan menyusui dulu dan malam saat kembali biarkan bayi lebih banyak menyusui (sekaligus merangsang produksi dan mencegah bayi bingung puting)
Peluk cium untuk baby Athar

Login or register to post comments

User login
Login/Register

About Baby

Tanya langsung dr.Tiwi mengenai buah hati Anda

Copyright 2010. KlinikDrTiwi.com

KlinikDrTiwi is one of m-Stars media products. Powered by Sunsparks. Designed by Ideseni


http://klinikdrtiwi.com/forum/kebutuhan-asi-perah-untuk-anakku

2.

Sep 14, '06 1:48 AM untuk semuanya Gimana ya cara nyimpen ASI di kulkas ?! Trus kalo gak ada kulkas gimana ?! Artikel ini akan mengupas secara praktis gimana sih cara menyimpan ASI. Selamat menyimpan ASI ! Serba-serbi penyimpanan ASI peras/pompa
(Dirangkum dari berbagai sumber & ditulis bebas oleh Luluk Lely Soraya I, January 2006) Karakteristik Visual dari ASI dan Aroma ASI Banyak yang membayangkan bahwa ASI akan tampak seperti susu sapi yg homogen, yang tidak terpisah lapisannya sampai kapanpun (homogenized). ASI akan terpisah menjadi 2 lapisan jika didiamkan selama beberapa lama. Lapisan atas yg biasanya lebih kental warnanya kaya akan lemak. Ini bukan berarti ASI telah basi. Kocoklah perlahan wadah berisi ASI peras tsb, hingga menjadi larutan homogen kembali. Tampilan dari ASI berbeda2 tiap waktu sesuai krn kandungannya pun berbeda2 tiap saat. Termasuk juga kandungan lemak dan warna dari ASI. Jumlah lemak dalam ASI akan fluktuatif dari hari ke hari. Bahkan saat ASI yg keluar di menit2 awal akan berbeda warna dan tampilannya. ASI yang dikeluarkan saat pertama kali proses pemerahan / pemompaan akan terlihat "lebih encer" dari ASI yang dikeluarkan di menit-menit berikutnya. Karena itu disebut FOREMILK (karena kaya akan protein). Sedangkan ASI yg keluar beberapa menit kemudian akan terlihat lebih kental. Atau disebut juga dg HINDMILK (kaya akan lemak). Warna dari ASI juga bervariasi tergantung dari apa yg ibu konsumsi. Pewarna makanan dalam minuman soda, minuman buah-buahan dan hidangan penutup yang mengandung gelatin diduga membuat warna ASI menjadi pink atau oranye kemerahmudaan. ASI yang berwarna hijau dikorelasikan dengan ibu yang mengkonsumsi minuman kesegaran yang berwarna hijau, rumput laut, atau sayuran berwarna hijau. ASI yang berwarna pink mengindikasikan adanya darah dalam ASI. Hal ini dapat terjadi jika ibu mengalami dengan atau tanpa puting lecet. Jika puting ibu lecet dan berdarah, ibu dapat menghubungi klinik laktasi untuk mendapatkan saran penyembuhan. Darah dalam ASI tidak berbahaya bagi bayi, dan ibu dapat terus menyusui bayinya. Jika darah dalam ASI tidak juga membaik dalam waktu 2 minggu, segera konsultasikan dengan dokter. Bagaimana dg aroma atau rasanya ?! Umumnya ASI segar berbau / beraroma manis. Sesekali ASI beku yang dicairkan akan beraroma spt sabun dan terkadang bayi tidak mau meminumnya. Hal ini disebabkan perubahan struktur lemak dalam ASI akibat perubahan suhu yg mendadak. Sehingga proses kerja enzim lipase terganggu. Krn itu tidak disarankan memanaskan ASI peras/pompa pada suhu tinggi, ataupun setelah dipanaskan langsung dibekukan kembali. Jika ASI peras berbau asam, maka bisa jadi ASI telah basi dan buanglah. Intinya selama ASI peras/pompa disimpan sesuai dg tatacara penyimpanan yg benar maka ASI tidak akan basi. Wadah penyimpanan ASI Pertanyaan yg sering diajukan para ibu, terutama ibu bekerja adalah apakah butuh wadah khusus ? Tidak ada aturan khusus harus menggunakan botol atau wadah khusus. Intinya gunakan wadah yg bisa tertutup rapat. Ibu bisa menggunakan botol kaca, wadah yg punya tutup dan berwarna bening, dan wadah yg punya tutup dan berwarna. Dan tentu saja selalu dibersihkan & disterilkan sebelum digunakan. ASI peras/pompa sebaiknya disimpan dalam jumlah sedikit (cukup utk sekali minum + 60 ml). Agar tidak ada ASI yg tersisa dan terbuang. ASI juga dapat disimpan dalam kantung plastik bening. Namun hal ini tidak terlalu disarankan, karena mudah bocor dan ASI akan terbuang.

