Anda di halaman 1dari 5

Reklamasi Pantai Losari Makassar

Reklamasi 9 November 2004 Sekarang (Dikutip dari www.sebuah-episode.blogspot.com) Pantai Losari oh Pantai Losari. Dulunya dikenal sebagai meja makan terpanjang seluruh dunia karena puluhan hingga ratusan gerobak penjual makanan berderet rapi digaris pantai ini. Akan tetapi, itu sudah hilang dan tidak terlihat lagi semenjak November 2004 ketika proyek revitalisasi Pantai Losari dimulai. Jika dilirik kebelakang, konsep reklamasi di Pantai Losari ini yang dicetuskan awalnya oleh walikota Makassar, Malik B. Masry (1994-1999) sempat diguncang berbagai penolakan. Sontak, pemerintah dianggap menjarah ruangan public dengan menggantikan konsep reklamasi yang tentu hanya menguntungkan investor demi kepentingan bisnis. Seperti masalah social tentang nasib ratusan pedagang yang sekian tahun telah menggantungkan hidup di Pantai Losari dengan berjualan makanan dan minuman serta mengamen hingga mengemis. Belum lagi penolakan dari segi lingkungan, karena jelas konsep reklamasi akan mengorbankan biota laut yang ada di sepanjang pantai tersebut. Namun Masry tetap berupaya untuk meyakinkan warganya, bahkan dirinya melibatkan langsung masyarakat Kota Makassar untuk ikut mendesain konsep reklamasi dengan melakukan sayembara penataan Pantai Losari yang dianggap lebih modern. Losari membutuhkan penambahan space karena harapan masyarakat semakin tinggi untuk memanfaatkan Losari sebagai Public Space. Makanya pemerintah Kota Makassar semata-mata berniat untuk public space, bukan business space Janji Maula ketika itu yang dikutip dari www.majalahversi.com Dengan demikian, tepat Selasa 9 November 2004, proyek revitalisasi Pantai Losari pun dimulai. Dan kini, apa yang dijanjikan oleh pemerintah Kota Makassar, benar-benar dibuktikan. Dimana reklamasi Pantai Losari memang ruangan public bagi masyarakat Kota Makassar dari berbagai elemen. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah, Layakkah Pantai Losari ini direklamasi terlepas dari berbagai analisis, dan Sudahkan reklamasi ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat saat ini?

Dampak Positif & Negatif Reklamasi DPRD Kota Makassar menilai reklamasi Pantai Losari yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar tidak berdampak pada perekonomian masyarakat. Seperti yang dilansir di www.antara-sulawesiselatan.com pada tanggal 14 Maret 2011, Pemerintah jangan hanya melakukan reklamasi pantai untuk tujuan pembangunan mercusuar, tetapi bagaimana proyek itu berdampak ekonomi kemasyarakatan .. Sekretaris Komisi C DPRD Kota Makassar, Irwan. Adapun ekonomi masyarakat yang dimaksud adalah penyerapan tenaga kerja, serta perputaran uang yang berkisar Rp. 34 Milyar pertahun diketahui hanya berkutat pada proses belanja masyarakat. Proyek ini rentan menimbulkan pencemaran lingkungan serta mengancam upaya dalam merealisasikan program mitigasi bencana.

Secara umum, kita melhat bahwa reklamasi ini bernilai positif bagi masyarakat. Yakni dengan bertambahnya ruang public sehingga dapat meningkatkan interaksi masyarakat. Akan tetapi, Dampak reklamasi ini secara eksplisit justru berkecamuk disisi lain. Pedagang yang dulunya menggantungkan hidup kini tidak jelas. Memang, pemerintah menyiapkan lokasi dan juga Kawasan Jajanan Khas Makassar, akan tetapi apakah itu dapat menampung dan memberdayakan pedagang secara keseluruhan. Jawabannya tentu tidak. Disisi lain, hal yang mengejutkan dilansir oleh Harian Rakyat Sulsel edisi 8 Agustus 2012, yang berisi Reklamasi Pantai Losari Makassar menjadi standar penanganan Abrasi di Indonesia. Hal tersebut membuat kota lain di Indonesia melirik pembangunan reklamasi Pantai Losari sebagai contoh untuk diterapkan di daerahnya. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Walikota Pekalongan, Mohammad Basyir Ahmad, menurutnya pembangunan Pantai Losari ini cukup berhasil menanggulangi abrasi. Dikatakan juga bahwa, Kementrian Kelautan dan Perikanan memberikan rekomendasi kepadanya untuk menangani abrasi yang semakin parah di pekalongan.

Reklamasi, dari Isu Lingkungan Hingga Politik (Pemkot vs Pemprov) Reklamasi Pantai Losari kembali menjadi sorotan mendekati beberapa momen politik di Sulawesi Selatan khususnya di Makassar. Setelah, sebelumnya resistensi antar berbagai kelompok terkait dengan reklamasi pantai ini mencuat, kini nampaknya ada upaya untuk menggiringnya ke arah politik.

Sejumlah kandidat ataupun elit politik, memanfaatkan reklamasi ini untuk saling serang. Dengan mencuatkan kekurangan terkait dengan reklamasi ini hingga sisi negatifnya, menjadi titik perbincangan yang terus saja bergulir. Bahkan seakan terjadi pertandingan adu kuat terkait siapa yang membangun paling kuat di Pantai Losari. Selain kawasan CPI (Center Point Of Indonesia) yang digagas oleh Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, Pemkot Makassar melalui Ilham Arief Sirajuddin menggagas proyek tandingan berupa kawasan kota baru yang dibangun di pesisir Pantai Losari. Kawasan terpadu yang dilengkapi kompleks hunian, perkantoran, dan area bisnis seluas 30 hektar ini dibangun dengan menggandeng PT. Cipta Mandiri. Pemkot Makassar juga bekerja sama dengan investor local, Tanri Abeng yang menanamkan investasi hingga Rp. 3 Triliun. Namun yang mengherankan adalah, ide untuk menggagas kawasan ini sudah ada sejak 2004 yang lalu. Sementara CPI yang menggunakan lahan seluas 150 hektare dilaksanakan pada 2009 yang lalu, totalnya pun mencapai 900 miliar rupiah. Pemprov menggandeng PT. GMTD. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, sampai kapan isu-isu seperti ini terus dimobilisasi kearah politik yang selalu mengambang tak terselesaikan?

Sudah Layakkah? Wajar / Over? Dari sisi penanganan abrasi, reklamasi pantai memang penting dilakukan mengingat garis pantai yang dimiliki Kota Makassar saat ini tidak boleh hilang begitu saja tanpa diberikan perhatian yang maksimal. Mengacu pada pernyataan Malik B. Masry saat itu yang mengatakan, semakin banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya maka harus semakin ekstra perhatian yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan hal ini, dianggap layak untuk dilakukan reklamasi. Akan tetapi, pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah hasil reklamasi saat ini sudah maksimal? Jawabannya belum. Pedagang yang menjadi ikon kuliner Kota Makassar saat itu seakan hilang bak ditelan bumi. Kawasan Jajanan Khas Makassar yang dibangun, tampaknya belum bisa menggairahkan kembali suasana saat itu. Yang terdapat di kawasan itu hanyalah sederet rumah makan dengan pintu berlapis. Tak ada lagi gerobak mini yang menawarkan suasana kesederhanaan dan kekeluargaan sambil menikmati indahnya matahari terbenam di Pantai Losari. Tetapi, pemerintah berdalih, kami sudah menyiapkan lahan untuk menampung mereka. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah mereka tertampung semua? Lokasinya sestrategis dulu tidak?

Yang dapat kila lihat saat ini hanyalah gerobak-gerobak yang kadang ramai dan kadang sepi, dan terlihat upaya untuk komersialiasi suatu kegiatan perdagangan yang seakanakan terabaikan. Disisi lain, upayan untuk membangun bangunan-bangunan ataupun kawasan elit di Pantai Losari seakan-akan sudah melewati batas kewajaran. Mengapa demikian? Ini karena, terlihat sudah bergeser dari apa yang diamanatkan oleh walikota terdahulu (baca : Malik B. Masry) yang ingin menjadikan reklamasi menjadi suatu cara untuk mengembangkan ruang public bagi masyarakat. Mungkin kedepannya, yang kita lihat hanyalah ruang-ruang ataupun bangunanbangunan megah yang saling tembus satu sama lain yang merupakan symbol kekuatan elit tertentu. Suatu harapan yang muncul, ketika proyek reklamasi menutupi indahnya matahari terbenam di Pantai Losari. Apalah arti sebuah tempat untuk berkumpul, jika yang kemudian dilihat hanyalah bangunan-bangunan bisnis nantinya.

Pemerintah, Bersinergi untuk mengendalikan! Jika kemudian sudah dikatakan bahwa reklamasi ini sudah tidak wajar lagi dilakukan / over doing, maka hal yang dapat dilakukan adalah controlling. Siapakah yang dapat melakukannya? Jawabannya pastilah pemerintah. Bukan hanya pemerintah Kota Makassar, akan tetapi Pemerintah Sulawesi Selatan. Jika yang kemudian muncul hanyalah kegengsian untuk merendahkan diri demi kepentingan public, maka yakin dan percayalah yang terjadi adalah pembangunan yang tidak jelas dan merugikan masyarakat itu sendiri. Pantai Losari, Reklamasi untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk Komersialisasi Bisnis dan Elit Tertentu..

Sumber : www.antara-sulawesiselatan.com (*) www.skyscrapecity.com (*) www.rakyatsulsel.com (*) www.sebuah-episode.blogspot.com (*) (*)(Diakses pada 26 September 2012)

Anda mungkin juga menyukai