Jangan lupa utk memberikan label di tiap wadah penyimpanan ASI. ASI yg lebih awal disimpan, harus lebih dulu dibeirkan. First In, First Out. Beri laberl tanggal ASI diperah/dipompa agar memudahkan ibu. Tatacara Penyimpanan ASI Organisasi laktasi internasional, Lalecheleague, memiliki kisaran waktu berapa lama ASI dapat disimpan dalam suhu tertentu : Suhu ruang (19-27C) sekitar 4-10 jam Refrigerator (kulkas bawah) dg suhu 0-4C sekitar 2-3 hari Freezer pd kulkas berpintu satu (suhu variatif < 4 C) : 2 minggu Freezer pd kulkas berpintu dua (suhu variatif < 4 C) : 3-4 bulan Freezer khusus / freezer utk es krim ( -19C) : 6 bulan atau lebih Interval waktu tsb amat sangat bervariatif tergantung kondisi dari lokasi penyimpanan. Meski dapat disimpan lebih lama, disarankan agar tidak terlalu lama menyimpan ASI peras. Karena ASI diproduksi sesuai dg kebutuhan pertumbuhan & perkembangan anak. Krnnya jika ibu memilki ASI peras berlebih tidak ada salahnya didonorkan ke mereka yg membutuhkannya. Jika tidak ada lemari pendingin Ada atau tidaknya lemari pendingin/kulkas bukan hambatan bagi ibu utk menyimpan ASI. Artinya jika ditempat ibu bekerja ataupun saat ibu bepergian jauh dr bayi utk waktu lama tidak ditemukan kulkas, maka ibu dapat menyimpan botol (wadah) berisi ASI peras/pompa dalam termos es yg telah diisi es batu tentunya. Jika es batu mencair, ibu bisa menggantinya lagi. Atau ada juga cooler khusus utk mendinginkan lebih lama dg blue ice. Tips memberikan ASI peras/pompa ke bayi Berikut tips singkat utk membeirkan ASI yg telah disimpan bagi si kecil : Untuk ASI yg dibekukan (dari freezer), amat disarankan agar ASI dicairkan terlebih dahulu kulkas bawah. Dan bukan di suhu ruang. Setelah mencair, aliri wadah berisi ASI pada keran air hangat atau rendamlah wadah berisi ASI dlm wadah lebih besar berisi air hangat. JANGAN menghangatkan ASI dalam suhu tinggi. Dan JANGAN merebus ASI. Karena jelas zat nutrisi dalam ASI akan rusak. Terutama zat anti infeksi / zat imun ! JANGAN menggunakan microwave utk menghangatkan ASI. Kocoklah secara perlahan sebelum diberikan ke bayi. Berikan dg sendok, pipet, dsb. Untuk bayi < 4 bl disarankan utk tidak menggunakan dot, karena adanya resiko bingung puting ASI yg tersisa jika ingin disimpan kembali di refrigerator sebaiknya digunakan < 24 jam. Meski hal ini tidak direkomendasikan. Karena itu simpanlah ASI dalam jumlah yg cukup (sekali minum) agar cairan emas tsb tdk terbuang. Dg mengetahui cara menyimpan ASI dan karakteristiknya, semoga makin hari makin banyak ibu yg tidak ragu ataupun segan memberikan ASI eksklusif. Meski ibu bekerja ataupun bepergian jauh. Agar tidak ada lagi kata "Duh kalo nyusuin tuh ngerepotin. Gak bisa ngapa2in. Nyusuin terus" dsbnya.

Sumber Artikel : - Lalecheleague, Common Concerns When Storing Human Milk, by Cindy Scott Duke, From: NEW BEGINNINGS, Vol. 15 No. 4, July - August 1998, p. 109 (http://www.lalecheleague.org/NB/NBJulAug98p109.html) - Breastmilk Collection and Storage Guidelines for Normal Newborns ( http://www.worksitelactation.com/faq_breastmilk.html) - What are LLLI's guidelines for storing my pumped milk? ( http://www.lalecheleague.org/FAQ/milkstorage.html)

Sebelumnya: Tips-tips agar ASI lancar & banyak Selanjutnya : Mau cepat langsing ?! Menyusui aja yuk ! balas

Tautan Bersponsor

Jam tangan SLAPIA, KEREN dan MODIS Jam tangan Slapia cocok banget utk anak2, remaja, dewasa, cowok dan cewek. Dgn warna2 menarik dan bisa di mix match, dijamin penampilanmu lebih bergaya.Hanya Rp.199.000

MURAH-Sprei MY LOVE, INTERNAL, LADY ROSE. Ada BAJU RENANG MUSLIM. Bisa DROPSHIP Beragam sprei MURAH-nya termasuk MY LOVE, INTERNAL, LADY ROSE. Tersedia BAJU RENANG MUSLIM & BATIK juga. Bisa DROPSHIP bagi yg PENGEN JUALAN TANPA PUNYA STOK BARANG

KomentarKronologis Kebalikan Berdasar topik balas resepkoe menulis on Sep 19, '06 Mbak, kalo padam listrik seperti kemaren gimana mbak??? Ada beberapa ibu yang nanya sama saya.... Sayang Bank ASI yang ada di freezer... Bisa dibantu??? balas fabiannurielkeiru menulis on Jan 29, '07 mbak Luluk, saya sudah hampir 6 bln menyimpan asi, dan memang case nya di kantorlu ga ada kulkas tapi ruangan dingin, saya merah setengah satu dan jm 4 sore, saya ga poernah masukun kulkas dan cooler bag lainnya, pulang sampai rumah jam 6 sore baru saya masukan kulkas, tp ASI mmasih ok terbukti anak saya ga ada masalah dan ga pernah nolak, gimana menurut mbak lulluk? ditunggu jawabannya!

balas ummufaishol menulis on Apr 11, '07 mbak luluk, minta ijin kopi artikel buat temen2ku yg abis lairan ya mbak.. biar mereka juga semangat kasih ASI eksklusif selama bekerja.. makasih.. balas cintanaimel menulis on Apr 16, '07 mba luluk, ijin copy paste artikel yah...aku udah cerita cerita ke temen temen soal ASI eksklusif...dan ada yg minta tips n trik untuk wanita bekerja... balas aroelsari menulis on Jun 10, '07 Mba Luluk, makasih atas informasi yang ada di multiply ni. Kami baru aja dapat bayi, ya jelas dikasih ASI aja, meski Bundanya bekerja.. sekali lagi Thanks balas jengliz menulis on Oct 27, '07 Aku masih menyusui anakku nih yg sekarang sudah 1 thn 8 bln...tapi dia cuma suka yg kanan aja..sedangkan yg kriri dia ogah...tapi anehnya gak bengkak tuh..cuma pas aku keluarin susunya sudah berwarna agak kecoklatanm...bahaya gak? apa yg harsu aku lakukan nih? Thanx yah :-) balas antarief menulis on Feb 27, '08 mbak, aku minta ijin artikel ini aku tempel di nursery room kantorku ya ... terima kasih sebelumnya balas kiddoshop menulis on Mar 26, '08 thanks buat infonya... balas putiandam menulis on May 9, '08 wah,....sng ya pd smangat ngasi asi x... emang butuh niat kuat dan pd besar sih buat ngasi asi x... bravo, mumsss:) oh iya, setahuku sih, asi yg udah sempet dihangatkan/ direndam air panas, tidak boleh dimasukin kulkas lg. kalo msh ada. drpd kebuang, aku suka simpen di bag khusus nyimpen asi kalo pergi2 tuh, ada merk allerhand dll.....dan dihabiskan hr itu juga supaya kandungannnya msh ttp bgs.. yg penting, slalu cium / cicip aroma asi sblm dikasi ke anak, dan kalo kjadiannya mati lampu, kalo cuma sebentar, insya Allah gpp....pasti mums punya feelinglah asinya msh ok apa ga. kalo ga yakin buang aja. kalo pengalamanku, pernah lupa ngeluarin asi di tas pergi, trus aku taro kulkas lg (krn blum dipanasin), diminum anakku alhmdllh gpp tuh. yg penting sll cek pup anak kita.....slm dia ga diare, ga ada perubahan dr biasa, brati aman asinya.... happy breastfeeding, mums:)

balas deskpower2000 menulis on Aug 19, '08 Thanks for the info ya Mbak balas adestiani menulis on Feb 4, '09 ASI saya ga kental, katanya kalau asi ga kental bikin anak ga kenyang? ngaruh ga kental atau encernya asi mbak? balas jeeree menulis on Apr 20, '10 info yang sangat berguna untuk saya yang akan menjadi "Breastfeeding Father" :D balas alin27 menulis on Nov 2, '10 aq copas ya mba..thx balas cuud menulis on Mar 13, '11 saya menyimpan ASI di freezer ( sudah beku ), kemudian listrik padam hingga 6 jam, apakah ASI tersebut masih bisa dikonsumsi? jika tidak batasnya sampai berapa jam ? mohon infonya ya, trims., balas cuud menulis on Mar 13, '11 iya ne aku jg punya pertanyaan yg sama, listrik di tempatku padam sampai 6 jam,dan itu berlangsung tiap minggu.aku bingung apa boleh ASI yg beku di freezer dikonsumsi lagi? balas audio video balasan Tambahkan Komentar
U2FsdGVkX18PY reply 1 8739:U2FsdGVkX reply

Tuliskan komentar di entri blog, untuk semuanya Kirim lsoraya pesan pribadi

Kutip pesan asli


Kirim

Pratinjau dan Cek Ejaan

submitted

lsoraya Luluk Lely Soraya


Pesan Pribadi Laporkan Pelanggaran

http://lsoraya.multiply.com/journal/item/21?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

3. ASI Terbaik untuk Bayi


Pertanyaan atau Komentar? Email kami di susuibu [at] gmail.com

Kiat Memberi ASI Eksklusif Pasca Cuti


17 December 2005

Masa cuti berakhir. Padahal masa pemberian ASI eksklusif pada bayi belum berakhir. Bisakah ASI Eksklusif dilanjutkan? Mia resah. Bayinya baru berusia 3 bulan, masih dalam masa pemberian ASI Eksklusif sampai buah hatinya berusia 6 bulan, namun masa cuti kerjanya sudah berakhir. Bagaimana melanjutkan ASI eksklusifnya. Masa sih harus dicampur dengan susu formula. Sayang kan? Benar! Alangkah sayangnya dan ruginya jika pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai gagal. Pernahkah melihat bayi macan diberi makan daging? Atau, bayi kambing atau sapi, makan rumput? Sebelum usianya cukup, semua bayi mamalia makan air susu, termasuk bayi manusia. Usia cukup bagi bayi manusia untuk mendapat makanan lain selain air susu ibu adalah setelah 6 bulan. Dari usia 0 hingga 6 bulan bayi harus mendapat ASI eksklusif, yakni pemberian ASI murni tanpa bayi diberi tambahan lain seperti cairan air putih, teh, madu, buah-buahan, maupun makanan tambahan seperti bubur susu atau bubur saring dsb., sampai usia bayi 6 bulan, menurut hasil penelitian, positif membuat bayi mendapat nutrisi terbaik; meningkat daya tahan tubuhnya, meningkat kecerdasannya, dan meningkat jalinan kasih (bonding) dengan bunda (dan ayah). Sayangnya, seperti Mia yang bekerja, juga Mia-Mia yang lain, masa cuti melahirkan hanya 3 atau 4 bulan saja. Masih ada ada 2 - 3 bulan lagi untuk memberikan ASI Eksklusif. Itu memang dilema. Bagaimana melanjutkan pemberian ASI eksklusif atau hanya malam hari memberi ASI, siang dengan susu formula? Beri ASI Perah

Namun, Dr. Utami Roesli SpA, MBA.IBCLC, pakar ASI, meyakinkan bahwa setelah masa cuti berakhir, ibu masih bisa memberikan ASI eksklusif. Rugi sekali jika ibu hentikan. Sebab, usus bayi usia 3 bulan belum siap mencerna makanan selain air susu ibu. Selain itu. ASI merupakan sumber gizi ideal dengan komposisi seimbang, yang jika diberikan secara eksklusif bayi akan lebih sehat dan lebih cerdas dibanding bayi yang tidak mendapatkannya, tegas Utami. Untuk buah hati tercinta, seharusnya bekerja di luar rumah bukanlah halangan untuk memberikan yang terbaik untuknya, termasuk memberikan ASI secara eksklusif. Ibu tetap bisa memberikan ASI perah, yakni ASI yang diperas dari payudara, lalu diberikan pada bayi saat ibu bekerja di kantor, ujar Utami yang juga ketua Lembaga Peningkatan dan Pengembangan (LPP) ASI Rumah Sakit St. Carolus. ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari payudara untuk kemudian disimpan dan nantinya diberikan pada bayi. Apa tidak basi? Menurut Utami, sampai waktu tertentu dan dengan penyimpanan yang benar, ASI tidak akan basi. Misalnya, ASI tahan disimpan di dalam suhu ruangan sampai 6 jam. Jika disimpan di thermos yang diberi es batu, bisa tahan hingga 24 jam. Bahkan, kalau disimpan di kulkas ketahanannya meningkat hingga 2 minggu dengan suhu kulkas yang bervariasi. Jika disimpan di frezeer yang tidak terpisah dari kulkas, dan sering dibuka, ASI tahan 3-4 bulan. Sedangkan pada freezer dengan pintu terpisah dari kulkas dan suhu bisa dijaga dengan konstan, maka ketahanan ASI mencapai 6 bulan. Memerah ASI bukanlah hal yang sulit, bahkan tidak selalu membutuhkan alat khusus atau pompa ASI. Cukup dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar car! Memang membutuhkan waktu, yakni masing-masing payudara 15 menit. ASI ini bisa diberikan untuk bayi keesokan harinya. Tampung ASI tersebut di sebuah wadah, misalnya plastik gula, lalu tandai setiap wadah dengan spidol sesuai waktu pemerahan, misal plastik pertama, kedua, dst. Berikan pada bayi sesuai urutan pemerahan. Persiapan dan Pemberian Untuk memberi bayi ASI perahan, jauh-jauh hari sebelum masa cuti berakhir ibu memang harus menyiapkan diri sendiri dan bayi. Apalagi jika si buah hati merupakan anak pertama. Beratnya meninggalkannya memang luar biasa. Apalagi siang hari tak bersamanya dan tak menyusuinya pasti berat. Di kantor, saat payudara membengkak karena produksi ASI tak disusu bayi, ingatan ibu pastilah pada buah hati di rumah. Mempersiapkan diri sendiri menjadi penting. Pertama, adalah mempersiapkan mental untuk meninggalkan bayi dan memupuk rasa percaya bahwa ia akan baik-baik saja di rumah. Kedua, persiapan dengan mulai belajar memerah dua minggu sebelum cuti berakhir. Ketika bayi tidur dan payudara mulai terasa membengkak, segera perahlah payudara lalu simpan di kulkas. Esok siang, ASI perah tersebut bisa ibu berikan pada bayi. Sedangkan untuk mempersiapkan bayi, ibu harus memulai membiasakan bayi diberi ASI perahan dengan sendok, bukan botol susu. Berikan dengan cara menyuapinya dengan sendok agar bayi tidak bingung putting. Sampai bayi usia 5 bulan, bisa terjadi bingung putting, tegas Utami. Bingung putting terjadi jika ibu yang biasa memberi Asi lewat payudara, lalu bayi disusui

dengan botol, maka ketika akan diberikan lewat payudara lagi bayi kemungkinan menolaknya. Ini lantaran, dot botol lebih lancar mengeluarkan susu dibandingkan lewat payudara. Persiapkan Mental Pengasuh Tetap memberi ASI selama ibu bekerja di kantor berarti ibu harus memupuk kerjasama dengan pengasuh. Ini bukan hal mudah. Apalagi jika yang ibu percayai merawatnya adalah orangtua sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak punya pemahaman yang sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif, ditambah pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu atau makanan padat, akan sedikit menyulitkan. Tapi, jangan menyerah. Pelan-pelan jelaskan sama ibu atau ibu mertua tentang pentingnya ASI eksklusif, dan bahwa usus bayi belum siap mencerna makanan. Begitu juga jelaskan pada pengasuh, kerjasama orangtua dengan pengasuh di rumah ini juga menentukan keberhasilan menyusui secara eksklusif tegas Utami. Memang di hari-hari pertama pemberian susu perah dengan sendok, bayi mungkin menolaknya. Ia bahkan bisa cemas dan gelisah. Namun, janganlah khawatir, 3 atau 4 hari setelahnya bayi akan terbiasa. Itu sebabnya, sebelum masa cuti berakhir bayi perlu dilatih disuapi susu dengan sendok. Jadi, tak perlu resah jika harus kembali bekerja, bukan? Pemberian ASI Perahan

Ambil ASI berdasarkan waktu pemerahan (yang pertama diperah yang diberikan lebih dahulu). Jika ASI beku, cairkan di bawah air hangat mengalir. Untuk menghangatkan, tuang ASI dalam wadah, tempatkan di atas wadah lain berisi air panas. Kocok dulu sebelum mengetes suhu ASI. Lalu tes dengan cara meneteskan ASI di punggung tangan. Jika terlalu panas, angin-anginkan agar panas turun. Jangan gunakan oven microwave untuk menghangatkan agar zatzat penting ASI tidak larut/hilang. Berikan dengan sendok.

Simpan ASI Praktis dan Awet

Taruh ASI dalam kantung plastik polietilen (misl plastik gula); atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan (+ 2 minggu). Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan), gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+3-6 bulan) Jika ASI beku akan dicairkan, pindahkan ASI ke refrigerator semalam sebelumnya, esoknya baru cairkan dan hangatkan. Jangan membekukan kembali ASI yang sudah dipindah ke refrigerator.

(Dewi Yamina) Sumber: Tabloid Ibu & Anak

Posted in Memeras ASI dan Ibu Bekerja | Comments (2)

ASI Peras, Solusi Buat Ibu Bekerja


11 December 2005

Dari: Milis ayahbunda-online Jadi, Bu, tak ada alasan untuk tak memberi ASI eksklusif pada si kecil. Sangat dianjurkan menyimpan ASI peras di lemari es karena tahan 2 hari dan kualitasnya pun tak berubah. Sekitar 70 persen ibu di Indonesia bekerja. Ini berarti, banyak ibu yang tak bisa menyusui. Namun bukan berarti si kecil tak bisa mendapatkan ASI sama sekali. Toh, ASI bisa diperas. Dengan begitu, si kecil bisa tetap memperoleh ASI, bahkan ASI eksklusif yaitu hanya ASI tanpa makanan tambahan apa pun hingga si kecil berusia 6 bulan. Hanya sayang, ASI peras tak bisa menggantikan tindakan menyusui itu sendiri. Seperti diketahui, tindakan menyusui punya banyak pengaruh untuk pertumbuhan mental dan fisik bayi. Kalau saja semua bayi mendapatkan exclusive breast feeding minimal 4 bulan, saya yakin tak akan ada tawuran seperti sekarang ini. Karena anak-anak yang diberi ASI akan tumbuh menjadi anak yang kepribadiannya baik, lantaran mereka tumbuh dalam keadaan yang dinamakan secure attachment, suatu suasana yang aman, hingga mereka akan mempunyai kepribadian yang baik, tutur dr. Utami Roesli, SpA, MBA. Itu sebab, ASI peras hanya dianjurkan bagi bayi-bayi yang ibunya bekerja. Bila ibu tak bekerja atau si bayi bisa dibawa ke tempat di mana ibunya berada, harus diusahakan breast feeding atau menyusui langsung, bukan ASI peras, lanjut ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu RS Sint. Carolus, Jakarta ini. Jadi, Bu, hanya bila situasi dan kondisinya tak memungkinkan untuk menyusui langsung, barulah si kecil boleh diberi ASI peras/perah. Ibaratnya, tak ada rotan, akar pun jadi. POMPA PISTON Namun sebelum kita memberikan ASI peras pada si kecil, ada beberapa aturan yang penting diperhatikan. Pertama, sebelum si kecil berusia 4 bulan, sebaiknya ASI peras/perah yang diberikan jangan menggunakan dot dulu karena si kecil akan bingung puting. Maksudnya, ia akan susah untuk kembali menyusu dengan benar pada payudara ibu. Kedua, bila sudah berada satu atap lagi dengan si kecil, hendaknya ASI peras yang masih ada jangan diberikan lagi, tapi bayi harus menyusu langsung pada ibu. Bukankah tindakan menyusui adalah rotan? Jadi, bila ada rotan, mengapa harus menggunakan akar? Adapun cara menabung ASI peras, yang paling baik dan efektif dengan menggunakan alat pompa ASI elektrik. Hanya saja, harganya relatif mahal. Lagi pula, masih ada cara lain yang lebih terjangkau bila punya dana lebih, yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur.

Ironisnya, pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang sekali berbentuk suntikan, lebih banyak berbentuk squeeze and bulb. Padahal, harga kedua pompa tersebut relatif sama. Namun bentuk squeeze and bulb tak pernah dianjurkan banyak ahli ASI. Soalnya, pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/rata. MEMERAH DENGAN JARI Tentu saja ada yang lebih murah ketimbang pompa-pompa ASI tadi, yaitu memerah dengan jari. Cara back to nature ini amat sederhana dan tak perlu biaya. Namun agar hasil perahannya memuaskan, kita perlu mengenal sedikit anatomi payudara. Seperti dijelaskan Utami, payudara terdiri tiga komponen yang prinsipil, yaitu pabrik (di daerah berwarna putih), saluran, dan gudang (di daerah warna cokelat atau areola) ASI. Ketiganya seperti bejana berhubungan. ASI diproduksi di pabriknya yang berbentuk seperti kumpulan buah anggur. Setiap pabrik ASI dilalui otot-otot. Bila otot-otot ini mengkerut, ia akan memompa ASI ke salurannya menuju gudang. Nah, agar pabrik memproduksi ASI lagi, syarat utamanya ASI di gudang harus habis lebih dulu. Bila gudang kosong, barulah pabrik akan mengisinya kembali, begitu seterusnya, papar Utami. Jadi, pada prinsipnya kita harus bisa mengeluarkan ASI yang ada di gudang. Caranya, tempatkan tangan kita di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas. CARA MENYIMPAN Sebenarnya, tutur Utami, memerah ASI hampir sama dengan mengeluarkan pasta gigi. Bila kita hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan keluar. Jadi, kita harus menekan agak ke belakang. Bila tak keluar banyak, kemungkinan teknik ibu salah. Mungkin cara memerah susunya seperti melakukan massage payudara. Ini tak akan mengeluarkan ASI, karena yang ditekan pada massage payudara adalah pabrik ASI bukan gudangnya. Kan, kita tak bisa langsung mengeluarkan ASI dari pabrik tapi harus melalui gudang dulu. Jadi, bila tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah ASI akan menjadi pekerjaan biasa. Waktu yang dibutuhkan pun tak sampai setengah jam, tapi susu yang terkumpul bisa mencapi 500 cc, lo. Setelah diperah, ASI harus di simpan dengan baik agar dapat bertahan lama. Menurut Utami, di udara terbuka, ASI perah bisa tahan 6-8 jam, tapi bila ditaruh di kantong plastik lalu dimasukan termos dan diberi es batu, akan tahan kira-kira 1X 24 jam. Lain lagi bila ASI perah dimasukan di lemari es, bisa tahan 2X24 jam. Sedangkan bila dimasukkan dalam freezer, bisa tahan 3 bulan.

Namun dari semua cara penyimpanan tadi, lebih dianjurkan untuk memasukkan ASI ke dalam termos dan lemari es. Sudah dibuktikan, lo, ASI perah yang dimasukkan ke termos dan lemari es tak mengalami perubahan komposisi gizi sama sekali. Hanya mungkin warna dan bentuknya saja yang berubah. Tak demikian halnya jika dimasukkan dalam freezer, ASI akan mengalami perubahan dalam hal jumlah imunoglobulin, yaitu protein molekul yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh, karena ada yang mati akibat kedinginan. SUAPI PAKAI SENDOK Selanjutnya, ketika ingin memberikan ASI perah pada si kecil, kita harus menghangatkannya dulu. Namun jangan dipanaskan di atas api, lo, karena mengakibatkan beberapa enzim penyerapan mati kepanasan. Beberapa buku dari luar menganjurkan untuk menyiram ASI dengan running tap water, tapi di Indonesia, kan, jarang ada keran yang berisi air hangat. Jadi cukup dengan mangkuk yang diisi air hangat (suhu airnya sama dengan suhu air yang biasa kita gunakan untuk mandi atau suhu tubuh). Adapun lama penghangatan tergantung suhu ASI, tapi prinsipnya buatlah suhu ASI seperti suhu tubuh karena akan menyerupai ASI yang dikeluarkan langsung. Nah, setelah selesai bisa langsung diberikan pada bayi. Namun cara pemberiannya jangan pakai botol susu dan dot, melainkan disuapi pakai sendok. Kalau si kecil langsung menyusu dari botol, lama-lama ia jadi bingung puting. Jadi, ia hanya menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola ibu masuk ke mulut bayi. Jadi, kalau si kecil sudah bingung puting, tak heran bila ia gagal mengeluarkan ASI di gudangnya. Salah satu tanda posisi si kecil salah menyusu ialah payudara ibu lecet. Akhirnya, si kecil jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar. Tak usah cemas si kecil akan kekurangan ASI berapapun jumlah ASI perah yang dikeluarkan. Memang, pada awalnya si kecil akan gelisah dengan jumlah yang mungkin lebih sedikit dari biasanya, tapi bayi akan cepat beradaptasi, kok. Maksimal pada hari keempat, bayi akan sudah terbiasa. Seberapa pun ASI yang ada, akan diminum. Kalau ditinggali 500 cc, akan diminum; begitu juga 300 cc, bahkan 200c. Namun ketika ibunya datang, ia akan minum habis-habisan. Jadi, bayi tak akan kekurangan ASI. Itu sudah dibuktikan, lo, tutur Utami. Nah, Bu, tak ada lagi yang perlu dicemaskan, bukan? Ingat, lo, meski bunda bekerja, si kecil tetap bisa mendapatkan ASI ekslusif!` Posted in Memeras ASI dan Ibu Bekerja | No Comments

Kisah ASI dari Risdianti Idris


9 December 2005

congratulation ya atas web barunya

Saya hanya mau sharing tentang pengalaman ASI ekslusiveku. Jasmine-ku usianya baru 5 bulan 1 minggu, dan rasanya udah gak sabar untuk memberikan MPASI untuk anak saya. Pengalaman saya memberikan asi penuh dengan warna ( cieeeee..). Jarak dari rumah ke kantor saya tempuh sekitar 1 jam 30 menit, jadi bisa dibayangkan berapa jam waktu saya di habiskan di luar, dan harus pintar2 kita untuk mencuri waktu untuk memeras asi. (more) Posted in Memeras ASI dan Ibu Bekerja, Kisah ASI | Comments (2)

Go!

Isi Website Ini


o o

Live Chat ASI Tentang Kami

Penulis/Penerjemah
o o o o

Hany Lita Mia Rani

Website Lainnya
o o o o

Milis ASI for Baby Milis Sehat Multiply Group ASI Wiki Asuh Indonesia

Blog Orangtua Pro-ASI


o o o o o o o o o

Silakan email kami jika anda ingin blog anda terdaftar di sini Alida Dini Dita Erlyn Hany Lita Rani Shanty

Pesan Titipan

Arsip Bulanan
o o o o o o o o o o o o o o

August 2007 June 2007 April 2007 March 2007 February 2007 January 2007 November 2006 October 2006 September 2006 May 2006 April 2006 January 2006 December 2005 October 2005

Kategori
o o o o o o o o o o

Diet Menyusui Kisah ASI Masalah Menyusui Memeras ASI dan Ibu Bekerja Menyapih Panduan dari La Leche League International Panduan Dasar Menyusui Susu Formula Tentang Blog ASI Uncategorized

Links
o o

Blogsome Wiki Asuh Indonesia

Admin
o o

login register

Meta:
o o o o o o

RSS .92 RDF 1.0 RSS 2.0 Comments RSS 2.0 Valid XHTML

May 2012 M T W T F S S Aug 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Get free blog up and running in minutes with Blogsome | Theme designs available here

http://asi.blogsome.com/category/memeras-asi-dan-ibu-bekerja/

4. Menyusui Bayi dengan Risiko Hipoglikemia

Bayi cukup bulan yang sehat telah dipersiapkan untuk menjalani transisi nutrisi di dalam kandungan menjadi nutrisi di luar kandungan, tanpa memerlukan pemantauan metabolik ataupun intervensi proses menyusui yang alami. Mekanisme homeostatik mencukupi energi yang adekuat untuk otak dan organ lainnya, bahkan jika pemberian minum tertunda. Istilah hipoglikemia merujuk pada kadar glukosa yang rendah. Hipoglikemia sesaat pada awal kehidupan neonatus cukup bulan merupakan hal yang wajar, sering didapatkan dan terjadi pada hampir seluruh mamalia. Hal ini akan normal dengan sendirinya dan bukanlah sesuatu yang patologis karena kadar glukosa darah meningkat secara spontan dalam 2-3 jam. Dalam situasi dimana kadar glukosa darah yang rendah karena belum mendapat asupan makanan (ASI belum ada) terjadi respon ketogenik yaitu metabolisme dari asam lemak menjadi badan keton. Otak bayi dengan kemampuannya akan memanfaatkan badan keton untuk menghemat glukosa bagi otak dan melindungi fungsi neurologis bayi. Bayi yang mendapat ASI cenderung mempunyai kadar glukosa yang rendah dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula, tetapi tidak berkembang menjadi hipoglikemia simptomatik. Pemberian minum awal dengan ASI yang mengandung alanin, asam lemak rantai panjang dan laktosa, akan meningkatkan proses glukoneogenesis. Bayi cukup bulan yang minum ASI mempunyai kadar glukosa yang lebih rendah tetapi mempunyai kadar badan keton yang lebih tinggi. Definisi hipoglikemia hingga saat ini masih kontroversial, karena kurangnya korelasi yang bermakna antara kadar glukosa plasma, gejala klinis, dan gejala sisa jangka panjang. Hipoglikemia ditandai oleh nilai yang unik pada masing-masing individu neonatus dan bervariasi sesuai dengan kematangan fisiologis dan pengaruh patologisnya. Hipoglikemia pada bayi terjadi bila kadar glukosa darah < 45mg/dL. Bayi dengan risiko hipoglikemia Pada bayi baru lahir yang mempunyai risiko hipoglikemia, kadar glukosa darahnya dipantau secara rutin, terlepas dari pemberian, macam dan cara minum apapun yang didapatkan. Terdapat 3 kategori bayi yang berisiko hipoglikemia: 1. Pemakaian glukosa yang berlebihan, termasuk kondisi hiperinsulinemia 2. Produksi dan cadangan glukosa yang tidak memadai 3. Peningkatan pemakaian glukosa dan penurunan produksi Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia:

1. Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol memiliki kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga merangsang pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah tiba-tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin masih tinggi, sehingga terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan mengontrol kadar glukosa darah pada ibu hamil. 2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang abnormal. 3. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi sudah mengalami kekurangan gizi, sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen, dan kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan metabolisme lebih besar sehingga menggunakan glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian. Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia, sehingga memerlukan pemberian suplementasi dan kadang memerlukan cairan intravena sambil menunggu ASI ibunya cukup. 4. Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai. 5. Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang. Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi mudah mengalami hipoglikemia. 6. Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa hanya menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa menghasilkan 38 ATP. 7. Polisitemia. Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi perlambatan aliran darah. 8. Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang terlambat. Bayi dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah tidak mencukupi 9. Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu hamil dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain. 10. Bayi sakit. Bayi kembar identik yang terjadi twin to twin tranfusion, hipotermia, distress pernapasan, tersangka sepsis, eritroblastosis fetalis, sindrom Beckwith-Wiedermann, mikrosefalus atau defek pada garis tengah tubuh, abnormalitas endokrin atau inborn error of metabolism dan bayi stres lainnya, mempunyai risiko mengalami hipoglikemia.

11. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan (terbutalin, propanolol, hipoglikemia oral), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa intra vena saat persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada bayinya. Manifestasi klinis hipoglikemia Manifestasi klinis hipoglikemia pada bayi cukup bulan bisa samar dan non spesifik, muncul pada neonatus bersama dengan berbagai masalah neonatus lainnya. Pemeriksaan fisis dan observasi keadaan umum bayi harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Untuk menunjukkan bahwa gejala yang timbul berhubungan dengan hipoglikemia, diperlukan hal-hal berikut: 1. Tanda klinik harus didapatkan 2. Kadar glukosa darah rendah, diukur secara akurat 3. Tanda klinik menghilang pada saat kadar glukosa darah normal Pemberian ASI secara dini dan eksklusif dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan metabolik bayi baru lahir cukup bulan yang sehat. Bayi cukup bulan yang sehat tidak akan menjadi hipoglikemia yang simptomatik karena pemberian minum yang kurang. Skrining glukosa darah bayi baru lahir Skrining hipoglikemia mengenai kapan dilakukannya dan berapa lama pemantauannya, belum disepakati secara umum. Strip glukosa untuk skrining tidak mahal, praktis, dan hasilnya cepat. Jika didapatkan hipoglikemia harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan glukosa darah di laboratorium, karena hasil yang diperoleh sering berbeda sekitar 15% dari hasil laboratorium, atau tidak sesuai dengan varian yang signifikan dari kadar glukosa yang sesungguhnya. Beberapa pedoman singkat skrining glukosa pada bayi baru lahir: 1. Pemantauan glukosa darah rutin bayi baru lahir cukup bulanyang asimtomatik tidak perlu dan mungkin merugikan. 2. Skrining glukosa darah harus dilakukan pada bayi dengan risiko hipoglikemia untuk mengetahui adanya hipoglikemia ataupun bayi yang menunjukkan manifestasi klinis hipoglikemia, dengan frekuensi dan lama pemantauan tergantung dari kondisi bayi masing-masing. 3. Pemantauan dimulai dalam 30-60 menit pertama bayi dengan dugaan hiperinsulinisme dan tidak lebih dari umur 2 jam pada bayi dengan risiko hipoglikemia kategori lainnya. 4. Pemantauan sebaiknya dilanjutkan setiap 3 jam sampai kadar glukosa darah sebelum minum mencapai normal. Kemudian lanjutkan tiap 12 jam. 5. Skrining glukosa dihentikan setelah 2 kali didapatkan kadar glukosa normal atau dengan pemberian minum saja, didapatkan 2 kali pemeriksaan kadar glukosa normal. 6. Konfirmasi dengan pemeriksaan glukosa darah di laboratorium harus dilakukan jika hasil skrining glukosa darah abnormal. Tata laksana umum

Data yang ada menunjukkan bahwa pemberian ASI yang tidak adekuat meningkatkan risiko hipoglikemia, bahkan pada bayi yang sudah pulang ke rumah. Tata laksana pemberian ASI yang tepat sangat penting bagi perkembangan bayi. Tata laksana umum pada bayi yang mempunyai risiko: 1. Pemberian ASI sedini mungkin dalam 30-60 menit kemudian diteruskan sesuai keinginan bayi. o Pemberian asupan enteral sedini mungkin -- ungkin merupakan tindakan pencegahan tunggal yang paling penting. Secara khusus disebutkan bahwa pemberian ASI sedini mungkin, merupakan hal yang terpenting untuk pencegahan bayi dengan risiko dan terapi hipoglikemia. Mengenali bahwa bayi menangis merupakan tanda yang terlambat jika bayi lapar. Bayi baru lahir akan mendapatkan kolostrum yang berisi protein, lemak, dan karbohidrat yang akan membuat glukosa darah stabil. Pemberian kolostrum tidak boleh dihentikan hanya karena bayi masuk dalam kriteria yang harus dipantau kadar glukosa darahnya. o Jika memungkinkan berikan ASI dengan bayi menyusu langsung atau melalui pipa orogastrik. Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia tetapi belum memungkinkan menyusu dan belum bisa diberi ASI melalui pipa orogastrik karena adanya darah yang tertelan, lakukan pembilasan lambung dan kemudian berikan ASI melalui pipa orogastrik. Jika tidak berhasil, segera mulai pemberian glukosa intra vena. 2. Suplementasi rutin pada bayi cukup bulan yang sehat dengan air, air gula atau susu formula tidak diperlukan. Hal ini dapat mengganggu pemberian ASI dan mekanisme kompensasi metabolik yang normal. Jika bayi tidak dapat menyusu langsung, berikan ASI dengan cara alternatif lainnya; dengan sendok, gelas, atau pipa orogastrik. Jika bayi tidak mampu menghisap, tidak perlu dipaksakan pemberian minum melalui mulut, untuk mencegah aspirasi. Pemilihan suplemen tergantung dari ketersediaan ASI perah ibu. Kolostrum perah adalah pilihan utama. ASI akan meningkatkan glukoneogenesis dan keseimbangan energi. Jika tidak tersedia, pilihan berikutnya adalah donor ASI yang sudah di pasteurisasi. Jika pilihan kedua tidak tersedia, terpaksa diberikan susu formula dengan mempertimbangkan riwayat keluarga mengenai toleransi susu. Jika didapatkan alergi susu sapi, pilihannya adalah susu formula khusus (susu formula dengan protein dihidrolisis sempurna). Air gula akan meningkatkan sekresi insulin dan menunda mulainya glukoneogenesis yang alami dan proses homeostasis ketogenik. Jika air gula diberikan pada bayi, kadar glukosa akan berfluktuasi dan akan muncul masalah hipoglikemia rebound. 3. Memfasilitasi kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi untuk merangsang pembentukan ASI. Cara ini akan mempertahankan suhu tubuh normal, menurunkan pengeluaran energi, dan mempertahankan kadar glukosa darah normal, sementara hal tersebut akan menstimulasi produksi ASI dan pengisapan. Dengan melekatkan bayi ke

ibunya secara sering dapat mencegah suplementasi pada banyak kasus. 4. Pemberian minum yang sering. Berikan minum 10-12 kali dalam 24 jam pada beberapa hari pertama sesudah lahir. Pemberian ASI yang sering, meskipun sedikit-sedikit, tetapi dengan protein tinggi dan kalori tinggi dari kolostrum akan lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian susu formula atau air gula. Tata laksana bayi dengan hipoglikemia Bayi dengan risiko hipoglikemia, harus dipantau kadar glukosa darahnya. Glukosa yang diperlukan mungkin belum cukup hanya dengan pemberian kolostrum saja pada umur beberapa hari, tetapi tidak ada bukti klinik yang menyebutkan bahwa bayi dengan hipoglikemia asimtomatik mendapatkan keuntungan dari pemberian glukosa intra vena yang diberikan. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. Anjurkan ibu untuk menyusui jika kondisi bayi bayi baru lahir sudah memungkinkan. Tata laksana pemberian ASI pada bayi hipoglikemia: a. Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis) 1. Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar glukosa darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (ASI donor atau susu formula) 2. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya sampai kadarnya normal dan stabil 3. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya, hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa intra vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan yang seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif 4. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah 5. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan konsentrasi glukosa intra vena sesuai dengan kadar glukosa darah 6. Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi (misalnya respon dari terapi yang diberikan). b. Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20-25 mg/dL atau < 1,1 1,4 mmol/L.

1. Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap kilogram berat badan cairan dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10% intra vena dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR) 6-8 mg tiap kilogram berat badan tiap menit 2. Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtomatik, tidak boleh diberikan melalui oral atau pipa orogastrik. 3. Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau >2.5 mmol/L 4. Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar glukosa darah yang didapat 5. Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manifestasi hipoglikemia menghilang 6. Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan pemberian glukosa intra vena secara bertahap (weaning), sampai kadar glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena.Kadang diperlukan waktu 24-48 jam untuk mencegah hipoglikemia berulang. 7. Lakukan pencatatan manifasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik (misal respon dari terapi yang diberikan). Dukungan pada ibu Mempunyai bayi yang diperkirakan akan lahir normal dan sehat, tetapi ternyata kemudian berkembang mengalami hipoglikemia sering mengganggu kepercayaan pemberian ASI. Ibu sebaiknya diyakinkan bahwa tak ada masalah dengan air susunya, dan bahwa pemberian suplementasi hanya sementara saja. Perah ASI dengan tangan ataupun pompa tertentu yang dianjurkan. Memberikan minum paling tidak 8 kali dalam 24 jam sampai bayi bisa menyusu dan menghisap dengan baik, akan membantu mempertahankan produksi ASI. Sangat penting untuk sesegera mungkin menstimulasi produksi ASI dengan melekatkan bayi ke dada ibu. Kontak kulit-ke-kulit yang dikerjakan meskipun bayi masih menggunakan akses vena, akan sangat berguna dan akan menurunkan trauma karena intervensi. Kontak kulit-ke-kulit akan memberikan termoregulasi fisiologis, yang akan berkontribusi dalam homeostasis metabolic. Sangat penting untuk melakukan edukasi kepada ibu tentang pemberian ASI sedini mungkin dan pemberian minum secara bertahap dengan tidak mengharapkan ASI keluar banyak pada saat awal menyusui. Bayi mampu menghisap dan menelan selama 5 menit merupakan pertanda bayi siap beralih dari cara mendapat asupan melalui pipa orogastrik menuju cara menyusu langsung pada ibu. Kesimpulan Pola normal pemberian ASI pada bayi cukup bulan yang sehat adalah pemberian seawal mungkin, sesering mungkin dan secara ekslusif. Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia harus dipantau. Berikan ASI sedini mungkin pada bayi yang memiliki risiko hipoglikemia. Jika perlu perah ASI untuk diberikan dengan cara alternatif lain atau dengan menggunakan pipa orogastrik, untuk mencegah hipoglikemia. ASI diberikan sesering mungkin. Kontak kulit ke kulit sangat membantu bayi dengan risiko hipoglikemia. Skrining glukosa dilakukan mulai umur 30-60 menit dan paling lambat umur 2 jam.

Bayi dengan hipoglikemia asimtomatik, pemberian ASI tetap diberikan sedangkan pada hipoglikemia simtomatik, diberikan glukosa intravena dengan glucose infusion rate (GIR). Daftar Bacaan 1. Wight N, Marinell KA. Academy of Breastfeeding Medicine 1. Protocol Committee. ABM Clinical Protocol #1: guidelines for glucose monitoring and treatment hypoglycemia in breastfed neonates. Breastfeed Med. 2006;1: 178-84. 2. International Lactation Consultant Association (ILCA). Hypoglycemia in the breastfeeding newborn. Dalam : Page-Goertz S, penyunting. Independent study Module; 2007. 3. Cornblath M, Hawdon JM, William AF, Aynsley-Green A, Ward-Platt MP, Schwartz R, dkk. Controversies regarding definition of neonatal hypoglycaemia: suggested operational thresholds. Pediatrics. 2000;105;1141-5. 4. IDAI, Depkes, MNH dan JHPIGO. Kadar glukosa rendah (Hipoglikemia). Dalam Kosim MS, Surjono A, Setyowireni D, penyunting. Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk dokter, perawat, bidan di rumah sakit rujukan dasar; 2004. 5. Suradi R. Pemberian ASI dan hipoglikemia. Dalam: IBCLC Indonesia. Modul 3. Pelatihan laktasi dan manajemen menyusui. Jakarta; 2008. h.231-6. 6. Haksari EL. Neonatal hypoglycemia. Dalam: Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IDAI, 2007. 7. ycaemia. Diunduh dari: htpp://www.askdrsears.com/html/2/T029700.aspx. Diakses pada tanggal 30 April 2010. 8. The term infants with problems: breastfeeding and hypoglicemia. Diunduh dari:htpp://www.breastfeedingbasics.org/cgi-bin/deliver.../hypo.html. Diakses pada tanggal 29 April 2010. 9. All India Institute of Medical Science (IIMS). Hypoglycemia in the newborn. Module; 2004. 10. IDAI, Depkes, USAID, HSP. Penatalaksanaan hipoglikemia pada BBL. Dalam: Pelatihan prinsip-prinsip pelayanan kesehatan dasar bayi baru lahir (Principle of Basic Neonatal Care Training Course) Sesi7; 2006. 11. Moore M, Perlman. Symptomatic hypoglycaemia in otherwise healthy, breastfed term newborns. Pediatrics. 1999; 103;837-9. 12. La Leche League International 2007. Neonatal hypoglycaemia and breastfed babies. Diunduh dari: htpp://www.llli.org/llleaderweb/LV/LVMayJun93p36.html Diakses pada tanggal 30 April 2010. 13. IDAI, USAID, HSP. Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK). Asuhan neonatal esensial. Protokol asuhan neonatal. Hipoglikemia pada neonates; 2008. 14. Hypoglycaemia and breastfeeding the newborn baby. 2003. Diunduh dari: htpp://www.breastfeedingecoparents.co/hypo.htm. Diakses pada tanggal 30 April 2010. 15. McGuire W, McEwan P, Fowlie P. Care in the early newborn period. BMJ. 2004; 329:1087-9. 16. Wight N, Marinell KA. Academy of Breastfeeding Medicine Protocols Committee. ABM Clinical Protocols #12. Transitioning the breastfeeding/breastmilk-fed premature infant from the Neonatal Intensive Care Unit to home. Diunduh dari:

http://www.bfmed.org/Resources/Protocols.aspx Diakses pada tanggal 29 April 2010. 17. American Academy of Pediatrics. Breastfeeding and the use of human milk. Section on breastfeeding. Pediatrics. 2005;115;496-506.

Sumber : Buku Indonesia Menyusui Penulis : Ekawaty Lutfia Haksari


http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20119610926

Anda mungkin juga menyukai